Anda di halaman 1dari 5

Konvensi Ketatanegaraan

Istilah Konvensi pertama kali digunakan oleh Dicey.

- Convention of the constitution.


- Understandings of the constitution (Understandings).
- Constitutional ethics.
- Political etchics.
- Constitutional morality

- Sering diberi pengertian sebagai aturan hukum kebiasaan yg


tidak tertulis di bidang ketatanegaraan.
- Konvensi ~> Ketentuan yg mengatur bagaimana seharusnya
mahkota / menteri melaksanakan discretionary
power . ~> Dicey

Ak. Pringgodigdo ~> Konvensi ketatanegaraan adalah kelaziman-


kelaziman yg timbul dalam praktek kehidupan
ketatanegaraan.

Ismail Suny ~> Konvensi ketatanegaran adalah perbuatan


ketatanegaraan yg di lakukan berulang-ulang
sehingga dapat diterima & ditaati dalam Praktek
Ketatanegaraan suatu negara , walaupun perbuatan
tersebut bukan hukum.

Dicey : Ketentuan ketatanegaraan di Inggris terdiri 2 macam


ketentuan yaitu :
1. Ketentuan-ketentuan (rules) yg digolongkan sebagai
kaidah hukum (law) yaitu kaidah hukum Tata Negara.
Yaitu semua kaidah yg pentaannya dapat dipaksakan oleh
(melalui) Pengadilan.
2. Ketentuan-ketentuan yg tidak termasuk sebagai kaidah
hukum yaitu konvensi ketatanegaraan atau akhlak
(moral) ketatanegaraan.

Discretionary power :
Kekuasaan untuk bertindak atau tidak bertindak yg semata-
mata didasarkan pada kebijaksanaan atau pertimbangan dari
pemagang kekuasaan itu sendiri.

Menurut K.C WHEARE :


Konvensi terbentuk dengan 2 cara :
1. Suatu praktek tertentu berjalan untuk jangka waktu yg lama
bersifat persuasif , lalu diterima sebagai hal yg wajib
(kewajiban).
Konvensi dengan cara ini tergolong sebagai kebiasaan
(Custom).
2. Konvensi terjadi melalui kesepakatan (agreement) diantara
rakyat. Karena konvensi dapat terjadi melalui kesepakatan ,
maka dimungkinkan ada konvensi dalam bentuk tertulis.
( biasanya dibuat diantara pimpinan partai atau dalam bentuk
memorandum ( hasil kesepakatan para Mentri ).

Jadi konvesi berkembang karena :


- kebutuhan dalam penyelenggaraan praktek negara
- melalui praktek yg berulang-ulang yg tumbuh menjadi kewajiban
harus ditaati dalam penyelenggaraan
- melalui kesepakatan dalam bentuk tertulis

Menurut Dicey :
Konvensi itu menentukan tentang cara (mode) , bukan pada Isi
atau Substansi.

Menurut K.C Wheare :


Perubahan UUD dengan konvensi dapat terjadi dalam 3 bentuk :
1. Konvensi menghapuskan ketentuan dalam UUD (tapi bukan
mengubah / amend) atau membatalkan/abolish.
Menghapuskan ~> hanya memuat ketentuan UUD itu tidak
dilaksanakan menurut bunyi atau arti yg
terkandung di dalamnya. UUD tidak berlaku
efektif

Contoh : Pasal 20 Ayat (5) ~> memberi hak kepada Presiden Untuk
menolak / mengesahkan RUU yg telah
disetujui DPR ~> dalam prakteknya
belum pernah terjadi Presiden
menggunakan hak tersebut.
2. Konvensi mengalihkan kekuasaan yg telah ditetapkan UUD,
dijumpai baik pada negara parlementer maupun presidensil.
3. Konvensi melengkapi UUD / peraturan hukum ketatanegaran yg
sudah ada.

Konvensi ~> - tidak punya daya paksa secara hukum


- tidak terdapat sanksi hukum
- tidak ada upaya hukum ( lembaga yg dapat secara
langsung digunakan untuk mendorong ata memaksakan
pentaatan terhadap Konvensi).

Tapi kenyataan konvensi ditaati dan berlaku efektif.

Dorongannya Menurut Dicey ada 2 Faktor dasar ketaatan


terhadap konvensi :
1. The Fear of impeachment ~> bukan factor memaksa (taat)
tidak dilaksanakan, ketinggalan jaman.
2. The Force of Public opinion.
Dicey ~> “THE FORCE OF LAW”
Daya paksa Hukumlah menjadi dasar.
Menurut Sri ~> tergantung pada kadar bernegara dan
bermasyarakat.

Menurut Bagirmanan : Konvensi ditaati karena Faktor :


1. memelihara dan mewujudkan kedaulatan rakyat / demokrasi.
2. adanya hasrat memelihara tradisi pemerintahan Konstitusional.
3. karena setiap pelanggaran akan mengakibatkan pelanggaran
terhadap kaidah hukum.
4. karena hasrat agar roda pemerintahan yg komplek tetap
berjalan secara tertib.
5. khawatir menghadapi ancaman hukuman tertentu. (impeachmen)
atau takut sanksi politik.
6. pengaruh pendapat umum ~> sehingga terhalang dukungan
masyarakat.

Jenis Konvensi :
1. Kebiasaan (custom) ~> contoh, penunjukkan seorang Perdana
Menteri oleh Presiden masa UUD 1945 pra Orde Baru.
2. Expediency (kepatutan) ~> Ismail Suny ~> contoh, penggunaan
hak Preogrativ Presiden dalam penunjukan anggota Komite
Nasional Pusat sesudah perundingan dengan Wapres.
3. Express Agreement ( persetujuan yg dinyatakan secara
tegas).
Contoh : Maklumat pemerintah 14 Nopember 1945,
berubahnya sistem pemerintahan Presidensial Jadi
Parlementer ~> Menteri bertanggungjawab kepada
Komite Nasional Pusat.

Anda mungkin juga menyukai