Nim : D1B019181
Kelas: :G
Pasal 1
Ayat 7 :
Keputusan kelayakan Lingkungan Hidup adalah keputusan yang menyatakan kelayakan
Lingkungan Hidup dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang waiib dilengkapi
dengan Amdal.
Ayat 8 :
Pernyataan Kesanggupan pengelolaan Lingkungan Hidup adalah standar pengelolaan
Lingkungan Hidup dan pemantauan Lingkungan Hidup dari penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan yang telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah pusat atau
pemerintah Daerah bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib UKL-UPL.
Ayat 9:
Surat Pernyataan Kesanggupan pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup atas
Dampak Lingkungan Hidup dari Usaha dan/atau Kegiatannya di luar Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL
Pasal 3
Ayat 3:
Persetujuan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui:penyusunan
Amdal dan uji kelayakan Amdal; atau penyusunan Formulir UKL-UPL dan pemeriksaan
Formulir UKL-UPL.
Pasal 4
Setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak terhadap Lingkungan Hidup wajib
memiliki:
a. Amdal;
b. UKL-UPL; atau
c. SPPL.
Pasal 5
Ayat 1:
Amdal wajib dimiliki bagi setiap rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang memiliki Dampak
Penting terhadap Lingkungan Hidup.
Ayat 2:
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. jenis rencana usaha dan/atau Kegiatan yang besaran/ skalanya wajib Amdal; dan/atau
b. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang lokasi Usaha dan/atau Kegiatan dilakukan
di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung.
Pasal 6
Ayat 1:
UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf b wajib dimiliki bagi Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak memiliki Dampak Penting terhadap Lingkungan Hidup.
Ayat 2:
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib merniriki UKL-UPL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak memiliki Dampak Penting;
b. jenis rencana Usaha dan,/atau Kegiatan:yang lokasi usaha dan/atau Kegiatan diluar
dan/atau tidak berbatasan langsung dengan kawasan lindung
c. termasuk .jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dikecualikan dari wajib UKL-
UPL.
Pasal 7
Ayat 1:
SPPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c ,wajib dimiliki bagi usaha dan/atau
Kegiatan yang tidalk memiliki Dampak Penting terhadap Lingkungaa hidup dan tidak
termasuk daiam kriteria wajib UKL-UPL.
Ayat 2:
Rencana usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki SPPL sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak memiliki Dampak Penting dan
tidak wajib UKL-UpL;
b. merupakan Usaha dan/atau Kegiatan Usaha mikro dan kecil yang tidak memiliki
Dampak penting terhadap Lingkungan Hidup; dan/atau
c. termasuk jenis rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dikecualikan dari wajib UKL-
UPL.
Pasal 8
Kriteria Usaha dan/atau Kegiatan yang memiliki Dampak Penting terhadap Lingkungan
Hidup yang wajib memiliki Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (l) terdiri atas:
Pasal 10
ayat 1:
Kewajiban memiliki Amdai sebagaimana dimaksud dalam Pasai 5 ayat (2) dikecualikan bagi
rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang:
lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang berada di dalam kawasan yang telah
dilengkapi dengan Amdal kawasan dan Persetujuan Lingkungan kawasan;
ayat 3:
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi:
a. eksplorasi pertambangan, minyak dan gas bumi, dan panas bu,mi yang tidak diikuti
dengan Usaha danr/atau Kegiatan pendukung yang skala/ besarannya wajib Amdal;
Pasal 12
ayat 1:
rencana usaha dan/atau kegiatan yang:
a. tidak wajib Amdal sebagaimana dimaksud dal.am Pasal 5 ayat (2) huruf a; dan/atau
b. wajib UKL-UPL sebagainrana dirnaksucl dalam pasal 6 ayat (2) huruf a, atau SppL
sebagaimana dimaksucl dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a,
dapat ditetapkan menjadi jenis rencana Usaha dan/atau Kegiat-an yang wajib memiliki
Amdal oleh Menteri.
Ayat 3:
Usulan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit berisi:
Pasal 13
Ayat 2 :
Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri menugaskan
pejabat yang membidangi Amdal, UKL-UPL, dan SPPL.
Ayat 4:
dalam hal hasil evaluasi menunjukkan:
a. usulan dapat diterima, pejabat yang membidangi Amdal, UKL-UPL, dan SPPL
menerbitkan rekomendasi penetapan rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak
wajib memiliki Amdal menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal, kepada Menteri; atau
b. usulan tidak dapat diterima, pejabat yang membidangi Amdal, UKL-UPL, dan SPPL
menerbitkarn rekomendasi penolakan penetb.pan suatu rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang tidak wajib memrliki Amdal menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan
yang wajib memiliki Amdal, kepada Menteri.
Pasal 14
Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasa.l 13 ayat (4) menjadi bahan pertimbangan
Menteri untuk:
a. menetapkan keputusan suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib
memiliki Amdal menjadi wajib memiliki Amdal; atau
b. menolak usulan penetapan suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib
memiliki Amdal menjadi wajib memiliki Amdal.
Pasal 17
Ayat 4:
dalam hal hasil evaluasi menunjukkan:
a. usulan dapat diterima, pejabat yang membidangi Amdal, UKL-UPL, dan SPPL
menerbitkan rekomendasi penetapan rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki
Arndal, kepada Menteri; atau
b. usulan tidak dapat diterima, pejabat yang membidangi Amdal, UKL-UPL, dan SPPL
menerbitkan rekomendasi penolakan penetapan suatu rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang wajib memiliki Amdal menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak wajib memiliki Amdal, kepada Menteri
Pasal 18
Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (41 menjadi bahan pertimbangan
Menteri untuk:
a. menetapkan keputusan suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki
Amdal menjadi rencana Usaha Can/atau Kegiatan yang tidak wajihr memiliki Amdal;
atau
b. menolak usulan penetapar, suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib
memiliki Amdal menjadi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang tidak wajib memiliki
Anrdal.
Pasal 19
Jangka waktu pelaksanaan evaluasi dan penetapan atau penolakan penetapan rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal menjacli tidak wajib memiliki Amdal
sebagaimana dimaksud dalanr Pasal 17 darr Pasal 18 dilakukan paling iama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap
Pasal 20
Ayat 1:
Untuk menentukan rencana Usaha danlatau Kegiatan yang wajib memiliki Amdal, UKL-
UPL, atau SPPL, penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan melakukan proses penapisan
secara mandiri.
Ayat 3:
Penetapan penapisan yang disampaikan oleh instansi Lingkungan Hidup pusat, organisasi
perangkat daerah yang membidangi Lingkungan Hidup provinsi, atau organisasi perangkat
daerah yang membidangi Lingkungan Hidup kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya
memuat:
a. rencana Usaha dan/atau Kegiatan wajib memiliki Amdal, UKL-UPL, atau SPPL; dan
b. kewenangan uji kelayakan Amdal, pemeriksaan UKLUPL, atau SPPL.
Pasal 21
Ayat 1:
Amdal disusun oleh penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan pada tahap perencanaan
suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
Ayat 4 :
Dalam hai lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuat dengan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dokumen Amdal tidak dapat dinilai dan dikembalikan
kepada penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
Pasal 22
Ayat 1:
Dalam menyusun Amdal, penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan menggunakan
pendekatan studi:
a. tunggal
b. terpadu; atau
c. kawasan
ayat 5 :
Pendekatan penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b
yang dilakukan oleh lebih dari 1 (satu) penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan terhadap
Usaha dan/atau Kegiatan yang saling terintegrasi dapat disusun dalam 1 (satu) Amdal yang
dapat digunakan untuk penerbitan tebih dari 1 (satu) Perizinan Berusaha.
Pasal 23
Ayat 1:
Penanggung jawab usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (i)
dalam penyusunan Amdal dapat dilakukan sendiri atau menunjuk pihak Iain dalam hal tidak
mampu.
Ayat 3:
Hasil penyusun Amdal yang disusun pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan.
Pasal 24
Ayat 2:
Dalam hai instansi Lingkungan Hidup pusat. organisasi perangkat daerah yang membidamgi
Lingkungan Hidup provinsi, atau organisasi perangkat daerah yang membidangi Lingkungan
Hidup kabupaten kota bertindak sebagai penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan,
aparatur sipil negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi penyusun Amdal.
Pasal 25
Penyusunan Amdal dimulai dengan penyediaan data dan informasi sebagai berikut:
a. hasil penapisan kewenangan penilaian Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20;
b. deskripsi rencana Usaha dan/atau Kegiatan;
c. rona Lingkungan Hidup awal di dalam dan di sekitar lokasi rencana Usaha dan/atau
Kegiatan yang akan dilakukan;dan
d. hasil pengumuman dan konsultasi publik.
Pasal 26
Pasal 28
Ayat 1:
Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dalam menyusun Amdal sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) melibatkan masyarakat yang terkena dampak langsung
Pasal 29
Ayat 1:
Masyarakat yang terkena dampak langsung yang dilibatkan dalam penyusunan Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (l) merupakan masyarakat yang berada di dalam
batas wilayah studi Amdal yang akan terkena dampak secara langsung baik positif dan/atatt
negatif dari adanya rencana Usaha dan/atau Kegiatan.
Pasal 36
Ayat 1:
Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian yang membidangi sektor bidang Usaha
dan/atau Kegiatan wajib Amdal menyusun Formulir Kerangka Acuan spesifik sesuai dengan
jenis Usaha dan/atau Kegiatan.
Pasal 44
Ayat 3:
d. keabsahan tanda bukti registrasi lembaga penyedia jasa penyusunan Amdal, apabila
penyusunan dokumen Andai dan dokumen RKL-RPL dilakukan oleh lembaga
penyedia jasa penyusunan Amdal;
pasal 52
ayat 1:
Formulir UKL-UPL diisi oleh penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan pada tahap
perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan.
Pasal 1
Ayat 1:
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan
Ayat 35:
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan.
Pasal 14
a. KLHS;
b. tata ruang; c.
c. baku mutu lingkungan hidup; d.
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup; e.
e. amdal; f.
f. UKL-UPL; g.
g. perizinan; h.
h. instrumen ekonomi lingkungan hidup; i.
i. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; j.
j. anggaran berbasis lingkungan hidup; k.
k. analisis risiko lingkungan hidup; l.
l. audit lingkungan hidup; dan
m. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan.
Pasal 22
Ayat 1:
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib
memiliki amdal.
Pasal 28
Ayat 2:
Kriteria untuk memperoleh sertifikat kompetensi penyusun amdal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
Ayat 1:
Dokumen amdal dinilai oleh Komisi Penilai Amdal yang dibentuk oleh Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Ayat 2 :
Komisi Penilai Amdal wajib memiliki lisensi dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya
Pasal 30
Ayat 1:
Keanggotaan Komisi Penilai Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 terdiri atas wakil
dari unsur: