Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PERSAMAAN LINEAR, ELIMINASI GAUSS, DAN

SISTEM PERSAMAAN LINEAR HOMOGEN

1. SISTEM PERSAMAAN LINEAR


Persamaan Linear adalah persamaan yang mana variabelnya tidak memuat
eksponensial, trigonometri, perkalian dan pembagian dengan variabel lain atau dengan
dirinya sendiri.
Persamaan linear secara umum mempunyai bentuk :
a1x1 + a2x2 + a3x3 + ... + anxn = b
dengan ai dan b adalah bilangan real, i = 1, 2, 3, ..., n.
Selanjutnya, yang disebut dengan Sistem Persamaan Linear adalah koleksi
sebanyak berhingga persamaan-persamaan linier. Bentuk umum sistem persamaan linier
dengan m persamaan dan n variabel adalah sebagai berikut :
a11x1 + a12x2 + a13x3 + ... + a1nxn = b1
a21x1 + a22x2 + a23x3 + ... + a2nxn = b2
a31x1 + a32x2 + a33x3 + ... + a3nxn = b3
: : : : :
am1x1 + am2x2 + am3x3 + ... + amnxn = bm
Yang dimaksud penyelesaian (solusi) sistem persamaan linear dengan n variabel
adalah bilangan-bilangan real x1 = r1, x2 = r2, x3 = r3, ..., xn = rn yang memenuhi persamaan
sistem linier tersebut. Sebagai contohnya, x = 3 dan y = 2 merupakan penyelesaian dari
sistem persamaan :
2x + y = 8
x + 2y = 7
Suatu Sistem Persamaan Linear (SPL) dalam kaitannya dengan solusi, mempunyai
tiga kemungkinan, yaitu:
a. SPL mempunyai solusi tunggal
Contoh :
Diberikan SPL sebagai berikut :
a+b+c=5
2a + b + 2c = 8
a + 2b + 3c = 11
SPL di atas mempunyai penyelesaian tunggal, yakni a = 1, b = 2, dan c = 2.
b. SPL mempunyai solusi tak hingga banyak
Diberikan SPL sebagai berikut :
a+b+c=5
2a + b + 2c = 8
3a + 2b + 3c = 13
Jika persamaan ke-1 dijumlahkan dengan persamaan ke-2 hasilnya akan sama dengan
persamaan ke-3. Kemudian jika hasil penjumlahan persamaan ke-1 dan ke-2
dikurangkan dengan persamaan ke-3, maka akan di dapat 0a + 0b + 0c = 0. Sehingga
SPL di atas mempunyai penyelesaian yang tak terhingga banyaknya.
c. SPL tidak mempunyai solusi
Diberikan SPL sebagai berikut :
a+b+c=5
2a + b + 2c = 8
3a + 2b + 3c = 12
SPL di atas tidak mempunyai penyelesaian dikarenakan jika persamaan ke-1
dijumlahkan dengan persamaan ke-2 hasilnya akan berbeda dengan persamaan ke-3.
Gambar ilustrasi solusi SPL pada Cartesius :

(a) Dua garis yang sejajar => Tidak punya solusi


(b) Dua garis yang berpotongan di satu titik => Hanya mempunyai satu solusi
(c) Dua garis yang berhimpitan => Mempunyai tak hingga banyak solusi
Jika suatu SPL memiliki solusi maka SPL tersebut dinamakan SPL konsisten. SPL
yang konsisten dapat dibedakan menjadi SPL independen (SPL dengan solusi tunggal)
dan SPL dependen (SPL dengan solusi tak terhingga banyak). Sementara itu, SPL yang
tidak memiliki solusi dinamakan SPL tak konsisten. Untuk menentukan solusi suatu SPL
dapat digunakan Operasi Baris Elementer (OBE), aturan cramer, dan menggunakan
matriks invers.
• Operasi Baris Elementer
Operasi Baris Elementer biasanya digunakan untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear yang memiliki banyak persamaan dan banyak variabel. SPL tersebut
direpresentasikan terlebih dahulu dalam bentuk matriks dan kemudian dilakukan Operasi
Baris Elementer.
Contoh representasi dalam bentuk matriks :
Di berikan sistem persamaan linear sebagai berikut
2𝑥 + 5𝑦 + 3𝑧 = 1
3𝑥 + 4𝑦 + 2𝑧 = −3
𝑥 + 3𝑦 + 𝑧 = 2
Maka SPL tersebut dapat ditulis dalam bentuk AX = B
2 5 3 𝑥 1
𝐴 = [3 4 2] 𝑋 = [ 𝑦] 𝐵 = [−3]
1 3 1 𝑧 2
Matriks yang berordo nx1 atau 1xn biasanya disebut vektor, sehingga SPL tersebut dapat
dituliskan sebagai AX = B
Untuk menyelesaikan SPL tersebut, maka matriks diperbesar dari matriks A dan vektor b
yang elemen-elemennya merupakan gabungan dari matriks A dan vektor b. Dinotasikan
dengan [A | b], maka :
2 5 3 | 1
[A | b] = [3 4 2 | − 3]
1 3 1 | 2
Setelah SPL tersebut direpresentasikan dalam bentuk matriks, selanjutnya akan dilakukan
Operasi Baris Elementer terhadap matriks tersebut.
Operasi Baris Elementer meliputi :
1. Menukar letak dua baris.
Contoh :
2 5 3 1 3 1
[3 4 2 ] 𝑏1 <— > 𝑏3 [3 4 2]
1 3 1 2 5 3
2. Mengalikan suatu baris dengan skalar tak nol.
Contoh :
5 3
2 5 3 1 1
[3 4 2] 𝑏1 [ 2 2]
2 3 4 2
1 3 1
1 3 1
3. Menambah suatu baris dengan kelipatan baris yang lain.
Contoh :
2 5 3 1 2 4
[3 4 2] − 𝑏3 + 𝑏1 [3 4 2]
1 3 1 1 3 1
Operasi-operasi baris elementer tersebut mempunyai tujuan membawa matriks
yang diperluas menjadi matriks dengan bentuk lebih sederhana, atau lebih tepatnya dibawa
ke bentuk eselon baris. Proses menghasilkan matriks eselon baris ini disebut eliminasi
Gauss. Jika matriks yang dihasilkan merupakan matriks eselon baris tereduksi,
prosesnya disebut eliminasi Gauss-Jordan.

2. ELIMINASI GAUSS
Eliminasi gauss ditemukan oleh Carl Friedrich Gauss, metode ini dapat
dimanfaatkan untuk memecahkan sistem persamaan linear dengan merepresentasikan
(mengubah) menjadi bentuk matriks, matriks tersebut lalu diubah kebentuk Eselon Baris
melalui Operasi Baris Elementer. Kemudian sistem diselesaikan dengan substitusi balik.

Matriks Eselon Baris


Suatu matriks disebut sebagai Matriks Eselon Baris jika memenuhi :
1. Jika didalam baris terdapat elemen-elemen yang tidak semuanya nol, maka bilangan
tak nol pertama di dalam baris tersebut adalah 1 (disebut 1 utama).
Contoh :
1 4 6
[0 2 7]
0 0 1
Baris yang berwarna hijau dan biru memenuhi kriteria pertama, karena elemen-elemen
pada baris hijau dan biru tidak semuanya nol dan bilangan (elemen) bukan nol pertama
(dari kiri) di dalam baris tersebut adalah 1. Sedangkan pada baris orange tidak
memenuhi kriteria pertama karena bilangan (elemen) bukan nol pertama (dari kiri)
bukan bernilai 1, melainkan bernilai 2.
2. Jika ada baris-baris yang semua elemennya bernilai 0 semua, maka baris-baris tersebut
harus dikelompokkan dan diletakkan di bagian bawah matriks.
Contoh :
2 0 3 0 0 0
[0 1 −5] [0 1 6]
0 0 0 0 0 9
Matriks dengan elemen berwarna merah memenuhi kriteria kedua karena terdapat baris
yang semua elemennya 0 dan baris tersebut diletakkan di bagian bawah matriks.
Sedangkan pada matriks berwarna ungu, masih belum memenuhi kriteria kedua, karena
baris dengan elemen-elemen 0 tidak dikelompokkan dan tidak diletakkan di bagian
bawah matriks tersebut. Pada matriks ungu agar memenuhi kriteria kedua seharusnya :
0 1 6
[0 0 9]
0 0 0
3. Jika terdapat dua baris berurutan yang memenuhi kriteria pertama, maka angka 1
(pertama/utama) dari baris yang lebih rendah berada lebih kekanan dari angka 1
(pertama/utama) baris yang diatasnya.
Contoh :
1 −3 5 1 4 5 −2 1 8 6
[0 1 4] [0 0 1 4] [0 1 9]
0 0 1 0 0 0 1 0 1 0
Pada matriks merah dan matriks hijau sudah memenuhi kriteria ketiga, karena angka 1
(pertama/utama) dari baris yang lebih rendah berada lebih kekanan dari angka 1
(pertama/utama) baris yang diatasnya. Sedangkan pada matriks ungu belum memenuhi
karena terdapat dua baris berurutan yang melanggar kriteria ketiga yaitu baris ke 2 dan
baris ke-3. Dimana angka 1 pertama baris ketiga terletak tepat di bawah angka 1
pertama baris kedua.

Contoh Matriks Eselon Baris :


1 −2 6 1 3 −2 8
[0 1 8] [0 1 6 4]
0 0 1 0 0 1 −1
Dari contoh tersebut, anda tentu bisa mengambil kesimpulan bahwa matriks dalam bentuk
eselon baris harus mempunyai nol di bawah setiap 1 utama.
Contoh Eliminasi Gauss
2𝑥 + 5𝑦 + 3𝑧 = 1
3𝑥 + 4𝑦 + 2𝑧 = −3
𝑥 + 3𝑦 + 𝑧 = 2
2 5 3 | 1
Representasi dalam bentuk matriks : [3 4 2 | − 3]
1 3 1 | 2
2 5 3 | 1 1 3 1 | 2
[3 4 2 | − 3] 𝑏1 <— > 𝑏3 [3 4 2 | − 3] − 3𝑏1 + 𝑏2
1 3 1 | 2 2 5 3 | 1
1 3 1 | 2 1 3 1 | 2
[0 −5 −1 | − 9] − 2𝑏1 + 𝑏3 [0 −5 −1 | − 9] − 6𝑏3 + 𝑏2
2 5 3 | 1 0 −1 1 |−3
1 3 1 | 2 1 3 1 | 2
1
[0 1 −7 | 9] 𝑏2 + 𝑏3 [0 1 −7 | 9] − 𝑏3
6
0 −1 1 |−3 0 0 −6 | 6
1 3 1 | 2
[0 1 −7 | 9]
0 0 1 |−1
Baris 1 => x + 3y + z = 2 => x = –3
Baris 2 => 0x + y –7z = 9 => y = 2
Baris 3 => 0x + 0y + z = –1 => z = –1
Maka solusi persamaan tersebut adalah x = –3, y = 2, dan z = –1

Sedangkan, Eliminasi Gauss-Jordan adalah prosedur pemecahan sistem


persamaan linear dengan mengubahnya menjadi bentuk matriks eselon baris tereduksi
dengan Operasi Baris Elementer.

Matriks Eselon Baris Tereduksi


Matriks eselon baris tereduksi adalah sebuah bentuk matriks eselon baris yang lebih
disederhanakan yang bertujuan agar lebih mudah dalam pencarian pemecahan (solusi) dari
suatu sistem persamaan. Agar mencapai bentuk eselon baris tereduksi diperlukan 4 sifat
yang terdiri 3 sifat seperti matriks eselon baris dan tambahan 1 sifat khusus.
1 sifat khusus tersebut adalah :
Masing-masing kolom yang mengandung 1 utama mempunyai elemen nol di tempat lain.
Contoh :
1 0 0 1 2 0 0
1 0
[ ] [0 1 0] [0 0 1 0]
0 1
0 0 1 0 0 0 1
Dari contoh tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa matriks yang berada dalam
bentuk eselon baris tereduksi harus mempunyai nol di atas dan di bawah masing-masing 1
utama.

