DISUSUN OLEH:
Putri Uswatun Hasanah
8881190013
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “SEJARAH PENINGGALAN BANTEN”
Selama proses penyusunan ini penulis tidak lepas dari bimbingan, bantuan,
pengarahan, saran, serta nasihat dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Alief Maulana ST., MT, selaku dosen mata kuliah Studi Kebantenan,
yang banyak menambahkan materi pendukung dan bimbingan kepada
pemulis.
2. Teman-teman sejawat sekalian, yang telah membantu penulis dalam proses
penyusunan makalah ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan dari semua pihak akan mendapat
balasan pahala yang berlipat dari Allah SWT.
Penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh dikarenakan itu,
panduan dan kritik yang membangun dari rekan-rekan benar-benar dibutuhkan
untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para
pembaca sekalian.
i
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN………………………………………………………….. 1
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 4
ii
PEMBAHASAN
1
B. Peninggalan Kerajaan Banten
Sebelum kerajaan ini mengalami keruntuhan, kerajaan Banten telah
meninggalkan benda-benda dan juga bangunan-bangunan yang patut untuk
dijaga, antara lain yaitu:
a. Masjid Agung Banten
Masjid ini dibangun pada tahun 1556, yaitu pada saat pemerintahan Sultan
Hasanudin, kemudian dilakukan penyempurnaan bangunan oleh Sultan
Maulana Hasanudin pada tahun 1652. Ciri khas lain dari masjid ini berupa
atap yang memiliki tumpukan lima yang mirip dengan Pagoda China,
karena masjid ini desainnya ada campur tangan dari arsitektur China yang
bernama Tjek Ban Tjut. Masjid ini terletak di desa Banten Lama, 10 km
utara kota Serang. Saat ini, masjid agung banten banyak didatangi oleh para
peziarah dari pulau jawa yang bertujuan untuk mendoakan para sultan.
b. Keraton Surosowan
Keraton Surosowan didirikan pada tahun 1522-1526, yaitu pada masa
kesultanan Maulana Hasanudin. Keraton Surosowan digunakan sebagai
tempat tinggal para sultan kerajaan Banten. Pada keratin ini terdapat 3
gerbang, yaitu gerbang utara, timur, dan selatan. Gerbang selatan ini ditutup
permanen, dan sampai saat ini tidak diketahuinya alasan atas penutupan
gerbang selatan ini. Keraton ini hancur akibat peperangan dengan belanda
atau VOC, yang tersisa hanyalah benteng setinggi 0,5-2 meter yang
mengelilingi keraton Surosowan dan sisa pintu masuk utama yang tinggal
tumpukan batu bata merah dan bebatuan besar.
c. Meriam Ki Amuk
Meriam ini dulunya dijadikan sebagai senjata pertahanan maritim. Saat ini,
terletak di halaman Museum Situs Kepurbakalaan, Banten Lama, dengan
berat 6 ton dan panjang 341 cm. Meriam ini dibuat di jawa tengah pada abad
ke-16 tahun 1527 M, yang dihadiahkan oleh Sultan Trenggono untuk
kesultanan banten. Meriam ini mirip dengan Meriam Si Jagur yang sekarang
berada di Museum Fatahillah, Jakarta.
2
d. Batu Karang Berelief
Batu karang ini digunakan sebagai hiasan pada gerbang Keraton Surosowan.
Pada batu ini terdapat ukiran berbentuk manusia; yang berupa lengan,
bentuk hewan; yang berupa sayap dan kaki unggas, dan bentuk tumbuhan;
yang berupa daun dan bunga.
e. Alat Pemeras Tebu
Dibuat menggunakan batu granit, yang berfungsi untuk pembuatan gula dari
tebu pada saat abad ke-17.
f. Keraton Kaibon
Pada tahun 1832, bangsa Belanda merobohkan bangunan ini. Keraton ini
merupakan tempat untuk tinggal bagi Ratu Aisyah, yang merupakan ibu dari
Sultan Syarifudin, keraton tersebut memiliki pintu besar yang disebut
sebagai pintu Dalem, yang berposisi di sebelah barat ketika menuju masjid.
Tidak hanya pintu besar, namun terdapat pula tembok yang berada di bawah
pohon beringin. Pada tembok tersebut terdapat 5 pintu yang memiliki
arsitektur khas Bali dan Jawa (Paduraksadan Bentar).
g. Benteng Speelwijk
Pada tahun 1585, Kerajaan Banten membangun sebuah benteng. Benteng
ini berfungsi sebagai pertahanan dari serangan laut. Benteng ini memiliki
tinggi sekitar 3 meter dan terdapat mercusuar pada bagian atasnya, sebagai
tempat pengawasan aktivitas pelabuhan serta pelayaran di Selat Sunda. Di
dalam benteng ini terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan
antara benteng dengan Keraton Surosowan, dengan fungsi sebagai jalur
pelarian Sultan beserta keluarganya.
3
DAFTAR PUSTAKA