Anda di halaman 1dari 40

Kota Kudus

Tugas Perkembangan Batik di DIY dan Jateng


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategik

Disusun Oleh :
NAFI RIZKY FAUZAN 142170069

Dosen Pembimbing :
Dr. Sri Suryaningrum. M.Si., Ak., CA

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univeritas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
2019
Sejarah Batik Kudus

Saat era tahun 1935 batik Kudus sudah mulai ada dan berkembang pesat pada era 1970an. Corak
dan motif batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin batik Kudus ada yang dari
etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk asli atau pribumi.

Corak batik Kudus lebih condong ke batik pesisiran yang ada kemiripan dengan batik Pekalongan
maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin
Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan
dan kerumitannya dengan isen-isennya. Kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas,
motif yang dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan batik mataraman
(warna sogan).

Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh budaya sekitar
dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran. Motif yang dibuat mempunyai arti untuk acara akad
nikah ada corak Kudusan seperti busana kelir, burung merak dan adapula motif yang bernafaskan
budaya Islam atau motif Islamic Kaligrafi. Motif yang bernafaskan kaligrafi karena dipengaruhi
sejarah walisongo yang berada di Kudus yaitu Sunan Kudus (Syech Dja’far Shodiq) dan Sunan
Muria (Raden Umar Said), corak yang bernafaskan Islam karena pengrajin batik banyak
berkembang disekitar wilayah Sunan Kudus atau dikenal dengan Kudus Kulon.

Salah satu motif yang juga sangat dikenal di Kudus adalah motif kapal kandas menurut sejarah
yang dituturkan juru kunci Gunung Muria ada kaitan dengan sejarah kapal dampo awang milik
Sampokong yang kandas di Gunung Muria, menurut sejarahnya pada masa itu terjadi perdebatan
antara Sunan Muria (Raden Umar Said) dengan Sampokong.

Menurut Sampokong gunung yang dilewati adalah merupakan lautan tetapi Sunan Muria
keyakinan itu adalah gunung sampai akhirnya kapal Dampo Awang kandas di Gunung Muria.
Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan tanaman obat-obatan yang sampai sekarang tumbuh
subur di Gunung Muria salah satunya adalah buah parijoto yang diyakini oleh masyarakat sekitar
untuk acara 7 bulanan supaya anaknya bagus rupawan.
Tumbuhan yang ada di Gunung Muria adalah pohon Pakis Haji yang pada zaman Sunan Muria
dipakai sebagai salah satu tongkat Sunan Muria dan sampai sekarang kayu pakis haji diyakini oleh
masyarakat sekitar bisa mengusir hama salah satunya tikus, karena motif tersebut mempunyai alur
seperti ular dan ukiran seperti kaligrafi.

Pada era 80an Batik Kudus mengalami kemunduran karena sudah tidak ada pengrajin yang
berproduksi lagi karena adanya perkembangan batik printing maka pengrajin batik Kudus banyak
yang gulung tikar dan akhirnya masyarakat Kudus lebih senang bekerja sebagai buruh pabrik
rokok karena banyaknya industri rokok di Kudus.

Batik Kudus coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada kemiripan dengan batik
Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus yang
dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik saudagaran, yang
mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya dengan isen -isennya. Dan kebanyakan
dipakai oleh kalangan menengah ke atas, motif yang dibuat coraknya lebih ke arah
perpaduan antara batik pesisir dan batik mataraman (warna sogan).

Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh budaya
sekitar dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran.

Motif yang dibuat mempunyai arti ataupun kegunaan misalnya untuk acara akad nik ah
ada corak Kudusan seperti busana kelir, burung merak dan adapula motif yang
bernafaskan budaya Islam atau motif Islamic Kaligrafi. Motif yang bernafaskan kaligrafi
karena dipengaruhi sejarah walisongo yang berada di Kudus yaitu Sunan Kudus Syech
Dja’far Shodiq dan Sunan Muria Raden Umar Said, corak yang bernafaskan Islam karena
pengrajin batik banyak berkembang disekitar wilayah Sunan Kudus atau dikenal dengan
Kudus Kulon.

Motif Batik Kudus


Selain itu, ada beberapa motif lain. Misalnya motif parijoto, motif beras kecer, liris
cengkih, dan tumpal ukir.
Selain motif yang sifatnya ikonik, batik Kudus juga memiliki kekhasan lain. Di antaranya
kekhasan yang dimilikinya yaitu batiknya terkesan rapat akan hasil goresan canting.
Hampir setiap sisi kain yang dibatik tidak luput dibatik. Terutama di bagian sela -sela
motif, terdapat isen-isen atau motif untuk mengisi kekosongan pada sebuah kain yang
dibatik.

Beberapa motif batik yang kini telah ada mampu menyedot banyak peminat, baik
dari Kudus sendiri maupun dari luar Kudus. Bahkan tidak jarang wisatawan yang datang
dari mancanegara juga ikut menaruh hati terhadap batik Kudus.

Ada dua macam jenis batik yang kini tengah diproduksi. Pertama yaitu batik tulis yang
mana proses pembuatannya menggunakan canting. Selain itu batik cap. Keduanya hampir
tidak bisa dibedakan saat sudah jadi. Hanya saja, untuk batik tulis memiliki banderol
harga lebih mahal karena prosesnya yang cukup lama serta rumit

Batik Kudus memiliki ciri yang khas pada motifnya. Motif tersebut terilhami dari budaya
serta ikon Kudus. Misalnya batik yang memiliki motif Menara Kudus,
Gerbang Kudus Kota Kretek, atau tari kretek

Perjalanan Batik Kudus, Kecantikannya Mempesona Berbagai Kalangan

Membicarakan batik Indonesia, belum lengkap kalau belum menyebutkan Batik Kudus. Batik
Kudus yang terkenal dengan isen-isen rumit dalam proses pembuatannya ini merupakan bagian
dari batik pesisir. Ternyata, batik ini punya sejarah yang menarik lho!

Batik Kudus berkembang sejalan dengan perkembangan dengan kerajaan di Jawa. Diperkirakan
Batik Kudus mulai berkembang pada abad 16 yang merupakan abad permulaan masuknya
budaya Islam di tanah Jawa.

Sebagai pusat kota yang berada di sekitar Kerajaan Demak, yang pada waktu itu pemerintahan
Kota Kudus berada dibagian barat disekitar komplek Masjid Menara. Ini ditandai dengan
munculnya Batik dengan ciri khusus tata warna atau yang disebut Babaran, Langgar Dalem dan
Kerjasan. Dua desa ini yang dahulu merupakan daerah pembatikan yang paling tertua dengan
warna Soga Kudusan (warna coklat khusus), warna biru dan hitam. Dua daerah ini berada di area
Menara Kudus.

Sejalan dengan perkembangan batik di Kudus, munculah kampung-kampung pembatikan dengan


ciri khusus, diantaranya adalah Kampung Janggalan dengan corak yang masih mengikuti gaya
lama tetapi sudah muncul Batik Cap, sedangkan Kampung Kedung Paso mempunyai ciri khusus
yang disebut Babaran Kedung Paso dengan ciri warna keunguan, hijau, biru dan coklat untuk
warna ini sering disebut busono kelir. Apabila tiga warna, disebut Tri Busono. Rupanya didaerah
Kedung Paso ini adalah daerah yang paling lama berkembang sampai saat ini.

Asal muasal pewarnaan Batik Kudus dahulu menggunakan pewarnaan alam diantaranya adalah,
Tom atau Indigo Vera digunakan untuk mewarnai warna biru, Kayu Tingi untuk mewarnai
kuning sedangkan Soga untuk warna coklat. Sejalan perkembangan Batik Kudus, di awal 19
datanglah istri Residen Pati yang bernama nyonya Van Zuichlend. Beliau memperkenalkan
warna-warna kimia. Warna yang paling terkenal adalah Babaran Chungkina, tiga tata warna,
coklat hijau dan biru dan dikenal dengan nama Batik Dema'an. Pada perkembangan selanjutnya
muncu tiga warna, yakni Kuning Coklat dan Orange. Apabila tiga warna tersebut, coklat hijau
dan biru ditambah merah maka disebut Laseman.
Seorang peneliti batik dari Amerika Serikat, Inger McCabe Elliot, dalam bukunya Batik Fabled
Cloth of Java, menyebut bahwa batik di Jawa telah ada sejak abad ke 16. Ia menyebut Sir
Thomas Raffles sebagai sosok yang luar biasa, karena kedatangannya ke Jawa telah memicu
lahirnya industri batik di pulau Jawa. Menurut catatan KRHT Hardjonagoro (Go Tik Swan) ahli
batik dari Surakarta, batik mulai menemukan bentuk formalnya pada zaman Sultan Agung yaitu
pada awal abad 17.

Corak dan motif batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin batik Kudus ada
yang dari etnis keturunan Cina maupun pengrajin penduduk asli. Seorang pengrajin pada masa
itu harus mengikuti pakem-pakem warisan leluhur untuk membuat satu buah kain batik,
dipercaya dengan mengikuti tahapan-tahapan itu akan tercipta sebuah karya seni tinggi kain
batik.

Berdasarkan riset, Batik Kudus mempunyai makna positif diantaranya Gabah Mawur yang
melambangkan kesejahteraan suatu bangsa, Moto Iwak adalah simbol yang mempunyai makna
kejelian dalam melihat atau berpikir, Mretu Sewu artinya persatuan bangsa, Kembang Randu
kemurahan sandang, dan motif Merak Katleya artinya pengaruh dari budaya cina yang
melambangkan keanggunan. Makna batik aliran klasik Kudus tak hanya sekedar nilai sejarah.
Tetapi lebih kepada filosofi hidup yang mengajarkan manusia tentang nilai-nilai kebaikan untuk
dapat dilakukan sehari-hari baik dimulai dari diri sendiri maupun untuk orang lain.

Sangat disayangkan bahwa pada tahun 1980an produksi batik Kudus mengalami penurunan.
Industri batik rakyat semakin tersingkir oleh membanjirnya batik cap dan printing yang harganya
jauh lebih murah dari batik kudus. Jumlah pembuat batik Kudus juga semakin sedikit karena
generasi yang lebih muda lebih tertarik untuk bekerja sebagai buruh industri dan pabrik karena
pekerjaannya tidak berat dan upah yang lebih tinggi. Batik Kudus hampir tidak dikenal lagi,
ditinggalkan oleh komunitas pembuatnya dan pemakainya. Yang tertinggal hanya pembatik –
pembatik senior berusia lebih dari 60 tahun, itupun jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Memasuki tahun 2011 pengrajin dan produksi Batik Kudus mulai menggeliat lagi. Dari hasil
pembinaan pengrajin batik kudus yang dilakukan oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, Batik
Kudus pun memasuki era baru dengan melakukan pengembangan motif, akan tetapi tetap
menjaga pakem kekhasan dari Batik Kudus.
Bakti Budaya Djarum Foundation giat membangun kelompok pembatik muda di Kudus,
menggagas pembinaan serta mengadakan pelatihan secara rutin demi mengangkat dan
menghidupkan kembli industri dan motif Batik khas Kudus.

Usaha ini terbukti berhasil. Batik Kudus bahkan sempat tampil di Inggris dan New York dalam
karya Balijava dari desainer papan atas Denny Wirawan. Diharapkan Batik Kudus dapat diterima
oleh para pencinta Batik tanah air dan memberikan dampak pada masyarakat Kudus.

Batik Indonesia yang sudah diakui Unesco sebagai salah satu warisan budaya, memang mampu
menarik perhatian dari masyarakat di penjuru dunia. Mereka menganggap bahwa batik Indonesia
lebih keren dan bagus dari negara lain.

Hal itu juga disampaikan salah satu warga negara Singapura yang kemarin berkunjung ke Galeri
Muria Batik Kudus, di Desa Karangmalang, Kecamatan Gebog. Menurut Teresa, satu dari dua
tamu yang berkunjung ke sana, mengatakan jika batik Indonesia memang lebih keren.

”Kalau dibandingkan batik negara lain, batik punya kamu (Indonesia, red) lebih bagus. Itu benar
sekali,” terangnya kepada pemilik Galeri Muria Batik Kudus Yuli Astuti, dalam satu
kesempatan.

Teresa dan rekannya, Patricia, menyempatkan diri berkunjung ke galeri batik tersebut, untuk
melihat sejauhmana proses pembuatan batik khas dari kota ini. Termasuk juga menjajal sendiri
bagaimana membuat batik di selembar kain.

Menurut mereka, membuat batik adalah salah satu dari pekerjaan yang mungkin paling rumit.
”Saya sudah pernah mencobanya satu kali di Singapura. Tapi ketika mencoba lagi di sini, wah
ternyata memang cukup membuat capek, ya,” kata Teresa.

Yuli mengatakan, galerinya memang sering menjadi jujugan warga asing yang ingin mengetahui
proses membatik. Itu sebabnya, pihaknya selalu menyediakan waktu jika ada tamu yang memang
datang untuk belajar. ”Silakan saja datang, dan belajar langsung bagaimana membatik. Sehingga
bisa mengetahui bagaimana sebenarnya selembar kain batik itu dibuat,” katanya.
Yuli mengatakan, pihaknya memang pernah membandingkan batik yang dibuat di Indonesia
dengan negara Asia Tenggara lainnya. ”Tapi sejauh yang saya lihat dan bandingkan, memang
berbeda. Batik di sana lebih mengarah kepada lukisan. Bukan batik seperti tempat kita,”
jelasnya.

Bahkan, Yuli juga menemukan bahwa batik yang dijual di negara-negara tersebut, adalah batik
yang berasal dari beberapa kota di Indonesia. Misalnya Pekalongan dan Solo. Namun dijual
dengan harga yang cukup tinggi.

”Selembar kain batik yang memang murah di Indonesia, dijual dengan harga yang cukup tinggi
di luar negeri. Mencapai ratusan ribu rupiah. Ini berarti kan, sebenarnya peluang bagi kita untuk
menjual juga batik kita di luar negeri secara langsung,” paparnya.

Dikatakan Yuli, pihaknya memang harus bisa bersaing dengan produk-produk clothing yang
sama dari luar negeri. Terutama dari Asia Tenggara. ’Tapi saya yakin bahwa produk batik
Indonesia akan bisa bersaing, karena memiliki kekhasan tersendiri. Di mana sangat berbeda
dengan produk yang dihasilkan dari negeri lainnya,” imbuhnya.

Ciri Utama Batik Kudus

Di tengah derasnya tren mode masa kini yang digemari para generasi muda, wastra Nusantara
seperti batik tetap memiliki tempat khusus di hati masyarakat Indonesia.

Sekarang, busana batik tidak hanya dikenakan oleh orangtua, tapi generasi muda pun tidak malu
dan canggung mengenakan batik dalam berbagai kesempatan.

Namun, tidak banyak yang mengenali ragam motif batik yang begitu beragam karena setiap
daerah di Jawa memiliki motif batik sendiri yang unik dan indah.

Salah satu motif batik yang kini tengah kembali menggeliat adalah batik Kudus. Nah, seperti apa
batik Kudus dan karakteristiknya dibandingkan dengan batik lainnya?

Yuli Astuti, penggiat batik Kudus dan pemilik galeri Muria Batik Kudus, batik Kudus
merupakan salah satu golongan batik pesisir, seperti batik Pekalongan, batik Jepara, maupun
batik Lasem. Jadi, batik ini pun memiliki warna yang cerah dengan motif unik yang begitu khas
dan mudah dikenali.
Satu hal yang membedakan batik Kudus dengan batik lainnya menurut Yuli adalah akulturasi
budaya antara budaya China, pribumi, dengan unsur Islam.

Hal ini mudah dipahami, karena Kudus merupakan asal dari dua Wali Songo penyebar Islam di
Tanah Jawa, yakni Sunan Kudus dan Sunan Muria. Sehingga, ada unsur-unsur tersebut dalam
motif batik Kudus.

Aksen Islam dalam batik Kudus hadir dalam motif-motif seperti Menara Kudus, kaligrafi Islami,
dan sebagainya.

Namun, motif batik Kudus juga mengandung kearifan lokal masyarakat Kudus. Hal ini terlihat
dari munculnya motif seperti Kapal Kandas, Parijotho, Gebyok, dan isen-isen beras kecer.

Motif – Motif Batik Kudus

“Motif batik Kudus misalnya adalah Parijotho yang amat dikenal oleh masyarakat Kudus. Motif
lainnya adalah Menara Kudus, Gebyok, Pakis Haji, Bulusan, Kapal Kandas, dan sebagainya.
Kami menghadirkan folklor dalam motif dan unsur budaya asli Kudus dalam motif batik,” ujar
Yuli di sela-sela bedah buku Batik Kudus The Heritage di Galeri Indonesia Kaya, Senin
(26/10/2015).

Selain itu, karakteristik lain batik Kudus adalah pemilihan warna. Batik Kudus biasanya dominan
dengan warna tradisional sogan atau warna cokelat maupun biru indigo.

Warna sogan sebenarnya kental terlihat pada batik-batik dari Yogyakarta maupun Solo. Namun,
kehadiran warna sogan pada batik Kudus pun diisyaratkan sebagai akulturasi maupun pengaruh
yang diperoleh dari jenis batik lainnya.
Batik Kudus memiliki ciri yang khas pada motifnya. Motif tersebut terilhami dari budaya serta
ikon Kudus. Misalnya batik yang memiliki motif Menara Kudus, Gerbang Kudus Kota Kretek,
atau tari kretek.

Selain motif yang sifatnya ikonik, batik Kudus juga memiliki kekhasan lain. Di antaranya
kekhasan yang dimilikinya yaitu batiknya terkesan rapat akan hasil goresan canting. Hampir
setiap sisi kain yang dibatik tidak luput dibatik. Terutama di bagian sela-sela motif, terdapat isen-
isen atau motif untuk mengisi kekosongan pada sebuah kain yang dibatik.

Kudus - Kabupaten Kudus mempunyai produksi batik yang tak kalah dengan kota lainnya.
Bahkan, meski terkesan sederhana, namun tidak sedikit dari karya batik lokal yang telah go
international.

Di antaranya adalah batik karya Ummu Asiyati. Perempuan berusia 56 tahun ini telah
membuktikan diri, mampu membuat batik Kudus yang berkualitas.

"Kualitas batik Kudus itu tak bisa dianggap remeh. Banyak yang kualitasnya membanggakan.
Batik yang saya buat juga ada yang sampai diperagakan di luar negeri," kata Ummu ditemui di
gerainya, Alfa Shoofa di Jalan Raya Barat Gribig, Kudus, (4/4/2018).
Dia bekerjasama dengan salah satu desainer kondang tanah air, Denni Wirawan. Mereka
berkeliling tempat memamerkan batik Kudus. Satu di antaranya, batik Kudus diperkenalkan di
salah satu acara di Jepang.

"Di luar negeri yang terakhir, di Jepang," ucapnya.

Lantas apa yang membuat batik Kudus mampu mencuri perhatian dunia? Menurut perempuan
peraih penghargaan dari Djarum Foundation atas dedikasi dan karyanya dalam batik Kudus di
acara Wedari, batik Kudus punya keunikan motif.

"Motif batik Kudus itu lebih rumit. Tapi rapi. Dengan pewarnaaan yang saya pakai dalam
membuat batik adalah naptol dan indigosol," bebernya.

Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen
pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Zat warna ini merupakan
zat warna yang tidak larut dalam air.

Dalam pewarnaan batik zat warna ini digunakan untuk mendapatkan warna-warna tua dan hanya
dipakai secara pencelupan.

Sedangkan zat warna Indigosol atau bejana larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya
baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan. Warna
yang dihasilkan cenderung warna-warna lembut/pastel.

Ada beberapa motif batik yang telah dibuatnya. Dengan 50 di antaranya telah didaftarkan ke
Kemenkumham. Di antaranya motif Menoro Parijoto, Omah Kudus, Parijoto, Sekar Jagat
Parijoto, Lunglungan Parijoto, Mbako Cengkeh, Lunglungan Mbako, Liris Cengkeh, Godong
Mbako, Tari Kretek, Lentog Angkring, Kuntum Mbako, dan Kuntum Cengkeh.
Bahkan, beberapa kearifan lokal Kudus berhasil direkamnya dalam kain batik. Seperti Gerbang
Kudus Kota Kretek (GKKK), buah bukit Muria Parijoto, serta ada juga motif batik Biola Bambu
asal Kudus karya perajinnya Ngatmin.
Dirinya sengaja mematenkan motif batik buatannya. Sebab, pernah ada kasus pembajakan
motifnya. Tak tanggung-tanggung yang dia ketahui ada enam motif yang dibajak.

"Saya berhasil menanyakan si pembajak motif itu. Makanya, saya benar-benar menjaga motif
karya saya dengan baik," terangnya.

Selain peduli dengan kualitas batik Kudus, pihaknya juga peduli dengan regenerasi batik. Setiap
tahunnya selalu ada siswa yang datang ke tempat produksinya untuk belajar membatik.

Dirinya rela berbagi ilmu batik berkualitas dari nol sampai mereka bisa membuat pakaian batik.
Bahkan saat ini pihaknya fokus juga melakukan pembelajaran batik kepada siswa.

"Yang saya tekankan, setiap kali mereka buat batik, harus bisa bayangkan dulu. Misal bayangkan
saat buat saku, bagaimana caranya biar enak dipandang," ujarnya.
Jenis-jenis batik Kudus

Batik Kudus Motif Kapal kandas

Kabupaten Kudus memiliki motif batik yang diberi nama batik Kapal Kandas. Menurut
Yuli kenapa diberi nama Kapal Kandas karena ribuan tahun silam kapal Sam Po Kong yang
berlayar melewati pesisir Muria kandas karena rusak, sehingga para penumpang asal negeri tirai
bambu tersebut akhirnya banyak yang bermukim di lereng muria, cerita tersebut akhirnya
diabadikan dalam motif batik oleh masyarakat Kudus. Batik kapal kandas ini menjadi kekayaan
budaya nasional dan merupakan salah satu motf yang paling khas dibanding batik di daerah lain.
Perempuan yang lahir pada 15 Desember 1980 ini awalnya mengikuti pertemuan yang
diadakan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Rembang untuk pelatihan
membatik bersama 9 orang lainnya. Dari acara tersebut ia akhirnya mengetahui bahwa Kudus
pernah berjaya dalam pembuatan batik, kemudian ia sangat tertarik dan termotifasi untuk
mengangkat kembali batik yang sempat tenggelam di kota kretek tersebut, Yuli akhirnya
memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang batik Kudus.
Karya batik dari Yuli diperlihatkan digalerinya yang diberi nama Muria Batik Kudus. Selain
motif batik Kapal Kandas, ada pula motif – motif yang lainnya seperti motif Pari Jotho, Beras
Kecer dan Pakis Haji dan semua motif yang dibuat mempunyai filosofi masing – masing. Dengan
usaha dan kerja keras, kurang lebih tujuh tahun tepatnya pada tahun 2007 batik khas Kabupaten
Kudus ini terkenal tidak hanya dikancah nasional namun juga banyak diburu oleh kolektor dari
luar negeri. Selain itu banyak sekali artis dan para pejabat yang memakai batik karya Yuli tersebut.
Salah satunya adalah Ibu negara Ani Yudhoyono dan beberapa artis lain.

Batik Kudus Motif Parijoto

KUDUS – Akhirnya, salah satu motif batik Kudus, yaitu parijoto, diakui hak ciptanya oleh
Dirjen Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Kementerian Hukum dan HAM RI. Hal itu tentu
saja membuat Yuli Astuti dari Muria Batik Kudus, yang selama ini mendaftarkan hak ciptanya,
menjadi senang.
Yuli mengatakan, sebenarnya ada 10 motif batik yang kemudian didaftarkannya. Hanya saja,
proses yang lama membuatnya tidak bisa kemudian langsung diakui seluruhnya.

”Memang susah sekali untuk mendaftarkan hak cipta atas motif-motif tersebut. Termasuk motif
parijoto ini. Prosesnya memang sangat lama, bahkan sempat juga harus berdebat dengan
kabupaten lain,” terang Yuli kepada koran muria.

Kabupaten yang juga sempat mempermasalah soal hak cipta dari motif parijoto ini adalah
Kabupaten Sleman. Yuli mengaku sempat berdebat dengan pemkab setempat, karena Sleman
mengakui bahwa parijoto adalah tanaman khas wilayah tersebut.

”Di lereng Gunung Merapi memang ada buah tersebut. Makanya waktu saya mematenkan motif
tersebut, didebat oleh Kabupaten Sleman. Tapi setelah kita tunjukkan filosofi dan arti dari motif
tersebut, termasuk sejarahnya, Pemkab Sleman tidak lagi ngotot,” paparnya.

Sejak tahun 2009, Yuli memang mencoba untuk mendaftarkan berbagai motif batik Kudus yang
diciptakannya berdasar filosofi khas daerah Kudus ini. Dia tidak merasa lelah meski harus bolak-
balik memperbaiki dokumen yang dibutuhkan.

Secara resmi, motif parijoto diakui hak ciptanya adalah pada 9 Juli 2015 lalu. Saat ini, Yuli
tinggal menunggu sertifikat atas pengakuan tersebut. ”Total saya harus menunggu 16 bulan
untuk bisa mendapatkan sertifikat tersebut. Memang lama sekali. Tapi saya lega akhirnya motif
parijoto diaku sebagai milik batik Kudus,” katanya.

Morif-motif lain yang sudah terdaftar adalah Menara Kudus, parijoto kontemporer, parijoto
klasik, kapal kandas, pakis haji, bulusan, merak beras tumpah, ornament kaligrafi, ukir gebyok
Kudus, dan cerita soal kretek.

Diakui Yuli, pihaknya tidak akan berhenti untuk bisa mendaftarkan lagi jika nanti ada motif-
motif batik khas Kudus. Meski memang bukan hal yang mudah, namun hal itu tidak akan
mematahkan semangatnya.

”Banyak tahapan memang yang harus dilakukan. Misalnya saja pengumpulan dokumentasi
sebagai penguat bahwa karya itu benar-benar karya asli. Dan ini yang belum diperhatikan benar
oleh pelaku usaha ini. Bagaimana dokumentasi sangat penting untuk dimiliki,” terangnya.
Batik Kudus Motif Buket Parijoto
Batik Kudus motif Buket Parijoto Motif kapal kandas diambil dari sejarah kapal dampo awang milik
sampookong yang kandas di gunung muria, kapal tersebut membawa rempah-rempah yang berkhasiat
sebagai obat-obatan yang sekarang tumbuh subur di Gunung Muria, salah satunya Buah Parijoto yang
selain sebagai obat juga diyakini oleh masyarakat sekitar untuk acara 7 bulanan supaya anaknya bagus
rupawan
Batik Kudus motif pakis haji

Motif Batik Pakis Haji Muria, motif batik pakis haji muria diambil dari kayu pakis haji yang tumbuh di
gunung muria yang sudah ada sejak zaman Sunan Muria dan pada salah satu tongkat Sunan Muria.
Batik Kudus Motif Legenda Bulusan
Motif Legenda Bulusan

Bercerita tentang Legenda Bulusan yang diperingati setiap Kupatan atau satu minggu setelah
Lebaran. Cerita ini berasal dari Desa Sumber Kecamatan Jekulo dengan lima adegan pada motif
yang dibuat oleh Ibu Yuli Astuti, antara lain:

1. Berawal dari Sunan Muria hendak mengunjungi Sunan Kudus yang melewati Desa
Sumber, tetapi Sunan Muria mendengar suara aneh seperti suara gemericik air di malam
hari.
2. Sunan Muria memerintahkan sebagian murid yang ikut untuk mencari tahu sumber suara
yang terdengan aneh dan tidak biasa di malam hari. Ternyata ditemukan sekelompok petani
yang sedang bercocok tanam.
3. Kemudian Sunan Muria memberi nasehat pada petani-petani tersebut agar tidak
mengulangi perbuatannya. Karena pekerjaan seperti bertani, berkebun dan sebagainya
sebaiknya dilakukan dipagi hari. Malam hari adalah waktu untuk beristirahat, dengan tidak
bekerja terlalu berlebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik dan dibenci
oleh Allah SWT.
4. Pesantren tempat Sunan Muria menyebarkan agama Islam dan mengajarkan agama Islam
kepada murid-muridnya. Banyak murid-murid Sunan Muria yang pergi belajar dan
mengaji di pesantren tersebut.
5. Sunan Muria kembali mengadakan perjalanan yang melewati daerah Desa Sumber, dan
mendengar suara aneh gemericik seperti sebelumnya. Kemudian atas perintah Sunan
Muria, dipanggil kembali petani yang bercocok tanam di malam hari.
6. Karena sudah diingatkan berulang kali oleh Sunan Muria, bahwa pekerjaan itu lebih tepat
dilakukan di pagi hari, namun tetap dilakukan dimalam hari pula. Tanpa sengaja Sunan
Muria berbicara bahwa malam-malam berisik dengan gemericik air, seperti bulus (kura-
kura). Berubahlah petani-petani itu menjadi bulus (kura-kura).
7. Petani-petani tersebut menyesal setelah berubah menjadi bulus (kura-kura). Sunan Muria
menganjurkan untuk hidup di rawa-rawa yang rimbun, dibawah pohon gayam. Dan
menjadikan akar-akar pohon gayam sebagai rumah dan beranak-pinak. Semenjak itu Sunan
Muria setiap Kupatan selalu melemparkan kupat (ketupat) ke sungai atau rawa-rawa di
Desa Sumber. Tradisi tersebut masih berlangsung sampai sekarang. Kupatan merupakan
hari raya ketupat yang diadakan di Desa Sumber satu minggu setelah Lebaran, dikenal
dengan istilah Lebaran ketupat.

Motif dibuat oleh pengrajin sekaligus pemilik sanggar yaitu Ibu Yuli astuti yang dibuat secara
tradisional dengan ditulis menggunakan canting. Motif ini baru ada satu, dan masih memerlukan
penggalian nilai-nilai sejarah, dan sebagai ekspresi pencitraan cerita rakyat dalam selembar kain
batik. Motif Legenda Bulusan bisa dibaca dengan cara Prasawiya, yaitu cara membaca gambar
dari atas ke bawah. Motif ini dibaca secara Prasawiya karena menceritakan tentang legenda dan
bersifat kerohanian atau keagamaan.

Warna dasar motif batik ini adalah merah cerah, dengan motif manusia berwarna putih dan kontur
berwarna kuning. Terdapat pula motif alam benda, yaitu motif awan, bulan dan bangunan dengan
warna cerah seperti biru, kuning, dan merah muda. Selain motif-motif tesebut, terdapat motif
tumbuhan yang tampak jelas pada motif tersebut adalah penggambaran pohon Gayam, yang
banyak tumbuh di Desa Sumber. Pohon gayam merupakan pohon dengan batang yang menyerupai
akar, dengan daun yang rimbun dan menghasilkan buah yang bisa dikonsumsi. Motif hewan juga
ikut mewarnai motif tersebut, yaitu terdapat hewan air berupa bulus (kura-kura) dengan warna
kuning dibawah pohon Gayam
Batik Kudus Motif Tembakau Cengkeh

Ini merupakan batik Kudus yang didesain dengan motif tembakau cengkeh. Mengapa didesain
demikian? Sebab, Kudus merupakan kota yang terkenal dengan rokok kreteknya. Sehingga,
motif tersebut menjadi salah satu ciri khas dari batik Kudus itu sendiri.
Batik Kudus Motif Kawung

Batik dengan corak kawung ini mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia
selalu ingat akan asal usulnya. Berpola bulatan yang serupa dengan buah Kawung (sejenis buah
kelapa, yang terkadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara
geometris. Batik Kudus yang satu ini juga dihias dengan bunga-bunga cantik.
Batik Kudus Motif Gebyok

Batik Kudus memiliki corak dan motif yang sangat beragam karena pada masa itu pengrajin batik
Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk asli atau pribumi. Batik Kudus
coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada kemiripan dengan Batik Pekalongan maupun Lasem
karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal
dengan batik nyonya atau batik saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan dan
kerumitannya dengan isen-isennya. Dan kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas,
motif yang dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan batik mataraman
(warna sogan).

Pembatik yang terkenal era itu di Kudus adalah GS Liem, TS Ing dan Pho An Nyo. Batik Kudus
tersalip oleh daerah lain, seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta, karena persaingan lokal
yang sangat ketat antara pengusaha batik pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa
Motif Gebyok

Motif Gebyok adalah semacam partisi khas Jawa yang digunakan untuk sekat antar ruang dalam
rumah. Fungsinya bukan hanya sebagai partisi, tapi juga sebagai pintu dan juga pengganti dinding.
Kudus juga terkenal dengan gebyok. Jadi tak heran bila salah satu batiknya diberi motif gebyok.

Batik kudus Motif Merak Pelataran Beras Wutah

Batik Kudus: Motif Merak Pelataran Beras Wutah Motif merak pelataran beras wutah merupakan
motif dengan isen-isen beras wutah (kecer) yang merupakan lambang kesuburan dan kemakmuran.
KERANGKA KERJA ANALITIS FORMULASI STRATEGI KOMPREHENSIF

TAHAP 1: TAHAP INPUT

1. Matriks External Factor Evaluation (EFE)


FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL
Kesempatan Bobot Peringkat Rata-Rata
Tertimbang

Jumlah penduduk yang banyak akan


0,09 2 0,18
meningkatkan penjualan

Gaya hidup dengan menggunakan batik


0,07 1 0,07
yang didesain secara modern

Tingkat pengangguran akan berkurang


0,14 3 0,42
karena adanya lapangan pekerjaan di
kerajinan batik

Kebijakan pemerintah atau perda


0,12 3 0,36
mengenai penggunaan batik akan
meningkatkan penjualan

Kualitas pasokan bahan baku yang


0,08 2 0,16
berkualitas akan menghasilkan batik yang
berkualitas
Ancaman Bobot Peringkat Rata-Rata
Tertimbang

Tingkat inflasi memengaruhi harga jual


0,10 3 0,30
menjadi tinggi

Dengan adanya inflasi, daya beli menjadi


0,11 3 0,33
menurun

Gaya hidup yang semakin modern


0,09 2 0,18
mengganggap batik sangat old-school

Munculnya banyak pesaing pendatang baru


0,20 4 0,80
dengan inovasi-inovasi yang lebih menarik
1 2,80
TOTAL

2. Competitive Profile Matrix (CPM)


BATIK KUDUS BATIK JOGJA BATIK SOLO

Faktor
Bobot Peringkat Skor Peringkat Skor Peringkat Skor
Kesuksesan
Penting
0,20 1 0,20 2 0,40 3 0,60
Iklan
0,10 4 0,40 3 0,30 2 0,20
Kualitas
Produk
0,10 3 0,30 4 0,40 2 0,20
Harga
0,10 3 0,30 4 0,40 2 0,20
Manajemen
0,10 3 0,30 3 0,30 3 0,30
Loyalitas
Konsumen
0,40 1 0,40 4 1,60 4 1,60
Pangsa
Pasar
1,00 1,70 3,40 3,00
Total

3. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)


FAKTOR-FAKTOR INTERNAL
Kekuatan Bobot Peringkat Rata-Rata
Tertimbang

0,11 3 0,33
Kegiatan promosi yang tinggi akan
membuat produk tersebut mudah dikenal
0,13 4 0,52
Keterampilan sumber daya manusia dalam
mengolah batik menghasilkan produk yang
berkualitas
0,12 3 0,36
Kreativitas dan inovasi yang dituangkan
dalam produk batik meningkatkan
penjualan
0,11 3 0,33
Letak pasar yang strategis dan dekat
dengan pangsa pasar
0,10 3 0,30
Pengelolaan keuangan yang benar agar
menghasilkan keuntungan yang maksimal
kelemahan Bobot Peringkat Rata-Rata
Tertimbang

0,10 3 0,30
Struktur modal kerja yang tidak terarah
dalam kegiatan kerajinan batik
0,08 2 0,16
Layanan purna jual yang belum baik
0,15 4 0,60
Letak UKM yang tidak strategis
0,10 3 0,30
Sistem kerja yang tidak terkoordinasi
dengan baik
1 3,2
TOTAL
TAHAP 2: PENCOCOKAN

1. Matriks Strength-Weaknesses-Oppurtunies-Threats (SWOT)

Kekuatan (S) : Kelemahan (W):


1. Kegiatan promosi 1. Struktur modal kerja
yang tinggi akan yang tidak terarah
membuat produk dalam kegiatan
tersebut mudah kerajinan batik
dikenal
Kesempatan (O) : Strategi SO: Strategi WO:
1. Jumlah penduduk 1. Kegiatan promosi 1. Jumlah penduduk
yang banyak akan dibantu dengan yang banyak dapat
meningkatkan jumlah penduduk mengatasi struktur
penjualan yang banyak dapat modal kerja dalam
membuat kegiatan kerajinan batik
tersebut semakin membuat lebih terarah
meningkat dan meningkatkamn
penjualan
Ancaman (T): Strategi ST: Strategi WT:
1. Munculnya banyak 1. Kegiatan promosi 1. Sebaiknya megurangi
pesaing pendatang dapat mengurangi kesalahan pada
baru dengan inovasi- pesaing pendatang struktur modal kerja
inovasi yang lebih baru dengan mendatangkan
menarik inovasi yang lebih
menarik
2. Matriks Strategic Position and Action Evaluation (SPACE)

Matriks SPACE (Strategic Position and Action Evaluation), digunakan untuk evaluasi posisi
strategi. Analisa ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk menentukan posisi strategi
perusahaan dan individu bisnisnya. Ini merupakan pengembangan dari metode portofolio dua
dimensi, seperti halnya portofolio produk BCG (Boston Consuling Group) atau metode Mc.
Kinsey’s Attractiveness Industry / Company Strength Matrix.
Pendekatan analisa SPACE berusaha untuk mengatasi keterbatasan metode metode lainnya,
dengan menambahkan dua dimensi lagi pada matriks. Setiap dimensi dilihat sebagai gabungan
dari beberapa faktor yang dievaluasi secara terpisah. Dengan memasukkan sejumlah faktor,
manajer dapat melakukan evaluasi alternatif strategi tertentu dari beberapa perspektif, dalam
posisi yang lebih baik untuk menentukan strategi yang dipilih.

Analisa SPACE terdiri dari empat input variabel / dimensi yang digunakan, yaitu :

 Kekuatan Finansial (KF)

Mencakup ukuran-ukuran yang menunjukan kekuatan finansial yang dimiliki perusahaan, seperti
: profitabilitas, likuiditas, aliran uang kas, skala ekonomi.
 Kekuatan Industri (KI)

Mencakup ukuran-ukuran yang menunjukan kekuatan industri / bisnis perusahaan, seperti :


potensial pertumbuhan, kemampuam teknologi, produktivitas, intensitas kapital.

 Keunggulan Bersaing (KB)

Mencakup ukuran-ukuran yang menggambarkan keunggulan bersaing yang dimiliki perusahaan,


seperti : kualitas produk, loyalitas pelanggan, pangsa pasar, utilitas kapital.

 Kestabilan Lingkungan (KL)

Mencakup ukuran-ukuran yang mencerminkan kestabilan lingkungan perusahaan, meliputi :


perubahan teknologi, tingkat inflasi, hambatan masuk pasar, intensitas persaingan.

Kekuatan finansial dan keunggulan bersaing merupakan dua faktor yang menentukan dalam
posisi strategi perusahaan, sedangkan kekuatan industri dan kestabilan lingkungan menunjukkan
karakteristik posisi strategi industri secara menyeluruh. Pada diagram SPACE faktor-
faktor diukur dengan skala -400 sampai +400.

3. Matriks Boston ConsultingGroup (BCG)


Saya tidak Mengerjakan Matriks BCG dikarenakan tidak ada data yang valid terhadap
survey yang saya cari dalam Kota Kudus ini
4. Matriks Internal Eksternal (IE)
Matriks IE merupakan alat yang digunakan untuk memformulasikan strategi yang terkait
dengan faktor internal dan eksternal. Analisis terhadap faktor internal UKM batik Kudus
dilakukan dengan menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan faktor
eksternal dianalisis dengan menggunakan matriks External Factor Evaluation (EFE).
Tabel 2 menunjukkan hasil perhitungan skor IFE. Hasil perkalian antara rataan bobot dan
rating yang diberikan responden, Total skor yang dihasilkan pada matriks IFE adalah
2.81. Pada tabel 3 menunjukkan hasil perhitungan skor faktor eksternal. Berdasarkan
tabel 3 hasil perkalian antara rataan bobot dan rating yang diberikan responden, total skor
yang dihasilkan pada matriks EFE adalah 2.95 dimana skor ini akan menjadi input pada
matriks IE. Hasil gambar 1 menunjukkan bahwa UKM batik Kudus berada pada sel v
yang merujuk pada strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Kekuatan Bobot Peringkat Rata-Rata


Tertimbang

0,11 3 0,33
Kegiatan promosi yang tinggi akan
membuat produk tersebut mudah dikenal
0,13 4 0,52
Keterampilan sumber daya manusia dalam
mengolah batik menghasilkan produk yang
berkualitas
0,12 3 0,36
Kreativitas dan inovasi yang dituangkan
dalam produk batik meningkatkan
penjualan
0,11 3 0,33
Letak pasar yang strategis dan dekat
dengan pangsa pasar
0,10 3 0,30
Pengelolaan keuangan yang benar agar
menghasilkan keuntungan yang maksimal

Kesempatan Bobot Peringkat Rata-Rata


Tertimbang

Jumlah penduduk yang banyak akan


0,09 2 0,18
meningkatkan penjualan

Gaya hidup dengan menggunakan batik


0,07 1 0,07
yang didesain secara modern

Tingkat pengangguran akan berkurang


0,14 3 0,42
karena adanya lapangan pekerjaan di
kerajinan batik

Kebijakan pemerintah atau perda


0,12 3 0,36
mengenai penggunaan batik akan
meningkatkan penjualan

Kualitas pasokan bahan baku yang


0,08 2 0,16
berkualitas akan menghasilkan batik yang
berkualitas

kelemahan Bobot Peringkat Rata-Rata


Tertimbang

0,10 3 0,30
Struktur modal kerja yang tidak terarah
dalam kegiatan kerajinan batik
0,08 2 0,16
Layanan purna jual yang belum baik
0,15 4 0,60
Letak UKM yang tidak strategis
0,10 3 0,30
Sistem kerja yang tidak terkoordinasi
dengan baik

Ancaman Bobot Peringkat Rata-Rata


Tertimbang

Tingkat inflasi memengaruhi harga jual


0,10 3 0,30
menjadi tinggi

Dengan adanya inflasi, daya beli menjadi


0,11 3 0,33
menurun

Gaya hidup yang semakin modern


0,09 2 0,18
mengganggap batik sangat old-school

Munculnya banyak pesaing pendatang baru


0,20 4 0,80
dengan inovasi-inovasi yang lebih menarik
5. Matriks Grand Strategy

Matriks Grand Strategi telah menjadi alat yang popular untuk memformulasikan strategi
alternative. Semua organisasi dapat diposisikan di dalam salah satu dari empat kuadran
strategi Matriks Grand Strategi.

Perusahaan Batik Kudus berada di kuadran IV memiliki posisi bersaing yang kuat, namun
berada di dalam industry yang tumbuh dengan lambat. Perusahaan-perusahaan ini memiliki
kekuatan untuk meluncurkan program terdiversifikan ke area pertumbuhan yang lebih
menjanjikan: perusahaan kuadran IV memiliki karakter level aliran kas yang tinggi serta
kebutuhan pertumbuhan yang terbatas dan sering kali berhasil meraih diversifikasi yang
terkait atau tidak terkait. Perusahaan kuadran IV juga dapat melakukan joint venture.
TAHAP 3: KEPUTUSAN

Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM)

Membuka Di Kudus Membuka Di Jogja


5 toko 10 toko
WT AS TAS AS TAS

0,04 1 0,04 4 0,16


Kesempatan:
Jumlah
penduduk
yang banyak
akan
meningkatkan
penjualan
0.04 1 0,04 3 0,12
Kesempatan:
Gaya hidup
dengan
menggunakan
batik yang
didesain
secara
modern
0,07 2 0,14 3 0,21
Kekuatan:
Kegiatan
promosi yang
tinggi akan
membuat
produk
tersebut
mudah
dikenal
0,11 3 0,33 2 0,22
Kelemahan:
Letak UKM
yang tidak
strategis
0,09 3 0,27 2 0,18
Kelemahan:
Sistem kerja
yang tidak
terkoordinasi
dengan baik
0,07 2 0,14 3 0,21
Ancaman:
Tingkat
inflasi
memengaruhi
harga jual
menjadi
tinggi
https://kumparan.com/@kumparannews/perjalanan-batik-kudus-kecantikannya-mempesona-
berbagai-kalangan

https://infobatik.id/sejarah-batik-kudus/

https://fitinline.com/article/read/batik-kudus/

http://batikkudus.com/2017/08/01/ciri-utama-batik-kudus/

http://jateng.tribunnews.com/2018/10/02/motif-batik-kudus-yang-tidak-ditemui-di-batik-lain

https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3954392/mengintip-cantiknya-batik-kudus-yang-
telah-go-international

https://infobatik.id/789-2/

https://muriabatikkudus.com/motif-batik-kudus/

http://www.koranmuria.com/2015/08/09/11017/parijoto-jadi-motif-batik-kudus-yang-diakui-hak-
ciptanya.html

https://id.pinterest.com/pin/396035360954255501/?autologin=true

https://infobatik.id/batik-kudus-motif-legenda-bulusan/

http://batikkudus.com/2017/07/29/mengenal-batik-kudus-lewat-motifnya/

https://infobatik.id/batik-kudus-motif-gebyok/

Anda mungkin juga menyukai