BATIK CIREBON
Sejarah batik Cirebon pada jaman dulu merupakan
percampuran antara budaya dalam masyarakat dengan
tradisi religius, yaitu pada jaman Sunan Gunung Jati
pada abad 16 ketika menyebarkan ajaran Islam di
Cirebon.
Menurut sejarahnya, awal mulanya berkembang nya
batik cirebon yaitu dulunya berawal dari Pelabuhan
Muara Jati (kini disebut Cirebon) dijadikan tempat
persinggahan oleh para pedagang asing seperti dari,
Arab, Tiongkok, India dan Persia. Para pedagang
tersebut ini akhirnya menciptakan percampuran beragam budaya dan menghasilkan banyak
tradisi baru diantaranya adalah batik Cirebon.
Batik Trusmi misalnya adalah merupakan karya dari seorang pemuka agama Islam, yaitu
bernama Ki Buyut Trusmi. Dulu pada mulanya Ki Buyut Trusmi bersama dengan Sunan Gunung
Jati, menyebarkan Agama Islam khususnya di kawasan desa Trusmi. Mereka selain mengajarkan
agama Islam, mereka juga mengajari ketrampilan membatik kepada penduduk setempat, hingga
akhirnya kini kawasan Desa Trusmi ini dikenal dengan Kampung Batik.
Motif Batik Cirebon
Salah satu motif batik Cirebon adalah motif batik mega
mendung, yaitu motif batik cirebon yang banyak
dipengaruhi kebudayaan china. Motif batik cirebon
mega mendung ini memiliki ciri khas yaitu bentuk
garis-garis awan yang berbentuk lonjong, lancip dan
segitiga yang berbeda dengan garis awan motif China
yang umumnya berbentuk bulatan.
Yang kedua adalah motif batik Naga Silam, motif ini
hampir sama dengan motif batik mega mendung, karena
motif batik naga silam juga dipengaruhi oleh
kebudayaan dari China. Perbedaannya adalah motif
batik naga silam juga dipengaruhi oleh kebudayaan dari India. Corak motif naga silam
mempunyai makna yaitu peperangan antara kebaikan melawan kejahatan untuk mencapai suatu
kemakmuran.
Ciri-ciri batik cirebon adalah biasanya coraknya didominasi oleh warna, hitam, kuning dengan
warna dasar krem. Sebagian lainnya juga berwarnabiru, merah tua, hitam dengan warna dasar
kain krem atau gading.
BATIK GARUTAN
Sejarah Batik Garut berasal dari warisan nenek
moyang, yang berlangsung secara turun temurun,
dan telah berkembang cukup lama sebelum masa
kemerdekaan Indonesia. Hingga pada tahun 1945
Batik Garut semakin populer dengan sebutan Batik
Tulis Garutan, yang mengalami masa kejayaan
antara tahun 1967 1985. Namun karena
keterbatasan bahan, dan modal serta lemahnya
startergi pemasaran yang diterapkan, maka para
penerus generasi dari Batik Garut mengalami
penurunan. Karena adanya persaingan yang cukup hebat dari produsen batik lain yang
menggunakan teknik lebih modern seperti mesin printing dalam pembuatannya.
Namun seni batik tetap tumbuh subur di Indonesia dan dikenal oleh seluruh lapisan dan
kalangan, jika anda perhatikan tidak ada perubahan yang mencolok antara produk batik terdahulu
dengan yang ada pada saat ini, karena pemilihan bahan, corak dan cara pembuatannya masih
menggunakan resep yang digunakan oleh pembatik jaman dahulu, karena resep yang cukup
simple maka batik menjadi seni dan kerajinan yang mudah untuk dipelajari oleh banyak orang.
Hanya mungkin sedikit diperlukan ketelitian, kesabaran dan kreatfitas untuk menghasilkan batik
yang mempunyai kualitas baik.
Batik garutan umumnya digunakan untuk kain sinjang, namun berfungsi juga untuk memenuhi
kebutuhan sandang dan lainnya. Bentuk motif batik Garut
merupakan cerminan dari kehidupan sosial budaya, falsafah
hiup, dan adat istiadat orang Sunda. Motif-motif batik Garut
dihadirkan berbentuk geometrik sebagai ciri khas ragam
hiasnya, selain itu bermotif flora dan fauna. Bentuk
geometrik umumnya mengarah ke garis diagonal dan bentuk
kawung atau belah ketupat. Warnanya diominasi oleh warna
krem dipadukan dengan warna-warna cerah lainnya yang
merupakan karakteristik khas batik garutan. Saat ini
pengolahan btik garutan terkonsentrasi di Garut kota.
