Anda di halaman 1dari 25

1

1
TRUSMI KAWASAN BATIK CIREBON YANG MELEGENDA

Jika berwisata ke Cirebon, maka belum lengkap jika tidak berkunjung ke


Obyek Wisata Belanja Batik Trusmi. Kawasan ini berada di Kecamatan Weru
Lor, bukan di pusat Kota Cirebon. Berdasarkan pemaparan Komarudin
Kudiya (2011) dituliskan dalam genre batik, batik Cirebon masuk dalam
sebutan batik pesisiran dan memiliki karakter yang kuat dan khas.

Salah satu versi tentang Trusmi dapat dibaca dari Sejarah Caruban Kawedar
berjudul “Sambetipun Sajarah Trusmi” yang ditulis dalam bahasa Cirebon,
diterjemahkan secara bebas oleh Mustaqim Asteja :

…Diceritakan setelah syiar Islam telah menyebar keseluruh


nusantara pulau Jawa, kemudian Walisongo menyatukan tekad
bermusyawarah bertempat di Masjid agung Sang Ciptarasa
Cirebon. Kebetulan saat itu Sunan Gunung Jati mempunyai
putra sir (putra gaib) yang bernama Bung Cikal.

Pangeran Cakrabuwana “Ki Kuwu Cerbon Kedua” berniat


melepas jabatannya sebagai pemimpin atau
“umaro” untuk menekuni agama sebagai pandita atau “ulama”
sekaligus “mong-mong” mendidik Bung Cikal putra Sunan
Gunung Jati.

Pangeran Cakrabuwana membangun padukuhan ke arah barat


sekitar tujuh kilo meter dari keraton Pakungwati Cirebon, yang
kemudian bernama Astana Kramat Trusmi berasal dari sebuah
balong kramat yang airnya sangat jernih, dari atas balong
hingga dasarnya terlihat kerikil dan pasir yang airnya terus
menerus semi “mengalir” sehingga dinamakan “Terussemi” atau
“Trusmi” (sumber: http://batiktrusmi.com/?tag=batik-trusmi)

2
Gambar 1. Lokasi Kawasan Batik Trusmi
Sumber: Google map

Pertumbuhan Trusmi tidak lepas dari peranan Ki Buyut Trusmi, salah seorang
pengikut setia Sunan Gunung Jati yang memilih Trusmi sebagai medan
perjuangannya dalam menyebarkan agama Islam. Melalui jasa Ki Buyut
Trusmi, batik tidak terbatas pada lingkungan Keraton Kasepuhan dan
Kanoman di Kota Cirebon. Sejak abad ke-16 hingga saat ini terus menyatu
dengan kehidupan masyarakat Trusmi (Kudiya, 2011, 15).

Gambar 2. Para Pria Pengrajin Batik di Kawasan Trusmi


Sumber: Kusrianto, 2013

3
Memasuki Kawasan Trusmi akan disambut dengan Gapura berupa Candi
Bentar berukuran besar dengan patung perempuan pembatik di salah satu
sudutnya. Gapura tersebut mempertegas pentingnya Kawasan Batik Trusmi.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk di Kawasan tersebut terbagi dalam
Desa Trusmi Kulon dan Desa Trusmi Wetan.

Gambar 3. Gapura Memasuki Kawasan Batik Trusmi Cirebon

Para pengrajin batik di Trusmi terkenal memiliki kehandalan dalam


membatik. Terdapat sebuah cerita berkaitan dengan keterampilan membatik
tersebut, yaitu Ketika Sultan Cirebon memerintahkan untuk meniru kain batik
yang dimilikinya kepada pengrajin batik Trusmi. Pengrajin tersebut hanya
diperbolehkan melihat tanpa membawa contoh kain batik tersebut. Setelah
kain batik itu selesai dibuat, Sultan tidak dapat membedakan mana kain batik
miliknya dan kain batik yang dibuat oleh pengrajin batik Trusmi. Sejak itulah
kehandalan pembatik Trusmi diakui (sumber: http://batiktrusmi.com/).

