Disusun Oleh :
NAFI RIZKY FAUZAN 142170069
Dosen Pembimbing :
Dr. Sri Suryaningrum. M.Si., Ak., CA
0
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena saya dapat
menyusun laoporan mengenai Perkembangan Batik di daerah DIY dan Jawa Tengah
terkhusus Batik Kudus. Laporan ini berisi tentang perkembangan batik di daerah
Kudus untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Strategik.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan masih jauh dari
kata sempurna sehingga saya selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
1
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa apa yang terdapat pada makalah ini adalah benar-
benar saya buat sendiri, bukan menjiplak dari tugas teman manapun dan materi
mengenai sejarah dan lain-lain diambil dari web yang telah dicantumkan pada daftar
pustaka. Makalah ini dibuat juga untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu Mata
Kuliah Manajemen Strategi, Ibu Sri Suryaningsum, DR, SE, MSi, AK.
2
Sejarah Batik Kudus
Saat era tahun 1935 batik Kudus sudah mulai ada dan berkembang pesat pada era
1970an. Corak dan motif batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin
batik Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk asli atau
pribumi.
Corak batik Kudus lebih condong ke batik pesisiran yang ada kemiripan dengan batik
Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus
yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik saudagaran,
yang mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya dengan isen-isennya.
Kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas, motif yang dibuat coraknya
lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan batik mataraman (warna sogan).
Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh
budaya sekitar dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran. Motif yang dibuat
mempunyai arti untuk acara akad nikah ada corak Kudusan seperti busana kelir,
burung merak dan adapula motif yang bernafaskan budaya Islam atau motif Islamic
Kaligrafi. Motif yang bernafaskan kaligrafi karena dipengaruhi sejarah walisongo
yang berada di Kudus yaitu Sunan Kudus (Syech Dja’far Shodiq) dan Sunan
Muria (Raden Umar Said), corak yang bernafaskan Islam karena pengrajin batik
banyak berkembang disekitar wilayah Sunan Kudus atau dikenal dengan Kudus
Kulon.
Salah satu motif yang juga sangat dikenal di Kudus adalah motif kapal
kandas menurut sejarah yang dituturkan juru kunci Gunung Muria ada kaitan dengan
sejarah kapal dampo awang milik Sampokong yang kandas di Gunung
Muria, menurut sejarahnya pada masa itu terjadi perdebatan antara Sunan Muria
(Raden Umar Said) dengan Sampokong.
Menurut Sampokong gunung yang dilewati adalah merupakan lautan tetapi Sunan
Muria keyakinan itu adalah gunung sampai akhirnya kapal Dampo Awang kandas di
3
Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan tanaman obat-obatan
yang sampai sekarang tumbuh subur di Gunung Muria salah satunya adalah buah
parijoto yang diyakini oleh masyarakat sekitar untuk acara 7 bulanan supaya anaknya
bagus rupawan.
Tumbuhan yang ada di Gunung Muria adalah pohon Pakis Haji yang pada zaman
Sunan Muria dipakai sebagai salah satu tongkat Sunan Muria dan sampai sekarang
kayu pakis haji diyakini oleh masyarakat sekitar bisa mengusir hama salah satunya
tikus, karena motif tersebut mempunyai alur seperti ular dan ukiran seperti kaligrafi.
Pada era 80an Batik Kudus mengalami kemunduran karena sudah tidak ada pengrajin
yang berproduksi lagi karena adanya perkembangan batik printing maka pengrajin
batik Kudus banyak yang gulung tikar dan akhirnya masyarakat Kudus lebih senang
bekerja sebagai buruh pabrik rokok karena banyaknya industri rokok di Kudus.
Batik Kudus coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada kemiripan dengan
batik Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan.
Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau
batik saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya
dengan isen-isennya. Dan kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas,
motif yang dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan
batik mataraman (warna sogan).
Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi
oleh budaya sekitar dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran.
Motif yang dibuat mempunyai arti ataupun kegunaan misalnya untuk acara
akad nikah ada corak Kudusan seperti busana kelir, burung merak dan adapula
motif yang bernafaskan budaya Islam atau motif Islamic Kaligrafi. Motif yang
bernafaskan kaligrafi karena dipengaruhi sejarah walisongo yang berada di
Kudus yaitu Sunan Kudus Syech Dja’far Shodiq dan Sunan Muria Raden Umar
4
Said, corak yang bernafaskan Islam karena pengrajin batik banyak berkembang
disekitar wilayah Sunan Kudus atau dikenal dengan Kudus Kulon.
Beberapa motif batik yang kini telah ada mampu menyedot banyak peminat,
baik dari Kudus sendiri maupun dari luar Kudus. Bahkan tidak jarang
wisatawan yang datang dari mancanegara juga ikut menaruh hati terhadap
batik Kudus.
Ada dua macam jenis batik yang kini tengah diproduksi. Pertama yaitu batik
tulis yang mana proses pembuatannya menggunakan canting. Selain itu batik
cap. Keduanya hampir tidak bisa dibedakan saat sudah jadi. Hanya saja, untuk
batik tulis memiliki banderol harga lebih mahal karena prosesnya yang cukup
lama serta rumit
5
pembuatannya ini merupakan bagian dari batik pesisir. Ternyata, batik ini punya
sejarah yang menarik lho!
Sebagai pusat kota yang berada di sekitar Kerajaan Demak, yang pada waktu itu
pemerintahan Kota Kudus berada dibagian barat disekitar komplek Masjid Menara.
Ini ditandai dengan munculnya Batik dengan ciri khusus tata warna atau yang disebut
Babaran, Langgar Dalem dan Kerjasan. Dua desa ini yang dahulu merupakan daerah
pembatikan yang paling tertua dengan warna Soga Kudusan (warna coklat khusus),
warna biru dan hitam. Dua daerah ini berada di area Menara Kudus.
6
warna, yakni Kuning Coklat dan Orange. Apabila tiga warna tersebut, coklat hijau
dan biru ditambah merah maka disebut Laseman.
Seorang peneliti batik dari Amerika Serikat, Inger McCabe Elliot, dalam bukunya
Batik Fabled Cloth of Java, menyebut bahwa batik di Jawa telah ada sejak abad ke
16. Ia menyebut Sir Thomas Raffles sebagai sosok yang luar biasa, karena
kedatangannya ke Jawa telah memicu lahirnya industri batik di pulau Jawa. Menurut
catatan KRHT Hardjonagoro (Go Tik Swan) ahli batik dari Surakarta, batik mulai
menemukan bentuk formalnya pada zaman Sultan Agung yaitu pada awal abad 17.
Corak dan motif batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin batik
Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina maupun pengrajin penduduk asli. Seorang
pengrajin pada masa itu harus mengikuti pakem-pakem warisan leluhur untuk
membuat satu buah kain batik, dipercaya dengan mengikuti tahapan-tahapan itu akan
tercipta sebuah karya seni tinggi kain batik.
7
Berdasarkan riset, Batik Kudus mempunyai makna positif diantaranya Gabah Mawur
yang melambangkan kesejahteraan suatu bangsa, Moto Iwak adalah simbol yang
mempunyai makna kejelian dalam melihat atau berpikir, Mretu Sewu artinya
persatuan bangsa, Kembang Randu kemurahan sandang, dan motif Merak Katleya
artinya pengaruh dari budaya cina yang melambangkan keanggunan. Makna batik
aliran klasik Kudus tak hanya sekedar nilai sejarah. Tetapi lebih kepada filosofi hidup
yang mengajarkan manusia tentang nilai-nilai kebaikan untuk dapat dilakukan sehari-
hari baik dimulai dari diri sendiri maupun untuk orang lain.
Sangat disayangkan bahwa pada tahun 1980an produksi batik Kudus mengalami
penurunan. Industri batik rakyat semakin tersingkir oleh membanjirnya batik cap dan
printing yang harganya jauh lebih murah dari batik kudus. Jumlah pembuat batik
Kudus juga semakin sedikit karena generasi yang lebih muda lebih tertarik untuk
bekerja sebagai buruh industri dan pabrik karena pekerjaannya tidak berat dan upah
yang lebih tinggi. Batik Kudus hampir tidak dikenal lagi, ditinggalkan oleh
komunitas pembuatnya dan pemakainya. Yang tertinggal hanya pembatik – pembatik
senior berusia lebih dari 60 tahun, itupun jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Memasuki tahun 2011 pengrajin dan produksi Batik Kudus mulai menggeliat lagi.
Dari hasil pembinaan pengrajin batik kudus yang dilakukan oleh Bakti Budaya
Djarum Foundation, Batik Kudus pun memasuki era baru dengan melakukan
pengembangan motif, akan tetapi tetap menjaga pakem kekhasan dari Batik Kudus.
8
Bakti Budaya Djarum Foundation giat membangun kelompok pembatik muda di
Kudus, menggagas pembinaan serta mengadakan pelatihan secara rutin demi
mengangkat dan menghidupkan kembli industri dan motif Batik khas Kudus.
Usaha ini terbukti berhasil. Batik Kudus bahkan sempat tampil di Inggris dan New
York dalam karya Balijava dari desainer papan atas Denny Wirawan. Diharapkan
Batik Kudus dapat diterima oleh para pencinta Batik tanah air dan memberikan
dampak pada masyarakat Kudus.
Batik Indonesia yang sudah diakui Unesco sebagai salah satu warisan budaya,
memang mampu menarik perhatian dari masyarakat di penjuru dunia. Mereka
menganggap bahwa batik Indonesia lebih keren dan bagus dari negara lain.
Hal itu juga disampaikan salah satu warga negara Singapura yang kemarin
berkunjung ke Galeri Muria Batik Kudus, di Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog.
9
Menurut Teresa, satu dari dua tamu yang berkunjung ke sana, mengatakan jika batik
Indonesia memang lebih keren.
”Kalau dibandingkan batik negara lain, batik punya kamu (Indonesia, red) lebih
bagus. Itu benar sekali,” terangnya kepada pemilik Galeri Muria Batik Kudus Yuli
Astuti, dalam satu kesempatan.
Menurut mereka, membuat batik adalah salah satu dari pekerjaan yang mungkin
paling rumit. ”Saya sudah pernah mencobanya satu kali di Singapura. Tapi ketika
mencoba lagi di sini, wah ternyata memang cukup membuat capek, ya,” kata Teresa.
Yuli mengatakan, galerinya memang sering menjadi jujugan warga asing yang ingin
mengetahui proses membatik. Itu sebabnya, pihaknya selalu menyediakan waktu jika
ada tamu yang memang datang untuk belajar. ”Silakan saja datang, dan belajar
langsung bagaimana membatik. Sehingga bisa mengetahui bagaimana sebenarnya
selembar kain batik itu dibuat,” katanya.
Bahkan, Yuli juga menemukan bahwa batik yang dijual di negara-negara tersebut,
adalah batik yang berasal dari beberapa kota di Indonesia. Misalnya Pekalongan dan
Solo. Namun dijual dengan harga yang cukup tinggi.
”Selembar kain batik yang memang murah di Indonesia, dijual dengan harga yang
cukup tinggi di luar negeri. Mencapai ratusan ribu rupiah. Ini berarti kan, sebenarnya
10
peluang bagi kita untuk menjual juga batik kita di luar negeri secara langsung,”
paparnya.
Di tengah derasnya tren mode masa kini yang digemari para generasi muda, wastra
Nusantara seperti batik tetap memiliki tempat khusus di hati masyarakat Indonesia.
Sekarang, busana batik tidak hanya dikenakan oleh orangtua, tapi generasi muda pun
tidak malu dan canggung mengenakan batik dalam berbagai kesempatan.
Namun, tidak banyak yang mengenali ragam motif batik yang begitu beragam karena
setiap daerah di Jawa memiliki motif batik sendiri yang unik dan indah.
Salah satu motif batik yang kini tengah kembali menggeliat adalah batik Kudus. Nah,
seperti apa batik Kudus dan karakteristiknya dibandingkan dengan batik lainnya?
Yuli Astuti, penggiat batik Kudus dan pemilik galeri Muria Batik Kudus, batik Kudus
merupakan salah satu golongan batik pesisir, seperti batik Pekalongan, batik Jepara,
maupun batik Lasem. Jadi, batik ini pun memiliki warna yang cerah dengan motif
unik yang begitu khas dan mudah dikenali.
Satu hal yang membedakan batik Kudus dengan batik lainnya menurut Yuli adalah
akulturasi budaya antara budaya China, pribumi, dengan unsur Islam.
Hal ini mudah dipahami, karena Kudus merupakan asal dari dua Wali Songo
penyebar Islam di Tanah Jawa, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria. Sehingga, ada
unsur-unsur tersebut dalam motif batik Kudus.
11
Aksen Islam dalam batik Kudus hadir dalam motif-motif seperti Menara Kudus,
kaligrafi Islami, dan sebagainya.
Namun, motif batik Kudus juga mengandung kearifan lokal masyarakat Kudus. Hal
ini terlihat dari munculnya motif seperti Kapal Kandas, Parijotho, Gebyok, dan isen-
isen beras kecer.
“Motif batik Kudus misalnya adalah Parijotho yang amat dikenal oleh masyarakat
Kudus. Motif lainnya adalah Menara Kudus, Gebyok, Pakis Haji, Bulusan, Kapal
Kandas, dan sebagainya. Kami menghadirkan folklor dalam motif dan unsur budaya
asli Kudus dalam motif batik,” ujar Yuli di sela-sela bedah buku Batik Kudus The
Heritage di Galeri Indonesia Kaya, Senin (26/10/2015).
Selain itu, karakteristik lain batik Kudus adalah pemilihan warna. Batik Kudus
biasanya dominan dengan warna tradisional sogan atau warna cokelat maupun biru
indigo.
Warna sogan sebenarnya kental terlihat pada batik-batik dari Yogyakarta maupun
Solo. Namun, kehadiran warna sogan pada batik Kudus pun diisyaratkan sebagai
akulturasi maupun pengaruh yang diperoleh dari jenis batik lainnya.
12
Batik Kudus memiliki ciri yang khas pada motifnya. Motif tersebut terilhami dari
budaya serta ikon Kudus. Misalnya batik yang memiliki motif Menara Kudus,
Gerbang Kudus Kota Kretek, atau tari kretek.
Kudus - Kabupaten Kudus mempunyai produksi batik yang tak kalah dengan kota
lainnya. Bahkan, meski terkesan sederhana, namun tidak sedikit dari karya batik lokal
yang telah go international.
Di antaranya adalah batik karya Ummu Asiyati. Perempuan berusia 56 tahun ini telah
membuktikan diri, mampu membuat batik Kudus yang berkualitas.
"Kualitas batik Kudus itu tak bisa dianggap remeh. Banyak yang kualitasnya
13
membanggakan. Batik yang saya buat juga ada yang sampai diperagakan di luar
negeri," kata Ummu ditemui di gerainya, Alfa Shoofa di Jalan Raya Barat Gribig,
Kudus, (4/4/2018).
Dia bekerjasama dengan salah satu desainer kondang tanah air, Denni Wirawan.
Mereka berkeliling tempat memamerkan batik Kudus. Satu di antaranya, batik Kudus
diperkenalkan di salah satu acara di Jepang.
Lantas apa yang membuat batik Kudus mampu mencuri perhatian dunia? Menurut
perempuan peraih penghargaan dari Djarum Foundation atas dedikasi dan karyanya
dalam batik Kudus di acara Wedari, batik Kudus punya keunikan motif.
"Motif batik Kudus itu lebih rumit. Tapi rapi. Dengan pewarnaaan yang saya pakai
dalam membuat batik adalah naptol dan indigosol," bebernya.
Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan
komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Zat
warna ini merupakan zat warna yang tidak larut dalam air.
Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua
dan hanya dipakai secara pencelupan.
Sedangkan zat warna Indigosol atau bejana larut adalah zat warna yang ketahanan
lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan
dan coletan. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel.
Ada beberapa motif batik yang telah dibuatnya. Dengan 50 di antaranya telah
didaftarkan ke Kemenkumham. Di antaranya motif Menoro Parijoto, Omah Kudus,
14
Parijoto, Sekar Jagat Parijoto, Lunglungan Parijoto, Mbako Cengkeh, Lunglungan
Mbako, Liris Cengkeh, Godong Mbako, Tari Kretek, Lentog Angkring, Kuntum
Mbako, dan Kuntum Cengkeh.
Bahkan, beberapa kearifan lokal Kudus berhasil direkamnya dalam kain batik. Seperti
Gerbang Kudus Kota Kretek (GKKK), buah bukit Muria Parijoto, serta ada juga
motif batik Biola Bambu asal Kudus karya perajinnya Ngatmin.
Dirinya sengaja mematenkan motif batik buatannya. Sebab, pernah ada kasus
pembajakan motifnya. Tak tanggung-tanggung yang dia ketahui ada enam motif yang
dibajak.
Selain peduli dengan kualitas batik Kudus, pihaknya juga peduli dengan regenerasi
batik. Setiap tahunnya selalu ada siswa yang datang ke tempat produksinya untuk
belajar membatik.
15
Dirinya rela berbagi ilmu batik berkualitas dari nol sampai mereka bisa membuat
pakaian batik. Bahkan saat ini pihaknya fokus juga melakukan pembelajaran batik
kepada siswa.
"Yang saya tekankan, setiap kali mereka buat batik, harus bisa bayangkan dulu. Misal
bayangkan saat buat saku, bagaimana caranya biar enak dipandang," ujarnya.
Kabupaten Kudus memiliki motif batik yang diberi nama batik Kapal
Kandas. Menurut Yuli kenapa diberi nama Kapal Kandas karena ribuan tahun
silam kapal Sam Po Kong yang berlayar melewati pesisir Muria kandas karena
16
rusak, sehingga para penumpang asal negeri tirai bambu tersebut akhirnya banyak
yang bermukim di lereng muria, cerita tersebut akhirnya diabadikan dalam motif
batik oleh masyarakat Kudus. Batik kapal kandas ini menjadi kekayaan budaya
nasional dan merupakan salah satu motf yang paling khas dibanding batik di daerah
lain. Perempuan yang lahir pada 15 Desember 1980 ini awalnya mengikuti
pertemuan yang diadakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Rembang untuk pelatihan membatik bersama 9 orang lainnya. Dari acara tersebut ia
akhirnya mengetahui bahwa Kudus pernah berjaya dalam pembuatan batik, kemudian
ia sangat tertarik dan termotifasi untuk mengangkat kembali batik yang sempat
tenggelam di kota kretek tersebut, Yuli akhirnya memutuskan untuk menggali lebih
dalam tentang batik Kudus.
Karya batik dari Yuli diperlihatkan digalerinya yang diberi nama Muria Batik
Kudus. Selain motif batik Kapal Kandas, ada pula motif – motif yang lainnya seperti
motif Pari Jotho, Beras Kecer dan Pakis Haji dan semua motif yang dibuat
mempunyai filosofi masing – masing. Dengan usaha dan kerja keras, kurang lebih
tujuh tahun tepatnya pada tahun 2007 batik khas Kabupaten Kudus ini terkenal tidak
hanya dikancah nasional namun juga banyak diburu oleh kolektor dari luar negeri.
Selain itu banyak sekali artis dan para pejabat yang memakai batik karya Yuli
tersebut. Salah satunya adalah Ibu negara Ani Yudhoyono dan beberapa artis lain.
17
KUDUS – Akhirnya, salah satu motif batik Kudus, yaitu parijoto, diakui hak ciptanya
oleh Dirjen Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan HAM
RI. Hal itu tentu saja membuat Yuli Astuti dari Muria Batik Kudus, yang selama ini
mendaftarkan hak ciptanya, menjadi senang.
Yuli mengatakan, sebenarnya ada 10 motif batik yang kemudian didaftarkannya.
Hanya saja, proses yang lama membuatnya tidak bisa kemudian langsung diakui
seluruhnya.
”Memang susah sekali untuk mendaftarkan hak cipta atas motif-motif tersebut.
Termasuk motif parijoto ini. Prosesnya memang sangat lama, bahkan sempat juga
harus berdebat dengan kabupaten lain,” terang Yuli kepada koran muria.
Kabupaten yang juga sempat mempermasalah soal hak cipta dari motif parijoto ini
adalah Kabupaten Sleman. Yuli mengaku sempat berdebat dengan pemkab setempat,
karena Sleman mengakui bahwa parijoto adalah tanaman khas wilayah tersebut.
18
”Di lereng Gunung Merapi memang ada buah tersebut. Makanya waktu saya
mematenkan motif tersebut, didebat oleh Kabupaten Sleman. Tapi setelah kita
tunjukkan filosofi dan arti dari motif tersebut, termasuk sejarahnya, Pemkab Sleman
tidak lagi ngotot,” paparnya.
Sejak tahun 2009, Yuli memang mencoba untuk mendaftarkan berbagai motif batik
Kudus yang diciptakannya berdasar filosofi khas daerah Kudus ini. Dia tidak merasa
lelah meski harus bolak-balik memperbaiki dokumen yang dibutuhkan.
Secara resmi, motif parijoto diakui hak ciptanya adalah pada 9 Juli 2015 lalu. Saat ini,
Yuli tinggal menunggu sertifikat atas pengakuan tersebut. ”Total saya harus
menunggu 16 bulan untuk bisa mendapatkan sertifikat tersebut. Memang lama sekali.
Tapi saya lega akhirnya motif parijoto diaku sebagai milik batik Kudus,” katanya.
Morif-motif lain yang sudah terdaftar adalah Menara Kudus, parijoto kontemporer,
parijoto klasik, kapal kandas, pakis haji, bulusan, merak beras tumpah, ornament
kaligrafi, ukir gebyok Kudus, dan cerita soal kretek.
Diakui Yuli, pihaknya tidak akan berhenti untuk bisa mendaftarkan lagi jika nanti ada
motif-motif batik khas Kudus. Meski memang bukan hal yang mudah, namun hal itu
tidak akan mematahkan semangatnya.
19
20
Batik Kudus motif Buket Parijoto Motif kapal kandas diambil dari sejarah kapal dampo
awang milik sampookong yang kandas di gunung muria, kapal tersebut membawa rempah-
rempah yang berkhasiat sebagai obat-obatan yang sekarang tumbuh subur di Gunung
Muria, salah satunya Buah Parijoto yang selain sebagai obat juga diyakini oleh masyarakat
sekitar untuk acara 7 bulanan supaya anaknya bagus rupawan
Motif Batik Pakis Haji Muria, motif batik pakis haji muria diambil dari kayu pakis haji
yang tumbuh di gunung muria yang sudah ada sejak zaman Sunan Muria dan pada salah
satu tongkat Sunan Muria.
21
Batik Kudus Motif Legenda Bulusan
22
Motif Legenda Bulusan
1. Berawal dari Sunan Muria hendak mengunjungi Sunan Kudus yang melewati
Desa Sumber, tetapi Sunan Muria mendengar suara aneh seperti suara
gemericik air di malam hari.
2. Sunan Muria memerintahkan sebagian murid yang ikut untuk mencari tahu
sumber suara yang terdengan aneh dan tidak biasa di malam hari. Ternyata
ditemukan sekelompok petani yang sedang bercocok tanam.
3. Kemudian Sunan Muria memberi nasehat pada petani-petani tersebut agar
tidak mengulangi perbuatannya. Karena pekerjaan seperti bertani, berkebun
dan sebagainya sebaiknya dilakukan dipagi hari. Malam hari adalah waktu
untuk beristirahat, dengan tidak bekerja terlalu berlebihan. Karena segala
sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dan dibenci oleh Allah SWT.
23
4. Pesantren tempat Sunan Muria menyebarkan agama Islam dan mengajarkan
agama Islam kepada murid-muridnya. Banyak murid-murid Sunan Muria
yang pergi belajar dan mengaji di pesantren tersebut.
5. Sunan Muria kembali mengadakan perjalanan yang melewati daerah Desa
Sumber, dan mendengar suara aneh gemericik seperti sebelumnya. Kemudian
atas perintah Sunan Muria, dipanggil kembali petani yang bercocok tanam di
malam hari.
6. Karena sudah diingatkan berulang kali oleh Sunan Muria, bahwa pekerjaan itu
lebih tepat dilakukan di pagi hari, namun tetap dilakukan dimalam hari pula.
Tanpa sengaja Sunan Muria berbicara bahwa malam-malam berisik dengan
gemericik air, seperti bulus (kura-kura). Berubahlah petani-petani itu menjadi
bulus (kura-kura).
7. Petani-petani tersebut menyesal setelah berubah menjadi bulus (kura-kura).
Sunan Muria menganjurkan untuk hidup di rawa-rawa yang rimbun, dibawah
pohon gayam. Dan menjadikan akar-akar pohon gayam sebagai rumah dan
beranak-pinak. Semenjak itu Sunan Muria setiap Kupatan selalu melemparkan
kupat (ketupat) ke sungai atau rawa-rawa di Desa Sumber. Tradisi tersebut
masih berlangsung sampai sekarang. Kupatan merupakan hari raya ketupat
yang diadakan di Desa Sumber satu minggu setelah Lebaran, dikenal dengan
istilah Lebaran ketupat.
Motif dibuat oleh pengrajin sekaligus pemilik sanggar yaitu Ibu Yuli astuti yang
dibuat secara tradisional dengan ditulis menggunakan canting. Motif ini baru ada
satu, dan masih memerlukan penggalian nilai-nilai sejarah, dan sebagai ekspresi
pencitraan cerita rakyat dalam selembar kain batik. Motif Legenda Bulusan bisa
dibaca dengan cara Prasawiya, yaitu cara membaca gambar dari atas ke bawah. Motif
ini dibaca secara Prasawiya karena menceritakan tentang legenda dan bersifat
kerohanian atau keagamaan.
Warna dasar motif batik ini adalah merah cerah, dengan motif manusia berwarna
putih dan kontur berwarna kuning. Terdapat pula motif alam benda, yaitu motif
24
awan, bulan dan bangunan dengan warna cerah seperti biru, kuning, dan merah
muda. Selain motif-motif tesebut, terdapat motif tumbuhan yang tampak jelas pada
motif tersebut adalah penggambaran pohon Gayam, yang banyak tumbuh di Desa
Sumber. Pohon gayam merupakan pohon dengan batang yang menyerupai akar,
dengan daun yang rimbun dan menghasilkan buah yang bisa dikonsumsi. Motif
hewan juga ikut mewarnai motif tersebut, yaitu terdapat hewan air berupa bulus
(kura-kura) dengan warna kuning dibawah pohon Gayam
Ini merupakan batik Kudus yang didesain dengan motif tembakau cengkeh. Mengapa
didesain demikian? Sebab, Kudus merupakan kota yang terkenal dengan rokok
kreteknya. Sehingga, motif tersebut menjadi salah satu ciri khas dari batik Kudus itu
sendiri.
25
Batik Kudus Motif Kawung
Batik dengan corak kawung ini mempunyai makna yang melambangkan harapan agar
manusia selalu ingat akan asal usulnya. Berpola bulatan yang serupa dengan buah
Kawung (sejenis buah kelapa, yang terkadang juga dianggap sebagai buah kolang-
kaling) yang ditata rapi secara geometris. Batik Kudus yang satu ini juga dihias
dengan bunga-bunga cantik.
26
Batik Kudus Motif Gebyok
Batik Kudus memiliki corak dan motif yang sangat beragam karena pada masa itu
pengrajin batik Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk
asli atau pribumi. Batik Kudus coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada
kemiripan dengan Batik Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus
berdekatan. Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik
nyonya atau batik saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan dan
kerumitannya dengan isen-isennya. Dan kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah
ke atas, motif yang dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan
batik mataraman (warna sogan).
Pembatik yang terkenal era itu di Kudus adalah GS Liem, TS Ing dan Pho An Nyo.
Batik Kudus tersalip oleh daerah lain, seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan
27
Yogyakarta, karena persaingan lokal yang sangat ketat antara pengusaha batik
pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa
Motif Gebyok
Motif Gebyok adalah semacam partisi khas Jawa yang digunakan untuk sekat antar
ruang dalam rumah. Fungsinya bukan hanya sebagai partisi, tapi juga sebagai pintu
dan juga pengganti dinding. Kudus juga terkenal dengan gebyok. Jadi tak heran bila
salah satu batiknya diberi motif gebyok.
Batik Kudus: Motif Merak Pelataran Beras Wutah Motif merak pelataran beras wutah
merupakan motif dengan isen-isen beras wutah (kecer) yang merupakan lambang
kesuburan dan kemakmuran.
28
KERANGKA KERJA ANALITIS FORMULASI STRATEGI
KOMPREHENSIF
29
Ancaman Bobot Peringkat Rata-Rata
Tertimbang
TOTAL 1 2,80
Faktor
Kesukses Bob Peringk Skor Peringk Skor Peringk Skor
an ot at at at
30
Penting
31
dikenal
32
baik
TOTAL 1 3,2
TAHAP 2: PENCOCOKAN
33
banyak pesaing dapat mengurangi megurangi
pendatang baru pesaing kesalahan pada
dengan inovasi- pendatang baru struktur modal
inovasi yang lebih kerja dengan
menarik mendatangkan
inovasi yang lebih
menarik
34
BCG (Boston Consuling Group) atau metode Mc. Kinsey’s Attractiveness Industry /
Company Strength Matrix.
Pendekatan analisa SPACE berusaha untuk mengatasi keterbatasan metode metode
lainnya, dengan menambahkan dua dimensi lagi pada matriks. Setiap dimensi dilihat
sebagai gabungan dari beberapa faktor yang dievaluasi secara terpisah. Dengan
memasukkan sejumlah faktor, manajer dapat melakukan evaluasi alternatif strategi
tertentu dari beberapa perspektif, dalam posisi yang lebih baik untuk menentukan
strategi yang dipilih.
Analisa SPACE terdiri dari empat input variabel / dimensi yang digunakan, yaitu :
35
Kekuatan finansial dan keunggulan bersaing merupakan dua faktor yang menentukan
dalam posisi strategi perusahaan, sedangkan kekuatan industri dan kestabilan
lingkungan menunjukkan karakteristik posisi strategi industri secara menyeluruh.
Pada diagram SPACE faktor-faktor diukur dengan skala -400 sampai +400.
36
Kekuatan Bobot Peringkat Rata-Rata
Tertimbang
37
Letak pasar yang strategis dan 0,11 3 0,33
dekat dengan pangsa pasar
38
kelemahan Bobot Peringkat Rata-Rata
Tertimbang
39
inovasi yang lebih menarik 0,20 4 0,80
40
Matriks Grand Strategi telah menjadi alat yang popular untuk
memformulasikan strategi alternative. Semua organisasi dapat diposisikan di
dalam salah satu dari empat kuadran strategi Matriks Grand Strategi.
TAHAP 3: KEPUTUSAN
41
Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM)
WT AS TAS AS TAS
42
mudah
dikenal
43
DAFTAR PUSTAKA
https://kumparan.com/@kumparannews/perjalanan-batik-kudus-kecantikannya-
mempesona-berbagai-kalangan
https://infobatik.id/sejarah-batik-kudus/
https://fitinline.com/article/read/batik-kudus/
http://batikkudus.com/2017/08/01/ciri-utama-batik-kudus/
http://jateng.tribunnews.com/2018/10/02/motif-batik-kudus-yang-tidak-ditemui-di-
batik-lain
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3954392/mengintip-cantiknya-batik-
kudus-yang-telah-go-international
https://infobatik.id/789-2/
https://muriabatikkudus.com/motif-batik-kudus/
http://www.koranmuria.com/2015/08/09/11017/parijoto-jadi-motif-batik-kudus-yang-
diakui-hak-ciptanya.html
https://id.pinterest.com/pin/396035360954255501/?autologin=true
https://infobatik.id/batik-kudus-motif-legenda-bulusan/
http://batikkudus.com/2017/07/29/mengenal-batik-kudus-lewat-motifnya/
https://infobatik.id/batik-kudus-motif-gebyok/
44