Disusun Oleh :
Adam Naufal Lestias
Aditya Yoga Kusuma
Alexander Jerico N.S
Alwi Aulia A.T
Muhammad Fakhri Rafif
Muhammad Nadif Elvari
XI IPS 3
Batik Cirebon pada zaman dahulu banyak di gunakan oleh Sultan keraton, namun dengan
semakin lama batik berkembang di kalangan masyarakat biasa. Pada awalnya motif-motif
batik Cirebon muncul di kalangan masyarakat Cirebon melalui lingkungan keraton oleh abdi
dalem. Penyebaran batik di daerah Cirebon hampir sama dengan batik Solo dan
Jogja.Sebelumnya, batik Cirebon hanya di pelajari untuk puteri keraton saja sebagai sarana
untuk mengisi waktu luang mereka. Pembuatan batik pada masa itu menggunakan
ornamen-ornamen yaitu, ornamen paksi naga liman, siti inggil, kanoman, taman kasepuluh
dan taman sunyaragi. Jenis-jenis ornamen atau motif ini disebut dengan batik bergaya
keraton.Batik Cirebon adalah batik yang menggunakan motif yang unik dan khas, yang
tergolong dalam kelompok batik pesisiran. Namun, ada beberapa batik Cirebon yang
tergolong kelompok batik keraton, Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.Banyak cerita
yang beredar bahwa munculnya batik Cirebon awal mulanya di pengaruhi oleh peranan Ki
Gede Trusmi, beliau adalah pengikut setia Sunan Gunung Jati. Salah satu metode dakwah
Sunan Gunung Jati melalui kegiatan membatik.
Pada masa itu, kegiatan membatik juga dilakukan oleh anggota tarekat yang mengabdi di
keraton Cirebon, serta anggota tarekat tersebut tinggal di Desa Trusmi dan sekitarnya.
Kegiatan membatik digunakan sebagai sumber pendapatan kelompok tarekat tersebut.
Kelompok tarekat pada masa itu berada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
CIRI KHAS
Batik Cirebon memiliki ciri khas dan keunikan yang membedakan dengan kerajinan batik
dari daerah lain. Ciri dan keunikannya antara lain.Batik Cirebon bernuansa klasik biasanya
selalu mengikutsertakan motif wadasan (batu cadas) atau Mega Mendung pada bagian-bagian
motif tertentu. Batik Cirebon klasik memiliki warna latar yang lebih muda dibandingkan
dengan warna garis pada motif utamanya. Bagian latar atau dasar kain batik biasanya nampak
bersih dari noda hitam atau warna-warna yang tidak dikehendaki pada proses pembuatan.
Garis-garis motif pada Batik Cirebonan menggunakan garis tunggal dan tipis (kecil) kurang
lebih 0,5 mm dengan warna garis yang lebih tua dibandingkan dengan warna latarnya. Hal ini
dikarenakan secara proses Batik Cirebon unggul dalam penutupan dengan menggunakan
canting khusus untuk melakukan proses penutupan, yaitu dengan menggunakan canting
tembok dan bleber Warna-warna yang dipakai dominan Batik Cirebon klasik tradisional
biasanya memiliki warna kuning (sogan gosok), hitam dan warna dasar krem, atau berwarna
merah tua, biru tua, hitam dengan dasar warna kain krem atau putih gading.Batik Cirebon
cenderung memilih sebagian latar kainnya dibiarkan kosong tanpa diisi dengan ragam hias
berbentuk tanahan atau rentesan. Batik Cirebon berani menggunakan warna-warna terang
seperti merah, biru, hijau, kuning, ungu, merah muda bahkan warna dasar putih pun sering
digunakan. Memiliki corak yang dipengaruhi oleh budaya dari bangsa-bangsa asing yang
pernah memiliki hubungan erat dengan Cirebon seperti Bangsa-bangsa Eropa, Gujarat, Cina,
India, dan lain sebagainya. Penggambaran yang natural dan apa adanya pada corak Batik
Cirebon menjadikan Batik Cirebon mudah diaplikasikan pada trend fashion modern
JENIS - JENIS
Ornamen batik keraton memiliki pola yang baku, memiliki nilai simbolis, dan bermakna
religius. Sementara itu, pola batik pesisiran sangat dinamis dan mengikuti permintaan pasar.
Secara garis besar, ornamen Batik Cirebon dapat digolongkan menjadi lima jenis, yaitu
Wadasan, Geometris, Pangkaan, Byur, dan Semarangan.
1.Wadasan Batik
Batik yang dihasilkan biasanya disebut batik Keraton, ditandai dengan ornamen-ornamen
yang berasal dari Keraton Cirebon. Nama-nama untuk motifnya antara lain adalah Singa
Payung, Naga Saba, Taman Arum, dan Mega Mendung.
2.Batik Geometris
Kain yang didesain sebelumnya harus diberi garis-garis dengan bantuan penggaris. Misalnya
adalah motif Tambal Sewu, Liris, Kawung, dan Lengko-lengko.
3.Batik Pangkaan
Motif batik menampilkan lukisan pohon atau rangkaian bunga yang lengkap, sering
dilengkapi burung atau kupu-kupu. Nama-nama untuk motifnya antara lain adalah Pring
Sedapur, Kelapa Setundun, Soko Cina, dan Kembang Terompet.
4.Byur Batik
Motif batik ini ditandai dengan ornamen bunga dan dedaunan kecil yang mengelilingi
ornamen pokok secara penuh, misalnya adalah Karang Jahe, Mawar Sepasang, Dara Tarung,
dan Banyak Angrum.
5.Semarangan Batik
Motif ini menampilkan penataan ornamen yang sama atau motif ulang yang ditata agak
renggang, misalnya adalah motif Piring Selampad dan Kembang Kantil.
MACAM - MACAM
Sedikitnya ada lima tahap membuat batik, belum termasuk proses penjemuran hingga kering.
Proses pertama diawali dengan 'lengreng'. Lengreng adalah tahap menggambar sketsa. Sketsa
digambar pada kain putih menggunakan pensil atau alat tulis halus lain. Fungsinya hanya
untuk membuat garis pandu dan menampilkan sekilas motif kain.
Setelah lengreng, dilanjutkan dengan proses 'esen-esen'. Garis-garis sketsa yang sudah
digambar tadi dipertebal dan diberi detail tambahan dengan canting, alat untuk menggambar
batik. Tinta canting disebut 'malam'. Untuk meracik 'malam' dibutuhkan gandar (getah pinus),
baron dan busir (sejenis bahan untuk aspal), dan dadu (campuran baron dan busir). Semua
bahan ini dicampur dengan minyak lentik atau minyak goreng.
Setelah itu dilakukan proses 'penembokan'. Proses ini masih menggunakan canting dan
malam. Gambar-gambar yang sudah dipertebal, kemudian di-block. Ruang-ruang putih
diwarnai dengan tinta malam hingga padat. Ini dilakukan agar permukaan tersebut tidak
menyerap air saat proses pewarnaan nanti. Semakin banyak warna yang ingin digunakan,
semakin lama proses penembokan.
Tahap terakhir ialah 'lorot', atau proses pelunturan. Tinta 'malam' yang sudah dilekatkan ke
kain tadi dihilangkan menggunakan air panas. Kain yang di-block tadi akan tetap putih.
Setelah dilorot, proses berikutnya bergantung pada pengrajin.Hanya perbedaannya, pada
pengulangan kedua ini, bagian kain yang sudah berwarnalah yang ditembok. Sementara
permukaan kain yang putih dibiarkan, agar saat proses pewarnaan kelak permukaan putih ini
menyerap warna. Setelah semua kain sudah berwarna, barulah kain dikeringkan. Proses
pembuatan satu kain bisa mencapai satu setengah bulan.