Anda di halaman 1dari 14

Salak Condet dalam Batik Betawi Warna Alam

Motif Salak Condet, batik tulis format sarung dengan tumpal ini dikembangkan sebagai batik betawi oleh batikpohon dengan menggunakan bahan perwarna alam (natural dye batik) telah terseselesaikan. Bersamaan dengan proses pe-lorod-an motif ini, ada motif lain dari wacana batik betawi ini.iantaranya motif Mengkudu Kemang dan motif Mengkudu serta motif Delima. Batikpohon mengangkat tema dan menamai motif ini dengan Salak Condet sebagai upaya mengekspresikan kekhasan unsur betawi dalam karya batik. Elemen motifnya terdiri dari buah salak, bunga jantan, bunga betina dan daun pohon salak . Salak Condet , salah satu buah khas yang dulu sangat populer dibudidayakan masyarakat betawi di kawasan Condet Jakarta Timur. Keberadaannya kini berusaha dipertahankan Cagar Buah yang merupakan bagian dari Cagar Budayadi Condet Balekambang

Batik betawi bukanlah semacam batik solo, batik cirebon, atau batik lasem karena betawi tak memproduksi batik.Betawi tak seperti kota-kota di Jawa yang memproduksi batik dengan corak tertentu sehingga di kota-kota tersebut batik bisa dikenali lewat motif dan corak.Kalaupun di Betawi pernah berkembang usaha pembatikan, pengusaha dan perajinnya berasal dari kota-kota di Jawa yang sudah beken sebagai penghasil batik. Batik Betawi memiliki keunikan dibanding batik khas daerah lain. Keunikan yang ada terdapat pada warnanya yang mencolok, begitu juga dengan motifnya.

Alhasil, jika ada yang bertanya, ciri khas batik betawi seperti apa..?? Tentu belum ada yang bisa menjawab dengan pasti. Jika melihat beberapa koleksi batik di

Museum Tekstil, motif dan corak tekstil yang disebut sebagai Batik Betawi itu senada dengan batik-batik pesisiran yang biasanya berwarna cerah. Hal itu dikuatkan oleh pernyataan Suwati Kartiwa, penulis banyak buku tentang budaya Indonesia khususnya tekstil, dalam "Batik Betawi : Dalam Perspektif Budaya Kreatif" bahwa unsur lingkungan alam ... Login atau Register untuk lanjutkan baca!

Siapa sangka jika khazanah budaya Betawi begitu beragam, mulai kuliner hingga warisan kesenian serta tradisi yang tetap terjaga turun temurun. Sayangnya, sangat sedikit anak-cucu warga Betawi yang tergugah menjaga warisan nenek moyangnya. Ini bisa dilihat dari batik khas Betawi yang hanya bisa ditemui di Museum Tekstil Jakarta. Memang ada perajin batik yang masih bertahan, tapi mereka berasal dari luar Jakarta. Kondisi ini sungguh memprihatinkan, kenapa batik Betawi harus merantau di kampung sendiri. Batik Betawi memiliki keunikan dibanding batik khas daerah lain. Keunikan yang ada terdapat padawarnanya yang mencolok, begitu juga dengan motifnya. Motif batik lebih terfokus pada kesenian budaya Betawi yang dipengaruhi oleh budaya Arab, India, Belanda, dan Cina. Dilihat dari motifnya, batik betawi terbagi dari beberapa jenis, yaitu Ondel-ondel, Nusa kelapa, Ciliwung, Rasamala, dan Salakanegara.

Kain Batik Ondel-Ondel Kembang Kelapa

Kain Batik Ondel-Ondel

Dari namanya, ternyata motif batik Betawi memiliki asal usul tersendiri. Loreng Ondel-ondel misalnya, motif ini dibuat mengangkat figur Ondel-ondel sebagai boneka yang dapat menolak bala. Motif ini mengandung harapan agar pemakainya mendapat kehidupan yang lebih baik serta jauh dari bala. Biasanya jenis batik Betawi bermotif ini digunakan pada acara besar adat Betawi. Sedangkan motif Nusa Kelapa memiliki ide disain dari Peta Ceila yang dibuat pada 1482-1521 saat pemerintahan Prabu Siliwangi. Dari peta itu diketahui Jakarta dulu bernama Nusa Kelapa, hingga menjadi Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia, dan Jakarta. Nama Nusa Kelapa ini diambil oleh leluhur masyarakat Betawi saat itu, hingga dijadikan motif batik Betawi. Sementara itu motif Ciliwung berdasarkan ide dari peradaban manusia yang berasal dari tepian Sungai Ciliwung. Konon penguasa Portugis dan Belanda begitu tertarik dengan Sungai Ciliwung hingga bermaksud menguasai Betawi. Sesuai namanya, pemakaian batik ini diharapkan pemakainya menjadi pusat daya tarik dan sebagai simbol rezeki yang terus mengalir bak sebuah aliran kali. Batik motif Rasamala mengambarkan riwayat Belanda saat masuk ke wilayah Sunda Kelapa. Saat itu daerah Sunda Kelapa masih berupa hutan belantara yang banyak ditumbuhi pohon jenis Rasamala. Warga Betawi menganggap keramat pohon Rasamala karena baunya yang wangi, kulit kayu, rasamala dijadikan setanggi. Sedangkan, motif batik Salakanagara merupakan batik yang mengangkat motif bertemakan kerajaan pertama di tanah Betawi yang didirikan oleh Aki Tirem pada 130 masehi. Nama Salakanegara berkaitan dengan kepercayaan yang menganggap gunung mempunyai kekuatan dan gunung itu diberi nama Gunung Salak. Menurut H Darmawan Pedagang Batik di Pasar Tanahabang, batik kuno khas Betawi sulit untuk dijumpai. Keberadaan batik Betawi hanya sering ditemui pada pameran ataupun acara besar adat Betawi. Kelestarian batik kuno asli Betawi ini hanya tergantung pada tangan-tangan kolektor batik kuno. Di Pasar Tanahabang terdapat beberapa jenis batik bermotif khas Betawi, tapi untuk masalah keasliannya masih tanda tanya. Banyak pedagang mengaku batik yang dijualnya adalah batik asli Betawi. Tapi kenyataanya, batik tersebut dibuat di luar Jakarta. Hanya saja motif yang ada persis dengan motif batik Betawi pada umumnya, ujarnya.

Mengenai adanya beberapa perajin luar Betawi yang memproduksi batik Betawi, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta Arie Budhiman menegaskan, ini merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi warga Jakarta. Karena tak hanya warga Betawi saja yang turut melestarikan warisan budaya Betawi, tetapi orang lainpun juga bisa. Arie mengatakan, dengan ada perajin luar Betawi yang memproduksi diharapkan dapat memacu warga asli Betawi untuk melestarikannya. Arie menegaskan, selama ini yang membedakan batik satu dengan batik lainnya adalah motifnya. Jadi siapa pun pembuatnya atau kapan pun itu, maka batik Betawi beda berdasarkan motif. Dengan diproduksinya batik bermotif Betawi dapat mengangkat kembali kebudayaan Betawi yang mulai luntur untuk kembali eksis, ujarnya. Arie mengaku pelestarian atau pengenalan produk asli bikinan Betawi ini juga dilakukan saat pemilihan Abang-None Jakarta. Para Abang-None saat itu dengan bangga menggunakan batik Betawi dalam peragaannya. Corak batik pucuk rebung adalah corak batik yang kerap terlihat pada busana bawahan dari None Betawi.

Motif-Motif Batik Betawi

Tumpal Liris

Tambal

Lokcan

Loreng Boket

Jlamprang

Boketan

Kode : Batik Rumah Betawi - Kuning Jenis Kain : Katun Primisima Ukuran: Lebar 110 cm, Panjang 220 cm

Kode : Kain Batik Betawi Abu abu Jenis Kain : Katun Primisima Ukuran: Lebar 120 cm, Panjang 240 cm Harga : Rp.600.000

Kode : Batik Rumah Betawi Jenis Kain : Katun Primisima Ukuran: Lebar 110 cm, Panjang 220 cm Ada 6 warna : Biru, Abu abu, Merah Muda, Merah, Hijau, Kuning Harga : Rp.110.000

Kode : Kain Batik Si Pitung & Monas Jenis Kain : Katun Primisima Ukuran: Lebar 110 cm, Panjang 220 cm Warna : Orange, Ungu, Coklat, Biru, Hijau Harga : Rp.100.000

