Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini pembangunan di Indonesia semakin berkembang dengan pesat


dengan banyaknya pembangunan gedung, contohnya gedung apartemen, hotel,
perumahan-perumahan warga, pembangunan bangunan untuk industri dan
tempat pariwisata. Dari semua perkembangan pembangunan tersebut,
diperlukan perhatian khusus dan mendalam dari efek-efek yang akan dan atau
mungkin saja terjadi pada lingkungan. Diperlukan untuk memperhatikan
keberlangsungan lingkungan serta harmonisasi antara lingkungan hidup dan
makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Sebelum melaksanakan suatu
pembangunan, penting diperhatikan dalam pengkajian guna bangunan yang
akan dibuat dan analisis secara kritis serta mendalam terhadap efek yang timbul
pada lingkungan hidup.

Masalah pencemaran lingkungan menjadi ancaman serius jika terus


diabaikan, dan salah satu faktor yang membawa dampak pencemaran
lingkungan semakin dalam kondisi yang parah adalah meningkatnya limbah yang
terus menerus bertambah akibat kemunculan industri - industri usaha di
Indonesia yang angkanya dari tahun ke tahun semakin meningkat dan
bertambah banyak. Guna menurunkan kemungkinan buruk pada kondisi alam ini
maka pemerintah pun menetapkan sebuah aturan yang harus dijalankan oleh
perusahan industri dimana setiap perusahaan harus mengantongi dokumen izin
lingkungan yang lengkap agar mereka tak menyepelekan perbuatan yang
mereka timbulkan pada alam. Oleh karena itu perusahan wajib menyusun dan
mengurus izin UKL-UPL / AMDAL, DPLH dan dilengkapi dengan pengurusan dan
penyusunan SPPL.

Untuk usaha dan atau kegiatan yang tidak wajib AMDAL dan tidak wajib
UKL-UPL atau yang bersifat usaha mikro dan kecil diwajibkan membuat Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
(SPPL). Penyusunan SPPL ini wajib dilaksanankan oleh industri yang kiranya
tak akan menyumbang dampak signifikan terhadap lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat ditarik beberapa


rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan SPKPPLH dan tujuan dari pembuatan


dokumen SPKPPLH?
2. Apa yang menjadi dasar hukum dalam pembuatan dokumen SPKPPLH?
3. Apa yang menjadi syarat suatu perusahaan dalam pembuatan dokumen
SPKPPLH?
4. Apa sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran dokumen SPKPPLH?
5. Apa saja usaha-usaha yang wajib mempunyai dokumen SPKPPLH?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan disusunnya makalah Kegiatan Tidak Wajib AMDAL, tidak


wajib UKL-UPL namun wajib SKPPLPH adalah:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud SPKPPLH dan tujuan dari


pembuatan SPKPPLH.
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar hukum dalam pembuatan
dokumen SPKPPLH.
3. Untuk mengetahui apa yang menjadi syarat suatu perusahaan dalam
pembuatan dokumen SPKPPLH.
4. Untuk mengetahui sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran dokumen
SPKPPLH.
5. Untuk mengetahui apa saja usaha yang wajib mempunyai dokumen
SPKPPLH.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan


dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Surat pernyataan kesanggupan pengelolaan lingkungan hidup atau SPPL


merupakan salah satu bentuk dokumen lingkungan yang wajib di lengkapi oleh
setiap pelaku usaha yang tidak wajib AMDAL atau UKL-UPL. SPPL jika
dijabarkan menjadi Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mana
surat ini dapat diartikan sebagai surat yang berisikan persetujuan atau kesediaan
sebagai pelaku dan pemilik usaha untuk berkomitmen melakukan dan
menjalankan tindakan mengelola dan memberi pantauan terhadap lingkungan
sekitar dimana perusahan dan industri berdiri yang disebabkan oleh aktifitas
produksi usaha yang mungkin menimbulkan pencemaran lingkungan.
Pernyataan kesanggupan pengelolaan lingkungan yang ditandatangani diatas
materai 6000 sebagai kesungguhan dan legalitas formal dan secara hukum bisa
dipertanggung jawabkan.

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Hidup yang selanjutnya disebut SPKPPLH adalah pernyataan kesanggupan dari
penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha
dan/atau kegiatannya di luar usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau
UKL-UPL.

Surat pernyataan kesanggupan ini menjadi bahan rekomendasi yang


dibutuhkan untuk pelengkap syarat izin usaha dan gangguan dari wilayah tempat
industri bernaung. Skala usaha yang wajib memiliki dokumen SPPL biasanya
skala industri kelas kecil.. Pelaksanaannya harus terus diawasi sebagai kontrol.
Fungsi pengawasan inilah sebenarnya yang harus dilakukan secara intensif oleh
instansi lingkungan hidup dalam hal ini BLHD dengan tindak lanjut berupa
penegakkan hukum lingkungan baik pemberian insentif maupun disinsentif.
Tentunya dengan komitment semua pihak baik pelaku usaha, instansi
pemerintah, LSM, masyarakat dll maka kondisi lingkkungan hidup akan terjaga
dan terawasi dengan baik.

Tujuan dari pembuatan SPPL ini sebenarnya adalah untuk menjaga kondisi
lingkungan dari pencemaran dan/atau kerusakan akibat suatu usaha/kegiatan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kegiatan / usaha dalam proses pembangunan
tentunya selalu ada dampak negatif yang ditimbulkan. Oleh karena itu SPPL
inilah menjadi salah satu instrumen pengelolaan lingkungan hidup yang paling
kecil tingkatannya dibandingkan UKL-UPL, AMDAL.

2.2 Undang-undang yang mengatur Surat Pernyataan Kesanggupan


Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

*Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur pula bahwa usaha
dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKLUPL, wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
(SPPL).

2.2 Prosedur Pengajuan Persetujuan SPPL

1. Pemrakarsa harus datang sendiri atau memberikan kuasa untuk


menyampaikan formulir SPPL yang telah diisi dan ditandatangani
kepada Kepala Dinas atau Camat dengan dilampiri persyaratan
sebagai berikut:

a. Fotocopy IPPT atau SKTBL atau IMB yang sesuai dengan


kegiatannya.

b. Fotocopy Dokumen Perolehan Tanah.

c. Fotocopy KTP.

d. Fotocopy akte pendiriaan perusahaan bila pemrakarsa


badan hukum atau badan usaha.

e. Surat kuasa bermeterai dan dilampiri KTP asli dari


pemrakarsa dan KTP asli yang diberi kuasa bagi pemohon
yang tidak dapat datang sendiri.
f. Khusus untuk usaha dan/atau kegiatan yang berdiri pada
lahan yang berbatasan dengan kawasan lindung wajib
dilampiri rekomendasi dari instansi yang berwenang.

g. Rekomendasi ketinggian bangunan dari instansi yang


berwenang untuk bangunan dengan ketingian ≥ 20 m dari
permukaan tanah..

h. Design IPAL bagi yang berpotensi menghasilkan air


limbah.

i. Draf siteplan.

2. Pemeriksaan dokumen SPPL dapat dilaksanakan apabila rencana


kegiatan telah sesuai dengan rencana tata ruang daerah.

3. Kepala Dinas wajib memeriksa SPPL yang telah memenuhi format


penyusunan SPPL dan lampiran persyaratan.

4. Dalam hal terdapat kekurangan data dan/atau informasi dalam SPPL


dan memerlukan tambahan dan/atau perbaikan, pemrakarsa wajib
menyempurnakannya dan/atau melengkapinya sesuai hasil
pemeriksaan.

5. Kepala Dinas atau camat wajib memberikan persetujuan SPPL atau


menolak SPPL berdasarkan hasil pemeriksaan dan perbaikan).

6. Kepala Dinas memberikan keputusan persetujuan atau penolakan


SPPL dalam jangka waktu paling lama 7 hari sejak formulir SPPL
diterima dan dinyatakan lengkap dan benar.

7. Dalam hal usaha dan/atau kegiatan yang telah memiliki SPPL,


direncanakan mengalami perubahan pemrakarsa wajib menyusun
SPPL baru.
2.5 Contoh Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup
2.6 Sanksi Jika Tidak Memiliki Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN SANKSI
ADMINISTRATIF DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP

1. Sanksi Administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) terdiri


atas:
a. teguran tertulis
b. paksaan pemerintah
c. pembekuan Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
d. pencabutan Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diterapkan
kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan
pelanggaran terhadap persyaratan dan kewajiban yang tercantum dalam Izin
Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
tetapi belum menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
3. Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
diterapkan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:
a. Melakukan pelanggaran terhadap persyaratan dan kewajiban yang
tercantum dalam Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
4. Pembekuan Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diterapkan
apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:
a. Tidak melaksanakan paksaan pemerintah.
b. Melakukan kegiatan selain kegiatan yang tercantum dalam Izin
Lingkungan serta Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
c. Dugaan pemalsuan dokumen persyaratan Izin Lingkungan dan/atau Izin
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
5. Pencabutan Izin Lingkungan dan/atau Izin Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diterapkan
apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:
a. Memindahtangankan izin usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan
tertulis dari pemberi izin usaha.
b. Tidak melaksanakan sebagian besar atau seluruh paksaan pemerintah
yang telah diterapkan dalam waktu tertentu.
c. Telah menyebabkan terjadinya pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan manusia.

2.7 Studi Kasus

PT SPH Karawang

Perusahaan yang terletak di desa tarung mulya kecamatan ciampel kabupaten


karawang diduga tidak melakukan pengolahan limbah.

“diduga limbahnya tidak diolah terlebih dahulu melainkan langsung dibuang ke


lingkungan melalui saluran anak sungai citarum”

Perusahaan ini sudah ditetapkan dengan status quo dan sudah dipasangi police
line di instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang terletak di bagian belakang
perusahaan.

Jika terbukti perusahaan tersebut mengeluarkan limbah yang berbahaya bagi


lingkungan maka pihak perusahaan dikenakan pasal 99 undang – undang no 32
tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
1. Setiap orang yang karena kelalaiannya mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu
air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
2. Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak
Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
3. Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang luka berat atau mati, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9
(sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp9.000.000.000,00
(sembilan miliar rupiah).
4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan makalah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Surat


Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPL) adalah pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab usaha atau
kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas
dampak lingkungan hidup dari usaha atau kegiatannya di luar usaha atau
kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL. SPPL merupakan salah satu bentuk
dokumen lingkungan yang wajib di lengkapi oleh setiap pelaku usaha yang tidak
wajib AMDAL atau UKL-UPL. Peraturan wajib SPPL dicantumkan dalam UU
Pasal 35 ayat (1) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup mengatur pula bahwa usaha dan/atau kegiatan yang tidak
wajib dilengkapi UKLUPL, wajib membuat surat pernyataan kesanggupan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL). Tujuan dari pembuatan
SPPL adalah untuk menjaga kondisi lingkungan dari pencemaran dan/atau
kerusakan akibat suatu usaha/kegiatan.

4.2 Saran
 Dari pihak perushaan atau pemrakarsa agar lebih menaati peraturan yang
sudah diterapkan dan menjalan proyek sesuai dengan kesepakatan yang
sudah tertera di dalam SPPL dengan sepenuhnya. Pihak pemrakarsa
haruslah lebih sadar pentingnya fungsi lingkungan dan tidak hanya
mengutamakan kepentingan ekonomi. Hal ini berlaku bagi seluruh pihak
perusahaan yang ingin melaksanakan suatu proyek bahwa perlunya
kesadaran untuk tidak merusak lingkungan.
 Pihak pemerintah selaku pengawas yang bertugas dalam memantau dan
mengevaluasi pelaksanaan proyek haruslah tegas dalam memberikan
sanksi apabila suatu perusahaan tidak dapat mengelola lingkungan dengan
baik. Disamping itu, pihak pemerintah atau dinas terkait yang bertugas
dalam mengawasan, harusnya memiliki SDM dan fasilitas yang memadai
agar dapat melakukan pengawasan dengan optimal.
Daftar Pustaka

https://abdulwahid79.wordpress.com/2016/08/10/sppl-surat-pernyataan-
pengelolaan-lingkungan-hidup/

https://id.scribd.com/document/346549647/Form-SPPL-docx

https://regional.kompas.com/read/2018/06/29/14585851/diduga-cemari-anak-
sungai-citarum-pabrik-batik-disegel-polisi

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG DOKUMEN


LINGKUNGAN HIDUP DAN IZIN LINGKUNGAN.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 02 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN SANKSI
ADMINISTRATIF DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP.

TAH, F. S. (2013). Implementasi Penerbitan Izin Lingkungan Menurut Peraturan


Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan.
LAMPIRAN

Penggolongan Usaha Wajib UKL-UPL dan SPKPPLH


MAKALAH

KEGIATAN TIDAK WAJIB AMDAL, TIDAK WAJIB UKL-UPL NAMUN WAJIB


SKPPLPH

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Dasar-dasar Amdal

Dosen Pengampu : Ir. Putut Widjanarko, MP.

Disusun Oleh : Kelompok 3

Natalia Windy Christian (165080101111018)


Masrur roziqin (165080101111019)
Ana Auliyatul Rofiqoh (165080101111022)
Maviana (165080101111029)
Bocha Tri Halis Mat Rusian (165080101111033)
Aliyyil Adzim (165080101111035)
Chintya Wandika Ningrum (165080101111040)
Dini Anggrainy (165080101111041)
Selvi Darmayanti (165080101111043)
Santa Agnes Octavia Siahaan (165080101111057)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2018

Anda mungkin juga menyukai