Anda di halaman 1dari 11

PAPER

BATIK LASEM
Mata Kuliah : Desain Tekstil
Dosen Pengampu :
Deny Arifiana, S.Pd., M.A.
Inty Nahari, S.Pd., M.Ds.

Oleh:

1. Hanis Esa Karunia (21050404010)


2. Aissyah Febi Alamanda H ( 21050404002)
3. Nikita Putri Ardianti (21050404027)
4. Fariha Rizqi Amelia (21050404028)
5. Leony Salsabila (22050404133)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang. Puji
syukur kehadira-nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga saya bisa
menyelesaikan paper tepat waktu. Tidak lupa saya bertrimakasih atas dukungan materi yang
diberikan untuk penyusunan laporan ini, maka saya mengucapkan terima kasih kepada: ibu
Deny Arifiana, S.Pd., M.A. dan Ibu Inty Nahari, S.Pd., M.Ds.. Yang telah banyak
memberikan materi pendukung.

Paper ini sudah kami susun dengan maksimal, saya sadar sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Sidoarjo 10 April 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN..................................................................................................................4
II. PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Pengertian batik Lasem.....................................................................................................6
B. Histori batik lasem.............................................................................................................7
C. Bahan yang digunakan dan Proses pembuatan batik Lasem.............................................8
D. Ciri khas batik Lasem........................................................................................................9
E. Penerapan batik lasem......................................................................................................10
III. SIMPULAN.......................................................................................................................11
IV. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

3
I. PENDAHULUAN

Kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya.Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat
Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad 18 atau awal abad 19.Batik yang
dihasilkan ialah batik tulis sampai awal abad 20 dan batik cap dikenal baru setelah usai
Perang Dunia I atau sekitar 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional
Indonesia.Batik juga termasuk jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan
Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata
pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi
kaum perempuan.

Semenjak Industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi,


batik jenis baru muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan
masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir
yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana
di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara
batik tradisional Yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan
malam disebut batik tulis.Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun
temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari batik keluarga
tertentu.Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.Bahkan sampai saat ini,
beberapa motif batik tradisonal hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan
Surakarta.

Batik adalah Teknik membuaat ragam hias dengaan pola halang rintang menggunakan


malam. Biasanya orang orang awam selalu terngat Kota Jogja jika mengingat kata “batik’
namun sesungguhnya, batik tiddak hanya berada, di Kota Jogja. Batik juga berasal dari Kota-
kota lain.Batik dibagi menjadi dua, yakni batik pesisiran, dan batik pedalaman, batik
pesisiran, adalahbatik yang berasal dari Utara Pulau Jawa, yakni Cirebon, Pekalongan,
Madura, Lasem, Indramayu,Semaarang, Tuban, Kendal, Banten, Madura, dan juga batik
pedalaman yang berasal dari daerahdalam Pulau Jawa, seperti Yogyakarta, dan Surakarta
(Solo) Batik Pedalaman ini dikenal jugasebagai Batik Klasik, atau batik keraton. Batik
pedalaman dan, batik Pesisiran mempunyaiperbedaan dalam segi pewarnaan, dan
motif. Batik pedalaman mempunyai warna-warna naturalseperti biruu, coklat, dan putih,
dan mempunyai filosofi tersendiri, sementara batik pesisiranmempunyai warna yang lebih
beragam, dan lebih mecolok.Daerah pesisiran Pulau Jawa yang masih aaktif dalam membatik
yaitu, Cirebon, Madura,,Pekalongan, sementara Lasem adalah daerah yang mulai langka para
pembatiknya, untukmelestarikan, dan mengenal batik lasem, lebih lanjut maka batik lasem-
lah yang Saya angkatmenjadi tema, pada esai ini.

4
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian batik Lasem


Batik lasem sering disebut batik laseman merupakan batik bergaya pesisir yang kaya motif
dan warna. Nuansa multikultur sangat terasa pada lembaran batik lasem. Kombinasi motif dan warna
btik lasem yang terpengaruh desian budaya tionghoa, jawa, laem, belanda, champa, Hindu, Buddha
serta islam tampak terpadu demikian serasi, anggun dan memukau dengan warna merah yang sangat
terkenal dikalangan pecinta batik

Motif Batik Lasem secara umum hanya ada dua motif, yakni motif Cina dan non Cina Batik
Lasem Motif Non Cina, yakni Batik Tulis Lasem yang motif-motifnya tidak dipengaruhi oleh budaya
Cina. Motif Batik Lasem ini didominasi motif batik Jawa, diantaranya motif Sekar Jagad. Kendoro
Kendiri. Grinsing. Kricak/Watu Pecah, Pasiran, Lunglungan, Gunung Ringgit. Pring-pringan, Pasiran
Kawung, Kawung Mlathi, Endok Walang. Bledak Mataraman, Bledak Cabe, Kawung Babagan.
Parang Rusak. Parang Tritis. Latohan, Ukel. Alge. Ceplok Piring. Ceplok Benik. Sekar Srengsengan,
Kembang Kamboja, dan Sido Mukti.

Batik Lasem Motif Cina, yakni Batik Tulis Lasem yang motifnya dipengaruhi budaya China,
bahkan unsur orientalnya sangat kental dan dominatif, diantaranya motif fauna Cina plus non Cina.
Contoh motif fauna Cina motif burung hong (phoenix) yang dikenal sebagai Lok Can. naga (liong),
kilin, ayam hutan, ikan emas, kijang, kelelawar, kupu-kupu. kura-kura, ular, udang, kepeting, dan
sebagainya. Motif fauna Cina ini berkolaborasi dengan motif batik Jawa, seperti parang, udan riris,
kawung, kendoro kendiri, sekar jagad, anggur-angguran, dan sebagainya. Motif Flora Cina plus motif
non Cina, misalnya bunga seruni (chrysanthemum), peoni, magnolia, sakura (cherry blossom),
bamboo. dsb. Motif flora Cina ini juga sering bersimbiosis mutualisme dengan motif batik Jawa.

Motif lain bergaya Cina selain flora dan fauna plus motif batik non Cina. Contohnya motif
kipas, banji, delapan dewa (pat sian), dewa bulan, koin uang (uang kepeng). Motif kombinasi Cina
plus motif batik non Cina. Maksud kombinasi motif disini adalah dalam satu Batik Lasem keindahan
motif fauna dan flora Cina berbaur dengan keindahan motif- motif batik Jawa. Masing-masing motif
ini memiliki makna tersendiri yang sangat kaya nilai.

Beberapa contoh motif batik lasem.

5
B. Histori batik lasem

Secara etimologi, kata batik berasal dari bahasa Jawa yaitu ambhatik dari kata amba yang
berarti lebar atau luas, dan titik yang berarti titik atau matik. Kedua kata ini digabungkan
membentuk kata batik yang dikenal oleh masyarakat.Tradisi membatik yang merupakan
warisan nenek moyang ini sampai sekarang masih dilestarikan dengan baik. Bahkan, batik
sudah berganti menjadi tren yang modern sehingga dapat digunakan oleh segala kalangan
usia mulai dari anak muda hingga orangtua.

Secara administratif, Lasem merupakan sebuah kecamatan di kawasan Rembang, Jawa


Tengah. Daerah ini menjadi wilayah awal pendaratan orang Tiongkok di tanah Jawa sehingga
membuatnya dijuluki Tiongkok Kecil.Sejarah panjang dalam melestarikan keragaman budaya
dan etnis telah tercatat dalam perjalanan kawasan mungil di pesisir utara Pulau Jawa tersebut.
Toleransi antar masyarakat di sini sudah dikenal sejak dulu. Adanya 241 rumah kuno di
sepanjang jalan dan gang perkampungan seolah menguatkan posisinya sebagai “rumah” bagi
lusinan budaya dan tradisi. Tingginya kadar toleransi dibuktikan dengan tiadanya catatan
konflik antaretnis yang pernah terjadi di Lasem. Saat perayaan Imlek, kelenteng membuka
diri bagi siapa pun untuk saling bertemu dan menikmati makanan khas tahun baru.
Sebaliknya, santri yang menimba ilmu di pondok pesantren pun hidup berdampingan dengan
masyarakat Tionghoa.

Toleransi tinggi turut diperkaya dengan batik di lasem yang motifnya sangat unik. Bisa
ditebak, batik di kawasan ini merupakan perpaduan antar dua budaya, yakni Jawa dan
Tionghoa.Merujuk laman Good News From Indonesia, sejarah mencatat bahwa munculnya
batik lasem melekat dengan Laksamana Cheng Ho. Lasem adalah tempat mendarat pertama
kali pasukan Laksamana Cheng Ho juga masyarakat Tionghoa pada masanya. Dalam Babad
Lasem (Kisah Lasem) yang ditulis ulang oleh Raden Panji Kamzah pada tahun 1858,
dikisahkan bahwa Bi Nang Un selaku anak buah kapal Dhang Puhawang Tzeng Ho dari
Tionghoa bersama istrinya Na Li Ni memutuskan untuk tinggal di Bonang, Jawa Tengah.Dari
babad tersebut diyakini bahwa Na Li Ni atau Si Putri Campa adalah orang pertama yang
memperkenalkan teknik membatik pada abad ke-15. Masa keemasan perusahaan batik yang
dibangun oleh orang-orang Tionghoa Lasem dimulai sekitar 1860-an.

Produksi batik saat itu merupakan usaha yang paling menguntungkan setelah
perdagangan candu. Pengusaha batik Lasem mengandalkan 2.000-an pekerja untuk proses
artistik dan 4.000-an pekerja untuk proses lainnya.Na Li Ni terus membatik hingga hasil
batiknya dikirim ke seluruh wilayah Nusantara oleh para pedagang menggunakan kapal.
Berkat keunikan motifnya, pada awal abad ke-19 batik lasem mengalami masa jaya sampai
berhasil diekspor hingga ke Thailand dan Suriname.Jelang 1970-an, batik Lasem mulai
mengalami kemunduran. Merujuk laman National Geographic, terungkap fakta bahwa
industri batik pada tahun 1970-an mencapai titik tertinggi hingga mencapai 144 perusahaan
batik dan pada tahun 2015 hanya terdapat 30 perusahaan batik tulis Lasem di seluruh
Kabupaten Rembang.

6
C. Bahan yang digunakan dan Proses pembuatan batik Lasem

dapun bahan dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan Batik Lasem adalah sebagai
berikut :
a. Kain mori putih dengan beragam kualitas dan kain jenis primisima (katun halus)
b. Malam (lilin/wax)
c. Canting
d. Pewarna kimia atau soga
e. Gawangan.
Proses pembuatan batik Lasem secara garis besar dapat dideskripsikan sebagai berikut :
a. Mencuci, yaitu kain mori dibersihkan dengan cara direndam semalaman kemudian pagi
harinya dicuci sampai bersih.
b. Nganji yaitu kain mori putih yang sudah bersih kemudian diberi cairan kanji encer.
Tiap potong kain membutuhkan 10-20 gram kanji yang dilarutkan kedalam ½ liter air.
c. memberi motif dengan menggunakan lilin (malam) pada salah satu penampang atau
permukaan kain mori kemudian nerusi yaitu permukaan sebaliknya perlu juga digambar
lagi atau diblat.
d. menutup gambar dengan lilin agar gambar-gambar yang dikehendaki tetap berwarna
putih.
e. kemudian dicelupkan ke dalam bak yang berisi larutan indigo.
f. agar warna biru yang dikehendaki tetap berwarna biru, maka kain yang putih perlu
ditutup dengan lilin atau malam agar jangan sampai tercampur dengan warna lain,
kegiatan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan canting.
g. tahapan melipat kain batik sesuai dengan jenis dan ukuran.
j. memukul kain-kain batik yang sudah dilipat dengan menggunakan alas dan alat
pemukul dari kayu jati sehingga akan menghasilkan batik tulis yang halus dan terlipat
dengan rapi dan siap dipasarkan.

7
D. Ciri khas batik Lasem

Batik Lasem merupakan seni batik tulis gaya pesisiran yang kaya warna dan memiliki ciri
multikultural, sebagai akibat akulturasi banyak budaya, khususnya budaya Cina dan budaya Jawa.
Secara umum pada batik Lasem kita jumpai kombinasi motif khas Cina dan motif Jawa. Motif Cina
disini dapat berupa fauna (burung hong atau phoenix, kilin, liong atau naga, ikan mas, kelelawar,
ayam hutan dan sebagainya), motif flora (bunga seruni, delima, magnolia, peoni, sakura, dan
sebagainya), motif geometris (banji, swastika, dan lain-lain), motif benda alam (awan, gunung,
rembulan, dan sebagainya), serta motif Cina lainnya (mata uang, gulungan surat, dan sebagainya).
Sedangkan motif Jawa pada umumnya merupakan motif geometris khas batik vorstenlanden
(Surakarta dan Jogjakarta) seperti parang, lereng, kawung, udan liris dan sebagainya.

Silang budaya lainya terjadi melalui warna. Warna dominan batik Lasem adalah merah, niru,
soga, hijau, ungu, hitam, krem (kuning muda) dan putih. Pilihan warna ini terjadi sebagai akibat dari
pengaruh budaya tersebut. Warna merah darah menegaskan pengaruh budaya Cina. Warna Biru
dipengaruhi oleh budaya Belanda tau Eropa. Warna Soga mencerminkan pengaruh budaya Jawa, yaitu
diambil dari warna soga pada batik Surakarta. Sedangkan warna hijau berasosiasi dengan komunitas
Muslim.

Meskipun merupakan akulturasi banyak budaya, batik lasem hanya mengenal 2 macam motif. Secara
umum motif batik Lasem dibedakan sebagai:

1. Motif Cina, yaitu motif yang dipengaruhi budaya Cina. Motif ini antara lain: burung hong, lok can,
banji, pat sian, dil

2. Motif non-Cina, merupakan motif yang tidak dipengaruhi oleh budaya Cina, antara lain: sekar
jagad, gringsing, pasiran, bledak, kawung mlati, dan lain-lain.

Semua motif dan warna khas Cina seharusya memiliki arti sosial-filosofi. Sebagai contoh:
kupu -kupu artinya kesetiaan cinta kasih dan kegembiraan, kilin artinya kebijaksanaan, naga artinya
keagungan, burung hong atau phoenix artinya kebajikan atau prestasi atau mempelai perempuan dan
keabadian, kelelawar artinya umur panjang, kebahagiaan, warna merah artinya kebahagiaan, dan
seterusnya.

Demikian pula pada motif dan warna non Cina (baca: Jawa), artinya simbolik kurang dikenal
(kecuali motif yang dipengaruhi oleh gaya batik pedalaman, seperti batik Solo dan batik Yogya,
misalnya parang rusak dan sido mukti). Jikapun ada pembatik yang mencoba memberi arti pada suatu
motif, inisiatif tersebut bersifat individual dan subyektif. Sebagai contoh: motif 'kendoro kendiri'
diartikan 'majikan-bawahan' oleh seorang pengamat batik di Lasem, tetapi mungkin tidak memiliki
arti apa-apa bagi para pengusaha pembatik lainnya. Motif 'kricak* atau 'watu pecah' oleh seorang
pembatik diartikan sebagai 'kenangan atas kricak sebagai bahan pembuatan jalan yang membawa
banyak korban pekeria paksa di Lasem'. Pembatik lain melihat 'kricak' sebagai 'tanah bebatuan di
Lasem yang kering dan sering tampak 'retak-retak'.

8
Bentuk-bentuk yang diterapkan dalam batik lasem merupakan bentuk dinamis dan ekspresif.
Misalnya pada kain batik gendongan lasem, dilihat dari garis-garis motifnya. Garis-garis diagonal
memberikan kesan sesuatu yang tidak stabil, bergerak atau dinamis. Bentuk ekspresif dapat terlihat
dari ragam motif yang dibuat secara bebas berdasarkan imajinasi, persepsi, maupun penafsiran dari
penggambar terhadap objek. Bentuk ekspresif juga termasuk gambar yang dilebih-lebihkan atau
dramatisasi dengan bebas bahkan abstrak. Misalnya penerapan bentuk stilasi penggambaran burung
hong menjadi burung kuao sebagai ragam motif batik lasem.

E. Penerapan batik lasem

Penggunaan Batik Lasem dengan motif pagi-sore sangat berhubungan erat dalam implementasi
konsep busana berkelanjutan yakni suatu gerakan global yang mainstream dalam industri mode
dengan tujuan melestarikan dan mengurangi kerusakan lingkungan, melestarikan kebudayaan lokal,
dan meningkatkan perlakuan etis terhadap pekerja (Watson & Yan, 2013) [7].

Konsep busana bergaya Streetwear yang didesain dengan material utama motif pagi-sore dari
Batik Lasem ini menerapkan ide busana berkelanjutan. Berdasarkan Trend Forecasting Spring
Summer 21/22 by Ichwan Toha dan Indonesia Fashion Chamber, rekomendasi busana Streetwear ini
didesain dengan mengangkat tema Modest Wear dan subtema Eccentric. Pada kedua busana
Streetwear tersebut menampilkan nuansa etnik klasik (dari pemilihan warna motif pagi-sore Batik
Lasem) dan modern (dari siluet busana dan rekonstruksi material kain yang digunakan). Dengan
demikian, persepsi kuno dari kain batik, sama sekali berlawanan dengan hasil tampilan akhir desain
busana yang dihasilkan. Sebagaimana yang diuraikan Aryani (2018), bahwa penggunaan kain
tradisional sebagai material busana kontemporer ini termasuk salah satu upaya meningkatkan rasa
cinta terhadap budaya dan tradisi adi luhung Bangsa Indonesia.

9
III. SIMPULAN

Simpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:


▪ Terdapat empat jenis motif khas berdasarkan corak yang ada pada Batik Lasem.
▪ Motif Batik Lasem saat ini selain menggunakan warna khas yakni abang getih
(merah darah) dalam batik tulisnya, juga mulai bereksperimen dengan warna-warna
lain terutama dalam motif pagi-sore.
▪ Motif pagi-sore Batik Lasem dapat digunakan sebagai material busana kontemporer
untuk target remaja atau dewasa muda.

10
IV. DAFTAR PUSTAKA

Aryani, D. I. (2020). PESONA BATIK LASEM DAN PESONA BATIK LASEM DAN
BERKONSEP KONTEMPORER.

Fitinline. (2020, February 14). 10 Tahap Pembuatan Kain Batik Lasem dengan Teknik Canting Tulis
Yang Mudah di praktekkan . Diambil kembali dari fitinline.com:
https://fitinline.com/article/read/10-tahap-pembuatan-kain-batik-lasem-dengan-teknik-
canting-tulis-yang-mudah-dipraktekkan/

PENGARUH BUDAYA CINA TERHADAP MOTIF BATIK LASEM. . (t.thn.).

Ramadhini, E. S. (t.thn.). Mengulik Sejarah Panjang Batik Lasem dan Ragam Motif yang Kaya
Makna. Diambil kembali dari id.theasianparent.com: https://id.theasianparent.com/batik-
lasem/amp

11

Anda mungkin juga menyukai