Batik garutan mempunyai khas ragam hias datar dan bentuk geometris yang mengarah secara
diagonal, bentuk kawung, atau belah ketupat. Batik garutan mempunyai nama khas seperti
Rereng peteuy, Rereng kembang Corong, Rereng kembang Merak ngibing, Rereng pancul, limar,
lereng adumanis,lereng suuk, sapu jagar, dll.
BATIK INDRAMAYU
Sejarah Batik Garut berasal dari warisan nenek
moyang, yang berlangsung secara turun
temurun, dan telah berkembang cukup lama
sebelum masa kemerdekaan Indonesia. Hingga
pada tahun 1945 Batik Garut semakin populer
dengan sebutan Batik Tulis Garutan, yang
mengalami masa kejayaan antara tahun 1967
1985. Namun karena keterbatasan bahan, dan
modal serta lemahnya startergi pemasaran yang
diterapkan, maka para penerus generasi dari Batik Garut mengalami penurunan. Karena adanya
persaingan yang cukup hebat dari produsen batik lain yang menggunakan teknik lebih modern
seperti mesin printing dalam pembuatannya.
Namun seni batik tetap tumbuh subur di Indonesia dan dikenal oleh seluruh lapisan dan
kalangan, jika anda perhatikan tidak ada perubahan yang mencolok antara produk batik terdahulu
dengan yang ada pada saat ini, karena pemilihan bahan, corak dan cara pembuatannya masih
menggunakan resep yang digunakan oleh pembatik jaman dahulu, karena resep yang cukup
simple maka batik menjadi seni dan kerajinan yang mudah untuk dipelajari oleh banyak orang.
Hanya mungkin sedikit diperlukan ketelitian, kesabaran dan kreatfitas untuk menghasilkan batik
yang mempunyai kualitas baik.
Batik indramayu tidak kalah terkenalnya dari batik lainya, batik indramayu mempunyai batik
adalan dan indentik dengan daerahnya adalah batik tulis complongan. Batik complongan
Dikatakannya, batik Complongan berarti teknik melubangi kain batik dengan deretan jarum,
keunikan batik tersebut menjadi daya tarik pasar Eropa dan Asia begitu juga untuk konsumen
lokal cukup menggairahkan.
BATIK SEMARANG
Semarang merupakan daerah pelabuhan dan salah satu
pusat investasi industri terbesar di Indonesia. Semarang
sering disinggahi bangsa dan budaya luar, sehingga
banyak akulturasi budaya terjadi. Dalam bidang batik,
banyak yang mengira bahwa Semarang merupakan
sentra batik di Jawa Tengah. Namun sampai saat ini
belum ada yang menunjukkan Semarang memiliki
tradisi batik, apalagi memiliki motif dan pakem yang
jelas.
Mengapa Semarang sebagai wilayah perbatikan kurang
banyak disebut ? hal ini sangat dimungkinkan karena
di wilayah tersebut jumlah produsen batik relative kecil ketika meningkatnya pengusaha batik
Indo-Eropa dan Cina peranakan. Hal itu begitu berbeda bila dibandingkan dengan wilayah
pekalongan.
Pada tanggal 24 Juli 2007, pemerintah kota Semarang melalui Disperindag me-launching batik
Semarang melalui sebuah seminar yang membahas mengenai motif dan identitas batik. Dan
disepakati bahwa bahwa batik Semarang adalah batik yang diproduksi oleh orang atau warga
kota semarang dengan motif atau ragam hias yang berhubungan dengan ikon-ikon Semarang.
Pengertian itu belum definitif karena tidak menutup kemungkinan masih berlanjutnya penelitian
mengenai batik Semarang.
Diproduksi para pengrajin di Kampung Batik,
Kelurahan Bubakan, Kecamatan Mijen, Semarang,
batik Semarang juga menawarkan beragam motif yang
khas dibanding motif-motif batik dari daerah Jawa
Tengah lainnya. Pada umumnya batik Semarang
berwarna dasar oranye kemerahan karena mendapat
pengaruh dari China dan Eropa. Selain itu, motif dasar batik Semarang banyak dipengaruhi
budaya China yang pada umumnya banyak menampilkan motif fauna yang lebih menonjol
daripada flora. Misalnya merak, kupu-kupu, jago, cendrawasih, burung phoenix, dan sebagainya.
Adapun motif Semarang yang menonjolkan ikon kota Semarang seperti Tugu Muda, Lawang
Sewu, Burung Kuntul, Wisma Perdamaian, dan Gereja Blenduk.
BATIK SOLO