Kode : Bawahan + Selendang Motif : Betawi Rp 200,000

Kode : Kain Batik Betawi Ungu Jenis Kain : Katun Primisima Ukuran: Lebar 120 cm, Panjang 240 cm Harga: 600.000

Kode : Kain Batik Tulis Betawi motif Penganten Betawi Jenis Kain : Katun Primisima Ukuran: Lebar 120 cm, Panjang 250 cm Harga : Rp.750.000

Pembatikan di Jakarta
Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembang bersamaan dengan daerah-daerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat

Tanah Abang yaitu: Karet, Bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran Lama dan daerah Mampang Prapatan serta Tebet. Jakarta sejak zaman sebelum perang dunia kesatu telah menjadi pusat perdagangan antar daerah Indonesia dengan pelabuhannya Pasar Ikan sekarang. Setelah perang dunia kesatu selesai, dimana proses pembatikan cap mulai dikenal, produksi batik meningkat dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Daerah pasaran untuk tekstil dan batik di Jakarta yang terkenal ialah: Tanah Abang, Jatinegara dan Jakarta Kota. Yang terbesar ialah Pasar Tanah Abang sejak dari dahulu sampai sekarang. Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah Abang dan dari sini baru dikirim ke daerah-daerah di luar Jawa. Pedagang-pedagang batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia hanya sedikit dan dalam komunitas kecil.

Oleh karena pusat pemasaran batik sebagian besar di Jakarta khususnya Tanah Abang, dan juga bahan-bahan baku batik diperdagangkan di tempat yang sama, maka timbul pemikiran dari pedagang-pedagang batik itu untuk membuka perusahaan batik di Jakarta dan tempatnya ialah berdekatan dengan Tanah Abang. Pengusaha-pengusaha batik yang muncul sesudah perang dunia kesatu, terdiri dari bangsa cina, dan buruh-buruh batiknya di datangkan dari daerah-daerah pembatikan Pekalongan, Yogya, Solo dan lain-lain. Selain dari buruh batik luar Jakarta itu, maka diambil pula tenaga-tenaga setempat di sekitar daerah pembatikan sebagai pekerjanya. Berikutnya, melihat perkembangan pembatikan ini membawa lapangan kerja baru, maka penduduk asli daerah tersebut juga membuka perusahaan-perusahaan batik. Motif dan proses batik Jakarta sesuai dengan asal buruhnya didatangkan yaitu: Pekalongan, Yogya, Solo dan Banyumas.

Bahan-bahan baku batik yang dipergunakan ialah hasil tenunan sendiri dan obat-obatnya hasil ramuan sendiri dari bahan-bahan kayu mengkudu, pace, kunyit dan sebagainya. Batik Jakarta sebelum perang terkenal dengan batik kasarnya warnanya sama dengan batik Banyumas. Sebelum perang dunia kesatu bahan-bahan baku cambric sudah dikenal dan pemasaran hasil produksinya di Pasar Tanah Abang dan daerah sekitar Jakarta.

Sejarah Batik Indonesia


Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya.

Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.

Perkembangan Batik Indonesia


Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masingmasing. Proses pembuatan batik Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahanbahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

batik betawi
Batik, sebuah karya budaya yang merupakan hasil karya leluhur negeri Indonesia ini, sering kali sangat kental dengan wilayah Jawa. Namun, pada kenyataannya sering kali kita terlalu menyempitkan pemaknaan akan arti batik itu sendiri. Kita bahkan sering menamai kain tertentu adalah kain saja namun pada dasarnya dari sisi proses pembuatannya ataupun dari motif yang terbentuknya merupakan sebuah batik. Hal inilah yang menjadikan warga Betawi

baru-baru ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di daerah ibukota pun memiliki batik dengan corak yang khas. Kain batik Betawi dikenal dengan motif corak pucung rebung. Bahkan hingga saat ini none Betawi diwajibkan menggunakan batik bercorak pucuk rebung tersebut. Beberapa daerah seperti Karettengsin, Palmerah, Kebonkacang, dan Bendunganhilir, dulunya juga dikenal sebagai sentra penghasil batik. Sebuah hal yang baru tentunya kain batik betawi ini muncul sebagai bentuk bukti betapa beragamnya kain batik di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai