Anda di halaman 1dari 29

27

MAKALAH
PERENCANAAN MANAJEMEN SEBAGAI KEPALA RUANGAN
Disusun untuk memenuhi tugas Manajemen Keperawatan yang Diampu Oleh Ns.
Fany Anitarini, M. Kep

Disusun oleh:
Rima Ambarwati (2016.02.072)
S1 Keperawatan 4B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Manajemen Sebagai Kepala
Ruangan” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca
supaya kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Banyuwangi, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB 1

1.1 Latar Belakan .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 3

BAB 2

2.1 Perumusan Manajemen Keperawatan Ruang Bedah ........................................ 4

BAB 3

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 25

3.2 Saran................................................................................................................ 25

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 26


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama
penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam
memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam
pengambilan keputusan manajerial. Penerapan manajemen keperawatan
memerlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi
masing-masing melalui fungsi manajemen (Muninjaya, 2004).
Fungsi manajemen akan mengarahkan perawat dalam mencapai sasaran yang
akan ditujunya. Menurut Freeman dan Gilbert (1996) dalam Schlosser (2003)
terdapat beberapa elemen utama dalam fungsi manajemen keperawatan
diantaranya yaitu planning, organizing, actuating (coordinating & directing),
staffing, leading, reporting, controllingdan budgeting. Komunikasi merupakan
bagian dari strategi coordinating (koordinasi) yang berlaku dalam pengaturan
pelayanan keperawatan. Menurut Swansburg (2000), komunikasi dalam praktik
keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal sehingga
peran komunikasi sangat penting dalam penerapan manajemen keperawatan.
Adapun salah satu komunikasi yang dilakukan perawat secara rutin yaitu kegiatan
timbang terima pasien saat pertukaran shift keperawatan yang juga merupakan
salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien.
Keselamatan pasien telah menjadi isu dunia yang perlu mendapat perhatian
bagi pelayanan kesehatan. Keselamatan pasien merupakan prinsip dasar dari
pelayanan kesehatan, yang memandang bahwa keselamatan merupakan hak setiap
pasien dalam menerima pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2011). Keselamatan
pasien merupakan suatu sistem yang difokuskan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Fokus tentang keselamatan pasien didorong oleh masih
tingginya angka kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit baik secara
global maupun nasional (KPPRS, 2015).
Laporan Institute of Medicine, menyatakan bahwa di Amerika rata-rata
pasien mati akibat medical error 44.000-98.000/tahun akibat kesalahan medis
(medical error) yang sebenarnya dapat dicegah (James, 2013). Di Amerika tahun
2011 menunjukkan bahwa 1 dari 3 pasien yang dirawat dirumah sakit mengalami
KTD, yang sering terjadi adalah kesalahan pengobatan, kesalahan operasi dan
prosedur serta infeksi nosokomial (Classen et al, 2011).
Pelaporan data di Indonesia tentang kejadian tidak diharapkan (KTD) dan
kejadian Nyaris cedera (KNC) belum banyak dilakukan oleh rumah sakit. Data
yang dimiliki Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) dilaporkan
KTD sebanyak 249 laporan, KNC sebanyak 283 laporan. Insiden keselamatan
pasien mengalami peningkatan kasus KTD dari 46,2 % menjadi 63% yang
ditemukan paling banyak pada unit penyakit dalam, bedah dan anak yaitu sebesar
56,7% dibandingkan unit kerja yang lain (KKPRS, 2012). Berdasarkan data
insiden keselamatan pasien di Indonesia, terdapat 114 laporan insiden
keselamatan pasien (IKP) pada tahun 2009, 103 laporan tahun 2010, dan 34
laporan ditahun 2011, jumlah insiden keselamatan pasien 11,23% dilakukan diunit
keperawatan, sebesar 6,17% diunit farmasi dan 4,12% oleh dokter. Data tersebut
menunjukkan bahwa terjadinya insiden keselamatan pasien mengalami
peningkatan dan lebih banyak terjadi pada unit keperawatan (KKPRS, 2012) .
Dampak yang dapat timbul akibat insiden keselamatan pasien dan
ketidakperdulian rumah sakit akan menyebabkan kerugian bagi pasien dan rumah
sakit, yaitu biaya yang harus ditanggung pasien menjadi lebih besar, pasien
semakin lama dirawat, dan terjadi resistensi obat (Craven, 2012). Bila hal ini
dilakukan terus menerus akan mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi
rumah sakit, karena akan terjadi menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang ada, yang berakibat pada penurunan mutu pelayanan
rumah sakit. Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pasien saling berkaitan dan
tidak dapat dipisah-pisahkan (Cahyono, 2012). Untuk mencegah penurunan mutu
pelayanan di ruang rawat diperlukan pengelolaan keselamatan pasien.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Alvarado, et al (2006) mengatakan adanya
standar komunikasi efektif yang terintegrasi dengan keselamatan pasien dalam
timbang terima pasien dan disosialisasikan secara menyeluruh pada perawat
pelaksana akan meningkatkan efektifitas dan koordinasi. Efektifitas dapat
ditingkatkan dengan mengkomunikasikan informasi penting sehingga
meningkatkan kesinambungan pelayanan dalam mendukung keselamatan pasien.
Timbang terima pasien adalah komunikasi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien. (Rushton, 2010) mengatakan timbang terima pasien
dirancang sebagai salah satu metode komunikasi yang relevan pada tim perawat
setiap pergantian shift, sebagai petunjuk praktik memberikan informasi mengenai
kondisi terkini pasien, tujuan pengobatan, rencana perawatan serta menentukan
prioritas pelayanan.
Berdasarkan paparan tersebut, makalah ini berupaya untuk mengeksplorasi
perspektif kepala ruang sebagai pemimpin dan pengelola tentang budaya
keselamatan pasien di unit bedah.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang diambil berdasarkan latar belakang “Bagaimana
perumusan manajemen keperawatan di Ruang Bedah?”

