Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN

UKM BATIK TRUSMI DAN BUTIK SALMA

Dosen Pengampu : Yanto Heryanto S.SOS M.SI

Tingkat 1 Administrasi Publik

Kelas: A

Di susun Oleh :

1. Cindy Octa Mawa Rzky


2. Adinda
3. Erika Listiani Enisa Putri
4. Egi Dini Septiani
5. Crisna Satria Febriana
6. Nadiya fitri Nura’ini
7. Fadan Anugerah Ramdhani
8. Prio Wibowo
9. Nafya Minyatul Maula
10. Aulia Rahma

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena segala nikmat
dan karunianya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah  memberikan dukungan, baik
ide maupun materi.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bisa menjadi
referensi bagi para pembaca. Selain itu, besar harapan kami agar makalah ini dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, tentu masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang benar-benar membangun dari para pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.

Cirebon, 12 Januari 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

Latar Belakang.....................................................................................................

Rumusan Masalah................................................................................................

Tujuan Penulisan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN & SARAN ..............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batik adalah bagian dari warisan budaya Indonesia yang memiliki


seni tinggi. Menurut Santosa Doellah (2002) batik merupakan sehelai kain yang
memiliki beragam corak dan pola yang dibuat secara tradisional, dalam proses
pembuatanya menggunakan teknik celup rintang dengan lilin batik sebagai bahan
perintang warna. Batik memiliki ragam jenis seperti batik tulis, batik cap, dan
batik printing. Batik juga memiliki beragam motif dan warna sesuai dengan asal
mula batik itu tersendiri. Indonesia memiliki beragam jenis batik dengan motif
yang beragam dan ciri khas pada setiap motifnya. Beberapa batik memiliki nama
yang diambil dari daerah asal batik tersebut, seperti batik Pekalongan, batik
Trusmi, batik Solo, dan sebagainya.
Batik Trusmi merupakan batik yang dihasilkan oleh salah satu desa
yang berada di Cirebon yaitu desa Trusmi. Batik Trusmi dikenal oleh masyarakat
sejak abad ke 14, batik Trusmi menjadi salah satu koleksi kain nasional. Batik
Trusmi termasuk ke dalam batik Cirebon yang tergolong kedalam golongan batik
pesisir dan keraton. Hal tersebut dikarenakan Cirebon memiliki dua keraton yang
mempengaruhi batik Trusmi itu sendiri yakni keraton Kesepuhan dan keraton
Kanoman. Batik Trusmi memiliki motif yang menjadi ciri khasnya yaitu batik
Mega Mendung, yang memiliki bentuk menyerupai awan dan memiliki warna
tegas sebagai ciri khasnya.
Kawasan batik Trusmi ialah salah satu destinasi wisata belanja dan
budaya yang berada di Cirebon. Berbagai motif batik dari berbagai jenis dan cara
pembuatan dapat dijumpai disepanjang jalan dengan banyak showroom pada
kawasan batik Trusmi yang memiliki panjang 1,5 Kilometer. BT Batik Trusmi
merupakan salah satu showroom dan pusat oleh – oleh khas Cirebon yang berada
pada kawasan batik Trusmi. BT Batik Trusmi menjadi salah satu showroom
terbesar yang ada pada kawasan batik Trusmi, selain itu BT Batik Trusmi menjadi
showroom terbesar di Indonesia dengan produk utama ialah kerajinan batik.
Selain dikenal akan kerajinan batik, BT Batik Trusmi juga merupakan pusat oleh
– oleh batik kerajinan tangan, juga kuliner khas Cirebon dengan luas tempat 1,5
Hektar.
BT Batik Trusmi juga menjadi salah satu destinasi edukasi dalam
membatik, penggelaran sebuah festival kesenian juga sebagai tempat dalam
melestarikan kebudayaan. BT Batik Trusmi dilengkapi dengan fasilitas – fasilitas
pendukung objek wisata, seperti fasilitas umum, restoran, museum, dan fasilitas
media informasi seperti petunjuk arah. Namun berdasarkan kuesioner yang
dilakukan melalui Google Form yang disebar melalui media sosial pada 7 April
2020 kepada 74 orang responden mengenai BT Batik Trusmi terdapat
permasalahan terhadap
sistem tanda yang terdapat pada BT Batik Trusmi.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana sejarah perkembangan batik trusmi ?
2. Bagaimanakah jenis dan motif batik serta nilai-nilai filosofis yang terdapat
pada batik Trusmi Cirebon?
3. Berapa lama proses pembuatan karya seni (batik)?
4. Bagaimana proses pewarisan yang dilakukan untuk melestarikan keberadaan
batik trusmi dan apa pengaruh nya dalam globalisasi ?

13. Tujuan Penulisan

Tujuan Pusat Pengembangan Kerajinan Batik di Cirebon ini adalah menyediakan wadah yang
dapat memfasilitasi, mengedukasi, mengekspresikan, dan sebagai tempat wisata kesenian
batik, serta juga sebagai sarana pelestarian budaya batik di Cirebon.

1.4 Manfaat
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Dan Perkembangan Batik Trusmi

Batik Trusmi Cirebon pertama kali dikenal dari sebuah cerita rakyat pada abad ke-14 di suatu
daerah yang memiliki banyak tumbuhan. Melansir dari Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Cirebon, mulanya para warga daerah menebang tumbuhan.
Namun, tumbuhan tersebut selalu tumbuh kembali sehingga daerah tersebut dinamakan Desa
Trusmi yang berasal dari kata “terus bersemi”. Trusmi berada di daerah Kabupaten Cirebon
dan terletak sekitar selima kilomter dari pusat kota Cirebon. Sebelum menjadi sentra batik,
Trusmi merupakan daerah biasa.

Awal mula batik trusmi berasal dari Ki Buyut Trusmi, beliau merupakan anak pertama dari
Raja Pajajaran atau yang lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Ki Buyut Trusmi
bersama dengan Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam, khususnya pada kawasan
desa Trusmi. Selain mengajarkan agama, mereka juga mengajari ketrampilan membatik
kepada penduduk setempat. Kemudian, Sultan Keraton Cirebon memerintahkan warga dari
Trusmi untuk membuat batik seperti miliknya tapi hanya boleh ditunjukkan motifnya saja
tanpa melihat batik aslinya. Warga kemudian membuat batik sesuai perintah sultan. Saat
proses selesai, seorang warga menghadap sultan dengan membawa kain batik yang dibuat.
Sang warga meminta batik asli kepada Sultan kemudian ia membungkus kedua batik (asli dan
buatan) bersama-sama. Warga tersebut kemudian menanyakan kepada sultan untuk
menentukan mana batik yang asli dan buatan. Sultan merasa kebingungan karena kualitasnya
yang tinggi serta pengerjaan yang rapi dan detail walaupun hanya diberikan motif. Warga
Trusmi mampu membuat batik yang sama persis dengan aslinya. Keterampilan
tersebut diakui oleh sultan dan hingga saat ini, produksi batik di Desa Trusmi terus
berkembang.

Batik Trusmi kini satu-satunya sentra batik Cirebon yang dalam perkembangannya sekarang
sangat pesat. Pengaruh batik Cina begitu kuat pada batik Trusmi, baik dari pewarnaan
maupun motifnya dan berkembang pula batik Keratonan Cirebon. bukan sekedar sehelai kain
yang bertuliskan ragam hias dengan pewarnaan dan tekniknya yang khas, akan tetapi lebih
jauh dari itu, ragam hias dan juga pewarnaan yang dituangkan pada batik merupakan refleksi
estetika simbolik dari masyarakat Cirebon. Batik bukan sekedar dibuat untuk keindahan saja
melainkan sebagai kaidah moral, adat yang bermakna.

Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik Cirebon
termasuk dalam kelompok Batik Keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah
keraton yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Batik Keraton Cirebon sangat
kental dengan makna simbolis yang bukan sekedar ungkapan estetik yang visual, akan tetapi
di dalamnya memuat sistem nilai tertentu yang diyakini oleh masyarakat keraton.
Berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik
yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya
seperti motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa
Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas Gunung, Sawat Penganten, Katewono,
Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo, Supit Urang, Wadas Mantingan, Taman
arum Sunyaragi, Sunyaragian, Patran Kangkung, Taman Teratai, Wadas Singa, dan Naga
Seba.

Motif batik Cirebon yang paling populer di masyarakat adalah motif kain batik Mega
Mendung karena jenis batik ini adalah lambang khas atau simbol dari kota Cirebon. Namun,
masyarakat Cirebon khususnya generasi muda hanya mengetahui corak batik Mega
Mendung, dan tidak mengetahui filosofis dari corak Mega Mendung ini. Jenis dan corak batik
Trusmi memiliki filosofis dan makna tersendiri. Dalam proses pembuatannya, seni batik
terutama batik tulis melambangkan kesabaran pembuatnya. Setiap hiasan dibuat dengan teliti
dan melalui proses yang panjang. Kesempurnaan motif tersebut menyiratkan ketenangan
pembuatnya.

Selain motifnya yang diadaptasi dari benda dan situs yang ada di keraton, batik Keratonan
memiliki warna yang lembut seperti coklat, krem, hitam, dan soga. Kategori Batik Pesisiran
diilhami oleh flora dan fauna, baik yang ada di darat, laut, maupun udara. Misalnya, flora
yaitu bunga-bunga, daun, pohon, ganggang, dan tumbuhan lainnya, serta fauna seperti
burung, ikan, kancil, rusa, kucing, dan lain-lain. Warna dari batik Pesisiran ini cenderung
memiliki warna yang terang seperti merah, biru, hijau, kuning, dan lain-lain.

Contoh batik pesisiran :

Gambar1. Batik flora trusmi


Foto.(doc) Kompasiana.com
2.2 Jenis Batik Cirebon

 Wadasan (Batu Cadas) Jenis ini ditandai dengan adanya beberapa ornamen dan
benda-benda yang bersumber dari kraton Cirebon, termasuk ornamen Wadasan itu
sendiri. Kelompok jenis ini biasanya disebut batik Keraton. Adapun nama-nama
motif yang termasuk jenis Kratonan, diantaranya: Singa Payung, Naga Saba,
Taman Arum, Mega Mendung.

Contoh Batik Wadasan :

Gambar1. Batik Mega Mendung


Foto.(doc)BatikSalma.com

 Geometris Jenis Geometris, jenis motif ini ditandai dengan proses pendesainannya
selalu menggunakan alat bantu penggaris. Sebelum dibatik, kain harus diberi garis-
garis terlebih dahulu. Yang termasuk ke dalam jenis ini adalah Motif Tambal Sewu,
Liris, Kawung, Lengko-lengko.
Contoh Motif Batik Tambal Sewu :

Gambar1.Motif Batik
Tambal Sewu.Foto(doc).fitilline.com

 Pangkaan Jenis Pangkaan (Bouqet), batik dengan motif pangkaan yaitu menampilkan
pelukisan pohon atau rangkaian bungabungaan yang lengkap dengan ujung
pangkalnya dan sering sekali dilengkapi burung atau kupu-kupu. Nama-nama motif
ini diantaranya adalaPring Sedapur, Kelapa Setundun, Soko Cina, Kembang
Terompet, dll.
Contoh Batik Soko Cina :
Gambar1.Batik Soko Cina
Foto.(doc)Liputan6.com
 Byur Jenis Byur, motif ini ditandai dengan penuhnya ornamen bunga-bungaan dan
daun-daunan kecil yang mengelilingi ornamen pokok, sebagian contoh motif ini
adalah : Karang Jahe, Mawar Sepasang, Dara Tarung, Banyak Angrum, dll
Contoh Batik Motif Mawar Sepasang :

Gambar1.Motif Mawar Sepasang


Foto.(doc)ShoppeIndonesia.com

 Semarangan Jenis Semarangan, motif ini menampilkan penataan secara ceplok-ceplok


dengan ornamen yang sama atau motif ulang yang ditata agak renggang. Sebagian
contoh motif ini adalah motif Piring Selampad dan Kembang Kantil.
Contoh Batik Motif Piring Selampad :

Gambar1.Motif Piring Selampad


Foto(Doc)ShoppeIndonesia.com
2.3 Proses Pembuatan Batik
Sedikitnya ada lima tahap membuat batik, belum termasuk proses penjemuran hingga kering.
Proses pertama diawali dengan 'lengreng'.
A. Lengreng
adalah tahap menggambar sketsa. Sketsa digambar pada kain putih menggunakan
pensil atau alat tulis halus lain. Fungsinya hanya untuk membuat garis pandu dan
menampilkan sekilas motif kain.

FOTO ( DOKUMENTASI)

Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang
dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester,
rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Urutan Lengreng :

Pemotongan bahan baku (mori) sesuai dengan kebutuhan.


Tahap pertama yang dilakukan pada proses pembuatan batik tulis remekan adalah pencucian
pada kain dengan menggunakan TRO (Turkish Red Oil) dan kanji. Hal ini dinamakan
mordanting kain. Menurut Kumalasari (2016) mordanting kain bertujuan untuk
menghilangkan zat-zat yang menempel pada kain, dan membuka serta untuk mempermudah
tahap pewarnaan.

Proses kedua yang dilakukan untuk produksi batik tulis remekan adalah mendisain. Sistem di
batik tulis remekan sudah terdapat disain yang digambar di atas kertas, sehingga pengrajin
bisa langsung menyalin pada kain. Alat yang digunakan untuk menyalin adalah spidol yang
memiliki warna terang pada kain dan tidak meninggalkan bekas pada kain. Kain yang
digunakan untuk produk batik tulis remekan adalah kain dengan ketebalan tinggi, karena
terdapat proses remekan yang rawan terjadi kesobekkan. Produksi batik tulis remekan
menggunakan kain mori “primisama”. Kain yang digunakan untuk produksi batik tulis
remekan adalah kain dengan panjang 2,5 meter, dan lebar 1,15 meter. Tahap kedua dalam
proses pembuatan batik tulis remekan adalah mendisain. Proses mendisain tidak langsung
diatas kain, tetapi menggunakan bantuan media kertas untuk memperkecil terjadinya
kesalahan pada saat mendisain. Mendisain menggunakan spidol, hal ini karena menggunakan
pensil tidak terlalu terlihat oleh mata. Kain yang digunakan untuk proses pembuatan batik
tulis remekan adalah kain dengan ketebalan yang rapat, karena batik tulis remekan terdapat
proses remekan yang kain akan di remek-remek sampai malam memunculkan motif retak-
retak. Menurut Narasumber kain mori “primisima” merupakan kain yang memiliki kualitas
benang dan anyaman kain yang padat. Mori primissan dipilih untuk membuat batik tulis
remekan karena kain mori primisima adalah kain yang memiliki ketebalan dengan kualitas
yang bagus dan cocok untuk proses pembuatan batik tulis remekan.

B. Mencanting

Proses mencanting sesuai dengan motif yang sudah digambar pada kain. Pembuatan batik
tulis remekan menggunakan dengan berbagai ukuran tetapi memiliki fugsi yang sama, karena
sudah terdapat remekan kain yang melengkapi kekurangan dari tidak rapinya dalam proses
mencanting.

FOTO(DOKUMENTASI)

Kompor yang digunakan untuk memanaskan malam semuanya menggunakan kompor


tradisional. tidak jauh berbeda dengan mencanting pada pembuatan batik tulis lainnya,
pembuatan batik tulis remekan /mencanting disesuaikan dengan motif yang sudah di desain.
Perbedaannya terdapat pada ukuran canting yang digunakan. Menurut Narsumber (......)
canting memiliki tiga ukuran. Canting cecek dengan ukuran kecil, canting klowong dengan
ukuran lebih besar dari cecek, dan canting tembok memiliki ukuran lebih besar dari
keduanya. Canting memiliki beberapa ukuran dan fungsi yang berbeda, tetapi dalam
pembuatan batik tulis remekan canting dengan ukuran yang berbeda difungsikan dengan
sama, karena batik tulis remekan memiliki ciri khas motif yang besar dan terdapat proses
remekan yang mampu menutupi motif yang kurang rapi.

C. Pewarnaan

Proses selanjutnya adalah pewarnaan. Batik tulis remekan menggunakan pewarna napthol
dengan teknik celup. Pewarna napthol berbentuk serbuk, terdapat dua paket dalam satu
warna, yaitu warna dingin dan warna panas. Proses pencelupan diawali dari warna panas, dan
kemudian ke warna dingin. Pada saat kain dimasukkan ke dalam warna dingin, kain akan
berubah menjadi warna yang diinginkan. Pewarna napthol tidak mudah untuk di tebak,
karena pewarna napthol memiliki dua paket warna yang masing-masing warna mengeluarkan
warna yang berbeda.

FOTO(DOKUMENTASI)

Pewarna napthol ialah pewarna dengan teknik celup, menurut Herlina & Palupi (2013: 11)
menyatakan bahwa pewarna napthol terdapat zat Azo (Developed Azo Dyes) yang harus
digabungkan dengan garam (pewarna dingin) baru timbul warna. Hal ini menjelaskan bahwa
pewarna napthol memiliki dua paket, yaitu paket pewarna panas atau zat Azo (Developed
Azo Dyes) dan pewarna dingin yaitu garam, dua paket ini saling berkaitan dan tidak bisa
dijadikan satu, sehingga dalam pewarnaan napthol membutuhkan dua kaleng untuk setiap
warna. Pewarna napthol dan warna pada air yang sudah dicampur warnanya akan berbeda
dengan warna yang ada pada kain pada saat pencelupan, sehingga perlu kecermatan yang
tinggi. Pewarnaan dilakukan beberapa kali sesuai dengan berapa banyak warna yang
diinginkan. Kompor yang digunakan untuk pelehan malam ialah kompor listrik yang didesain
oleh owner sendiri, owner membeli beberapa peralatan seperti kabel dan panci, dan
merancang sendiri papan kayu sebagai tumpuan. Pemilihan kompor listrik lebih efektif
karena tidak memerlukan api atau kompor gas elpiji sebagai pemanas malam.

D. Remekan ( Pengeblokan)

Proses selanjutnya yang dilakukan untuk pembuatan batik tulis remekan adalah proses
“remekan”. Remekan menjadi pembeda dari batik tulis lainnya. Remekan ialah proses
mengeblok seluruh bagian dengan kuas dan canting, kemudian meremuk kain yang sudah di
blok diremuk sehingga timbul motif retak-retak pada bagian yang diingikan. Proses
mencanting menggunakan malam baru, tetapi proses remekan menggunakan malam bekas
yang sudah diolah kembali, sehingga tidak menambah pembuangan limbah untuk malam
bekas. Kuas digunakan untuk mengisi atau mengeblok bagian kain dengan motif atau bidang
yang cukup luas. Pengeblokkan dilakukan setelah semua pewarnaan terisi.
FOTO(DOKUMNTASI)

remekan kain menggunakan malam bekas yang sudah diolah kembali, direbus ulang dengan
tambahan bahan yang dinamakan gondorukem. Malam bekas yang sudah hancur akan susah
untuk lengket kembali, karena sudah bercampur dengan air selama proses pelorodan,
sehingga penambahan bahan gondorukem bisa membantu melengketkan kembali malam
yang sudah hancur. Menurut Narasumber(......) gondorukem merupakan pemasakan getah
pohon pinus, salah satu bahan untuk membuat malam, gondorukem berfungsi untuk bahan
pencampur lilin sampai bisa menjadi malam, sebagai alat perekat ulang. Pembuatan batik
tulis remekan tidak ada malam yang dibuang dengan sia-sia, semuanya di proses kembali dan
digunakan sampai habis untuk proses remekan. Proses remekan kain dilakukan dengan
memakai sarung tangan untuk menghindari terjadi gesekkan tangan dengan malam. Selain
untuk melindungi tangan dari kerasnya malam yang diremek, sarung tangan juga berfungsi
untuk melindungi tangan dari pewarna, karena batik tulis remekan menggunakan pewarna
dengan teknik celup. Pemilihan kuas sebagai pengeblokkan pada kain, karena kuas lebih
cepat untuk mengisi bagian-bagian motif yang besar dibandingkan dengan canting. Proses
remekan kain masih manual dengan tangan sampai malam retak.

Suhu udara yang cocok digunakan untuk proses remekan kain adalah suhu udara yang dingin.
Hal ini karena jika proses remekan kain dilakukan pada suhu udara yang cenderung panas,
maka malam akan lebih susah retak. Menurut Naraasumber(..........)malam belum mencair
atau masih membeku pada suhu sekitar 28ₒC. Hal ini memperkuat bahwa desa trusmi,
kecamatan plered kabupaten cirebon jawa barat sangat cocok untuk tempat pembuatan batik
tulis remekan, karena tempat ini tergolong dalam tempat yang dingin, menurut
Narasumber(......)suhu udara desa trusmi berkisar antara 24-26ₒC, dan letak Desa trusmi
masuk dalam kawasan plered Pernyataan ini menyatakan bahkan Daerah plered tergolong
daerah dengan suhu dibawah 28ₒC. Hal senada disampaikan oleh Narasumber (...........)
menyatakan bahwa luas lahan di daerah trusmi sebagian besar adalah pertanian.

E. Penglorodan

Proses produksi batik tulis remekan yang terakhir adalah proses penglorodan. Proses
penglorodan di batik tulis remekan menggunakan air panas, terdapat tambahan tepung alami
yaitu kanji. Kanji digunakan untuk mempermudah lepasnya malam yang menempel pada
kain. Setelah penglorodan kain hal terakhir yang dilakukan adalah penjemuran.

FOTO(DOKUMENTASI)
Pada proses yang ini atau proses terakhir dalam pembuatan batik tulis remekan sama seperti
proses penglorodan kain pada umumnya. Menurut Narasumber (...........)

nglorod adalah proses perebusan kain dengan air panas sampai sisa malam pada kain hilang.
Air panas membantu malam untuk mencair dan lepas dari kain, sehingga motif pada batik
akan terlihat lebih jelas. Kanji digunakan untuk campuran pada proses remekan, karena kanji
dapat membantu proses penglorodan lebih cepat, hal ini diperkuat menurut Indreswari (2016)
kanji berfungsi sebagai campuran untuk mempermudah melepas malam dari kain. proses
penglorodan, proses paling akhir perebusan kain dengan campuran kanji untuk
mempermudah lepasnya malam pada kain dan penjemuran.

2.4 Proses Pewarisan Batik Di Era Globalisasi


Banyak ragam tradisi yang perlu dilestarikan oleh generasi penerus, agar suatu tradisi
tersebut tidak hilang, salah satunya adalah pewarisan tradisi membatik. Batik merupakan
warisan nenek moyang Indonesia yang masih ada sampai sekarang. Batik sebagai salah satu
warisan budaya nenek moyang Indonesia berhasil tumbuh berkembang tidak tersisihkan
dengan arus globalisasi mode dunia. Bahkan batik mampu menjadi tren berbusana untuk
masyarakat lokal maupun dunia, semua lembaga mewajibkan seluruh pegawainya
menggunakan batik disetiap kesempatan yang ditentukan. Batik di Indonesia sudah ada sejak
kerajaan Majapahit. Pada zaman dahulu batik hanya diperuntuhkan untuk keluarga raja-raja
saja. Seiring perkembangan zaman, batik di Indonesia pun ikut berkembang hampir ada
diseluruh wilayah Indonesia. Dalam perkembangannya batik ditiru oleh seluruh masyarakat
luas dan menjadi pekerjaan kaum wanita untuk mengisi waktu senggang. Membatik
merupakan sebuah tradisi yang diwariskan secara turun temurun, dari generasi ke generasi.
Hal ini diwujudkan sebagai salah satu bentuk kepedulian masyarakat Indonesia terhadap
produk dalam negeri yang harus tetap dilestarikan. Dalam hal ini salah satunya yang kita
kenal sebagai sentral pengrajin batik yang ada di Jawa Barat yaitu Kota Cirebon tepatnya di
Desa Trusmi yang sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai pusat pengrajin batik.
Pengembangan industri batik yang dilakukan dengan mempertahankan proses pembuatan
batik secara tradisional. Upaya pengembangan industri batik ini secara tidak langsung juga
ikut mengembangkan kondisi sosial budaya di kampung batik Desa Trusmi. Semenjak
adanya kegiatan membatik tersebut, kaum wanita khususnya ibu-ibu rumah tangga cenderung
mengisi waktu luangnya untuk membatik pada salah satu rumah pengusaha batik. Kondisi
tersebut menyebabkan hubungan kekerabatan di desa tersebut semakin kuat dan erat.
Kegiatan membatik ini juga dijadikan salah satu mata pencaharian masyarakat di Desa
Trusmi. Kebanyakan masyrakat di Desa Trusmi bekerja sebagai pengrajin batik dan menjadi
salah satu pekerjaan tetap masyarakatnya. Sehingga tidak aneh lagi jika seluruh masyarakat
di Desa Trusmi kebanyakan berpartsipasi dalam mengembangkan industri batik.
Fenomena yang ada di Desa Trusmi, berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa umumnya
masyarakat di Desa Trusmi masih memegang teguh tradisi yang sudah ada. Kegiatan
membatik sampai saat ini masih terus berkembang bahkan anak muda pun mengikuti dan
menyukai kegiatan membatik. Generasi muda yang melakukan pewarisan tradisi membatik
semata-mata karena mereka menyenangi batik, dan mereka sudah mengenal batik sejak
mereka berusia dini, batik juga merupakan salah satu warisan yang sudah ada sejak nenek
moyangnya dahulu, sehingga mereka mau mengembangkan pewarisan tradisi membatik ini.
Perkembangan batik Desa Trusmi mengalami perkembangan yang sangat pesat, mulai dari
model, motif, warna sampai dengan pemasarannya. Pemasaran batik tidak hanya berpusat di
Desa Trusmi saja tetapi sudah berkembang hingga seluruh wilayah di Indonesia. Bahkan
sudah merambah pasar dunia. Batik khas Cirebon ini merupakan salah satu daya tarik
wisatawan lokal maupun mancanegara untuk singgah ke Kota Cirebon.

Banyak pengunjung yang datang khusus untuk berbelanja batik, karena memang kualitas
batik Cirebon sudah terkenal dengan motif yang beranekaragam dan banyak pilihan untuk
semua kalangan. Batik merupakan salah satu kesenian budaya yang bernilai tinggi yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia, jadi dengan cara apa pun semua generasi bangsa Indonesia
wajib menjaga dan melestarikannya agar batik tidak diklaim oleh negara lain dan juga tidak
akan pernah punah meskipun adanya era globalisasi seperti saat ini. Manfaat melestarikan
batik adalah supaya para generasi muda dapat mengetahui dan merasakan keberadaan batik di
Indonesia sebagai kebudayaan Indonesia. Batik adalah budaya yang sangat perlu untuk
dilestarikan supaya terhindar dari kepunahan dan pengklaiman dari negara lain. Banyak cara
yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam melestarikan batik, salah satunya adalah dengan
cara menggelar kegiatan pameran batik guna menghilangkan kesan dan anggapan batik hanya
cocok dikonsumsi oleh kelompok tua dan hanya digunakan untuk kegiatan formal. membatik
yang ada di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon. Karena peneliti mengganggap bahwa adanya
masalah yang harus diteliti dalam pewarisan tradisi membatik, karena jika dilihat dari
observasi awal yang peneliti lakukan kurangnya minat generasi muda terhadap tradisi
membatik. Jika dikaitkan dengan penelitian terhdaulu memang sama-sama mengambil pola
pewarisan dalam bidang batik. Tetapi bedaya disini adalah jika penelitian yang dilakukan
oleh Aini Lolita lebih terhadap motif-motif batik sumedang dan ciri khasnya, sedangkan
penelitian yang akan peneliti ambil mengenai pola pewarisan tradisi membatik. erdasarkan
hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam
proses pola pewarisan. Karena menurut peneliti, sangat penting mengetahui pola pewarisan
dalam tradisi membatik. Dengan kita mengetahui itu, maka kita akan berpartisipasi dalam
melestarikan budaya yang sudah dilestarikan oleh nenek moyang kita.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.citrust.id/mengenal-tahapan-membatik-para-pembatik-trusmi.html
Herlina, S & Palupi, D. Y. 2013. Pewarnaan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Pendidikan

[1]Ikawanty, dkk. 2015. Otomatisasi Canting Listrik untuk Pembuatan Batik Tulis
Probolinggo. Prosiding Sentia, 7. 111ˉ 116.

[3] Indreswari, A.G, 2016. Batik Topo Bantul Konsisten dalam Pembuatan Kain Batik Tulis
dan Cap. Jurnal Seni Kriya, 5(1). 1ˉ8.

[4] Kharismawati, dkk. 2016. Straregi Implementasi Produksi Bersih untuk Meningkatkan
Kinerja Industri Gondorukem (Studi Kasus Nagreg Jawa Barta). Jurnal Aplikasi Manajemen.
14(4). 705ˉ 713.

[5] Kumalasari, V. 2016. Potensi Daun Ketapang, Daun Mahoni, dan Bunga Kecombrang
sebagai Alternatif Pewarna Kain batik yang Ramah Lingkungan. Jurnal Teknik Lingkungan,
2(1). 62ˉ70.

[6] Moerniati, Encus, A. D. 2013. Skripsi “Studi Batik Tulis (Kasus di Perusahaan Batik
Ismoyo Dukuh Butuh Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)”. Surakarta.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

[7] Riyanto, D. 1997. Proses Batik. Solo: Aneka. [8]Sari, dkk. 2018. HKI Pada Batik Tulis
Indonesia (Studi Kasus Batik Tulis Tanjung

Anda mungkin juga menyukai