Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH POLINDES DAN PROGRAM BIDAN DESA

Download file format .doc Klik di sini

Kata Pengantar

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT,karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai
PoLinDes dan Program Bidan Desa dengan baik.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,dengan
demikian kami sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari semua pihak guna
perbaikan di kemudian hari.
Akhir kata semoga hasil makalah ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang
membutuhkannya.

Samarinda, April 2009


Kelompok 2

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam meningkatkan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui upaya pelayanan kesehatan masyarakat secara
menyeluruh. Kondisi spesifik geografi dan demografi mengakibatkan kurangnya sarana dan
prasarana serta tenaga pelayanan kesehatanbaik dari sisi kuantitas dan kualitas. Dinas kesehatn
sebagai institusi kesehatan memiliki tanggung jawab dalam menurunkan masalah kesehatan
masyarakat,dan memiliki peran yang sangat strategis dalam menciptakan SDM berkualitas dalam
upaya peningkatan drajat kesehatan masyarakat secara menyeluruh, merata, terjangkau dan dapat
diterima oleh seluruh masyarakat. Peran dinas kesehatan jadi sangat menentukandengan
munculnya berbagai perubahan epidemilogi penyakit, struktur demografis serta belum
teratasinya beberapa masalah gizi buruk,kesehatan maternal dan perinatal. Kondisi ini menurut
dinas kesehatan untuk memberikan pelayanan yang lebih bermutu, terjangkau serta sesuai
kebutuhan masyarakat. Tuntutan itu akan semakin berat dalam menghadapi kondisi global yang
perubahannya semakin cepat dan serentak. Apabila tidak diikuti ketersedian dan peningkatan
kualitas petugas pelayanan kesehatan masyarakat yang memadai, maka akan semakin berat jika
tanggung jawab hanya dibebankan pada institusi kesehatan saja tanpa melibatkan sektor lain.
BAB II
PEMBAHASAN

Dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan secara langsung, Dinas Kesehatan memiliki unit-
unit pelayanan kesehatan di bawahnya yaitu puskesmas, pustu, dan polindes sebagai unit
terdepan. Dari ketiga unit pelayanan tersebut, polindes merupakan unit terdepan dan memiliki
jangakauan hingga ke tengah masyarakat. Keberlangsungan pelayanan pada polindes tidak
terlepas dari peran bidan desa setempat. Pelayanan kesehatan pada polindes adalah pelayanan
kesehatan ibu dan anak atau kebidanan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
masyarakat lainnya.
Pondok Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM), dimana pembangunannya melalui swadaya masyarakat. Namun demikian
di beberapa daerah dimana masyarakatnya tidak mampu mengupayakan pembangunan Polindes
secara swadaya, pembangunannya dapat melalui pemerintah, dikarenakan perlunya ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan untuk bidan di desa.

Stratifikasi Polindes
Dalam menganalisa pertumbuhan Polindes harus mengacu kepada indikator tingkat
perkembangan Polindes yang mencakup beberapa hal :
1. Fisik
Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu memenuhi persyaratan antara lain
:
• Bangunan polindes tampak bersih, salah satunya ditandai tidak adanya sampah berserakan
• Lingkungan yang sehat, bila polindes jauh dari kandang ternak
• Mempunyai jumlah ruangan yang cukup untuk : pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA,
mempunyai ruang untuk pertolongan persalinan.
• Tempat pelayanan bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik terjamin.
• Mempunyai perabotan dan alat-alat yang memadai untuk pelaksanaan pelayanan.
Mempunyai sarana air bersih dan jamban yang memenuhi persyaratan kesehatan.

Idealnya suatu polindes mempunyai bangunan sendiri dan memenuhi persyaratan di atas, namun
dalam kenyataannya mungkin saja polindes masih menumpang di salah satu rumah warga atau
bersatu dengan kediaman bidan di desa.
2. Tempat tinggal bidan desa
Keberadaan bidan di desa secara terus menerus (menetap) menentukan efektifivitas
pelayanannya, termasuk efektivitas polindes. Selain itu, jarak tempat tinggal bidan yang menetap
di desa dengan polindes. Bidan yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin melaksanakan
pelayanan pertolongan persalinan di polindes. Untuk mempercepat tumbuh kembang Polindes
bidan harus selalu berada/tinggal di desa dan lebih banyak melayani masalah kesehatan
masyarakat desa setempat.
3. Pengelolaan polindes
Pengelolaan Polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan, sekaligus pemanfaatan
pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan polindes yang baik antara keterlibatan
masyarakat melalui wadah LPM dalam menentukan tarif pelayanan. Tarif yang ditetapkan secara
bersama, diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memanfaatkan polindes,
sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat memuaskan semua pihak.
4. Cakupan persalinan
Tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor, diantaranya ketersediaan
sumberdaya kesehatan termasuk didalamnya keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya,
yaitu bidan desa.
Tersedianya polindes dan bidan di suatu desa memberikan kemudahan untuk mendapatkan
pelayanan KIA, khususnya dalam pertolongan persalinan, baik ditinjau dari segi jarak maupun
dari segi pembiayaan. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong di polindes, selain
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ibu hamil, sekaligus mencerminkan kemampuan bidan
itu sendiri baik di dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin hubungan dengan
masyarakat. Cakupan persalinan dihitung secara kumulatif selama setahun.

5. Sarana air bersih


Tersedianya air bersih merupakan salah satu persyaratan untuk hidup sehat. Demikian juga
halnya di dalam operasional pelayanan polindes. Polindes dianggap baik apabila telah tersedia
air bersih yang dilengkapi dengan : MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa, PAM, dll), dan
dilengkapi pula dengan saluran pembuangan air limbah.
6. Kemitraan bidan dan dukun bayi
Kader masyarakat yang paling terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun bayi. Karena
itu, polindes dimanfaatkan pula sebagai sarana meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi
dalam pertolongan persalinan. Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan hal yang dianjurkan
dalam pelayanan pertolongan persalinan di Polindes. Penghitungan cakupan kemitraan bidan dan
dukun dihitung secara kumulatif selama setahun.
7. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran
KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan peran sertaa masyarakat yang bertujuan untuk
mendorong masyarakat agar mau dan mampu memelihara dan melaksanakan hidup sehat sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan komunikasi, informasi dan edukasi yang
bersifat praktis.
Dengan keberadaan polindes beserta bidan ditengah-tengah masyarakat diharapkan akan terjalin
interaksi antara antara bidan dengan masyarakat. Semakin sering bidan di desa menjalankan KIE,
akan semakin mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup sehatnya, termasuk di
dalamnya meningkatkan kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di dalam memberikan
penyuluhan kesehatan ibu hamil.
Seharusnya suatu polindes di dalam pelaksanaan kegiatannya telah melakukan KIE untuk
kelompok sasaran minimal sekali dalam setiap bulannya. Kegiatan KIE ini dihitung secara
kumulatif selama setahun.

8. Dana Sehat/JPKM
Dana sehat sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat, pada gilirannya
diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat setempat.
Suatu polindes dianggap baik bila masyarakat di desa binaannya telah terliput dana sehat,
sehingga diharapkan kelestarian polindes dapat terjamin, kepastian untuk mendapatkan
pelayanan yang berkualitas tak perlu dikhawatirkan lagi. Cakupan dana sehat dianggap baik bila
telah mencapai 50 %.

Program Bidan Desa


Salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian
sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan Anak adalah
dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
perinatal.

Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di desa
maka tenaga kesehatan (medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga
non medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan
dapat:
• meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan
• dapat mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan

Selain bekerja sama dengan tenaga non medis seperti dukun,bidan desa juga bekerja sama
dengan masyarakat yang secara sukarela membantu dan melaksanakan pos yandu. Biasanya
masyarakat tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai
kader.

Tugas dan fungsi bidan utama bidan desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
sebagaimana tertuang dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89 yang menyatakan
penempatan bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Namun pada kenyataannya bidan desa
dibebani dengan berbagai macam program pelayanan kesehatan lainnya. Pada kondisi ini bidan
desa dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi masyarakat yang beragam
karakteristik.

Kehadiran bidan di desa diharapkan mampu memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada
sekaligus dapat meningkatkan cakupan program pelayanan KIA melalui:
• peningkatan pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu
• pertolongan persalinan
• deteksi dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal.
• Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi

Serta bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil
dengan melakukan :
• kunjungan rumah
• sosialisasi pentingnya pemeriksaan kesehatan antenatal
• memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara rutin minimal empat kali selama
kehamilannya.

Bidan di desa telah melalui tingkat pendidikan kebidanan dan telah mampu dan cakap dalam
melaksanakan tugasnya sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan kehamilan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi cakupan pelayanan antenatal.Masyarakat malu untuk
memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan pertama. Pemberian bantuan tambahan gizi bagi
ibu hamil merupakan daya tarik tersendiri dalam kunjungan pelayanan antenatal dan dapat
meningkatkan kunjungan ibu.
Prinsip Pelayanan Kebidanan di Desa
• Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat,
kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran
bidan di komunitas
• Dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika profesi
yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
• Dalam memberikan pelayanan bidan senantiasa memperhatikan dan memberi penghargaan
terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sepanjang tidak merugikan dan tidak
bertentangan dengan prinsip kesehatan.
Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan
koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari makalah yang kami susun dapat kami simpulkan bahwa unit-unit pelayanan kesehatan
seperti puskesmas, pustu, dan polindes sebagai unit terdepan. Dari ketiga unit pelayanan tersebut
polindes merupakan unit terdepan dan memiliki jangkauan hingga ke tengah masyarakat.
Keberlangsungan pelayanan pada polindes tidak terlepas dari peran bidan desa setempat

.Oleh sebab itu,kehadiran bidan desa diharapkan dapat meningkatkan program pelayanan KIA
dengan menurunnya kematian serta kejadian sakit di kalangan ibu dan anak.Untuk bisa
terlaksana dengan baik,bidan desa harus menjalin kerjasama dengan dukun ataupun tokoh
masyarakat di desa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai