Disusun oleh:
Devi Apriliya Sari
(142170037)
Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang terdapat dalam makalah ini adalah benar-
benar saya buat sendiri, bukan menjiplak dari tugas teman manapun dan materi mengenai sejarah
perkembangan Batik Cirebon dan segala hal yang berkaitan dengan materi Batik Cirebon saya
ambil dari web yang telah saya cantumkan dalam daftar pustaka. Makalah ini saya buat dengan
sungguh-sungguh untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen
Strategik Ibu Dr. Sri Suryaningsum, S.E., M.Si., A.k., C.A.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 22 Mei2019
PENDAHULUAN
Bilamana kita ingin melihat banyaknya kekayaan desain motif batik Indonesia contoh
yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat saja. Walaupun masih dalam satu
propinsi dan kultur budaya yang sama, tiap-tiap daerah seperti Cirebon dengan Indramayu sudah
memiliki karakter dan desain motif yang berbeda. Antara Cirebon dan Garut juga memiliki
perbedaan yang sangat jauh sekali dan sangat signifikan perbedaannya.
Batik Trusmi Cirebon mulai ada sejak abad ke 14. suatu daerah dimana saat itu tumbuh
banyak tumbuhan, kemudian para warga menebang tumbuhan tersebut namun secara seketika
kemudian tumbuhan itu tumbuh kembali. Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang
berasal dari kata terus bersemi.
Asal mulanya Sultan kraton menyuruh orang trusmi untuk membuat batik seperti
miliknya tanpa membawa contoh batik, dia hanya di perbolehkan melihat motifnya saja. Saat
jatuh tempo, orang trusmi itu kemudian datang kembali dengan membawa batik yang telah dia
buat.Ketika itu orang trusmi tersebut meminta batik yang asli kepada Sultan,yang kemudian di
bungkuslah kedua batik itu (batik yang asli dengan batik buatannya/duplikat).
Orang trusmi kemudian menyuruh sultan untuk memilih batik yang asli namun sangking
miripnya sultan tidak dapat membedakannya, batik duplikat tersebut tidak ada yang meleset
sama sekali dari batik aslinya. sehingga sultan mengakui bahwa batik buatan orang trusmi sangat
apik, tanpa membawa contoh batik yang aslinya dapat membuat batik yang sama persis.
Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran. Namun juga
sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik Keraton. Hal ini karena di Cirebon
memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon
berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebon Klasik seperti
motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, Banjar
Balong, Ayam Alas dan lain-lain.
Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau
menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang
memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk
Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity)
sejak 2 Oktober 2009.
Batik Cirebon merupakan ragam batik khas Cirebon yang merupakan salah satu dari
empat sentra industri batik di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang. Tiga sentra industri
batik lainnya adalah Indramayu, Tasikmalaya, dan Garut. Meskipun demikian, Cirebon
merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola batik di sentra-
sentra industri batik lain di Jawa Barat.
Motif batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif
Megamendung. Motif ini melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan
pemberi kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Cina di
Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa bernama Ong Tie.
Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan proses pewarnaan yang dilakukan
sebanyak lebih dari tiga kali.
Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka
sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan Cirebon dengan
kebudayaan lain terutama Sunda dan Jawa dan adanya beberapa keraton yang ada di Cirebon
yaitu Keraton Kesepuhan dan Keraton Kanoman.Kebudayan Cirebon memiliki keunikan dan
kekhasan tersendiri, khususnya batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon.
Desa Trusmi merupakan salah satu desa terpenting, dalam khasanah kebudayaan Cirebon,
yang menarik dari Desa Trusmi ini adalah budaya membatik. Penggunaan kata Trusmi berasal
dari sejarah Pangeran Trusmi putra pasangan Pangeran Carbon Girang dengan Nyi Cupluk. Nyi
Cupluk adalah putri dari Ki Gede Trusmi sedangkan Pangeran Carbon Girang adalah putra Ki
Kuwu Cerbon. Pangeran Trusmi atau Bung Cikal dikisahkan memiliki kebiasaan senang
memangkas tanaman yang ditanam kakeknya, setiap kali tanaman itu dipangkas, tanaman itu
kembali tumbuh. Maka disebutlah Trusmi yang bermula dari kata terus semi atau terus tumbuh
kembali.
Kesenian dan kebudayaan masyarakat Trusmi memang memiliki khas dan keunikan
tersendiri salah satunya yaitu batik. Batik yang berkembang di Trusmi diyakini penduduknya
sebagai warisan dari leluhurnya yaitu Ki Gede Trusmi. Batik Trusmi kini satu-satunya sentra
batik Cirebon yang dalam perkembangannya sekarang sangat pesat. Pengaruh batik Cina begitu
kuat pada batik Trusmi, baik dari pewarnaan maupun motifnya dan berkembang pula batik
Keratonan Cirebon.
Salah satu yang menarik tentang batik Trusmi, bukan sekedar sehelai kain yang
bertuliskan ragam hias dengan pewarnaan dan tekniknya yang khas, akan tetapi lebih jauh dari
itu, ragam hias dan juga pewarnaan yang dituangkan pada batik merupakan refleksi estetika
simbolik dari masyarakat Cirebon. Batik bukan sekedar dibuat untuk keindahan saja melainkan
sebagai kaidah moral, adat yang bermakna. Proses pembuatan batik ada dua cara yaitu dengan
cara ditulis dan dicetak.
Batik tulis sebagai kain bergambar yang dibuat dengan menuliskan atau memberikan
goresan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu atau
biasa dikenal dengan kain batik. Batik ini tercipta dari pemikiran-pemikiran leluhur bangsa
Indonesia yang dalam sejarahnya hingga kini memiliki beragam nilai kearifan lokal. Batik
Trusmi mencerminkan nilai, norma dan emosi suatu masyarakat Trusmi.
Batik Trusmi berawal dari material textile yang merupakan salah satu kebutuhan primer
manusia akan sandang lalu berkembang menjadi suatu kebudayaan sekaligus penanda
keberadaan suatu kelompok masyarakat.
Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik
Cirebon termasuk dalam kelompok Batik Keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua
buah keraton yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Batik Keraton Cirebon sangat
kental dengan makna simbolis yang bukan sekedar ungkapan estetik yang visual, akan tetapi di
dalamnya memuat sistem nilai tertentu yang diyakini oleh masyarakat keraton. Berdasarkan
sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga
sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti motif
Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong,
Banjar Balong, Ayam Alas Gunung, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar
Menjangan, Simbar Kendo, Supit Urang, Wadas Mantingan, Taman arum Sunyaragi,
Sunyaragian, Patran Kangkung, Taman Teratai, Wadas Singa, dan Naga Seba.
Batik sebagai salah satu warisan budaya memerlukan pemaknaan, tidak cukup hanya
dihadirkan secara fisik atau material sehingga dapat dijumpai dimana-mana karena dipakai oleh
semua kalangan masyarakat. Namun, yang tidak pentingnya adalah menggali nilai-nilai filosofis
atau non material yang terkandung di dalamnya untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat.
Motif batik Cirebon yang paling populer di masyarakat adalah motif kain batik Mega
Mendung karena jenis batik ini adalah lambang khas atau simbol dari kota Cirebon.
Namun, masyarakat Cirebon khususnya generasi mudahanya mengetahui corak batik
Mega Mendung, dan tidak mengetahui filosofis dari corak Mega Mendung ini. Jenis dan corak
batik Trusmi memiliki filosofis dan makna tersendiri. Dalam proses pembuatannya, seni batik
terutama batik tulis melambangkan kesabaran pembuatnya. Setiap hiasan dibuat dengan teliti dan
melalui proses yang panjang. Kesempurnaan motif tersebut menyiratkan ketenangan
pembuatnya. Corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan
oleh kalangan tertentu. Misalnya, motif parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan,
hanya boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria. Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan
dan kesabaran yang tinggi. Kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan
kekuatan gaib batik tersebut. Selain proses pembuatan batik yang sarat dengan makna filosofis,
corak batik merupakan simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berfikir
masyarakat
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana perkembangan Batik Cirebon ?
b. Apa saja batik khas Cirebon dan apa filosofinya ?
c. Apakah ciri khas dari batik Cirebon ?
d. Apa ada Perda yang melindungi Batik Cirebon dan peranan pemerintah dalam
perlindungan batik tersebut?
e. Bagaimana penyusunan analisis dan pilihan strategi jika diimplementasikan dalam
perkembangan Batik Cirebon ?
f. Bagaimana kajian keuangan industri Batik di Cirebon ?
g. Bagaimana penelitian dan pengembangan industri Batik di Cirebon ?
h. Bagaimana cara produksi Batik Cirebon ?
i. Bagaimaan pengembangan bisnis dan perdagangan industri Batik di Cirebon ?
j. Bagaimana evaluasi strategi industri Batik di Cirebon ?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Batik Cirebon.
b. Untuk mengetahui macam batik khas Cirebon dan filosofinya.
c. Untuk mengetahui ciri khas dari batik Cirebon.
d. Untuk mengetahui Perda yang melindungi Batik Cirebon dan upaya pemerintah dalam
melindungi Batik Cirebon.
e. Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun analisis dan pilihan strategi jika
diimplementasikan dalam perkembangan Batik Cirebon.
f. Untuk mengetahui bagaimana kajian keuangan industri Batik di Cirebon.
g. Untuk mengetahui bagaimana penelitian dan pengembangan industri Batik di Cirebon.
h. Untuk mengetahui bagaimana cara produksi Batik Cirebon.
i. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan bisnis dan perdagangan industri Batik di
Cirebon.
j. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi strategi industri Batik di Cirebon.
BAB II
PEMBAHASAN
Batik Trusmi misalnya adalah merupakan karya dari seorang pemuka agama Islam, yaitu
bernama Ki Buyut Trusmi. Dulu pada mulanya Ki Buyut Trusmi bersama dengan Sunan Gunung
Jati, menyebarkan Agama Islam khususnya di kawasan desa Trusmi. Mereka selain mengajarkan
agama Islam, mereka juga mengajari ketrampilan membatik kepada penduduk setempat, hingga
akhirnya kini kawasan Desa Trusmi ini dikenal dengan Kampung Batik.
Secara visual batik Cirebon memiliki banyak ragam dan corak yang menggambarkan
betapa banyaknya pengaruh dari luar, baik mancanegara maupun daerah sekitar yang memiliki
hubungan erat dengan Cirebon. Pengaruh dari luar yang tampak pada batik Cirebon berasal dari
Tiongkok , Arab (dunia Islam) dan India (mitologi Hindu).
Di antara tiga budaya tersebut, seni rupa Tiongkok memiliki pengaruh yang sangat besar.
Hubungan erat antara Cirebon dengan Tiongkok terjadi karena para saudagar dari Tiongkok
sering tinggal dan menetap di daerah ini. Selain itu banyak di antara orang Tiongkok yang
menikah dengan penduduk setempat. Demikian pula dengan menikahnya Sunan Gunungjati
dengan Oeng Tien, seorang putri dari kekaisaran Tiongkok memiliki dampak yang sangat besar
pada bidang seni dan arsitektur di Cirebon. Hal ini misalnya, dapat dilihat dengan adanya ragam
hias awan dan bebatuan yang terdapat di keraton Kasepuhan dan Taman Sunyaragi. Hal serupa
terdapat pula pada motif kain batik, yang di antaranya pada batik motif Taman Arum.
Hubungan Cirebon sebagai daerah pelabuhan dengan daerah-daerah lainnya dengan para
pendatang dari berbagai negeri yang membawa tata-nilai seni budaya telah menjadikan Cirebon
mengalami suatu pembauran budaya baik secara internal dan eksternal. Hubungan perdagangan
yang erat antara Cirebon dengan negeri Tiongkok, Arab, India (Hindu), telah pula menyebabkan
kultur Cirebon berpadu dengan kulturkultur asing tersebut. Perpaduan budaya tersebut pada
akhirnya telah membuahkan corak-corak cultural yang beragam pada kebudayaan Cirebon
umumnya.
Batik Cirebon memiliki keunikan dan kekuatan dalam penggambaran desain motifnya
yang telah diakui masyarakat pencinta batik. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan batik
pesisir, namun sebagian batik Cirebon juga termasuk dalam kelompok batik kraton. Apabila
dilihat dari sisi ragam hiasnya, maka batik Cirebon memiliki dua ragam hias, yakni batik
pesisiran yang dipengaruhi budaya Tiongkok dan batik kraton yang banyak dipengaruhi oleh
agama Hindu dan Islam.
Pengrajin Batik Trusmi - Cirebon
Cirebon merupakan salah satu sentra batik di pulau Jawa yang memiliki perjalanan
panjang. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari peran pusat pemerintahan (Keraton Cirebon) dan
lingkungan sosial masyarakat penyangga tradisi membatik, seperti beberapa tempat produksi
batik, yakni Kenduruan, Paoman, Trusmi, dan Kalitengah. Dari beberapa sentra seni kerajinan
batik tersebut hanya di desa Trusmi yang masih bertahan hingga saat ini. Pengrajin batik Trusmi
merupakan pemasok batik untuk memenuhi kebutuhan Keraton. Motif batik untuk keperluan ini
memiliki makna filosofis. Di samping itu pengrajin batik Trusmi juga memproduksi batik gaya
pesisiran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Gaya ini lebih dinamis dalam mengikuti selera
pasar tanpa harus memiliki makna filosofis.
Pertumbuhan dan perkembangan batik Cirebon yang memiliki kedua klasifikasi yaitu
batik Pesisir dan batik kraton adalah bukti betapa uniknya batik Cirebon tersebut. Perkembangan
batik Cirebon dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini cukup melonjak dari sisi jumlah (Data
Yayasan Batik Jawa Barat). Ketika batik diakui oleh UNESCO sebagai World Heritage (Warisan
Dunia) pada tahun 2009, berbusana batik menjadi mode dan batik Cirebon kembali berkembang
lagi dengan hasil dari produksi yang awalnya hanya berupa kain, berkembang menjadi aneka
ragam bentuk dan jenisnya dari bahan dan barang jadi yang beraneka ragam, dari busana dan
aksesoris yang semua bermotif ciri khas Cirebonan. Dahulu batik Cirebon umumnya digunakan
untuk kain sinjang (jarik) berupa lembaran-lembaran kain yang menggunakan warna dan motif-
motif tradisional, kini juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sandang dan lainnya, beberapa
pengrajin telah mengembangkan produk batik lebih bervariasi dan mengikuti perkembangan
zaman.
Berkembangnya batik cirebon yaitu dulunya berawal dari Pelabuhan Muara Jati (kini
disebut Cirebon) dijadikan tempat persinggahan oleh para pedagang asing seperti dari, Arab,
Tiongkok, India dan Persia. Para pedagang tersebut ini akhirnya menciptakan percampuran
beragam budaya dan menghasilkan banyak tradisi baru diantaranya adalah batik Cirebon. Batik
Cirebon berkembang pada jaman Sunan Gunung Jati pada abad 16, ketika menyebarkan ajaran
Islam di Cirebon.
Motif atau ornamen batik Cirebon dikelompokkan menjadi ornamen batik Pesisiran dan
batik Keraton, yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Ornamen batik keraton
termasuk dalam batik klasik, misalnya motif Paksinaga Liman, Megamendung, Patran Keris,
Singa Payung, Singa Barong, dan sebagainya.
a. Batik Megamendung
Ikon batik Cirebon adalah motif batik megamendung. Motif batik megamendung
mempunyai kekhasan yang identik sehingga berbeda dengan daerah lain. Kekhasan motif
batik megamendung terletak pada motifnya berupa gambar menyerupai awan dengan
warna tegas, serta nilai filosofi yang terkandung di dalamnya yang berkaitan erat dengan
sejarah lahirnya batik Cirebon secara keseluruhan. Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata berencana mendaftarkan motif batik megamendung ke UNESCO guna
mendapat pengakuan sebagai salah satu warisan dunia. Motif batik ini telah dikenal luas
sampai manca Negara. Bahkan motif megamendung sempat dijadikan cover sebuah buku
berjudul Batik Design yang merupakan terbitan luar negeri. Buku tersebut merupakan
sebuah karya dari Pepin Van Roojen, pria berkebangsaan Belanda. H. Komarudin Kudiya
S.IP, M.DS sebagai Ketua Harian yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) berpendapat, bahwa
motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna
sehingga penggunaan motif ini sebaiknya dijaga baik dan ditempatkan sebagaimana
mestinya.
Gaya teknik pembuatan batik Cirebon ini berbeda dengan teknik pembuatan batik Jawa.
Pada proses penggambaran pola pada pembuatan batik Jawa, pembuat pola harus menggambar
garis pola sebanyak dua buah (kembar) sehingga telah memberikan batasan tembok pada pola
untuk tahapan selanjutnya. Selanjutnya, pembuat tembok tidak perlu membuat garis pola sendiri
dan langsung terfokus pada proses untuk menutup bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai,
dimana batasannya sudah dibuat oleh pembuat pola pada tahapan sebelumnya.
Kelima ciri tersebut merupakan hal teknis keunggulan dari batik Cirebonan
klasik/tradisional.
Lain halnya dengan kelompok batik Cirebonan yang termasuk kelompok batik Pesisiran.
Karakter batik Cirebonan Pesisiran dipengaruhi oleh sebagaimana karakter penduduk masyarakat
pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh asing.
Daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing singgah, berlabuh hingga terjadi
perkawinan lain etnis (asimilasi) maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima
pengaruh dari luar.
Batik Cirebon lebih cenderung memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai
daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-
warna batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna.
Produksi batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik
kombinasi tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin batik Cirebonan
yang memproduksi kain bermotif batik Cirebon dengan teknik sablon tangan (hand printing),
namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir punah, dikarenakan kalah segalanya oleh
teknik sablon mesin yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar.
Daerah penghasil produksi dan pengrajin batik Cirebonan terdapat di 5 wilayah desa yang
berbeda, tepatnya daerah-daerah yang ada di sekitar desa Trusmi (pusat batik Cirebonan). Desa-
desa yang berada di sekitar desa Trusmi diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah
dan Panembahan. Pertumbuhan batik Trusmi nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000,
hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan showroom-showroom batik yang berada di
sekitar jalan utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir
seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki
oleh pemilik modal dari luar Trusmi.
Proses pembuatan
Teknik pembuatan
Teknik pembuatan batik Cirebon diantaranya adalah dengan membuat garis tipis-tipis
atau garis kontur pola (Cirebon: Wit) pada kain yang akan dibatik. Garis wit ini sangat tipis
tetapi memiliki warna yang lebih tua dibandingkan warna kain yang akan dibatik. Pengerjaan
pembuatan garis wit pada kain dalam bahasa Cirebon disebut Anglengreng ("menggambar
pola"). Pada proses pengerjaannya, penggambar pola atau tukang lengreng hanya menggambar
satu goresan garis wit. Dengan demikian, pada tahapan selanjutnya (nembok atau menutup
bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai), pembuat tembok harus membuat sendiri garis wit
tersebut. Hal ini yang menyebabkan seorang pembuat tembok harus memiliki keahlian khusus
agar terbentuk pola batik sesuai dengan yang diinginkan.
Tahap pemasukan adalah langkah awal dalam merumuskan strategi. Tahap masukan
adalah melakukan identifikasi faktor-faktor ekternal , pesaing utama batik, dan identifikasi
lingkungan internal yang berpengaruh terhadap perkembangan batik Pekalongan. Identifikasi
lingkungan internal dilakukan dengan melakukan pencarian dan pendataan fakta-fakta
mengenai kekuatan dan kelemahan dari Batik Cirebon. Sama dengan identifikasi lingkungan
internal, lingkungan eksternal yaitu pencarian informasi dan fakta-fakta dari peluang dan
ancaman yang berpengaruh terhadap perkembangan Batik Cirebon.
1) Membuat List atau daftar faktor kunci dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) Batik Cirebon.
2) Menentukan nilai bobot dari setiap faktor yang memengaruhi perusahaan. Pemberian
nilai bobot berdasarkan skal 0 (tidak penting) sampai 1.0 (paling penting). Total dari
nilai bobot adalah 1.0.
3) Memberikan peringkat pada masing-masing faktor dengan skala 1 (sangat tidak baik),
2 (tidak baik), 3 (baik), 4 (sangat baik). Skala peringkat 3 dan 4 diberikan untuk
faktor kekuatan dan peluang, sedangkan skala peringkat 1 dan 2 diberikan untuk
faktor kelemahan dan ancaman.
4) Membuat skor dengan mengalikan masing-masing bobot dengan peringkat dari setiap
faktor kunci.
5) Menambahkan seluruh nilai skor tertimbang untuk setiap variable untuk mendapatkan
total skor tertimbang.
Hasil Pengolah matriks IFE atau EFE bersifat kuantitaf yaitu apabila total skor lebih
dari 2,5 maka Perusahaan dapat mengoptimalkan kekukatan dan peluang yang ada terhadap
kelemahan maupun ancaman dari perkembangan Batik Cirebon. Pembuatan matriks IFE dan
EFE juga dapat bermanfaat untuk melihat kekuatan dan peluang utama utama (Skor yang
paling tinggi), serta melihat kelemahan dan ancaman (skor yang paling rendah) yang paling
berpengaruh bagi daerah. Berikut tahapan evaluasi faktor internal dan eksternal dapat dilihat
pada table.
1.
2. Dst.
Total
Strategi yang dapat dirumuskan pada matriks SWOT (David 2016) antara lain:
Matrik SPACE
Adalah alat pencocokan yan memiliki 4 kuadran mengindikasikan apakah apakah
strategi agresif, konservatif, defensive, atau kompetitif yang paling sesuai.
Matrix BCG
Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk
membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan
perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan tersebut
agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau menghentikan
produknya. Matrik BCG ini juga membantu perusahaan dalam menentukan pengalokasian
sumber daya dan sebagai alat analisis dalam pemasaran merek, manajemen produk,
manajemen strategis dan analisis Portofolio.
Kategori-kategori masing-masing diwakili oleh Bintang (Star), Sapi Perah (Cash Cows),
Anjing (Dogs) dan Tanda Tanya (Question Marks).
a) Stars (Bintang) : Yang termasuk dalam kategori Stars atau Bintang adalah
produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar yang dominan dan
pertumbuhan yang cepat serta menghasilkan uang (pendapatan) yang besar. Ini
berarti produk-produk yang dihasilkan merupakan produk-produk terkemuka
yang diminati oleh pasar. Perusahaan membutuhkan banyak investasi untuk
mempertahankan posisi produk-produk tersebut dan untuk mendukung
pertumbuhan lebih lanjut serta mempertahankan keunggulan-keunggulan atas
produk tersebut agar dapat tetap bersaing dengan produk kompetitor lainnya.
Produk-produk di kategori Bintang ini dapat berubah menjadi kategori Sapi perah
(Cash Cows) apabila mereka tetap dapat mempertahankan keberhasilan mereka
hingga tingkat pertumbuhannya mengalami penurunan.
b) Cash Cows (Sapi Perah) : Yang termasuk dalam kategori Cash Cows atau Sapi
Perah adalah produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar,
menghasilkan uang atau pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaannya. Produk atau unit bisnis pada kategori
ini memiliki pangsa pasar yang tinggi namun prospek pertumbuhan kedepan akan
sangat terbatas. Pendapatan yang didapat pada tingkat Cash Cows ini biasanya
digunakan sebagai pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-produk
baru yang masih berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau
membayar hutang-hutang perusahaan serta membayar dividen kepada pemegang
saham. Perusahaan disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk-produk
dalam kategori Cash Cows ini untuk mempertahankan produktivitas dan kualitas
atau dapat juga dijadikan pendapatan pasif bagi perusahaan.
c) Dogs (Anjing) : Dogs (Anjing) atau juga dikenal dengan istilah hewan peliharaan,
yang termasuk pada kategori Dogs ini adalah produk atau unit bisnis yang
memiliki pangsa pasar rendah dan mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah.
Produk-produk pada kategori ini biasanya hanya memberikan kontribusi
keuntungan yang sangat rendah atau bahkan harus menderita kerugian. Produk
atau bisnis unit kategori Dogs ini umumnya merupakan beban bagi perusahaan
karena dapat menguras waktu manajemen dan sebagian besar sumber daya
perusahaan. Unit bisnis atau produk yang telah berada pada kategori ini biasanya
akan mengalami pengurangan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen
perusahaan.
d) Question Marks (Tanda Tanya) : Kategori Question Marks kadang-kadang
disebut juga dengan problem children atau wildcats). Yang termasuk dalam
kategori Question Marks ini adalah produk atau bisnis unit yang memiliki prospek
pertumbuhan yang tinggi tetapi pangsa pasarnya masih sangat rendah.
Penghasilan (uang) yang didapat umumnya tidak sebanding dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan (lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan). Namun karena
prospek pertumbuhannya sangat pesat sehingga berpotensi untuk berubah menjadi
Stars atau Bintang. Manajemen perusahaan tersebut disarankan untuk tetap
berinvestasi pada produk atau bisnis unit
Matrix IE
Setelah mengetahui posisi produk dan bisnis unit kita berada, tahap selanjutnya
adalah menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi pasar dan tingkat persaingan yang
ada. Berikut ini terdapat empat strategi yang dapat diterapkan pada bisnis unit atau produk-
produk yang berada dalam Matriks BCG.
(a) Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk atau unit
bisnis agar dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini biasanya dilakukan
untuk mendorong produk-produk dalam kategori Question Marks menjadi
Stars dan akhirnya menjadi Cash Cows.
(b) Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan produk-
produk agar tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut biasanya
digunakan pada kategori Stars.
(c) Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan
mencoba untuk mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin dari
produk atau meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan. Strategi ini
biasanya digunakan pada produk-produk atau unit bisnis yang berada di
kategori Cash Cows.
(d) Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan penutupan
usaha atau likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang mengalami
kerugian atau produk yang memiliki pangsa pasar rendah. Strategi Divestasi
ini biasanya dilakukan pada produk atau unit bisnis yang berada di kategori
Dogs.
I II III
IV V VI
VII VIII IX
Gambar Matriks IE
(David 2016)
Dengan mengombinasikan total skor matriks internal dan eksternal menjadi matriks
IE, perusahaan juga dapat menentukan posisi perusahaan dan strategi yang harus
difokuskan. Kotak yang dibagi berdasarkan sembilan bagian dinamakan sel atau divisi
memiliki implikasi manajerial yang berbeda. Berikut posisi dan strategi perusahaan
berdasarkan kuadran matrix IE (David 2016):
(i) Divisi I, II, IV daerah Cirebon berada pada posisi tumbuh dan
membangan, strategi yang tepat digunakan adalah strategi insentif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk), dan
strategi integratif (integratif kedepan, belangkang, horizontal).
(ii) Divisi III, V, VII menunjukan daerah Cirebon berada pada posisi
pertahankan dan pelihara. Strategi yang tepat untuk digunakan yaitu
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
(iii)Divisi IV, VIII, dan IX menunjukan daerah Cirebon berada pada posisi
penurunan, strategi yang baik digunakan adalah melakukan divestasi atau
pengurangan beberapa aset untuk penurunan biaya.
Posisi paling baik merupakan Divisi I, II, IV. daerah Cirebon tersebut biasanya
menjadi market leader dalam menjalankan bisnisnya.
Tahap akhir dalam formulasi strategi adalah tahap keputusan. Ebadi et al (2015)
mungungkapkan bahwa tidak logis menyusun strategis menggunakan perasaan, penyusunan
strategi seharusnya disetai dengan data penelitian kecerdasan kompetitif, dan analisis. Pada
tahap input dan tahap pencocokan menghasilkan
alternatif strategi yang mungkin dilakukan oleh perusahaan. Selanjutnya, alternatif strategi
tersebut dipilih prioritas strategi yang memiliki nilai terbaik. Prioritas strategi dapat
ditentukan menngunakan matriks QSPM. Berikut tahapan metode QSPM (Hubeis dan Najib
2014):
Tahap masukan merupakan tahap awal untuk membentuk model bisnis. Pada tahap
ini perusahaan mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam
menjalankan bisnis. Tahap ini bertujuan memberi gambaran kondisi perusahaan
dibandingkan dengan pesaing dan faktor-faktor yang memengaruhi pengembangan bisnis.
a) Keberagaman Budaya
a) Permainan pemasok bahan baku terhadap haraga bahan baku dapat menyulitkan
perkembangan industri batik di Cirebon.
b) Tingkat UMR/UMP yang naik dari tahun ke tahun jika tidak diimbangi dengan
produktivitas perusahaan, tentu akan membahayakan keuangan industri batik di
Cirebon.
c) Keamanan negara yang akhir-akhir ini sering terjadi konflik menyebabkan banyak
industri batik gulung tikar.
d) Cuaca yang tidak pasti yang menghambat proses produksi bati.
e) Perspektif negatif masyarakat terhadap produk batik yang mencemari lingkungan.
Menurut penelitian Nur dan Angggoro (2017), tingkat pencemaran sungai yang
tercemar di Cirebon masuk pada tingkat sedang dan berat.
f) Kurangnya pengetahuan konsumen atas produk batik tulis.
Batik ada tiga jenis yaitu batik tulis, batik cap, batik printing, sebagian besar
konsumen membedakan jenis produk hanya berdasarkan harga, beberapa juga ada
yang membedakan dari bahan dasar kain halus atau kasar. Hal ini sangat
merugikan konsumen dan perusahaan batik tradisional. Perusahaan batik printing
dapatmemasang harga batik printing lebih murah dari batik tulis dan cap.
g) Harga bahan baku batik fluktuatif.
Pada tahun 2014 harga pewarna menurun dari Rp280.000 menjadi Rp250.000
namun karena adanya perbaikan pada perekonomian di Amerika pada tahun 2015
menyebabkan nilai rupiah Indonesia melemah, sehingga berpengaruh terhadap
harga pewarna yang naik secara signifikan menjadi Rp200.000.
h) Ancaman produk imitasi batik printing China ataupun Vietnam yang menyerupai
batik tulis. Teknologi yang dimiliki negara China, Vietnam mampu menghasilkan
produk tiruan menyerupai produk asli. Kondisi tersebut
menimbulkankekhawatiran bagi pengusaha batik tulis, walaupun kualitas dari
produk tersebut berbeda namun banyak konsumen tidak dapat membedakan
antara produk asli dan imitasi. Harga batik printing hasil impor lebih murah,
sehingga konsumen lebih memilih membeli produk imitasi.
i) Ancaman produk subtitusi kegunaan produk sebagai pakaian untuk acara resmi.
Batik seringkali digunakan konsumen untuk menghadiri acara-acara bersifat
resmi, selain batik terdapat berbagai produk yang memiliki fungsi sama yaitu
untuk menghadiri acara formal, masyarakat dapat memakai ham atau pun kemeja
sehingga persaingan semakin meningkat. Untuk mengatasinya perusahaan harus
melakukan inovasi, meningkatkan kreatifitas agar produk batik tetap diminati.
Proses evaluasi faktor eksternal adalah proses untuk menentukan peluang utama dan
ancaman utama dari perusahaan Batik di Cirebon. Proses ini dilakukan menggunakan
metode EFE (Eksternal Factor’s Evaluation). Hasil pengolahan EFE berupa skor yaitu
perkalian antara bobot dan rating eksternal. Berikut Eksternal Factors Evaluation Batik
Cirebon .
Ancaman
1. Permainan harga bahan baku oleh 0,07 2,00 0,14
pemasok.
2. UMR/UMP yang terus naik. 0,09 2,00 0,18
3. Keamanan negara menurun (banyak 0,06 1,50 0,09
konflik)
4. Cuaca tidak menentu. 0,05 1,50 0,075
5. Perspektif negatif masyarakat terhadap 0,05 1,00 0,05
produk batik yang mencemari lingkungan.
Proses evaluasi faktor internal adalah proses untuk menentukan kekuatan utama dan
kelemahan utaman perusahaan. Proses tersebut dilakukan dengan metode IFE (Internal
Factors Evaluation). Hasil pengolah IFE berupa skor yaitu hasil perkalian antara bobot dan
rating internal (Penentuan bobot internal setiap responden) dan ( Penentuan rata-rata bobot
dan rating internal. Berikut hasil Internal Factors Evaluation(IFE) Batik Cirebon.
Bobot Peringkat Skor Tertimbang
Kekuatan
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukan yang menjadi kekuatan utama dari
perusahaan adalah model pakaian variatif yang mendapatkan skor 0,28. Sedangkan
kelemahan utama yang paling sulit diatasi adalah produk pakaian yang cepat mencemari
lingkungan dengan skor 0,20. Secara keselurahan total skor internal Batik Cirebon.adalah
2,97 yang berati perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki daripada
mengatasi kelemahan yang ada.
a) Meningkatkan inovasi motif dan desain batik (S1, S3, dan O1)
b) Menambah pangsa pasar diluar kota Cirebon (S4,O3 dan O5)
c) Membuka cabang atau showroom baru yang lebih dekat dengan perkotaan (W3
dan O3,O5)
d) Memberikan latihan tambahan bagi karyawan (W2 dan O2)
e) Intensifikasi online marketing
Peluang utama perusahaan adalah Indonesia sudah memiliki kerja sama
dengan negara tujuan untuk ekspor batik dan kekuatan utama perusahaan adalah
memiliki karyawan yang kompetitif dan baik dalam berbahasa Indonesia dan
bahasa inggris dengan pendidikan S2. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan
perusahaan untuk memperluas pasar secara online dengan intensifikasi online34
marketing perusahaan dapat melakukan negosiasi dan menjalin kerja sama dengan
pihak online shop dan saat ini perusahaan sudah mencoba melakukan kontak
dengan pihak blibli.com. Selain itu, perusahaan juga sedang mendalami peluang
pasar yang disediakan oleh pemerintah melalui E-SMART IKM
f) Menjalin mitra dengan komunitas dan institusi pemerintah
Peluang utama dari usaha batik ini adalah Indonesia menjalin kerja sama
dengan negara luar untuk melakukan ekspor batik. Konsumen luar negeri lebih
tertarik kepada produk yang ramah lingkungan. Di sisi lain produk batik tidak
ramah lingkungan. Untuk mendorong pembuatan produk ramah lingkungan
perusahaan dapat menjalin kemitraan bersama komunitas dan kelompok
pemerintah sebagai target penjualan utama dari produk ramah lingkungan.
Komunitas dan lembaga pemerintah juga dapat membantu mepromosikan produk
ke negara tujuan ekspor saat bertugas ke luar negeri
g) Peningkatan sistem pengendalian mutu
Perusahaan ingin memperluas pasar menuju pasar ekspor. Indonesia yang
sudah memiliki kerja sama dengan negara tujuan ekspor batik menjadi peluang
bagi perusahaan, namun perusahaan memiliki kelemahan pengendalian mutu yang
tidak sistematis. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan sistem pengendalian
mutu. Perusahaan saat ini menggunakan pengendalian mutu secara quality control
(QC) dengan memanfaatkan tenaga inspeksi. Kinerja karyawan menurun ketika
tidak dilakukan inspeksi. Perlu adanya etos kerja terhadap mutu. Oleh karena itu,
sitem mutu perlu ditingkatkan menjadi sistem Total Quality Management (TQM)
yaitu seluruh karyawan menjaga mutu atas kehendak sendiri.
h) Diversifikasi penjualan melalui ecoedutourism dan experient marketing
Konsumen luar negeri lebih selektif ketika membeli produk. Mereka
bahkan bersedia datang ke lokasi produksi untuk mengecek cara produk dibuat.
Strategi ecoedutourism dan experient marketing digunakan untuk mengatasi
ancaman kurangnya pengetahuan konsumen atas produk batik, persepsi konsumen
bahwa batik mencemari lingkungan, dan ancaman dari produk imitasi
i) Mengembangakan manajemen lingkungan dan produksi bersih
Konsumen luar negeri memiliki sifat yang hati-hati dalam pembelian.
Mereka bersedia datang ke lokasi produksi untuk melakukan pengecekan terhadap
tahap produksi. Sehingga kebersihan di lokasi produksi dan lingkungan sekitar
juga perlu untuk diperhatikan. Produksi bersih bermanfaat agar perusahaan
mengedepankan produksi yang bersih dengan memerhatikan beberapa aspek
seperti pengurangan bahan baku sintetis, kebersihan dan keamanan lokasi kerja,
dan standar alat keamanan pada proses diproduksi, serta pemakaian energei
pembakaran.
j) Meningkatkan penggunaan pewarna alam
Pada industri batik memiliki ancaman harga pewarna sintetis terus
mengalami Fluktuasi. Selama ini kondisi tersebut belum dapat diatasi karena
belum banyak pengembangan pewarna alam, namun saat ini Kota Pekalongan
mulai mengembangkan berbagai warna dari alam. Perusahaan dapat bermitra
dengan institusi setempat untuk mengembangkan pewarna dari sumber alam yang
berkembang baik khususya di Pekalongan dan bermitra dengan petani yang
memiliki tanaman-tanaman tersebut. Saat ini pemerintah kota pekalongan
mengembangkan pewarna alam dari batang alpukat, kulit jeruk, manggrove di
museum batik pekalongan. Pewarna alam juga dapat diukur tingkat ketebalannya
sehingga dapat dibuat berbagai macam warna dengan tingkat ketebalan
yangberbeda (Widyasti et al. 2017). Selain itu sejak tahun 2017 salah satu
kampung batik di Pekalongan yaitu kampung batik pesindon juga sudah
mengembangkan kumpung batik pewarna alam. Perusahaan harus memanfaatkan
kondisi tersebut untuk membuat produk ramah lingkungan.
Kekuatan Kelemahan
1. Peralatan yang 1. Tunjangan tenaga
digunakan untuk kerja dinilai kurang
produksi berkualitas mencukupi.
baik. 2. Persediaan bahan
2. Manajer pemasaran baku yang sering kali
yang ahli dibidangnya. terlambat karena
3. Harga batik kompetitif keterlambatan
di pasaran. pemasok dalam
4. Model pakaian variatif mensuplai bahan
5. Pengalaman tenaga baku.
kerja memadai 3. Keuangan industri-
6. Bahan baku kain industri batik yang
nyaman dan masih dalam
berkualitas tarafbiasa.
7. Pelayanan yang 4. Lokasi industri batik
nyaman dan kecil yang belum
komunikatif banyak diketahui
8. Pengrajin dapat konsumen.
menghasilkan dan 5. Kebijakan hubungan
mengembangkan batik kerja yang kadang
9. Periklanan yang terlalu membatasi dan
dilakukan industri mengikat.
batik di Cirebon 6. Akses pasar terbatas
mengikuti zaman. 7. Pengendalian mutu
tidak sistematis
8. Produk pakaian cepat
mencemari
lingkungan
9. Jumlah pemasar Batik
Pekalongan masih
sedikit
Kesempatan Strategi SO Strategi WO
1. Keberagaman budaya. 1. Meningkatkan inovasi 1. Membuka cabang
2. Kemudahan saluran motif dan desain batik atau showroom baru
distribusi. 2. Menambah pangsa yang lebih dekat
3. Penduduk Indonesia pasar di luar Kota dengan perkotaan.
besar(pangsa pasar Cirebon 2. Memberikan
luas) 3. Intensifikasi online pelatihan tambahan
4. Peran serta kebijakan marketing pada karyawan.
pemerintah 4. Meningkatkan kualitas 3. Menjalin mitra
mendukung industry rancangan produk yang dengan komunitas
kreatif batik. bermutu tinggi agar dan institusi
5. Meningkatnya pangsa penjualan lebih pemerintah.
pasar ekspor batik. maksimal 4. Meningkatkan system
6. Kecenderungan 5. Menciptakan produk pengendalian mutu
masyarakat baru dengan melihat 5. Memeperbaiki desain
melakukan pembelian perkembangan dunia produk.
batik secara online. fashion di Indonesia. 6. Penambahan cabang
7. Berkembangnya 6. Meningkatkan penjual Batik
teknologi untuk kompetensi para Pekalongan,
inovasi dan efisiensi perajin demi mencapai 7. Mengadakan even-
produksi. target. even acara batik dan
8. Adanya kerjasama 7. Menciptakan suasana diskon produk.
dengan ekspor batik pelatihan batik yang 8. Membuat garansi
dengan Negara nyaman dan dengan beberapa
tujuan. beredukasi. ketentuan.
9. Meningkatnya 8. Membuat inovasi batik 9. Memeperluas lahan
permintaan secara car day pada sekolah- pelatihan batik agar
kelompok atau sekolah. lebih nyaman.
komunitas. 9. Memperluas daerah
pemasaran.
Ancaman Strategi ST Strategi WT
1. Permainan harga 1. Diversifikasi penjualan 1. Menignkatkan daya
bahan baku oleh melalui ecoedutourism saing guna
pemasok. dan experient memperoleh pangsa
2. UMR/UMP yang marketing. pasar yang baru.
terus naik. 2. Menciptakan harga 2. Manajemen
3. Keamanan negara produk batik yang lingkungan dan
menurun (banyak lebih rendah. produksi harus bersih
konflik) 3. Mengembangkan SOP 3. Meningkatkan.
4. Cuaca tidak menentu. yang benar. penggunaan bahan
5. Perspektif negatif 4. Membuat pelatihan baku warna alam.
masyarakat terhadap training marketing. 4. Meningkatkan
produk batik yang 5. Memperluas pangsa fasilitas galeri batik
mencemari pasar sampapi tingkat menjadi lebih baik.
lingkungan. Nasional atau 5. Menciptakan inovasi
Internasional. baru dalam penjualan
6. Kurangnya produk batik.
pengetahuan 6. Meningkatkan
konsumen atas batik kepuasan konsumen
tulis, cap dan terhadap produk.
printing.
7. Harga bahan baku
fluktuatif.
8. Ancaman produk
imitasi batik printing
Cina ataupun
Vietnam yang
menyerupai batik
tulis.
9. Ancaman produk
substitusi kegunaan
produk sebagai
pakaian untuk acara
resmi.
Konservatif Agresif
2 ● (3,2)
3 x
Defensif Kompetitif
Sumbu x = 3, sumbu y = 2
Jadi Batik Cirebon berada pada posisi baik untuk menggunakan kekuatan internalnya guna (1)
memanfaatkan peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, (3) menghindari ancama
eksternal. Dengan demikian, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk,
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi terkait, diversifikasi
tidak terkait, atau strategi kombinasi semuanya layak digunakan, tergantung pada kondisi
spesifik yang dihadapi industri batik di Cirebon.
3) Matriks BCG
10 50%
20%
5
15%
-5 10%
-10 5%
Faktor Internal
Kuat Sedang Lemah
4,00-3,00 2,99-2,00 1,99-1,00
I II III Kuat
3,0-4,0
VII VIII IX
Matriks IE merupakan kombinasi total skor dari evaluasi faktor internal dan
eksternal. Matriks IE dikembangkan oleh David untuk menentukan kondisi perusahaan dan
menggambarkan alternatif strategi yang sesuai. Berikut matriks IE Batik Pekalongan. Total
skor IFE perusahaan adalah 2,97 dan total skor EFE adalah 2, 665. Berdasarkan matriks IE
kondisi perusahaan berada pada divisi V. Kondisi tersebut menunjukan perusahaan sedang
berada pada posisi sedang. Strategi yang dapat dirumuskan oleh perusahaan yaitu penetrasi
pasar dan pengembangan produk. Kondisi perusahaan saat ini sudah siap untuk melakukan
penetrasi pasar menuju ekspor. Perusahaan sudah memiliki ketetapan mutu, skala produksi
yang besar, dan penjualan yang stabil di dalam negeri, namun terdapat beberapa hal yang
harus dikembangkan terkait dengan usaha ramah lingkungan.
5) MATRIK Grand Strategi
y
Kuadran II Kuadran I
1. Pengembangan pasar 1. Pengembangan pasar
2. Penetrasi pasar 2. Penetrasi pasar
3. Pengembangan produk 3. Pengembangan produk
4. Integrasi horizontal 4. Integrasi ke depan
5. Divestasi 5. Integrasi ke belakang
6. Likuidasi 2 ●6. Integrasi horizontal
Tahapan akhir dari perumusan strategi adalah membuat keputusan prioritas strategi
yang dapat dijalankan oleh perusahaan. Penilaian prioritas berdasarkan tingakat daya tarik
alternatif strategi, sehingga dapat memengaruhi lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Metode yang digunakan pada tahap keputusan adalah Quantiatif Strategic
Planning Matrix (QSPM)
1) AS2 menjalin mitra dengan komunitas dan institusi pemerintahan yang memeroleh total
attractive score sebesar 5,75. Komunitas dapat menjadi target segmen yang
menguntungkan serta menjadi saluran pemasaran untuk memperkenalkan produk,
2) AS4 diversifikasi penjualan ecoedutourism dan experiend marketing yang memeroleh
total attractive score sebesar 6,01. Perusahaan memberikan pengetahuan kepada
pelanggan terhadap nilai seni dan budaya dari produk batik tulis dan cap, sehingga dapat
meningkatkan penjualan.
Strategi 1 Strategi 2
Menjalin mitra dengan komunitas Diversifikasi penjualan
dan institusi pemerintahan ecoedutourism dan
experiend marketing
WT AS TAS AS TAS
Kekuatan
1. Peralatan yang 0,12 4 0,48 2 0,24
digunakan untuk
produksi berkualitas
baik.
2. Manajer pemasaran 0,07 4 0,28 3 0,21
yang ahli
dibidangnya.
3. Harga batik 0,12 3 0,36 4 0,48
kompetitif di
pasaran.
4. Model pakaian 0,17 3 0,51 3 0,51
variatif
5. Pengalaman tenaga 0,08 3 0,24 3 0,24
kerja memadai
6. Bahan baku kain 0,05 3 0,15 2 0,10
nyaman dan
berkualitas
7. Pelayanan yang 0,04 4 0,16 3 0,12
nyaman dan
komunikatif
8. Pengrajin dapat 0,05 2 0,10 1 0,05
menghasilkan dan
mengembangkan
batik
9. Periklanan yang 0,13 4 0,52 3 0,39
dilakukan industri
batik di Cirebon
mengikuti zaman.
Kelemahan
1. Tunjangan tenaga 0,09 2 0,18 3 0,27
kerja dinilai kurang
mencukupi.
2. Persediaan bahan 0,10 3 0,30 2 0,20
baku yang sering
kali terlambat karena
keterlambatan
pemasok dalam
mensuplai bahan
baku.
3. Keuangan industri- 0,15 3 0,45 3 0,45
industri batik yang
masih dalam
tarafbiasa.
4. Lokasi industri batik 0,05 2 0,10 2 0,10
kecil yang belum
banyak diketahui
konsumen.
5. Kebijakan hubungan 0,05 4 0,20 3 0,15
kerja yang kadang
terlalu membatasi
dan mengikat.
6. Akses pasar terbatas 0,06 3 0,18 2 0,12
7. Pengendalian mutu 0,05 2 0,10 1 0,05
tidak sistematis
8. Produk pakaian 0,04 3 0,12 2 0,08
cepat mencemari
lingkungan
9. Jumlah pemasar 0,06 4 0,24 3 0,18
Batik Pekalongan
masih sedikit
Kesempatan
1. Keberagaman 0,07 3 0,245 2 0,14
budaya.
2. Kemudahan saluran 0,10 3 0,35 3 0,30
distribusi.
3. Penduduk Indonesia 0,08 3 0,24 3 0,24
besar(pangsa pasar
luas)
4. Peran serta 0,08 4 0,32 4 0,32
kebijakan
pemerintah
mendukung industry
kreatif batik.
5. Meningkatnya 0,11 4 0,44 3 0,33
pangsa pasar ekspor
batik.
6. Kecenderungan 0,10 3 0,30 4 0,40
masyarakat
melakukan
pembelian batik
secara online.
7. Berkembangnya 0,7 4 0,28 3 0,21
teknologi untuk
inovasi dan efisiensi
produksi.
8. Adanya kerjasama 0,5 4 0,20 3 0,15
dengan ekspor batik
dengan Negara
tujuan.
9. Meningkatnya 0,8 3 0,24 2 0,16
permintaan secara
kelompok atau
komunitas.
Ancaman
1. Permainan harga 0,07 2 0,14 2 0,14
bahan baku oleh
pemasok.
2. UMR/UMP yang 0,09 1,5 0,135 3 0,27
terus naik.
3. Keamanan negara 0,06 1, 0,06 3 0,18
menurun (banyak
konflik)
4. Cuaca tidak 0,12 1,5 0,18 4 0,48
menentu.
5. Perspektif negatif 0,8 3 0,24 2 0,16
masyarakat terhadap
produk batik yang
mencemari
lingkungan.
Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa nilai ekspor Batik Cirebon dari tahun
2013-2017 mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, nilai ekpor batik pada tahun 2013
adalah 22 juta USD meningkat menjadi 340 juta USD pada tahun 2017, itu artinya selama lima
tahun terakhir nilai ekspor Batik Cirebon tumbuh sebesar 1445%. Peningkatan jumlah ekspor
Batik Cirebon tentunya akan membantu dalam mengasilkan devisa negara khususnya pendapatan
daerah. Semakin tinggi ekspor, maka semakin baik neraca perdagangan nasional. Saat ini
terdapat beberapa negara yang menjadi tujuan utama ekspor Batik Cirebon seperti yang terdapat
pada tabel berikut :
Tabel 2. Negara
Sumber : female.kompas.com
Berdasarkan data diatas, dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2017 terdapat 5 negara
tujuan utama ekspor Batik Cirebon yaitu Amerika Serikat, Korea Selatan, Jerman, Jepang dan
Perancis. Amerika Serikat merupakan negara dengan nilai ekspor batik tertinggi yaitu sebesar
USD 81,38 Juta. Umumnya negara-negara tujuan ekspor batik adalah negara-negara maju yang
mengutamakan kualitas produk, sehingga industri Batik Cirebon harus terus menjaga mutu
produknya.
Batik Cirebon terkenal dengan motif mega mendung yang banyak disukai oleh
masyarakat. Industri kecil dan menengah (IKM) batik Cirebon berkembang pesat selama kurang
lebih 10 tahun terakhir, hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah unit usaha batik di kabupaten
Cirebon. Berdasarkan data Disperindag kabupaten Cirebon, pada tahun 2014 terdapat 530 unit
usaha dengan jumlah tenaga kerja mencapai orang 4.410 orang. Saat ini batik Cirebon tidak
hanya dipasarkan untuk pasar domestik, tetapi juga sudah dipasarkan di pasar internasional.
Berikut adalah data mengenai perkembangan ekspor batik Cirebon pada tahun 2015-2017 :
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai ekspor batik Cirebon pada tahun 2017
mengalami perkembangan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,3%
menjadi 2,8 Milliar pada tahun 2017, akan tetapi apabila dibandingkan dengan nilai ekspor batik
secara nasional angkanya masih dikatakan rendah. Pada tahun 2017 nilai ekspor batik nasional
adalah sebesar 22 Juta USD (www.sinarharapan.co), apabila asumsi nilai dollar pada tahun 2017
adalah 10 ribu rupiah, maka total nilai ekspor batik nasional pada tahun 2017 adalah sebesar 220
Milliar rupiah, itu artinya nilai ekspor batik Cirebon hanya 1,27% dari total nilai ekpor batik
nasional.
Identifikasi Masalah Nilai ekspor batik Cirebon pada tahun 2017 mencapai angka 2,8
Milliar rupiah, namun kontribusi nilai ekspor batik Cirebon terhadap nilai ekspor batik nasional
masih sangat rendah yaitu sebesar 1,27% pada tahun 2017. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
ASEAN dapat menjadi peluang bagi industri batik Cirebon untuk melaksanakan kegiatan ekspor
batik ke negara ASEAN.
Gambaran Umum Industri Batik Cirebon
Indonesia memiliki banyak daerah sentra industri batik, salah satunya adalah sentra
industri batik Cirebon. Batik Cirebon mengalami pertumbuhan yang pesat sejak tahun 2009,
pasca penetapan batik sabagai warisan budaya dunia milik Indonesia oleh UNESCO. Berikut ini
adalah data mengenai perkembangan industri batik Cirebon tahun 2006-2012 :
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa dari tahun 2006-2012, industri batik terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 jumlah unit usaha batik adalah 110 unit dan pada
tahun 2012 menjadi 403 unit usaha, itu artinya selama periode 2006-2012 Industri batik Cirebon
telah berkembang sebesar 266%. Jumlah tenaga kerja di sektor industri batik Cirebon pada tahun
2012 berjumlah 3.691 orang, berkembang 239% dari tahun 2006. Pada tahun 2014, terdapat 530
unit usaha batik yang tersebar diberbagai kecamatan dikabupaten Cirebon. Berikut ini adalah
sebaran unit usaha batik Cirebon:
Tabel 4. Sebaran Unit Usaha Batik Cirebon Tahun 2017
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pada tahun 2017, terdapat 11 desa yang menjadi
sentra industri batik Cirebon. Desa ciwaringin adalah desa dengan jumlah unit usaha batik paling
banyak yaitu sebanyak 122 unit usaha batik, sedangkan kecamatan Plered adalah kecamatan
dengan jumlah unit usaha paling banyak yaitu 275 unit usaha atau 50,9% dari total unit usaha
batik yang ada di kabupaten Cirebon. Kecamatan Plered terkenal dengan sentra batik trusmi
Cirebon yang menjadi ikon batik Cirebon. Selanjutnya terdapat data mengenai statistik industri
batik Cirebon pada tahun 2016 sebagai berikut :
Industri Batik Cirebon, mengalami pertumbuhan yang pesat dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir, hal ini terlihat dari perkembangan jumlah unit usaha serta nilai produksi batik Cirebon,
akan tetapi apabila kita melihat data ekspor batik Cirebon pada tahun 2013, nilai ekspor batik
Cirebon menunjukan angka yang tidak signifikan. Pada tahun 2013, ekspor batik Cirebon sebesar
2,8 milliar, apabila dibandingkan dengan nilai ekspor batik nasional yang mencapai kurang lebih
220 Milliar, maka kontribusi ekspor batik Cirebon hanya sebesar 1,27%. Berdasarkan data yang
terdapat di kantor Disperindag Kabupaten Cirebon, data ekspor batik Cirebon hanya tersedia
sampai tahun 2013, hal ini dikarenakan setelah tahun 2013, disperindag kabupaten Cirebon
kesulitan untuk melakukan pendataan ekspor batik. Alasan utama kenapa sulitnya melakukan
pendataan ekspor batik yaitu karena para pengusaha batik Cirebon melakukan kegiatan penjualan
batik keluar negeri secara langsung yaitu via ekspedisi atau penjualan langsung kepada orang
yang membeli diluar negeri. Sebagai contoh disalah satu unit usaha batik ada permintaan batik
dari jepang, dengan pesanan hanya 10 kain batik, maka pengiriman barang hanya dikirm lewat
paket, sehingga tidak melalui prosedur ekspor yang rumit. Umumnya batik Cirebon yang dijual
ke luar negeri adalah batik halus, bukan batik print, sehingga meskipun secara kuantitas tidak
terlalu banyak tetapi harga jualnya sangat tinggi. Batik memliki karakterisktik yang berbeda
dengan rotan. Penjualan rotan dari kabupaten Cirebon ke negara-negara eropa atau jepang
dilakukan melalui prosedur ekspor yang baku dan menggunakan kontainer karena furniture rotan
ukurannya besar, sedangkan batik merupakan produk yang memiliki ukuran kecil dan berat yang
sangat ringan tetapi memiliki nilai jual tinggi, sehingga tanpa melalui kontainer pun, penjualan
batik dapat dilakukan menggunakan paket kiriman barang ke negara tujuan, atau penjualan
langsung dengan koper.
Secara umum industri batik Cirebon menghasilkan batik tulis dan batik cap. Proses
pengerjaan batik tulis menghabiskan waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil wawancara
menyebutkan bahwa untuk menghasilkan 1 lembar kain batik halus diperlukan waktu kurang
lebih 1 bulan, sedangkan batik cap bisa lebih cepat lagi. Apabila membandingkan dengan idustri
batik yang ada di daerah Pekalongan, Yogyakarta dan Solo, industri batik tesebut sudah
memproduksi kain bermotif batik dengan metode print sehingga kapasitas produksinya lebih
besar dan harganya lebih murah, sehingga penjualan ekspor ke negara-negara seperti Amerika,
Eropa dan Asia Timur dapat dilakukan dengan kontainer karena jumlah barang yang sangat
banyak.
Salah satu faktor yang menyebabkan kenapa industri batik Cirebon masih melakukan
penjualan batik secara langsung dan dalam jumlah kecil karena para pengrajin batik
menghasilkan batik halus dan cap sehingga kapasitas produksinya terbatas meskipun nilai
jualnya tinggi, sedangkan untuk melakukan ekpor dengan menggunakan kontainer harus ada
jumlah barang yang banyak, sehingga penjualan batik secara langsung atau via paket dianggap
sebagai metode yang paling efisien. Saat ini negara-negara ASEAN belum menjadi tujuan utama
ekspor batik nasional maupun batik Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak katura,
menyebutkan bahwa “penjualan batik keluar negeri masih didominasi ke negara jepang,
sedangkan negara ASEAN belum ada, penjualan batik ke negara jepang biasanya adalah batik
halus, karena orang jepang lebih mengutamakan kualitas produknya”.
Batik halus merupakan batik dengan kualitas paling tinggi dan proses pengerjaan paling
lama sehingga harga jual produknya paling tinggi bisa mencapai harga 5-15 juta rupiah per
lembar kain batiknya. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 dapat
menjadi peluang bagi industri batik Cirebon untuk memperluas pangsa pasar penjualan batik,
tidak hanya ke negara-negara asia timur atau eropa, tetapi juga negara ASEAN, karena setelah
pelaksanaan MEA terdapat berbagai kemudahan dalam melaksanakan kegiatan ekspor ke negara-
negara ASEAN. Salah satu kemudahan dalam melaksanakan kegiatan ekspor adalah tidak
adanya hambatan tarif dalam kegiatan ekspor. Hal ini tentunya menjadi keuntungan bagi pelaku
usaha karena harga jual akan menjadi lebih kompetitif serta pangsa pasar akan semakin luas.
Pelaksanaan MEA pada tahun 2015 selain memberikan peluang tetapi dapat menjadi ancaman
bagi industri batik Cirebon.
Adanya kemudahan dalam kegiatan ekspor barang dan jasa memungkinkan produk-
produk dari luar negeri dengan mudah masuk ke Indonesia. Apabila hal tersebut tidak
diantisipasi dengan baik maka akan menjadi ancaman dalam penjualan produk batik. Berikut ini
merupakan pemetaan atau analisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
Industri Batik Cirebon pasca pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.
Berdasarkan data diketahui bahwa kekuatan utama industri batik Cirebon adalah kualitas
produk yang bagus dan banyaknya ragam/corak motif batik. Salah satu motif batik Cirebon yang
paling populer adalah motif batik mega mendung.
Motif batik mega mendung banyak disukai oleh masyarakat lokal dan mancanegera dan
telah menjadi ikon batik Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin batik Cirebon,
menyebutkan bahwa batik Cirebon memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan batik
didaerah lain karena memiliki tingkat kehalusan yang lebih baik dan motif yang lebih rumit.
Faktor-faktor yang menjadi kelemahan batik Cirebon adalah skala produksi yang masih
rendah. Industri batik Cirebon umumnya menghasilkan batik cap atau batik halus dan masih
jarang yang menghasikan batik print, sehingga output produksinya masih relatif rendah. Tidak
sedikit showroom batik trusmi yang mengambil barang dari daerah pekalongan dan solo karena
hasil produksi internal kurang.
Selain itu faktor yang menjadi kelemahan adalah lemahnya akses pasar ke negara-negara
ASEAN. Saat ini ekpsor batik dari Cirebon masih dilakukan secara langsung dan belum
terkoordinasi pemasarannya secara baik. Terdapat peluang dan ancaman pasca pelaksanaan
MEA tahun 2015. Faktor-faktor yang dapat menjadi peluang bagi industri batik Cirebon adalah
meningkatkan permintaan pasar luar negeri terhadap batik Cirebon serta adanya kemudahan
dalam melaksanakan kegiatan ekspor karena tidak ada hambatan tarif dalam kegiatan
eksporterdapat beberapa faktor yang menjadi ancaman bagi industri batik cirebbon yaitu adanya
produk tekstil batik dari negera china dengan harga yang sangat murah serta adanya proteksi dari
beberpa negara. Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai di disperindag kabupaten Cirebon
menyebtukan bahwa “Negara Malaysia cukup protektif terhadap produk batik indonesia karena
malaysia memiliki batik sendiri yang terkenal yaitu batik kelantan. Sebagai contoh kain batik
dalam bentuk sarung sangat susah masuk ke Negara Malaysia.”
Untuk mengoptimalkan ekpor batik Cirebon ke negara ASEAN pasca pelaksanaan MEA
pada tahun 2015, dapat dilaksanakan melalui 1) pengembangan akses pasar, 2) peningkatan
kualitas dan kuantitas produk, 3) pengembangan sumber daya manusia, 4) peningkatan akses
modal.
Pengembangan akses pasar adalah hal penting dalam melaksnakan kegiatan ekspor,
karena umumnya industri batik Cirebon belum mendapatkan akses pemasaran ke negara-negara
ASEAN. Strategi pengembangan akses pasar dilaksanakan dengan mengikutsertakan IKM batik
Cirebon dalam kegiatan pameran, kerjasama perdagangan serta mempermudah regulasi ekspor.
Untuk dapat menembus pasar ekspor, maka IKM batik Cirebon harus memperhatikan
standar mutu yang ditetapkan negara tujuan ekspor. Pengembangan kualitas dan kuantitas produk
dapat dilaksanakan dengan memberikan pembinaan teknis produksi, pemberian bantuan alat-alat
produksi serta menjamin ketersediaan bahan baku oleh pemerintah. SDM industri batik Cirebon
umumnya telah berusaia lanjut, hal ini dikarenakan regenerasi yang lambat dalam pengembangan
SDM industri batik. Pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan melalui pemberian
pelatihan mengenai teknis produksi serta pemasaran ekspor batik. Kegiatan ekspor tentunya akan
membutuhkan biaya yang besar, sehingga diperlukan kemudahan akses permodalan bagi IKM
batik Cirebon melalui kerjasama dengan lembaga keuangan.
Perkembangan Motif
Kemajuan dan perkembangan diberbagai bidang telah memberi pengaruh mendasar bagi
perubahan zaman. Peningkatan dalam industri kerajinan khususnya kerajinan batik, merupakan
salah satu bentuk pembangunan yang secara tidak langsung akan memberi pengaruh terhadap
pola pikir masyarakat yang berbudaya. Pada akhirnya menyebabkan kerajinan batik di Desa
Trusmi Cirebon mengalami perkembangan. Hal yang perlu diperhatikan adalah suatu karya
kerajinan mengalami perkembangan atau mengalami perubahan karena adanya tuntutan hidup
masyarakat yang menghendaki perubahan suatu bentuk, struktur ataupun sistem yang baru
karena melihat apa yang telah di anggap kurang relevan dengan tuntutan kebutuhan hidupnya.
Perkembangan dalam desain motif sangat diperlukan dalam upaya menjaga kelestarian batik
Cirebonan. Selain itu apabila tidak ada perkembangan desain dalam motif maka dikhawatirkan
mengalami kemunduran yang disebabkan oleh titik jenuh konsumen terhadap hasil produksi
yang dihasilkan. Perkembangan batik di Desa Trusmi mengandung arti terhadap perkembangan
dasar-dasar desain motif mengenai bentuk penciptaan dengan menambah, memperkaya,
menyederhanakan atau mengurangi tanpa meninggalkan secara keseluruhan nilai-nilai dasar
yang ada pada sebelumnya. Maka perkembangan di kawasan sentra kerajinan batik Trusmi ini
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar.
a. Faktor dari dalam
Perajin di Desa Trusmi dalam membuat karya menggunakan teknik atau keterampilan
yang telah diperolehnya sejak kecil atau secara turun temurun. Dalam mengembangkan
desainnya terdapat beberapa ketentuan yang harus dimiliki. Biasanya dalam menciptakan
suatu desain dalam batik harus memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan. Seorang
desainer dituntut untuk terus mencari, mengolah, dan mengembangkan kreatifitasnya untuk
menghasilkan desain-desain yang baru dan inofatif. Dengan demikian seorang desainer batik
harus memiliki wawasan yang luas dan mengetahui perkembangan yang terjadi di
sekelilingnya sehingga dalam menciptakan suatu desain mempunyai acuan bagi konsep-
konsep desain yang akan diciptakannya. Perkembangan desain pada motif Mega Mendung
tentunya tidak terlepas dari kreatifitas seorang desainer. Desain memang menjadi kunci dari
bertahannya motif Mega Mendung. Ornamen dari Mega Mendung memang masih
mempertahankan ciri khasnya. Perkembangan desain pada Mega Mendung biasanya hanya
pada penambahan dan padu padan ornamen di kain batik.
Perkembangan desain pada motif batik yang terjadi pada umumnya berdasarkan
penulusuran pasar yaitu trend pasar yang sedang berkembang atau diminati dan lebih khusus
lagi perkembangan desain yang dilakukan atas desain pesanan konsumen yang biasanya telah
memiliki desain sendiri. Pada dasarnya perkembangan desain di kawasan sentra batik Trusmi
lebih banyak dipengaruhi oleh konsumen dan bertujuan untuk memenuhi tuntutan pasar yang
semakin beraneka ragam, agar konsumen memperoleh variasi produk baik dari segi motif
maupun warnanya. Maka perkembangan desain sangat diperlukan agar menghasilkan produk
yang mampu memenuhi kebutuhan pasar atau menurut selera konsumen.
Mega Mendung ini merupakan motif awan -awanan, namun pada motif Mega Mendung
kini tidak sekedar bentuk awan -awanan saja. Mega Mendung kini memiliki bentuk ragam hias
yang dikombinasikan dengan memadukan unsur fauna dan bentuk-bentuk flora yang beraneka
macam. Mega Mendung lebih cenderung menerima pengaruh budaya dari luar yang dibawa oleh
pendatang, pengaruh Oriental dari saudagar asal Cina pada Mega Mendung ini yang terlihat dari
penggunaan motif baru serta kombinasi warna yang cenderung lebih cerah.
Motif Mega Mendung di kawasan sentra batik Trusmi ini mengalami perkembangan yang
beraneka ragam dari toko satu dengan toko lainnya. Perkembangan motif Mega Mendung antara
satu toko dan yang lainnya berbedabeda mempunyai ciri khas tersendiri. Berikut ini adalah
perkembangan motif Mega Mendung di kawasan sentra batik Trusmi:
Naga yang menjadi kombinasi pada Mega Mendung, diberi warna senada
dengan gradasi pada motif Mega Mendung yaitu biru muda dan biru tua.
Kombinasi menggunakan naga merupakan bentuk budaya Cina yang diadopsi oleh
budaya Cirebon. Pada budaya Cina, naga merupakan lambang kekuatan (Irianto,
2009:47). Motif Mega Mendung klasik seperti terdapat ornamen utama berupa
motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa naga, menggunakan isen-isen
ceceg, isen-isen sawut, dan isen-isen gringsing yang menjadi hiasan dalam
ornamen naga. Motif Mega Mendung kombinasi dengan naga ini memerlukan
posisi yang simetris.
Gambar 23: Isen Ceceg, Sawut, dan Gringsing (Sumber: Dokumentasi
Soemantri, Januari 2005)
b) Gambar 24: Motif Mega Mendung Kombinasi Singa Barong (Sumber: Koleksi
Toko EB Batik, Maret 2011)
Kombinasi motif singa barong diberi warna senada dengan motif, yaitu warna
biru tua dan putih. Kombinasi motif singa barong merupakan inspirasi yang
didapat dari kereta Singa Barong yang terdapat di museum Keraton Kasepuhan
Cirebon. Menurut Irianto (2009:41) menyebutkan bahwa singa mempunyai makna
keberanian, kekuatan, dan kekuasaan. Motif Mega Mendung seperti pada gambar
di atas terdapat ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap
yang berupa singa barong, menggunakan isen-isen ceceg dan isen-isen sawut yang
menjadi hiasan dalam ornamen singa barong.
c) Gambar 27: Motif Mega Mendung Kombinasi Naga (Sumber: Koleksi Toko EB
Batik, Maret 2011)
Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Pada
Mega Mendung diberi warna gradasi coklat sampai kuning, dengan latar kain
berwarna merah ati. Bentuk Mega Mendung mengalami perkembangan dari bentuk
aslinya, bentuknya dipisah-pisah tidak mendominasi bagian kain sehingga
menghasilkan motif Mega Mendung minimalis yang dikombinasikan dengan naga.
Kombinasi menggunakan naga diberi warna senada dengan warna motif yaitu
merah ati dan kuning. Kombinasi menggunakan naga merupakan bentuk budaya
Cina yang diadopsi oleh budaya Cirebon. Pada budaya Cina, naga merupakan
lambang kekuatan (Irianto, 2009:47). Motif Mega Mendung kombinasi seperti
pada gambar di atas terdapat ornamen utama yaitu motif Mega Mendung,
ornamen pelengkap berupa naga, menggunakan isen-isen ceceg, isen isen sawut,
dan isen-isen gringsing yang menjadi hiasan ornamen dalam naga.
Proses pembuatan motif Mega Mendung kombinasi dengan naga merupakan
motif yang sulit dalam pengerjaannya, karena motif Mega Mendung kombinasi
dengan naga ini memerlukan posisi yang simetris.
d) Gambar 30: Motif Mega Mendung Kombinasi Bunga (Sumber: Koleksi Toko EB
Batik, April 2011)
Kombinasi bunga pada bagian pinggir kain diberi gradasi warna merah
muda senada dengan warna gradasi pada motif. Motif Mega Mendung kombinasi
bunga terdapat ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pinggiran
berupa bunga, dan tidak terdapat isen-isen yang menjadi hiasan dalam ornamen
pinggiran ataupun ornamen utama pada motif.
Selain motif Mega Mendung klasik, motif Mega Mendung yang dihasilkan di
Sanggar Batik Katura diantaranya adalah Mega Mendung kombinasi dengan kupu-kupu
dan merupakan ciri khas dari Sanggar Batik Katura. Desain yang dihasilkan dalam
membuat Mega Mendung terinspirasi dari orang jaman dahulu karena Mega Mendung
adalah batik Tradisional atau disebut batik klasik Cirebon. Motif Mega Mendung
menggunakan kombinasi dengan kupu-kupu banyak diminati konsumen. Di bawah ini
merupakan contoh motif Mega Mendung dengan kombinasi kupu-kupu yang menjadi ciri
khas dari Sanggar Batik Katura ini:
Gambar 40: Motif Mega Mendung Kombinasi Kupu-kupu (Sumber: Koleksi Sanggar
Batik Katura, Maret 2011)
Motif Mega Mendung kombinasi seperti pada gambar di atas terdapat ornamen
utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa kupu-kupu, terdapat isen-
isen ceceg dan isen-isen ceceg sawut yang menjadi hiasan dalam ornamen kupu-kupu.
a) Gambar 47: Motif Mega Mendung Kombinasi Kupu-kupu (Sumber: Koleksi Toko
Hafiyan Batik, April 2011)
Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik yang
dimiliki oleh toko Hafiyan Batik. Bentuk Mega Mendung didesain secara terpisah-pisah
dengan menggunakan gradasi hijau yang mencolok dengan warna latar kain hitam,
sehingga menghasilkan motif Mega Mendung yang minimalis.
Bentuk Mega Mendung tidak mendominasi pada bagian kain dengan kombinasi
kupu-kupu yang disusun secara tersebar.
Kombinasi dengan kupu-kupu ini diberi warna senada dengan warna motifnya
yaitu hijau, antara warna kupu-kupu yang satu dengan yang lainnya dibuat berbeda.
Kupu-kupu ini juga akan mengingatkan kita pada keindahan dan kupu-kupu juga
mengandung simbol sebagai kesejahteraan atau kemakmuran (Irianto, 2009:45). Pada
batik Cirebon motif kupu-kupu juga banyak digunakan.
Motif Mega Mendung kombinasi seperti pada gambar di atas terdapat ornamen
utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa kupu-kupu, terdapat isen-
isen ceceg tiga dan isen-isen sawut yang menjadi hiasan dalam ornamen kupu-kupu.
b) Gambar 53: Motif Mega Mendung Kombinasi Cumi-cumi (Sumber: Koleksi Toko
Hafiyan Batik, April 2011)
c) Gambar 65. Motif Mega Mendung Kombinasi Udang (Sumber: Koleksi Toko
Hafiyan Batik, Maret 2011)
Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Kemudian
bentuk Mega Mendung didesain terpisah -pisah dengan menggunakan warna gradasi
hijau sampai kuning dengan latar kain berwarna merah ati sehingga menghasilkan motif
Mega Mendung minimalis yang dikombinasikan dengan udang . Bentuknya tidak
mendominasi bagian kain, kemudian udang yang menjadi kombinasi pada motif dibuat
tersebar.
Kombinasi udang diberi warna merah ati dan kuning senada dengan warna pada
latar kain. Motif Mega Mendung kombinasi udang mempunyai makna penting, udang di
Cirebon mempunyai posisi yang istimewa karena Cirebon mempunyai julukan sebagai
Kota Udang. Kata Cirebon sendiri berasal dari Cai dan rebon, cai yang berarti air dan
rebon adalah udang yang bentuknya lebih kecil dibandingkan dengan udang yang lain
(Irianto, 2009:46).
d) Gambar 68: Motif Mega Mendung Kombinasi Ikan (Sumber: Koleksi Toko Hafiyan
Batik, Maret 2011)
Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Kemudian
bentuk Mega Mendung didesain terpisah -pisah dengan menggunakan gradasi hijau
dengan latar kain berwarna coklat, sehingga menghasilkan motif Mega Mendung
minimalis yang dikombinasikan dengan ikan. Motif ini merupakan kreasi motif Mega
Mendung dari Hafiyan batik. Bentuknya tidak mendominasi bagian kain, kombinasi
menggunakan ikan dibuat tersebar di bagian motifnya.
Kombinasi ikan diberi warna coklat dan hijau senada dengan latar kain dan warna
gradasi pada motifnya. Motif Mega Mendung yang dikombinasikan dengan ikan juga
mempunyai makna tersendiri, ikan atau iwak (dalam bahasa Jawa) yang berarti iklas ing
awak maksudnya adalah keiklasan atas ketetapan Tuhan terhadap diri manusia (Irianto,
2009:46). Unsur ikan juga sering diterapkan pada batik Cirebon yang lain.
Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Bentuknya
tidak terlalu mendominasi pada bagian kain. Bentuk Mega Mendung didesain terpisah-
pisah sehingga menghasilkan motif Mega Mendung kreasi yang diberi warna gradasi
hitam dengan latar kain berwarna hitam, kemudian dikombinasikan dengan bunga dengan
tangkai yang menjulur.
Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Bentuk
pada Mega Mendung mengalami perubahan dari bentuk aslinya, kemudian bentuknya
tidak mendominasi bagian kain. Motif Mega Mendung diberi warna gradasi hijau dengan
latar kain berwarna hijau, kemudian kombinasi kipas dibuat tersebar pada bagian kain.
Kombinasi kipas diberi warna hijau senada dengan warna pada motif dan latar
pada kainnya. Motif Mega Mendung kombinasi seperti pada gambar di atas terdapat
ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa kipas, terdapat
isen-isenceceg tiga dan isen-isen sawut yang menjadi hiasan dalam ornamen pelengkap
dalam kipas.
Motif Mega Mendung yang terdapat di Keraton Kacirebonan ini adalah motif
Mega Mendung klasik. Menurut hasil observasi yang dilakukan dengan salah satu
pengelola di Keraton Kacireebonan Heri didapatkan bahwa Mega Mendung di keraton
Kacirebonan telah ada sejak 100 tahun yang lalu, sejak pemerintahan sultan Harkat
Natadiningrat sultan ke-7. Biasanya pada jaman dahulu untuk menciptakan suatu motif
Mega Mendung mendapat ide dari kalangan keraton, karena pada jaman dahulu kalangan
keraton masih menggunakan batik dan setiap batik yang dipakai tergantung dari inspirasi
si pemakainya. Sumber atau referensi Mega Mendung yang di dapat dari para raja yang
di dapat dari kegemaran memakai batik sehingga mereka menciptakan batik sendiri dan
menjadi inspirasi di kemudian hari. Motif Mega Mendung pada gambar di atas
mempunyai 2 gradasi warna biru dan warna krem pada latar kainnya. Motif Mega
Mendung mempunyai arti atau makna tertentu yaitu motif Mega Mendung biasanya
vertikal yang mengandung arti sebagai kehidupam sehari-hari manusia, kita harus lihat
lingkungan sekitar kita tidak sekedar hubungan antara manusia dengan Tuhannya saja
Mega Mendung klasik koleksi Keraton Kanoman telah ada sejak jaman
kesultanan keraton dahulu, motif Mega Mendung klasik ini tidak terdapat kombinasi
motif. Menurut hasil observasi yang dilakukan di Keraton Kacireebonan dengan Heri
didapatkan bahwa motif Mega Mendung sudah tidak terdapat di museum Keraton
Kacirebonan. Motif Mega Mendung memiliki 2 gradasi warna biru pada motif dan latar
kain berwarna merah, mengandung makna
sebagai pengayom yang membuat hati tentram karena warnanya yang sejuk.
Motif Mega Mendung klasik seperti pada gambar di atas hanya terdapat ornamen utama
yaitu motif Mega Mendung, tidak terdapat hiasan pelengkap atau kombinasi motif, dan
tidak ada isen-isen yang menjadi hiasan pada motif
Pengaruh selera masyarakat Cirebon, pada umumnya suka akan warn-awarna yang cerah
dari berbagai warna. Hal itu disebabkan letak geografis Cirebon yang berada di wilayah Pesisir
Utara. Pengaruh tersebut pada dasarnya membuat perkembangan warna yang terdapat dalam
batik Cirebon motif Mega Mendung klasik.
Warna Mega Mendung klasik yang awalnya hanya gradasi warna biru dengan latar merah
saja, kini seiring dengan perkembangannya semua warna dapat dipakai untuk Mega Mendung.
Di samping penyusunan ornamen yang bagus dalam Mega Mendung, disertai juga dengan
penggunaan berbagai jenis warna yang mencolok dan cerah dengan penempatan yang cocok
serta sesuai dengan selera konsumen.
Mega Mendung mempunyai ciri yang berbeda dengan batik lainnya, karena Mega
Mendung termasuk dalam batik Cirebon Pesisiran. Mega Mendung ini dipengaruhi oleh karakter
masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh
budaya asing, khususnya dari Cina. Motif Mega Mendung ini dapat dilihat baik dalam bentuk
maupun warnanya yang bergaya selera Cina.
Motif ini dahulu sangat khas dengan gradasi warna biru dan merah yang terpengaruh dari
kebudayaan Cina. Warna Mega Mendung mendapat pengaruh dari keramik Cina biru putih.
Namun perkembangan Mega Mendung pada saat ini, pewarnaan dari Mega Mendung lebih
beraneka warna dan menggunakan unsur-unsur warna yang lebih terang dan cerah. Mega
Mendung lebih cenderung untuk bisa memenuhi atau mengikuti selera konsumen, sehingga
warna-warna Mega Mendung kini lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna. Mega
Mendung di kawasan sentra batik Trusmi saat ini telah melakukan upaya untuk meningkatkan
kualitas dari hasil produknya baik dari segi motif maupun warnanya.
Perkembangan warna Mega Mendung di kawasan sentra batik Trusmi ini mengalami
perkembangan yang beraneka ragam antara tempat yang satu dan yang lainnya berbeda-beda
mempunyai ciri khas tersendiri.
Jadi kesimpulannya disini penelitian dan pengembangan di Batik Cirebon adalah berupa
perkembangan motif dan pewarnaan.
Setelah lengreng, dilanjutkan dengan proses 'esen-esen'. Ini adalah salah satu proses yang
memakan waktu lama dan butuh ketekunan. Garis-garis sketsa yang sudah digambar tadi
dipertebal dan diberi detail tambahan dengan canting, alat untuk menggambar batik. Tinta
canting disebut 'malam'. Untuk meracik 'malam' dibutuhkan gandar (getah pinus), baron dan
busir (sejenis bahan untuk aspal), dan dadu (campuran baron dan busir). Semua bahan ini
dicampur dengan minyak lentik atau minyak goreng. Semakin rumit sketsanya, semakin lama
proses esen-esen,sambung .
Setelah itu dilakukan proses 'penembokan'. Proses ini masih menggunakan canting dan
malam. Gambar-gambar yang sudah dipertebal, kemudian di-block. Ruang-ruang putih diwarnai
dengan tinta malam hingga padat. Ini dilakukan agar permukaan tersebut tidak menyerap air saat
proses pewarnaan nanti. Semakin banyak warna yang ingin digunakan, semakin lama proses
penembokan.
Tahap terakhir ialah 'lorot', atau proses pelunturan. Tinta 'malam' yang sudah dilekatkan
ke kain tadi dihilangkan menggunakan air panas. Kain yang di-block tadi akan tetap putih.
Setelah dilorot, proses berikutnya bergantung pada penrajin. Jika hendak memakai warna lebih
dari satu, maka proses penembokan, pengobatan, dan pelorotan diulang lagi sesuai jumlah warna.
Hanya perbedaannya, pada pengulangan kedua ini, bagian kain yang sudah berwarnalah yang
ditembok. Sementara permukaan kain yang putih dibiarkan, agar saat proses pewarnaan kelak
permukaan putih ini menyerap warna. Setelah semua kain sudah berwarna, barulah kain
dikeringkan. Proses pembuatan satu kain bisa mencapai satu setengah bulan. Sementara untuk
belajar membatik sendiri bisa memakan waktu tiga bulan. Tidak ada istilah salah dalam
membatik. Seniman tidak bisa menghapus corak yang ia buat. Jika ada salah atau keluar garis
maka cari bentuk baru.
Yang membedakan pembuatan batik Cirebon dengan batik lain ialah proses
pewarnaannya. Pembatik Cirebon menggunakan teknik menggoyang untuk mewarnai, sementara
di daerah lain ada yang mewarnai dengan cara direndam.
Strategi pengembangan bisnis dan perdagangan yang dilakukan industri Batik Cirebon
dalah dengan strategi di bawah ini :
Menjual lebih banyak dari produk yang sama atau jasa kepada target pasar. Untuk
menjual lebih banyak produk kepada orang-orang yang sama, perlu membeli customer dari
pesaing. Pilihan Ini mungkin mengharuskan untuk menurunkan harga batik, menawarkan
ketiga hal, Q, S, dan P (Quality, Service, Price). Atau perlu mencurahkan sumber daya untuk
iklan atau promosi yang bisa mendorong lebih banyak orang untuk meninggalkan kesetiaan
terhadap produk mereka saat ini dan mencoba merek Batik Cirebon.
b. Hunt
Menjual lebih banyak produk atau jasa ke pasar yang berbeda Setiap berburu
pelanggan baru, perlu diciptakan kesadaran dan kredibilitas Batik Cirebon di pasar baru.
Jika Batik Cirebon di wilayah barat tetapi ingin mulai menjual di wilayah timur, maka
harus memperkenalkan produk anda ke wilayah timur, dengan memperkenalkan produk ,
fitur dan manfaat dari produk Batik Cirebon. Mendidik pelanggan tentang berbagai alasan
mengapa pelanggan sangat cerdas bahwa mereka telah membuat merek terkemuka di wilayah
barat.
c. Farm
Strategi ini paling mudah dan hemat biaya. Statistik menunjukkan bahwa biaya
penjualan ke pelanggan baru lebih dari dua belas kali lebih mahal dibandingkan menjual ke
pelanggan saat ini. Ada banyak cara untuk memanen penjualan dari pelanggan yang sudah
ada:
1) Rotation farming
2) Suggestive selling
3) Selling accessories
Jika pembeli membeli baju atasan maka sarankan pula untuk membeli
bawahan atau aksesoris lain yang bermotif Batik Cirebon.
4) Incentive selling
5) Trading up
Tahun lalu, pelanggan membeli Batik model standar. Tahun ini, industri
Batik Cirebon menjual model deluxe. Kemudian menjual kepada pelanggan
garansi yang lebih lama
d. New Product
Ini untuk kesehatan industri Batik Cirebon. Agar pelanggan tidak beralih ke batik
motif lain yang bukan motif Batik Cirebon. Dan tidak bosan dengan produk yang ada.
Strategy scorecard menyediakan cara yang logis serta komprehensif untuk menjelaskan
strategi industri batik. Scorecard ini dengan jelas mengkomunikasikan keluaran yang diinginkan
perusahaan sekaligus hipotesis mengenai bagaimana keluaran tersebut dapat dicapai. Balanced
scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang menterjemahkan visi dan strategi suatu
organisasi kedalam tujuan dan ukuran operasional (Hansen dan Mowen 2003).
Tujuan dan ukuran operasional tersebut kemudian dinyatakan dalam empat perspektif
yaitu perspektif finansial, pelanggan (stakeholders), proses bisnis internal (internal business
process), serta pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth) (Kaplan dan Norton 1996).
Perspektif finansial menggambarkan keberhasilan finansial yang dicapai oleh organisasi
atas aktivitas yang dilakukan dalam 3 perspektif lainnya. Perspektif pelanggan menggambarkan
pelanggan dan segmen pasar dimana organisasi berkompetisi. Perspektif proses bisnis internal
mengidentifikasikan proses-proses yang penting untuk melayani pelanggan dan pemilik
organisasi. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menggambarkan kemampuan organisasi
untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang.
Perbedaan mendasar antara organisasi bisnis dan organisasi publik adalah organisasi
bisnis berorientasi profit sedangkan organisasi publik berorienasi nonprofit. Selain itu perbedaan
lainnya adalah dari segi tujuan strategis, tujuan financial, stakeholders, dan outcome. Organisasi
publik merupakan organisasi yang didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada
masyarakat bukan mendapatkan keuntungan (profit). Organisasi ini bisa berupa organisasi
pemerintah dan organisasi nonprofit lainnya. Meskipun organisasi publik bukan bertujuan
mencari profit, organisasi ini dapat mengukur efektivitas dan efisiensinya dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Untuk itu industri batik dapat menggunakan balanced scorecard dalam pengukuran
kinerjanya. Yang menjadi fokus utama dalam industri batik adalah misi organisasi, secara umum
misi suatu industri batik adalah melayani masyarakat. Dari misi tersebut diformulasikan strategi-
strategi yang akan dilakukan untuk pencapaian misi tersebut. Strategi tersebut kemudian
diterjemahkan kedalam 4 perspektif, yaitu: perspektif financial, perspektif internal business
process dan perspektif employees & organization capacity. Adapun kaitan masingmasing
perspektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Perspektif pelanggan. Perspektif ini menunjukkan seperti apa industri batik di mata
pelanggan. Pelanggan mempunyai kemampuan teknis melihat korporasi dari berbagai
sisi: waktu, kualitas, kinerja dan jasa, dan biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk
memperoleh pelayanan. Dimensi kebutuhan pelanggan demikian pada akhirnya akan
menentukan bagaimana perusahaan atau lembaga pendidikan dilihat oleh pelanggan.
Semakin baik persepsi pelanggan, semakin baik pula nilai korporasi dimata pelanggan.
b. Perspektif keuangan. Pertanyaan yang harus dijawab industri batik adalah bagaimana kita
dilihat oleh pemegang saham baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Industri
batik bisa rugi pada waktu tertentu, akan tetapi pemegang saham menyadari bahwa
setelah itu industri batik akan mendapat keuntungan, sehingga dividen akan diperoleh.
Semakin baik industri batik dimata pemegang saham, semakin aman korporasi
memperoleh sumber modal.
c. Perspektif proses bisnis internal. Ukuran ini menunjukkan dalam proses produksi seperti
apa industri batik lebih baik. Orientasi kepada pelanggan memang mutlak, akan tetapi
permasalahan bagi manajemen adalah bagaimana caranya menyiapkan kompetensi yang
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
d. Perspektif pembelajar dan pertumbuhan. Perspektif ini menunjukkan bagaimana industri
batik dapat bertahan dan mampu berubah sesuai dengan tuntutan eksternal.
Secara terminologi Kaplan dan Norton (2001) memperkenalkan konsep BSC sebagai
suatu sistem evaluasi modern yang mencoba untuk menyeimbangkan alat ukur lama yang hanya
berdimensi pada profitabilitas (keuangan) dengan dimensi-dimensi yang baru seperti aspek
kepuasan stakeholder. Dengan scorecard yang dibalanced ini diharapkan dapat mengintegrasikan
energi, kemampuan dan pengetahuan organisasi dalam melakukan upaya memakmurkan
pesantren. Evaluasi atau pengukuran kinerja suatu manajemen industri batik adalah sangat
penting bagi pengelola industri batik, guna mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan dan
mendesain perencanaan masa depan.
Tujuan implementsi balanced scorecard dalam industri Batik Cirebon adalah untuk
menetukan strategi pencapaian visi berdasarkan empat perspektif BSC.Analisis pengukuran
kinerja dengan menggunakan metode Balance Scorecard dalam industri Batik Cirebon dapat
dilihat dari 4 perspektif, yaitu :
a. Perspektif Finansial
Dalam perspektif finansial industri Batik Cirebon menggunakan beberapa strategi, antara lain:
Dalam perspektif customer industri Batik Cirebon menggunakan beberapa strategi, antara lain:
Dalam perspektif learning and growth industri Batik Cirebon menggunakan beberapa strategi,
antara lain :
Dari 4 (empat) perspektif tersebut di atas, masing masing strategi memiliki hubungan erat
dengan setiap strategi di setip perpektif balanced scorecar. Hubungan antara strategi dapat dilihat
melalui peta strategi (strategic map). Hungan strategi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 di
bawah ini.
Gambar 4.1 Peta Strategi Balanced Scorecard (BSC)
Untuk memastikan kinerja strategi, maka dilakukan analisis pada tingkat kegagalan
strategi dengan menggunakan analisis fish bone diagram untuk mengetahui perkiraan penyebab
kegagalan pelaksanaan strategi, dan berikut adalah hasil penelusuran kendala atau penyebab
kegagalan pelaksanaan strategi:
Table 5.1 Analisis Kegagalan Strategi
Kesimpulan dari evaluasi strategi yang telah dilakukan terkait penguatan daya saing
dengan meningkatkan kinerja Industri Batik Cirebon adalah yang pertama, dengan
mengimplementasikan Balanced Scorecard, Industri Batik Cirebon dapat mengetahui strategi
pencapaian target dengan melihat empat perpektif. Yang kedua hasil identifikasi strategi pada
setiap perspektif, ditemukan 3 strategi perspektif finansial, 6 perspektif konsumen, 6 strategi
perspektif proses bisnis dan 4 strategi pada perspektif tumbuh kembang.
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
a. Seni batik di Indonesia mulai mendapat perlindungan Hak Cipta sejak UUHC 1987
hingga UUHC 2002. Menurut UUHC 1987 dan UUHC 1997, seni batik yang mendapat
perlindungan adalah seni batik yang bukan tradisional dengan pertimbangan batik yang
tradisional telah menjadi milik bersama, sehingga konsekuensinya bagi orang Indoonesia
mempunyai kebebasan untuk menggunakannya tanpa dianggap sebagai suatu
pelanggaran.
Sedangkan UUHC 2002, unsur yang ditekankan adalah pada pembuatan batik secara
kontemporer.
Seni batik mendapat perlindungan hukum karena termasuk dalam lingkup Hak Cipta
menurut ketentuan Pasal 12 UUHC 2002. dan untuk ciptaan batik tradisional yang
termasuk folklor dilindungi oleh UUHC 2002 Pasal 10.
b. Upaya-upaya Pemerintah Kota Pekalongan menjadikan batik Pekalongan sebagai
komoditas internasional adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan potensi batik dengan formulasi yang lebih fokus dan terkonsentrasi
melalui pendekatan kluster industri (sentra produksi dan sentra perdagangan)
2) Klinik Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual
3) Musium Batik Pekalongan
4) Mengusahakan pemberian kredit lunak kepada pengrajin untuk meningkatkan
permodalan sehingga keuntungan dapat dinikmati pengrajin/pengusaha.
5) Peningkatan SDM terutama untuk pengrajin dengan kursus-kursus pelatihan.
6) Pembangunan sentra-sentra grosir;
1.2 SARAN
a. Aspek Hukum
1) Pemerintah Kota Pekalongan segera mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai
Batik sebagai lingkup Hak Kekayaan Intelektual yang perlu dilindungi dan
dilestarikan, hal ini berkaitan dengan batik sebagai produk unggulan Kota
Pekalongan, sehingga diharapkan dengan adanya kebijakan Pemerintah Kota
Pekalongan akan tercipta iklim yang kondusif pada dunia usaha perbatikan dan
sebagai peraturan pelaksana Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta khususnya Seni Batik.
2) Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
: 74/M-IND/per/9/2007 tentang Penggunaan Batikmark ”batik INDONESIA” pada
Batik Buatan Indonesia, tertanggal 18 September 2007 diharapkan Pemerintah Kota
Pekalongan dapat melaksanakan peraturan tersebut sehingga mempermudah
masyarakat Indonesia dan asing mengenali batik buatan Indonesia dan terlindungi
dari adanya tindakan peniruan atau penjiplakan motif batik Pekalongan.
b. Aspek Non Hukum
1) Masih diperlukan sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual khususnya tentang Hak Cipta
kepada para pengrajin dan pengusaha batik baik Perusahaan maupun UKM/IKM,
sehingga kesadaran untuk mendaftarkan batik melalui Hak Cipta, Merek, Desain
Industri atau Paten meningkat, hal ini mengingat batik sebagai aset daerah Kota
Pekalongan.
2) Diperlukan banyak sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan
pengalaman di bidang Hak Kekayaan Intelektual.
3) Membentuk Komite Kerja Sama untuk mendata, mengklasifikasi dan mendaftarkan
karya-karya yang sudah menjadi public domein.
4) Mengembangkan Musium Batik Pekalongan yang bertaraf internasional dengan
membuat website yang mempromosikan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik.
DAFTAR PUSTAKA