DISUSUN OLEH :
ANGGUN SHAADILLA
X2 / 2
Batik adalah hasil karya bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi
oleh leluhur bangsa Indonesia. Batik Indonesia dapat berkembang hingga sampai pada suatu
tingkatan yang tak ada bandingannya baik dalam desain/motif maupun prosesnya.
Sejarah batik di Kampung Kauman tidak lepas dari peran abdi-abdi dalem keraton Kasunanan
Surakarta dan perkembangan kota Solo. Diawali pada 1757, ketika Paku Buwono III
membangun masjid Agung. Para santri dan abdi dalem keraton tinggal di sekitar masjid Agung.
Para abdi dalem yang tinggal di sana juga membatik dan menjual batik-batiknya. Seiring dengan
pertumbuhan pasar-pasar di sekitar Kota Solo, seperti pasar Klewer membuat produksi semakin
bertambah.
Pertumbuhan itu menimbulkan banyaknya pengrajin dan saudagar batik. Hal itu membuat
Kampung Kauman memiliki bangunan-bangunan khas para saudagar batik. Bangunan khas
saudagar yang megah dan luas.
Tata letak bangunan di daerah ini juga unik dengan banyaknya bangunan-bangunan bergaya
Jawa, Art Deco, Tionghoa dan Timur Tengah yang dilalui oleh gang dan jalan-jalan sempit.
Sampai saat ini pun, geliat industri batik di kampung Kauman masih berjalan. Beberapa tempat
pembuatan baik membuat sesi workshop bagi wisatawan yang sekadar mampir atau mencari
batik di kampung ini. Bahkan, hingga memiliki museum sendiri.
Rumusan masalah :
Tujuan :
1. Untuk mengetahui sejarah batik di Kampung Kauman
4. Untuk mengetahui maksud, bagian dan tujuan didirikannya museum batik kauman
PEMBAHASAN
Perkembangan daerah kampung Kauman tidak lepas dari pembangunan Masjid Agung pada
1757. Para abdi dalem pengurus masjid membangun perkampungan di sekitar Masjid Agung.
Kampung ini lama-lama disebut Kampung Kauman karena kampung ini tempat berkumpulnya
abdi dalem pengurus masjid dan ulama.
Pada awalnya pembuatan batik dibuat oleh istri-istri abdi dalem untuk kebutuhan keraton.
Namun, dengan perkembangan pasar di sekitar Kota Solo membuat kebutuhan batik semakin
meningkat. Produksi semakin bertambah dan menyerap banyak tenaga pembatik.
Seiring dengan banyaknya penjualan batik, membuat para saudagar batik semakin kaya raya.
Sehingga mereka saling membuat bangunan megah pada sekitar tahun 1800 – 1900an.
Ciri khas produksi batik Kampung Kauman menguatkan citra sebagai penyedia batik bagi
keraton. Hal tersebut sama seperti Kampung Laweyan. Pada zaman itu daerah-daerah lain juga
memiliki ciri khas karena hasil produksi.
Misalnya, Kampung Gerjen yang menyediakan kebutuhan jahitan bagi keraton, Kampung
Bladan yang menyediakan kebutuhan kue bagi keraton, dan Kampung Blodiran yang
menyediakan kebutuhan bordiran untuk keraton.
Nama-nama pengusaha batik yang hidup di Kampung Kauman dapat kita lihat dari tulisan yang
terpampang di dinding bangunan. Seperti rumah yang cukup megah dengan tulisan “Dasoeki”di
salah satu dinding dan di bawahnya terdapat tulisan tahun “1828”.
Beberapa pengusaha batik yang telah membuat batik sejak tahun 1800an masih memiliki
generasi yang menggeluti bidang itu. Seperti Bapak Gunawan Setiawan yang merupakan cicit
dari Haji Abu Umar, salah satu produsen batik di Desa Kauman.
Motif atau ragam hias batik Solo memiliki dua jenis yang dibedakan dari geometris gambar.
Jenis motif geometris adalah motif benji, ceplok, kawung, nitik dan garis miring. Motif non
geometris adalah motif semen, buketan dan terang bulan.
Ciri khas batik Solo tradisional dapat dilihat dari penggunaan warna dalam pembuatannya. Batik
Solo tradisional menggunakan pewarna yang berbahan dasar kulit pohon Soga yang
menghasilkan warna hitam, cokelat, cokelat kemerahan.
Motif-motif batik yang telah dikenal sejak zaman dahulu mengandung makna dan harapan.
Makna dan harapan si pembatik disimbolkan oleh gambar-gambar seperti sayap burung, ayam
betina, bunga, alat musik, dan lain-lain.
Motif Sidomulyo bermakna mendapatkan kebahagiaan, batin yang tentram dari Tuhan
YME. Motif ini cocok digunakan pada saat upacara pernikahan dan kelahiran;
Di Kampung Kauman, pengunjung dapat mudah menjelajah karena ada sebuah peta yang
menunjukan galeri-galeri batik di setiap gang masuk. Wisatawan juga dengan mudah melihat
rumah-rumah produksi batik. Bahkan mencoba sendiri mempraktikannya.
Batik-batik yang dijajakan di toko dan galeri dibedakan menjadi tiga jenis yang dibedakan dari
proses pembuatannya. Pertama yakni batik tulis, batik cap dan batik kombinasi (yang dibuat
melalui proses cap dan tulis).
Berbelanja batik di Kampung Kauman dan di Pasar Klewer terasa bedanya karena selain dapat
berbelanja, wisatawan juga menikmati suasana sekitar.
Membatik (Sumber: explorekampungbatikkauman.com)
Sekitar 40 total home industry batik tumbuh di kampung ini. Pelanggan mereka selain dari
wisatawan domestik juga dari wisatawan mancanegara seperti Jepang, Eropa, Asia Tenggara
dan Amerika Serikat.
Kondisi perdagangan batik telah ajeg saat ini sebelumnya pernah mengalami pasang surut.
Pada 1939 – 1970an pernah mengelami masa yang sulit karena masuknya batik print. Namun
pada 1995 – 2000 industri batik mulai bangkit lagi atas dukungan Pemerintah Kota Solo.
Kampung Kauman juga menawarkan homestay yang menyajikan pengalaman bagai saudagar
batik tempo dulu. Salah satu homestay di sini adalah homestay Cakra yang beralamat di Jalan
Cakra II Nomor 15 Kauman, Solo.
Museum yang terletak di sudut kampung Kauman ini menyimpan perjalanan industri batik di
Kauman. Kain-kain batik yang berumur di atas 35 tahun dan alat-alat produksi zaman dahulu
terpajang di sini, tidak terkecuali ratusan cap batik.
Koleksi-koleksi itu bisa langsung dapat dilihat ketika memasuki ruang museum. Ruangan ini
menggambarkan kejayaan industri batik Desa Kauman.
Ruang utama museum ini dipenuhi dengan lemari kayu yang terukir menambah kesan klasik
museum ini. Lembaran kain batik tertata di dalam lemari-lemari tersebut.
“Museum ini lebih dimaksudkan nguri-uri budaya, yaitu batik Solo. Di sini masyarakat dapat
melihat dan mempelajari sejarah batik Kauman khususnya, dan batik Solo serta turunannya,”
kata pengelola Museum Batik Kaoeman, Gunawan Setiawan.
KESIMPULAN
Sejarah Batik di Kampung Kauman memberikan kita gambaran mengenai pasang-surut industri
batik yang terjadi di sana. Perkembangan industri rumahan batik Kauman yang pada saat ini
sudah baik harus terus dikelola dengan baik dengan melihat prinsip pelestarian budaya,
memakmurkan pembatik dan merawat lingkungan jika ada limbah-limbah produksi yang harus
diolah.
Keseluruhan aspek tersebut harus terus dipraktikan agar kemajuan batik Kauman bersama
dengan ekosistem budayanya. Melupakan salah satu aspek dapat berakibat buruk pada masa
depan.
Kampung Kauman sungguh kaya dengan produksi batik serta dikemas dengan wisata yang
menawarkan belanja batik berbeda.
SUMBER
Atmojo, Heriyanto (2008) Batik Tulis Tradisional Kauman Solo: Pesona Budaya nan Eksotik. Solo:
Penerbit Tiga Serangkai.
http://nasional.kompas.com/read/2011/06/07/14552045/kampung.kauman.surga.batik.solo
http://solodejava.blogspot.co.id/2011/03/napak-tilas-sejarah-kampung-kauman-solo.html
(aengaeng.com)
http://pariwisatasolo.surakarta.go.id/wisata/kampung-batik-kauman