Anda di halaman 1dari 9

ka Kurniawan adalah seorang penulis pria berusia 47 tahun, yang lahir di

Kota Tasikmalaya, pada tanggal 28 November 1975. Eka Kurniawan

menempuh pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan

mengambil Fakultas Filsafat. Eka Kurniawan berhasil lulus menyandang

gelar sebagai Sarjana Filsafat pada tahun 1999.

Eka Kurniawan sudah menekuni dunia kepenulisan sejak dirinya masih

menempuh pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat dia

mulai kuliah, Eka semakin menekuninya dan mulai melahirkan sejumlah

karya tulis. Salah satu karya cerita pendek buatan Eka yang juga menjadi

cerita pendek pertamanya yang berhasil dimuat di media, yakni media

Barnes Yogyakarta berjudul “Hikayat Si Orang Gila”.

Skripsi Eka Kurniawan juga berhasil diterbitkan menjadi sebuah buku oleh

Yayasan Aksara Indonesia pada tahun 1999. Skripsi Eka itu berjudul

Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis. Dari situ, Eka

Kurniawan dijuluki sebagai The Next Pramoedya Ananta Toer.

Pada tahun 2000, Eka kembali menuliskan karya cerita pendek yang

berjudul “Corat-Coret di Toilet”, yang berhasil diterbitkan oleh penerbit

yang sama, yang menerbitkan skripsinya, yakni Yayasan Aksara Indonesia.

Selain cerita pendek, Eka Kurniawan juga merambah untuk menulis sebuah

novel. Novel karya pertamanya yang berjudul “Cinta Itu Luka” berhasil
diterbitkan oleh Penerbit Jendela pada tahun 2002. Novel ini berhasil

menarik perhatian masyarakat luas, bahkan hingga mencapai kancah

internasional.

Novel “Cinta Itu Luka” berhasil menjadi novel best-seller yang

diterjemahkan ke lebih dari 34 bahasa, dan sukses meraih berbagai

penghargaan. Beberapa penghargaan itu, yakni World Readers 2016, Prince

Clause Awards 2018, dan 100 buku terbaik versi The New York Times.

Kemudian, novel kedua Eka Kurniawan berjudul “Lelaki Harimau” berhasil

diterbitkan pada tahun 2004. Novel ini diterjemahkan ke Bahasa Inggris,

dengan judul “Man Tiger”. Novel Lelaki Harimau ini juga meraih

kesuksesan dengan meraih penghargaan The Man Booker International

Prize pada tahun 2016.

Novel lain karya Eka Kurniawan yang juga meraih kesuksesan adalah

novelnya yang berjudul “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas”.

Novel ini berhasil diadaptasi menjadi film layar lebar yang mencuri

perhatian penonton skala internasional dengan diputar sebanyak empat kali

dalam Festival Film Internasional Locarno dan mendapat komentar positif

dari para penikmat dan kritikus film.

Selanjutnya, novel karya Eka yang berjudul “O” dengan sinopsis “Tentang

seekor monyet yang ingin menikah dengan kaisar dangdut”, berhasil masuk

ke dalam daftar 5 besar penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa, kategori

prosa, pada tahun 2021.


Kualitas seluruh karya Eka Kurniawan memang tidak perlu diragukan lagi

dengan banyaknya bukti berupa sejumlah penghargaan nasional maupun

internasional yang telah diterimanya. Namun, ada beberapa kontroversi juga

terkait dengan karya Eka, karena Eka menggunakan gaya bahasa yang blak-

blakan, berani, dan vulgar dalam beberapa karyanya.

Sinopsis Novel Cantik Itu Luka

Suatu sore di Kota Halimunda, seorang perempuan bernama Dewi Ayu

bangkit dari kuburannya setelah dua puluh satu tahun meninggal. Kuburan

itu bergoyang, tanahnya retak dan berhamburan seperti ditiup dari bawah,

timbul badai dan gempa kecil, rumput dan nisan melayang ke udara, dan di

balik tanah yang berjatuhan seperti hujan itu muncul sosok perempuan tua

berdiri dengan sikap jengkel yang kikuk.

Perempuan tersebut bangkit dengan kain kafan yang membalutnya seperti

baru meninggal kemarin. Kebangkitannya menimbulkan kegaduhan di

masyarakat sekitar kuburan yang melihatnya. Banyak orang yang lari,

terjatuh, dan berteriak.

Dewi Ayu yang melihatnya hanya batuk-batuk dan terkejut melihat dirinya

ada di tengah kuburan. Ia juga mengomel sendiri entah pada siapa. Sebab,

bagi Dewi Ayu, ada sekelompok orang yang berbuat jahat kepadanya

dengan menguburnya hidup-hidup.


Dewi Ayu adalah seorang wanita berusia 51 tahun ketika ia meninggal, kini

tidak tahu bagaimana cara untuk menghitung usianya. Dewi Ayu dulunya

adalah seorang pelacur yang memiliki rupa sangat cantik, pelacur yang

paling dicari-cari para tentara Jepang dan Belanda sejak masa perang.

Dewi Ayu meninggal setelah 12 hari melahirkan anak keempatnya, hasil

dari pekerjaan yang dilakukannya. Memori terakhirnya itu membuatnya

langsung bergerak mencari bayinya, yang tentunya pada saat itu bukan lagi

bayi. Bayi itu diberi nama Cantik, bertolak belakang dengan rupanya yang

mengerikan bagi orang-orang yang melihatnya. Kulitnya hitam legam, dan

hidungnya nampak seperti colokan listrik.

Tidak seperti ketiga anaknya yang lain, walaupun ia tidak mengetahui sosok

ayah semua anaknya, Dewi Ayu tidak menginginkan anak keempatnya itu

untuk hidup. Dewi Ayu kemudian mencoba berbagai cara untuk dapat

membunuh kandungannya itu.

Fisik buruk Cantik mungkin adalah akibat dari minum 5 butir parasetamol

pemberian mantri dengan satu botol soda. Mungkin juga karena tertusuk

oleh tongkat kayu kecil yang dimasukkan ke dalam perut, yang membuat

ibunya itu pendarahan selama 2 hari.

Mungkin juga itu adalah akibat dari 4 cara lain dalam rangka percobaan

membunuh Cantik dalam kandungan, atau mungkin memang alami begitu

gen dari keturunannya, yang tidak bisa diketahui siapa sosok ayahnya itu.

Terlepas dari percobaan untuk menggugurkan kandungannya yang semua

hasilnya sia-sia, Dewi Ayu mempelajari bahwa bayi itu adalah seorang
petarung sejati. Bayi itu ingin memenangkan pertarungan yang tak pernah

dimenangkan oleh ibunya. Maka itu, Dewi Ayu akhirnya membiarkan bayi

itu membesar dan lahir.

Kecantikan Dewi Ayu memang adalah sebuah malapetaka yang

menimbulkan kutukan baginya, dan bagi anak-anaknya. Selain

menjadikannya seorang pelacur, kutukan lainnya yaitu semua anak

perempuan yang dilahirkan Dewi Ayu akan mengalami patah hati tiada

henti.

Meski ketiga anak perempuannya memiliki rupa yang cantik, itu tidak

menjadikan mereka kebal akan kutukan tersebut. Alamanda, anak pertama

Dewi Ayu dipaksa untuk menikah dengan seorang Jenderal yang tidak

pernah ia cintai. Sebab, Alamanda hanya mencintai seorang lelaki bernama

Kamerad Kliwon yang merupakan seorang komunis sejati.

Alamanda begitu tidak menginginkan untuk menikah dengan Sang Jenderal.

Sebagai wujud penolakan terhadap Sang Jenderal, Alamanda pernah

memasang gembok di daerah kemaluannya, agar tidak disetubuhi oleh Sang

Jenderal. Namun, pada akhirnya ia tetap diperkosa oleh pria yang berstatus

sebagai suaminya tersebut.

Anak kedua Dewi Ayu yang bernama Adinda menikah dengan Kliwon Sang

Kamerad Komunis. Ya, Adinda mencintai lelaki yang sama, yang dicintai

juga oleh kakak perempuannya, Alamanda. Adinda tetap menikahi Kliwon

meski ia tahu bahwa Kliwon hanya mencintai kakaknya. Kisah cinta Adinda
menjadi sangat menyakitkan, karena mencintai seseorang yang mencintai

orang lain.

Anak ketiga Dewi Ayu yang bernama Maya Dewi menikah dengan preman

paling kuat yang ada di Kota Halimunda. Preman itu pernah bersetubuh

dengan ibunya, walaupun memang hampir semua orang yang ada di Kota

Halimunda pernah bersetubuh dengan ibunya yang adalah pelacur paling

cantik. Meski begitu, fakta tersebut adalah fakta yang menyakitkan.

Anak keempat Dewi Ayu, Si Cantik, orang yang memiliki tampilan fisik

paling buruk rupa di Kota Halimunda, bahkan mungkin di dunia. Cantik

mendapatkan kutukan paling buruk yang tidak bisa dibayangkan

sebelumnya. Cantik tidak pernah dicintai dan tidak pernah menikah.

Pada akhirnya, jawaban atas penyebab kutukan tersebut akhirnya diketahui.

Semua kutukan ini disebabkan oleh tangisan seorang laki-laki, yang bukan

merupakan tangisan biasa, melainkan tangisan penderitaan. Penderitaan

karena kekasih yang dicintainya dipaksa menikah dengan orang lain.

Kekasih yang dicintainya itu tak lain dan tak bukan adalah Ma Iyang, ibu

dari Dewi Ayu. Ma Iyang menikah dengan orang Belanda bernama Henri

Stammler, dan hasil pernikahannya adalah Dewi Ayu sebagai anaknya.

Lelaki itu memiliki dendam yang sungguh besar dan membuatnya dendam

dengan Ma Iyang dan Henri Stammler, beserta seluruh keturunannya.

Dendam tersebut membuatnya melahirkan sebuah kutukan, agar menjadikan

keturunan Ma Iyang dan Henri Stammler dapat merasakan apa yang ia

rasakan.
Kelebihan Novel Cantik Itu Luka

Novel Cantik Itu Luka ini disusun oleh Eka Kurniawan secara rapi dan

telaten. Walaupun Eka menggunakan alur maju dan mundur, para pembaca

tidak akan kebingungan ketika membacanya, karena transisi pergantian

antar adegan sangat rapi dan halus.

Meskipun cerita dalam novel ini kompleks, dengan perpaduan antara kisah

sejarah keluarga, kisah sejarah kolonialisme di Indonesia, komunisme,

perjuangan kemerdekaan, horror, dan juga kisah cinta, lagi-lagi Eka

Kurniawan menuliskannya dengan begitu indah.

Eka Kurniawan berhasil menciptakan karakter-karakter tokoh yang menarik,

unik, dan kuat. Setiap tokoh dalam cerita ini memiliki peran yang sama

penting, jadi tidak hanya berfokus pada satu tokoh sentral saja.

Banyak hal yang dapat dipelajari dari novel ini. Eka Kurniawan nampaknya

menuliskan produk fantasi yang bukan semata-mata karya fiksi saja,

melainkan mengandung pembelajaran sejarah Indonesia yang nyata. Novel

ini juga mengandung beberapa nilai tradisional yang ada di Indonesia,

terutama yang berhubungan dengan dunia mistis seperti dukun, santet,

hantu, dan lain sebagainya.

Kekurangan Novel Cantik Itu Luka


Novel Cantik Itu Luka ditulis Eka Kurniawan secara blak-blakan, dengan

kata-kata vulgar, dan mungkin dianggap eksplisit bagi sebagian orang. Oleh

sebab itu, novel ini mungkin tidak cocok untuk dibaca oleh mereka yang

sensitif terhadap kata-kata vulgar, karena bisa menimbulkan misinterpretasi

akibat tidak memahami keseluruhan maksud cerita yang ditulis. Novel ini

juga tidak cocok untuk dibaca oleh mereka yang masih di bawah umur,

karena mengandung cerita gamblang mengenai seks, pembunuhan, dan

penyiksaan.

Novel ini menggunakan bahasa yang cukup sulit dimengerti, dengan adanya

istilah-istilah sastra dan istilah sejarah, menjadikan novel ini menjadi bacaan

yang cukup berat dan mungkin dapat membuat bosan para pembacanya

yang kurang bisa mengerti akan istilah-istilah tersebut.

Pesan Moral Novel Cantik Itu Luka

Kecantikan bukan lah segalanya dan tidak menjadi hal yang selalu bisa

membawa hal yang positif. Sebab, ternyata kecantikan bisa membawa ‘luka’

dan malapetaka bagi mereka yang tidak bisa menjaga dan memanfaatkannya

untuk hal yang baik.

Karma itu nyata, apa yang kamu lakukan, maka itu lah yang akan kamu

dapatkan. Jika kamu berbuat buruk, adalah hukum yang pasti sesuatu yang

buruk akan mengintai dan menimpamu. Maka, lakukan lah hal baik kepada

siapa pun, termasuk kepada dirimu sendiri.


Jangan menilai seseorang dari seburuk apa pekerjaannya atau seberapa

rendah derajatnya di antara manusia yang lain. Seperti Dewi Ayu yang

dianggap hina dan sangat berdosa karena merupakan seorang pelacur, Dewi

Ayu merupakan seorang ibu yang baik, yang menanamkan nilai-nilai agama

dan pengajaran tentang hidup kepada anak-anaknya.

Anda mungkin juga menyukai