Anda di halaman 1dari 58

Ikatan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (IPPMI) mendesak Presiden dan

Wakil Presiden terpilih untuk melunasi janji politik mereka untuk segera menjalankan
UU Desa secara bertahap.
Untuk meminimalisir resiko, IPPMI mengusulkan 5 langkah srategis untuk persiapan
implementasi UU Desa.
Pemilihan Presiden 2014 yang baru saja usai membawa pelajaran berharga bagi
Indonesia. Masyarakat tidak lagi pasif. Mereka merekam dan mengingat program
yang ditawarkan, menagih janji yang belum terealisasi dan tak segan pula berniat
membentuk parlemen jalanan untuk mengawasi jalannya pemerintahan.
Salah satu janji kampanye yang patut ditagih menurut IPPMI adalah implementasi
Undang-undang no. 6 Tahun 2014 tentang Desa, atau lebih dikenal sebagai UU
Desa. Tanpa menafikan adanya pro dan kontra khususnya terkait kesiapan desa dan
dampaknya, IPPMI meyakini UU Desa menandai babak baru sistem pemerintahan
yang akan membawa dampak positif dalam praktek pemerintahan dan pembangunan
desa yang selama ini terpinggirkan.
Ibnu Taufan, IAP, Ketua Umum IPPMI mengatakan bahwa UU Desa memberikan
komitme kandirian desa melalui pembaruan atas kedudukan, kewenangan,
penataan, penyelenggaan pemerintahan, keuangan dan pembangunan desa, serta
pengakuan terhadap desa adat, oleh karena itu penundaan implementasi undangundang dikhawatirkan berdampak pada sikap skeptik masyarakat yang sudah lama
menunggu.
Hal yang sama juga disampaikan John Odhius, Sekretaris Jendral IPPMI. Insan
pemberdayaan masyarakat dan IPPMI meminta agar pemerintah yang akan datang
secara konsisten dapat menerapkan pembangunan desa yang memberi ruang bagi
desa dan masyarakat desa untuk tumbuh secara mandiri, adil dan sejahtera melalui
pendampingan yang profesional, ruang partisipasi masyarakat desa yang terbuka
dan kucuran alokasi dana desa di TA 2015 dari APBN.
Persiapan pelaksanaan UU Desa mulai TA 2015, tidak lepas dari peran dan tugas
Pemerintah yang saat inberkuasa. Menurut Akhmad Muqowam, Ketua Kaukus Desa
Parlemen, UU Desa lahir bagai komitmen DPR dan Pemerintah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, utamanya masyarakat
yg berada di Desa atau Pedesaan. Konsekuensi dari komitmen tersebut, Pemerintah
yang berada dalam domain eksekutif, utamanya Presiden, harus melaksanakan
amanah UU Desa tersebut.
Menilik rencana Kerja Pemerintah tahun 2015, menurut Muqowam belum
menunjukkan kesungguhan Pemerintah melaksanakan UU Desa. Selain karena
masih adanya pandangan yang beda-beda pada tataran Pemerintah Pusat,

koordinasi implementasi UU Desa juga sangat tidak berpihak pada UU Desa, itu
artinya Pemerintah tidak berpihak dan tidak berniat mensejahterakan
masyarakat Desa di Indonesia.
Yang paling fatal adalah cara Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk desa
dengan mengelaborasi program Kementerian/ Lembaga yang ada nomenklarur desa
yg selama ini sudah ada dan menjadi Kebijakan Alokasi Anggaran Tahun 2015,
tambah Muqowam yang juga akan menjadi anggota DPD Periode 2014-2019 ini.
Urgensi Pendampingan Masyarakat Disisi lain, saat ini masih banyak pihak yang
meragukan UU Desa dapat terwujud mengingat
kemampuan desa, khususnya dalam mengelola dana tidak sama. Hal ini membawa
kekhawatiran akan potensi praktik salah kelola atau bahkan penyalahgunaan dana
yang massif. Kata kunci pendampingan menjadi penting jika dikaitkan dengan
kekhawatiran para pihak akan bahaya implementasi UU Desa akibat minimnya
kapasitas desa.
IPPMI tidak memungkiri adanya potensi konflik serta resiko penyimpangdan
penyalahguna dana, namun hal tersebut bukan menjadi alasan untuk menunda
pelaksanaanya. Presiden dan Capres terpilih jangan sampai kehilangan momentum.
Oleh karena itu perlu langkah-langh strategis penyiapan implementasi UU Desa
untuk meminimalisir resiko, sekaligus memastikan
implementasi tidak jalan di tempat, tambah Ibnu Taufan.
Selain itu, dengan semangat UU Desa IPPMI mendorong pemerintahan baru untuk
melanjutk program-program berbasis masyarakat serta melestarikan aset-aset
program pemerdayaan masyarakat yang telah dijalankan oleh pemerintahan
sebelumnya.
Saat ini pemerintah telah dan sedang melaksanakan program-program
pemberdayaan masyarakat yang memberi manfaat bagi 13,3 juta Rumah Tangga
Miskin (RTM), menyerap 11 juta tenaga kerja, dengan tingkat partisipasi mencapai
60% dan 48% diantaranya adalah perempuan.
IPPMI mencatat, program pemberdayaan masyarakat tersebut juga telah
meningkatkan modal sosial berupa gotong-royong dan swadaya baik di desa maupun
kecamatan, adanya efisiensi pelaksanaan kegiatan swakelola oleh kelompok
masyarakat mencapai 15-50%, serta telah terbentuknya aset-aset berupa 9 Triliun
dana bergulir, dan aset fisik lainnya berupa 104,966 km panjang jalan, 8,532
jembatan, 6,756 irigasi, 103,026 sistem air bersih, dan 27,503 sekolah.
Dan yang tidak kalah penting, pemerintah telah melakukan investasi sumber daya
manusia melalui program pemberdayaan masyarakat selama 15 tahun terakhir
dengan nilai lebih dari 10 Triliun untuk 25,378 orang dengan kualifikasi sarjana strata

satu (S-1) disertai kompetensi sebagai Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat (FPM).


Pendamping/Fasilitator tersebut juga sudah melatih dan memfasilitasi penguatan
kapasitas sekitar 642,115 kader yang bekerja langsung bersama masyarakat.
Bahkan pelatihan-pelatihan terbatas juga telah diberikan kepada hampir seluruh
kepala desa di 72.944 desa.
Atas dasar fakta-fakta tersebut, IPPMI yang mewadahi para pelaku pemberdayaan
masyarakat di Indonesia mendesak Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk
menjalankan lima langkah strategis yaitu:
Mempersiapkan pelaksanaan UU Desa dengan cara mengkonsolidasikan seluruh
dana program berbasis desa dan menerbitkan aturan dan kebijakan terkait.
Memastikan Pemkab/Pemkot memfasilitasi kesiapan desa dalam hal penyusunan
RPJM Desa, RKP Desa, APBDesa dan penataan kelembagaan desa
Menerbitkan peraturan dan kebijakan terkait pengelolaan asset program berbasis
masyarakat sesuai skema UU Desa
Meningkatkan kapasitas aparatur desa dan masyarakat, serta menyediakan
pendamping desa dengan mendayagunakan fasilitator pemberdayaan masyarakat
yang ada
Mengalokasikan Dana Desa mulai tahun 2015.
Pernyataan Identitas:
Ikatan Pelaku Pemberdayaan Masyarakat Indonesia (IPPMI) adalah organisasi
wadah perkumpulan para pelaku pemberdayaan masyarakat yang telah
mengembangkan jejaring pelaku yang tersebar di 27 provinsi dan melakukan
kaderisasi bagi sedikitnya 300 ribu pelaku di 365 kabupaten, 4762 kecamatan dan
46413 desa dengan ini juga menyatakan siap untuk terus meningkatkan kompetensi
dan kapasitas anggota sebagaimana tuntutan perubahan paradigma, sistem, serta
mekanisme pendampingan di masa mendatang.
Kontak person
Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi
Grace Palayukan, email: grace.ippmi@gmail.com telp 08129333480, dan
John Odhius; email; odhius@yahoo.com dan telp 08129678480.
Sekretariat IPPMI:
Graha Samali Lt. 4, R-4009
Jl. H. Samali No. 31B Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12740

PRO DAN KONTRA MENGENAI HOME CARE DI INDONESIA SELASA, 06


MEI 2008 Di awal perjalanannya home care nursing sesungguhnya
merupakan bentuk pelayanan yang sangat sederhana, yaitu kunjungan
perawat kepada pasien tua atau lemah yang tidak mampu berjalan
menuju rumah sakit atau yang tidak memiliki biaya untuk membayar
dokter di rumah sakit atau yang tidak memiliki akses kepada
pelayanan kesehatan karena strata sosial yang dimilikinya.
Pelaksanaannya juga merupakan inisiatif pemuka agama yang care
terhadap merebaknya kasus gangguan kesehatan. Perawat yang
melakukannya dikenal dengan istilah perawat kunjung (visiting nurse).
Bentuk intervensi yang diberikan berupa kuratif dan rehabilitatif. Pada
saat klien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem
pelayanan keperawatan dirumah (home care nursing), maka klien dan
keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkannya
dari pelayanan keperawatan dirumah sakit.adapun klien dan keluarga
memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada
pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan home care bukan
pilihan yang tepat.dibawah ini terdapat tentang pro dan kontra home
care di Indonesia. Pro home care berpendapat : home care
memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang dikenal
oleh klien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit klien akan
merasa asing dan perlu adaptasi. home care merupakan satu cara
dimana perawatan 24 jam dapat diberikan secara focus pada satu
klien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi pada beberapa
pasien. home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan
keperawatan bagi klien, dimana pelayanan keperawatan dapat
diberikan secara komprehensif (biopsikososiospiritual). home care
menjaga privacy klien dan keluarga, dimana semua tindakan yang
berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu. home care
memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih rendah
daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit. home care
memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam
memonitor kebiasaan klien seperti makan, minum, dan pola tidur
dimana berguna memahami perubahan pola dan perawatan klien.
home care memberikan perasaan tenang dalam pikiran, dimana
keluarga dapat sambil melakukan kegiatan lain dengan tidak
meninggalkan klien. home care memberikan pelayanan yang lebih
efisien dibandingkan dengan pelayanan dirumah sakit, dimana pasien
dengan komplikasi dapat diberikan pelayanan sekaligus dalam home
care. pelayanan home care lebih memastikan keberhasilan pendidikan
kesehatan yang diberikan, perawat dapat memberi penguatan atau
perbaikan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan keluarga.
Kontra home care berpendapat : home care tidak termanaged dengan
baik, contohnya jika menggunakan agency yang belum ada
hubungannya dengan tim kesehatan lain seperti : dokter spesialis.
Petugas laboratorium. Petugas ahli gizi. Petugas fisioterafi. Psikolog dan

lain-lain. home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika


dibandingkan dengan menggunakan tenaga kesehatan secara individu.
klien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk
mencapai unit-unit yang terdapat dirumah sakit, misalnya : Unit
diagnostik rontgen Unit diagnostik CT scan. Unit diagnostik MRI.
Laboratorium dan lain-lain. pelayanan home care tidak dapat diberikan
pada klien dengan tingkat ketergantungan total, misalnya: klien
dengan koma. tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam
kegiatan perawatan, dimana keluarga merasa bahwa semua kebutuhan
klien sudah dapat terlayani dengan adanya home care. pelayanan
home care memiliki keterbatasan fasilitas emergency, misalnya :
fasilitas resusitasi fasilitas defibrilator jika tidak berhasil, pelayanan
home care berdampak tingginya tingkat ketergantungan klien dan
keluarga pada perawat PRO DAN KONTRA HOME CARE DI INDONESIA
Pro berpendapat : 1. home care memberikan perasaan aman. 2. home
care memberikan pelayanan focus. 3. home care memberikan
keyakinan akan mutu pelayanan. 4. menjaga privasi klien dan
keluarga. 5. home care lebih hemat. 6. memberikan kemudahan dalam
memonitor. 7. home care memberikan rasa tenang kepada keluarga. 8.
home care lebih efisien. 9. lebih berhasil dalam pendidikan kesehatan.
Kontra berpendapat : 1. home care tidak termanaged dengan baik. 2.
home care lebih mahal. 3. membutuhkan waktu lebih banyak untuk
mencapai unit penunjang yang ada dirumah sakit. 4. tidak bisa pada
klien dengan ketergantungan total. 5. tingkat keterlibatan keluarga
rendah. 6. memiliki keterbatasan fasilitas. 7. tingkat ketergantungan
tinggi.
Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

Pemberdayaan & Kesejahteraan Keluarga


(PKK)
A.

Latar belakang

Keberhasilan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh perempuan. Perempuan mempunyai
andil besar dalam membentuk sebuah keluarga yang bermartabat. Lebih dari itu, perempuan juga
mempunyai andil besar dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan
masyarakat dan kelompok. Salah satu buktinya, bahwa perempuan mampu meningkatkan
kesejahteraan keluarganya dengan melakukan kegiatan usaha produktif rumah tangga.
Salah satu wadah organisasi perempuan dimasyarakat Desa dan Kelurahan adalah PKK.
PKK merupakan sebuah gerakan yang tumbuh dari bawah dengan perempuan sebagai penggerak
dan dinamisatornya dalam membangun, membina, dan membentuk keluarga guna mewujudkan
kesejahteraan keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat. Gerakan PKK adalah
gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang bertujuan untuk dapat
mewujudkan keluarga-keluarga yang sehat, sejahtera, maju dan mandiri.

PKK adalah gerakan yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor / penggeraknya untuk
membangun keluarga sejahtera sebagai unit atau kelompok terkecil dalam masyarakat.
Pengertian ini secara lengkap telah termaktub dalam Buku Pintar PKK yang bunyinya sebagai
berikut
:
PKK adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita
sebagai motor penggeraknya untuk membangun keluarga sebagai unit atau kelompok
terkjecil dalam masyarakat guna menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan, dan membina
keluarga guna mewujudkan keluarga sejahtera.
Gerakan PKK adalah mitra kerja pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, yang mekanismenya
dikelola dan dilaksanakan secara berjenjang, dari tingkat terbawah (Dawis, Banjar), Desa, hingga
pusat.
PKK menjadi gerakan untuk mendata beberapa aspek yang diperlukan seperti data warga, ibu
hamil,
bayi,
dan
balita,
kelahiran,
kematian,
sampai
kegiatan
masyarakat.
PKK juga harus menembus pemahaman agama yang kurang tepat, tentang pelarangan
penggunaan alat kontrasepsi termasuk mereka harus memberikan penjelasan yang utuh tentang
manfaat program KB kepada masyarakat yang rata-rata berpendidikan rendah, mereka membantu
korban
kekerasan
perempuan
dalam
rumah
tangga
dan
masyarakat.
PKK consern dalam membela kaum miskin yang kelaparan dengan cara membantu ekonomi kaum
perempuan.
Satu hal penting untuk selalu mengusahakan peningkatan SDM kader, agar mengelola gerakan
PKK dengan profesional, mampu melaksanakan tugas dan fungsinya selaku perencana, pelaksana
dan pengendali, sebagai motivator dan penggerak, agar 10 Program Pokok PKK dapat terlaksana
dengan lancar.
Kesejahteraan keluarga menjadi tujuan utama PKK. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit
terkecil masyarakat yang akan berpengaruh besar terhadap kinerja pembangunan. Dari keluarga
yang sejahtera ini, maka tata kehidupan berbangsa dan bernegara akan dapat melahirkan
ketentraman, keamanan, keharmonisan, dan kedamaian. Dengan demikian, kesejahteraan
keluarga menjadi salah satu tolok ukur dan barometer dalam pembangunan. Oleh karena itu,
sesuai amanat Permendagri Nomor 5 Tahun 2007, PKK merupakan salah satu Lembaga
Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan dan merupakan mitra pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan.
Program kerja PKK berorientaasi pada praksis, artinya PKK bergerak pada aksi-aksi nyata
memberdayakan dan memihak kaum perempuan. Dan lebih dari itu, PKK mempunyai andil besar
dalam mensukseskan lomba desa.
Jadi PKK adalah suatu gerakan pembangunan yang tumbuh dari bawah, dikelola oleh, dari dan
untuk
masyarakat
menuju
terwujudnya
keluarga
yang
sejahtera.
PKK adalah lembaga sosial kemasyarakatan yang independen non profit dan tidak berafiliasi
kepada suatu partai politik tertentu.
PKK mempunyai peran untuk membantu pemerintah Desa dan Kelurahan dalam meningkatkan
kesejahteraan lahir batin menuju terwujudnya keluarga yang berbudaya, bahagia, sejahtera, maju,
mandiri, dan harmonis serta mempunyai peran dalam menumbuhkembangkan potensi dan peran
perempuan dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu, peran PKK sebagai penggali,
pengembang potensi masyarakat khususnya keluarga, pembina, motivator, serta penggerak
prakarsa, gotong royong dan swadaya perempuan dalam pembangunan sebagai bagian integral
dalam mewujudkan pembangunan partisipatif.
Terkait dengan hal tersebut, dalam upaya mempercepat terwujudnya tujuan pembangunan
yang pro poor, pro gender, dan pro job, maka pemberdayaan PKK perlu terus ditingkatkan.
Pemberdayaan PKK dalam keluarga meliputi segala upayaBimbingan, Pembinaan dan
Pemberdayaan agar keluarga dapat hidup sejahtera, maju dan mandiri.
Pada awalnya PKK adalah kepanjangan dari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, sampai pada
tahun 1972 Menteri Dalam Negeri pada saat itu mengeluarkan imbauan untuk mengganti nama
Kepanjangan PKK menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, dan baru pada era reformasi

kepanjangan PKK kembali diganti menjadi Gerakan Pemberdayaan & Kesejahteraan Keluarga.
Namun Sejak awal gerakan PKK pada intinya adalah peningkatan kesejahteraan keluarga yang
diartikan sebagai sebuah kondisi tentang terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dari setiap
anggota keluarga secara material, sosial, mental spiritual sehingga dapat hidup layak sebagai
manusia yang bermanfaat. Keberhasilan gerakan PKK di Indonesia, khususnya dengan
meningkatkan peranan wanita di masyarakat, telah diakui oleh masyarakat. Bahkan pengakuan
juga datang dari lembaga-lembaga internasional seperti WHO, UNICEF, UNESCO.
Keberhasilan PKK ini terwujud karena gerakan ini dimunculkan dari kebutuhan masyarakat yang
pengelolaannya juga dilaksanakan oleh masyarakat dan hasil yang didapat juga dinikmati langsung
atau ditujuan untuk masyarakat itu sendiri menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju
dan mandiri, kesetaraan, dan keadilan gender, serta kesadaran hukum dan lingkungan.
PKK juga merupakan gerakan masyarakat yang selama ini aktif berperan sebagai mitra pemerintah
dalam
pelaksanaan
berbagai
program
pembangunan
masyarakat.
Keberhasilan Gerakan PKK ini juga tidak dapat dipungkiri dikarenakan sebagian besar pengurus
dan kadernya adalah perempuan yang secara tradisional di masyarakat Indonesia memiliki tugas
dan tanggungjawab yang lebih besar dalam melakukan UPAYA meningkatan dan mengembangkan
kemampuan
dan
kepribadian
dalam
bidang
:
1. Mental spiritual, meliputi sikap dan perilaku sebagai insan hamba Tuhan, anggota masyarakat
dan warga negara yang dinamis serta bermanfaat, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2. Fisik material, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, kesempatan kerja yang layak serta
lingkungan hidup yang sehat dan lestari melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan.
Jika dicermati, kegiatan Gerakan PKK senantiasa menekankan prinsip pemberdayan dan
partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan keluarga. Jika kita sepakat, keluarga merupakan unit
terkecil dalam masyarakat yang menyediakan kebutuhan seluruh anggotanya, seperti pendidikan
dan budi pekerti, kasih sayang, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya, sebagaimana dalam delapan
fungsi keluarga. Artinya keluarga merupakan fundamental bagi pembangunan manusia, sekaligus
barometer kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Dari batasan PKK tersebut jelaslah bahwa tujuan gerakan PKK adalah mewujudkan keluarga
sejahtera. Yaitu, keluarga yang mampu menciptakan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
antara kemajuan lahiriah dan batiniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Mengapa keluarga sejahtera ini harus diupayakan? Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
yang mempunyai arti besar dalam proses pembangunan. Apabila masing-masing keluarga sudah
dapat mewujudkan tata kehidupan dan penghidupannya diliputi rasa saling pengertian,
kekeluargaan yang harmonis, tentu Indonesia akan menjadi negara yang aman, damai, tentram,
dan sejahtera. Jadi, kondisi keluarga dapat menjadi salah satu barometer bagi kesejahteraan
masyarakat
pada
umumnya.
Permasalahannya sekarang adalah bagaimana membudayakan PKK sesuai dengan
eksistensinya? PKK dengan 10 program pokoknya, yakni penghayatan dan pengamalan Pancasila,
gotong royong, pangan, sandang, perumahan dan tata laksana rumah tangga, pendidikan dan
ketrampilan, kesehatan, mengembangkan kehidupan berkoperasi, kelestarian lingkungan hidup,
serta
perencanaan
yang
sehat
merupakan
kekuatan
yang
strategis.
Tidak saja dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun juga dapat meningkatkan
kesehatan
masyarakat.
Melalui program pengembangan berkoperasi, PKK dapat menanamkan dasar demokrasi ekonomi.
PKK juga mengenalkan strategi untuk mengembangkan usaha guna meningkatkan taraf hidup.
Yang lebih mendasar lagi, upaya menyadarkan mayarakat akan perlunya pelestarian lingkungan
hidup.
Intinya, bagaimana PKK melalui Pokja-Pokjanya dapat berperan aktif dalam seluruh aspek
kehidupan, termasuk di dalamnya peran serta dalam meningkatkan sektor pendidikan, khususnya
pendidikan
ketrampilan
?
PKK yang merupakan wadah kegiatan ibu-ibu, tidak afdol bila kurang memperhatikan sektor
pendidikan. Dalam kehidupan keluarga, wanita adalah pengasuh serta pendidik yang utama dan
pertama bagi putra-putrinya. Sedang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, wanita adalah
pelahir generasi penerus ( Bulletin Nusa Indah, 2003 : 9 ). Hal ini selaras dengan isi pidato
Presiden
SBY
pada
Hari
Anak
Nasional
Th
2006,
sebagai
berikut
:
Anak-anak adalah amanah dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Dalam dirinya melekat

harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak adalah tunas , potensi, dan generasi
penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak mempunyai peranan strategis yang menjamin
kelangsungan bangsa di masa yang akan datang. Kita sebagai orang tua, mengemban tugas mulia
untuk memberikan curahan kasih sayang, mendidik dan membesarkan anak-anak kita denga rasa
tanggung jawab (Bulletin Khusus Warta Desa, Juli 2006 ).
Agar seorang ibu dapat memerankan diri sebagai pendidik pertama dan utama, perlu adanya
upaya mengembangkan kemampuan dan ketrampilan melalui optimalisasi PKK. Secara umum
memang pendidikan sudah dilaksanakan di lembaga-lembaga formal. Namun, pendidikan
keterampilan ( live skill ) telah menjamur di lembaga-lembaga yang berbasis masyarakat, yang
tidak menutup kemungkinan ibu-ibu PKK ikut berperan di dalamnya.
VISI
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan.
Menurut Lusi Kholiq Arief dalam Materi Bimbingan teknis Pengelola Perpustakaan, Visi Gerakan
PKK adalah terwujudnya keluarga sejahtera untuk menuju masyarakat madani, yaitu masyarakat
yang maju, mandiri, demokratif, partisipatif, dan sadar hukum. Dengan visi tersebut, setiap
keluarga disadarkan akan perannya untuk ikut mewujudkan masyarakat madani. Memang, hidup di
era maju dan canggih ini, mau tidak mau harus berpikiran maju. Keluarga yang berpikiran maju
tidak akan berdiam diri di tengah arus informasi yang begitu deras. Keluarga tersebut, akan selalu
merasa kurang / ketinggalan jaman, sehingga tumbuh kemauan untuk selalu belajar mengejar
kemajuan zaman. Keluarga yang maju, akan terbiasa berpikir positif dalam menghadapi berbagai
permasalahan dalam kehidupan. Keluarga mandiri seperti itulah yang terbiasa hidup secara
demokratis dan partisipatif dalam setiap memecahkan permasalahan. Keluarga seperti itulah yang
ingin diwujudkan oleh PKK dalam perjuangannya selama ini. Keluarga mandiri dan sejahtera
apabila ikut berperan serta dalam pembangunan, tidak semata-mata melaksanakan instruksi dari
atas. Namun, atas kesadaran sendiri sebagai warga negara yang memang mempunyai tanggung
jawab
ikut
berperan
serta
dalam
pembangunan.
Salah satu upaya untuk mewujudkan visi gerakan PKK adalah dengan pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat akan terwujud bila ada upaya untuk memberdayakan keluarga.
Sedang yang dimaksudkan pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat
non-instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan agar mampu mengidentifikasi
masalah , merencanakan, dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahan dengan benar,
tanpa atau dengan bantuan pihak lain (Panduan Pemberdayaan Masyarakat, 1999 : 2).
Pemberdayaan keluarga ini penting karena akan menghasilkan kemandirian keluarga.
VISI : Terwujudnya Keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri , berkesetaraan dan berkeadilan gender
serta kesadaran hukum dan kesadaran lingkungan.
MISI
Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai di masa
yang akan datang. Misi Gerakan PKK yaitu memberdayakan masyarakat dan menciptakan kondisi
untuk meningkatkan SDM masyarakat sehingga mampu membangun dirinya berdasarkan potensi,
kebutuhan aspirasi dan kewenangan yang ada.
1.Meningkatnya mental sepiritual, menghayati dan mengamalkan Panca Sila dan Undang
Undang Dasar 1945, menegakkan pelaksanaan Hak Azazi Manusia ( HAM ) Demokrasi,
Kesetiakawanan Sosial dan gotong royong;
2. Meningkatnya Pendidikan dan Ketrampilan keluarga, dalam upaya turut mencerdaskan
kehidupan bangsa dan meningkatnya pendapatan keluarga
3. Meningkatnya kualitas dan kwatintas pangan keluarga, dengan Pemanfaatan Tanah Pekarangan
( PTP ) ;

4. Meningkatnya derajat kesehatan , kelestarian lingkungan hidup, membiasakan hidup berencana


dan menabung ;
5. Meningkatnya pengelolaan gerakan PKK baik kegiatan pengorganisasian maupun program
programnya yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.
SASARAN
Guna mewujudkan misi PKK tersebut, ditetapkan pula sasaran gerakan PKK sbb:
1. Pengembangan dan peningkatan mental spiritual ( sikap dan perilaku ) sebagai insan hamba
Tuhan, anggota masyarakat, dan warga negara yang dinamis serta bermanfaat berdasarkan
Pancasila
dan
UUD
1945.
2. Pengembangan dan peningkatan fisik material ( pangan, sandang, papan, kesehatan, dan
kesempatan kerja ) yang layak serta lingkungan hidup yang sehat dan lestari melalui peningkatan
pendidikan,
pengetahuan,
dan
ketrampilan.
Sasaran gerakan PKK adalah seluruh anggota keluarga yang masih perlu ditingkatkan dan
dikembangkan kemampuan dan kepribadiannya dalam bidang mental spiritual, meliputi sikap dan
perilaku sebagai insane hamba Tuhan, anggota masyarakat dan warga Negara yang dinamis serta
bermanfaat, berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dan Fisik material yang meliputi pangan,
sandang ,papan, kesehatan, kesempatan kerja yang layak serta lingkungan hidup sehat dan lestari
melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan.
Peranan
PKK
dalam
Pemberdayaan
Perpustakaan
Desa
Pendidikan dan ketrampilan wanita sangat erat kaitannya dengan tugas pokok wanita / ibu dalam
membina keluarga sejahtera. Karena itu wanita / ibu perlu meningkatkan diri dalam menambah
pengetahuan dan ketrampilannya dengan membaca. Untuk itu diperlukan adanya perpustakaan di
Desa.Terlebih lagi bila bidang pendidikan dan ketrampilan diberdayakan sejak dini di lingkungan
masyarakat, akan terjembatani kesenjangan-kesenjangan di sektor lain. Untuk itu salah satu
alternatifnya
adalah
dengan
mendirikan
perpustakaan
desa.
Salah satu program kerja Pokja II PKK adalah peningkatan minat baca dan pemberdayaan
perpustakaan. Artinya, ada gayung bersambut antara kebutuhan pemenuhan pengetahuan dan
informasi
masyarakat
dengan
program
PKK
di
era
informasi
ini.
Lalu
seberapa
besar
peranan
PKK
dalam
pemberdayaan
perpustakaan
?
PKK sebagai mitra kerja pemerintah sekaligus merupakan organisasi kemasyarakatan yang
berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak pada masingmasing tingkatan. PKK juga berperan serta dalam mengembangkan perpustakaan , memelihara
dan memanfaatkan bahan pustaka secara tepat dan berhasil guna. Tidak terkecuali , ikut
mencerdaskan kehidupan masyarakat dengan ikut serta dalam gerakan pembebasan 3 ( tiga )
Buta.
Begitu besarnya peranan PKK dalam pemberdayaan perpustakaan desa bagi peningkatan kualitas
SDM ibu-ibu PKK, maka dipandang perlu adanya perpustakaan di tingkat desa / kelurahan.
Pemberdayaan perpustakaan secara optimal akan berfungsi sebagai rumah belajar masyarakat.
Seluruh lapisan masyarakat dari segala umur dapat menggunakan perpustakaan untuk
pemberdayaan
diri
dan
pemberdayaan
masyarakat.
Pemberdayaan adalah penguatan kemampuan, kemauan dan kemandirian masyarakat yang
meliputi
:
1. Penguatan bidang ekonomi baik dalam penguasaan aset, peningkatan SDM, akses pasar,
perubahan
sikap
mental
dalam
berusaha
dan
bekerja.
2. Penguatan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, kebudayaan, politik melalui
perluasan akses , sehingga terbentuk masyarakat yang memiliki kepribadian, disiplin, mandiri dan
optimis.
3. Penguatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik (Slamet Sutopo, KPM,
2006).
MOTTO
Tiada
Tiada
Tiada
Tiada

TP-PKK
hari
kegiatan
kegiatan
kegiatan

tanpa
tanpa
tanpa
tanpa

DESA
Inovasi
Koordinasi
Perencanaan
Keikhlasan

BATUBULAN

(Motto
Ketua)
(Motto
Sekretaris
1)
(Motto
Sekretaris
2)
(Motto
Bendahara)

Tiada
Hidup
tanpa
Kerukunan
Tiada
Kegiatan
tanpa
Ketrampilan
Tiada
Pekarangan
tanpa
Tanaman
Tiada Hidup tanpa Kesehatan (Motto Pokja IV)

(Motto
(Motto
(Motto

Pokja
Pokja
Pokja

I)
II)
III)

Majukan kaum perempuan. Agar perempuan tak terkungkung dalam masalah perbedaan gender.
Tetapi justru mampu menunjukkan bahwa kaum Hawa bisa sama, bahkan lebih dari lelaki.
Sekarang ini kaum perempuan memiliki banyak peluang di segala hal. Sebab, tak ada lagi
perbedaan gender yang menyebabkan perempuan selalu terdiskriminasi.
Meski demikian, berharap kaum perempuan tak melupakan kodratnya. Harus ada keseimbangan
agar semua dapat berjalan baik,. Karena banyak contoh seorang perempuan yang berkarir dan
sering
mengabaikan
tanggung
jawabnya
pada
keluarga.
Padahal tidak boleh seperti itu. Mengejar karir boleh, tetapi jangan sampai tanggung jawab
sebagai ibu dan istri terlupakan. Keduanya harus berjalan seimbang agar sama-sama berhasil
dengan
baik,.
Untuk di Desa Batubulan sendiri, jumlah perempuan yang memiliki prestasi gemilang sudah cukup
banyak.
Semoga ini menjadi sebuah motivasi bagi kaum perempuan di Desa Batubulan untuk terus
berpacu dan berkarya,.

Kunci sukses yang utama dan pertama adalah kerja ikhlas, kerja keras, kerja
tuntas dan terintegritas.

B. Tujuan
Tujuan dilakukannya Kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah:

Meningkatkan kinerja Kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga dalam


pembangunan.

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Kader Pemberdayaan Kesejahteraan


Keluarga dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya lokal untuk meningkatkan
kualitas hidup perempuan beserta keluarganya.

Meningkatkan pemberdayaan dan penguatan lembaga PKK sebagai lembaga


kemasyarakatan Desa dan Kelurahan yang produktif, kreatif, dan responsif.

Memberdayakan lembaga PKK agar mampu mengembangkan inovasi-inovasi dalam


mendorong masyarakat yang menjadi binaannya secara partisipatoris, yang pendekatan
metodenya berorientasi pada kebutuhan kelompok masyarakat sasaran.

Memberdayakan keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan menuju terwujudnya


keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia dan
berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta
kesadaran hukum dan lingkungan.

BAB II WILAYAH ADMINISTRASI

Desa Batubulan dengan luas 6,44 Km2 terdiri dari 16 (Enam belas) Banjar Dinas
Dan 4 ( Empat ) Banjar tempekan yaitu :
1.

Banjar Dinas Tegaljaya


1.

Banjar Dinas Pengembungan

2.

Banjar Dinas Tegaltamu

3.

Banjar Dinas Denjalan

4.

Banjar Dinas Batur

5.

Banjar Dinas Pagutan kaja

6.

Banjar Dinas Pagutan kelod

7.

Banjar Dinas Telabah

9. Banjar Dinas Pegambangan


10. Banjar Dinas. Tubuh
11. Banjar Dinas Kalah
12. Banjar Dinas Buwitan
13

Banjar Dinas.Kapal

14. Banjar Dinas Tegehe


15. Banjar Dinas Menguntur
16. Banjar Dinas Sasih
17. Banjar Puri Chandra Asri

Disamping Desa Dinas, Desa Batubulan mempunyai 3 Desa Pakraman atau Lembaga Desa Adat
yaitu :
1.Desa
Pakraman
Tegaltamu
Banjar
- Banjar Adat Pengembungan

terdiri

dari

2
Adat

2. Desa Pakraman Jero kuta terdiri dari 7 Banjar Adat yakni:

Banjar

Adat

yakni
:
Tegaltamu

Banjar Adat Tegaljaya

Banjar Adat Denjalan

Banjar Adat Batur

Banjar Adat Pagutan kaja

Banjar Adat Pagutan kelod

Banjar Adat Telabah

Banjar Adat Pegambangan

Desa Pakraman Dlod tukad Terdiri dari 7 Banjar Adat yakni:


o

Banjar Adat Tubuh

Banjar Adat Kalah

Banjar Adat Buwitan

Banjar Adat Kapal

Banjar Adat Tegehe

Banjar Adat Menguntur

Banjar Adat Sasih

Masing masing Desa Adat dipimpin oleh seorang Bendesa dan Wakil Bendesa serta dibantu oleh
kelihan Adat. Hubungan antar banjar tersebut sampai sekarang tetap terjalin dengan baik dan
harmonis selalu mengutamakan kepentingan bersama dan mufakat sebagai dasar pengambilan
keputusan.

BAB III PENGORGANISASIAN TIM PENGGERAK PKK DESA BATUBULAN

A. Bidang organisasi
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga yang kemudian disempurnakan istilahnya menjadi
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga adalah suatu gerakan pembangunan masyarakat
yang teroganisir dan dikelola oleh suatu Tim yang dinamakan Tim Penggerak PKK yang disingkat
TP PKK. Dibawah Desa dibentuk Kelompok Banjar/Dusun serta Kelompok Dasa Wisma.
Di Desa Batubulan Terdapat 1 ( satu ) Sekretariat ) TP-PKK Desa. Kelompok PKK Banjar ada 17
(Tujuh belas) Kelompok, dan kelompok Dasa Wisma Kelompok. Dan jumlah kader umum .
orang , kader khusus .. orang.

1. Tim Penggerak PKK Desa Batubulan


Tim Penggerak PKK Desa Batubulan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa Batubulan Nomor
14/Pem./VI/2013 Tahun 2013 tanggal 4 Juni 2013 tentang Pembubaran dan Pembentukan
Kepengurusan Tim Penggerak PKK Desa Batubulan masa bakti 2013-2019 dengan susunan
pengurus sebagai berikut :

Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Wakil Sekretaris

Bendahara

Wakil Bendahara

Pokja I yang membidangi P3 dan Gotong Royong

Pokja II yang membidangi Pendidikan & Ketrampilan dan Pengembangan kehidupan


Berkoprasi

Pokja III yang membidangi Sandang, Pangan, dan Tata Laksana Rumah Tangga
o

Pokja IV yang membidangi Kesehatan, Kelestarian lingkungan Hidup dan


Perencanaan Sehat

Tugas dan fungsi Tim Penggerak PKK Desa Batubulan adalah sebagai berikut :

Menyusun rencana kerja/program kerja

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah disusun

Menggerakkan kelompok PKK Dusun/Banjar dan Dasa Wisma agar program kerja dapat
terlaksana dimasing masing Dusun/Banjar dan Dasa Wisma dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan keluarga

Melaksanakan kegiatan penyuluhan yang mencakup kegiatan bimbingan, motivasi,


memberikan petunjuk dan sebagainya dalam upaya mencapai kesejahteraan keluarga

Berpartisipasi dalam pelaksanaan program sektoral mengenai kesejahteraan keluarga di


Desa Batubulan

Melaksanakan tertib Administrasi

Membuat pertanggung jawaban keuangan tentang dana dana yang dikelola dalam
pelaksanaan program pembangunan di Desa Batubulan khususnya yang ditangani oleh
PKK

Mengadakan konsultasi dengan Pembina setempat, tokoh masyarakat dan Tim


Penggerak Kecamatan, Kabupaten maupun Propinsi

2. Kelompok PKK Banjar se Desa Batubulan


Kelompok PKK Desa Batubulan, yang terdiri dari 17 Kelompok yaitu :

Kelompok PKK Banjar Dinas Tegaljaya

Kelompok PKK Banjar Dinas Pengembungan

Kelompok PKK Banjar Dinas Tegaltamu

Kelompok PKK Banjar Dinas Denjalan

Kelompok PKK Banjar Dinas Batur

Kelompok PKK Banjar Dinas Pagutan kaja

Kelompok PKK Banjar Dinas Pagutan kelod

Kelompok PKK Banjar Dinas Telabah

Kelompok PKK Banjar Dinas Pegambangan

Kelompok PKK Banjar Dinas Tubuh

Kelompok PKK Banjar Dinas Buwitan

Kelompok PKK Banjar Dinas Kalah

Kelompok PKK Banjar Dinas Kapal

Kelompok PKK Banjar Dinas Tegehe

Kelompok PKK Banjar Dinas Menguntur

Kelompok PKK Banjar Dinas Sasih

Kelompok PKK Banjar Puri Chandra Asri

Tugas dan fungsi Kelompok PKK Banjar Dinas adalah sebagai berikut :

Mengkoordinasikan Kelompok Dasa Wisma yang ada di wilayahnya

Mengadakan pembinaan/penyuluhan ke masing masing KK secara bersama sama


sesuai dengan kebutuhan

Melaksanakan kegiatan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan

Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Tim Penggerak PKK Desa Batubulan

3. Kelompok Dasa Wisma


Tugas dan fungsi Kelompok Dasa Wisma adalah sebagai berikut :
1. Mencatat segala kegiatan yang ada di masyarakat/KK sesuai dengan buku
2. Mencatat Ibu Hamil, Kelahiran, Kematian, dan Ibu Nifas
3. Memberikan penyuluhan kepada KK Binaanya tentang pelaksanaan 10 Program Pokok PKK
4. Menggerakkan warga binaannya sesuai dengan kebutuhan
5. Melaporkan hasilnya kepada Kelompok PKK Banjar/Dusun.
Strategi PKK dalam upaya menjangkau sebanyak mungkin keluarga, dilaksanakan melalui
Kelompok Dasawisma, yaitu kelompok 10 20 KK yang berdekatan.
Ketua
Kelompok
Dasawisma
dipilih
dari
dan
oleh
anggota
kelompok.
Ketua Kelompok Dasawisma membina 10 rumah dan mempunyai tugas menyuluh, menggerakkan
dan mencatat kondisi keluarga yang ada dalam kelompoknya, seperti adanya ibu hamil, ibu
menyusui,
balita,
orang
sakit,
orang
yang
buta
huruf
dan
sebagainya.
Informasi dari semuanya ini harus disampaikan kepada kelompok PKK setingkat diatasnya, yang
akhirnya sampai di Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan.
Anggota Tim Penggerak PKK adalah para relawan, yang tidak menerima gaji, baik perempuan
maupun
laki-laki,
yang
menyediakan
sebagian
dari
waktunya
untuk
PKK.
Walaupun Sasaran PKK adalah keluarga, khususnya ibu rumahtangga, perempuan, sebagai sosok
sentral dalam keluarga. Ia tidak hanya mengurus soal kehidupan rumahtangganya dan mengasuh
anak saja. Banyak diantara ibu rumahtangga yang membantu suami disawah, bahkan berusaha
menambah pendapatan keluarga dengan berjualan.
Tim Penggerak PKK berperan sebagai motivator, fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan
penggerak. Pembinaan tehnis kepada keluarga dan masyarakat dilaksanakan dalam kerjasama
dengan unsur dinas instansi pemerintah terkait.
B. Bidang Administrasi
a)

Dukungan Kebijakan Operasional untuk Kegiatan TP.PKK :

1.

Keputusan Rakernas VII PKK Tahun 2010

2.

Pembinaan, Bimbingan dan Petunjuk TP.PKK Kec. Sukawati

3.

Kesepakatan bersama Tim Penggerak PKK Desa dengan Kelompok PKK se Desa Batubulan

b)

Kelengkapan Buku Wajib

Dalam melaksanakan kegiatan Tim Penggerak PKK Desa Batubulan Kecamatan Sukawati
mengacu Buku Administrasi Sesuai Rakernas VII PKK Tahun 2010 sebagai berikut :
1.

Buku Anggota TP.PKK dan Kader PKK

2.

Buku Agenda Surat masuk dan Surat Keluar

3.

Buku Keuangan

4.

Buku Notulen

5.

Buku Inventaris

6.

Buku Kegiatan

Serta dilengkapi dengan Buku-Buku Bantu seperti ada buku pencatatan kegiatan lainnya
diantaranya buku tamu, buku pencatatan pemakaian ruangan, buku catatan acara Ketua TP PKK,
buku absensi sekretariat, buku koperasi, buku arisan bulanan, serta buku catatan yang ada di
masing-masing Pokja.
Melengkapi papan data, terdiri dari :

Papan data umum

Papan data Pokja I s/d Pokja IV

Bagan Mekanisme

Susunan Kepengurusan

Data pengunjung Posyandu

Grafik SKDN

Papan Nama TP-PKK Desa Batubulan

Peta UP2K-PKK

Peta GSI

Kearsipan surat menyurat


Melengkapi buku bantu
Meningkatkan pengetahuan pengurus dan kader
Meningkatkan koordinasi TP-PKK dengan instansi terkait
Temu konsultasi melalui rapat-rapat pengurus

Penyempurnaan Struktur organisasi sesuai dengan SK Mendagri no.53 tahun 2000


Pembinaan Administrasi PKK sesuai hasil Rakernas.
Kelengkapan atribut yang ada pada sekretariat TP PKK Desa Batubulan antara lain berupa :
a. Papan Nama TP PKK,
b. Stempel,
c. Kertas Kop,
d. Lencana,
e. Vandel,
f. Plakat,
g. Baju seragam
C. Bidang Sekretaris :
Data kegiatan yang dimiliki oleh Tim Penggerak PKK Desa Batubulan sesuai dengan petunjuk,
yaitu
data
umum,
data
kegiatan
Pokja
I,
II,
III
dan
IV.
Pelaksanaan Sosialisasi pengisian data dengan sasaran Kelompok Dasa Wisma di Kelompok PKK
Banjar, telah memenuhi target 16 Banjar yang telah menginput data warga, dan masyarakat
mayoritas mengapresiasikannya dengan baik, dan dengan praktek langsung akhirnya banyak
masukan, kritik dan saran yang membangun dari warga untuk penyempurnaan program
administrasi PKK, adapun hal-hal yang perlu diperbaiki adalah sbb:

Form pengisian data warga PKK dengan format yang ada sekarang ini akan menyulitkan
dalam rekapitulasi jumlah KK dan KRT, hal ini akan berkesinambungan terus karena akan
berhubungan dengan jumlah Pengguna Air dan Jumlah Makanan Pokok yang harus
sinkron dengan jumlah KK dan Jumlah Rumah Sehat dan Tidak Sehat yang harus sinkron
dengan Jumlah KRT.

Proses merekapitulasi juga memakan waktu yang lama, karena kita harus kembali masuk
ke form awal.

Berharap data-data manual dapat diminimalisir atau dihilangkan, karena selama ini
permintaan pengiriman data secara manual sangat terlalu banyak dan sangat menyita
waktu, dan apabila membutuhkan untuk arsip, bisa langsung mencetak atau print dari
data online tersebut.

Sebagian Kelompok Dasa Wisma di Desa Batubulan telah menyelesaikan penginputan


Data Warga, dan akan masuk ke buku ke 2 yaitu buku Data Keluarga, tetapi tidak bisa
masuk karena kesibukan warga.

PKK Batubulan akan membuat website dengan


alamat : http://pkkBatubulan.blogspot.com dengan media ini warga dapat melihat
langsung update data dari mulai kegiatan PKK sampai dengan undangan, notulen, dan
komunikasi di kotak komentar.

Bidang Bendahara :

Administrasi Keuangan yang ada di TP. PKK Desa Batubulan meliputi :

Administrasi Umum

Administrasi Bantuan

Administrasi Swadaya

1.

Pelaksanaan Kegiatan Bidang Bendahara

a. Pembinaan Administrasi Keuangan Desa sesuai petunjuk melalui Pembinaan Pokwil dan
Rapat Koordinasi PKK.
b.

Pembinaan tentang teknis membuat SPJ

c.

Pemantauan perkembangan modal UP2K-PKK, dll.

d. Mengadakan Evaluasi, Supervisi bantuan modal serta Evaluasi keuangan PKK bekerjasama
dengan Sekretaris, Pokja II dan pihak-pihak terkait
Dalam melaksanakan kegiatan 10 Program Pokok PKK senantiasa menggunakan Dana Bantuan
yang di peroleh sebagai berikut :
-

APBD Kab

Desa Batubulan

Ketua TP. PKK Desa Batubulan

Kas TP.PKK Desa Batubulan

Dukungan kebijakan operasional dalam menunjang kegiatan adminitrasi PKK :


a. Penyediaan ruangan untuk sekretariat TP PKK, beserta peralatan maubeler.
b. Penyediaan tenaga kesekretaritan PKK.
c. Pinjam pakai peralatan komputer untuk kegiatan PKK.

C. Bidang Keuangan
Bendahara :

Menerima bantuan dari Ketua Dewan Penyantun Bapak Perbekel Batubulan

Tertib administrasi pembukuan harus sesuai dengan Program serta kegiatan Pembinaan
dan Pengembangan PKK

Mengeluarkan keuangan sesuai dengan prosedur dan mengarsipkan nota-nota, kwitansikwitansi.

Melakukan fungsi koordinasi keuangan dengan sekretaris dan ketua Pokja-pokja

Menginformasikan secara regular keadaan keuangan

BAB. IV DASAR PEMIKIRAN, DASAR HUKUM, PRINSIP DASAR,KEKUATAN, KELEMAHAN,


PELUANG, ANCAMAN

DASAR PEMIKIRAN
1.
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini akan terwujud apabila kesejahteraan
keluarga dan masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik antara lain melalui gerakan
pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga. Kegiatan PKK merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang terus menerus selaras dengan dinamika pembangunan. Kegiatan PKK di daerah
merupakan bagian integral dari kegiatan PKK secara nasional, yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu di Desa sampai kelompok-kelompok PKK Banjar dan Dasawisma.
2.
Gerakan PKK tetap memelihara hubungan konsultatif, koordinatif dengan tetap
memperhatikan hirarki di seluruh jenjang TP PKK. Sistem perencanaan dimulai dari bawah
(bottom-up planning system). Hal ini menjadi ikatan yang kuat antar semua jajaran Gerakan PKK
dari Pusat sampai kelompok-kelompok Dasawisma.
3.

Sistem perencanaan mencakup hal-hal :

a.
Penyusunan rencana dari bawah dimulai dari kelompok Dasawisma sampai TP PKK Pusat
dengan memperhatikan kebutuhan dan aspirasinya melalui Musrenbang di setiap jenjang.
b.
Proses perencanaan kegiatan mengacu pada proses perencanaan program Pemerintah/
Pemerintahan Daerah.
c.
Data yang diperoleh dari Sistem Informasi Manajemen (SIM) PKK dapat dijadikan sebagai
dasar penyusunan perencanaan.
d.
SPEM (supervisi, pelaporan, evaluasi dan monitoring), sangat diperlukan untuk mengetahui
keberhasilan setiap kegiatan. Dalam menyusun rencana tahunan perlu dilengkapi
dengan indikator keberhasilan program PKK oleh masing-masing daerah.
4. Keterbatasan dana yang dimiliki TP PKK di semua jenjang, dalam melaksanakan 10 Program
Pokok PKK, diperlukan sinergitas dengan institusi dan lembaga-lembaga donor baik dalam
maupun luar negeri dalam menunjang keberhasilan Gerakan PKK.
5.
Peranan PKK dalam melaksanakan programnya mempunyai kebijakan, strategi yang
disesuaikan dengan kebutuhan dalam upaya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
keluarga.
DASAR HUKUM
Dasar Hukum Pelaksanaaan Kegiatan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga adalah :

Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran


Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4587);

Peraturan Presiden RI Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan


Kemiskinan;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan
Lembaga Kemasyarakatan;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2007 tentang Pelatihan Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa/Kelurahan;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2010;

Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 53 Tahun 2000 tentang
Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga;

Keputusan Rakernas VII PKK No. 01/Kep/PKK-PST/VII/2010 tentang Pemberdayaan dan


Kesejahteraan Keluarga.

Keputusan Perbekel batubulan No. 14/Pem./VI/2013 tentang Pembubaran dan


Pembentukan Kepengurusan Tim Penggerak PKK Desa Batubulan masa bakti 20132019.

PRINSIP DASAR
1. Dalam penyusunan suatu rencana kerja atau rencana kegiatan, yang berjangka waktu untuk
lima tahunan (jangka menengah), beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam analisis
penyusunan rencana tersebut, yakni :
a.
Kekuatan, kekuatan yang mendukung (baik kekuatan internal maupun kekuatan eksternal)
yang berpengaruh terhadap upaya-upaya atau kegiatan yang akan dilakukan;
b.
Kelemahan, permasalahan yang dihadapi dan yang secara nyata berpengaruh terhadap
proses kegiatan;
c.
Peluang, suatu kondisi yang memungkinkan atau dapat didayagunakan atau dimanfaatkan
untuk memperlancar tujuan yang akan dicapai.
d.
Ancaman, hal-hal yang diperkirakan dapat berpengaruh secara langsung terhadap
pencapaian tujuan kegiatan yang akan dilakukan.

2. Dalam penyusunan rencana kerja dapat dilakukan melalui analisis terhadap 4 (empat) aspek
dimaksud, terdapat beberapa persyaratan dasar yang diperlukan, antara lain :
a.
Perlunya dukungan data yang akurat, valid dan dapat dipertanggung jawabkan atau jelas
sumber informasinya;
b.
Adanya dukungan kesisteman misalnya adanya jaringan informasi dan komunikasi dengan
berbagai nara sumber, adanya jalinan koordinasi dan kemitraan dengan berbagai instansi/lembaga;
c.
Adanya dukungan sarana dan prasarana untuk memperlancar proses analisis dan
penyusunan rencana kerja, misalnya: dukungan ATK, buku-buku referensi, mesin ketik, kalkulator,
komputer, dan sebagainya;
d.
Adanya dukungan SDM yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai
tentang sistem perencanaan program, perencanaan pembangunan, dan lain-lain.
Landasan operasional kegiatan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:

Partisipatif, bahwa pengambilan keputusan dalam pengelolaan dan pengembangan dalam


setiap tahapan dilakukan dengan memeransertakan semua pelaku terutama kelompok
masyarakat miskin dan marginal lainnya.

Transparant dan akuntable, bahwa pengelolaan kegiatan harus dilakukan secara terbuka
dan diketahui oleh masyarakat serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

Keterpaduan, bahwa pengelolaan kegiatan dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh


sesuai dengan potensi, kemampuan dan dukungan yang tersedia serta mengoptimalkan
kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah, pengusaha, LSM, Perguruan Tinggi,
dan pelaku pembangunan lainnya secara sinergis.

Peningkatan Peran dan Kapasitas Perempuam, bahwa kelompok perempuan sebagai


pengelola dan penerima manfaat kegiatan serta memiliki peran yang sama dalam proses
pengambilan keputusan.

Pembelajaran, bahwa pengelolaan kegiatan ini merupakan suatu proses pembelajaran


pola penanggulangan kemiskinan yang efektif berdasarkan praktek-praktek dilapangan
melalui proses transfer pengetahuan, sumber daya, teknologi dan informasi dari
Perguruan Tinggi/LSM.

Sustainable, pengelolaan kegiatan dapat dilakukan secara berkelanjutan melalui


pengembangan kegiatan sesuai dengan potensi, kondisi, dan kinerja yang ada serta
mampu menumbuhkan peran serta masyarakat dalam manfaat, memelihara,
melestarikan, dan mengembangkan kegiatan untuk berkelanjutan.
KEKUATAN

1.

Adanya kelembagaan PKK di Desa dan kelompok Dasawisma.

2.

Adanya kader-kader PKK yang relatif sudah tersebar yang berdedikasi, kreatif dan terlatih.

3.
Mempunyai 10 (sepuluh) Program Pokok PKK yang sudah melembaga dan diterima
masyarakat karena sesuai dengan tuntutan kehidupan dan penghidupan masyarakat.

4.
Sistem pelaporan yang telah dibakukan mulai kelompok Dasawisma, Posyandu secara
berjenjang sampai dengan tingkat Pusat.
5.

Dukungan Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK di Desa

6.
Keberadaan PKK telah tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah yang tertuang dalam penjelasan pasal 211 (ayat 2).
7.
Prinsip kepemimpinan fungsional dalam kelembagaan/ pengorganisasian PKK dan Dewan
Penyantun Tim Penggerak PKK.
KELEMAHAN
1.
Belum meratanya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) baik yang menjadi kelompok
sasaran PKK maupun para pengelolanya.
2.

Koordinasi dengan instansi terkait belum optimal

3.

Fungsi dan program PKK belum dipahami secara merata.

4.

Sistem Informasi Manajemen PKK dan sarana penunjangnya belum merata.


PELUANG

1.

Adanya payung hukum yang mendukung Gerakan PKK.

2.
Adanya mekanisme hubungan kerja secara koordinatif dan konsultatif dengan tetap
memperhatikan hubungan hirarkis antara pusat dan daerah dalam kerangka NKRI.
3.
Penerapan otonomi daerah yang memberikan peluang bagi setiap daerah untuk
mengembangkan program-programnya.
4.

Adanya dukungan masyarakat dan pemerintah terhadap Gerakan PKK.

5.
Adanya pengakuan dari dunia internasional atas keberhasilan program-program Gerakan
PKK.
ANCAMAN
1.

Pengaruh globalisasi dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.

2. Pesatnya arus informasi yang terkadang tidak selalu sesuai dengan kepribadian bangsa dan
tata nilai yang berlaku di masyarakat.
3.
Pendapatan keluarga relatif masih rendah, menyebabkan kurang terpenuhinya kebutuhan
dasar keluarga, sehingga produktivitas kerja rendah
4.
Keadaan geografis dan jarak jangkau antar wilayah menyebabkan kurang lancarnya
komunikasi dan informasi yang diperlukan di segala aspek kehidupan.
V. PROGRAM DAN KEGIATAN
RENCANA KERJA

1. Adalah suatu kenyataan bahwa pada pergantian abad 20 ke 21 terjadi perubahan di berbagai
segi kehidupan masyarakat, terutama di bidang kesehatan, ekonomi, pendidikan. Hal ini diperparah
lagi dengan adanya issue global warming yang berdampak pada kerusakan lingkungan serta
penurunan kualitas dan kwantitas sumber daya manusia.
Adanya Gerakan PKK dengan 10 program pokoknya yang menyentuh seluruh aspek kehidupan,
ternyata masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat, walaupun perkembangannya di daerah masih
bervariasi.
2. Adanya kepentingan kelompok seringkali lebih dominan dan mempengaruhi dalam penyusunan
kebijakan. Dalam situasi inilah Gerakan PKK tetap melangkah maju, mencari jalan terbaik secara
dinamis dalam upaya mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan
programnya sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan setempat.
3. Prinsip-prinsip dasar yang menjadi pegangan Gerakan PKK, antara lain:
a.

Gerakan masyarakat yang tumbuh dari bawah dan menampung aspirasi masyarakat.

b.

Adanya 10 Program Pokok PKK.

c.

Pelaksanaan 10 Program Pokok PKK bersinergi dengan program sektoral.

d.

Kenggotaan TP PKK dan Kader PKK bersifat relawan.

e. Kondisi wilayah setempat yang dapat dikelola sesuai kebutuhan seperti: lingkungan, sumber
daya alam, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kesempatan, adanya sumber dana baik
4.
Sistem demokrasi dan perubahan pola sentralisasi ke desentralisasi berdampak pada
perubahan pola hidup masyarakat , jelas memerlukan proses dan waktu serta kegiatan partisipasi
masyarakat dalam program pembangunan yang semakin meningkat. Berbagai jenis lembaga
swadaya masyarakat timbul, tumbuh dan berkembang sebagai perwujudan partisipasi masyarakat.
Orientasi dan motif kegiatannya bervariasi, ada yang berorientasi pada bidang sosial, ekonomi,
ataupun politik.
5.
Era Globalisasi dan pasar bebas dewasa ini membuat semakin kuatnya persaingan dan
tuntutan perubahan yang kian meningkat, mengharuskan Anggota TP PKK dan kader-kadernya
memerlukan percepatan mutu kinerja.
6. Hasil kegiatan PKK selama periode sebelumnya menunjukkan perlunya peningkatan sistem
komunikasi dan informasi antara lain sosialisasi, fasilitasi, publikasi dan peningkatan kemitraan
dengan lembaga-lembaga pemerintah, swasta serta lembaga/ organisasi kemasyarakatan lainnya.
7. Untuk lebih meningkatnya pencapaian keberhasilan pelaksanaan kegiatan 10 program pokok
PKK, perlu disusun Rencana Kerja sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.
Dalam kurun waktu enam tahun 2013-2019 TP PKK akan dapat:
1).

Tersosialisasinya program-program PKK tahun 2013 2019

2). Meningkatnya efektifitas, efisiensi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kegiatan 10 Program
Pokok PKK secara merata di semua jenjang
3).

Meningkatnya cakupan hasil pelaksanaan 10 program Pokok PKK

4).

Meningkatnya inovasi program program PKK di semua jenjang

5).
Tercapainya keberhasilan program PKK merupakan salah satu barometer suksesnya
pembangunan
6).

Terwujudnya profesionalisme dan leadership bagi anggota TP PKK dan kader kadernya.

Kegiatan Administrasi Bidang Kesekretariatan


a. Melaksanakan kegiatan rutin sekretaris antara lain menyusun program kerja tahunan yang
mencakup kegiatan-kegiatan Pokja I s/d IV termasuk kegiatan Bendahara.
b. Pencatatan administrasi kesekretariatan dan administrasi keuangan, administrasi surat masuk
dan keluar, pelaporan dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan administrasi kegiatan
sekretaris maupun Pokja-Pokja.
c. Melaksanakan pertemuan rutin PKK dalam setiap bulannya seluruh kegiatannya terangkum
dalam notulen dan buku kegiatan
d. Monitoring kegiatan Posyandu, BKB, Posbindu (lansia) bekerjasama dengan Pokja IV.
e. Menghadiri dan membina (monitoring) kelompok Banjar, dan kelompok Dasa Wisma.
f. Membantu jalannya perkembangan kegiatan UP2K PKK bekerjasama dengan Pokja II.
g. Menerima kunjungan Bina Wilayah TP. PKK Tk. Kecamatan .
h. Sosialisasi pelaksanaan simulasi KDRT di wilayah kelompok Banjar.
i. Monitoring perkembangan kegiatan PAUD untuk mengetahui perkembangan kegiatan PAUD.
k. Melaksanakan kegiatan kerja bakti di wilayah Banjar masing-masing
jumantik setiap bulannya

dan melaksanakan

PENERAPAN 10 PROGRAM POKOK PKK


Pelaksanaan program dan kegiatan PKK secara terpadu dilaksanakan oleh Pokja-pokja dengan
berpedoman pada 10 Program Pokok PKK.
1.

PROGRAM POKJA I

Pokja I mengelola program Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Program Gotong
Royong.
Program ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran keluarga dalam bermasyarakat berbangsa
dan bernegara perlu memahami hak dan kewajibannya sebagai warga Negara dengan sosialisasi
melalui penyuluhan, pelatihan dan simulasi terpadu.
Program ini sesuai dengan kebutuhan gender dapat dikategorikan menjadi kebutuhan praktis
dimana harus segera dilaksanakan karena sifatnya mendesak, selain itu dapat juga dikategorikan
menjadi kebutuhan gender strategis karena program ini bisa berdampak untuk jangka panjang,
misalnya Pola Asuh Anak dan KADARKUM. Program ini sesuai dengan pendekatan kebijakan
dalam bidang penguatan.

a.

Tugas

1). Memantapkan kerukunan dan toleransi antar umat beragama, saling menghormati dan
menghargai dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2). Meningkatkan ketahanan keluarga dalam rangka mewujudkan kesadaran setiap warga
tentang Penghayatan dan Pengamalan Pancasila melalui Pembinaan Kesadaran Bela Negara
(PKBN)
3). Memantapan Pola Asuh Anak dan remaja dalam keluarga serta perlindungan anak melalui
Lokakarya dan Ujicoba.
4). Peningkatan pemahaman dan pengamalan perilaku budi pekerti dan sopan santun dalam
keluarga dan lingkungan
5).
Meningkatkan pemahaman peraturan perundangan yang berkait dengan pencegahan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), pencegahan perdagangan orang (trafficking),
peningkatan pemahaman penyalahgunaan narkoba melalui life skill dan parenting skill.
6).
Meningkatkan kesadaran hidup bergotong royong, kesetiakawanan sosial, keamanan
lingkungan, Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) dan lain lainnya.
7). Memberdayakan LANSIA dalam kegiatan yang produktif dan menjadi teladan dalam keluarga
dan lingkungannya.

b.

Prioritas Program
1).

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

Menumbuhkan ketahanan keluarga melalui kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara


perlu dilaksanakan pemahaman secara terpadu :
a).

Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN):

PKBN mencakup 5 (lima) unsur:


(1)

Kecintaan tanah air,

(2)

Kesadaran berbangsa dan bernegara,

(3)

Keyakinan atas kebenaran Pancasila,

(4)

Kerelaan berkorban untuk Bangsa dan Negara serta

(5)

Memiliki kemampuan awal bela Negara.

b).

Kesadaran Hukum (KADARKUM)

KADARKUM adalah upaya untuk meningkatkan pemahaman tentang peraturan perundangundangan diprioritaskan di PKK untuk pencegahan PKDRT, Trafficking, Perlindungan Anak,
NARKOBA Dan lain-lain.

c).

Pola Asuh Anak dan Remaja

Pola Asuh anak dan remaja adalah upaya untuk menumbuhkan dan membangun perilaku, budi
pekerti, sopan santun didalam keluarga sesuai budaya bangsa.
d).

Pemahaman dan Ketrampilan Hidup (Life Skill And Parenting Skill)

Pemahaman dan ketrampilan hidup adalah upaya menumbuhkan kesadaran orang tua dalam
upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba.
e).
Pemahaman tertib administrasi dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan tertib
administrasi kependudukan di keluarga.
2).

Gotong Royong

Dalam pelaksanaan kegiatan gotong royong bertujuan untuk membangun kerjasama yang baik
antar keluarga, warga, dan kelompok dalam rangka mewujudkan semangat persatuan dan
kesatuan. Program ini sesuai dengan kebutuhan gender yang bersifat praktis karena dengan
adanya program gotong-royong ini, masyarakat dapat mempererat tali persaudaraan antara warga.
Selain termasuk dalam kebutuhan praktis, program ini juga termasuk dalam kebutuhan strategis
karena dalam kegiatan gotong royong biasanya membangun fisik fasilitas desa. Maka dengan
pembangunan fisik tersebut akan membawa dampak jangka panjang bagi masyarakat sekitar
maupun masyarakat lainnya. Contohnya adalah bakti social. Kegiatan bakti social dapat
mempererat tali persaudaraan antara masyarakat dengan warga lingkungan sekitar.

Kegiatan gotong royong dilaksanakan dengan membangun kerjasama yang baik antar sesama:
keluarga, warga dan kelompok untuk mewujudkan semangat persatuan dan kesatuan.
a). Menumbuhkan kesadaran, kesetiakawanan sosial, bertenggang rasa dan kebersamaan serta
saling menghormati antar umat beragama
b). Memberdayakan LANSIA agar dapat menjaga kesehatan fisik dan mental, kebugaran,
keterampilan agar dapat melaksanakan kegiatan secara produktif dan menjadi teladan bagi
keluarga dan lingkungannya.
c).
Berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan bakti sosial, kegiatan Tentara Manunggal
Membangun Desa (TMMD).
2.

PROGRAM POKJA II

Pokja II mengelola Program Pendidikan dan Ketrampilan dan Pengembangan Kehidupan


Berkoperasi.
a.

Tugas

1). Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan dalam keluarga, peningkatan jenis dan mutu kader,
peningkatan pengetahuan TP PKK dan kelompok-kelompok PKK dan Dasawisma melalui
penyuluhan, orientasi dan pelatihan.
2).

Melaksanakan dan mengembangkan kegiatan program Bina Keluarga Balita (BKB).

3).

Memantapkan Kelompok Belajar (Kejar) Paket A dan B dan C

4).
Meningkatkan pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran dalam keluarga tentang
pentingnya pendidikan anak sejak usia dini (0-6) tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal sesuai dengan usianya.
5). Membantu program Keaksaraan Fungsional (KF) dalam rangka meningkatkan pendidikan
keluarga.
6).

Meningkatkan kelompok dan kualitas Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK.

7). Memotivasi keluarga tentang manfaat koperasi sebagai salah satu upaya perbaikan ekonomi
keluarga dan mendorong terbentuknya koperasi yang dikelola oleh PKK.
8).

Identifikasi kebutuhan pelatihan.

9).

Menyusun modul-modul pelatihan.

10). Berparitisipasi dalam Forum PAUD bekerjasama dengan Pokja IV yang difasilitasi oleh
Kementerian Pendidikan Nasional.
11) Meningkatkan pengetahuan masyarakt tentang pentingnya pendidikan dasar untuk semua
sesuai dengan tujuan MGDs yaitu agar setiap anak laki-laki dan perempuan mendapatkan dan
menyelesaikan pendidikan dasar.
b.

Prioritas Program
1).

Pendidikan dan Ketrampilan

Program ini difokuskan kepada peranan majemuk perempuan dalam bidang produktivitas, karena
dengan adanya pendidikan dan keterampilan akan menghasilkan kader-kader atau bibit manusia
yang baik untuk masa depan. Selain itu, program inipun membuat kesadaran akan pendidikan
semakin meningkat.
Kebutuhan gender strategis dapat dilihat dari program ini bisa membawa dampak baik bagi
kehidupan anak-anak dimasa depan. Dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka usaha
untuk mendapatkan lapangan pekerjaan semakin besar. Selain itu kebutuhan gender praktis juga
terdapat dalam program ini. Terlihat dari dengan adanya pelatihan keterampilan, akan membuat
anak-anak menjadi paham tentang sesuatu dari sejak dini. Selain itu para perempuan yang ada
dapat terberdayakan dengan baik sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing
individu. Contoh kegiatan dari program ini adalah pelatihan keterampilan menjahit.

a). Meningkatkan kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan
keluarga yang mempunyai anak balita mengenai tumbuh kembang anak balita secara optimal.
b).

Menyusun modul pelatihan BKB bagi TP PKK dan mengadakan pelatihan BKB

c). Meningkatkan mutu dan jumlah pelatih PKK dengan mengadakan pelatihan pelatih/ Training
of Trainer (TOT).
d). Menyempurnakan modul-modul pelatihan TPK3PKK, LP3PKK dan DAMAS PKK sesuai
dengan perkembangan serta mensosialisasikannya antara lain melalui pelatihan-pelatihan :
TPK3PKK, LP3PKK dan DAMAS PKK.

e). Meningkatkan pengetahuan TP PKK dalam kegiatan Pos PAUD melalui kegiatan PAUD yang
diintegrasikan dengan BKB dan Posyandu dengan pertemuan mitra PAUD bekerja sama dengan
Pokja IV.
f). Meningkatkan jumlah, pengetahuan dan ketrampilan kader dalam mendidik anak usia dini
melalui pelatihan bekerja sama dengan instansi terkait dan HIMPAUDI.
g). Meningkatkan ketrampilan kecakapan hidup (LIFE SKILL) perempuan maupun laki laki
sehingga mampu berusaha secara bersama atau mandiri untuk memperkuat kehidupan diri dan
keluarganya.
h). Mengadakan monitoring dan evaluasi kegiatan Pos PAUD di TP PKK Desa untuk mengetahui
sejauh mana pengintegrasian PAUD, BKB dan Posyandu
i). Meningkatkan kejar Paket A, B dan C melalui pelatihan Tutor Kejar Paket A, B dan C bekerja
sama dengan instansi terkait.
j).
Meningkatkan dan menyuluh keluarga tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan
Tahun (WAJAR DIKDAS 9 tahun)
k).
Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan keluarga serta pengembangan Keaksaraan
Fungsional (KF) dengan pendampingan melalui penyuluhan, orientasi dan pelatihan.
l).
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan baca tulis, serta membudayakan minat baca
masyarakat melalui Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Sudut Baca bekerja sama dengan
instansi terkait.
m). Meningkatkan pelaksanaan kerjasama dengan mitra sebagai pendamping, yaitu lintas
sektoral dan lintas kelembagaan.
2).

Pengembangan Kehidupan Berkoperasi

Pada program ini, peranan majemuk perempuan lebih terfokus pada produktivitas, karena dengan
adanya pengembangan hidup dalam berkoperasi bisa menjadi tambahan penghasilan bagi
keluarga rumah tangga. Kebutuhan gender praktis yang ada dihasiljan dari tambahan penghasilan
melalui Simpanan Hasil Usaha (SHU) sebagai tambahan penghasilan keluarga.
Kebutuhan gender strategis bisa dilihat dari dengan mengikuti koperasi, maka keluarga memiliki
tabungan atau simpanan yang dapat digunakan dimasa depan. Pendekatan yang dilakukan dalam
program ini adalah penguatan ekonomi keluarga sekaligus anti kemiskinan karena adanya
tambahan pendapatan yang dihasilkan dengan mengikuti koperasi yang ada di desa.
a) Melaksanakan evaluasi UP2K-PKK dan mengadakan lomba UP2K untuk mengetahui sejauh
mana pelaksanaan kegiatan UP2K-PKK dan mengetahuai keberhasilannya.
b)
Mengadakan pelatihan UP2K-PKK dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang
program UP2K-PKK agar TP PKK Desa mempunyai tenaga terampil dalam pengembangan
program UP2K-PKK
c)

Mendata ulang jumlah kelompok-kelompok UP2K-PKK

d)
Mengatatasi cara pemecahan masalah mengenai permodalan untuk kegiatan UP2K PKK
melalui APBD, Lembaga Keuangan Mikro yang ada, baik yang bersifat bank seperti BRI Unit Desa,
Bank Perkreditan Rakyat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Pedesaan, Alokasi Dana Desa (ADD) dan lain lain.

e) Mengupayakan pemasaran UP2K PKK melalui pasar, warung, ikut pada pameran, bazar baik
lokal maupun nasional dan menjalin kemitraan dengan Dekranas / Dekranasda.
f)
Memotifasi keluarga agar mau menjadi anggota koperasi untuk meningkatkan pendapatan
keluarga.
g)

Mendorong terbentuknya koperasi yang berbadan hukum yang dikelola oleh TP PKK

Dalam pelaksanaa prioritas program disesuaikan dengan kemampuan daerah dan menjalin
kemitraan dengan instansi terkait.
3.

PROGRAM POKJA III

Pokja III mengelola program Pangan, Sandang, Perumahan dan Tata Laksana Rumah Tangga
a.

Tugas :

1). Mengupayakan ketahanan keluarga dibidang pangan sesuai dengan UU No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan.
2). Meningkatkan penganekaragaman tanaman pangan dalam upaya peningkatan gizi keluarga
menuju keluarga yang berkualitas.
3).
Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang Beragam,
Bergizi, Berimbang (3B), yang aman dan berbasis sumber daya lokal.
4).
Mengusahakan pemanfaatan lahan baik darat maupun air, minimal untuk pemenuhan
kebutuhan pangan keluarga.
5).

Berperan dan membantu dalam program Cadangan Pangan Masyarakat.

6).

Memantapkan Gerakan Halaman, Asri, Teratur, Indah dan Nyaman (HATINYA PKK).

7). Memanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam upaya meringankan beban kerja sehingga
hasilnya lebih efektif dan efisien.
8). Membudayakan Aku Cinta Makanan Indonesia dan Aku Cinta Produksi Indonesia sehingga
menumbuhkan rasa bangga.
9).

Mensosialisasikan pola pangan 3B untuk keluarga khususnya bagi balita dan lansia.

10). Meningkatkan penggunaan bahan sandang dalam negeri serta mendorong peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi dan pemasarannya.
11). Mengembangkan kreatifitas Usaha Kecil Mikro (UKM) dengan berbagai produk busana,
cinderamatakhas daerah untuk menunjang pariwisata.
12). Mendorong terciptanya lapangan/kesempatan kerja di bidang jasa, sandang, pangan dan
perumahan.
13). Memasyarakatkan rumah sehat dan layak huni sebagai upaya terwujudnya kualitas hidup
keluarga.
14). Memantapkan pemahaman tentang fungsi rumah sebagai tempat tumbuh kembang keluarga
harmonis.

15). Meningkatkan jalinan kerjasama dengan institusi terkait.


16). Melaksanakan PMT- AS terkoordinasi dan terpadu.
17). Sosialisasi program nasional Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) dalam
rangka mencerdaskan bangsa.
18). Melaksanakan Program Nasional Gerakan Perempuan, Tanam, Tebar dan Pelihara Pohon
untuk mengantisipasi akibat perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan keluarga.
19). Menjaga kelestarian hutan.

b.

Prioritas Program
1).

Pangan

Program ini difokuskan pada peranan majemuk perempuan dalam bidang produksi dan
kemasyarakatan. Dengan adanya program pangan ini maka banyak warga yang dapat
memproduksi makanan sendiri. Misalnya program TOGA (Tanaman Obat Keluarga) membuat
warga memproduksi tanaman obat sendiri agar jika salah satu anggota ada yang sakit, bisa
langsung diobati tanpa harus pergi ke rumah sakit. Program pangan bisa bersifat kemasyarakatan,
misalnya pengadaan lomba masak secara berjenjang guna meningkatkan kreatifitas cipta
makanan.
Program ini dapat memenuhi kebutuhan gender secara praktis karena dapat mengoptimalkan
potensi warga dalam bidang pangan secara tepat guna. Selain itu, program ini juga memenuhi
kebutuhan gender secara strategis karena program-program yang ada dapat berguna dan
bermanfaat bagi kehidupan di masa yang akan datang, misalnya program TOGA yang bisa
bermanfaat untuk waktu yang lama.
Pendekatan yang digunakan dalam program pangan ini adalah penguatan ekonomi dan anti
kemiskinan. Warga yang ada di desa Batubulan kebanyakan memproduksi barang yang bisa di
pasarkan sebagai tambahan untuk perekonomian keluarga mereka.

a). Mewujudkan Ketahanan Pangan Keluarga melalui penganekaragaman pangan yang bergizi
sesuai potensi daerah.
b). Peningkatan pangan keluarga sehari-hari dengan mendorong terciptanya sikap dan perilaku
masyarakat melalui penganekaragaman makanan dengan menerapkan pola pangan 3B
(beragam, bergizi, berimbang), sesuai potensi daerah.
c). Mewaspadai terjadinya keracunan pangan, mulai dari menanam, memilih, mengolah sampai
terhidangnya makanan, menghindari bahan tambahan makanan yang berbahaya, antara lain : zat
pewarna, bahan pengawet, produk kedaluwarsa, dan penggunaan pestisida.
d).
Meminimalkan budaya / tradisi pangan yang merugikan kesehatan misalnya orang hamil /
balita banyak pantangan makan.
e).
Mengoptimalkan HATINYA PKK dengan tananam pangan dan tanaman produktif/keras
(bernilai ekonomis tinggi), minimal untuk memenuhi keperluan dan tabungan keluarga serta
meningkatkan Tanaman Obat Keluarga (TOGA).

f). Mengembangkan industri pangan rumah tangga dan mengadakan penyuluhan, orientasi dan
pelatihan untuk menunjang pemasaran.
g).

Mengadakan lomba masak secara berjenjang guna meningikatkan kreativitas cipta makanan.

h). Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna (TTG) untuk menunjang usaha agrobisnis, hortikultura,
tanaman buah, perikanan, peternakan dan lain-lain untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi dalam mencapai taraf hidup dan kesejahteraan keluarga.
i).
Menyempurnakan dan sosialisasi buku Peran PKK Dalam Mendukung Gerakan Percepatan
Keanekaragaman Konsumsi Pangan
2).

Sandang

Program ini bertujuan untuk membudayakan perilaku berbusana sesuai dengan moral budaya
Indonesia dan meningkatkan kesadaran masyarakat mencintai produksi dalam negri. Pendekatan
yang digunakan dalam program sandang ini adalah produksi dan kemasyarakatan. Dikategorikan
ke dalam produksi karena dapat meningkatkan produksi dalam negri (busana batik) yang kini
sudah diakui oleh seluruh dunnia bahwa batik adalah produk asli Indonesia. Program ini memenuhi
kebutuhan gender praktis karena dapat mempromosikan budaya jawa lewat busana batik dan
memenuhi kebutuhan gender strategis karena dapat memupuk rasa persatuan dan kesatuan.

a).

Mengupayakan adanya hak paten untuk melindungi hak cipta desain.

b). Mengupayakan keikutsertaan dalam pameran dan lomba baik tingkat lokal, nasional dan
internasional.
c).

Mengadakankerja sama dengan para disainer, pengusaha, industri sandang dan pariwisata.

d).
Membudayakan perilaku berbusana sesuai dengan moral budaya Indonesia dan
meningkatkan kesadaran masyarakat mencintai produksi dalam negeri (Aku Cinta Produksi
Indonesia)
3).

Perumahan dan Tata Laksana Rumahtangga

Dalam program perumahan dan tata laksana rumah tangga lebih cenderung pemfokusan peranan
terhadap kemasyarakatan. Karena dengan adanya program ini, kebutuhan papan setiap warga
akan terpenuhi, sehingga tidak ada lagi warga yang tidak memiliki rumah dan tempat tinggal.
Program inipun memenuhi kebutuhan praktis karena kebutuhan papan (Rumah, Tempat itnggal)
merupakan kebutuhan pokok yang harus dimiliki oleh setiap warga atau kepala keluarga. Selain
termasuk kedalam kebutuhan strategis, termasuk juga kedalam kebutuhan praktis, karena dengan
dibangunnya rumah atau tempat tinggal, maka bisa menjadi warisan untuk anak-anak dan cucucucu di masa yang akan datang. Contoh kegiatan dari program ini adalah pemberdayaan rumah
susun.
Program ini menggunakan pendekatan penguatan atau pemberdayaan karena dengan adanya
program ini menjadikan kekuatan tersendiri bagi kehidupan rumha tangga. Selain itu, dengan
kepemilikan rumah atau tempat tinggal merupakan suatu penentuan status individu dalam
kehidupan dalam kehidupan social kemasyarakatan sekaligus sebagai anti kemiskinan.
a).
Menumbuh kembangkan kembali program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa
Terpadu (P2LDT) melalui pemugaran rumah layak huni terutama keluarga miskin dan pengungsi

dengan azas Tri Bina (bina usaha, bina manusia dan bina lingkungan), gotong royong serta
mengupayakan bantuan dari instansi/dinas terkait, bank, swasta dan masyarakat.
b). Meningkatkan pemasyarakatan tentang perumahan sehat dan layak huni serta menumbuhkan
kesadaran akan bahaya bertempat tinggal di daerah tegangan listrik tinggi, bantaran sungai,
timbunan sampah, tepian jalan rel kereta api dan menumbuhkan kesadaran hukum tentang
kepemilikan rumah dan tanah.
c).
Pemasyarakatan dan pemanfaatan TTG dalam rumahtangga, sarana dan prasarana
perumahan serta hemat energi dan mencegah pemborosan.
d). Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang tata laksana rumah tangga dalam
mengharmoniskan dan membahagiakan kehidupan keluarga.
4.

PROGRAM POKJA IV

Pokja IV mengelola Program Kesehatan, Kelestarian Lingkungan Hidup dan Perencnaan Sehat
a.
1).

Tugas:

Meningkatkan pencapaian tujuan pembangunan millennium antara lain :

a). Menghapus tingkat kemiskinan dan kelaparan (indikator antara lain : menurunkan prefalensi
anak balita yang kurang gizi)
b).

Menurunkan angka kematian anak

c).

Meningkatkan kesehatan Ibu Hamil

d).

Memerangi penyebaran HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya

e).

Menjamin kelestarian lingkungan hidup

2).

Meningkatkan budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

3).

Mengembangkan dan membina pelaksanaan kegiatan POSYANDU

4).

Memonitor pelaksanaan Sistem Informasi Posyandu (SIP)

5).
Melaksanakan pencatatan Ibu hamil, melahirkan, nifas, ibu meninggal, kelahiran dan
kematian bayi dan balita
6).

Tanam dan pelihara pohon dalam rangka mewujudkan kelestarian lingkungan.

7). Mewujudkan keluarga kecil, bahagia, sejahtera dengan melaksanakan program KB agar
tercapai generasi yang sehat, cerdas dan tangguh.
8).
Meningkatkan pengetahuan tentang budaya hidup hemat, membudayakan kebiasaan
menabung dan melaksanakan tatalaksana keuangan keluarga dalam rangka mendukung
perencanaan sehat.
c.

Prioritas Program :
1).

Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu hal yang utama dalam kehidupan, maka dari itu sangat penting
bagi setiap individu untuk menjaga kesehatan. Dalam program ini, akan memfokuskan peran
wanita terhadap pemberdayaan, yaitu dengan tujuan memberdayakan keluarga dalam menunjang
penurunan angka kematian ibu, angka kematian bayi, angka kematian balita, memperbaiki gizi bagi
balita dan keluarga.
Focus peran wanita dalam program ini adalah dalam hal reproduksi yaitu asupan gizi dan kualitas
ASI. Kualitas ASI yang semakin baik, maka akan membuat anak menjadi sehat pula. Program ini
juga termasuk dalam kebutuhan gender praktis yaitu dengan cara mengoptimalkan pelatihan,
penyegaran, dan pembinaan kader posyandu. Selain termasuk kebutuhan gender praktis,
termasuk pula kedalam kebutuhan gender strategis. Karena kesehatan merupakan kebutuhan
yang sangat penting sehingga harus selalu dijaga, maka masyarakat membuat posyandu.
Pendekatan yang digunakan dalam program ini adalah pendekatan keadilan karena
memperhatikan kesehatan keluarga tanpa membedakan derajat dan status social keluarga lain.
Contoh kegiatan dari program ini adalah Ambulance Desa, Posyandu, Imunisasi, dan lain-lain.
a). Memantapkan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dalam upaya menurunkan prefalensi anak
balita kurang gizi.
(1)

Gizi seimbang kepada ibu hamil (BUMIL), ibu menyusui (BUSUI), balita.

(2) Kualitas gizi pada BUMIL yangKekurangan Energi Kronis (KEK) dengan mengukur Lingkar
Lengan Atas (LILA)
(3)

Penanggulangan gangguan Akibat Kekurangan Garam Yodium (GAKY)

(4)

Suplementasi zat gizi

(5)

Pemberian ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan

(6)

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

(7)

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi Balita, Lansia di Posyandu.

b).

Penyediaan Makanan Tambahan bagi Anak Sekolah (PMT-AS);

Upaya penambahan kalori (Protein, Karbohidrat, Lemak, Vitamin, Mineral, Air) di sekolah.
c).

Menjadikan PHBS sebagai kebiasaan hidup sehari-hari

(1)

Membudayakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), kebersihan pribadi.

(2)

Menggunting dan memelihara kebersihan kuku.

(3)

Lomba pelaksana terbaik PHBS setahun sekali

d).

Usaha Kesehatan Sekolah

e). Membudayakan Lima Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) dan rutin untuk menurunkan angka
kematian anak dan ibu.
f). Meningkatkan kesadaran Pasangan Usia Subur (PUS) tentang manfaat pemakaian alat
kontrasepsi.

g).

Meningkatkan penyuluhan pencegahan penyakit menular dan tidak menular.

h).
Meningkatkan tanam dan pelihara pohon dalam upaya kelestarian lingkungan hidup,
mengurangi dampak global warming (pemanasan global).
i). Mendorong swadaya masyarakat dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka
Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL) melalui antara lain :
(1) Gerakan Sayang Ibu (GSI) dengan Program Perencanaan Persalian, Pencegahan dan
Komplikasi (P4K).
(2)

Mensosialisasikan kesadaran donor darah di Desa dan Kelurahan.

(3)

Lima Imunisasi Dasar Lengkap dan Imunisasi Rutin

(4)

Pencatatan kelahiran dan kematian di kelompok-kelompok Dasawisma.

(5)

Ambulans Desa.

j).
Pemahaman tertib administrasi dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan tertib
administrasi kependudukan di keluarga.
k).

Optimalisasi Posyandu.

Posyandu adalah pusat pelayanan terpadu dari, oleh dan untuk masyarakat dengan lima kegiatan
utama: Kesehatan Ibu dan Anak, Pencegahan Diare, Penanggulangan dan Pencegahan
Kekurangan Gizi, Imunisasi dan Keluarga Berencana.
Kegiatan ini berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dalam pelaksanaannya
menjadi 4 strata: Pratama, Madya, Purnama, MANDIRI.
Strata MANDIRI adalah kegiatan-kegiatan terpadu yang meliputi kesehatan, ekonomi, pendidikan,
agama dan lain-lainnya.
Pelatihan, penyegaran, dan pembinaan kader Posyandu secara berkesinambungan.
(1) Penyempurnaan dan sosialisasi modul pelatihan kader Posyandu yang diintegrasikan dengan
PAUD dan BKB bekerjasama dengan Pokja II.
(2)

Penyempurnaan dan sosialisasi Buku Pelatihan Kader Posyandu

(3)

Sosialisasi Buku Pegangan Kader Gizi.

(4) Integrasi Sistim Informasi Posyandu (SIP) dengan Sistem Informasi Manajemen PKK (SIM
PKK) dan sosialisasinya.
(5) Mengadakan Jambore Nasional Kader Posyandu setiap tahun sekali sebagai penghargaan
kepada kader dan upaya peningkatan kinerja kader.
(6) Lomba Pelaksana Terbaik Posyandu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu dan jumlah
Posyandu agar berkembang menjadi Posyandu Mandiri atau Posyandu Plus.
(7)

Temu konsultasi pengelola Posyandu tingkat daerah/ nasional.

(8) Optimalisasi kegiatan PAUD terintegrasi dengan Posyandu dan BKB bekerjasama dengan
Pokja II.
(9)

Mengembangkan Posyandu Lansia.

k)

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam :

(1)

Mengenal tanda-tanda kegemukan (obesitas) dan kekurangan gizi.

(2)

Mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan, melahirkan dan nifas.

(3)

Mengenal tanda-tanda bahaya NARKOBA dan upaya pencegahannya.

(4)

Mengenal tanda-tanda bahaya kehamilan secara dini.

(5)

Mengenal bahaya penyakit dan dampak kurang bersihnya lingkungan.

(6)

Orientasi peningkatan kepemimpinan PKK dalam upaya mewujudkan Indonesia Sehat.

(7)

Pemanfaatan hasil tanaman TOGA

(8)
Peningkatan penyuluhan pencegahan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
penyakit DBD, Malaria, Osteoporosis, Gondok, Endemis, Anemia ibu Hamil, Penyakit Degeneratif
seperti Jantung dan Diabetes, Kanker, Stroke, TB, Penyakit Infeksi dan lain-lain.
2).

Kelestarian Lingkungan Hidup :

Program kelestarian lingkungan hidup termasuk dalam program kemasyarakatan, karena dengan
adanya pelestarian lingkungan hidup maka warga telah ditanamkan kepedulian terhadap
lingkungan hidup yang ada di sekitar pemukiman warga. Kebutuhan gender praktis lebih
cenderung kepada kesehatan, karena kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu
baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Kebutuhan gender dalam hal strategis adalah kebersihan lingkungan. Dengan warga yang selalu
menjaga kelestarian lingkungan hidup, maka kebersihan lingkungan akan terjamin. Pendekatan
yang dilakukan dalam dalam program ini adalah pemberdayaan terhadap masyarakat yaitu dengan
adanya sosialisasi kesehatan lingkungan hidup.
a).

Lingkungan Bersih dan Sehat

(1) Menanamkan kesadaran tentang kebersihan pengelolaan kamar mandi dan jamban keluarga,
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
(2) Menanamkan kebiasaan memilah sampah organik dan non organik serta Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) di tempat yang benar.
(3)

Mendaur ulang limbah

(4)

Mengadakan lomba/ Pelaksana Terbaik Lingkungan Bersih dan Sehat.

(5) Peningkatan pengetahuan tentang pengadaan, pemakaian dan penghematan air bersih dan
sehat dalam keluarga.
b).

Kelestarian Lingkungan Hidup

(1) Pengembangan kualitas lingkungan dan pemukiman, kebersihan dan kesehatan, pada
pemukiman yang padat, dalam rangka terwujudnya kota bersih dan sehat (Health Cities).
(2)

Pencegahan banjir dengan tidak menebang pohon sembarangan.

(3)

Program sejuta pohon sebagai paru-paru kota dan pencegahan polusi udara.

(4)

Pemanfaatan jamban dan air bersih dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.

(5)

Memasyarakatkan biopori (lubang resapan) untuk mencegah genangan dan resapan air
3).

Perencanaan Sehat

Program terakhir dari 10 program PKK adalah perencanaan kesehaatan. Tujuan dari program ini
adalah meningkatkan kegiatan dalam program perencanaan kesehatan reproduksi karena
membantu ibu-ibu, para remaja, dan calon pengantin untuk menjaga kesehatan reproduksi.
Dengan adanya program ini diharapkan masyarakat dapat menjaga kesehatan keluarga.
Kebutuhan gender praktis dalam program ini adalah menjaga kesehatan keluarga agar tidak
terserang penyakit yang berbahaya. Kebutuhan gender strategis adalah dapat mengendalikan
jumlah penduduk yang ada di desa Batubulan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
anti kemiskinan karena dengan adanya keluarga berencana maka dapat memperkirakan
kebutuhan hidup kedepan. Contoh kegiatan dalam program ini adalah KB.
Meningkatkan kegiatan dalam program perencanaan sehat antara lain:
a). Meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemahaman dan kesertaan dalam program
keluarga berencana menuju keluarga berkualitas.
b). Meningkatkan kemampuan perencanaan kehidupan keluarga sehari-hari dengan berorientasi
pada masa depan dengan cara membiasakan menabung.
c). Kegiatan Kesatuan Gerak PKK KB-KES dalam upaya meningkatkan cakupan hasil pelayanan
KB-KES.
d). Peringatan Hari Keluarga Nasional (HARGANAS) dalam upaya peningkatan ketahanan
keluarga untuk mewujudkan keluarga berkualitas.
e).

Meningkatkan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi remaja dan calon pengantin.

f).

Mengatur keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keuangan keluarga.

Keterangan : Profile Dimuat hanya sebagian

Cari

Kelompok Usaha

Seni Ukir Batu Padas Kewalahan Melayani Order.


ALAT PERAJANG BUMBU SERBA GUNA BUATAN BAPAK I WAYAN GATRA MAMPU
BERSAING DENGAN PRODUK BERMERK.

Art Shop

ASIAN TAMARIND Restoran

SUBAK

SIMANTRI 368 POKTANNAK CHANDRA WISESA

Sistem Pengairan Subak, Resmi menjadi Warisan Dunia

KOMUNITAS

KERONCONG GITA SARASWATI

Mengisi Hari Raya Galungan dengan Bazzar di desa Batubulan untuk


pembangunan.

pro
Pendahuluan
Kesehatan adalah bagian dari politik oleh karena pelayanan
kesehatan merupakan pelayanan publik yang seyogianya tidak hanya
dijadikan sebagai kendaraan politik para calon atau kandidat kepala

daerah. (Bambra et all, 2005). Sebuah studi yang dilakukan Navarro et all
pada tahun 2006 meneguhkan korelasi antara ideologi politik suatu
pemerintahan terhadap derajat kesehatan masyarakatnya, melalui
kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintahan tersebut. Konsep
kesehatan yang dianut pemerintah kita saat ini, berbuah pembangunan
kesehatan yang berbentuk pelayanan kesehatan individu, ketimbang
layanan kesehatan komunitas yang lebih luas, program-program karitas
yang bersifat reaktif seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
atau pengobatan gratis dan Jampersal.
Dalam UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 bagian Pembukaan butir b
(menimbang); disebutkan bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif,
partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya
manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa
bagi pembangunan.
Hal ini menunjukkan pentingnya hubungan antara kesehatan dan
politik dalam meningkatan derajat kesehatan masyarakat untuk
mempersiapkan manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing.
2. Alasan Memilih Judul
Alasan kami memilih judul politik dan kesehatan karena makalah ini
merupakan salah satu tugas dari dosen dan juga judul ini saling berkaitan,
dimana kesehatan dan politik saling berkesinambungan dalam
peningkatan mutu masyarakat.
3. Masalah
Permasalah yang mendasar terkait dengan politik dan kesehatan
salah satunya tidak berkesinambungannya politik dan kesehatan. Disini
oknum politisi kesehatan belum mampu meyakinkan bahwa kesehatan
adalah investasi, sector produktif dan bukan sector konsumtif. Praktisi
kesehatan juga belum mampu memperlihatkan secara jelas dalam
mempengaruhi para pemegang kebijakan tentang manfaat investasi
bidang kesehatan yang dapatmenunjang pembangunan bangsa.
4. Pembahasan
4.1 Pengertian politik dan kesehatan
A. Politik
Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris
politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani (politika yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya (polites - warga
negara) dan (polis - negara kota). Kemudian arti itu berkembang menjadi
polites yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang
berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara
dan politikos yang berarti kewarganegaraan.

Dalam bahasa Indonesia, Secara umum politik mempunyai dua arti,


yaitu politik dalam arti kepentingan umum (politics) dan politik dalam arti
kebijakan (policy). Politik dalam arti politics adalah rangkaian
asas/prinsip, keadaan, jalan, cara atau alat yag akan digunakan untuk
mencapai tujuan. Sedangkan politik dalam arti policy adalah penggunaan
pertimbangan tertentu yang dapat menjamin terlaksananya usaha untuk
mewujudkan keinginan atau cita-cita yang dikehendaki.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan (policy),
dan distribusi atau alokasi sumber daya.
B. Kesehatan
Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek.
Ini juga merupakan tingkat fungsional dan atau efisiensi metabolisme
organisme, sering secara implisit manusia. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), mendefinisikan kesehatan didefinisikan sebagai "keadaan lengkap
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan
penyakit atau kelemahan"
Kesehatan adalah konsep yang positif menekankan sumber daya
sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. Secara keseluruhan kesehatan
dicapai melalui kombinasi dari fisik, mental, dan kesejahteraan sosial,
yang, bersama-sama sering disebut sebagai "Segitiga Kesehatan"
C. Politik Kesehatan
Politik kesehatan merupakan upaya pembangunan masyarakat
dalam bidang kesehatan. Bambra et al (2005) dan fahmi umar (2008)
mengemukakan mengapa kesehatan itu adalah politik, karena dalam
bidang kesehatan adanya disparitas derajat kesehatan masyarakat, dimana
sebagian menikmati kesehatan sebagian tidak. Oleh sebab itu, untuk
memenuhi equity atau keadilan harus diperjuangkan.
Kesehatan adalah bagian dari politik karena derajat kesehatan atau
masalah kesehatan ditentukan oleh kebijakan yang dapat diarahkan atau
mengikuti kehendak (amenable) terhadap intervensi kebijakan politik.
Kesehatan bagian dari politik karena kesehatan adalah hak asasi manusia.
4.2 Hubungan politik dan kesehatan
Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang kesehatan.
Yakni kebijakan publik yang didasari oleh hak yang paling fundamental,
yaitu sehat merupakan hak warga negara. Sehingga dalam pengambilan
keputusan politik khususnya kesehatan berpengaruh terhadap kesehatan
masyarakat sebaliknya politik juga dipengaruhi oleh kesehatan dimana
jika derajat kesehatan masyarakat meningkat maka akan berpengaruh
pada kesejahteraan masyarakat
4.3 Masalah politik dan kesehatan
Politik kesehatan merupakan upaya pembangunan masyarakat
dalam bidang kesehatan. Masalah politik dalam kesehatan adalah sesuatu
yang harus diselesaikan atau dipecahkan dalam upaya pembangunan di
bidang kesehatan. Saat ini, apa yang dipikirkan oleh ahli kesehatan

masyarakat sangat berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh para


pemimpin politik dalam melihat pembangunan.
Para ahli kesehatan masyarakat selalu memandang kesehatan adalah
utama dan satu satunya cara dalam mencapai kesejahteraan, kesehatan
ibu dan anak adalah prioritas, ketimpangan kaya dan miskin adalah
sumber masalah kesehatan. kebijakan dan politik kesehatan harus
berbasis bukti dan pendekatan pencegahan penyakit adalah yang utama.
Sayangnya para pemimpin politik, tidak memandang sama dalam melihat
persoalan pembangunan kesehatan, keputusan-keputusan politik lebih
didasari kepada hasil survey popularitas dan prioritas pembangunan lebih
kepada yang terlihat cepat di mata konstituen. perbedaan masalah ini
berakar dari para ahli kesehatan masyarakat yang enggan untuk
memahami masalah politik pembangunan, terutama pembangunan dalam
bidang kesehatan. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa masalah
kesehatan adalah masalah politik.
Masalah kesehatan bukan lagi hanya berkaitan erat dengan tehnis
medis, tetapi sudah lebih jauh memasuki area-area yang bersifat social,
ekonomi dan politik karena masalah kesehatan merupakan masalah
politik maka untuk memecahkannya diperlukan komitmen politik.
Namun, untuk memecahkan masalah tersebut ternyata tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Disini aktor politik kesehatan belum mampu
meyakinkan bahwa kesehatan adalah investasi, sector produktif dan bukan
sector konsumtif. Praktisi kesehatan juga belum mampu memperlihatkan
secara jelas di dalam mempengaruhi para pemegang kebijakan tentang
manfaat investasi bidang kesehatan yang dapatmenunjang pembangunan
bangsa.
Tidak ada batasan yang jelas siapa aktor politik kesehatan yang
sesungguhnya, namun dapat dikatakan bahwa aktor politik kesehatan
adalah orang, lembaga atau profesi yang berjuang untuk mewujudkan
rakyat yang sehatdan sejahtera. Akan tetapi karena masalah politik adalah
masalah kesehatan, maka tentu saja tidak perlu semua aktor politik adalah
orang kesehatan atau orang dengan latar belakang kesehatan akan tetapi
yang terpenting adalah bagaimana para aktor politik mempunyai wawasan
kesehatan.
4.4 Pengaruh Hubungan Politik Terhadap Kesehatan
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang
menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan
melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision
making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu
menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala
prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk
melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan
umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian
(distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-sumber (resources)
yang ada.

Untuk bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu,


perlu dimiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan
digunakan baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan
konflik yang mungkin timbul dalam proses itu. Cara-cara yang digunakan
dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu bersifat paksaan
(coercion). Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan
perumusan keinginan (statement of intent) belaka.
Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan
tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek
kehidupan lainnya. Demikianlah politik selalu menyangkut tujuan-tujuan
dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang
(private goals). Politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk
partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan (individu).
Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan
derajat kesehatan masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem
ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara untuk
menciptakan masyarakat dan lingkungan sehat secara keseluruhan. Untuk
meraih tujuan tersebut diperlukan kekuasaan. Dengan kekuasaan yang
dimiliki, maka akan melahirkan kebijakan yang pro rakyat untuk
menjamin derajat kesehatan masyarakat itu sendiri. Kebijakan pemerintah
dapat terwujud dalam dua bentuk.
1. Peraturan pemerintah dalam bidang kesehatan meliputi undang-undang,
peraturan presiden, keputusan menteri, peraturan daerah, baik tingkat
provinsi maupun kabupaten kota, dan peraturan lainnya.
2. Kebijakan pemerintah dalam bentuk program adalah segala aktifitas
pemerintah baik yang terencana maupun yang insidentil dan semuanya
bermuara pada peningkatan kesehatan masyarakat, menjaga lingkungan
dan masyarakat agar tetap sehat dan sejahtera, baik fisik, jiwa, maupun
sosial.
Oleh karena itu, untuk menciptakan kesehatan masyarakat yang
prima maka dibutuhkan berbagai peraturan yang menjadi pedoman bagi
petugas kesehatan dan masyarakat luas, sehingga suasana dan lingkungan
sehat selalu tercipta. Di samping itu pemerintah harus membuat program
yang dapat menjadi stimulus bagi anggota masyarakat untuk menciptakan
lingkungan dan masyarakat sehat, baik jasmani, rohanio, rohani, sosial
serta memampukan masyarakat hidup produktif secara sosial ekonomi.
Kebijakan kesehatan yang juga berhubungan dengan peningkatan
kesejahteraan penduduk adalah dengan menambah personel kesehatan
baik yang terlibat dalam upaya preventif maupun dalam tindakan kuratif.
Tujuan kebijakan ini agar pelayanan kesehatan tidak hanya dinikmati oleh
golongan tertentu, namun juga bisa dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan ini.
4.5 Contoh pengaruh politik terhadap kesehatan
1. Anggaran kesehatan
Karena sehat merupakan hak rakyat dan negara pun tak ingin
rakyatnya sakit-sakitan, diambillah keputusan politik yang juga sehat.

2.

3.

4.

1.
2.

3.

Yaitu, anggaran untuk kesehatan rakyat mendapatkan porsi yang sangat


besar, karena negara tidak ingin rakyatnya sakit-sakitan. Pemerintah
bersama DPR. Membebani impor alat-alat kedokteran dengan pajak yang
sama untuk impor mobil mewah, juga keputusan politik.
UU Tembakau; Cukei rokok terus dinaikkan karena konsumsi rokok di
Indonesia semakin meningkat.
Biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat konsumsi
tembakau terus meningkat dan beban peningkatan ini sebagian besar
ditanggung oleh masyarakat miskin. Angka kerugian akibat rokok setiap
tahun mencapai 200 juta dolar Amerika, sedangkan angka kematian
akibat penyakit yang diakibatkan merokok terus meningkat. Di Indonesia,
jumlah biaya konsumsi tembakau tahun 2005 yang meliputi biaya
langsung di tingkat rumah tangga dan biaya tidak langsung karena
hilangnya produktifitas akibat kematian dini, sakit dan kecacatan adalah
US $ 18,5 Milyar atau Rp 167,1 Triliun. Jumlah tersebut adalah sekitar 5
kali lipat lebih tinggi dari pemasukan cukai sebesar Rp 32,6 Triliun atau
US$ 3,62 Milyar tahun 2005 (1US$ = Rp 8.500,-).
Program Pembatasan Waktu Iklan Rokok
Larangan iklan secara menyeluruh merupakan upaya untuk
memberikan perlindungan kepada masyarakat khususnya anak-anak dan
remaja. Anak-anak dan remaja merupakan sasaran utama produsen rokok.
Diakui oleh industri rokok bahwa anak-anak dan remaja merupakan aset
bagi keberlangsungan industri rokok. Untuk itu kebijakan larangan iklan
rokok secara menyeluruh harus diterapkan untuk melindungi anak dan
remaja dari pencitraan produk tembakau yang menyesatkan.
Pelarangan iklan rokok menyeluruh (total ban) mencakup iklan,
promosi dan sponsorship yang meliputi pelarangan (1) iklan, baik
langsung maupun tidak langsung di semua media massa; (2) promosi
dalam berbagai bentuk, misalnya potongan harga, hadiah, peningkatan
citra perusahaan dengan menggunakan nama merek atau perusahaan dan
(3) sponsorship dalam bentuk pemberian beasiswa, pemberian bantuan
untuk bidang pendidikan, kebudayaan, olah raga, lingkungan hidup, dll.
Program Kesehatan Gratis di Gorontalo
Berdasarkan kemampuan sumber daya dan permasalahan bidang
kesehatan, maka dapat diproyeksikan pencapaian program sebagai
berikut:
Program Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat;
meningkatnya persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan
sehat menjadi 60%
Program Lingkungan Sehat; meningkatnya persentase keluarga menghuni
rumah yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 75 %, persentase
keluarga menggunakan air bersih menjadi 85 %, persentase keluarga
menggunakan jamban memenuhi syarat kesehatan menjadi 80%, dan
persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
menjadi 80 %
Program Upaya Kesehatan Masyarakat ; Cakupan rawat jalan sebesar 15%,
Meningkatnya cakupan persalinan nakes menjadi 90%, Pelayanan

antenatal (K4) 90%, kunjungan neonatus (KN2) 90%, dan cakupan


kunjungan bayi menjadi 90 %, pelayana kesehatan dasar bagi gakin di
Puskesmas sebesar 100 %, Persentase posyandu Purnama Mandiri 40 %,
Tersedia dan beroperasinya Pos kesehatan desa di tiap desa.
4. Program Upaya Kesehatan Perorangan; Cakupan rawat inap sebesar 1.5 %,
Rumah sakit yang melaksanakan pelayaan gawat darurat sebesar 90 %,
jumlah rumah sakit PONEK sebesar 75 % dan rumah sakit yang
terakreditasi sebanyak 75 %, terselenggaranya pelayanan kewsehatan bagi
Gakin di kelas III rumah saki sebesar 100 %.
5. Pemecahan Masalah (Opini Kelompok II)
Beranjak dari masalah politik dan kesehatan yang telah dibahas
dalam makalah ini, solusi-solusi yang dapat diterapkan oleh pemerintah
dan paramedis adalah sebagai berikut:
1. Politisi dan para medis harus terlibat dalam merumuskan kebijakan
kesehatan
2. Dalam menentukan agenda ataupun perencanaan harus lebih kompleks
sehingga dalam penatalaksanaan kebijakan lebih efektif dan evisien.
3. Mengevaluasi setiap kebijakan, dan merespon feedback masyarakat
terhadap kebijakan yang telah ditetapkan.
4. meyakinkan proses-proses politik kepada masyarakat untuk mendorong
penerimaan luas atas kebijakan kesehatan yang ditawarkan oleh para
politisi.

1.1

Latar Belakang
Perhatian terhadap permaslah kesehatan terus dilakukan terutama dalam
perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma
sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi

sehat, menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkanparadigma


sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada
pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan
kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat,
dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah dan petugas kesehatan.
Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama
dalam
pencapaian
derajat
kesehatan.
Dengan
peruahanparadigma
sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat menjadi mandiri
dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai
dengan visi Indonesia sehat, yaitu Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan.
Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat
sudah sesuai dengan Undang undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang
berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat setinggi tingginya. Pemerintah bertanggungjawab
memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan.
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan
kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi
kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat
sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, dari, oleh,
dan untuk masyarakat itu sendiri.
1.2
1.

Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan konsep pemberdayaan masyarakat ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam membandingkan
antara teori dan praktek konsep pemberdayaan masyarakat, serta untuk
mengetahui informasi-informasi mengenai konsep pemberdayaan masyarakat.

1.3.2
1
2
3
1.4
1.4.1

1.4.2
1.4.3

Tujuan Khusus
Memahami pengertian konsep pemberdayaan masyarakat
Mengetahui ciri-ciri pemberdayaan masyarakat
Mengetahui jenis-jenis pemberdayaan masyarakat
Manfaat
Bagi Penulis
Terpenuhinya tugas keperawatan komunitas III yang berupa makalah
konsep pemberdayaan masyarakat
Bagi Institusi
Sebagai tambahan sumber bacaan di perpustakaan.
Bagi Pembaca
Untuk menambah wawasan kita mengenai pengertian, ciri, tujuan dari
konsep pemberdayaan masyarakat.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.

Pengertian Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013).
Shardlow dalam Jackie Ambadar (2008) menyebutkan pemberdayaan
masyarakat atau community development (CD) intinya adalah bagaimana individu,
kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka.
Pemberdayaan masyarakat juga diartikan sebagai upaya yang disengaja untuk
memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan, dan
mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan
networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan
kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial.
Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam
peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat
dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan
kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan
memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan (Wahyudin,
2012).
Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk
menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu
untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Strategi ini tepatnya ditujukan pada
sasaran primer agar berperan serta secara aktif.
Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu
ekonomi, sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan dan sosialbudaya), dan bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam
dua konsep yaitu masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah
wilayah geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan
di daerah pertokoan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan.
Harry Hikmat (2001) menyebutkan pemberdayaan dalam wacana
pembangunan selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi,
jaringankerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada
kekuatan tingkat individu dan sosial. Isbandi Rukminto Adi (2008) menyatakan
pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan pembangunan
bangsa secara keseluruhan.
Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering
dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan

desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan
masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat
lokal (locality development).
UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu
wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini
ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti
Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA
(taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain.
2.2.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Ciri Pemberdayaan Masyarakat


Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam
pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan noninstruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi
masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk
pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai
berikut :
Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader)
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun
pemukiman elite atau pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi kristalisasi
adanya pimpinan atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat
bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW) maupun bersifat informal (ustadz,
pendeta, kepala adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas
atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan
kepada para tokoh masyarakat.
Organisasi masyarakat (community organization)
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan
baik formal maupun informal, misalnya PKK, karang taruna, majelis taklim,
koperasi-koperasi dan sebagainya.
Pendanaan masyarakat (Community Fund)
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas
dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: Bahwa dana sehat telah
berkembang di Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya(1990an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh Depkes diperluas
dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)
Material masyarakat (community material)
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah
merupakan salah satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai
sumber daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
Pengetahuan masyarakat (community knowledge)
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh
pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan
masyarakat.
Teknologi masyarakat (community technology)

Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat


dimanfaatkan untuk pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air
bersih menggunakan pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat
menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca. Untuk
pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.
2.3.

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri (Notoadmojdo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang
kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara
bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk :
1.
Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara
cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan
kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya
kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan
dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar
kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan
informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah
pengetahuan kesehatan.
2.
Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan
atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh
sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi
akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke
tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut
atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor.
Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana
atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3.
Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat,
baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau
niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila :
1.
Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka
sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan

makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang
menimbulkan gangguan kesehatan.
2.
Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
mengenali potensi-potensi masyarakat setempat.
3.
Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman
kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4.
Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui
berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan
sebagainya.
2.4.

1.

2.

3.

4.

Prinsip Pemberdayaan Masyarakat


Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan
sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses
memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan
kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan :
Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung
keberhasilan program program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam
bentuk sumber daya alam / kondisi geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih
ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi
sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalahgiven. Bagaimanapun
melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi
sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan
tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut.
Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan
baik tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas
kesehatan atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan
memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai
penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing masing anggota
masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program
atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan
bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana,
bahan bangunan, dan fasilitas fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah,
swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk

5.

a.

b.

mencapai tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau


pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau
wilayahnya. Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus
diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur
masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang
ada diatasnya adalah :
Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program
pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih,
maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota
masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan
pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam
mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam
masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan
kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk
kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk
memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi
dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut.

2.5.

Peran Petugas Kesehatan


Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah :
1.
Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun programprogram pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian
masyarakat.
2.
Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut
3.
Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat
dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

2.6.
1.

Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat


Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Proses
Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi
pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna
pertemuan-pertemuan yang dilaksanakan.
Output

2.

3.

4.

2.7.
1.
2.
3.
4.
5.

Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari
perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha
meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di
masyarakat.
Outcome
Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta
meningkatkan status gizi kesehatan.
Sasaran
Individu berpengaruh
Keluarga dan perpuluhan keluarga
Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja
Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll
Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus.

2.8. Jenis Pemberdayaan Masyarakat


2.8.1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat
ini. Gerakan posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak
tahun 1982. Saat ini telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh
Indonesia. Posyandu meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi,
dan pennaggulangan diare yang terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap
penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan
masyarakat yang langsung bersentuhan dengan masyarakat level bawah,
sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde baru karena
terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai daerah.
Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah
kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan
jika posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
1.
Meja 1 : pendaftaran
2.
Meja 2 : penimbangan
3.
Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4.
Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet besi
5.
Meja 5 : pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan
dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit
jumlah posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi.
2.8.2. Pondok Bersalin Desa (Polindes)

Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta


masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan
kesehatan ibu serta kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara
lain melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita),
memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu
dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan mayarakat.
Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam
KIA, yaitu kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi,
dan kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu
mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak setiap saat dengan penduduk
setempat diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes
dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga
tidak menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu,
anak, dan melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan
mamou mengurangi kesenjangan ekonomi.
2.8.3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat
dalam pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada
masyarakat setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik)
Di lapangan POD dapat berdiri sendiri atau menjadi salah satu kegiatan
dari UKBM yang ada. Gambaran situasi POD mirip dengan posyandu dimana
bentuk pelayanan menyediakan obat bebas dan obat khusus untuk keperluan
berbagai program kesehatan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :
1.
POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya
2.
POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
3.
POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
4.
POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
5.
Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa pondok
pesantren.
2.8.4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota.
Dalam implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain
sebagai berikut :
1.
Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.
2.
Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) dilaksanakan
pada 96 kabupaten.
3.
Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota
4.
Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.

5.

Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM)


dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
6.
Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan
kota dan lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota.
Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan
kesehatan bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan
seperti askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat
berpotensi sebagai wahana memandirikan masyarakat, yang pada gilirannya
mampu melestarikan kegiatan UKBM setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus
dikembangkan keseluruh wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput
oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.
2.8.5. Lembaga Swadaya Masyarakat
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM),
namun sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan
hanya 105 organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat
digolongkan menjadi LSM yang aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM
khusus antara kain organisasi profesi kesehatan, organisasi swadaya internasional.
Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut
1.
Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan.
2.
Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kemasyarakatan.
3.
Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan
dengan kemampuan sendiri.
4.
Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
5.
Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah
dalam bidang kesehatan.
2.8.6. Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau
ladang yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat.
Dikaitkan dengan peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi
mereka dalam bidnag peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan
memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan
tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga meningkatkan
kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan.
Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk
memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarian alam dan memperindah tanam
dan pemandangan.
2.8.7. Pos Gizi (Pos Timbangan)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat
termasuk kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi
masyarakat yang selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran

kegiatan yakni bayi berumur 6-11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin,
anak umur 12-23 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 24-59
bulan terutama mereka dari keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas
terutama yang menderita kurang gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah
diberikan PMT anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka,
makanan tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan
ke puskesmas (dirujuk)
2.8.8. Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah
berkembang secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin
kelancaran program berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif,
ditingkat desa telah dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya
dijalankan oleh kader KB atau petugas KB ditingkat kecamatan.
2.8.9. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos
Obat Desa namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat
disekitar pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan
perkotaan maupun pedesaan.
2.8.10. Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan
dibidnag kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka
untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Sasarannya adalah peserta didik antara lain : Pramuka penegak,
penggalang berusia 14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap
kesehatan. Dan anggota dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta
Pemimpin Saka.
2.8.11. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis
kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya
antara lain memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan.
2.8.12. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan
lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan
limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan
melibatkan seluruh warga.
2.8.13. Karang Taruna Husada
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di
tingkat RW yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam
menyalurkan aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna banyak
perannya pada kegiatan-kegiatan sosial yang mampu mendorong dinamika

masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan masyarakatnya termasuk pula


dalam pembangunan kesehatan. Pada pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan
kebersihan lingkungan, gotong-royong pembasmian sarang nyamuk dan lainlainnya potensi karang taruna ini snagat besar.
2.8.14. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya
pemerataan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil dan sukar dijangkau telah
dikembangkan pelayanan puskesmas dna puskesmas pembantu dalam kaitan ini
dipandang selaku tempat rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai
jenis UKBM sebagaimana tertera di atas.
2.9. Peran Serta Masyarakat Tentang Upaya UKBM
2.9.1. Wujud peran serta masyarakat
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini beberapa wujud peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pembangunan
nasional pada umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Sumber daya manusia
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat.
Wujud insan yang menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara
lain sebagai berikut :
a.
Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
b.
Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama, politisi,
cendikiawan, artis/seniman, budayaan, pelawak, dan lain-lain
c.
Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya: kader
posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi, kader
KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain.
2.
Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
Bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga
atau kelompok kegiatan masyarakat yang mempunyai aktivitas dibidang
kesehatan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut :
a.
Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala bentuk
kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, yaitu :
1.)
Pos pelayanan terpadu (posyandu)
2.)
Pos obat desa (POD)
3.)
Pos upaya kesehatan kerja (Pos UKK)
4.)
Pos kesehatan di Pondok Pesantren (poskestren)
5.)
Pemberantasan penyakit menular dengan pendekatan PKMD (P2M-PKMD)
6.)
Penyehatan lingkungan pemungkitan dengan pendekatan PKMD (PLp-PKMD)
sering disebut dengan desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL)
7.)
Suka Bakti Husada (SBH)
8.)
Tanaman obat keluarga (TOGA)
9.)
Bina keluarga balita (BKB)

10.) Pondok bersalin desa (Polindes)


11.) Pos pembinaan terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Lansia)
12.) Pemantau dan stimulasi perkembangan balita (PSPB)
13.) Keluarga mandiri
14.) Upaya kesehatan masjid
b.
Lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang
kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas
mereka beragam sesuai dengan peminatnya
c.
Organisasi swadaya yang bergerak dibidang palayanan kesehatan seperti rumah
sakit, rumah bersalin, balai kesehatan ibu dan anak, balai pengobatan, dokter
praktik, klinik 24 jam, dan sebagainya

BAB 3
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan
masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan
kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan.
Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi
kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat
sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki
kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses
untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau
proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, dari, oleh,
dan untuk masyarakat itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai