Anda di halaman 1dari 7

KAIN BATIK BETAWI

Nama : Zharfan Pratama Sujana


NPM : 20430039
Group : 2G3
Mata Kuliah : Teknik Pembuatan Kain
Dosen Pengampu : Sajinu A.P. ,.S,Teks, .M.T

PROGRAM STUDI PRODUKSI GARMEN POLITEKNIK STT TEKSTIL 2021


Batik Betawi
Batik Betawi adalah kerajinan tradisional masyarakat Jakarta. Pembuatannya diawali pada abad
ke19. Motif awalnya mengikuti corak batik wilayah pesisir utara Pulau Jawa, yaitu bertemakan
pesisiran. Corak batik Betawi dipengaruhi oleh kebudayaan Tiongkok. Motif batik Betawi
menggunakan kaligrafi khas Timur Tengah. Selain itu, batik Betawi menggunakan motif yang
dikembangkan dari bentuk segitiga.

Sejarah dan Perkembangan Batik Betawi


Kami menemukan cerita yang menarik mengenai batik asal Jakarta, yaitu batik betawi. Asal usul
batik ini, harganya, dan bagaimana batik ini berkembang seiring berjalannya waktu. Cerita ini kami
ambil dari infojakarta.net.
Batik betawi yang kita kenal saat ini yaitu jenis batik yang berasal dari wilayah Jakarta. jika kita
merunut sejarah batik betawi dari mulai era VOC) perusahaan dagang Belanda) yang dapat kita
lihat melalui beberapa foto lawas, pada masa tersebut kota Batavia atau saat ini lebih dikenal
dengan nama Jakarta yang merupakan akar budaya Betawi, pernah berkemban gusaha batik pada
saat itu namun para pengusaha dan pengrajin batiknya berasal dari kota seperti pekalongan dan solo
yang memang sudah dikenal sebagai penghasil batik.
Pada abad ke-19 masa kolonial Belanda terdapat salah satu pengusaha batik premium yaitu Eliza
Van Zuylen (1863 – 1947). Kain Batik buatan Eliza Van Zuylen ini hanya mampu dimiliki oleh
wanita yang sangat kaya karena harganya yang sangat mahal. Pada masa tersebut gaji pegawai
pemerintah kolonial Belanda kurang lebih 20 gulden, dan kain batik berbentuk sarung ini yang
selanjutnya biasa orang jaman dulu menyebutnya Sarung Eliza Van Zuyten harganya sekitar tiga
belas gulden yang setara dengan harga tas chanel atau sepatu Christian Louboutin saat ini.

Motif batik Eliza Van Zuylen dengan gaya ‘Buketan’ batik dengan ornamen utama bunga yang
bergaya eropa. Kain batik yang melilit pinggang atau orang jawa biasa sebut jarikan dan
dikombinasikan dengan blouse dengan renda yang modis atau orang sekarang sebut kebaya. Motif
batik yang dibuat untuk memnuhi selera orang eropa, biasanya kain batik tersebut berwarna cerah
dengan desain naturalistik berbentuk burung dan rangkaian bunga dengan merek dagang bouquets
of flowers ‘buketan’ dan batik tersebut diproduksi di kota pekalongan dari tahun 1890-1946.
(Lihat koleksi batik pekalongan kami di sini)
Berdasarkan sejarah di atas, maka dapat kita katakan bahwa dahulu orang betawi tidak melakukan
kegiatan membatik sebagaimana daerah lain seperti batik solo, batik cirebon atau batik pekalongan
yang mampu membuat batik sendiri.

Seorang penulis seperti Suwati Kartika dalam judulnya “Batik Betawi: Dalam Perspektif Budaya
Kreatif”, mengatakan bahwa kemungkinan besar asal usul batik betawi berasal dari asimilasi
masyarakat jawa dan daerah pesisiran penghasil batik dengan masyarakat betawi yang menyatu,
berkumpul serta tinggal dalam waktu yang lama pada satu lingkungan kota Batavia lalu
menyebarkan budaya mereka dalam bentuk kain batik.
Seiring perkembangan jaman motif batik betawi muncul dengan menonjolkan motif batik khas
Tumpal yang memiliki bentuk geometris segitiga yang harus ada di bagian depan. Gambar burung
hong yang melambangkan kebahagiaan menjadi salah satu ciri khas tersendiri pada batik betawi
karena hasil asimilasi dengan batik hokokkai.

Ciri khas
Corak batik Betawi memperoleh pengaruh dari kebudayaan Tiongkok, terutama dalam penggunaan
warna dasar. Batik Betawi menggunakan warna merah, hijau, kuning, dan biru yang cerah.
Pengaruh budaya Islam juga terlihat pada motif yang tergambar pada kain batik. Motif batik Betawi
memiliki medali, wajit, dan kembang. Beberapa motifnya juga memiliki gambar kaligrafi yang
menjadi ciri khas motif Timur Tengah. Penggunaan kaligrafi diperkenalkan oleh Kesultanan Demak
dan Kesultanan Cirebon melalui batik Demak dan Batik Cirebon. Selain itu, penggambaran
makhluk hidup hanya sebagai simbol untuk menyampaikan pesan. Salah satunya ialah buaya yang
oleh masyarakat Betawi dianggap sebagai simbol kesetiaan kepada pasangan hidup.
Motif
Batik Betawi menggunakan motif yang dikembangkan dari bentuk segitiga. Motif segitiga yang
digunakan adalah segitiga sama kaki dengan sudut lancip yang saling terhubung. Motif-motif yang
dihasilkan yaitu motif penari cokek, tumpal, mancungan, dan pucuk rebung. Motif-motif ini
kemudian dikembangkan dan dikelompokkan menjadi ragam hias flora, fauna, geometris, kesenian
tradisional, bangunan ikonik dan bersejarah, makanan tradisional, cerita rakyat, dan permainan
anak.

Motif ondel-ondel dan tanjidor

Motif Ondel-ondel dan Tanjidor menggunakan ondel-ondel dan tanjidor sebagai gambar utama.
Ondel-ondel dimaknai sebagai penolak bencana dan pengusir makhluk halus yang gentayangan.
Sedangkan Tanjidor adalah orkes khas kesenian Betawi yang menggunakan alat musik tiup.
Ondelondel digambarkan secara utuh dengan garis lurus yang disusun memancar membentuk
kembang api. Warna dasar yang digunakan adalah hitam, kuning, dan jingga. Motif ondel-ondel
pada Batik Betawi menampilkan boneka laki-laki dan perempuan dengan pakaian tradisional
Betawi. Ondelondel lainnya ini dihiasi dengan hiasan bunga kelapa.

Motif ondel-ondel pucuk rebung


Motif ondel-ondel pucuk rebung ini menyampaikan pesan bahwa masyarakat Betawi yang jujur dan
apa adanya, Warna hijau dan biru digunakan sebagai warna dasar. Ondel-ondel digambarkan di
tengah kain, sedangkan pucuk rebung digambarkan pada bagian tepi kain. Motif penari cokek

Motif penari cokek menggunakan tari cokek sebagai temanya. Para penari cokek digambarkan
sedang menari di sebelah tugu Monumen Nasional. Latar dari penari dan tugu adalah hiasan bunga
kelapa. Warna dasar dari kain adalah merah dan jingga. Penari cokek, tugu Monumen Nasional dan
bunga kelapa digambarkan dengan warna putih.

Motif parang

Motif parang menggambarkan mulut buaya yang memperlihatkan gigi-giginya yang tajam. Tubuh
buaya tidak digambarkan seluruhnya, tetapi hanya berupa garis-garis yang membentuk gambar
rahang buaya yang panjang. Buaya dijadikan sebagai lambang kesetiaan kepada pasangan.

Kegunaan
Pada awalnya, batik Betawi menggunakan motif pesisiran yang mirip dengan batik Pekalongan,
batik Lasem, dan batik Cirebon. Tema yang digambarkan berupa pemandangan alam Indonesia,
Eropa, dan Jawa Hokokai. Motif yang digunakan yaitu jamblang, babaran kalengan, dan
jelamprang. Batik Betawi digunakan sebagai pakaian dan penutup perlengkapan dalam rumah.
Selain itu, batik Betawi juga digunakan sebagai perlengkapan dan pakaian suci untuk mengusir
makhlus halus.
KBB (Keluarga Batik Betawi)
Belakangan ini Batik Betawi semakin berkembang baik dari ragam motif nya maupun pengrajin
batik khusus motif betawian. oleh Ibu Hj. Umi S. Adi Susilo seorang anak betawi yang turut
berpartisipasi mengembangkan budaya batik khusus nya motif batik betawian. melalui yayasan
yang di didirikan beliau yaitu KBB (Keluarga Batik Betawi) membuka workshop di Perkampungan
Budaya Betawi Setubabakan Jagakarsa - Jakarta Selatan.
workshop ini terbuka untuk masyarakat sekitar dan masyarakat indonesia pada umum nya yang
tertarik/berminat mengenal, belajar, dan mengembangkan batik indonesia khususnya batik betawi.
Yayasan KBB (Keluarga Batik Betawi) telah membina beberapa sanggar batik diantaranya Batik
Seraci di Tarumajaya Kab. Bekasi, Batik Gandaria, Batik Terogong,pernah membina pengrajin di
Rusun Marunda, dan beberapa sanggar batik betawi lainnya.

Cara Pembuatan Batik Betawi


Tahap awal :
Tahap awal dari pembuatan batik yaitu menggambar motif batik dikertas, kertas yang biasa
digunakan adalah kertas roti atau kertas yang transparan agar memudahkan pada saat menjimplak
ke kain. pada tahap ini sangat menentukan batik tersebut akan terlihat indah atau kurang indah. jadi
batik berawal dari sini. pembuatan gambar motif batik ada dua macam yaitu untuk batik tulis dan
batik cap. untuk batik tulis gambar bisa full dari ukuran kertas roti tersebut, sementara untuk batik
cap menggunakan ukuran standar yaitu maksimal 20 x 20 cm.

Untuk batik cap:

1. Pembuatan cap
Setelah gambar motif batiknya dibuat oleh desainer motif dengan ukuran sekitar 18x18 cm,
kemudian di buat cap nya dengan cara merangkai lempengan tembaga mengikuti pola tersebut.
Pada proses pembuatan cap ini melalui beberapa tahap yaitu pertama, merangkai lempengan
tembaga mengikuti pola dan membuat gagangnya. Kedua, untuk merekatkan antar tembaga yang
dirangkai tersebut diberikan patri diantara sela sela tembaga tersebut kemudian cap yang sudah di
rangkai tersebut dibakar agar patrinya benar benar melekat. Ketiga, meratakan permukaan cap
dengan cara di cetak menggunakan cairan Gondorukem (Gandar). Setelah cetakan kering,
kemudian permukaan cap si gosong menggunakan gergaji halus yang berukuran kecil. Setelah itu
cetakan Gandar tadi di cairkan kembali dan canting cap siap digunakan.

2. Pengecapan
Setelah canting cap siap digunakan, selanjutnya memasuki proses pengecapan yaitu dengan cara
meletakkan canting cap di atas lilin/malam yang telah dicairkan menggunakan kompor, kemudian
di cap pada permukaan kain yang telah diratakan diatas meja cap. Permukaan Meja cap nya di
rangkai menggunakan plastik tebal, gabus, karpet, kertas, dan plastik tipis.

Untuk batik tulis :

1.Nyanting.

Proses paling unik dalam pembuatan batik yaitu nyanting. Nyanting adalah melekatkan lilin/malam
di atas kain mengikuti pola yang telah di njimplak sebelumnya oleh desainer motif. Proses ini
membutuhkan kesabaran dan ketelitian serta ketekunan tinggi. Proses nyanting membutuhkan
waktu yang lumayan lama, bergantung pada tingkat kepadatan dan kerumitan motif.
Dalam proses nyanting ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu pertama, nyanting mengikuti pola yang
telah di buat diatas kain. kedua, isen yaitu mengisi bagian bagian tertentu pada motif batik sehingga
terlihat lebih indah. Biasanya isen itu dalam bentuk garis garis kecil dan titik titik. Ketiga, nembok
adalah menutupi bagian bagian yang akan di pertahankan warnanya menggunakan lilin/malam.
Proses nembok ini digunakan untuk membuat batik lebih dari satu warna. Jadi setelah pewarnaan
pertama, kemudian di tembok/ditutupi bagian yang akan di pertahankan warnanya menggunakan
lilin/malam.

Proses pewarnaan.

Setelah melalui proses nyanting, selanjutnya masuk pada proses pewarnaan. Pewarna yang
digunakan ada dua macam yaitu pewarna sintetis dan pewarna alam. Pewarna sintetis terbuat dari
bahan kimia, dan pewarna alam menggunakan kayu/kulit kayu, akar, daun tumbuh tumbuhan dari
lingkungan sekitar seperti secang, tingi, jalawe, kunyit, tarum, daun jati dan lain lain dari
lingkungan sekitar.
Meskipun warna yang di hasilkan dari pewarna alam tidak secerah pewarna sintetis tapi batik yang
menggunakan pewarna alam lebih mahal dibanding batik yang menggunakan pewarna sintetis
Karena proses pewarnaan alam menggunakan waktu yang cukup lama dibanding menggunakan
pewarna sintetis.

Proses terakhir nglorod

Proses paling terakhir dalam pembuatan batik adalah nglorod/pelepasan lilin/malam dari kain yang
sudah di canting atau di cap tersebut dengan cara di rebus menggunakan air yang telah dicampur
soda AS dan jika ingin lebih mempermudah proses nya ditambah water glass hingga lilin/malam
benar benar lepas dari kain. Selanjutnya dibilas dengan air bersih kemudian dijemur. Proses
penjemuran sebaiknya jangan dibawah terik matahari langsung agar warnanya tidak pudar.

Anda mungkin juga menyukai