Anda di halaman 1dari 101

MAKALAH

PERKEMBANGAN BATIK CIREBON


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Strategik yang diampu oleh:
Dr. Sri Suryaningsum, S.E., M.Si., A.k., C.A.

Disusun oleh:
Devi Apriliya Sari
(142170037)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yang terdapat dalam makalah ini adalah benar-
benar saya buat sendiri, bukan menjiplak dari tugas teman manapun dan materi mengenai sejarah
perkembangan Batik Cirebon dan segala hal yang berkaitan dengan materi Batik Cirebon saya
ambil dari web yang telah saya cantumkan dalam daftar pustaka. Makalah ini saya buat dengan
sungguh-sungguh untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen
Strategik Ibu Dr. Sri Suryaningsum, S.E., M.Si., A.k., C.A.

Yogyakarta, 22 Mei 2019

Devi Apriliya Sari


142170037
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 22 Mei2019

Devi Apriliya Sari


142170037
BAB I

PENDAHULUAN

41.1 LATAR BELAKANG


Bicara tentang Batik Cirebon takkan terlepas dari Trusmi, sebuah tempat di Kabupaten
Cirebon yang kini menjadi sentra Batik Trusmi. Apa dan bagaimana sehingga Trusmi menjadi
sentra batik ? lihat kutipan sejarahnya dibawah ini
Keunikan motif serta corak yang dihasilkan dari batik-batik berbagai daerah merupakan
kekuatan yang sangat luar biasa, khususnya bagi kekayaan batik Indonesia.Belum ada di negara
manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang di miliki oleh bangsa
Indonesia.

Bilamana kita ingin melihat banyaknya kekayaan desain motif batik Indonesia contoh
yang paling sederhana bisa dilihat di wilayah Jawa Barat saja. Walaupun masih dalam satu
propinsi dan kultur budaya yang sama, tiap-tiap daerah seperti Cirebon dengan Indramayu sudah
memiliki karakter dan desain motif yang berbeda. Antara Cirebon dan Garut juga memiliki
perbedaan yang sangat jauh sekali dan sangat signifikan perbedaannya.
Batik Trusmi Cirebon mulai ada sejak abad ke 14. suatu daerah dimana saat itu tumbuh
banyak tumbuhan, kemudian para warga menebang tumbuhan tersebut namun secara seketika
kemudian tumbuhan itu tumbuh kembali. Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang
berasal dari kata terus bersemi.
Asal mulanya Sultan kraton menyuruh orang trusmi untuk membuat batik seperti
miliknya tanpa membawa contoh batik, dia hanya di perbolehkan melihat motifnya saja. Saat
jatuh tempo, orang trusmi itu kemudian datang kembali dengan membawa batik yang telah dia
buat.Ketika itu orang trusmi tersebut meminta batik yang asli kepada Sultan,yang kemudian di
bungkuslah kedua batik itu (batik yang asli dengan batik buatannya/duplikat).
Orang trusmi kemudian menyuruh sultan untuk memilih batik yang asli namun sangking
miripnya sultan tidak dapat membedakannya, batik duplikat tersebut tidak ada yang meleset
sama sekali dari batik aslinya. sehingga sultan mengakui bahwa batik buatan orang trusmi sangat
apik, tanpa membawa contoh batik yang aslinya dapat membuat batik yang sama persis.
Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran. Namun juga
sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik Keraton. Hal ini karena di Cirebon
memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon
berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebon Klasik seperti
motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, Banjar
Balong, Ayam Alas dan lain-lain.
Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau
menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang
memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan
motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk
Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity)
sejak 2 Oktober 2009.
Batik Cirebon merupakan ragam batik khas Cirebon yang merupakan salah satu dari
empat sentra industri batik di Jawa Barat yang masih ada hingga sekarang. Tiga sentra industri
batik lainnya adalah Indramayu, Tasikmalaya, dan Garut. Meskipun demikian, Cirebon
merupakan sentra batik tertua yang memberikan pengaruh terhadap ragam pola batik di sentra-
sentra industri batik lain di Jawa Barat.
Motif batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif
Megamendung. Motif ini melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan
pemberi kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan bangsa Cina di
Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa bernama Ong Tie.
Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan proses pewarnaan yang dilakukan
sebanyak lebih dari tiga kali.
Cirebon termasuk wilayah Pantura, perbatasan Jawa Barat dengan Jawa Tengah, maka
sangat memungkinkan terjadinya persilangan kebudayaan antara kebudayaan Cirebon dengan
kebudayaan lain terutama Sunda dan Jawa dan adanya beberapa keraton yang ada di Cirebon
yaitu Keraton Kesepuhan dan Keraton Kanoman.Kebudayan Cirebon memiliki keunikan dan
kekhasan tersendiri, khususnya batik di Desa Trusmi Kabupaten Cirebon.
Desa Trusmi merupakan salah satu desa terpenting, dalam khasanah kebudayaan Cirebon,
yang menarik dari Desa Trusmi ini adalah budaya membatik. Penggunaan kata Trusmi berasal
dari sejarah Pangeran Trusmi putra pasangan Pangeran Carbon Girang dengan Nyi Cupluk. Nyi
Cupluk adalah putri dari Ki Gede Trusmi sedangkan Pangeran Carbon Girang adalah putra Ki
Kuwu Cerbon. Pangeran Trusmi atau Bung Cikal dikisahkan memiliki kebiasaan senang
memangkas tanaman yang ditanam kakeknya, setiap kali tanaman itu dipangkas, tanaman itu
kembali tumbuh. Maka disebutlah Trusmi yang bermula dari kata terus semi atau terus tumbuh
kembali.
Kesenian dan kebudayaan masyarakat Trusmi memang memiliki khas dan keunikan
tersendiri salah satunya yaitu batik. Batik yang berkembang di Trusmi diyakini penduduknya
sebagai warisan dari leluhurnya yaitu Ki Gede Trusmi. Batik Trusmi kini satu-satunya sentra
batik Cirebon yang dalam perkembangannya sekarang sangat pesat. Pengaruh batik Cina begitu
kuat pada batik Trusmi, baik dari pewarnaan maupun motifnya dan berkembang pula batik
Keratonan Cirebon.
Salah satu yang menarik tentang batik Trusmi, bukan sekedar sehelai kain yang
bertuliskan ragam hias dengan pewarnaan dan tekniknya yang khas, akan tetapi lebih jauh dari
itu, ragam hias dan juga pewarnaan yang dituangkan pada batik merupakan refleksi estetika
simbolik dari masyarakat Cirebon. Batik bukan sekedar dibuat untuk keindahan saja melainkan
sebagai kaidah moral, adat yang bermakna. Proses pembuatan batik ada dua cara yaitu dengan
cara ditulis dan dicetak.
Batik tulis sebagai kain bergambar yang dibuat dengan menuliskan atau memberikan
goresan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu atau
biasa dikenal dengan kain batik. Batik ini tercipta dari pemikiran-pemikiran leluhur bangsa
Indonesia yang dalam sejarahnya hingga kini memiliki beragam nilai kearifan lokal. Batik
Trusmi mencerminkan nilai, norma dan emosi suatu masyarakat Trusmi.
Batik Trusmi berawal dari material textile yang merupakan salah satu kebutuhan primer
manusia akan sandang lalu berkembang menjadi suatu kebudayaan sekaligus penanda
keberadaan suatu kelompok masyarakat.
Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik
Cirebon termasuk dalam kelompok Batik Keraton. Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua
buah keraton yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Batik Keraton Cirebon sangat
kental dengan makna simbolis yang bukan sekedar ungkapan estetik yang visual, akan tetapi di
dalamnya memuat sistem nilai tertentu yang diyakini oleh masyarakat keraton. Berdasarkan
sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan Klasik yang hingga
sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti motif
Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong,
Banjar Balong, Ayam Alas Gunung, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar
Menjangan, Simbar Kendo, Supit Urang, Wadas Mantingan, Taman arum Sunyaragi,
Sunyaragian, Patran Kangkung, Taman Teratai, Wadas Singa, dan Naga Seba.
Batik sebagai salah satu warisan budaya memerlukan pemaknaan, tidak cukup hanya
dihadirkan secara fisik atau material sehingga dapat dijumpai dimana-mana karena dipakai oleh
semua kalangan masyarakat. Namun, yang tidak pentingnya adalah menggali nilai-nilai filosofis
atau non material yang terkandung di dalamnya untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat.
Motif batik Cirebon yang paling populer di masyarakat adalah motif kain batik Mega
Mendung karena jenis batik ini adalah lambang khas atau simbol dari kota Cirebon.
Namun, masyarakat Cirebon khususnya generasi mudahanya mengetahui corak batik
Mega Mendung, dan tidak mengetahui filosofis dari corak Mega Mendung ini. Jenis dan corak
batik Trusmi memiliki filosofis dan makna tersendiri. Dalam proses pembuatannya, seni batik
terutama batik tulis melambangkan kesabaran pembuatnya. Setiap hiasan dibuat dengan teliti dan
melalui proses yang panjang. Kesempurnaan motif tersebut menyiratkan ketenangan
pembuatnya. Corak batik tertentu dipercaya memiliki kekuatan gaib dan hanya boleh dikenakan
oleh kalangan tertentu. Misalnya, motif parang yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan,
hanya boleh dikenakan oleh penguasa dan ksatria. Batik jenis ini harus dibuat dengan ketenangan
dan kesabaran yang tinggi. Kesalahan dalam proses pembatikan dipercaya akan menghilangkan
kekuatan gaib batik tersebut. Selain proses pembuatan batik yang sarat dengan makna filosofis,
corak batik merupakan simbol-simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berfikir
masyarakat
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana perkembangan Batik Cirebon ?
b. Apa saja batik khas Cirebon dan apa filosofinya ?
c. Apakah ciri khas dari batik Cirebon ?
d. Apa ada Perda yang melindungi Batik Cirebon dan peranan pemerintah dalam
perlindungan batik tersebut?
e. Bagaimana penyusunan analisis dan pilihan strategi jika diimplementasikan dalam
perkembangan Batik Cirebon ?
f. Bagaimana kajian keuangan industri Batik di Cirebon ?
g. Bagaimana penelitian dan pengembangan industri Batik di Cirebon ?
h. Bagaimana cara produksi Batik Cirebon ?
i. Bagaimaan pengembangan bisnis dan perdagangan industri Batik di Cirebon ?
j. Bagaimana evaluasi strategi industri Batik di Cirebon ?

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Batik Cirebon.
b. Untuk mengetahui macam batik khas Cirebon dan filosofinya.
c. Untuk mengetahui ciri khas dari batik Cirebon.
d. Untuk mengetahui Perda yang melindungi Batik Cirebon dan upaya pemerintah dalam
melindungi Batik Cirebon.
e. Untuk mengetahui bagaimana cara menyusun analisis dan pilihan strategi jika
diimplementasikan dalam perkembangan Batik Cirebon.
f. Untuk mengetahui bagaimana kajian keuangan industri Batik di Cirebon.
g. Untuk mengetahui bagaimana penelitian dan pengembangan industri Batik di Cirebon.
h. Untuk mengetahui bagaimana cara produksi Batik Cirebon.
i. Untuk mengetahui bagaimana pengembangan bisnis dan perdagangan industri Batik di
Cirebon.
j. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi strategi industri Batik di Cirebon.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 SEJARAH PERKEMBANGAN BATIK CIREBON


Sejarah batik Cirebon pada jaman dulu merupakan percampuran antara budaya dalam
masyarakat dengan tradisi religius, yaitu pada jaman Sunan Gunung Jati pada abad 16 ketika
menyebarkan ajaran Islam di Cirebon.
Menurut sejarahnya, awal mulanya berkembang nya batik cirebon yaitu dulunya berawal
dari Pelabuhan Muara Jati (kini disebut Cirebon) dijadikan tempat persinggahan oleh para
pedagang asing seperti dari, Arab, Tiongkok, India dan Persia. Para pedagang tersebut ini
akhirnya menciptakan percampuran beragam budaya dan menghasilkan banyak tradisi baru
diantaranya adalah batik Cirebon.

Batik Trusmi misalnya adalah merupakan karya dari seorang pemuka agama Islam, yaitu
bernama Ki Buyut Trusmi. Dulu pada mulanya Ki Buyut Trusmi bersama dengan Sunan Gunung
Jati, menyebarkan Agama Islam khususnya di kawasan desa Trusmi. Mereka selain mengajarkan
agama Islam, mereka juga mengajari ketrampilan membatik kepada penduduk setempat, hingga
akhirnya kini kawasan Desa Trusmi ini dikenal dengan Kampung Batik.
Secara visual batik Cirebon memiliki banyak ragam dan corak yang menggambarkan
betapa banyaknya pengaruh dari luar, baik mancanegara maupun daerah sekitar yang memiliki
hubungan erat dengan Cirebon. Pengaruh dari luar yang tampak pada batik Cirebon berasal dari
Tiongkok , Arab (dunia Islam) dan India (mitologi Hindu).
Di antara tiga budaya tersebut, seni rupa Tiongkok memiliki pengaruh yang sangat besar.
Hubungan erat antara Cirebon dengan Tiongkok terjadi karena para saudagar dari Tiongkok
sering tinggal dan menetap di daerah ini. Selain itu banyak di antara orang Tiongkok yang
menikah dengan penduduk setempat. Demikian pula dengan menikahnya Sunan Gunungjati
dengan Oeng Tien, seorang putri dari kekaisaran Tiongkok memiliki dampak yang sangat besar
pada bidang seni dan arsitektur di Cirebon. Hal ini misalnya, dapat dilihat dengan adanya ragam
hias awan dan bebatuan yang terdapat di keraton Kasepuhan dan Taman Sunyaragi. Hal serupa
terdapat pula pada motif kain batik, yang di antaranya pada batik motif Taman Arum.
Hubungan Cirebon sebagai daerah pelabuhan dengan daerah-daerah lainnya dengan para
pendatang dari berbagai negeri yang membawa tata-nilai seni budaya telah menjadikan Cirebon
mengalami suatu pembauran budaya baik secara internal dan eksternal. Hubungan perdagangan
yang erat antara Cirebon dengan negeri Tiongkok, Arab, India (Hindu), telah pula menyebabkan
kultur Cirebon berpadu dengan kulturkultur asing tersebut. Perpaduan budaya tersebut pada
akhirnya telah membuahkan corak-corak cultural yang beragam pada kebudayaan Cirebon
umumnya.
Batik Cirebon memiliki keunikan dan kekuatan dalam penggambaran desain motifnya
yang telah diakui masyarakat pencinta batik. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan batik
pesisir, namun sebagian batik Cirebon juga termasuk dalam kelompok batik kraton. Apabila
dilihat dari sisi ragam hiasnya, maka batik Cirebon memiliki dua ragam hias, yakni batik
pesisiran yang dipengaruhi budaya Tiongkok dan batik kraton yang banyak dipengaruhi oleh
agama Hindu dan Islam.
Pengrajin Batik Trusmi - Cirebon
Cirebon merupakan salah satu sentra batik di pulau Jawa yang memiliki perjalanan
panjang. Hal ini tidak bisa dipisahkan dari peran pusat pemerintahan (Keraton Cirebon) dan
lingkungan sosial masyarakat penyangga tradisi membatik, seperti beberapa tempat produksi
batik, yakni Kenduruan, Paoman, Trusmi, dan Kalitengah. Dari beberapa sentra seni kerajinan
batik tersebut hanya di desa Trusmi yang masih bertahan hingga saat ini. Pengrajin batik Trusmi
merupakan pemasok batik untuk memenuhi kebutuhan Keraton. Motif batik untuk keperluan ini
memiliki makna filosofis. Di samping itu pengrajin batik Trusmi juga memproduksi batik gaya
pesisiran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Gaya ini lebih dinamis dalam mengikuti selera
pasar tanpa harus memiliki makna filosofis.
Pertumbuhan dan perkembangan batik Cirebon yang memiliki kedua klasifikasi yaitu
batik Pesisir dan batik kraton adalah bukti betapa uniknya batik Cirebon tersebut. Perkembangan
batik Cirebon dalam kurun waktu 10 tahun belakangan ini cukup melonjak dari sisi jumlah (Data
Yayasan Batik Jawa Barat). Ketika batik diakui oleh UNESCO sebagai World Heritage (Warisan
Dunia) pada tahun 2009, berbusana batik menjadi mode dan batik Cirebon kembali berkembang
lagi dengan hasil dari produksi yang awalnya hanya berupa kain, berkembang menjadi aneka
ragam bentuk dan jenisnya dari bahan dan barang jadi yang beraneka ragam, dari busana dan
aksesoris yang semua bermotif ciri khas Cirebonan. Dahulu batik Cirebon umumnya digunakan
untuk kain sinjang (jarik) berupa lembaran-lembaran kain yang menggunakan warna dan motif-
motif tradisional, kini juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sandang dan lainnya, beberapa
pengrajin telah mengembangkan produk batik lebih bervariasi dan mengikuti perkembangan
zaman.
Berkembangnya batik cirebon yaitu dulunya berawal dari Pelabuhan Muara Jati (kini
disebut Cirebon) dijadikan tempat persinggahan oleh para pedagang asing seperti dari, Arab,
Tiongkok, India dan Persia. Para pedagang tersebut ini akhirnya menciptakan percampuran
beragam budaya dan menghasilkan banyak tradisi baru diantaranya adalah batik Cirebon. Batik
Cirebon berkembang pada jaman Sunan Gunung Jati pada abad 16, ketika menyebarkan ajaran
Islam di Cirebon.

Kampung Batik Trusmi


Bicara tentang Batik Cirebon takkan terlepas dari Trusmi, sebuah tempat di Kabupaten
Cirebon yang kini menjadi sentra Batik. Trusmi berkembang diawali oleh seorang pemuka
agama Islam, bernama Ki Buyut Trusmi. Dulu pada mulanya Ki Buyut Trusmi bersama dengan
Sunan Gunung Jati, menyebarkan Agama Islam khususnya di kawasan desa Trusmi. Selain
mengajarkan agama Islam, mereka juga mengajari ketrampilan membatik kepada penduduk
setempat.
Perkembangan Batik Trusmi
Batik Trusmi Cirebon mulai ada sejak abad ke 14, dimana saat itu banyak tumbuhan
kemudian para warga menebang tumbuhan tersebut namun secara seketika kemudian tumbuhan
itu tumbuh kembali. Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata
terus bersemi. Asal mulanya Sultan kraton menyuruh seorang warga trusmi untuk membuat
batik, hingga kemudian berkembang warga trusmi banyak yang belajar membatik.
Secara umum batik Cirebon termasuk kedalam kelompok batik Pesisiran. Namun juga
sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik Keraton. Hal ini karena di Cirebon
memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon
berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebon Klasik seperti
motif Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, Banjar
Balong, Ayam Alas.
Batik Cirebonan Pesisiran dipengaruhi oleh karakter penduduk masyarakat pesisiran yang
pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh asing. Daerah sekitar
pelabuhan biasanya banyak orang asing singgah, berlabuh hingga terjadi perkawinan lain etnis
(asimilasi) maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima pengaruh dari luar.
Warna-warna batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna.
Produksi batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik
kombinasi tulis cap. Daerah penghasil produksi dan pengrajin batik Cirebonan terdapat di 5
wilayah desa yang berbeda, tepatnya daerah-daerah yang ada di sekitar desa Trusmi. Desa-desa
yang berada di sekitar desa Trusmi diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan
Panembahan. Sentra Batik di Cirebon ini sangat strategis karena tak jauh dari jalur Pantura.
Karya indah khas Cirebon ini juga tidak hanya sebagai karya budaya yang dapat
dinikmati keindahannya. Lebih dari itu, keindahan dan keanggunan Batik Cirebon ini juga
mengandung nilai dan arti budaya yang filosofis yang menjadi kekayaan nusantara. Semoga kita
bisa menjaga kelestarian budaya, serta menjaga keluhuran nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Dengan memahami sejarah dan filosofi Batik, diharapkan semakin tumbuh kecintaan
terhadap Batik.
1.2 BERBAGAI MACAM MOTIF BATIK KHAS CIREBON
Ornamen batik Cirebon cukup bervariasi, karena selain dikembangkan oleh keluarga
keraton dan masyarakat yang setia kepada sultan, masyarakat Cirebon juga memiliki karakter
terbuka terhadap budaya asing. Ornamen yang dihasilkan misalnya ornamen Paksi Naga Liman
yang memperoleh pengaruh dari Persia, Soko Cino dari keramik Cina, dan Buraq dari Arab.
Ornamen batik keraton memiliki pola yang baku, memiliki nilai simbolis, dan bermakna
religius. Sementara itu, pola batik pesisiran sangat dinamis dan mengikuti permintaan pasar.
Secara garis besar, ornamen Batik Cirebon dapat digolongkan menjadi lima jenis, yaitu
Wadasan, Geometris, Pangkaan, Byur, dan Semarangan.
a. Wadasan
Batik yang dihasilkan biasanya disebut batik Keraton, ditandai dengan ornamen-
ornamen yang berasal dari Keraton Cirebon. Nama-nama untuk motifnya antara lain
adalah Singa Payung, Naga Saba, Taman Arum, dan Mega Mendung.
b. Geometris
Kain yang didesain sebelumnya harus diberi garis-garis dengan bantuan
penggaris. Misalnya adalah motif Tambal Sewu, Liris, Kawung, dan Lengko-lengko.
c. Pangkaan (Buketan)
Motif batik menampilkan lukisan pohon atau rangkaian bunga yang lengkap,
sering dilengkapi burung atau kupu-kupu. Nama-nama untuk motifnya antara lain adalah
Pring Sedapur, Kelapa Setundun, Soko Cina, dan Kembang Terompet.
d. Byur
Motif batik ini ditandai dengan ornamen bunga dan dedaunan kecil yang
mengelilingi ornamen pokok secara penuh, misalnya adalah Karang Jahe, Mawar
Sepasang, Dara Tarung, dan Banyak Angrum.
e. Semarangan
Motif ini menampilkan penataan ornamen yang sama atau motif ulang yang ditata
agak renggang, misalnya adalah motif Piring Selampad dan Kembang Kantil.

Motif atau ornamen batik Cirebon dikelompokkan menjadi ornamen batik Pesisiran dan
batik Keraton, yaitu Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Ornamen batik keraton
termasuk dalam batik klasik, misalnya motif Paksinaga Liman, Megamendung, Patran Keris,
Singa Payung, Singa Barong, dan sebagainya.

a. Batik Megamendung
Ikon batik Cirebon adalah motif batik megamendung. Motif batik megamendung
mempunyai kekhasan yang identik sehingga berbeda dengan daerah lain. Kekhasan motif
batik megamendung terletak pada motifnya berupa gambar menyerupai awan dengan
warna tegas, serta nilai filosofi yang terkandung di dalamnya yang berkaitan erat dengan
sejarah lahirnya batik Cirebon secara keseluruhan. Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata berencana mendaftarkan motif batik megamendung ke UNESCO guna
mendapat pengakuan sebagai salah satu warisan dunia. Motif batik ini telah dikenal luas
sampai manca Negara. Bahkan motif megamendung sempat dijadikan cover sebuah buku
berjudul Batik Design yang merupakan terbitan luar negeri. Buku tersebut merupakan
sebuah karya dari Pepin Van Roojen, pria berkebangsaan Belanda. H. Komarudin Kudiya
S.IP, M.DS sebagai Ketua Harian yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) berpendapat, bahwa
motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna
sehingga penggunaan motif ini sebaiknya dijaga baik dan ditempatkan sebagaimana
mestinya.

b. Batik Sawat Pengantin


Batik sawat pengantin secara garis besar, memberikan konotasi simbolisme
menuju keesaan seperti pengantin, yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan.
Masyarakat Cirebon-Indramayu memiliki keyakinan tentang harapan dari Sang Pencipta
yang diekspresikan melalui motif batik sawat pengantin.
c. Batik Paksinaga Liman
Batik paksinaga liman bermotif kereta kencana paksinaga liman Cirebon.
Paksinaga liman merupakan perwujudan gabungan antara binatang paksi (garuda), naga
(ular) dan liman (gajah). Paksinaga liman adalah symbol kekuatan kerajaan Cirebon
yakni udara (paksi), laut (naga) serta darat (liman). Batik paksinaga liman biasa dipesan
oleh turis Jepang untuk dijadikan bahan kimono.

d. Batik Patran Keris


Batik patran keris merupakan batik klasik. Batik ini juga salah satu batik yang
sering dipesan oleh orang Jepang. Orang Jepang senang menggunakan batik patran keris
sebagai bahan kimono. Hal ini membuktikan bahwa batik Cirebon telah dikenal dan
digemari oleh manca Negara.
e. Batik Singa Payung
Pengaruh keraton pada motif batik Cirebon tidak dapat dipungkuri. Batik singa
payung merupakan salah satu batik yang ide pembuatannya berdasarkan lingkungan
keraton kanoman.

f. Batik Singa Barong


Mobil merupakan salah satu alat transportasi masa kini yang sering dijumpai.
Ternyata pada jaman dahulu kesultanan Cirebon telah memiliki kendaraan yang hampir
mirip konsepnya dengan mobil canggih. Kereta singabarong adalah sebutan untuk
kendaraan tersebut. Kereta singabarong ditarik oleh empat ekor kerbau, dan digunakan
sebagai kendaraan sultan. Kini kereta tersebut tersimpan di salah satu museum di
kesultanan kasepuhan Cirebon. Hal inilah yang mengilhami para pengrajin batik untuk
mengabadikannya dalam motif batik cirebon dengan nama batik singa barong dimana
ornamen utama pada motif batik bergambarkan kereta singa barong.
g. Batik Kompeni
Batik kompeni berbeda dengan motif batik lain. Motif batik lainnya lebih
menitikberatkan pada ornament flora dan fauna serta berbagai bentuk symbol tertentu.
Sedangkan batik kompeni memiliki motif berupa gambar yang bercerita. Batik kompeni
menggambarkan perang pada jaman kolonial Belanda. Motif batik yang muncul berupa
gambar meriam, truk, tank, bambu runcing dan senapan. Ciri batik kompeni adalah
menggambarkan tentara VOC dan penduduk semasa panjajahan dulu. Tentara VOC
biasanya digambarkan dengan senapan laras panjang dan meriam. Sedangkan penduduk
digambarkan melalui kehidupan petani, nelayan dan pedagang. Warna latar kain batik
kompeni yang biasanya dibiarkan berwarna putih, juga menjadi ciri khas batik kompeni
ini. Namun, dijumpai pula batik kompeni yang latarnya diberi warna.
Selain ketujuh motif batik yang dipaparkan, batik Cirebon juga masih memiliki
motif lain diantaranya, batik patran kangkung, batik singa wadas, batik kilingan, batik
banjar balong, batik ayam alas, batik katewono, batik gunung giwur, batik simbar
menjangan, dan batik tulis simbar kendo.
Semua penjelasan diatas merupakan salah satu dari macam-macam batik di
Indonesia berdasarkan daerah asalnya dimana telah kita ulas secara detail mengenai batik
cirebon mega mendung, batik tulis cirebon, batik khas cirebon, batik dari cirebon, sejarah
batik cirebon dan gambarnya, sejarah dan motif batik cirebon, sejarah perkembangan
batik cirebon, batik tulis cirebon dan maknanya, batik cirebon adalah, batik tulis cirebon
trusmi, batik cirebon dan penjelasannya.
Untuk selanjutnya kita akan membahas secara terperinci mengenai bahan kain
batik cirebon, kemudian dimana orang jual batik cirebon, dimana sentra batik cirebon,
ilustrasi dari foto batik cirebon, merk dagang lokal yaitu oemah batik cirebon dan salma
batik cirebon dimana mereka menjual batik cirebon murah, tak lupa juga kita membahas
mengenai cara melihat batik cirebon vector, serta batik cirebon dan cara pembuatannya.

1.3 CIRI KHAS BATIK CIREBON

Gaya teknik pembuatan batik Cirebon ini berbeda dengan teknik pembuatan batik Jawa.
Pada proses penggambaran pola pada pembuatan batik Jawa, pembuat pola harus menggambar
garis pola sebanyak dua buah (kembar) sehingga telah memberikan batasan tembok pada pola
untuk tahapan selanjutnya. Selanjutnya, pembuat tembok tidak perlu membuat garis pola sendiri
dan langsung terfokus pada proses untuk menutup bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai,
dimana batasannya sudah dibuat oleh pembuat pola pada tahapan sebelumnya.

a. Batik Cirebonan untuk desain-desain klasik tradisional biasanya selalu mengikut


sertakan motif wadasan (batu cadas) pada bagian motif tertentu. Disamping itu ada
unsur ragam hias berbentuk awan (mega) pada bagian-bagian yang disesuaikan
dengan motif utamanya.
b. Batik Cirebonan tradisional/klasik selalu bercirikan dengan latar belakang (dasar
kain) berwarna lebih muda dibandingkan dengan warna garis motif utamanya.
c. Bagian latar/dasar kain biasanya bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak
dikehendaki akibat penggunaan lilin yang pecah sehingga pada proses pewarnaan
mengakibatkan zat warna yang tidak dikehendaki menempel pada kain.
d. Garis-garis motif pada batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil)
kurang lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna
latarnya. Hal ini dikarenakan secara proses batik Cirebon unggul dalam penutupan
(blocking area) dengan menggunakan canting khusus (canting tembok dan bleber).
e. Warna-warna batik Cirebonan klasik biasanya dominan warna kuning, hitam (sogan
gosok) dan warna dasar krem, sebagian lagi berwarna merah tua, biru, hitam dengan
dasar warna kain krem atau putih gading.

Kelima ciri tersebut merupakan hal teknis keunggulan dari batik Cirebonan
klasik/tradisional.
Lain halnya dengan kelompok batik Cirebonan yang termasuk kelompok batik Pesisiran.
Karakter batik Cirebonan Pesisiran dipengaruhi oleh sebagaimana karakter penduduk masyarakat
pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh asing.
Daerah sekitar pelabuhan biasanya banyak orang asing singgah, berlabuh hingga terjadi
perkawinan lain etnis (asimilasi) maka batik Cirebonan Pesisiran lebih cenderung menerima
pengaruh dari luar.
Batik Cirebon lebih cenderung memenuhi atau mengikuti selera konsumen dari berbagai
daerah (lebih kepada pemenuhan komoditas perdagangan dan komersialitas), sehingga warna-
warna batik Cirebonan Pesisiran lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna.
Produksi batik Cirebonan pada masa sekarang terdiri dari batik Tulis, batik Cap dan batik
kombinasi tulis cap. Pada tahun 1990 – 2000 ada sebagian masyarakat pengrajin batik Cirebonan
yang memproduksi kain bermotif batik Cirebon dengan teknik sablon tangan (hand printing),
namun belakangan ini teknik sablon tangan hampir punah, dikarenakan kalah segalanya oleh
teknik sablon mesin yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang lebih besar.
Daerah penghasil produksi dan pengrajin batik Cirebonan terdapat di 5 wilayah desa yang
berbeda, tepatnya daerah-daerah yang ada di sekitar desa Trusmi (pusat batik Cirebonan). Desa-
desa yang berada di sekitar desa Trusmi diantaranya desa Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah
dan Panembahan. Pertumbuhan batik Trusmi nampak bergerak dengan cepat mulai tahun 2000,
hal ini bisa dilihat dari banyaknya bermunculan showroom-showroom batik yang berada di
sekitar jalan utama desa Trusmi dan Panembahan. Pemilik showroom batik Trusmi hampir
seluruhnya dimiliki oleh masyarakat Trusmi asli walaupun ada satu atau dua saja yang dimiliki
oleh pemilik modal dari luar Trusmi.

Proses pembuatan

a. Potong : Pemotongan bahan baku sesuai dengan kebutuhan.


b. Angetel : menghilangkan kanji dari bahan baku (biasanya kain mori atau katun)
dengan cara membasahi mori tersebut dengan larutan : minyak kacang, soda abu,
tipol dan air secukupnya. Lalu larutan tersebut diratakan ke seluruh bahan baku,
setelah rata dijemur sampai kering lalu beri larutan kembali dan dijemur lagi. Proses
ini diulang-ulang sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai bersih. Proses ini
agar zat warna bisa meresap ke dalam serat kain dengan sempurna.
c. Anglengreng : Menggambar langsung pada kain.
d. Isen-isen : memberi variasi pada ornamen (motif) yang telah di lengreng.
e. Nembok : menutup ngeblok bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai.
f. Ngobat : Mewarnai batik yang sudah ditembok dengan cara dicelupkan pada larutan
zat warna.
g. Anglorod : Menghilangkan lilin dengan cara direbus dalam air mendidih.
h. Angumbah : setelah lilin lepas dari kain, lalu dicuci sampai bersih.
i. Pe : Pengeringan kain batik yang telah dicuci dengan cara dijemur.

Teknik pembuatan
Teknik pembuatan batik Cirebon diantaranya adalah dengan membuat garis tipis-tipis
atau garis kontur pola (Cirebon: Wit) pada kain yang akan dibatik. Garis wit ini sangat tipis
tetapi memiliki warna yang lebih tua dibandingkan warna kain yang akan dibatik. Pengerjaan
pembuatan garis wit pada kain dalam bahasa Cirebon disebut Anglengreng ("menggambar
pola"). Pada proses pengerjaannya, penggambar pola atau tukang lengreng hanya menggambar
satu goresan garis wit. Dengan demikian, pada tahapan selanjutnya (nembok atau menutup
bagian dasar kain yang tidak perlu diwarnai), pembuat tembok harus membuat sendiri garis wit
tersebut. Hal ini yang menyebabkan seorang pembuat tembok harus memiliki keahlian khusus
agar terbentuk pola batik sesuai dengan yang diinginkan.

1.5 PERDA PERLINDUNGAN BATIK CIREBON DAN UPAYA PEMERINTAH


DALAM MELINDUNGI BATIK CIREBON
Sepuluh motif batik Cirebon tengah didaftarkan sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Komunal. Hal itu sebagai upaya meningkatkan standardisasi dan perlindungan terhadap budaya
Cirebon.
Selain itu agar batik Cirebon dapat bertahan dalam menghadapi persaingan batik yang
semakin besar saat ini, baik yang berasal dari daerah lain maupun dari negara tetangga, maka
perlu adanya upaya-upaya dari Pemerintah Kota Cirebon dalam meningkatkan kualitas produk
serta dalam mengembangkan pemasarannya. Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kota
Cirebon berkaitan dnegan peningkatan kualitas dan pemasaran produk batik Cirebon antara lain:

a. Dilakukan kegiatan-kegiatan promosi yaitu:


1) Pemerintah Kota menetapkan pakaian batik sebagai pakaian seragam pada hari Kamis
dan Sabtu.
2) Setiap tahun mengikut sertakan pengusaha/pengrajin batik dalam event-event ekspo/
pameran produk unggulan.
3) Melakukan kontak dagang.
4) Peresmian Trading House UKMK Kota Cirebon pada tanggal 3 Mei 2003 yang
merupakan wadah UKM dalam mengembangkan pemasaran.
5) Pembukaan Pusat Perkulakan Batik di ITC Cempaka Masa Jakarta dan Pusat
Perkulakan Batik di Pasar Sunan Giri Rawamangun Jakarta.
6) Peningkatan SDM melalui kursus/pelatihan bagi pengusaha/pengrajin batik Kota
Cirebon.
7) Pemberian kredit dari Aggaran Pendapatan dan Pengeluaran Daerah (APBD) sebagai
bantuan modal kepada Usaha Kecil Menengah (UKM).
8) Mendukung dibangunnya sentra-sentra grosir di Kota Cirebon.
9) Menetapkan 96 motif batik untuk disahkan menjadi hak cipta.
b. Peranan Pemerintah Kota Cirebon dalam pengembangan batik pada masa
mendatang antara lain:
1) Mengembangkan potensi batik dengan formulasi yang lebih fokus dan terkonsentrasi
melalui pendekatan kluster industri. Dalam pengembangan ini terdapat keterkaitan
antara sentra produksi dan sentra perdagangan. Kondisi sentra dideskripsikan sebagai
berikut:
a) Sentra Produksi
b) Sentra Perdagangan
c) Klinik Hak Kekayaan Intelektual
d) Bisnis Centre merupakan pusat informasi perdagangan.
e) Tera Ulang
f) Musium Batik
g) Mengusahakan pemberian kredit lunak kepada pengrajin.
h) Peningkatan SDM
i) Mengembangkan potensi batik dengan formulasi yang lebih fokus dan
terkonsentrasi melalui pendekatan kluster industri (sentra produksi dan sentra
perdagangan), Klinik Bisnis dan HKI, Batik Cirebon, mengusahakan pemberian
kredit lunak kepada pengrajin, peningkatan SDM terutama untuk pengrajin
dengan kursus-kursus pelatihan, peresmian trading house UKMK Kota Cirebon,
pembangunan sentra-sentra grosir, dan lain-lain.
1.5 ANALISIS DAN PILIHAN STRATEGI
Menurut David (2016) tahapan perumusan strategi ada tiga yaitu tahapan masukan,
pencocokan, dan pengambilan keputusan. Tahapan masukan dilakukan dengan cara
mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal, mengidentifikasi pesaing utama batik, dan
mengidentifikasi faktor internal perusahaan dengan metode EFE, CPM dan IFE, selanjutnya
tahap pencocokan merupakan tahap perumusan alternatif strategi menggunakan metode SWOT
matriks, SPACE, BCG, IE, dan matrik Grand Strategy dan yang terakhir tahap pengambilan
keputusan bertujuan menetapkan prioritas dari alternatif strategi yang telah dibuat. Penetapan
prioritas berdasarkan nilai total attractive score pada QSPM. Berikut metode tiga tahapan
perumusan strategi:
a. Tahap Masukan (Input Strategy): Matrik EFE, CPM, dan IFE

Tahap pemasukan adalah langkah awal dalam merumuskan strategi. Tahap masukan
adalah melakukan identifikasi faktor-faktor ekternal , pesaing utama batik, dan identifikasi
lingkungan internal yang berpengaruh terhadap perkembangan batik Pekalongan. Identifikasi
lingkungan internal dilakukan dengan melakukan pencarian dan pendataan fakta-fakta
mengenai kekuatan dan kelemahan dari Batik Cirebon. Sama dengan identifikasi lingkungan
internal, lingkungan eksternal yaitu pencarian informasi dan fakta-fakta dari peluang dan
ancaman yang berpengaruh terhadap perkembangan Batik Cirebon.

Setelah Melakukan pendataan langkah selanjutnya adalah mengevaluasi secara


kuantitatif faktor eksternal, pesaing utama, dan lingkungan internal yang paling berpengaruh
pada pengembangan Batik Pekalongan menggunakan matriks Eksternal Factors Evaluation
(EFE), Competitive Profile Matrix (CPM), dan Internal Factors Evaluation (IFE) . Menurut
Hubeis dan Najib (2014), matriks IFE dan EFE dapat dikembangkan atau dianalisa dalam 5
langkah sebagai berikut:

1) Membuat List atau daftar faktor kunci dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) Batik Cirebon.
2) Menentukan nilai bobot dari setiap faktor yang memengaruhi perusahaan. Pemberian
nilai bobot berdasarkan skal 0 (tidak penting) sampai 1.0 (paling penting). Total dari
nilai bobot adalah 1.0.
3) Memberikan peringkat pada masing-masing faktor dengan skala 1 (sangat tidak baik),
2 (tidak baik), 3 (baik), 4 (sangat baik). Skala peringkat 3 dan 4 diberikan untuk
faktor kekuatan dan peluang, sedangkan skala peringkat 1 dan 2 diberikan untuk
faktor kelemahan dan ancaman.
4) Membuat skor dengan mengalikan masing-masing bobot dengan peringkat dari setiap
faktor kunci.
5) Menambahkan seluruh nilai skor tertimbang untuk setiap variable untuk mendapatkan
total skor tertimbang.

Hasil Pengolah matriks IFE atau EFE bersifat kuantitaf yaitu apabila total skor lebih
dari 2,5 maka Perusahaan dapat mengoptimalkan kekukatan dan peluang yang ada terhadap
kelemahan maupun ancaman dari perkembangan Batik Cirebon. Pembuatan matriks IFE dan
EFE juga dapat bermanfaat untuk melihat kekuatan dan peluang utama utama (Skor yang
paling tinggi), serta melihat kelemahan dan ancaman (skor yang paling rendah) yang paling
berpengaruh bagi daerah. Berikut tahapan evaluasi faktor internal dan eksternal dapat dilihat
pada table.

Tabel Tahapan Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Faktor-faktor IFE atau


Bobot Rating Skor
EFE

1.

2. Dst.

Total

Sumber : David (2016)

Sedangkan matrik CPM mengidentifikasi pesaing utama Batik Cirebon serta


kekuatan dan kelemahan pesaing tertentu terkait posisi strategis Batik Cirebon. Bobot dan
total skor rata-rata tertimban pada CPM sama dengan matrik EFE.
b. Tahap Pencocokan (Matching Strategy): Matrik SWOT, SPACE, BCG, IE DAN
Matrik Grand Strategy
Tahap kedua merupakan tahap perumusan strategi, setelah mendata dan
mengevaluasi faktor-faktor eksternal, pesaing utama, dan factor internal yang
memengaruhi Batik Pekalongan melalui matriks EFE, CPM, dan IFE, maka dibuatlah
matrik SWOT atau selanjutnya adalah membuat alternatif strategi. Daerah Cirebon dapat
membuat alternatif strategi berdasarkan faktor internal (kekuatan, kelemahan) dan
eksternal (peluang, ancaman) menggunakan matriks SWOT. Matriks (SWOT) adalah
alat pencocokan yang membantu perusahaan mengembangkan empat jenis strategi yaitu
Strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang), ST (ancaman
kekuatan) Strategi dan WT (kelemahan-ancaman). Matrix SWOT dapat dilihat melalui
gambar.

Internal Kekuatan Kelemahan

Eksternal Strengths (S) Weaknesses (W)


Peluang/ Opportunities (O) Strategi S-O Strategi W-O

Ancaman/ Threats (T) Strategi S-T Strategi W-T

Gambar Matriks SWOT

Strategi yang dapat dirumuskan pada matriks SWOT (David 2016) antara lain:

1) S-O (Strengths-Opportunities atau Kekuatan- Peluang) merupakan strategi yang


menggunakan kekuatan internal untuk mengoptimalkan peluang ekternal.
2) W-O (Weaknesses-Opportunities atau Kelemahan-Peluang) merupakan strategi yang
menghilangkan kelemahan internal untuk memanfaat peluang eksternal.
3) S-T (Strengths-Threats atau Kekuatan-Ancaman) merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi
dampak ancaman eksternal.
4) W-T (Weaknesses-Threats atau Kelemahan-Ancaman) merupakan strategi bertahan
untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Matrik SPACE
Adalah alat pencocokan yan memiliki 4 kuadran mengindikasikan apakah apakah
strategi agresif, konservatif, defensive, atau kompetitif yang paling sesuai.
Matrix BCG
Matriks BCG atau BCG Matrix adalah alat analisis bisnis yang digunakan untuk
membantu perusahaan dalam mempertimbangkan peluang pertumbuhan dengan
perencanaan strategis jangka panjang dan meninjau portofolio produk perusahaan tersebut
agar dapat mengambil keputusan untuk berinvestasi, mengembangkan atau menghentikan
produknya. Matrik BCG ini juga membantu perusahaan dalam menentukan pengalokasian
sumber daya dan sebagai alat analisis dalam pemasaran merek, manajemen produk,
manajemen strategis dan analisis Portofolio.
Kategori-kategori masing-masing diwakili oleh Bintang (Star), Sapi Perah (Cash Cows),
Anjing (Dogs) dan Tanda Tanya (Question Marks).
a) Stars (Bintang) : Yang termasuk dalam kategori Stars atau Bintang adalah
produk atau unit bisnis yang memiliki pangsa pasar yang dominan dan
pertumbuhan yang cepat serta menghasilkan uang (pendapatan) yang besar. Ini
berarti produk-produk yang dihasilkan merupakan produk-produk terkemuka
yang diminati oleh pasar. Perusahaan membutuhkan banyak investasi untuk
mempertahankan posisi produk-produk tersebut dan untuk mendukung
pertumbuhan lebih lanjut serta mempertahankan keunggulan-keunggulan atas
produk tersebut agar dapat tetap bersaing dengan produk kompetitor lainnya.
Produk-produk di kategori Bintang ini dapat berubah menjadi kategori Sapi perah
(Cash Cows) apabila mereka tetap dapat mempertahankan keberhasilan mereka
hingga tingkat pertumbuhannya mengalami penurunan.
b) Cash Cows (Sapi Perah) : Yang termasuk dalam kategori Cash Cows atau Sapi
Perah adalah produk atau unit bisnis yang merupakan pemimpin pasar,
menghasilkan uang atau pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaannya. Produk atau unit bisnis pada kategori
ini memiliki pangsa pasar yang tinggi namun prospek pertumbuhan kedepan akan
sangat terbatas. Pendapatan yang didapat pada tingkat Cash Cows ini biasanya
digunakan sebagai pendanaan untuk penelitian dan pengembangan produk-produk
baru yang masih berada di kategori Question Marks (Tanda Tanya) atau
membayar hutang-hutang perusahaan serta membayar dividen kepada pemegang
saham. Perusahaan disarankan untuk tetap berinvestasi pada produk-produk
dalam kategori Cash Cows ini untuk mempertahankan produktivitas dan kualitas
atau dapat juga dijadikan pendapatan pasif bagi perusahaan.
c) Dogs (Anjing) : Dogs (Anjing) atau juga dikenal dengan istilah hewan peliharaan,
yang termasuk pada kategori Dogs ini adalah produk atau unit bisnis yang
memiliki pangsa pasar rendah dan mengalami tingkat pertumbuhan yang rendah.
Produk-produk pada kategori ini biasanya hanya memberikan kontribusi
keuntungan yang sangat rendah atau bahkan harus menderita kerugian. Produk
atau bisnis unit kategori Dogs ini umumnya merupakan beban bagi perusahaan
karena dapat menguras waktu manajemen dan sebagian besar sumber daya
perusahaan. Unit bisnis atau produk yang telah berada pada kategori ini biasanya
akan mengalami pengurangan, divestasi ataupun likuidasi oleh manajemen
perusahaan.
d) Question Marks (Tanda Tanya) : Kategori Question Marks kadang-kadang
disebut juga dengan problem children atau wildcats). Yang termasuk dalam
kategori Question Marks ini adalah produk atau bisnis unit yang memiliki prospek
pertumbuhan yang tinggi tetapi pangsa pasarnya masih sangat rendah.
Penghasilan (uang) yang didapat umumnya tidak sebanding dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan (lebih banyak pengeluaran daripada pendapatan). Namun karena
prospek pertumbuhannya sangat pesat sehingga berpotensi untuk berubah menjadi
Stars atau Bintang. Manajemen perusahaan tersebut disarankan untuk tetap
berinvestasi pada produk atau bisnis unit

Cara Menggunakan Analisis Matriks BCG

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menganalisis produk atau unit


bisnis dengan menggunakan Matriks BCG.

(1) Pilih Unit atau Produk yang ingin dianalisis


Analisis Matriks BCG dapat digunakan untuk menganalisis Bisnis unit
strategis, merek, produk atau bahkan perusahaan itu sendiri. Langkah pertama adalah
menentukan pilihan terhadap unit mana yang akan dianalisis.

(2) Tentukan Pasar (Market)


Menentukan Pasar merupakan hal yang paling penting dalam melakukan
analisis. Kesalahan menentukan pasar akan menyebabkan klasifikasi yang tidak
tepat.
(3) Menghitung Pangsa Pasar Relative (Relative Market Share)

Relative Market Share dapat dihitung berdasarkan segi Pangsa Pasar


ataupun segi Pendapatan. Perhitungannya adalah dengan membagi Pangsa Pasar
atau Pendapatan merek kita sendiri dengan Pangsa Pasar atau Pendapatan merek
pesaing terbesar kita dalam industri yang sama. Misalnya, jika perusahaan kita
adalah memproduksi Smartphone, pangsa pasar pesaing kita adalah sekitar 25%
sedangkan pangsa pasar kita hanya 10% pada tahun yang sama, maka nilai
Relative Market Share kita adalah 0,4 saja. Dalam Matriks BCG, Relative Market
Share diletakkan pada sumbu X. Di sudut kiri paling atas berikan nilai 1, ditengah
matriks berikan nilai 0,5 dan sudut kanan atas berikan nilai 0.

Relative Market Share = Pangsa Pasar atau Pendapatan Perusahaan kita /


Pangsa Pasar atau Pendapatan Perusahaan pesaing terbesar

(4) Ketahui tingkat pertumbuhan pasar (Growth Market Rate)

Tingkat pertumbuhan industri dapat diketahui dari laporan industri yang


biasanya tersedia secara online. Tingkat Pertumbuhan pasar dapat dihitung dengan
melihat pertumbuhan pendapatan rata-rata dari perusahaan terkemuka. Tingkat
pertumbuhan pasar diukur dengan persentase (%). Titik tengah sumbu Y biasanya
ditetapkan pada tingkat pertumbuhan 10%, tetapi dapat juga bervariasi sesuai dengan
aktual pencapaian industri yang bersangkutan. Beberapa industri mengalami
pertumbuhan selama bertahun-tahun tetapi hanya pada tingkat pertumbuhan rata-rata
1% hingga 2% per tahun. Oleh karena itu, ketika melakukan analisis kita harus
mengetahui tingkat pertumbuhan yang dianggap paling signifikan (titik tengah) untuk
memisahkan Cash Cows dengan Stars dan Question Marks dengan Dogs.

(5) Menggambar Siklus di Matriks BCG

Setelah melakukan perhitungan pada setiap variabel pengukuran, gambarkan


posisi merek atau produk anda ke dalam matriks dengan bentuk lingkaran.
Gambarkan juga merek atau produk lainnya dengan bentuk lingkaran sesuai dengan
proporsi pendapatan atau pangsa pasar yang didapat oleh merek yang bersangkutan.

Matrix IE

Setelah mengetahui posisi produk dan bisnis unit kita berada, tahap selanjutnya
adalah menerapkan strategi yang sesuai dengan kondisi pasar dan tingkat persaingan yang
ada. Berikut ini terdapat empat strategi yang dapat diterapkan pada bisnis unit atau produk-
produk yang berada dalam Matriks BCG.

(a) Build atau Membangun, yaitu meningkatkan investasi pada produk atau unit
bisnis agar dapat meningkatkan pangsa pasar. Strategi ini biasanya dilakukan
untuk mendorong produk-produk dalam kategori Question Marks menjadi
Stars dan akhirnya menjadi Cash Cows.
(b) Hold atau Mempertahankan, yaitu strategi untuk mempertahankan produk-
produk agar tetap pada kategori yang sama. Strategi tersebut biasanya
digunakan pada kategori Stars.
(c) Harvest atau Memanen, yaitu strategi untuk mengurangi investasi dan
mencoba untuk mendapatkan uang tunai (cash) semaksimum mungkin dari
produk atau meningkatkan profitabilitas secara keseluruhan. Strategi ini
biasanya digunakan pada produk-produk atau unit bisnis yang berada di
kategori Cash Cows.
(d) Divest atau Melakukan Divestasi, yaitu strategi yang melakukan penutupan
usaha atau likuidasi terhadap unit bisnis atau produk yang mengalami
kerugian atau produk yang memiliki pangsa pasar rendah. Strategi Divestasi
ini biasanya dilakukan pada produk atau unit bisnis yang berada di kategori
Dogs.

I II III

Grow and Build Grow and Build Hold and Maintain

IV V VI

Grow and Build Hold and Maintain Harvest and Divest

VII VIII IX

Hold and Maintain Harvest and Divest Harvest and Divest

Gambar Matriks IE

(David 2016)

Dengan mengombinasikan total skor matriks internal dan eksternal menjadi matriks
IE, perusahaan juga dapat menentukan posisi perusahaan dan strategi yang harus
difokuskan. Kotak yang dibagi berdasarkan sembilan bagian dinamakan sel atau divisi
memiliki implikasi manajerial yang berbeda. Berikut posisi dan strategi perusahaan
berdasarkan kuadran matrix IE (David 2016):

(i) Divisi I, II, IV daerah Cirebon berada pada posisi tumbuh dan
membangan, strategi yang tepat digunakan adalah strategi insentif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk), dan
strategi integratif (integratif kedepan, belangkang, horizontal).
(ii) Divisi III, V, VII menunjukan daerah Cirebon berada pada posisi
pertahankan dan pelihara. Strategi yang tepat untuk digunakan yaitu
penetrasi pasar dan pengembangan produk.
(iii)Divisi IV, VIII, dan IX menunjukan daerah Cirebon berada pada posisi
penurunan, strategi yang baik digunakan adalah melakukan divestasi atau
pengurangan beberapa aset untuk penurunan biaya.
Posisi paling baik merupakan Divisi I, II, IV. daerah Cirebon tersebut biasanya
menjadi market leader dalam menjalankan bisnisnya.

Matrix Grand Strategy


Matrik Grand Strategy merupakan tahapan pencocokan (matching stage) pada proses
formulasi strategi. Matrik ini didasarkan pada dua dimensi evaluasi yaitu posisi kompetitif
(Competititive position) dan pertumbuhan pasar (market growth). Strategi yang sesuai untuk
dipertimbangkan suatu organisasi terdapat pada urutan daya tariknya dalam masing-masing
kuadran dalam matriks.

c. Tahap Keputusan (Decision Strategy): Quantitatif Strategic Planning Matric


(QSPM)

Tahap akhir dalam formulasi strategi adalah tahap keputusan. Ebadi et al (2015)
mungungkapkan bahwa tidak logis menyusun strategis menggunakan perasaan, penyusunan
strategi seharusnya disetai dengan data penelitian kecerdasan kompetitif, dan analisis. Pada
tahap input dan tahap pencocokan menghasilkan
alternatif strategi yang mungkin dilakukan oleh perusahaan. Selanjutnya, alternatif strategi
tersebut dipilih prioritas strategi yang memiliki nilai terbaik. Prioritas strategi dapat
ditentukan menngunakan matriks QSPM. Berikut tahapan metode QSPM (Hubeis dan Najib
2014):

1) Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan perusahaan


menggunakan EFE dan IFE Matrix.
2) Memberi bobot untuk setiap faktor, bobot sama dengan matriks EFE dan IFE.
3) Mengidentifikasi strategi alternatif yang mungkin dilakukan oleh perusahaan
menggunakan SWOT matrix.
4) Menentukan attractiveness score untuk setiap strategi berdasarkan faktor tersebut nilai
score yang diberikan adalah sesuai jumlah alternatif strategi.
5) Menghitung Total Attractiveness Score (TAS) dengan mengalikan bobot dan AS.
6) Menghitung jumlah seluruh TAS untuk setiap alternatif strategi. Nilai terbesar
menunjukkan alternatif strategi tersebut merupakan pilihan utama.
Penggunaan QSPM dalam formulasi strategi karena bersifat sederhana. David (2016)
mengatakan bahwa metode QSPM biasa digunakan dalam perencanaan strategi bisnis, baik
organisasi besar, kecil, profit, ataupun nirlaba. Berikut Quantitatif Strategic Planning Matrix
QSPM dapat dilihat pada table.

Table 4. Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM)


Alternatif
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
Faktor Bobot AS TAS AS TAS AS TAS
Kunci
Internal
Eksternal
Sumber : Hubeis dan Najib (2014)
ANALISIS DAN PILIHAN STRATEGI PADA PERKEMBANGAN BATIK CIREBON
1) Tahapan Masukan Pembentukan Strategi Batik di Cirebon

Tahap masukan merupakan tahap awal untuk membentuk model bisnis. Pada tahap
ini perusahaan mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal dalam
menjalankan bisnis. Tahap ini bertujuan memberi gambaran kondisi perusahaan
dibandingkan dengan pesaing dan faktor-faktor yang memengaruhi pengembangan bisnis.

1) Identifikasi Faktor Eksternal Batik Cirebon

Setelah melakukan identifikasi faktor–faktor internal Batik Cirebon dalam


menjalankan bisnisnya, tahapan selanjutnya adalah melakukan identifikasi faktor-
faktor eksternal dari perusahaan Batik Cirebon. Evaluasi faktor eksternal bertujuan
mengidentifikasi kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan kapasitas
perusahaan dalam menanggapi ancaman bisnis. Berikut adalah Peluang yang dimiliki
perusahaan Batik Cirebon :

a) Keberagaman Budaya

Keberagaman budaya yang ada di Nusantara dapat dimanfaatkan sebagai


sumber inspirasi dalam meningkatkan inovasi pada motif batik Cirebon.
b) Kemudahan Saluran Distribusi
Penyaluran batik kini semakin mudah karena banyak pihak yang dapat
digunakan sebagai penyalur barang seperti Grab, Gojek, J&T, JNE dan
sebagainya
c) Penduduk Indonesia jumlahnya besar sehingga target pasar Batik Cirebon luas
d) Peran serta kebijakan pemerintah mendukung industri kreatif.
Industri batik sangat berperan bagi perekonomian Indonesia, sehingga
pemerintah dan masyarakat senantiasa mendukung pertumbuhan industri batik.
Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya adalah melakukan
perlindung batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO pada tahun
2009. Pemerintah juga turut memfasilitasi industri kreatif dengan berbagai
event bertaraf nasional dan internasional yang bertemakan batik, menyediakan
fasilitas pasarberbasis online dalam program E-SMART IKM, menyediakan
label batik asli Indonesia atau G Indication Label yaitu label yang berfungsi
memberikan identitas terhadap produk khas suatu daerah, serta melakukan
pelatihan bagi manajemen dan sumber daya pengrajin. Kondisi tersebut dapat
dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan pangsa pasar dan bisnisnya.
Selain itu, pemerintah juga mencoba membantu dengan memberikan pinjaman
dan menggratiskan perusahaan yang ingin mendapatkan label SNI bagi industri
batik.
e) Meningkatnya pangsa pasar ekspor batik.
Nilai pangsa pasar ekspor batik Indonesia terus mengalami peningkatan.
Kondisi ini menunjukan peningkatan minat konsumen global terhadap produk
batik dalam negeri. Sehingga, menjadi peluang bagi industri batik dalam negeri
untuk membuka pangsa pasar global dalam perkembangan bisnisnya. Menurut
data Kementerian Perindutrian Indonesia, pada tahun 2015 dalam lima tahun
dari tahun 2011 hingga 2015, pangsa pasar batik terus meningkat. Pangsa pasar
ekspor yang terus meningkat setiap tahun yaitu pada tahun 2015 nilai ekspor
batik Indonesia mencapai 50. 439 triliun rupiah, angka tersebut meningkat dari
tahun 2014 pangsa pasar ekspor batik yaitu sebanyak 48. 970 triliun rupiah.
f) Kecenderungan masyarakat melakukan pembelian secara online.
Pada era globalisasi saat ini konsumen cenderung menggunakan akses
internet dalam segala aktifitasnya termasuk dalam melakukan pembelian.
Pembelian produk secara online dianggap lebih mudah karena pelanggan tidak
perlu pergi keluar rumah. Tercatat pengguna internet di Indonesia menurut
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2017
mencapai 143, 26 juta jiwa, naik dari tahun 2016 yaitu 132,7 juta jiwa. Peluang
tersebut dapat dimanfaatkan Batik Pekalongan dengan produk utama pakaian
batik untuk memperluas pasar. Penggunaan sistem online pada promosi juga
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk meningkatkan hubungan
dengan pelanggan.
g) Berkembangnya teknologi untuk inovasi dan efesiensi produksi
Teknologi semakin berkembang dan membantu segala kebutuhan
manusia. Termasuk dalam industri batik. Pada jaman dahulu pembatik
memerlukan waktu yang sangat lama dan cenderung kaku dalam menetapkan
motif batik yang dilukis. Namun saat ini dengan bantuan komputer, desainer
batik dapat dengan cepat melakukan kreatifitas dalam menetapkan motif yang
dibuat. Selain dalam hal desain, teknologi label hologram yang membedakan
batik tulis dan batik printing juga sudah dikembangkan untuk melindungi
perusahaan dan konsumen batik dari produk imitasi. Saat ini juga sudah
dikembangkan canting listrik yang membuat proses pembuatan batik menjadi
lebih efesien. Selain itu, canting listrik dapat mengurangi dampak karbon yang
diserap pengrajin akibat pembakaran malam.
h) Kerja sama ekspor batik Indonesia dengan negara Jepang, Amerika, Eropa
Pengakuan UNESCO bahwa produk batik adalah asli dari Indonesia pada
tahun 2009 menanamkan citra pada konsumen dunia bahwa produk batik yang
sebenarnya hanya ada di Indonesia. Menurut kementerian perindustrian dan
perdagangan Indonesia tahun 2017, Indonesia sudah memiliki hubungan ekspor
dengan beberapa negara dengan nilai ekspor batik terbesar yaitu Amerika
Serikat, Kolombia, Singapura, Canada, dan Australia. Amerika juga masih
menjadi negara tujuan dengan nilai ekspor batik terbesar yaitu 81,38 juta dollar
AS di tahun 2015 (Meta 2017) Kondisi ini menjadi peluang perusahaan untuk
memasuki pasar global.
i) Meningkatnya permintaan secara kelompok dan komunitas.
Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan hal tersebut
juga membuat semakin banyaknya pengguna batik di Indonesia. Rata-rata
pengguna batik di Indonesia berasal dari kalangan komunitas atau perkumpulan
tertentu seperti pegawai negeri, karyawan, pelajar, dan masyarakat luas.

Selanjutnya ancaman yang dapat menghambat pengembangan Batik Cirebon yaitu:

a) Permainan pemasok bahan baku terhadap haraga bahan baku dapat menyulitkan
perkembangan industri batik di Cirebon.
b) Tingkat UMR/UMP yang naik dari tahun ke tahun jika tidak diimbangi dengan
produktivitas perusahaan, tentu akan membahayakan keuangan industri batik di
Cirebon.
c) Keamanan negara yang akhir-akhir ini sering terjadi konflik menyebabkan banyak
industri batik gulung tikar.
d) Cuaca yang tidak pasti yang menghambat proses produksi bati.
e) Perspektif negatif masyarakat terhadap produk batik yang mencemari lingkungan.
Menurut penelitian Nur dan Angggoro (2017), tingkat pencemaran sungai yang
tercemar di Cirebon masuk pada tingkat sedang dan berat.
f) Kurangnya pengetahuan konsumen atas produk batik tulis.
Batik ada tiga jenis yaitu batik tulis, batik cap, batik printing, sebagian besar
konsumen membedakan jenis produk hanya berdasarkan harga, beberapa juga ada
yang membedakan dari bahan dasar kain halus atau kasar. Hal ini sangat
merugikan konsumen dan perusahaan batik tradisional. Perusahaan batik printing
dapatmemasang harga batik printing lebih murah dari batik tulis dan cap.
g) Harga bahan baku batik fluktuatif.
Pada tahun 2014 harga pewarna menurun dari Rp280.000 menjadi Rp250.000
namun karena adanya perbaikan pada perekonomian di Amerika pada tahun 2015
menyebabkan nilai rupiah Indonesia melemah, sehingga berpengaruh terhadap
harga pewarna yang naik secara signifikan menjadi Rp200.000.
h) Ancaman produk imitasi batik printing China ataupun Vietnam yang menyerupai
batik tulis. Teknologi yang dimiliki negara China, Vietnam mampu menghasilkan
produk tiruan menyerupai produk asli. Kondisi tersebut
menimbulkankekhawatiran bagi pengusaha batik tulis, walaupun kualitas dari
produk tersebut berbeda namun banyak konsumen tidak dapat membedakan
antara produk asli dan imitasi. Harga batik printing hasil impor lebih murah,
sehingga konsumen lebih memilih membeli produk imitasi.
i) Ancaman produk subtitusi kegunaan produk sebagai pakaian untuk acara resmi.
Batik seringkali digunakan konsumen untuk menghadiri acara-acara bersifat
resmi, selain batik terdapat berbagai produk yang memiliki fungsi sama yaitu
untuk menghadiri acara formal, masyarakat dapat memakai ham atau pun kemeja
sehingga persaingan semakin meningkat. Untuk mengatasinya perusahaan harus
melakukan inovasi, meningkatkan kreatifitas agar produk batik tetap diminati.

Hasil Evaluasi Faktor Eksternal Batik Cirebon

Proses evaluasi faktor eksternal adalah proses untuk menentukan peluang utama dan
ancaman utama dari perusahaan Batik di Cirebon. Proses ini dilakukan menggunakan
metode EFE (Eksternal Factor’s Evaluation). Hasil pengolahan EFE berupa skor yaitu
perkalian antara bobot dan rating eksternal. Berikut Eksternal Factors Evaluation Batik
Cirebon .

Bobot Peringkat Skor


Tertimbang
Kesempatan
1. Keberagaman budaya. 0,04 4,00 0,16
2. Kemudahan saluran distribusi. 0,03 3,50 0,105
3. Penduduk Indonesia besar(pangsa pasar 0,06 3,50 0,21
luas)
4. Peran serta kebijakan pemerintah 0,05 3,00 0,15
mendukung industry kreatif batik.
5. Meningkatnya pangsa pasar ekspor batik. 0,07 3,00 0,21
6. Kecenderungan masyarakat melakukan 0,10 3,00 0,30
pembelian batik secara online.
7. Berkembangnya teknologi untuk inovasi 0,02 4,00 0,08
dan efisiensi produksi.
8. Adanya kerjasama dengan ekspor batik 0,09 4,00 0,36
dengan Negara tujuan.
9. Meningkatnya permintaan secara 0,06 4,00 0,24
kelompok atau komunitas.

Ancaman
1. Permainan harga bahan baku oleh 0,07 2,00 0,14
pemasok.
2. UMR/UMP yang terus naik. 0,09 2,00 0,18
3. Keamanan negara menurun (banyak 0,06 1,50 0,09
konflik)
4. Cuaca tidak menentu. 0,05 1,50 0,075
5. Perspektif negatif masyarakat terhadap 0,05 1,00 0,05
produk batik yang mencemari lingkungan.

6. Kurangnya pengetahuan konsumen atas 0,03 1,50 0,045


batik tulis, cap dan printing.
7. Harga bahan baku fluktuatif. 0,07 3,00 0,21
8. Ancaman produk imitasi batik printing 0,04 1,00 0,04
Cina ataupun Vietnam yang menyerupai
batik tulis.
9. Ancaman produk substitusi kegunaan 0,02 1,00 0,02
produk sebagai pakaian untuk acara resmi.
Total 1,00 2,665

Berdasarkan hasil pengolahan evaluasi faktor eksternal pada tabel


peluang/kesempatan yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan adalah adanya kerja sama
internasional Indonesia dengan negara tujuan ekspor batik. Peluang tersebut memperoleh
skor 0,36. Selanjutnya ancaman utama sulit ditangani perusahaan adalah harga bahan baku
yang fluktuatif mendapat skor 0,21. Total skor ekternal dari perusahaan adalah 2,665.
Kondisi tersebut menujukan bahwa lingkungan eksternal perusahaan lebih baik dari pesaing.

2) Identifikasi Pesaing Utama (Matrik CPM)

Batik Cirebon Batik Solo Batik Yogyakarta


Faktor Bobot Peringkat Bobot Peringkat Bobot Peringkat Bobot
Kesuksesan Skor Skor Skor
Penting
Posisi 0,10 4 0,40 3 0,30 3 0,30
keuangan
Loyalitas 0,05 3 0,15 3 0,15 3 0,15
konsumen
Ekspansi 0,05 4 0,20 4 0,20 3 0,15
global
Kualifikasi 0,10 4 0,40 2 0,20 3 0,30
dan
pengalaman
manajemen
Inovasi 0,05 4 0,20 3 0,15 4 0,20
produk
Pelayanan 0,10 4 0,40 4 0,40 3 0,30
pelanggan
Kekuatan 0,15 4 0,60 3 0,45 2 0,30
Iklan
Harga Produk 0,15 3 0,45 2 0,30 4 0,60
Kehandalan 0,05 2 0,10 2 0,10 3 0,15
pengrajin
Pangsa Pasar 0,10 3 0,30 3 0,30 4 0,40
Kualitas 0,10 4 0,40 2 0,20 2 0,20
Produk
Total 1,00 3,60 2,75 3,05
Jadi kesimpulannya pesaing terlemah Batik Cirebon adalah Batik Solo.

3) Indentifikasi Faktor Internal Batik di Cirebon

Evaluasi faktor internal bertujuan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan Batik


Pekalongan mengevaluasi kekuatan Batik Cirebon untuk mengatasi kelemahan dalam
mengembangkan batik. Berikut kelebihan yang dimiliki daerah Cirebon untuk
mengembangkan bisnis:

a) Peralatan dan mesin produksi yang digunakan berkualitas baik.


b) Manager pemasaran mumpuni dalam pemasaran batik.
c) Harga kain batik yang dapat bersaing.
d) Model pakaian variatif
Produk pakaian batik dinilai berdasarkan model dan motif produk. Model dan motif
dari produk daerah Cirebon bervariatif. Setiap produk yang dihasilkan memiliki
model dan motif yang berbeda. 62% konsumen menyebutkan daya tarik utama untuk
datang ke toko-toko penjualan produk Batik Cirebon adalah karena motif dan
desainnya yang beragam.
e) Tenaga kerja memiliki pengalaman yang memadai
Perusahaan-perusahaan batik di Pekalongan memiliki tenaga kerja yang memadai.
Karyawan yang bekerja tersebut rata-rata sudah bekerja lebih dari 20 tahun. Selain itu
karyawan juga sudah berpengalaman dalam menjalankan sistem mutu Quality Control
(QC) sehingga sudah terlatih dan memiliki kompetensi yang baik untuk menghasilkan
produk dan strandar mutu yang sesuai dengan keinginan perusahaan di daerah
Pekalongan. Berdasarkan tabel di atas, usia karyawan adalah 25-50 tahun, sehingga
masih dikategorikan pada usia kerja yang produktif. Menurut UU No 13 tahun 2003
klasifikasi angkatan kerja di Indonesia adalah usia 15-64 tahun.
f) Penggunaan kain berkualitas sebagai bahan baku
Perusahaan batik di Pekalongan berusaha memenuhi kebutuhan konsumen. Selain
model yang variatif, penggunaan kain berkualitas sebagai bahan baku dapat
menambah daya tarik ketika konsumen melakukan pembelian. Selain itu, produk
yang dihasilkan tidak mudah rusak saat digunakan. Kualitas kain yang digunakan
perusahaan dalam proses produksi menggunakan kain sutera, kain rayon, kain prisma
dan kain mori primisima yang termasuk klasifikasi kualitas tertinggi, sedangkan
perusahaan pesaing menggunakan kain katun, tubing, isco.
g) Pelayanan yang nyaman dan komunikatif.
Batik merupakan produk yang memiliki nilai seni dan filosofi pada motif yang
didesain. Oleh kerena itu, konsumen membutuhkan pendampingan dalam pembelian
produk untuk memahami nilai yang dimiliki produk. Perusahaan memang
membiarkan konsumen untuk memilih produk sesuai selera. Karyawan selalu berada
di lokasi yang dekat dengan konsumen dan memberikan pengetahuan nilai produk
kepada konsumen, namun tidak sampai menggangu kenyamanan konsumen saat
memilih produk.
h) Para pengrajin dengan kreativitasnya bisa menghasilkan dan mengembangkan produk
batik.
Pengrajin batik di Pekalongan teru mengikuti perkembangan jaman dalam
mendesain dan membuat produk batik.
i) Periklanan yang dilakukan industri batik di Cirebon mengikuti zaman.

Selanjutnya dijelaskan kelemahan-kelemahan pada daerah penghasil Batik di


Cirebon dalam menjalankan bisnis batik, yaitu:

a) Tunjangan tenaga kerja dinilai kurang mencukupi.


b) Persediaan bahan baku yang kadang kali terlambat karena keterlambatan pemasok
mensuplai bahan baku.
c) Keuangan perusahaan yang masih dalam taraf biasa.
d) Lokasi industri kecil yang belum banyak diketahui konsumen.
e) Kebijakan hubungan kerja yang kadang terlalu membatasi dan mengikat.
f) Akses pasar terbatas Aktifitas promosi Batik Cirebon melalui penjualan ritel,
showroom, dan event promosi. Kondisi tersebut membuat pangsa pasar perusahaan
terbatas pada wilayah disekitar perusahaan. Oleh karena itu, dengan melakukan
sistem promosi berbasis online dan komunitas dapat memperluas pangsa pasar
perusahaan hingga mencangkup pasar global.
g) Pengendalian mutu belum sistematis
Perusahaan menggunakan quality control dalam pengendalian mutu yaitu
penggunaan tenaga inspeksi untuk menilai produk sesuai standar yang diinginkan
perusahaan. Kondisi ini membuat perusahaan mengalami kesulitan, pemilik
perusahaan mengungkapkan apabila tenaga inspeksi mengalami masalah kesehatan,
karyawan tidak konsisten dalam menjaga mutu produk dan terjadi kerusakan hingga
15 % dari total produksi setiap tahunnya.
h) Produk pakaian cepat mencemari lingkungan
Produk pakaian menjadi produk yang terus mengalami pengembangan, sehingga
produk akan menjadi cepat tidak terpakai apalagi produk pakaian yang rusak akan
sulit diperbaiki dan dapat mengurangi nilai produk. Menurut manajer operasional
produk batik juga memerlukan perawatan kusus dalam pencucian yaitu tidak
digunakannya sabun cuci bersifat kimia dan perlu dibataasi penggunaan wangi-
wangian.
i) Jumlah Toko pemasaran produk batik Cirebon yang potensial masih sedikit.
Hal ini mengakibatkan proses pemasaran untuk konsumen dalam negeri
terhambat. Cirebon.

Hasil Evaluasi Faktor Internal Batik Cirebon

Proses evaluasi faktor internal adalah proses untuk menentukan kekuatan utama dan
kelemahan utaman perusahaan. Proses tersebut dilakukan dengan metode IFE (Internal
Factors Evaluation). Hasil pengolah IFE berupa skor yaitu hasil perkalian antara bobot dan
rating internal (Penentuan bobot internal setiap responden) dan ( Penentuan rata-rata bobot
dan rating internal. Berikut hasil Internal Factors Evaluation(IFE) Batik Cirebon.
Bobot Peringkat Skor Tertimbang

Kekuatan

1. Peralatan yang digunakan untuk produksi 0,06 4 0,24


berkualitas baik.
2. Manajer pemasaran yang ahli dibidangnya. 0,08 3 0,24
3. Harga batik kompetitif di pasaran. 0,06 3 0,18
4. Model pakaian variatif 0,07 4 0,28
5. Pengalaman tenaga kerja memadai 0,06 4 0,24
6. Bahan baku kain nyaman dan berkualitas 0,08 3 0,24
7. Pelayanan yang nyaman dan komunikatif 0,07 3 0,21
8. Pengrajin dapat menghasilkan dan 0,05 3 0,15
mengembangkan batik
9. Periklanan yang dilakukan industri batik di 0,04 4 0,16
Cirebon mengikuti zaman.
Kelemahan

1. Tunjangan tenaga kerja dinilai kurang 0,04 2 0,08


mencukupi.
2. Persediaan bahan baku yang sering kali 0,02 3 0,06
terlambat karena keterlambatan pemasok
dalam mensuplai bahan baku.
3. Keuangan industri-industri batik yang 0,05 3 0,15
masih dalam tarafbiasa.
4. Lokasi industri batik kecil yang belum 0,05 2 0,10
banyak diketahui konsumen.
5. Kebijakan hubungan kerja yang kadang 0,03 4 0,12
terlalu membatasi dan mengikat.
6. Akses pasar terbatas 0,05 2 0,10
7. Pengendalian mutu tidak sistematis 0,04 3 0,12
8. Produk pakaian cepat mencemari 0,05 4 0,20
lingkungan
9. Jumlah pemasar Batik Pekalongan masih 0,05 2 0,10
sedikit
Total 1,00 2,97

Hasil Internal Factors Evaluation (IFE) Batik Cirebon.

Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukan yang menjadi kekuatan utama dari
perusahaan adalah model pakaian variatif yang mendapatkan skor 0,28. Sedangkan
kelemahan utama yang paling sulit diatasi adalah produk pakaian yang cepat mencemari
lingkungan dengan skor 0,20. Secara keselurahan total skor internal Batik Cirebon.adalah
2,97 yang berati perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki daripada
mengatasi kelemahan yang ada.

b. Tahapan Pencocokan Pembentukan Strategi Batik Cirebon

Tahap pencocokan bertujuan untuk merumuskan alternatif strategi dalam


pengembangan bisnis. Tahap ini dilakukan dengan lima metode yaitu matriks SWOT,
SPACE, BCG, IE, dan Mtrix Grand Strategy yang digunakan untuk menentukan posisi
perkembangan batik..

1) Hasil Matriks SWOT Batik Cirebon

Matriks SWOT merupakan metode yang digunakan untuk menyusun alternatif


strategi. Terdapat 4 jenis strategi yang dihasilkan yaitu strategi S-O dengan
memaksimalkan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, S-T
memaksimalkan kekuatan internal untuk mengurangi dampak ancaman eksternal, W-O
menghilangkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal, dan terakhir
W-T menghilangkan kelemahan internal untuk mengurangi dampak ancaman eksternal.
Berikut hasil gambar penyusunan matriks SWOT Batik Cirebon.. Berikut strategi yang
dihasilkan dari matriks SWOT:

a) Meningkatkan inovasi motif dan desain batik (S1, S3, dan O1)
b) Menambah pangsa pasar diluar kota Cirebon (S4,O3 dan O5)
c) Membuka cabang atau showroom baru yang lebih dekat dengan perkotaan (W3
dan O3,O5)
d) Memberikan latihan tambahan bagi karyawan (W2 dan O2)
e) Intensifikasi online marketing
Peluang utama perusahaan adalah Indonesia sudah memiliki kerja sama
dengan negara tujuan untuk ekspor batik dan kekuatan utama perusahaan adalah
memiliki karyawan yang kompetitif dan baik dalam berbahasa Indonesia dan
bahasa inggris dengan pendidikan S2. Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan
perusahaan untuk memperluas pasar secara online dengan intensifikasi online34
marketing perusahaan dapat melakukan negosiasi dan menjalin kerja sama dengan
pihak online shop dan saat ini perusahaan sudah mencoba melakukan kontak
dengan pihak blibli.com. Selain itu, perusahaan juga sedang mendalami peluang
pasar yang disediakan oleh pemerintah melalui E-SMART IKM
f) Menjalin mitra dengan komunitas dan institusi pemerintah
Peluang utama dari usaha batik ini adalah Indonesia menjalin kerja sama
dengan negara luar untuk melakukan ekspor batik. Konsumen luar negeri lebih
tertarik kepada produk yang ramah lingkungan. Di sisi lain produk batik tidak
ramah lingkungan. Untuk mendorong pembuatan produk ramah lingkungan
perusahaan dapat menjalin kemitraan bersama komunitas dan kelompok
pemerintah sebagai target penjualan utama dari produk ramah lingkungan.
Komunitas dan lembaga pemerintah juga dapat membantu mepromosikan produk
ke negara tujuan ekspor saat bertugas ke luar negeri
g) Peningkatan sistem pengendalian mutu
Perusahaan ingin memperluas pasar menuju pasar ekspor. Indonesia yang
sudah memiliki kerja sama dengan negara tujuan ekspor batik menjadi peluang
bagi perusahaan, namun perusahaan memiliki kelemahan pengendalian mutu yang
tidak sistematis. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan sistem pengendalian
mutu. Perusahaan saat ini menggunakan pengendalian mutu secara quality control
(QC) dengan memanfaatkan tenaga inspeksi. Kinerja karyawan menurun ketika
tidak dilakukan inspeksi. Perlu adanya etos kerja terhadap mutu. Oleh karena itu,
sitem mutu perlu ditingkatkan menjadi sistem Total Quality Management (TQM)
yaitu seluruh karyawan menjaga mutu atas kehendak sendiri.
h) Diversifikasi penjualan melalui ecoedutourism dan experient marketing
Konsumen luar negeri lebih selektif ketika membeli produk. Mereka
bahkan bersedia datang ke lokasi produksi untuk mengecek cara produk dibuat.
Strategi ecoedutourism dan experient marketing digunakan untuk mengatasi
ancaman kurangnya pengetahuan konsumen atas produk batik, persepsi konsumen
bahwa batik mencemari lingkungan, dan ancaman dari produk imitasi
i) Mengembangakan manajemen lingkungan dan produksi bersih
Konsumen luar negeri memiliki sifat yang hati-hati dalam pembelian.
Mereka bersedia datang ke lokasi produksi untuk melakukan pengecekan terhadap
tahap produksi. Sehingga kebersihan di lokasi produksi dan lingkungan sekitar
juga perlu untuk diperhatikan. Produksi bersih bermanfaat agar perusahaan
mengedepankan produksi yang bersih dengan memerhatikan beberapa aspek
seperti pengurangan bahan baku sintetis, kebersihan dan keamanan lokasi kerja,
dan standar alat keamanan pada proses diproduksi, serta pemakaian energei
pembakaran.
j) Meningkatkan penggunaan pewarna alam
Pada industri batik memiliki ancaman harga pewarna sintetis terus
mengalami Fluktuasi. Selama ini kondisi tersebut belum dapat diatasi karena
belum banyak pengembangan pewarna alam, namun saat ini Kota Pekalongan
mulai mengembangkan berbagai warna dari alam. Perusahaan dapat bermitra
dengan institusi setempat untuk mengembangkan pewarna dari sumber alam yang
berkembang baik khususya di Pekalongan dan bermitra dengan petani yang
memiliki tanaman-tanaman tersebut. Saat ini pemerintah kota pekalongan
mengembangkan pewarna alam dari batang alpukat, kulit jeruk, manggrove di
museum batik pekalongan. Pewarna alam juga dapat diukur tingkat ketebalannya
sehingga dapat dibuat berbagai macam warna dengan tingkat ketebalan
yangberbeda (Widyasti et al. 2017). Selain itu sejak tahun 2017 salah satu
kampung batik di Pekalongan yaitu kampung batik pesindon juga sudah
mengembangkan kumpung batik pewarna alam. Perusahaan harus memanfaatkan
kondisi tersebut untuk membuat produk ramah lingkungan.

Kekuatan Kelemahan
1. Peralatan yang 1. Tunjangan tenaga
digunakan untuk kerja dinilai kurang
produksi berkualitas mencukupi.
baik. 2. Persediaan bahan
2. Manajer pemasaran baku yang sering kali
yang ahli dibidangnya. terlambat karena
3. Harga batik kompetitif keterlambatan
di pasaran. pemasok dalam
4. Model pakaian variatif mensuplai bahan
5. Pengalaman tenaga baku.
kerja memadai 3. Keuangan industri-
6. Bahan baku kain industri batik yang
nyaman dan masih dalam
berkualitas tarafbiasa.
7. Pelayanan yang 4. Lokasi industri batik
nyaman dan kecil yang belum
komunikatif banyak diketahui
8. Pengrajin dapat konsumen.
menghasilkan dan 5. Kebijakan hubungan
mengembangkan batik kerja yang kadang
9. Periklanan yang terlalu membatasi dan
dilakukan industri mengikat.
batik di Cirebon 6. Akses pasar terbatas
mengikuti zaman. 7. Pengendalian mutu
tidak sistematis
8. Produk pakaian cepat
mencemari
lingkungan
9. Jumlah pemasar Batik
Pekalongan masih
sedikit
Kesempatan Strategi SO Strategi WO
1. Keberagaman budaya. 1. Meningkatkan inovasi 1. Membuka cabang
2. Kemudahan saluran motif dan desain batik atau showroom baru
distribusi. 2. Menambah pangsa yang lebih dekat
3. Penduduk Indonesia pasar di luar Kota dengan perkotaan.
besar(pangsa pasar Cirebon 2. Memberikan
luas) 3. Intensifikasi online pelatihan tambahan
4. Peran serta kebijakan marketing pada karyawan.
pemerintah 4. Meningkatkan kualitas 3. Menjalin mitra
mendukung industry rancangan produk yang dengan komunitas
kreatif batik. bermutu tinggi agar dan institusi
5. Meningkatnya pangsa penjualan lebih pemerintah.
pasar ekspor batik. maksimal 4. Meningkatkan system
6. Kecenderungan 5. Menciptakan produk pengendalian mutu
masyarakat baru dengan melihat 5. Memeperbaiki desain
melakukan pembelian perkembangan dunia produk.
batik secara online. fashion di Indonesia. 6. Penambahan cabang
7. Berkembangnya 6. Meningkatkan penjual Batik
teknologi untuk kompetensi para Pekalongan,
inovasi dan efisiensi perajin demi mencapai 7. Mengadakan even-
produksi. target. even acara batik dan
8. Adanya kerjasama 7. Menciptakan suasana diskon produk.
dengan ekspor batik pelatihan batik yang 8. Membuat garansi
dengan Negara nyaman dan dengan beberapa
tujuan. beredukasi. ketentuan.
9. Meningkatnya 8. Membuat inovasi batik 9. Memeperluas lahan
permintaan secara car day pada sekolah- pelatihan batik agar
kelompok atau sekolah. lebih nyaman.
komunitas. 9. Memperluas daerah
pemasaran.
Ancaman Strategi ST Strategi WT
1. Permainan harga 1. Diversifikasi penjualan 1. Menignkatkan daya
bahan baku oleh melalui ecoedutourism saing guna
pemasok. dan experient memperoleh pangsa
2. UMR/UMP yang marketing. pasar yang baru.
terus naik. 2. Menciptakan harga 2. Manajemen
3. Keamanan negara produk batik yang lingkungan dan
menurun (banyak lebih rendah. produksi harus bersih
konflik) 3. Mengembangkan SOP 3. Meningkatkan.
4. Cuaca tidak menentu. yang benar. penggunaan bahan
5. Perspektif negatif 4. Membuat pelatihan baku warna alam.
masyarakat terhadap training marketing. 4. Meningkatkan
produk batik yang 5. Memperluas pangsa fasilitas galeri batik
mencemari pasar sampapi tingkat menjadi lebih baik.
lingkungan. Nasional atau 5. Menciptakan inovasi
Internasional. baru dalam penjualan
6. Kurangnya produk batik.
pengetahuan 6. Meningkatkan
konsumen atas batik kepuasan konsumen
tulis, cap dan terhadap produk.
printing.
7. Harga bahan baku
fluktuatif.
8. Ancaman produk
imitasi batik printing
Cina ataupun
Vietnam yang
menyerupai batik
tulis.
9. Ancaman produk
substitusi kegunaan
produk sebagai
pakaian untuk acara
resmi.

2) Matrix SPACE Batik Cirebon

Analisis Internal Analisis Eksternal


Posisi Keuangan (FP) Stabilitas Posisi (SP)
1. Pertumbuhan 3 1. Perkembangan teknologi -2
Pendapatan informasi
2. Rasio Likuiditas 4 2. Stabilitas politik -1
3. Profit Margin 4 3. Persaingan industry -3
semakin ketat
4. Total Aset Perusahaan 4 4. Tingkat inflasi -1
5. Tingkat Kembalian 4 5. Elastisitas permintaan -3
Investasi
6. Leveraged 4 6. Perubahan teknologi -2
7. Modal Kerja 5 7. Tekanan Kompetitif -2
8. Arus Kas 4 8. Hambatan masuk ke pasar -2
Rata-rata Posisis Keuangan 4 Rata-rata posisi keuangan (SP) -2

Analisis Internal Analisis Eksternal


Posisi Kompetitif (CP) Posisi Industri (IP)
1. Kerjasama dan -3 1. SDM yang tersedia 4
control yang baik
terhadap perajin
2. Pangsa pasar yang -2 2. Pangsa pasar yang 7
luas dan potensial. luas
3. Kualitas batik baik -3 3. Laba Usaha 4
4. Kesetiaan -1 4. Perkembangan 4
Pelanggan permintaan pasar
5. Pembagian Pasar -2 5. Stabilitas keuangan 5
6. Control pemasok -3 6. Kemudahan masuk 5
atau distributor pasar
7. Teknologi -1 7. Potensi pertumbuhan 5
8. SDM baik -1 8. Potensi Laba 6
Rata-rata posisi kompetitif -2 Rata-rata posisi industry (IP) 5
(CP)
Perpotongan Y = 4 + -2 = 2
Perpotongan X = 5 + -2 = 3

Konservatif Agresif
2 ● (3,2)

3 x

Defensif Kompetitif
Sumbu x = 3, sumbu y = 2

Jadi Batik Cirebon berada pada posisi baik untuk menggunakan kekuatan internalnya guna (1)
memanfaatkan peluang eksternal, (2) mengatasi kelemahan internal, (3) menghindari ancama
eksternal. Dengan demikian, penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk,
integrasi ke belakang, integrasi ke depan, integrasi horizontal, diversifikasi terkait, diversifikasi
tidak terkait, atau strategi kombinasi semuanya layak digunakan, tergantung pada kondisi
spesifik yang dihadapi industri batik di Cirebon.
3) Matriks BCG

Divisi Pendapatan Persen Pendapatan Peringkat IG %


1 Rp 1.000.000.000,00 50% 10
2 Rp 400.000.000,00 20% 5
3 Rp 300.000.000,00 15% 0
4 Rp 200.000.000,00 10% -5
5 Rp 100.000.000,00 5% -10
Total Rp 2.000.000.000,00 100%
Tinggi Sedang Rendah
1,00 0,50 0,00

10 50%

20%
5
15%

-5 10%

-10 5%

4) Hasil Matriks Internal dan Eksternal (IE) Batik Cirebon

Faktor Internal
Kuat Sedang Lemah
4,00-3,00 2,99-2,00 1,99-1,00

I II III Kuat
3,0-4,0

Factor 3,00 Sedang


V VI
Eksternal 2,0-2,99
IV IFE(2,97),EFE (2,665)
Lemah
Lemah
VII VIII IX
1,0-1,99

VII VIII IX
Matriks IE merupakan kombinasi total skor dari evaluasi faktor internal dan
eksternal. Matriks IE dikembangkan oleh David untuk menentukan kondisi perusahaan dan
menggambarkan alternatif strategi yang sesuai. Berikut matriks IE Batik Pekalongan. Total
skor IFE perusahaan adalah 2,97 dan total skor EFE adalah 2, 665. Berdasarkan matriks IE
kondisi perusahaan berada pada divisi V. Kondisi tersebut menunjukan perusahaan sedang
berada pada posisi sedang. Strategi yang dapat dirumuskan oleh perusahaan yaitu penetrasi
pasar dan pengembangan produk. Kondisi perusahaan saat ini sudah siap untuk melakukan
penetrasi pasar menuju ekspor. Perusahaan sudah memiliki ketetapan mutu, skala produksi
yang besar, dan penjualan yang stabil di dalam negeri, namun terdapat beberapa hal yang
harus dikembangkan terkait dengan usaha ramah lingkungan.
5) MATRIK Grand Strategi
y

Kuadran II Kuadran I
1. Pengembangan pasar 1. Pengembangan pasar
2. Penetrasi pasar 2. Penetrasi pasar
3. Pengembangan produk 3. Pengembangan produk
4. Integrasi horizontal 4. Integrasi ke depan
5. Divestasi 5. Integrasi ke belakang
6. Likuidasi 2 ●6. Integrasi horizontal

posisi persaingan lemah x


0 3 Posisi persaingan kuat

Kuadran III : Kuadran IV :

1. Penciutan 1. Diversifikasi Terkait


2. Diversifikasi Terkait 2. Diversifikasi tak Terkait
3. Diversifikasi tidak terkait 3. Usaha patungan joint venture
4. Divestasi
5. likuidasi
Karena Posisi Perusahaan sesuai Matrik SPACE berada di kuadran I maka Batik
Cirebon memiliki sumberdaya berlebih, maka integrasi ke depan, ke belakang, atau
horizontal dapat menjadi strategi efektif. Ketika industri batik di Cirebon terlalu
berkomitmen pada satu produk maka diversifikasi dapat mengurangi risiko akibat lini
produk yang sempit. Industri Batik Cirebon dapat mengambil keuntungan dari kesempatan
eksternal dalam beberapa area dan harus mengambil risiko secara agresif ketika dibutuhkan.
c. Tahapan Keputusan Pembentukan Strategi Batik Cirebon (QSPM)

Tahapan akhir dari perumusan strategi adalah membuat keputusan prioritas strategi
yang dapat dijalankan oleh perusahaan. Penilaian prioritas berdasarkan tingakat daya tarik
alternatif strategi, sehingga dapat memengaruhi lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Metode yang digunakan pada tahap keputusan adalah Quantiatif Strategic
Planning Matrix (QSPM)

Hasil Quantitatif Strategic Planning Matrix (QSPM) Batik Cirebon

Penilaian prioritas strategi dilakukan dengan metode matriks QSPM dengan


mengalikan bobot pada matriks IFE dan EFE, mengalikannya dengan daya tarik strategi
(attractive score) untuk menghasilkan Total Attractive Score (TAS). Jumlah keseluruhan
TAS dari masing-masing strategi tersebut menentukan prioritas strategi (Penentuan
Attractive Score (AS) pada QSPM ) dan (Pengolahan Total Attractive Score (TAS) QSPM).
Berikut hasil penilaian Quantittif Strategic Planning Matrix(QSPM) Batik Pekalongan).
Berdasarkan hasil pengolahan matrik QSPM yang dapat dilihat prioritas strategi yang dapat
diterapkan oleh Batik Pekalongan yaitu :

1) AS2 menjalin mitra dengan komunitas dan institusi pemerintahan yang memeroleh total
attractive score sebesar 5,75. Komunitas dapat menjadi target segmen yang
menguntungkan serta menjadi saluran pemasaran untuk memperkenalkan produk,
2) AS4 diversifikasi penjualan ecoedutourism dan experiend marketing yang memeroleh
total attractive score sebesar 6,01. Perusahaan memberikan pengetahuan kepada
pelanggan terhadap nilai seni dan budaya dari produk batik tulis dan cap, sehingga dapat
meningkatkan penjualan.

Strategi 1 Strategi 2
Menjalin mitra dengan komunitas Diversifikasi penjualan
dan institusi pemerintahan ecoedutourism dan
experiend marketing
WT AS TAS AS TAS
Kekuatan
1. Peralatan yang 0,12 4 0,48 2 0,24
digunakan untuk
produksi berkualitas
baik.
2. Manajer pemasaran 0,07 4 0,28 3 0,21
yang ahli
dibidangnya.
3. Harga batik 0,12 3 0,36 4 0,48
kompetitif di
pasaran.
4. Model pakaian 0,17 3 0,51 3 0,51
variatif
5. Pengalaman tenaga 0,08 3 0,24 3 0,24
kerja memadai
6. Bahan baku kain 0,05 3 0,15 2 0,10
nyaman dan
berkualitas
7. Pelayanan yang 0,04 4 0,16 3 0,12
nyaman dan
komunikatif
8. Pengrajin dapat 0,05 2 0,10 1 0,05
menghasilkan dan
mengembangkan
batik
9. Periklanan yang 0,13 4 0,52 3 0,39
dilakukan industri
batik di Cirebon
mengikuti zaman.
Kelemahan
1. Tunjangan tenaga 0,09 2 0,18 3 0,27
kerja dinilai kurang
mencukupi.
2. Persediaan bahan 0,10 3 0,30 2 0,20
baku yang sering
kali terlambat karena
keterlambatan
pemasok dalam
mensuplai bahan
baku.
3. Keuangan industri- 0,15 3 0,45 3 0,45
industri batik yang
masih dalam
tarafbiasa.
4. Lokasi industri batik 0,05 2 0,10 2 0,10
kecil yang belum
banyak diketahui
konsumen.
5. Kebijakan hubungan 0,05 4 0,20 3 0,15
kerja yang kadang
terlalu membatasi
dan mengikat.
6. Akses pasar terbatas 0,06 3 0,18 2 0,12
7. Pengendalian mutu 0,05 2 0,10 1 0,05
tidak sistematis
8. Produk pakaian 0,04 3 0,12 2 0,08
cepat mencemari
lingkungan
9. Jumlah pemasar 0,06 4 0,24 3 0,18
Batik Pekalongan
masih sedikit
Kesempatan
1. Keberagaman 0,07 3 0,245 2 0,14
budaya.
2. Kemudahan saluran 0,10 3 0,35 3 0,30
distribusi.
3. Penduduk Indonesia 0,08 3 0,24 3 0,24
besar(pangsa pasar
luas)
4. Peran serta 0,08 4 0,32 4 0,32
kebijakan
pemerintah
mendukung industry
kreatif batik.
5. Meningkatnya 0,11 4 0,44 3 0,33
pangsa pasar ekspor
batik.
6. Kecenderungan 0,10 3 0,30 4 0,40
masyarakat
melakukan
pembelian batik
secara online.
7. Berkembangnya 0,7 4 0,28 3 0,21
teknologi untuk
inovasi dan efisiensi
produksi.
8. Adanya kerjasama 0,5 4 0,20 3 0,15
dengan ekspor batik
dengan Negara
tujuan.
9. Meningkatnya 0,8 3 0,24 2 0,16
permintaan secara
kelompok atau
komunitas.
Ancaman
1. Permainan harga 0,07 2 0,14 2 0,14
bahan baku oleh
pemasok.
2. UMR/UMP yang 0,09 1,5 0,135 3 0,27
terus naik.
3. Keamanan negara 0,06 1, 0,06 3 0,18
menurun (banyak
konflik)
4. Cuaca tidak 0,12 1,5 0,18 4 0,48
menentu.
5. Perspektif negatif 0,8 3 0,24 2 0,16
masyarakat terhadap
produk batik yang
mencemari
lingkungan.

6. Kurangnya 0,12 2 0,24 3 0,36


pengetahuan
konsumen atas batik
tulis, cap dan
printing.
7. Harga bahan baku 0,8 4 0,32 3 0,24
fluktuatif.
8. Ancaman produk 0,6 4 0,24 3 0,18
imitasi batik printing
Cina ataupun
Vietnam yang
menyerupai batik
tulis.
9. Ancaman produk 0,5 3 0,15 2 0,10
substitusi kegunaan
produk sebagai
pakaian untuk acara
resmi.

Alternatif Strategi Skor TAS


Intensifikasi online marketing 5,40
Menjalin mitra dengan komunitas industry 5,75
pemerintah
Meningkatkan sistem pengendalian mutu 5,25
Diversifikasi penjualan ecoedutourism dan 6,01
experind marketing
Pengembangan clean Production dan 5,15
manajemen lingkungan
Meningkatkan penggunaan pewarna alami. 5,20
Jadi strategi yang dipilih adalah diversifikasi penjualan ecoedutourism dan experind
marketing karena skor TASnya paling tinngi yaitu 6,01. Lalu alternative kedua menjalin mitra
dengan komunitas industry pemerintah karenya skor TASnya 5,25.

1.6 KAJIAN KEUANGAN BATIK CIREBON

Tabel 1. Perkembangan Ekspor Industri Batik Cirebon Tahun 2013-2017

Tahun Nilai Ekspor Pertumbuhan (%)


2013 $ 22.000.000
2014 $ 58.800.000 62,58 %
2015 $ 278.000.000 78,84 %
2016 $ 320.000.000 13,12 %
2017 $ 340.000.000 5,88 %

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa nilai ekspor Batik Cirebon dari tahun
2013-2017 mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, nilai ekpor batik pada tahun 2013
adalah 22 juta USD meningkat menjadi 340 juta USD pada tahun 2017, itu artinya selama lima
tahun terakhir nilai ekspor Batik Cirebon tumbuh sebesar 1445%. Peningkatan jumlah ekspor
Batik Cirebon tentunya akan membantu dalam mengasilkan devisa negara khususnya pendapatan
daerah. Semakin tinggi ekspor, maka semakin baik neraca perdagangan nasional. Saat ini
terdapat beberapa negara yang menjadi tujuan utama ekspor Batik Cirebon seperti yang terdapat
pada tabel berikut :

Tabel 2. Negara

No. Negara Nilai Ekspor


1 Amerika Serikat USD 81,38 Juta
2 Korea Selatan USD 12,24 Juta
3 Jerman USD 10,05 Juta
4 Jepang USD 9,22 Juta
5 Perancis USD 9,16 Juta
Tujuan Utama Ekspor Batik Nasional Tahun 2017

Sumber : female.kompas.com

Berdasarkan data diatas, dapat kita ketahui bahwa pada tahun 2017 terdapat 5 negara
tujuan utama ekspor Batik Cirebon yaitu Amerika Serikat, Korea Selatan, Jerman, Jepang dan
Perancis. Amerika Serikat merupakan negara dengan nilai ekspor batik tertinggi yaitu sebesar
USD 81,38 Juta. Umumnya negara-negara tujuan ekspor batik adalah negara-negara maju yang
mengutamakan kualitas produk, sehingga industri Batik Cirebon harus terus menjaga mutu
produknya.

Batik Cirebon terkenal dengan motif mega mendung yang banyak disukai oleh
masyarakat. Industri kecil dan menengah (IKM) batik Cirebon berkembang pesat selama kurang
lebih 10 tahun terakhir, hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah unit usaha batik di kabupaten
Cirebon. Berdasarkan data Disperindag kabupaten Cirebon, pada tahun 2014 terdapat 530 unit
usaha dengan jumlah tenaga kerja mencapai orang 4.410 orang. Saat ini batik Cirebon tidak
hanya dipasarkan untuk pasar domestik, tetapi juga sudah dipasarkan di pasar internasional.
Berikut adalah data mengenai perkembangan ekspor batik Cirebon pada tahun 2015-2017 :

Tabel 3. Perkembangan Ekspor Batik Cirebon tahun 2015-2017

Tahun Jumlah (kodi) Nilai ekspor (rupiah)


2015 7.200 kodi 1.008.000,00
2016 7.500 kodi 1.410.973,50
2017 8.500 kodi 2.830.333,00
Sumber : Disperindag Kabupaten Cirebon, 2017

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa nilai ekspor batik Cirebon pada tahun 2017
mengalami perkembangan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 13,3%
menjadi 2,8 Milliar pada tahun 2017, akan tetapi apabila dibandingkan dengan nilai ekspor batik
secara nasional angkanya masih dikatakan rendah. Pada tahun 2017 nilai ekspor batik nasional
adalah sebesar 22 Juta USD (www.sinarharapan.co), apabila asumsi nilai dollar pada tahun 2017
adalah 10 ribu rupiah, maka total nilai ekspor batik nasional pada tahun 2017 adalah sebesar 220
Milliar rupiah, itu artinya nilai ekspor batik Cirebon hanya 1,27% dari total nilai ekpor batik
nasional.

Berdasarkan hal tersebut, tentunya diperlukan langkah-langkah untuk mengoptimalkan


nilai ekspor batik Cirebon. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, dapat
menjadi peluang bagi industri batik nasional khususnya industri batik Cirebon untuk
meningkatkan nilai ekspor, karena setelah diberlakukan MEA, akan terjadi kemudahan dalam
melaksanakan kegiatan ekspor dan impor barang.

Identifikasi Masalah Nilai ekspor batik Cirebon pada tahun 2017 mencapai angka 2,8
Milliar rupiah, namun kontribusi nilai ekspor batik Cirebon terhadap nilai ekspor batik nasional
masih sangat rendah yaitu sebesar 1,27% pada tahun 2017. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi
ASEAN dapat menjadi peluang bagi industri batik Cirebon untuk melaksanakan kegiatan ekspor
batik ke negara ASEAN.
Gambaran Umum Industri Batik Cirebon

Indonesia memiliki banyak daerah sentra industri batik, salah satunya adalah sentra
industri batik Cirebon. Batik Cirebon mengalami pertumbuhan yang pesat sejak tahun 2009,
pasca penetapan batik sabagai warisan budaya dunia milik Indonesia oleh UNESCO. Berikut ini
adalah data mengenai perkembangan industri batik Cirebon tahun 2006-2012 :

Sumber : Rosnidah dkk, (2013:201)

Grafik 1. Perkembangan Industri Batik Cirebon Tahun 2006-2012

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa dari tahun 2006-2012, industri batik terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 jumlah unit usaha batik adalah 110 unit dan pada
tahun 2012 menjadi 403 unit usaha, itu artinya selama periode 2006-2012 Industri batik Cirebon
telah berkembang sebesar 266%. Jumlah tenaga kerja di sektor industri batik Cirebon pada tahun
2012 berjumlah 3.691 orang, berkembang 239% dari tahun 2006. Pada tahun 2014, terdapat 530
unit usaha batik yang tersebar diberbagai kecamatan dikabupaten Cirebon. Berikut ini adalah
sebaran unit usaha batik Cirebon:
Tabel 4. Sebaran Unit Usaha Batik Cirebon Tahun 2017

Sumber : Disperindag Kabupaten Cirebon, 2018

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pada tahun 2017, terdapat 11 desa yang menjadi
sentra industri batik Cirebon. Desa ciwaringin adalah desa dengan jumlah unit usaha batik paling
banyak yaitu sebanyak 122 unit usaha batik, sedangkan kecamatan Plered adalah kecamatan
dengan jumlah unit usaha paling banyak yaitu 275 unit usaha atau 50,9% dari total unit usaha
batik yang ada di kabupaten Cirebon. Kecamatan Plered terkenal dengan sentra batik trusmi
Cirebon yang menjadi ikon batik Cirebon. Selanjutnya terdapat data mengenai statistik industri
batik Cirebon pada tahun 2016 sebagai berikut :

Tabel 5. Statistik Industri Batik Cirebon Tahun 2017

Sumber : Disperindag Kabupaten Cirebon, 2018


Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pada tahun 2017, kapasitas produksi industri
batik Cirebon mencapai 423.410 potong dan nilai produksi mencapai Rp. 128.319.140.000 atau
128 Milliar. Jumlah tenaga kerja batik adalah 4.410 orang.

Industri Batik Cirebon, mengalami pertumbuhan yang pesat dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir, hal ini terlihat dari perkembangan jumlah unit usaha serta nilai produksi batik Cirebon,
akan tetapi apabila kita melihat data ekspor batik Cirebon pada tahun 2013, nilai ekspor batik
Cirebon menunjukan angka yang tidak signifikan. Pada tahun 2013, ekspor batik Cirebon sebesar
2,8 milliar, apabila dibandingkan dengan nilai ekspor batik nasional yang mencapai kurang lebih
220 Milliar, maka kontribusi ekspor batik Cirebon hanya sebesar 1,27%. Berdasarkan data yang
terdapat di kantor Disperindag Kabupaten Cirebon, data ekspor batik Cirebon hanya tersedia
sampai tahun 2013, hal ini dikarenakan setelah tahun 2013, disperindag kabupaten Cirebon
kesulitan untuk melakukan pendataan ekspor batik. Alasan utama kenapa sulitnya melakukan
pendataan ekspor batik yaitu karena para pengusaha batik Cirebon melakukan kegiatan penjualan
batik keluar negeri secara langsung yaitu via ekspedisi atau penjualan langsung kepada orang
yang membeli diluar negeri. Sebagai contoh disalah satu unit usaha batik ada permintaan batik
dari jepang, dengan pesanan hanya 10 kain batik, maka pengiriman barang hanya dikirm lewat
paket, sehingga tidak melalui prosedur ekspor yang rumit. Umumnya batik Cirebon yang dijual
ke luar negeri adalah batik halus, bukan batik print, sehingga meskipun secara kuantitas tidak
terlalu banyak tetapi harga jualnya sangat tinggi. Batik memliki karakterisktik yang berbeda
dengan rotan. Penjualan rotan dari kabupaten Cirebon ke negara-negara eropa atau jepang
dilakukan melalui prosedur ekspor yang baku dan menggunakan kontainer karena furniture rotan
ukurannya besar, sedangkan batik merupakan produk yang memiliki ukuran kecil dan berat yang
sangat ringan tetapi memiliki nilai jual tinggi, sehingga tanpa melalui kontainer pun, penjualan
batik dapat dilakukan menggunakan paket kiriman barang ke negara tujuan, atau penjualan
langsung dengan koper.

Secara umum industri batik Cirebon menghasilkan batik tulis dan batik cap. Proses
pengerjaan batik tulis menghabiskan waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil wawancara
menyebutkan bahwa untuk menghasilkan 1 lembar kain batik halus diperlukan waktu kurang
lebih 1 bulan, sedangkan batik cap bisa lebih cepat lagi. Apabila membandingkan dengan idustri
batik yang ada di daerah Pekalongan, Yogyakarta dan Solo, industri batik tesebut sudah
memproduksi kain bermotif batik dengan metode print sehingga kapasitas produksinya lebih
besar dan harganya lebih murah, sehingga penjualan ekspor ke negara-negara seperti Amerika,
Eropa dan Asia Timur dapat dilakukan dengan kontainer karena jumlah barang yang sangat
banyak.

Salah satu faktor yang menyebabkan kenapa industri batik Cirebon masih melakukan
penjualan batik secara langsung dan dalam jumlah kecil karena para pengrajin batik
menghasilkan batik halus dan cap sehingga kapasitas produksinya terbatas meskipun nilai
jualnya tinggi, sedangkan untuk melakukan ekpor dengan menggunakan kontainer harus ada
jumlah barang yang banyak, sehingga penjualan batik secara langsung atau via paket dianggap
sebagai metode yang paling efisien. Saat ini negara-negara ASEAN belum menjadi tujuan utama
ekspor batik nasional maupun batik Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak katura,
menyebutkan bahwa “penjualan batik keluar negeri masih didominasi ke negara jepang,
sedangkan negara ASEAN belum ada, penjualan batik ke negara jepang biasanya adalah batik
halus, karena orang jepang lebih mengutamakan kualitas produknya”.

Batik halus merupakan batik dengan kualitas paling tinggi dan proses pengerjaan paling
lama sehingga harga jual produknya paling tinggi bisa mencapai harga 5-15 juta rupiah per
lembar kain batiknya. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 dapat
menjadi peluang bagi industri batik Cirebon untuk memperluas pangsa pasar penjualan batik,
tidak hanya ke negara-negara asia timur atau eropa, tetapi juga negara ASEAN, karena setelah
pelaksanaan MEA terdapat berbagai kemudahan dalam melaksanakan kegiatan ekspor ke negara-
negara ASEAN. Salah satu kemudahan dalam melaksanakan kegiatan ekspor adalah tidak
adanya hambatan tarif dalam kegiatan ekspor. Hal ini tentunya menjadi keuntungan bagi pelaku
usaha karena harga jual akan menjadi lebih kompetitif serta pangsa pasar akan semakin luas.
Pelaksanaan MEA pada tahun 2015 selain memberikan peluang tetapi dapat menjadi ancaman
bagi industri batik Cirebon.

Adanya kemudahan dalam kegiatan ekspor barang dan jasa memungkinkan produk-
produk dari luar negeri dengan mudah masuk ke Indonesia. Apabila hal tersebut tidak
diantisipasi dengan baik maka akan menjadi ancaman dalam penjualan produk batik. Berikut ini
merupakan pemetaan atau analisis mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
Industri Batik Cirebon pasca pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.
Berdasarkan data diketahui bahwa kekuatan utama industri batik Cirebon adalah kualitas
produk yang bagus dan banyaknya ragam/corak motif batik. Salah satu motif batik Cirebon yang
paling populer adalah motif batik mega mendung.

Motif batik mega mendung banyak disukai oleh masyarakat lokal dan mancanegera dan
telah menjadi ikon batik Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengrajin batik Cirebon,
menyebutkan bahwa batik Cirebon memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan batik
didaerah lain karena memiliki tingkat kehalusan yang lebih baik dan motif yang lebih rumit.

Faktor-faktor yang menjadi kelemahan batik Cirebon adalah skala produksi yang masih
rendah. Industri batik Cirebon umumnya menghasilkan batik cap atau batik halus dan masih
jarang yang menghasikan batik print, sehingga output produksinya masih relatif rendah. Tidak
sedikit showroom batik trusmi yang mengambil barang dari daerah pekalongan dan solo karena
hasil produksi internal kurang.

Selain itu faktor yang menjadi kelemahan adalah lemahnya akses pasar ke negara-negara
ASEAN. Saat ini ekpsor batik dari Cirebon masih dilakukan secara langsung dan belum
terkoordinasi pemasarannya secara baik. Terdapat peluang dan ancaman pasca pelaksanaan
MEA tahun 2015. Faktor-faktor yang dapat menjadi peluang bagi industri batik Cirebon adalah
meningkatkan permintaan pasar luar negeri terhadap batik Cirebon serta adanya kemudahan
dalam melaksanakan kegiatan ekspor karena tidak ada hambatan tarif dalam kegiatan
eksporterdapat beberapa faktor yang menjadi ancaman bagi industri batik cirebbon yaitu adanya
produk tekstil batik dari negera china dengan harga yang sangat murah serta adanya proteksi dari
beberpa negara. Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai di disperindag kabupaten Cirebon
menyebtukan bahwa “Negara Malaysia cukup protektif terhadap produk batik indonesia karena
malaysia memiliki batik sendiri yang terkenal yaitu batik kelantan. Sebagai contoh kain batik
dalam bentuk sarung sangat susah masuk ke Negara Malaysia.”

Untuk memaksimalkan nilai ekspor batik Cirebon, khususunya ke negaranegara ASEAN


pasca pelaksanaan MEA diperlukan berbagai upaya untuk mengembangkan industri batik.
Menurut Mentri Perindustrian Saleh Husein sebagaimana dikutip dari www.wartakota.com
menyebutkan bahwa “Kementerian Perindustrian sebagai fasilitator negara dalam
mengembangkan sektor industri memberikan fasilitasi terhadap IKM Batik, di antaranya :
a. Pelatihan terhadap IKM Batik yang dapat berupa pelatihan teknis produksi, desain,
manajemen produksi dan pemasaran,
b. Bimbingan teknis terhadap IKM Batik secara intensif dengan tujuan memberikan
masukan dan solusi terhadap produk yang dihasilkan IKM sehingga produk yang
dihasilkan lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas,
c. Bantuan alat terhadap IKM Batik untuk menunjang produksi batik,
d. Fasilitasi promosi dan pemasaran dengan mengikutsertakan IKM Batik pada pameran
berskala nasional maupun internasional. Rini dkk (2015), menyebutkan bahwa
pengembangan iklim usaha batik dapat dilaksanakan melalui strategi :
1) memberikan akses permodalan,
2) pengembangan pemasaran,
3) pengembangan sarana dan prasarana dan
4) penembangan sumber daya manusia. Untuk dapat menembus pasar eksor.

Untuk melaksanakan kegiatan ekspor yang dibutuhkan adalah adanya pendampingan


dalam membuka akses pemasaran serta adanya pelatihan mengenai kegiatan ekspor barang.
Dalam melaksanakan kegiatan ekspor, umumnya industri batik masih kebingungan untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran ekspor. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar
produk dapat menembus pasar ekspor yaitu :

a. memperhatikan standar mutu produk,


b. menjaga konsistensi pasokan produk,
c. memahami aturan ekspor-impor,
d. mengetahui prosedur teknis ekspor (www.bisnisukm.com).

Untuk mengoptimalkan ekpor batik Cirebon ke negara ASEAN pasca pelaksanaan MEA
pada tahun 2015, dapat dilaksanakan melalui 1) pengembangan akses pasar, 2) peningkatan
kualitas dan kuantitas produk, 3) pengembangan sumber daya manusia, 4) peningkatan akses
modal.

Pengembangan akses pasar adalah hal penting dalam melaksnakan kegiatan ekspor,
karena umumnya industri batik Cirebon belum mendapatkan akses pemasaran ke negara-negara
ASEAN. Strategi pengembangan akses pasar dilaksanakan dengan mengikutsertakan IKM batik
Cirebon dalam kegiatan pameran, kerjasama perdagangan serta mempermudah regulasi ekspor.

Untuk dapat menembus pasar ekspor, maka IKM batik Cirebon harus memperhatikan
standar mutu yang ditetapkan negara tujuan ekspor. Pengembangan kualitas dan kuantitas produk
dapat dilaksanakan dengan memberikan pembinaan teknis produksi, pemberian bantuan alat-alat
produksi serta menjamin ketersediaan bahan baku oleh pemerintah. SDM industri batik Cirebon
umumnya telah berusaia lanjut, hal ini dikarenakan regenerasi yang lambat dalam pengembangan
SDM industri batik. Pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan melalui pemberian
pelatihan mengenai teknis produksi serta pemasaran ekspor batik. Kegiatan ekspor tentunya akan
membutuhkan biaya yang besar, sehingga diperlukan kemudahan akses permodalan bagi IKM
batik Cirebon melalui kerjasama dengan lembaga keuangan.

1.7 PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK CIREBON

Perkembangan Motif

Kemajuan dan perkembangan diberbagai bidang telah memberi pengaruh mendasar bagi
perubahan zaman. Peningkatan dalam industri kerajinan khususnya kerajinan batik, merupakan
salah satu bentuk pembangunan yang secara tidak langsung akan memberi pengaruh terhadap
pola pikir masyarakat yang berbudaya. Pada akhirnya menyebabkan kerajinan batik di Desa
Trusmi Cirebon mengalami perkembangan. Hal yang perlu diperhatikan adalah suatu karya
kerajinan mengalami perkembangan atau mengalami perubahan karena adanya tuntutan hidup
masyarakat yang menghendaki perubahan suatu bentuk, struktur ataupun sistem yang baru
karena melihat apa yang telah di anggap kurang relevan dengan tuntutan kebutuhan hidupnya.
Perkembangan dalam desain motif sangat diperlukan dalam upaya menjaga kelestarian batik
Cirebonan. Selain itu apabila tidak ada perkembangan desain dalam motif maka dikhawatirkan
mengalami kemunduran yang disebabkan oleh titik jenuh konsumen terhadap hasil produksi
yang dihasilkan. Perkembangan batik di Desa Trusmi mengandung arti terhadap perkembangan
dasar-dasar desain motif mengenai bentuk penciptaan dengan menambah, memperkaya,
menyederhanakan atau mengurangi tanpa meninggalkan secara keseluruhan nilai-nilai dasar
yang ada pada sebelumnya. Maka perkembangan di kawasan sentra kerajinan batik Trusmi ini
dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar.
a. Faktor dari dalam

Perajin di Desa Trusmi dalam membuat karya menggunakan teknik atau keterampilan
yang telah diperolehnya sejak kecil atau secara turun temurun. Dalam mengembangkan
desainnya terdapat beberapa ketentuan yang harus dimiliki. Biasanya dalam menciptakan
suatu desain dalam batik harus memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan. Seorang
desainer dituntut untuk terus mencari, mengolah, dan mengembangkan kreatifitasnya untuk
menghasilkan desain-desain yang baru dan inofatif. Dengan demikian seorang desainer batik
harus memiliki wawasan yang luas dan mengetahui perkembangan yang terjadi di
sekelilingnya sehingga dalam menciptakan suatu desain mempunyai acuan bagi konsep-
konsep desain yang akan diciptakannya. Perkembangan desain pada motif Mega Mendung
tentunya tidak terlepas dari kreatifitas seorang desainer. Desain memang menjadi kunci dari
bertahannya motif Mega Mendung. Ornamen dari Mega Mendung memang masih
mempertahankan ciri khasnya. Perkembangan desain pada Mega Mendung biasanya hanya
pada penambahan dan padu padan ornamen di kain batik.

b. Faktor dari luar

Perkembangan desain pada motif batik yang terjadi pada umumnya berdasarkan
penulusuran pasar yaitu trend pasar yang sedang berkembang atau diminati dan lebih khusus
lagi perkembangan desain yang dilakukan atas desain pesanan konsumen yang biasanya telah
memiliki desain sendiri. Pada dasarnya perkembangan desain di kawasan sentra batik Trusmi
lebih banyak dipengaruhi oleh konsumen dan bertujuan untuk memenuhi tuntutan pasar yang
semakin beraneka ragam, agar konsumen memperoleh variasi produk baik dari segi motif
maupun warnanya. Maka perkembangan desain sangat diperlukan agar menghasilkan produk
yang mampu memenuhi kebutuhan pasar atau menurut selera konsumen.

Produk Mega Mendung yang dihasilkan di Trusmi kini mengalami perkembangan


dan perubahan yang mengarah kepada pengembangan desain, yang meliputi perkembangan
motif. Cara yang dilakukan dalam perkembangan desain di kawasan sentra batik Trusmi ini
diantarnya dengan berbagai macam strategi seperti aktif mengikuti pameran, aktif mengikuti
perkembangan pasar, dan sebagainya. Perkembangan desain yang ada di sentra batik Trusmi
ini timbul dengan melihat trend yang sedang berkembang di pasar dan selera konsumen.
Dengan adanya perkembangan desain tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan dan dapat melestarikan batik Mega Mendung. Motif ini dahulu hanya
digunakan oleh kalangan keraton dan kerajaan saja, namun seiring dengan perkembangannya
motif Mega Mendung ini digunakan oleh berbagai kalangan. Gambar motifnya juga kini lebih
bebas, melambangkan kehidupan masyarakat pesisir yang egaliter, seperti gambar flora dan
fauna yang memikat. Pengaruh ini diakibatkan dengan letak geografis Cirebon yang ada di
kawasan pantai utara, sehingga motif Mega Mendung asal Cirebon ini disebut motif Pesisiran.
Selain itu, secara lebih spesifik pengaruh kebudayaan Cina pada motif Mega Mendung sangat
terlihat, bangsa Cina memberikan warna lain terhadap motif Mega Mendung. Motif-motif pada
keramik yang dibawa dari negeri Cina ini akhirnya mempengaruhi motif Mega Mendung,
perpaduan antara kebudayaan Cirebon dan Cina terlihat pada Mega Mendung klasik. Namun
Mega Mendung juga memiliki pengaruh dari masyarakat Pesisir, jadi dalam Mega Mendung
menyatukan perpaduan kebudayaan antara Cirebon dan Cina.

Mega Mendung ini merupakan motif awan -awanan, namun pada motif Mega Mendung
kini tidak sekedar bentuk awan -awanan saja. Mega Mendung kini memiliki bentuk ragam hias
yang dikombinasikan dengan memadukan unsur fauna dan bentuk-bentuk flora yang beraneka
macam. Mega Mendung lebih cenderung menerima pengaruh budaya dari luar yang dibawa oleh
pendatang, pengaruh Oriental dari saudagar asal Cina pada Mega Mendung ini yang terlihat dari
penggunaan motif baru serta kombinasi warna yang cenderung lebih cerah.

Motif Mega Mendung di kawasan sentra batik Trusmi ini mengalami perkembangan yang
beraneka ragam dari toko satu dengan toko lainnya. Perkembangan motif Mega Mendung antara
satu toko dan yang lainnya berbedabeda mempunyai ciri khas tersendiri. Berikut ini adalah
perkembangan motif Mega Mendung di kawasan sentra batik Trusmi:

1) Perkembangan Motif Mega Mendung di Toko EB Batik


a) Gambar 21: Motif Mega Mendung Kombinasi Naga (Sumber: Koleksi Toko EB
Batik, Maret 2011)

Motif ini merupakan motif Mega Mendung klasik yang dikombinasikan


dengan naga. Gradasi pada Mega Mendung terdiri dari warna biru tua sampai biru
muda dan latar kain berwana merah ati. Bentuk Mega Mendung berupa motif
klasik yaitu awan yang bergumpal yang mendominasi bagian kain, bentuknya tidak
mengalami perubahan namun diberi kombinasi motif naga.

Naga yang menjadi kombinasi pada Mega Mendung, diberi warna senada
dengan gradasi pada motif Mega Mendung yaitu biru muda dan biru tua.
Kombinasi menggunakan naga merupakan bentuk budaya Cina yang diadopsi oleh
budaya Cirebon. Pada budaya Cina, naga merupakan lambang kekuatan (Irianto,
2009:47). Motif Mega Mendung klasik seperti terdapat ornamen utama berupa
motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa naga, menggunakan isen-isen
ceceg, isen-isen sawut, dan isen-isen gringsing yang menjadi hiasan dalam
ornamen naga. Motif Mega Mendung kombinasi dengan naga ini memerlukan
posisi yang simetris.
Gambar 23: Isen Ceceg, Sawut, dan Gringsing (Sumber: Dokumentasi
Soemantri, Januari 2005)

b) Gambar 24: Motif Mega Mendung Kombinasi Singa Barong (Sumber: Koleksi
Toko EB Batik, Maret 2011)

Motif ini merupakan motif Mega Mendung klasik yang dikombinasikan


dengan singa barong. Gradasi pada Mega Mendung terdiri dari warna biru tua
sampai biru muda dan latar kain berwana merah ati. Bentuk Mega Mendung
berupa motif klasik yaitu awan yang bergumpal yang mendominasi bagian kain,
kemudian diberi kombinasi berupa singa barong.

Kombinasi motif singa barong diberi warna senada dengan motif, yaitu warna
biru tua dan putih. Kombinasi motif singa barong merupakan inspirasi yang
didapat dari kereta Singa Barong yang terdapat di museum Keraton Kasepuhan
Cirebon. Menurut Irianto (2009:41) menyebutkan bahwa singa mempunyai makna
keberanian, kekuatan, dan kekuasaan. Motif Mega Mendung seperti pada gambar
di atas terdapat ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap
yang berupa singa barong, menggunakan isen-isen ceceg dan isen-isen sawut yang
menjadi hiasan dalam ornamen singa barong.

c) Gambar 27: Motif Mega Mendung Kombinasi Naga (Sumber: Koleksi Toko EB
Batik, Maret 2011)

Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Pada
Mega Mendung diberi warna gradasi coklat sampai kuning, dengan latar kain
berwarna merah ati. Bentuk Mega Mendung mengalami perkembangan dari bentuk
aslinya, bentuknya dipisah-pisah tidak mendominasi bagian kain sehingga
menghasilkan motif Mega Mendung minimalis yang dikombinasikan dengan naga.

Kombinasi menggunakan naga diberi warna senada dengan warna motif yaitu
merah ati dan kuning. Kombinasi menggunakan naga merupakan bentuk budaya
Cina yang diadopsi oleh budaya Cirebon. Pada budaya Cina, naga merupakan
lambang kekuatan (Irianto, 2009:47). Motif Mega Mendung kombinasi seperti
pada gambar di atas terdapat ornamen utama yaitu motif Mega Mendung,
ornamen pelengkap berupa naga, menggunakan isen-isen ceceg, isen isen sawut,
dan isen-isen gringsing yang menjadi hiasan ornamen dalam naga.
Proses pembuatan motif Mega Mendung kombinasi dengan naga merupakan
motif yang sulit dalam pengerjaannya, karena motif Mega Mendung kombinasi
dengan naga ini memerlukan posisi yang simetris.

d) Gambar 30: Motif Mega Mendung Kombinasi Bunga (Sumber: Koleksi Toko EB
Batik, April 2011)

Motif ini merupakan motif Mega Mendung klasik, kemudian


dikembangkan dengan menggunakan motif pinggiran pada kain. Pada motif diberi
gradasi warna merah muda dan latar kain berwarna biru muda. Bentuk motif
Mega Mendung mendominasi bagian pada kain. Pada pinggiran kain diberi
ornamen tambahan berupa stilasi bunga.

Kombinasi bunga pada bagian pinggir kain diberi gradasi warna merah
muda senada dengan warna gradasi pada motif. Motif Mega Mendung kombinasi
bunga terdapat ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pinggiran
berupa bunga, dan tidak terdapat isen-isen yang menjadi hiasan dalam ornamen
pinggiran ataupun ornamen utama pada motif.

Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik,


kemudian didesain berbeda dengan motif klasik dan dikombinasikan dengan
kipas. Pada motif diberi gradasi warna coklat kemudian latar kain berwarna coklat
tua. Bentuk pada Mega Mendung mengalami perubahan dari bentuk aslinya,
motifnya tidak mendominasi bagian pada kain kemudian dikombinasikan dengan
kipas.

e) Gambar 33: Kombinasi Kipas (Sumber: Dokumentasi Prasetianingtyas, April


2011)

Kombinasi kipas diberi warna senada dengan motif Mega Mendung


yaitucoklat muda dan warna putih pada ornamen pelengkap. Motif Mega Mendung
kombinasi seperti pada gambar di atas terdapat ornamen utama yaitu motif Mega
Mendung, ornamen pelengkap berupa kipas, terdapat isen-isen ceceg tiga dan isen-
isen ceceg sawut yang menjadi hiasan dalam ornamen kipas.
f) Gambar 35: Motif Mega Mendung Kombinasi Gentong (Sumber: Koleksi Toko
EB Batik, Maret 2011)

Motif ini merupakan motif Mega Mendung klasik, kemudian


dikombinasikan dengan gentong. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
dengan salah seorang karyawati di EB batik Marina didapatkan bahwa pada motif
Mega Mendung kombinasi dengan gentong merupakan perkembangan yang
terbaru dari kombinasi motif Mega Mendung di toko EB Batik. Pada motif Mega
Mendung diberi gradasi warna hijau tua sampai hijau muda dengan latar kain
berwarna kuning. Bentuk Mega Mendung tidak ada perubahan sama seperti bentuk
klasik lebih mendominasi, namun hanya diberi kombinasi gentong.

Kombinasi gentong pada Mega Mendung diberi gradasi warna senada


dengan motifnya yaitu berwarna hijau muda dan hijau tua. Gentong merupakan
wadah atau tempat yang terbuat dari tanah liat, biasanya gentong dimanfaatkan
oleh sebagian masyarakat Cirebon sebagai tempat makanan khas dari Cirebon
yaitu empal gentong dan sebagai tempat untuk menampung air.

Motif Mega Mendung kombinasi seperti pada gambar di atas terdapat


ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa gentong,
terdapat isen-isen ceceg dan isen-isen galaran yang menjadi hiasan dalam ornamen
gentong. Proses pembuatanya menggunakan teknik batik tulis dan bahannya
menggunakan bahan katun.

2) Perkembangan Motif Mega Mendung di Sanggar Batik Katura

Selain motif Mega Mendung klasik, motif Mega Mendung yang dihasilkan di
Sanggar Batik Katura diantaranya adalah Mega Mendung kombinasi dengan kupu-kupu
dan merupakan ciri khas dari Sanggar Batik Katura. Desain yang dihasilkan dalam
membuat Mega Mendung terinspirasi dari orang jaman dahulu karena Mega Mendung
adalah batik Tradisional atau disebut batik klasik Cirebon. Motif Mega Mendung
menggunakan kombinasi dengan kupu-kupu banyak diminati konsumen. Di bawah ini
merupakan contoh motif Mega Mendung dengan kombinasi kupu-kupu yang menjadi ciri
khas dari Sanggar Batik Katura ini:

Gambar 40: Motif Mega Mendung Kombinasi Kupu-kupu (Sumber: Koleksi Sanggar
Batik Katura, Maret 2011)

Motif ini merupakan motif Mega Mendung klasik, kemudian dikombinasikan


dengan kupu-kupu. Mega Mendung pada gambar di atas lebih mendominasi bagian kain
dengan gradasi merah muda dan ornamen pelengkap kupu-kupu tersebar sebagai
kombinasi pada motif. Bentuk pada Mega Mendung tidak ada perubahan sama dengan
bentuk motif Mega Mendung klasik, hanya diberi kombinasi kupu-kupu.
Kombinasi kupu-kupu pada motif Mega Mendung diberi warna kontras hijau dan
kuning. Kupu-kupu ini akan mengingatkan kita pada keindahan dan kupu-kupu juga
mengandung simbol sebagai kesejahteraan atau kemakmuran (Irianto, 2009:45). Pada
batik Cirebon motif kupu-kupu juga banyak digunakan.

Motif Mega Mendung kombinasi seperti pada gambar di atas terdapat ornamen
utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa kupu-kupu, terdapat isen-
isen ceceg dan isen-isen ceceg sawut yang menjadi hiasan dalam ornamen kupu-kupu.

3) Perkembangan Motif Mega Mendung di Toko Hafiyan Batik

a) Gambar 47: Motif Mega Mendung Kombinasi Kupu-kupu (Sumber: Koleksi Toko
Hafiyan Batik, April 2011)

Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik yang
dimiliki oleh toko Hafiyan Batik. Bentuk Mega Mendung didesain secara terpisah-pisah
dengan menggunakan gradasi hijau yang mencolok dengan warna latar kain hitam,
sehingga menghasilkan motif Mega Mendung yang minimalis.
Bentuk Mega Mendung tidak mendominasi pada bagian kain dengan kombinasi
kupu-kupu yang disusun secara tersebar.

Kombinasi dengan kupu-kupu ini diberi warna senada dengan warna motifnya
yaitu hijau, antara warna kupu-kupu yang satu dengan yang lainnya dibuat berbeda.
Kupu-kupu ini juga akan mengingatkan kita pada keindahan dan kupu-kupu juga
mengandung simbol sebagai kesejahteraan atau kemakmuran (Irianto, 2009:45). Pada
batik Cirebon motif kupu-kupu juga banyak digunakan.

Motif Mega Mendung kombinasi seperti pada gambar di atas terdapat ornamen
utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa kupu-kupu, terdapat isen-
isen ceceg tiga dan isen-isen sawut yang menjadi hiasan dalam ornamen kupu-kupu.

b) Gambar 53: Motif Mega Mendung Kombinasi Cumi-cumi (Sumber: Koleksi Toko
Hafiyan Batik, April 2011)

Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik


yangdimiliki oleh Hafiyan Batik, kemudian bentuk Mega Mendung didesain terpisah
pisah dengan menggunakan warna gradasi biru dengan latar kain berwarna biru seperti
warna air, sehingga menghasilkan motif Mega Mendung minimalis yang dikombinasikan
dengan cumi-cumi . Bentuk Mega Mendung tidak mendominasi bagian kain, kemudian
dikombinasikan dengan cumi-cumi.
Kombinasi cumi-cumi diberi warna hijau dan kuning agar terlihat berbeda antara
satu dengan yang lainnya. Motif Mega Mendung kombinasi seperti pada gambar di atas
terdapat ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa cumi-
cumi, dan terdapat isen-isen ceceg yang menjadi hiasan dalam ornamen cumi-cumi.

c) Gambar 65. Motif Mega Mendung Kombinasi Udang (Sumber: Koleksi Toko
Hafiyan Batik, Maret 2011)

Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Kemudian
bentuk Mega Mendung didesain terpisah -pisah dengan menggunakan warna gradasi
hijau sampai kuning dengan latar kain berwarna merah ati sehingga menghasilkan motif
Mega Mendung minimalis yang dikombinasikan dengan udang . Bentuknya tidak
mendominasi bagian kain, kemudian udang yang menjadi kombinasi pada motif dibuat
tersebar.

Kombinasi udang diberi warna merah ati dan kuning senada dengan warna pada
latar kain. Motif Mega Mendung kombinasi udang mempunyai makna penting, udang di
Cirebon mempunyai posisi yang istimewa karena Cirebon mempunyai julukan sebagai
Kota Udang. Kata Cirebon sendiri berasal dari Cai dan rebon, cai yang berarti air dan
rebon adalah udang yang bentuknya lebih kecil dibandingkan dengan udang yang lain
(Irianto, 2009:46).
d) Gambar 68: Motif Mega Mendung Kombinasi Ikan (Sumber: Koleksi Toko Hafiyan
Batik, Maret 2011)

Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Kemudian
bentuk Mega Mendung didesain terpisah -pisah dengan menggunakan gradasi hijau
dengan latar kain berwarna coklat, sehingga menghasilkan motif Mega Mendung
minimalis yang dikombinasikan dengan ikan. Motif ini merupakan kreasi motif Mega
Mendung dari Hafiyan batik. Bentuknya tidak mendominasi bagian kain, kombinasi
menggunakan ikan dibuat tersebar di bagian motifnya.

Kombinasi ikan diberi warna coklat dan hijau senada dengan latar kain dan warna
gradasi pada motifnya. Motif Mega Mendung yang dikombinasikan dengan ikan juga
mempunyai makna tersendiri, ikan atau iwak (dalam bahasa Jawa) yang berarti iklas ing
awak maksudnya adalah keiklasan atas ketetapan Tuhan terhadap diri manusia (Irianto,
2009:46). Unsur ikan juga sering diterapkan pada batik Cirebon yang lain.

4) Perkembangan Motif Mega Mendung di Koperasi Batik Budi Tresna


Gambar 78: Motif Mega Mendung Kombinasi Bunga (Sumber: Koleksi Koperasi Batik Budi
Tresna, April 2011)

Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Bentuknya
tidak terlalu mendominasi pada bagian kain. Bentuk Mega Mendung didesain terpisah-
pisah sehingga menghasilkan motif Mega Mendung kreasi yang diberi warna gradasi
hitam dengan latar kain berwarna hitam, kemudian dikombinasikan dengan bunga dengan
tangkai yang menjulur.

Kombinasi bunga diberi warna merah dan putih, kemudian dikombinasikan


dengan tangkai yang menjulur berwarna hijau. Motif Mega Mendung kombinasi seperti
pada gambar di atas terdapat ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen
pelengkap berupa bunga, terdapat isen-isen ceceg dan isen-isen sawut yang menjadi
hiasan dalam ornamen pelengkap pada bunga.

5) Perkembangan Motif Mega Mendung di Keraton Kasepuhan


Gambar 97: Motif Mega Mendung Kombinasi Kipas (Sumber: Koleksi Keraton Kasepuhan,
April 2011)

Motif ini merupakan perkembangan dari motif Mega Mendung klasik. Bentuk
pada Mega Mendung mengalami perubahan dari bentuk aslinya, kemudian bentuknya
tidak mendominasi bagian kain. Motif Mega Mendung diberi warna gradasi hijau dengan
latar kain berwarna hijau, kemudian kombinasi kipas dibuat tersebar pada bagian kain.

Kombinasi kipas diberi warna hijau senada dengan warna pada motif dan latar
pada kainnya. Motif Mega Mendung kombinasi seperti pada gambar di atas terdapat
ornamen utama yaitu motif Mega Mendung, ornamen pelengkap berupa kipas, terdapat
isen-isenceceg tiga dan isen-isen sawut yang menjadi hiasan dalam ornamen pelengkap
dalam kipas.

6) Perkembangan Motif Mega Mendung di Keraton Kacirebonan


Gambar 103: Motif Mega Mendung Klasik Koleksi Keraton Kacirebonan (Sumber: Koleksi
Keraton Kacirebonan, April 2011)

Motif Mega Mendung yang terdapat di Keraton Kacirebonan ini adalah motif
Mega Mendung klasik. Menurut hasil observasi yang dilakukan dengan salah satu
pengelola di Keraton Kacireebonan Heri didapatkan bahwa Mega Mendung di keraton
Kacirebonan telah ada sejak 100 tahun yang lalu, sejak pemerintahan sultan Harkat
Natadiningrat sultan ke-7. Biasanya pada jaman dahulu untuk menciptakan suatu motif
Mega Mendung mendapat ide dari kalangan keraton, karena pada jaman dahulu kalangan
keraton masih menggunakan batik dan setiap batik yang dipakai tergantung dari inspirasi
si pemakainya. Sumber atau referensi Mega Mendung yang di dapat dari para raja yang
di dapat dari kegemaran memakai batik sehingga mereka menciptakan batik sendiri dan
menjadi inspirasi di kemudian hari. Motif Mega Mendung pada gambar di atas
mempunyai 2 gradasi warna biru dan warna krem pada latar kainnya. Motif Mega
Mendung mempunyai arti atau makna tertentu yaitu motif Mega Mendung biasanya
vertikal yang mengandung arti sebagai kehidupam sehari-hari manusia, kita harus lihat
lingkungan sekitar kita tidak sekedar hubungan antara manusia dengan Tuhannya saja

7) Perkembangan Motif Mega Mendung di Keraton Kanoman


Gambar 104: Motif Mega Mendung Klasik Koleksi Keraton Kanoman (Sumber: Koleksi
Keraton Kanoman, April 2011)

Mega Mendung klasik koleksi Keraton Kanoman telah ada sejak jaman
kesultanan keraton dahulu, motif Mega Mendung klasik ini tidak terdapat kombinasi
motif. Menurut hasil observasi yang dilakukan di Keraton Kacireebonan dengan Heri
didapatkan bahwa motif Mega Mendung sudah tidak terdapat di museum Keraton
Kacirebonan. Motif Mega Mendung memiliki 2 gradasi warna biru pada motif dan latar
kain berwarna merah, mengandung makna

sebagai pengayom yang membuat hati tentram karena warnanya yang sejuk.
Motif Mega Mendung klasik seperti pada gambar di atas hanya terdapat ornamen utama
yaitu motif Mega Mendung, tidak terdapat hiasan pelengkap atau kombinasi motif, dan
tidak ada isen-isen yang menjadi hiasan pada motif

Perkembangan Warna Mega Mendung

Pengaruh selera masyarakat Cirebon, pada umumnya suka akan warn-awarna yang cerah
dari berbagai warna. Hal itu disebabkan letak geografis Cirebon yang berada di wilayah Pesisir
Utara. Pengaruh tersebut pada dasarnya membuat perkembangan warna yang terdapat dalam
batik Cirebon motif Mega Mendung klasik.

Warna Mega Mendung klasik yang awalnya hanya gradasi warna biru dengan latar merah
saja, kini seiring dengan perkembangannya semua warna dapat dipakai untuk Mega Mendung.
Di samping penyusunan ornamen yang bagus dalam Mega Mendung, disertai juga dengan
penggunaan berbagai jenis warna yang mencolok dan cerah dengan penempatan yang cocok
serta sesuai dengan selera konsumen.

Mega Mendung mempunyai ciri yang berbeda dengan batik lainnya, karena Mega
Mendung termasuk dalam batik Cirebon Pesisiran. Mega Mendung ini dipengaruhi oleh karakter
masyarakat pesisiran yang pada umumnya memiliki jiwa terbuka dan mudah menerima pengaruh
budaya asing, khususnya dari Cina. Motif Mega Mendung ini dapat dilihat baik dalam bentuk
maupun warnanya yang bergaya selera Cina.

Motif ini dahulu sangat khas dengan gradasi warna biru dan merah yang terpengaruh dari
kebudayaan Cina. Warna Mega Mendung mendapat pengaruh dari keramik Cina biru putih.
Namun perkembangan Mega Mendung pada saat ini, pewarnaan dari Mega Mendung lebih
beraneka warna dan menggunakan unsur-unsur warna yang lebih terang dan cerah. Mega
Mendung lebih cenderung untuk bisa memenuhi atau mengikuti selera konsumen, sehingga
warna-warna Mega Mendung kini lebih atraktif dengan menggunakan banyak warna. Mega
Mendung di kawasan sentra batik Trusmi saat ini telah melakukan upaya untuk meningkatkan
kualitas dari hasil produknya baik dari segi motif maupun warnanya.

Perkembangan warna Mega Mendung di kawasan sentra batik Trusmi ini mengalami
perkembangan yang beraneka ragam antara tempat yang satu dan yang lainnya berbeda-beda
mempunyai ciri khas tersendiri.

Jadi kesimpulannya disini penelitian dan pengembangan di Batik Cirebon adalah berupa
perkembangan motif dan pewarnaan.

1.8 PRODUKSI BATIK CIREBON


Proses pembuatan batik Cirebon bisa memakan waktu satu setengah bulan. Terdapat
sedikitnya lima tahap untuk menyelesaikan sebuah kain batik. Tahap yang memakan waktu
paling lama menurut perajin dan pengusaha batik Cirebon, ialah tahap esen-esen dan tembok,
satu motif bisa satu setengah bulan, maka dari itu harus sabar dan tekun. Sedikitnya ada lima
tahap membuat batik, belum termasuk proses penjemuran hingga kering.
Proses pertama diawali dengan 'lengreng'. Lengreng adalah tahap menggambar sketsa.
Sketsa digambar pada kain putih menggunakan pensil atau alat tulis halus lain. Fungsinya hanya
untuk membuat garis pandu dan menampilkan sekilas motif kain.

Setelah lengreng, dilanjutkan dengan proses 'esen-esen'. Ini adalah salah satu proses yang
memakan waktu lama dan butuh ketekunan. Garis-garis sketsa yang sudah digambar tadi
dipertebal dan diberi detail tambahan dengan canting, alat untuk menggambar batik. Tinta
canting disebut 'malam'. Untuk meracik 'malam' dibutuhkan gandar (getah pinus), baron dan
busir (sejenis bahan untuk aspal), dan dadu (campuran baron dan busir). Semua bahan ini
dicampur dengan minyak lentik atau minyak goreng. Semakin rumit sketsanya, semakin lama
proses esen-esen,sambung .

Setelah itu dilakukan proses 'penembokan'. Proses ini masih menggunakan canting dan
malam. Gambar-gambar yang sudah dipertebal, kemudian di-block. Ruang-ruang putih diwarnai
dengan tinta malam hingga padat. Ini dilakukan agar permukaan tersebut tidak menyerap air saat
proses pewarnaan nanti. Semakin banyak warna yang ingin digunakan, semakin lama proses
penembokan.

Setelah selesai ditembok, masuklah proses pewarnaan. Masyarakat Cirebon menyebutnya


proses pengobatan. Kain yang sudah di-block tadi diletakkan di alat seperti timbangan atau
ayunan bayi. Salah satu sisinya kemudian diisi cairan pewarna dan digoyang-goyang agar
menyerap rata ke kain. Permukaan-permukaan kain yang sudah di-block tidak menyerap warna
dan akan tetap putih. Motif Mega Mendung merupakan salah satu motif khas batik Cirebon.

Tahap terakhir ialah 'lorot', atau proses pelunturan. Tinta 'malam' yang sudah dilekatkan
ke kain tadi dihilangkan menggunakan air panas. Kain yang di-block tadi akan tetap putih.
Setelah dilorot, proses berikutnya bergantung pada penrajin. Jika hendak memakai warna lebih
dari satu, maka proses penembokan, pengobatan, dan pelorotan diulang lagi sesuai jumlah warna.
Hanya perbedaannya, pada pengulangan kedua ini, bagian kain yang sudah berwarnalah yang
ditembok. Sementara permukaan kain yang putih dibiarkan, agar saat proses pewarnaan kelak
permukaan putih ini menyerap warna. Setelah semua kain sudah berwarna, barulah kain
dikeringkan. Proses pembuatan satu kain bisa mencapai satu setengah bulan. Sementara untuk
belajar membatik sendiri bisa memakan waktu tiga bulan. Tidak ada istilah salah dalam
membatik. Seniman tidak bisa menghapus corak yang ia buat. Jika ada salah atau keluar garis
maka cari bentuk baru.

Yang membedakan pembuatan batik Cirebon dengan batik lain ialah proses
pewarnaannya. Pembatik Cirebon menggunakan teknik menggoyang untuk mewarnai, sementara
di daerah lain ada yang mewarnai dengan cara direndam.

1.9 PENGEMBANGAN BISNIS DAN PERDAGANGAN INDUSTRI BATIK CIREBON

Strategi pengembangan bisnis dan perdagangan yang dilakukan industri Batik Cirebon
dalah dengan strategi di bawah ini :

a. Buy Market Share

Menjual lebih banyak dari produk yang sama atau jasa kepada target pasar. Untuk
menjual lebih banyak produk kepada orang-orang yang sama, perlu membeli customer dari
pesaing. Pilihan Ini mungkin mengharuskan untuk menurunkan harga batik, menawarkan
ketiga hal, Q, S, dan P (Quality, Service, Price). Atau perlu mencurahkan sumber daya untuk
iklan atau promosi yang bisa mendorong lebih banyak orang untuk meninggalkan kesetiaan
terhadap produk mereka saat ini dan mencoba merek Batik Cirebon.

b. Hunt

Menjual lebih banyak produk atau jasa ke pasar yang berbeda Setiap berburu
pelanggan baru, perlu diciptakan kesadaran dan kredibilitas Batik Cirebon di pasar baru.

Jika Batik Cirebon di wilayah barat tetapi ingin mulai menjual di wilayah timur, maka
harus memperkenalkan produk anda ke wilayah timur, dengan memperkenalkan produk ,
fitur dan manfaat dari produk Batik Cirebon. Mendidik pelanggan tentang berbagai alasan
mengapa pelanggan sangat cerdas bahwa mereka telah membuat merek terkemuka di wilayah
barat.

c. Farm
Strategi ini paling mudah dan hemat biaya. Statistik menunjukkan bahwa biaya
penjualan ke pelanggan baru lebih dari dua belas kali lebih mahal dibandingkan menjual ke
pelanggan saat ini. Ada banyak cara untuk memanen penjualan dari pelanggan yang sudah
ada:

1) Rotation farming

Menjual kepada pelanggan yang membeli secara berkala, di regular


interval.

2) Suggestive selling

Pelanggan sudah memiliki kemauan untuk membeli. Maka indutri Batik di


Cirebon hanya menyarankan mereka untuk menghabiskan sedikit ekstra untuk
meningkatkan kualitas pembelian mereka.

3) Selling accessories

Jika pembeli membeli baju atasan maka sarankan pula untuk membeli
bawahan atau aksesoris lain yang bermotif Batik Cirebon.

4) Incentive selling

Hadiah gratis, premi, dan diskon untuk membangun lebih banyak


penjualan dari basis pelanggan Batik Cirebon. Misal pembelian minimal Rp
400.000,00 mendapat diskon 20%.

5) Trading up

Tahun lalu, pelanggan membeli Batik model standar. Tahun ini, industri
Batik Cirebon menjual model deluxe. Kemudian menjual kepada pelanggan
garansi yang lebih lama

d. New Product
Ini untuk kesehatan industri Batik Cirebon. Agar pelanggan tidak beralih ke batik
motif lain yang bukan motif Batik Cirebon. Dan tidak bosan dengan produk yang ada.

e. Merge atau Akuisisi

Ini akan meningkatkan profitabilitas Industri-industri Batik di Cirebon. Dengan


merger atau mengakuisisi perusahaan lain yang sama-sama Batik Cirebon, maka industri
akan dapat melakukan semua strategi lainnya sekaligus. Mengakuisisi pesaing membuat
mendapatkan pangsa pasar yang luas. Akuisisi ini akan memperluas pasar , menjual lebih
dari hal-hal yang sama untuk orang yang berbeda. Atau bisa menjadi kesempatan untuk
menjual produk yang berbeda kepada pelanggan yang ada.

1.10 EVALUASI STRATEGI INDUSTRI BATIK CIREBON


Banyak industri batik yang telah mengklaim bahwa mereka telah menerapkan Balanced
Scorecard karena telah menggunakan campuran ukuran keuangan dan nonkeuangan. Padahal
pada kenyataannya mereka baru menggunakan ukuran yang lebih seimbang dibandingkan
dengan industri batik yang hanya menggunakan ukuran finansial semata-mata dalam mengukur
kinerjanya. Hal ini dikarenakan mereka menggunakan ukuran yang sifatnya tidak mendukung
strategi perusahaan. Balanced Scorecard yang baik mampu merefleksikan strategi perusahaan
atau lembaga pendidikan atau lembaga pendidikan. Cara yang paling tepat untuk untuk
mengujinya adalah apakah kita bisa memahami strategi pada industri batik dengan hanya melihat
scorecard tersebut.

Strategy scorecard menyediakan cara yang logis serta komprehensif untuk menjelaskan
strategi industri batik. Scorecard ini dengan jelas mengkomunikasikan keluaran yang diinginkan
perusahaan sekaligus hipotesis mengenai bagaimana keluaran tersebut dapat dicapai. Balanced
scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang menterjemahkan visi dan strategi suatu
organisasi kedalam tujuan dan ukuran operasional (Hansen dan Mowen 2003).

Tujuan dan ukuran operasional tersebut kemudian dinyatakan dalam empat perspektif
yaitu perspektif finansial, pelanggan (stakeholders), proses bisnis internal (internal business
process), serta pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth) (Kaplan dan Norton 1996).
Perspektif finansial menggambarkan keberhasilan finansial yang dicapai oleh organisasi
atas aktivitas yang dilakukan dalam 3 perspektif lainnya. Perspektif pelanggan menggambarkan
pelanggan dan segmen pasar dimana organisasi berkompetisi. Perspektif proses bisnis internal
mengidentifikasikan proses-proses yang penting untuk melayani pelanggan dan pemilik
organisasi. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menggambarkan kemampuan organisasi
untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang.

Perbedaan mendasar antara organisasi bisnis dan organisasi publik adalah organisasi
bisnis berorientasi profit sedangkan organisasi publik berorienasi nonprofit. Selain itu perbedaan
lainnya adalah dari segi tujuan strategis, tujuan financial, stakeholders, dan outcome. Organisasi
publik merupakan organisasi yang didirikan dengan tujuan memberikan pelayanan kepada
masyarakat bukan mendapatkan keuntungan (profit). Organisasi ini bisa berupa organisasi
pemerintah dan organisasi nonprofit lainnya. Meskipun organisasi publik bukan bertujuan
mencari profit, organisasi ini dapat mengukur efektivitas dan efisiensinya dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.

Untuk itu industri batik dapat menggunakan balanced scorecard dalam pengukuran
kinerjanya. Yang menjadi fokus utama dalam industri batik adalah misi organisasi, secara umum
misi suatu industri batik adalah melayani masyarakat. Dari misi tersebut diformulasikan strategi-
strategi yang akan dilakukan untuk pencapaian misi tersebut. Strategi tersebut kemudian
diterjemahkan kedalam 4 perspektif, yaitu: perspektif financial, perspektif internal business
process dan perspektif employees & organization capacity. Adapun kaitan masingmasing
perspektif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Perspektif pelanggan. Perspektif ini menunjukkan seperti apa industri batik di mata
pelanggan. Pelanggan mempunyai kemampuan teknis melihat korporasi dari berbagai
sisi: waktu, kualitas, kinerja dan jasa, dan biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk
memperoleh pelayanan. Dimensi kebutuhan pelanggan demikian pada akhirnya akan
menentukan bagaimana perusahaan atau lembaga pendidikan dilihat oleh pelanggan.
Semakin baik persepsi pelanggan, semakin baik pula nilai korporasi dimata pelanggan.
b. Perspektif keuangan. Pertanyaan yang harus dijawab industri batik adalah bagaimana kita
dilihat oleh pemegang saham baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Industri
batik bisa rugi pada waktu tertentu, akan tetapi pemegang saham menyadari bahwa
setelah itu industri batik akan mendapat keuntungan, sehingga dividen akan diperoleh.
Semakin baik industri batik dimata pemegang saham, semakin aman korporasi
memperoleh sumber modal.
c. Perspektif proses bisnis internal. Ukuran ini menunjukkan dalam proses produksi seperti
apa industri batik lebih baik. Orientasi kepada pelanggan memang mutlak, akan tetapi
permasalahan bagi manajemen adalah bagaimana caranya menyiapkan kompetensi yang
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
d. Perspektif pembelajar dan pertumbuhan. Perspektif ini menunjukkan bagaimana industri
batik dapat bertahan dan mampu berubah sesuai dengan tuntutan eksternal.

Strategi perusahaan merupakan dasar penyusunan sebuah scorecard, dikembangkan dari


visi perusahaan atau organisasi. Visi ini memberikan gambaran masa depan perusahaan atau
organisasi yang menjelaskan arah organisasi dan membantu insan perusahaan atau organisasi
atau organisasi dalam memahami kenapa dan bagaimana mereka memberikan kontribusi kepada
perusahaan atau organisasi atau organisasi. Visi juga merupakan penghubung antara misi dan
nilai pokok (core values) yang sifatnya stabil sepanjang waktu dengan strategi yang sifatnya
dinamis (Susilowati, 2011).
Gambar 2.1 Konsep Balanced Scorecard

Secara terminologi Kaplan dan Norton (2001) memperkenalkan konsep BSC sebagai
suatu sistem evaluasi modern yang mencoba untuk menyeimbangkan alat ukur lama yang hanya
berdimensi pada profitabilitas (keuangan) dengan dimensi-dimensi yang baru seperti aspek
kepuasan stakeholder. Dengan scorecard yang dibalanced ini diharapkan dapat mengintegrasikan
energi, kemampuan dan pengetahuan organisasi dalam melakukan upaya memakmurkan
pesantren. Evaluasi atau pengukuran kinerja suatu manajemen industri batik adalah sangat
penting bagi pengelola industri batik, guna mengevaluasi dan memperbaiki kesalahan dan
mendesain perencanaan masa depan.

Tujuan implementsi balanced scorecard dalam industri Batik Cirebon adalah untuk
menetukan strategi pencapaian visi berdasarkan empat perspektif BSC.Analisis pengukuran
kinerja dengan menggunakan metode Balance Scorecard dalam industri Batik Cirebon dapat
dilihat dari 4 perspektif, yaitu :

a. Perspektif Finansial

Dalam perspektif finansial industri Batik Cirebon menggunakan beberapa strategi, antara lain:

1) Penurunan biaya produksi dan biaya operasional


2) Bekerjasama dengan investor untuk penambahan modal usaha
3) Efisiensi biaya pemasaran
b. Perspektif Customer

Dalam perspektif customer industri Batik Cirebon menggunakan beberapa strategi, antara lain:

1) Meningkatkan kualitas produk


2) Meningkatkan kualitas layanan
3) Harga berfariasi sesuai dengan kualitas dan budget customer
4) On time delivery
5) Minimalisasi komplain dari pelanggan
6) Membangun hubungan baik dengan masyarakat dan stakeholder
c. Perspektif Procces Bisnis Internal
Dalam perspektif proses bisnis internal industri Batik Cirebon menggunakan beberapa strategi,
antara lain:

1) Membuat SOP, ready stok, membuat motif baru


2) On time delivery, packing rapih, sesuai pesanan
3) Memperluas jaringan pemasaran (online maupun offline), membuka cabang, membuat
push promotion
4) Meningkatkan produktivitas dan meningkatkan kinerja SDM
5) Menciptakan budaya kerja, memiliki kondisi kerja yang kondusif
6) Membangun kerjasama dengan pemerintah untuk mengembangkan inovasi
d. Perspektif Learning And Growth

Dalam perspektif learning and growth industri Batik Cirebon menggunakan beberapa strategi,
antara lain :

1) Memiliki SDM yang profesional di bidangnya


2) Memberikan pengetahuan, bimbingan dan semangat kepada SDM
3) Memberikan asuransi kesehatan kepada karyawan
4) Workshop atau pelatihan membatik

Dari 4 (empat) perspektif tersebut di atas, masing masing strategi memiliki hubungan erat
dengan setiap strategi di setip perpektif balanced scorecar. Hubungan antara strategi dapat dilihat
melalui peta strategi (strategic map). Hungan strategi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 di
bawah ini.
Gambar 4.1 Peta Strategi Balanced Scorecard (BSC)

Untuk memastikan kinerja strategi, maka dilakukan analisis pada tingkat kegagalan
strategi dengan menggunakan analisis fish bone diagram untuk mengetahui perkiraan penyebab
kegagalan pelaksanaan strategi, dan berikut adalah hasil penelusuran kendala atau penyebab
kegagalan pelaksanaan strategi:
Table 5.1 Analisis Kegagalan Strategi

Kesimpulan dari evaluasi strategi yang telah dilakukan terkait penguatan daya saing
dengan meningkatkan kinerja Industri Batik Cirebon adalah yang pertama, dengan
mengimplementasikan Balanced Scorecard, Industri Batik Cirebon dapat mengetahui strategi
pencapaian target dengan melihat empat perpektif. Yang kedua hasil identifikasi strategi pada
setiap perspektif, ditemukan 3 strategi perspektif finansial, 6 perspektif konsumen, 6 strategi
perspektif proses bisnis dan 4 strategi pada perspektif tumbuh kembang.
BAB III

PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
a. Seni batik di Indonesia mulai mendapat perlindungan Hak Cipta sejak UUHC 1987
hingga UUHC 2002. Menurut UUHC 1987 dan UUHC 1997, seni batik yang mendapat
perlindungan adalah seni batik yang bukan tradisional dengan pertimbangan batik yang
tradisional telah menjadi milik bersama, sehingga konsekuensinya bagi orang Indoonesia
mempunyai kebebasan untuk menggunakannya tanpa dianggap sebagai suatu
pelanggaran.
Sedangkan UUHC 2002, unsur yang ditekankan adalah pada pembuatan batik secara
kontemporer.
Seni batik mendapat perlindungan hukum karena termasuk dalam lingkup Hak Cipta
menurut ketentuan Pasal 12 UUHC 2002. dan untuk ciptaan batik tradisional yang
termasuk folklor dilindungi oleh UUHC 2002 Pasal 10.
b. Upaya-upaya Pemerintah Kota Pekalongan menjadikan batik Pekalongan sebagai
komoditas internasional adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan potensi batik dengan formulasi yang lebih fokus dan terkonsentrasi
melalui pendekatan kluster industri (sentra produksi dan sentra perdagangan)
2) Klinik Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual
3) Musium Batik Pekalongan
4) Mengusahakan pemberian kredit lunak kepada pengrajin untuk meningkatkan
permodalan sehingga keuntungan dapat dinikmati pengrajin/pengusaha.
5) Peningkatan SDM terutama untuk pengrajin dengan kursus-kursus pelatihan.
6) Pembangunan sentra-sentra grosir;

1.2 SARAN
a. Aspek Hukum
1) Pemerintah Kota Pekalongan segera mengeluarkan peraturan-peraturan mengenai
Batik sebagai lingkup Hak Kekayaan Intelektual yang perlu dilindungi dan
dilestarikan, hal ini berkaitan dengan batik sebagai produk unggulan Kota
Pekalongan, sehingga diharapkan dengan adanya kebijakan Pemerintah Kota
Pekalongan akan tercipta iklim yang kondusif pada dunia usaha perbatikan dan
sebagai peraturan pelaksana Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta khususnya Seni Batik.
2) Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor
: 74/M-IND/per/9/2007 tentang Penggunaan Batikmark ”batik INDONESIA” pada
Batik Buatan Indonesia, tertanggal 18 September 2007 diharapkan Pemerintah Kota
Pekalongan dapat melaksanakan peraturan tersebut sehingga mempermudah
masyarakat Indonesia dan asing mengenali batik buatan Indonesia dan terlindungi
dari adanya tindakan peniruan atau penjiplakan motif batik Pekalongan.
b. Aspek Non Hukum
1) Masih diperlukan sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual khususnya tentang Hak Cipta
kepada para pengrajin dan pengusaha batik baik Perusahaan maupun UKM/IKM,
sehingga kesadaran untuk mendaftarkan batik melalui Hak Cipta, Merek, Desain
Industri atau Paten meningkat, hal ini mengingat batik sebagai aset daerah Kota
Pekalongan.
2) Diperlukan banyak sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan
pengalaman di bidang Hak Kekayaan Intelektual.
3) Membentuk Komite Kerja Sama untuk mendata, mengklasifikasi dan mendaftarkan
karya-karya yang sudah menjadi public domein.
4) Mengembangkan Musium Batik Pekalongan yang bertaraf internasional dengan
membuat website yang mempromosikan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik.
DAFTAR PUSTAKA

David, Forest R. 2016. Manajemen Strategik. Jakarta: Salemba Empat.


http://repository.upi.edu/22176/3/S_SOS_1104777_Chapter1.pdf diakses pada tanggal 16 April
pukul 15.53 WIB

http://bisnisrumahq.blogspot.com/2017/09/makalah-tentang-batik-cirebon.html diakses pada


tanggal 16 April pukul 16.14 WIB

http://nusacraft.com/2009/06/09/sejarah-batik-cirebon/ diakses pada tanggal 16 April pukul


16.26 WIB.

http://batikdan.blogspot.com/2015/03/batik-cirebon.html diakses pada tanggal 16 April pukul


16.34 WIB

http://batik.or.id/sejarah-batik-cirebon-dan-penjelasannya/ diakses pada tanggal 16 April pukul


16.37 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Batik_Cirebon diakses pada tanggal 16 April pukul 16.40 WIB

https://batik-tulis.com/blog/batik-cirebon diakses pada tanggal 16 April pukul 16.43 WIB

http://batik.or.id/sejarah-batik-trusmi-cirebon/ diakses pada tanggal 16 April pukul 16.46 WIB

Anda mungkin juga menyukai