Saat ini wisatawan dapat mengunjungi toko-toko batik sepanjang Kawasan


Trusmi tersebut. Toko-toko batik tersebut dibuat senyaman mungkin dengan
Gedung yang memadukan kesan modern dan etnik, selain itu menggunakan
pendingin ruangan yang semakin nyaman.

4
Gambar 4. Jalan di Kawasan Trusmi Cirebon
Sumber foto Penulis

Para pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan batik yang


dimiliki oleh pengrajin di sepanjang Kawasan Trusmi. Salah satunya adalah
workshop yang dimiliki oleh perusahaan batik Nofa.

Gambar 5. Pembatik di Workshop Nofa


Sumber: Penulis

5
Gambar 6. Kain Selesai Dicap di Workshop Nofa
Sumber: Penulis

Pengunjung dapat menyaksikan proses pembuatan batik tulis dan batik cap.
Selanjutnya dapat melihat proses pengerjaan kain batik hingga selesai
menjadi selembar kain batik. Sepanjang perjalanan dapat dilihat Kawasan-
kawasan tempat pengrajin menjemur batik-batik mereka.

Gambar 7. Kain Dijemur di Lapang


Sumber: Penulis

6
Suasana di atas memperkuat Kawasan Trusmi tidak sebatas Kawasan belanja
batik, melainkan sebuah Kawasan budaya batik. Kawasan yang perlu dijaga
kelestariannya untuk diketahui oleh anak cucu bangsa Indonesia.

Sumber Pustaka:
• Kudiya, K., 2011, Batik: Eksistensi untuk Tradisi, Dian Rakyat, Jakarta.
• Kusrianto, A., 2013, Batik: Filosofi, Motif, & Kegunaan, Andi Offset,
Yogyakarta.
• http://batiktrusmi.com/?tag=batik-trusmi

7
8
BATIK BUKETAN, BATIK CANTIK HASIL AKULTURASI BUDAYA DAN
KREATIVITAS PEMBATIK TRUSMI

Pada mulanya batik Jawa tidak mengenal apa yang disebut pola buketan.
Masyarakat Jawa menggunakan ornament tumbuhan seperti semen maupun
lung-lungan. Kemudian pengusaha batik Tionghoa menerapkan pola
buketan sebagai pengaruh dari budaya Eropa (Belanda) (Kusrianto, 2013).

Gambar 8. Batik Buketan Produksi Nofa


Sumber: Penulis
Motif buketan merupakan motif dengan mengambil tumbuh-tumbuhan atau
bunga sebagai ornamen atau hiasan yang disusun memanjang selebar
kain. Kata buketan sendiri berasal dari bahasa Perancis bouquet yang berarti
rangkaian bunga. Motif ini mudah anda kenali karena motif dalam batik ini
bergambar bunga, kupu-kupu, burung hong, burung bangau, dan
tumbuhan yang bersulur-sulur seperti tanaman yang tumbuh di Eropa.
Gambar-gambar tersebut dirangkai dalam suatu rangkaian yang cantik,
dengan warna yang indah. Batik motif buketan ini banyak berkembang di
daerah pesisir Jawa pada abad ke-19. Bersamaan dengan adanya pengaruh
Eropa di zaman kolonial, khususnya Belanda. Selain itu motif batik buketan
ini juga dipengaruhi oleh keberadaaan pedagang dan pengusaha batik dari
Tiongkok pada masa lampau.

9
Sejarah Pola Buketan
Penerapan ragam hias buketan itu mereka lakukan pada saat Batik Belanda
yang berawal kurang lebih pada tahun 1840 dan dipelopori oleh Caroline
Josephine Van Franquemont dan Catherina Carolina Van Oosterom. Pada
awalnya batik Belanda tidak menampilkan pola-pola buketan. Namun
demikian, seiring dengan adanya perkembangan polanya, maka batik
Belanda pun menampilkan ragam hias buket–buket yang halus dan indah
dengan warna-warna cerah serta serasi, bahkan sering dipadu dengan isen
latar ragam hias tradisional keraton seperti galaran, gringsing, dan
blanggreng yang dibatik sangat halus (lebih halus dari batikan keraton).
Setelah bahan kimia masuk ke Jawa, maka batik Belanda yang semula hanya
menampilkan dua warna itu, mulai menampilkan beragam warna sehingga
tampak lebih indah dan halus.

Pola buketan tersebut pertama kali diproduksi oleh Cristina Van Zuylen yaitu
salah satu seorang pengusaha batik keturunan Belanda kelas menengah di
Pekalongan. Batik Van Zuylen tersebut sangat laku, sehingga pengusaha-
pengusaha menengah Tionghoa yang semula menerapkan pola-pola
dengan ragam hias mitos Cina maupun keramik Cina, mulai membuat batik
buketan setelah tahun 1910 sebagaimana diuraikan di muka. Para pengusaha
tersebut antara lain Lock Tjan dari Tegal, Oey-Soe-Tjoen dari Kedungwuni,
dan Nyonya Tan-Ting-Hu yang mulai tahun 1925 telah memproduksi batik
dengan format “pagi-sore”. Selain itu, dikampung Kwijan (Tempat tinggal
Kepala Daerah Pekalongan Tan-Kwi-Jan) juga terdapat dua orang pengusaha
batik buketan dari golongan Tionghoa yang cukup terkenal yaitu Tjoa-Sing-
Kwat dan Mook-Bing-Liat. (http://batikdan.blogspot.com/2011/09/batik-
belanda.html).

Bangkitnya para pengusaha kelas menengah Tionghoa di Pekalongan untuk


memproduksi batik dengan pola buketan ternyata mampu memberikan nilai
tambah bagi karya seni batik dan tidak hanya menjadi barang dagangan
semata. Selain jumlah produksinya yang meningkat, batik karya pengusaha
Tionghoa tersebut juga memiliki nilai seni yang tinggi bahkan bisa
disejajarkan dengan pelukis di Eropa (Belanda), terutama batik yang memiliki
pola dan ragam hias mitos Cina.

10
Melalui tulisan Kusrianto (2013) dipaparkan jika Batik Pekalongan terdapat
tiga jenis utama yaitu Batik Pribumi yang telah ada sebelum pengaruh Cina
dan Eropa. Motif batik tersebut tidak terikat pada pakem raja-raja.

Kemudian jenis kedua adalah Batik Encim yang dipengaruhi budaya


Tionghoa dari segi pewarnaan maupun motifnya. Batik Encim ini kemudian
terbagi tiga yaitu didasari oleh motif buketan, budaya Tionghoa, dan ragam
lukisan.

Jenis ketiga dari Batik Pekalongan adalah Batik Belanda yang dibuat
Sebagian besar masyarakat keturunan Belanda. Salah satu motif yang
terkenalnya adalah motif buketan di samping motif kartu bridge, cupido,
tapal kuda, ragam cerita Putri salju, Cinderella, dan Si Topi Merah.

Rupanya perkembangan selanjutnya pola buketan menyebar ke berbagai


Kawasan di Pantai Utara termasuk di Kawasan Trusmi Cirebon. Pola buketan
sendiri sangat khas. Untuk penggunaan sebagai kain sarung maka motif pola
buketan adalah sebagai berikut seperti yang digambarkan oleh Kudiya
(2019).

Gambar 9. Pola Buketan Kain Sarung


Sumber: Kudiya, 2019

Melalui pemaparan Kudiya diuraikan jika pola buketan ini mengilustrasikan


keindahan bentuk tanaman hias yang digambar dari mulai bagian pangkal
atau akar tumbuhan, bagian tengah berupa daun-daunan yang besar
dikombinasikan dengan bentuk bunga-bunga yang bervariasi, hingga pada

11
bagian ujung puncak tanaman yang kadang dilengkapi dengan kupu-kupu
dan burung (Kudiya, 2019, 250).

Di Kawasan Trusmi Cirebon pola buketan berkembang dengan pesat.


Kreativitas dari pembatik sangat nyata. Salah satunya Ibu Nofa yang
memproduksi batik pola buketan. Keragaman motif terlihat pada bagian
kepala sarung maupun motif utama. Kain sarung pola buketan yang
dihasilkan oleh pengrajin di Cirebon memperlihatkan keragaman motif dan
warna. Walaupun demikian mereka tetap ketat dalam menerapkan pola
buketan.

Gambar10. Pola Buketan Latar Merah Muda Produksi Nofa


Sumber: Penulis

Gambar 11. Pola Buketan Latar Putih Produksi Nofa


Sumber: Penulis

12
Gambar 12. Pola Buketan Latar Putih dengan Kepala Tumpal Produksi Nofa
Sumber: Penulis

Kain sarung pola buketan tersebut selalu digemari oleh pembeli. Warna-
warna yang beragam dan sering kali menyesuaikan dengan trend di pasar.
Trend warna latar putih atau latar kream muncul dalam tahun 2021 ini.
Menurut Ibu Nofa, sering kali pembeli meminta motif lama untuk diproduksi
kembali. Ibu Nofa sendiri senantiasa mengembangkan motif-motif dengan
cara menelusuri motif yang sudah ada melalui buku-buku maupun pameran,
sehingga ia dapat menciptakan motif baru untuk pola buketan ini.

Sumber Pustaka
• http://batikdan.blogspot.com/2011/09/batik-belanda.html
• Doelllah, S., 2002, Batik: Pengaruh Zaman dan Lingkungan, Danar
Hadi, Solo.
• Kudiya, K., 2019, Kreativitas dalam Desain Batik, ITB Press, Bandung.
• Liong, W., 2018, Evolusi Batik Peranakan Tionghoa di Pulau Jawa,
dalam Peranakan Tionghoa Indonesia, Majalah Intisari, Jakarta.

13
14
DIREKTORI BATIK BUKETAN TRUSMI

Batik buketan Trusmi berasal dari Nofa batik. Berdasarkan wawancara


dengan Ibu Nofa, beliau mendesain sendiri motif batik ini. Ide rancangan
beliau berasal dari motif buketan lama dipadukan dengan bentuk-bentuk
dari proses kreasi yang dilakukan oleh Ibu Nofa.

Dalam proses kreasinya Ibu Nofa menggabungkan dengan motif hewan


seperti bangau maupun dengan motif manusia. Terlihat keragaman bunga
pada motif buketan produksi Nofa. Motif buketan dari yang sederhana
hingga motif yang rumit.

Keragaman pemilihan warna tampak dalam batik buketan produksi Nofa.


Terdapat beragam warna dasar merah, kemudian terdapat warna dasar
putih, krem, biru, hijau, dan kuning kunyit. Perpaduan warna terlihat sangat
menarik dengan berbagai komposisi warna.

Pada bagian kepala sarung terdapat berbagai motif. Motif tumpal, motif
diagonal, maupun motif bunga buketan. Variasi tersebut membuat setiap
sarung buketan produksi Nofa memperlihatkan perbedaan satu sama
lainnya.

Proses kreasi dari Ibu Nofa membuat motif batik buketan di Trusmi ini selalu
ada inovasi-inovasi yang dapat menarik para kolektor batik untuk
memilikinya.

15
Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Sorot/pucuk Rebung
Sumber: Penulis

Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Sorot/pucuk Rebung


Sumber: Penulis

16
Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Sorot/pucuk Rebung
Sumber: Penulis

Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Bendera


Sumber: Penulis

17
Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Sorot/pucuk Rebung
Sumber: Penulis

Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Sorot/pucuk Rebung


Sumber: Penulis

18
Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Dlorong
Sumber: Penulis

Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Sorot/pucuk Rebung


Sumber: Penulis

19
Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Bendera
Sumber: Penulis

Gambar Batik Buketan Trusmi


Sumber: Penulis

20
Gambar Batik Buketan Trusmi
Sumber: Penulis

Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Sorot/pucuk Rebung


Sumber: Penulis

21
Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal BUketan
Sumber: Penulis

Gambar Batik Buketan Trusmi dengan Tumpal Bendera


Sumber: Penulis

22
Gambar Pola Kain Sarung dengan Tumpal Buketan Kain Sutra
Sumber: Penulis

Gambar Pola Kain sarung Bajang Dlorong dengan Tumpal Buketan Kain
Sutra
Sumber: Penulis

23
1

Anda mungkin juga menyukai