Uretritis pada pria secara klinis ditandai oleh duh uretra danl atau disuria, tetapi
infeksi asimtomatik oleh Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis
sering terjadi. Jika tidak diobati, uretritis gonokok dan klamidia dapat berlanjut
menjadi epididimitis. Infeksi rektum dan faring oleh N. gonorrhoeae dan C.
trachomatis dapat terjadi pada pria homoseksual.
Untuk penatalaksanaan pasien, uretritis harus dibedakan menjadi uretritis
gonokokal atau uretritis non gonokokal (NGU). Kira-kira separuh kasus NGU
disebabkan oleh C. trachomatis, tetapi penye-bab kebanyakan kasus sisanya belum
dapat dijelaskan sepenuhnya. Menurut beberapa penelitian, Ureaplasma
urealyticum mungkin menyebabkan uretritis, dan Trichomonas vaginalis dapat
ditemu-kan pada 1-3 % kasus NGU. Infeksi intrauretral oleh human herpesvirus
mungkin menghasilkan duh uretra. Bakteri seperti stafilokokus, berbagai
Enterobacteriaceae, Acinetobacter spp., dan Pseudomonas spp. dapat diisolasi dari
uretra pria sehat, tetapi tidak terbukti menyebabkan uretritis.
Pemeriksaan spesimen untuk mencari C. trachomatis sulit dan tidak akan dibahas
dalam bagian ini. Selain isolasi dengan sistem biakan sel, metode non-biakan untuk
deteksi antigen klamidia dengan enzyme immunoassay, pemeriksaan
imunofluoresensi serta uji amplifikasi asam nukleat telah tersedia barn-baru ini.
Cara-cara tersebut, walau menjanjikan, tetap sangat mahal.
Pengambilan dan transpor spesimen
Untuk pengambilan spesimen uretra, lidi kapas dengan diameter yang kecil atau sengkelit
bakterio-logis steril hams dimasukkan 3 4 cm ke dalam uretra dan diputar perlahan sebelum
ditarik keluar. Duh purulen dapat diambil langsung pada lidi kapas atau sengkelit. Komposisi
ujung dan batang lidi kapas penting diperhatikan. Untuk biakan N. gonorrhoeae, ujung lidi
kapas yang diproses dengan arang (charcoal)atau ujung lidi kalsium alginat atau Dacron lebih
disukai. Jika lidi kapas pengambil bahan yang khusus dan dibuat sedara komersial ini tidak
tersedia dan digunakan lidi kapas biasa, spesimen hams diinokulasikan segera. Pijat prostat
tidak meningkatkan keberhasilan isolasi gono-kokus atau klamidia pada kasus uretritis.
Kebanyakan penelitian telah menunjukkan bahwa adanya empat atau lebih leukosit
polimorfonuklear (PMN) per lapang pandang emersi merupakan indikasi kuat uretritis pada
pria. Kriteria ini sangat berguna bagi klinisi yang hams memutuskan perlu tidaknya mengobati
pasien dengan keluhan uretra yang tidak jelas.
Pada kebanyakan kasus gonore pria, duh bersifat purulen, dan banyak leukosit PMN
(>l 0 per lapang pandang emersi) dapat ditemukan pada sediaan apus uretra.
Walaupun demikian, ini tidak selalu ditemukan pada NGU, yang menyebabkan
reaksi peradangan yang tidak terlalu berat. Apusan de-ngan Iebih dari 4 leukosit
PMN per lapang pandang emersi, dan tanpa diplokokus Gram negatif intraselular,
sangat sugestif untuk NGU.
Sediaan apus yang tipis, yang dibuat dengan menggelindingkan lidi kapas pada
kaca objek, harus difiksasi dengan api dan dipulas biru metilen atau Gram. Adanya
diplokokus Gram-negatif intraselular dalam leukosit PMN pada sediaan apus uretra
sangat sugestif untuk gonore.
Sediaan apus spesimen intra-uretra pulasan Gram dari pria yang asimtomatik, dari
usap rektum yang blind, atau dari sampel orofaring tidak dianjurkan. Walaupun
demikian, pemeriksaan mikroskopik bahan purulen yang didapatkan dengan
bantuan anoskopi mempunyai nilai diagnostik yang cukup. tinggi.
Biakan Neisseria gonorrhoeae
Lempeng agar modifikasi Thayer-Martin (MTM)' (atau media New York City
(NYC))= yang telah diinokulasi harus diinkubasi pada suhu 35" C dalam udara
lembab yang diperkaya dengan karbon dioksida (stoples lilin), dan hams
diobservasi tiap hari selama2 hari. Laboratorium yang mengerjakan sejumlah besar
spesimen untuk N. gonorrhoeae sering kali lebih suka menggunakan agar coklat non-
selektif yang diperkaya dengan IsoVitaleX, atau suplemen yang setara, selain media
MTM yang selektif, karena sebanyak 3-10% galur gonokokus di daerah tertentu
mungkin peka terhadap kon-sentrasi vancomycin yang digunakan dalam media
selektif.
Koloni gonokokus mungkin masih belum tampak setelah 24 jam. Koloni tersebut
timbul setelah 48 jam sebagai koloni kelabu sampai putih, opak, menonjol, dan
berkilau, dengan ukuran dan morfologi yang berbeda.
Uji kepekaan antimikroba untuk N. gonorrhoeae dengan uji difusi cakram tidak
disarankan dalam praktek rutin.
Spesimen genital dari wanita
Flora vagina pada wanita pra-menopause biasanya paling banyak mengandung
lactobacillus serta berbagai macam bakteri anaerob dan aerob fakultatif.
Sediaan basah dibuat dengan mencampur sampel vagina dengan larutan saline pada
kaca objek, setelah itu tutup dengan kaca tutup. Preparat yang encer lebih disukai
untuk memastikan sel-sel ter-pisah, yang jika tidak encer mungkin bergerombol.
Sediaan diperiksa pada pembesaran 4 0 0 ~untuk mencari T. vaginalis dengan
gerakan yang khas, ragi yang bertunas (budding), dan clue cell. C. albicans
mungkin membentuk pseudomiselium, yang kadang-kadang dapat ditemukan
dalam bahan vagina. Clue cell ditemukan pada sebagian besar wanita dengan
vaginosis bakterialis. Gambar-an sitoplasma sel epitel yang tampak kotor atau
granular adalah kriteria yang kurang objektif diban-dingkan hilangnya batas sel.
Pemeriksaan mikroskopik sediaan basah spesimen sewiks tidak di-anjurkan.
Pembuatan sediaan apus pulasan Gram adalah metode pilihan untuk diagnosis
vaginosis bakterialis. Apusan dibuat dengan menggulingkan lidi kapas secara
perlahan dan bukan menghapuskannya pada kaca objek. Apusan vagina normal
terutama mengandung laktobasilus (batang Gram-positif besar) dan kurang dari 5
leukosit per lapang pandang. Pada sediaan apus khas yang didapat dari wanita
pengidap vaginosis bakterialis, clue cell tertutup oleh kuman-kuman batang Gram-
negatif kecil disertai dengan flora campuran yang terdiri atas sejumlah besar kuman
batang Gram-negatif kecil dan kuman batang dan kokobasilus dengan Gram yang
bewariasi, dan sering batang bengkok Gram-negatif, tanpa batang Gram-positif
besar. Hanya sedikit (<5) leukosit yang ditemukan per lapang pandang Gambaran
ini merupakan indikator diagnostik yang sensitif dan spesifik untuk vaginosis
bakterialis.
Sejumlah besar leukosit (>l0 sel per lapang pandang) pada sediaan apus pulasan
Gram mengarahkan pada trikomoniasis atau servisitis.
Pulasan Gram tidak secara khusus berguna untuk diagnosis infeksi gonokokus pada
pasien wanita. Pemeriksaan sediaan apus sekret endoserviks yang dipulas Gram
untuk mencari diplokokus Gram-negatif mempunyai sensitivitas 50-70% dan
spesifisitas 50-90% untuk diagnosis infeksi gonokokus, menyebabkan nilai prediksi
positif yang buruk pada populasi dengan prevalensi gonore yang rendah.
Diplokokus Gram negatif intraselular pada sediaan apus serviks hams dilaporkan
sebagai diplokokus Gram negatif intraselular, dan bukan sebagai N. gonorrhoeae
atau gonokokus. Hindarkan interpretasi berlebihan sediaan apusan serviks yang
sering kali mengandung kokobasil Gram-negatif dan batang yang terpulas bipolar.
Yang menarik dari sediaan apus serviks adalah validitasnya dalam diagnosis
servisitis mukopurulen: keberadaan lebih dari 10 leukosit polimorfonuklear per
lapang pandang emersi adalah indikasi yang cukup baik untuk servisitis
mukopurulen, paling sering disebabkan oleh N. gonorrhoeae danlatau
trachomatis.
Pemeriksaan sediaan apus konjungtiva yang dipulas Gram adalah teknik yang
sensitif dan spesifik untuk diagnosis konjungtivitis gonokokal. Adanya diplokokus
Gram negatif intraselular bersifat diagnostik untuk konjungtivitis gonokokal.
Biakan
Biakan untuk G. vaginalis atau kuman anaerob tidak dianjurkan untuk diagnosis
vaginosis bakterialis karena organisme-organisme tersebut didapatkan pada 2 0 4 0
% wanita tanpa infeksi vagina. Adanya G. vaginalis dalam duh vagina sendiri
bukan merupakan indikasi pengobatan, dan hanya pasien-pasien yang memenuhi
kriteria diagnostik vaginosis bakterialis yang harus diobati untuk itu.
Bibliography
J.Verhaegon, J. V. (2005). Prosedur Laboratorium Dasar untuk Bakteriologi
Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC .