Anda di halaman 1dari 5

Nama : Destiana Ramadhanti

NPM : 3335170077
Jurusan : Teknik Kimia
Mata kuliah : Studi Kebantenan

SEJARAH KERATON KAIBON

SEJARAH TERBENTUKNYA KERATON KAIBON

Ditinjau dari namanya (Kaibon = Keibuan) yang memiliki arti bersifat seperti ibu yang lemah
lembut dan penuh kasih sayang. Keraton seluas lebih kurang 2 hektar itu dibangun pada 1815 untuk
ibu Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah mengingat pada waktu itu, sebagai sultan ke 21 dari kerajaan
Banten, Sultan Syafiudin masih sangat muda (masih berumur 5 tahun) untuk memegang tampuk
pemerintahan.
Keraton Kaibon yang terletak di Kampung Kroya, Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen.
Keraton kaibon menjadi salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten yang menyimpan cerita
kejayaan Kerajaan Banten Lama.
Keraton Kaibon merupakan keraton kedua di Banten setelah Keraton Surosowan. Keraton
Kaibon dibangun menghadap barat dengan kanal dibagian depannya. Kanal ini berfungsi sebagai
media transportasi untuk menuju ke Keraton Surosowan yang letaknya berada di bagian utara.
Kawasan Banten Lama di Kabupaten Serang banyak meninggalkan bangunan yang memiliki
nilai sejarah tinggi. Salah satu bangunan yang masih tersisa adalah Keraton Kaibon yang terletak di
Kampung Kroya, sekitar 500 meter sebelah tenggara keraton surosowan, Kelurahan Kasunyatan,
Kecamatan Kasemen. Keraton kaibon menjadi salah satu bangunan cagar budaya Provinsi Banten yang
menyimpan cerita kejayaan Kerajaan Banten Lama. Keraton Kaibon merupakan salah satu bangunan
utama pada masa Kesultanan Banten (1526-1684), terpisah dari kompleks Keraton Surosowan sebagai
pusat pemerintahan. Hal ini merupakan tradisi masyarakat Jawa dimana Keraton Kaibon merupakan
tempat tinggal para istri dan Putri-putri Kesultanan. Dengan kata lain yang lebih populer bahwa
Keraton Kaibon adalah Keputrennya Kesultanan Banten. Terletak kurang lebih 2 km dari Pusat
Pemerintahan Keraton Surosowan yang dikelilingi persawahan dan jalur transportasi sungai (atau lebih
tepatnya kanal khusus yang dibuat pada waktu itu).
Keraton ini dibangun pada tahun 1815, menjadi keraton kedua di Banten setelah Keraton
Surosowan. Berbeda dengan Keraton Surosowan, sebagai pusat pemerintahan, Keraton Kaibon
dibangun sebagai tempat tinggal Ratu Aisyah. Hal ini dikarenakan Sultan Syafiuddin sebagai Sultan
Banten ke 21 saat itu usianya masih 5 tahun adalah putra dari sultan muhyiddin zainul shalikhin. Nama
Kaibon sendiri dipastikan diambil dari kata keibuan yang memiliki arti bersifat seperti ibu yang lemah
lembut dan penuh kasih sayang. Tahun pada 1813 kaibon menjadi pusat pemerinthanan dibawah
kepemimpinan sultan muhammad syafiuddin yang baru berusia 9 tahun, kemudian kesultanan banten
dihapus oleh belanda dan dinyatakan masuk dalam wilayah teritorial batavia dan dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu
•Banten lor/serang
•Banten tengah/pandeglang
•Banten kidul/lebak
•Banten kulon/caringin
mulai tahun 1816-1827 kaibon menjadi pemerintah kabupaten banten lor yang dipimpin oleh
pangeran arya adi santika pada tahun 1828, sebagai bupati banten yang pertama yang mendapat
dukungan belanda sebagai ganti pemerintahan kesultanan banten yang dihapuskan oleh belanda mulai
tahun 1813. Pada tahun 1809 mulai dikerjakan pembuatan jalan pos dari anyer sampai panarukan
banyuwangi sepanjang kurang lebih 1000 km. Sehingga perjalanan 40 hari dapat dipersingkat menjadi
6 hari. Jalan dikerjakannya hanya dalam tempo satu tahun dengan mengorbankan beribu-ribu rakyat
banten.
Arsitektur Keraton Kaibon ini memang sungguh unik karena sekeliling keraton sesungguhnya
adalah saluran air. Artinya bahwa keraton ini benar-benar dibangun seolah-olah di atas air. Semua jalan
masuk dari depan maupun belakang ternyata memang benar-benar harus melalui jalan air. Dan
meskipun keraton ini memang didesain sebagai tempat tinggal ibu raja, tampak bahwa ciri-ciri
bangunan keislamannya tetap ada; karena ternyata bangunan inti keraton ini adalah sebuah masjid
dengan pilar-pilar tinggi yang sangat megah dan anggun. Dan kalau mau ditarik dan ditelusuri jalur air
ini memang menghubungkan laut, sehingga dapat dibayangkan betapa indahnya tata alur jalan menuju
keraton ini pada waktu itu
Di bagian depan keraton dibatasi dengan gerbang yang memiliki 5 pintu. Arti angka lima ini
mengikuti jumlah shalat dalam satu hari yang dilakukan umat muslim. Gerbang yang bergaya Jawa dan
Bali ini memiliki ketinggian 2 meter dengan bentuk candi bentar sebagai motifnya. Gerbang ini disebut
juga dengan sebutan gerbang bersayap. Pada satu gerbang terdapat pintu paduraksa yang
menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton.
Ruang Utama keraton ini tidak lain adalah kamar tidur Ratu Asiyah itu sendiri. Dibangun
dengan menjorok ke tanah, kamar tidur Sang Ratu dilengkapi dengan teknologi pendingin ruangan. Ini
bisa terlihat dari lubang yang terdapat dalam ruangan. Lubang tersebut dahulu dapat di isi air untuk
memberikan efek sejuk pada isi dalam ruangan.
Salah satu yang terlihat jelas adalah bangunan yang menyerupai masjid. Bangunan masjid ini
berada di sisi kanan gerbang. Selain pilar yang masih utuh, di dalam bangunan tersebut juga terdapat
mimbar yang berfungsi sebagai tempat berdirinya khotib.

FUNGSI DALAM TEMPAT KERATON KAIBON

Keraton kaibon mempunyai banyak sekali fungsi selain sebagai tempat tinggal atau kediaman
ratu asyiah, Keraton yang berdiri di tanah seluas mencapai 2-4 hektar ini, dibangun menggunakan batu
bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Walaupun telah hancur, namun terlihat jelas sekali bagaimana
kita bisa menyimpulkan beberapa bangunan yang berfungsi pada waktu itu. Diantaranya:
1. Punggawa
a. yang berfungsi sebagai rumah dinas
b. Bangunannya berbentuk persegi empat, memiliki sebuah pintu besar yang dinamai pintu
dalam. Bangunan ini terletak di halaman dekat dengan pintu.
2. Gerbang bentar
a. Di pintu gerbang sebelah barat menuju masjid kaibon terdapat tembok yang dipayungi sebuah
pohon beringin pada tembok tersebut terdapat lima pintu bergaya bali, gerbang pertama yang
dikenal dengan gerbang bentar memiliki lima pintu yang bergaya bali arti dari lima pintu itu
melambangkan rukun islam, sedangkan sayap yang terdapat pada pintu tersebut
melambangkan bahwa gerbang tersebut selalu dilewati orang yang berlalu lalang, siapa saja
bisa melewati gerbang tersebut seperti para kerabat, pengawal, atau pelayan-pelayan. Jadi,
fungsi utama dari gerbang bentar adalah sebagai tempat berlalu lalangnya untuk semua
orang.
b. Gerbang bentar memiliki sayap pada ujung pintunya, berbentuk seperti tandunk, gaya
arsitekturnya yaitu bergaya bali. Ukuran tembok itu panjangnya 80 meter dan tingginya 2
meter.
3. Gerbang Paduraksa
a. Gerbang ini terdapat didalam ruangan, yaitu gerbang gerbang paduraksa yang bergaya
jawa, yang menghubungkan bagian depan dengan ruang utama keraton, gerbang ini
memiliki makna bahwa tidak semua orang bisa melewati gerbang itu, hanya ratu asyiah dan
orang-orang yang berkepentingan saja yang bisa melewatinya dikarenakan gerbang tersebut
dianggap sakral dan gerbang tersebut langsung menuju ruangan ratu asyiah dan tidak semua
orang bisa memasukinya. Jadi, fungsi utama dari gerbang paduraksa adalah sebagai tempat
lewatnya para ratu dan tidak semua orang bisa melewatinya.
b. Gerbang paduraksa (khas bugis) lebih tinggi dibanding dengan gerbang bentar, arsitekturnya
yaitu bergaya jawa, dan gerbang ini terdapat didalam keraton.
4. Mihrob Masjid
a. Fungsi utama dari mihrob ini adalah pada masa kesultanan adalah tempat imam sholat dan
tempat berkhutbah sholat jum’at, pada saat itu yang memimpin sholat adalah sultan
syafiuddin. Sedangkan fungsi sekarang adalah untuk photo prewedding dan sebagai objek
wisata berphoto.
b. Di keraton ini lokasi penempatan bangunan masjid  yakni di halaman kedua,  yang tersisa
hanya mihrobnya dan lantai-lantainya saja dan sampai sekarang pun lantai dan mihrob nya
masih terlihat kokoh.
5. Kamar Ratu Aisyah
a. Kamar ratu aisyah tentu saja sebagai tempat untuk ratu tidur didalam keraton kaibon.
b. Deskripsi dari kamar ratu aisyah ini berbentuk sebuah persegi empat dengan bagaian
dasarnya yang lebih rendah atau menjorok kedalam tanah, ruangan yang lebih menjorok ini
digunakan sebagai pendingin ruangan yang alami dengan cara mengalirkan air kedalamnya
melalui saluran air yang berasal dari sungai cibanten.

KERUNTUHAN KERATON KAIBON

Tahun 1832 Keraton Kaibon dihancurkan oleh pihak Belanda yang dipimpin oleh Gubernur
VOC saat itu, Jendral Daen Dels. Penyerangan dilakukan karena Sultan Syaifudin menolak dengan
keras permintaan sang jendral untuk meneruskan pembangunan Jalan Raya Anyer-Panarukan. Bahkan
utusan jendral yang bernama Du Puy dibunuh sultan hingga kepalanya dipenggal kemudian
dikembalikan kepada jendral Daen Dels. Marah besar, jendral VOC tersebut menghancurkan keraton
Kaibon hingga meninggalkan puing-puing yang tersisa saat ini.
Kini, puing reruntuhan Keraton Kaibon meninggalkan cerita tentang kejayaan Banten Lama.
Walaupun hanya berupa reruntuhan dan pondasi-pondasi bangunan, tidak membuat pengunjung
berhenti mengunjungi cagar budaya di Provinsi Banten ini. Selain ingin melihat kejayaan Banten tempo
dulu, keraton ini juga sering dijadikan pengunjung dan pasangan muda untuk mengabadikan diri
dengan latar belakang keraton yang klasik serta artistik. 

Anda mungkin juga menyukai