Contoh Eliminasi Gauss-Jordan


Tentukan penyelesaian sistem persamaan linear berikut menggunakan eliminasi Gauss-
Jordan
2𝑥 + 5𝑦 + 3𝑧 = 1
3𝑥 + 4𝑦 + 2𝑧 = −3
𝑥 + 3𝑦 + 𝑧 = 2
2 5 3 | 1
Representasi dalam bentuk matriks : [3 4 2 | − 3]
1 3 1 | 2
2 5 3 | 1 1 3 1 | 2
[3 4 2 | − 3] 𝑏1 <— > 𝑏3 [3 4 2 | − 3] − 3𝑏1 + 𝑏2
1 3 1 | 2 2 5 3 | 1
1 3 1 | 2 1 3 1 | 2
[0 −5 −1 | − 9] − 2𝑏1 + 𝑏3 [0 −5 −1 | − 9] − 6𝑏3 + 𝑏2
2 5 3 | 1 0 −1 1 |−3
1 3 1 | 2 1 3 1 | 2
1
[0 1 −7 | 9] 𝑏2 + 𝑏3 [0 1 −7 | 9] − 𝑏3
6
0 −1 1 |−3 0 0 −6 | 6
1 3 1 | 2 1 0 22 | − 25
[0 1 −7 | 9] − 3𝑏2 + 𝑏1 [0 1 −7 | 9] − 22𝑏3 + 𝑏1
0 0 1 |−1 0 0 1 | −1
1 0 0 |−3 1 0 0 |−3
[0 1 −7 | 9] 7𝑏3 + 𝑏2 [0 1 0 | 2]
0 0 1 |−1 0 0 1 |−1

Dari bentuk tersebut, dapat dibuat persamaan :


Baris 1 => x + 0y + 0z = –3 => x = –3
Baris 2 => 0x + y + 0z = 2 => y = 2
Baris 3 => 0x + 0y + z = –1 => z = –1
Maka solusi persamaan tersebut adalah x = –3, y = 2, dan z = –1

3. SISTEM PERSAMAAN LINEAR HOMOGEN


Sistem persamaan linear homogen merupakan sebuah sistem persamaan linear yang
semua konstantanya adalah nol, sehingga bentuk umum SPL homogen adalah :
a11x1 + a12x2 + a13x3 + ... + a1nxn = 0
a21x1 + a22x2 + a23x3 + ... + a2nxn = 0
a31x1 + a32x2 + a33x3 + ... + a3nxn = 0
: : : : :
am1x1 + am2x2 + am3x3 + ... + amnxn = 0
Tiap-tiap sistem persamaan linear homogen adalah sistem yang konsisten, karena
x1 = 0, x2 = 0, ..., xn = 0 selalu merupakan pemecahan. Pemecahan tersebut, dinamakan
pemecahan trivial (trivial solution). Jka ada pemecahan lain, maka pemecahan tersebut
dinamakan pemecahan tak trivial (nontrivial solution).
Karena sistem persamaan linear homogen harus konsisten, maka terdapat satu
pemecahan atau tak hingga banyaknya pemecahan. Karena salah satu di antara pemecahan
ini adalah pemecahan trivial, maka untuk sistem persamaan linear homogen, tepat salah
satu di antara pernyataan berikut benar :
• Sistem tersebut hanya mempunyai pemecahan trivial
• Sistem tersebut mempunyai tak terhingga banyaknya pemecahan tak trivial

Contoh Sistem Persamaan Linear Homogen


Tentukan penyelesaian dari SPL homogen berikut menggunakan eliminasi Gauss-Jordan
2x1 + x2 + 3x3 = 0
x1 + 2x2 = 0
x2 + x3 = 0
Jawab :
2 1 3 | 0
Matriks perluasan SPL tersebut adalah : [1 2 0 | 0]
0 1 1 | 0
2 1 3 | 0 1 2 0 | 0 1 2 0 | 0
1
[1 2 0 | 0] 𝑏1 <– > 𝑏2 [2 1 3 | 0] − 2𝑏1 + 𝑏2 [0 −3 3 | 0] − 𝑏2
3
0 1 1 | 0 0 1 1 | 0 0 1 1 | 0
1 2 0 | 0 1 2 0 | 0 1 2 0 | 0
1
[0 1 −1 | 0] − 𝑏2 + 𝑏3 [0 1 −1 | 0] 𝑏3 [0 1 −1 | 0] 𝑏3 + 𝑏2
2
0 1 1 | 0 0 0 2 | 0 0 0 1 | 0
1 2 0 | 0 1 0 0 | 0
[0 1 0 | 0] − 2𝑏2 + 𝑏1 [0 1 0 | 0]
0 0 1 | 0 0 0 1 | 0
Maka penyelesaian dari SPL homogen tersebut adalah : {x1 = 0, x2 = 0, x3 = 0}

Latihan soal

1. Diberikan sistem persamaan linear sebagai berikut :


x + 2y – 3z = 4
3x – y + 5z = 2
4x + y + (k2 – 14)z = k + 2
Tentukan nilai k agar SPL di atas :
a. Tidak mempunyai penyelesaian
b. Mempunyai tak hingga banyak penyelesaian
c. Tepat mempunyai satu penyelesaian
2. Diketahui sistem persamaan linear sebagai berikut :
x + 2y + 3z = 3
2x + 3y + 2z = 3
2x + y + 2z = 5
Tentukan penyelesaian SPL tersebut menggunakan eliminasi Gauss dan eliminasi Gauss-
Jordan
3. Tentukan penyelesaian dari SPL homogen berikut :
x1 + 3x2 – 2x3 + 2x5 = 0
2x1 + 6x2 – 5x3 – 2x4 + 4x5 – 3x6 = 0
5x3 + 10x4 + 15x6 = 0
2x1 + 6x2 + 8x4 + 4x5 + 18x6 = 0
Jawaban :

1 2 −3 | 4
1. Representasi dalam bentuk matriks : [3 −1 5 | 2 ]
2
4 1 𝑘 – 14 |𝑘 + 2
1 2 −3 | 4 1 2 −3 | 4
[3 −1 5 | 2 ] − 3𝑏1 + 𝑏2 [0 −7 14 | − 10] − 4𝑏1 + 𝑏3
2 2
4 1 𝑘 – 14 |𝑘 + 2 4 1 𝑘 – 14 |𝑘 + 2
1 2 −3 | 4
1 2 −3 | 4
1 10
[0 −7 14 | − 10 ] − 𝑏2 [0 1 −2 | ] 7𝑏2 + 𝑏3
7 7
0 −7 𝑘2 – 2 |𝑘 − 14
0 −7 𝑘 2 – 2 |𝑘 − 14
1 2 −3| 4
10
[0 1 −2 | ]
7
0 0 𝑘 2 – 16 |𝑘 − 4
Karena tujuannya adalah mengidentifikasi nilai k, maka kita cukup fokus pada baris ke-3.
Apabila diubah kembali kedalam bentuk sistem persamaan linear menjadi :
x + 2y – 3z = 4
10
y – 2z = 7

(k2 – 16)z = k – 4
Perhatikan persamaan ketiga :
(k2 – 16)z = k – 4
(k + 4) (k – 4) z = k – 4
(k + 4) (k – 4) z – (k – 4) = 0
(k – 4) ((k + 4) z – 1) = 0
• Kasus 1
Jika k – 4 = 0 atau k = 4, maka jika di substitusi ke persamaan ketiga menjadi :
(4 – 4) ((4 + 4) z – 1) = 0
0 (8z – 1) = 0
Mengingat sifat sembarang bilangan jika dikalikan nol akan bernilai nol maka nilai dari
8z − 1 mempunyai tak hingga kemungkinan. Dapat dimisalkan n = 8z − 1 atau 8z = n
𝑛+1
+1z= untuk sembarang bilangan n. Akibatnya sistem persamaan linear tersebut
8

mempunyai tak hingga banyaknya penyelesaian.


• Kasus 2
Jika (k + 4) z – 1 = 0, maka :
(k + 4) z = 1
1
z = 𝑘+4 dengan k ≠ – 4

Dari persamaan di atas, sistem tersebut akan konsisten (mempunyai solusi baik tunggal
ataupun banyak) jika nilai dari k ≠ – 4. Dari pernyataan-pernyataan di atas dan
sebelumnya, jika kita menginginkan sistem tersebut mempunyai solusi tunggal maka
haruslah k ≠ {– 4, 4}. Sedangkan jika menginginkan sistem tersebut tidak mempunyai
solusi maka haruslah k = – 4.
Kesimpulan :
a. SPL tersebut akan tidak mempunyai solusi jika k ≠ 4
b. SPL tersebut akan mempunyai tak hingga solusi jika k = 4
c. SPL tersebut akan mempunyai solusi tunggal jika k ≠ {– 4, 4}

1 2 3 | 3
2. Representasi dalam bentuk matriks : [2 3 2 | 3]
2 1 2 | 5
• Eliminasi Gauss :
1 2 3 | 3 1 2 3 | 3 1 2 3 | 3
[2 3 2 | 3] − 2𝑏1 + 𝑏2 [0 −1 −4 | − 3] (−1)𝑏2 [0 1 4 | 3]
2 1 2 | 5 2 1 2 | 5 2 1 2 | 5
1 2 3 | 3 1 2 3 |3
1
−2𝑏1 + 𝑏3 [0 1 4 | 3 ] 3𝑏2 + 𝑏3 [0 1 4 |3] 𝑏3
8
0 −3 −4 |−1 0 0 8 | 8
1 2 3 |3
[0 1 4 |3]
0 0 1 | 1
Diperoleh persamaan :
x + 2y + 3z = 3
y + 4z = 3
z=1
Maka :
y = 3 – 4z = 3 – 4 (1) = –1
x = 3 – 2y – 3z = 3 – 2 (–1) – 3 (1) = 2
Maka, penyelesaian dari SPL tersebut adalah x = 2, y = –1, dan z = 1
• Eliminasi Gauss-Jordan
1 2 3 | 3 1 2 3 | 3 1 2 3 | 3
[2 3 2 | 3] − 2𝑏1 + 𝑏2 [0 −1 −4 | − 3] (−1)𝑏2 [0 1 4 | 3]
2 1 2 | 5 2 1 2 | 5 2 1 2 | 5
1 2 3 | 3 1 2 3 |3
1
−2𝑏1 + 𝑏3 [0 1 4 | 3 ] 3𝑏2 + 𝑏3 [0 1 4 |3] 𝑏3
8
0 −3 −4 |−1 0 0 8 | 8
1 2 3 |3 1 0 –5 |−3 1 0 0 | 2
[0 1 4 | 3 ] − 2𝑏2 + 𝑏1 [0 1 4 | 3 ] 5𝑏3 + 𝑏1 [0 1 4 | 3]
0 0 1 | 1 0 0 1 | 1 0 0 1 | 1
1 0 0 | 2
−4𝑏3 + 𝑏2 [0 1 0 | − 1]
0 0 1 | 1
Maka, penyelesaian dari SPL tersebut adalah x = 2, y = –1, dan z = 1

1 3 −2 0 2 0 | 0
2 6 −5 −2 4 −3 | 0
3. Matriks perluasan SPL tersebut adalah : [ ]
0 0 5 10 0 15 | 0
2 6 0 8 4 18 | 0
1 3 −2 0 2 0 | 0 1 3 −2 0 2 0 | 0
2 6 −5 −2 4 −3 | 0 0 0 −1 −2 0 −3 | 0
[ ] − 2𝑏1 + 𝑏2 [ ]
0 0 5 10 0 15 | 0 0 0 5 10 0 15 | 0
2 6 0 8 4 18 | 0 2 6 0 8 4 18 | 0
1 3 −2 0 2 0 | 0
−2𝑏1 + 𝑏4 0 0 −1 −2 0 −3 | 0 −2𝑏2 + 𝑏1
[ ]
5𝑏2 + 𝑏3 0 0 0 0 0 0 | 0 (−1)𝑏2
0 0 4 8 0 18 | 0
1 3 0 4 2 6 | 0 1 3 0 4 2 6 | 0
0 0 1 2 0 3 | 0 0 0 1 2 0 3 | 0
[ ] − 4𝑏2 + 𝑏4 [ ]
0 0 0 0 0 0 | 0 0 0 0 0 0 0 | 0
0 0 4 8 0 18 | 0 0 0 0 0 0 6 | 0
1 3 0 4 2 0 | 0 1 3 0 4 2 0 | 0
−𝑏4 + 𝑏1 0 0 1 2 0 0 | 0 0 0 1 2 0 0 | 0
[ ] 𝑏3 <– > 𝑏4 [ ]
1 0 0 0 0 0 0 | 0 0 0 0 0 0 6 | 0
(− 2) 𝑏4 + 𝑏2
0 0 0 0 0 6 | 0 0 0 0 0 0 0 | 0
1 3 0 4 2 0 | 0
1 0 0 1 2 0 0 | 0
𝑏3 [ ]
6 0 0 0 0 0 1 | 0
0 0 0 0 0 0 | 0
Maka :
x1 + 3x2 + 4x4 + 2x5 = 0
x3 + 2x4 = 0
x6 = 0
Dapat juga ditulis menjadi :
x1 = – 3x2 – 4x4 – 2x5
x3 = – 2x4
x6 = 0
Misalkan x2 = r, x4 = s, dan x5 = t, maka himpunan penyelesaiannya adalah :
{x1 = – 3r – 4s – 2t, x2 = r, x3 = – 2s, x4 = s, x5 = t, x6 = 0}

Anda mungkin juga menyukai