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i dapat mengetahui tentang manajemen keperawatan di ruang
bedah.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui perumusan visi, misi, tujuan, kebijakan, standard
diruang bedah
b) Untuk mengetahui pengorganisasian di ruang bedah
c) Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan staf di ruang bedah
d) Untuk mengetahui apa saja pengarahan yang ada di ruang bedah
e) Untuk mengetahui pengendalian di ruang bedah
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Perumusan Manajemen Keperawatan di Ruang Bedah
A. Fungsi Manajemen untuk Ruang Bedah
1) Perencanaan
Perencanaan, fungsi dasar manajemen adalah suatu tugas prinsip dari
semua manajer dalam divisi keperawatan. Ini adalah suatu proses
sistematik dan memerlukan ilmu pengetahuan yang mendasari teori
manajemen. Elemen pertama dari manajemen menurut Fayol adalah
perencanaan. Ia mendefinisikan hal ini sebagai membuat rencana
tindakan untuk memberikan pandangan ke depan. Rencana kegiatan ini
harus merupakan kesatuan, berkelanjutan, fleksibel dan dibuat dengan
teliti.
Perencanaan adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, kapan melakukannya dan siapa yang
melakukannya. Alexander membagi perencanaan menjadi perencanaan
jangka panjang dan jangka pendek, pembuatan keputusan, strategi,
kebijakan, program, aturan dan prosedur sebagai elemen dari
perencanaan. Steiner mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses
memulai dengan sasaran – sasaran, batasan strategi, kebijakan dan
rencana detail untuk mencapainya, mencapai organisasi untuk
menerapkan keputusan dan termasuk tinjauan kinerja dan umpan balik
terhadap pengenalan siklus perencanaan baru. Douglas menyatakan
bahwa “perencanaan mempunyai tujuan khusus atau tujuan dan
mengarahkan pada program atau metod sebelumnya untuk mencapai
tujuan“. Ia selanjutnya medefinisikan perencanaan sebagai suatu proses
kontinu dari pengkajian, membuat tujuan dan sasaran dan
mengimplementasikan serta mengevaluasi atau mengontrol.
Perencanaan adalah fungsi administrasi yang menempatkan beberapa
resiko terhadap pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Dalam
keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien atau
pasien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka inginkan.
Perencanaan merupakan fungsi pertama dari manajemen . anda seorang
manajer atau anda seorang pemimpin atau keduanya keterampilan
menyusun perencanaan menjadi bagian kritis yang harus anda miliki.
Suka atau tidak suka posisi anda menuntut untuk melakukan kegiatan ini.
Sekecil apapun kegiatan manajemen yang kita lakukan tanpa
perencanaan yang matang, hasilnya tidak kan memuaskan bahkan terjadi
penghamburan dana dan tenaga. Namun demikian, sehebat apapun
perencanaan yang kita buat apabila dalam pelaksanaannya fungsi-fungsi
lain dari manajemen tidak dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip
yang ada, maka apa yang kita buat tidak lebih dari sekedar catatan tanpa
makna.
a) Pengertian Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut
berperan terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui operasi
dengan tangan. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan
cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin
disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana.
b) Visi Ruang Bedah:
“Menjadi ruangan khusus bedah yang dapat mengatasi dan
memecahkan masalah penyakit bedah dengan pelayanan paripurna
pada tahun 2025”
c) Misi Ruang Bedah :
- Memberikan asuhan keperawatan kepada klien penyakit bedah
- Mempersiapkan klien (fisik, mental dan spiritual) yang akan
menjalani pembedahan, menjaga agar klien terhindar dari
komplikasi pasca bedah
- Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan yang
mampu memenuhi kebutuhan klien
- Meningkatkan kualitas kinerja tenaga keperawatan
- Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada
- Mewujudkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
d) Tujuan
Tujuan jangka panjang :
Memberikan pelayanan kesehatan secara optimal dalam mencapai
kesehatan secara menyeluruh.
Tujuan jangka pendek :
- Mengoptimalkan proses penyembuhan klien dengan memberikan
asuhan keperawatan secara paripurna
- Mencegah terjadinya infeksi
- Memandirikan klien dan keluarga pasca operasi
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan
e) Kebijakan
- Kepala ruangan melibatkan stafnya dalam penyelesaian
masalah dan pengambilan keputusan
- Ruang rawat bedah dapat menerima pasien dari IGD,
Poliklinik dan ruang lain
- Kepala ruangan selalu mengevaluasi kinerja stafnya setiap satu
bulan sekali
- Menerapkan standar asuhan keperawatan
- Menegakkan standar operasional prosedur secara efektif
- Menerapkan evaluasi
f) Analisa SWOT
Strength :
- Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki visi dan misi yang
jelas
- Rumah sakit dan ruang rawat telah memiliki SOP yang jelas
Weakness :
- Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai
- Kurangnya tenaga keperawatan
- Beban kerja perawat cukup berat dan melelahkan karena tidak
sesuai dengan proporsi
Opportunity :
- Rumah sakit menjalin link atau hubungan kerjasama dengan
organisasi PPNI
- Satu orang perawat pendidikan D3 keperawatan sedang
melanjutkan pendidikan S1 keperawatan dan masih tetap
bekerja
Threat :
- Rumah sakit kurang mensosialisasikan SOP keperawatan
dengan baik
g) Standar Pelayanan Keperawatan di Ruang bedah
Penerapan standar pelayanan keperawatan dimulai dari sebelum
(pre) pembedahan, selama (intra) pembedahan dan setelah (post)
pembedahan
- Standar pelayanan keperawatan dimulai dari sebelum (pre)
pembedahan
Merupakan periode yang diawali dengan persiapan dari ruang
penerimaan sampai induksi anestesi. Perawat pada tahap ini
mengintegrasikan dan mengkomunikasikan data yang dikumpulkan
melalui pengkajian secara rinci, keterampilan dan observasi untuk
membuat pilihan teraupetik agar dapat mengoptimalisasikan
pelayanan keperawatan kamar bedah. Kegiatan berfokus pada
mengkonfirmasi persiapan ruang bedah dan ketersediaan peralatan,
memverifikasi, menginterpretasi dan mengkomunikasikan data
kepada tim multidisiplin kesehatan lainnya, persiapan untuk
menghadapi situasi yang mengancam jiwa pasien saat pembedahan,
menyiapkan strategi dalam mencegah infeksi.
- Standar pelayanan keperawatan selama (intra)
Melakukan pelayanan yang dilakukan setelah induksi dan selama
proses pembedahan. Kegiatan berfokus pada pemeriksaan tanda-
tanda vital, membuka persediaan alat yang dibutuhkan, mengatur
selang, menjaga kelancaran obat-obatan dan cairan melalui
intravena, memastikan keselamatan selama pembedahan dengan
memperhatikan lingkungan, memastikan posisi pasien tidak
menyakiti pasien, memastikan tidak ada yang tertinggal dalam
tubuh pasien setelah pembedahan.
- Standar pelayanan keperawatan setelah (post) pembedahan
Merupakan pelayanan keperawatan selama periode setelah
penutupan luka dan pindah ke ruang pemulihan. Kegiatan berfokus
pada memeriksa bagaimana pasien di pindahkan ke ruang
pemulihan, mengobservasi tanda-tanda vital, memeriksa balutan
luka bekas operasi, mengukur keseimbangan cairan, memeriksa
cairan intravena setiap jam dan mengisi grafik/chart berdasarkan
pengkajian yang dilakukan.
h) Tujuan penerapan standar pelayanan keperawatan di ruang bedah
Tujuan umum:
- Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di ruang bedah
Tujuan khusus:
- Adanya perencanaan pelayanan keperawatan
- Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan
- Adanya asuhan keperawatan
- Adanya pembinaan pelayanan keperawatan
- Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan
2) Pengorganisasian
Pengorganisasian harus menunjukkan setiap bagian seseorang yang
akan bermain dalam pola sosial umum, serta tanggung jawab, hubungan
dan standar kinerja.
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk
tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan
autoritas pengawasan setiap kelompok dan menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainnya, baik secara
vertikal maupun horizontal yang bertanggung jawab untuk mencapai
objektif organisasi.
a. Prinsip-prinsip pengorganisasian
- Prinsip rantai komando
Menyampaikan bahwa untuk memuaskan anggota, efektif secara
ekonomis dan berhasil dalam mencapai tujuan mereka, organisasi
di buat dengan hubungan hirarkis dalam alur autoritas dari atas ke
bawah.
- Prinsip kesatuan komando
Menyatakan bahwa seorang pekerja mempunyai satu orang
supervisor dan terdapat satu pemimpin dan satu rencana untuk
kelompok aktivitas dengan objektif yang sama prinsip ini masih
diikuti pada kebanyakan organisasi keperawatan tetapi masih terus
di modifikasi dengan memunculkan teori organisasi.
- Prinsip rentang kendali
Menyatakan bahwa individu harus menjadi satu orang supervisor
satu kelompok bahwa ia dapat mengawasi secara efektif dalam hal
jumlah, fungsi dan geografi. Prinsip asal ini telah menjadi elastis.
Makin sangat terlatih pekerja, makin kurang pengawasan yang
diperlukan pekerja dalam peralihan memerlukan lebih banyak
pengawasan untuk mencegah terjadinya kesalahan. Bila digunakan
tingkat yang berbeda dari pekerja keperawatan, manajer perawat
harus lebih mengkoordinasikan.
- Prinsip spesialisasi
Setiap orang harus dapat menampilkan satu fungsi kepemimpinan
tunggal sehingga ada divisi tenaga kerja, suatu perbedaan diantara
berbagai tugas. Spesialisasi di anggap oleh kebanyakan orang
menjadi cara terbaik untuk menggunakan individu dan kelompok
rantai komando menggabungkan kelompok-kelompok dengan
spesialitas yang menimbulkan fungsi departementalitas. Hirarki
atau urutan rantai adalah hasil alami dari prinsip-prinsip
pengorganisasian ini. Ini adalah urutan tingkatan, dari atas ke
bawah dalam suatu organisasi. Prinsip-prinsip organisasi ini adalah
saling ketergantungan dan dinamis bila digunakan oleh manajer
perawat untuk menetapkan lingkungan yang merangsang dalam
praktik keperawatan klinik.
b. Komponen-komponen dalam struktur organisasi
a. Garis-garis
Menyatakan hubungan-hubungan, komunikasi dan otoritas yang
ada dalam organisasi. Arah garis adalah vertikal dan horisontal.
Adapun bentuknya dapat berupa garis tegas dan garis putus-putus.
b. Kesatuan komando
Dinyatakan dengan garis tegas vertikal antar orang. Hal ini
bermakna one person one boss. Artinya setiap orang memiliki satu
orang manajer dimana ia akan menyampaikan laporan serta
pertanggungjawabannya.
c. Rentang kendali
Renatang kendali tergambar juga dalam bagan organisasi. Jumlah
orang yang berada dalam satu posisi mencerminkan luasnya
pengendalian yang dilakukan oleh manajer serta interaksi yang
diharapkan.
d. Manajer tingkat atas
manajer puncak melihat organisasi secara menyeluruh,
mengkoordinir pengaruh dalam dan luar organisasi dan secara
umum membuat keputusan yang dilandasi panduan atau struktur
tertentu.
e. Manajer tingkat menengah
Mengkoordinasikan kegiatan manajer dibawahnya dan menjadi
penghubung anatara manajer tingkat pertama dengan manajer
puncak.
f. Manajer tingkat pertama
Mengatur alur kerjanya sebuah unit khusus. Manajer pada tingkat
ini berhubungan langsung dengan kegiatan operasional pelayanan
harian, kebutuhan organisasi dan kebutuhan pribadi pekerja.
g. Centrallity
Berhubungan dengan lokasi sebuah posisi dalam bagan organisasi
dimana frekuensi dan berbagai jenis komunikasi terjadi. Semakin
dekat lokasi posisi ke pusat organisasi alur informasi semakin luas
dan semakin jauh lokasi posisi dari pusat alur informasi menjadi
lebih sedikit.
c. 5 model pengorganisasian pelayanan keperawatan/asuhan
keperawatan
a. Perawatan pasien total
Menurut (Sitorus, 2006), pada perawatan pasien total ini satu
perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada seorang
klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien yang
dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien. Setiap perawat
ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien pada saat
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang
yang sama pada hari berikutnya.
b. Keperawatan fungsional
Menurut Arwani & Supriyatno (2005), metode fungsional ini
efisien, namun penugasan seperti ini tidak dapat memberikan
kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan
keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode
ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada
perawat. Di samping itu, asuhan keperawatan yang diberikan tidak
profesional yang berdasarkan masalah pasien. Perawat senior
cenderung akan sibuk dengan tugas-tugas administrasi dan
manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasien
dipercayakan kepada perawat junior.
c. Tim dan modular
menurut Arwani & Supriyatno (2005), adalah untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien
sehingga pasien merasa puas. Selain itu, metode tim dapat
meningkatkan kerjasama dan koordinasi perawat dalam
melaksanakan tugas, memungkinkan adanya transfer of knowledge
dan transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dan meningkatkan pengetahuan serta
keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan. Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan
bentuk variasi dari metode keperawatan primer, dengan perawat
profesional dan perawat non-profesional bekerja sama dalam
memberikan asuhan keperawatan, disamping itu karena dua atau
tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil
pasien. Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
menggunakan metode modifikasi primer , satu tim terdiri dari 2
hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada
sekelompok pasien berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani &
Supriyatno, 2005).
d. Keperawatan primer
Menurut (Nursalam, 2007), keperawatan primer penugasan di mana
satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Keperawatan primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
e. Manajemen kasus
Suatu sistem pemberian asuhan keperawatan yang berfokus pada
pencapaian hasil dalam kerangka waktu dan sumber yang tepat dan
efektif. Sering digunakan dalam perangkat pelayanan kesehatan
masyarakat, psikiatri dan diadopsi dalam asuhan pasien rawat inap,
berfokus pada pupulasi semua pasien.

Kepala ruangan

TIM I TIM II

Ketua Tim I Ketua Tim II

1...... 1......

Perawat pelaksana Perawat pelaksana

1…… 1……

2…… 2……

3…… 3……

4…… 4……

5…… 5……

6…… 6……

15 pasien 15 pasien
Dari ke 5 model pengorganisasian pelayanan keperawatan/asuhan
keperawatan kami mengambil model tim dan moduler karena sekelompok
tenaga keperawatan di pimpin oleh seorang perawat profesional yang
sering disebut ketua tim dan pemberian asuhan keperawatan oleh
sekelompok perawat (Tim) kepada sekelompok pasien sehingga
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab
yang tinggi.
Guna menunjang tercapainya asuhan keperawatan yang efektif dan
efisien, tugas pokok dan fungsi masing-masing posisi harus jelas dan
dipahami oleh masing-masing personal perawat. Tugas pokok dan fungsi
masing-masing posisi yang tergambar dalam struktur organisasi metode
penugasan tim sebagai berikut :
1) Kepala ruangan
a) Pendekatan manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun visi, misi, dan filosofi
- Menyusun rencana jangka pendek (harian, bulanan, dan
tahunan)
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun struktur organisasi
- Menyusun jadwal dinas
- Membuat daftar alokasi pasien
Fungsi Pengarahan
- Memimpin operan
- Menciptakan iklim motivasi
- Mengatur pendelegasian
- Melakukan supervisi
Fungsi Pengendalian
- Mengevaluasi indikator mutu
- Melakukan audit dokumentasi
- Melakukan survei kepuasan pasien, keluarga pasien, dan
perawat.
- Melakukan survei masalah kesehatan/keperawatan
b) Compensatory Rewand
- Melakukan penilaian kerja ketua tim dan perawat pelaksana
- Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
keperawatan
c) Hubungan Profesional
- Memimpin rapat keperawatan
- Memimpin konferensi kasus
- Melakukan rapat tim kesehatan
- Melakukan kolaborasi dengan dokter
d) Asuhan Keperawatan
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
(disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).
2) Ketua Tim
a) Pendekatan Manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun rencana jangka pendek (harian dan bulanan).
Fungsi Pengorganisasian
- Menyusun jadwal dinas bersama kepala ruangan
- Melakukan rapat tim kesehatan
- Melakukan kolaborasi dengan dokter
b) Asuhan keperawatan
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
(disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).
3) Perawat Pelaksana
a) Pendekatan manajemen
Fungsi Perencanaan
- Menyusun rencana jangka pendek (harian).
b) Asuhan keperawatan
- Mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
(disesuaikan dengan spesifikasi ruangan).
Dengan melihat dan menyimak penjelasan di atas, secara jelas
terdapat perbedaan uraian tugas dari kepala ruang, ketua tim, dan perawat
pelaksana. Berdasarkan uraian di atas, tergambar bahwa kepala ruang dan
ketua tim menjalankan tugas manajerial dan asuhan keperawatan,
sedangkan perawat pelaksana murni menjalankan asuhan keperawatan.
Batasan ini harus dipahami secara benar oleh masing-masing posisi
sebagai acuan untuk melaksanakan tugas limpah (pendelegasian).
Seperti halnya metode penugasan yang lain, metode penugasan tim
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut adalah kelebihan dan
kelemahan metode penugasan tim.

Kelebihan Kelemahan
1. Pelayanan keperawatan yang 1. Kegiatan-kegiatan konferen
komprehensif memerlukan waktu yang cukup
2. Proses keperawatan dapat lama sehingga kegiatan konferen
diterapkan. tidak akan dapat dilaksanakan jika
3. Metode tim memungkinkan dapat dalam kondisi sibuk.
bekerja lebih efektif dan efisien. 2. Jika jumlah perawat sedikit,
4. Metode tim memungkinkan untuk menyebabkan pre-conference dan
dapat bekerja sama antar-tim. post-conference mungkin tidak
5. Metode tim memungkinkan dapat dilaksanankan. Untuk
tingginya kepuasan pasien kegiatan pre-conference dan post-
terhadap pelayanan keperawatan. conference, setiap tim minimal
6. Metode tim meningkatkan terdiri dari dua orang.
motivasi dan kepuasan perawat
sebagai pemberi pelayanan
keperawatan.

Cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan jam perawatan untuk


setiap pasien selama 24 jam ( nursing hours per patien day):
Metoda di Thailand dan Philipina
1. Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per pasien
a. Unit Rawat Inap selama 24 Jam
- Penyakit dalam : 3,4 Jam
- Bedah : 3,5 Jam
- Campuran Bedah dan Penyakit dalam : 3,4 Jam
- Post Partum : 3 Jam
- Bayi / Neonatus : 2,5 Jam
- Anak : 4 Jam
Jumlah rata-rata Jam Perawatan yang dibutuhkan per pasien dalam 24 Jam
adalah 2 Jam
b. Unit Rawat Jalan
- Jam Perawatan per pasien 0,5 Jam
c. 1.3. Kamar Operasi
- RSU Kelas A dan B 5 – 8 Jam dalam 24 Jam
- RSU Kelas C dan D 3 Jam
Misalnya diketahui jam efektif Ruang BEDAH sebesar 3,5 jam. BOR Jan.–
Des 2017 sebesar 80%, libur minggu 52 hari, cuti 12 hari, libur nasional 18 hari,
kapasitas tempat tidur 30.
Kebutuhan tenaga berdasarkan rumus Gillies:
TP = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
Jumlah jam kerja perawatan per tahun x jam kerja perawat per hari
TP = (jam efektif per 24 jam) x (BOR x jumlah tempat tidur) x 365
(365 – jumlah hari libur) x jam kerja per hari
TP = 3,5 x (80% x 30) x 365
( 365 – 73) x 7
= 3,5 x 24 x 365
292 x 7
= 30,660 =15 15 orang
2044
Jadi kebutuhan tenaga menurut Gillies = 14 orang + 1 Ka ruang = 15 orang
3) Pengelolaan Staff
Pengelolaan staf atau staffing adalah fase ketiga dalam proses
manajemen. Dalam fase ini pemimpin/manajer merekrut, menyeleksi,
mengorientasikan dan memperomosikan pengembangan pribadi untuk
mencapai tujuan organisasi.
Langkah-langkah yang dilalui dalam tanggung jawab pengelolaan staf
adalah:
a. Menentukan jumlah dan jenis tenaga yang di perlukan untuk
mencapai falsafah, mencapai tanggung jawab finansial dan
menjalankan manajemen pasien yang di pilih
b. Merekrut, mewawancara, menyeleksi dan menempatkan pegawai
berdasarkan standar penampilan dari uraian tugas yang tersedia
c. Menggunakan sumber-sumber organisasi yang tersedia untuk
melakukan induksi dan orientasi
d. Memastikan bahwa setiap pegawai disosialisasikan secara adekuat
terhadap nilai-nilai organisasi dan norma-norma unit pelayanan.
e. Mengembangkan pendidikan staf yang akan membantu pegawai
dalam mencapai tujuan organisasi.
f. Menggunakan penjadualan yang kreatif dan fleksibel sesuai dengan
kebutuhan pelayanan pasien untuk meningkatkan produktifitas dan
retensi.
Perencanaan untuk pengelolaan staf memerlukan keahlian yang
tinggi dalam mengembangkan perencanaan serta pengorganisasian.
Pertimbangan yang melandasinya adalah jenis pelayanan pasien yang
diberikan, tingkat pendidikan dan pengetahuan staf yang akan direkrut,
anggaran, dan latar belakang sejarah terhadap kebutuhan tenaga.
4) Pengarahan
Pengarahan adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses
interpersonal dimana personel keperawatan mencapai objektif
keperawatan. Untuk memahami secara penuh permintaannya, manajemen
keperawatan memeriksa fungsi konseptual dari manajemen keperawatan,
yaitu perencanaan dan pengorganisasian.
Standar-standar merupakan landasan untuk pengarahan dan
pengendalian. Landasan lainnya adalah prosedur dan manual. Manajer
keperawatan harus senantiasa mengorientasikan kepada perawat baru
untuk menggunakan prosedur dan manual dalam melaksanakan
pekerjaannya dan memfasilitasi perawat untuk mengikuti standar kinerja
keperawatan.
Ada tiga elemen penting dalam pengarahan yang harus dikuasai oleh
manajer keperawatan yaitu, motivasi, kepemimpinan dan komunikasi.
Seorang manajer perlu mempelajari perilaku manusia karena perawat
yang bekerja adalah manusia seutuhnya yang juga harus dikelola secara
utuh. Utuh yang dimaksud adalah perawat adalah manusia yang berasal
dari lingkungan sosial budaya tertentu, latar belakang agama, memiliki
keluarga, anggota perkumpulan profesi, memiliki kebutuhan akan
keamanan, sosialisasi dan lain-lain. Manusia akan bereaksi terhadap
tekanan dan ketegangan dalam menghadapi kehidupan sosialnya,
kadang-kadang memiliki keinginan untuk menyendiri (solitude), jika
ingin kembali berfungsi secara efektif dan bertahan hidup.
Manusia dapat diarahkan dan dapat menerima kepemimpinan orang
lain dengan berbagai alasan, diantaranya untuk kekuasaan, penghasilan
dan keamanan. Seorang pemimpin dituntut untuk dapat berkreasi dalam
lingkungan internal yang memberikan inspirasi kepada pegawai untuk
dapat bekerja sesuai dengan kemampuan.
Hal-hal yang dapat dilakukan manajer sebagai pemimpin dalam posisi
ini diantaranya:
a. Mengidentifikasi kebutuhan akan peningkatan kompetensi individu
dan menetapkan program-program muntuk memenuhi kebutuhan
tersebut
b. Menetapkan standar penampilan kinerja untuk mengidentifikasi
kompetensi pegawai, memberi penugasan dan mempromosikan sesuai
dengan kompetensi
c. Mengembangkan kepercayaan dan pendelegasian tanggung jawab
serta wewenang dalam pengambilan keputusan.
Pemimpin yang baik akan mendorong terciptanya lingkungan kerja
yang:
a. Menempatkan pekerjaan sebagai mata pencaharian yang menjanjikan
b. Membentuk identitas dan tujuan kelompok serta memberikan makna
adanya keuntungan dalam bekerja sama dengan orang lain
c. Menjadikan lingkungan kerja dan rekan kerja yang menyenangkan
d. Membuat pekerjaan itu menarik
e. Dapat memberikan pengakuan bahwa apa yang dikerjakan pegawai
adalah bernilai dan telah dikerjakan dengan baik
f. Memberi kesempatan untuk pencapaian tujuan dan tantangan
g. Menciptakan keharmonisan antara tujuan organisasi dan tujuan
individu; memiliki kesempatan untuk merasa aman; tenang,
pencapaian yang berbeda, perluasan kerja dan dikenal sebagai bukan
sebagai pegawai
Model kepemimpinan yang diambil adalah gaya kepemimpinan
demokratis dimana gaya seorang pemimpin yang menghargai
karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anggota
organisasi. Pemimpin yang demokratis menggunakan kekuatan jabatan
dan kekuatan pribadi untuk menggali dan mengolah gagasan bawahan
dan memotivasi mereka untuk mencapai tujuan bersama. Membuat
rencana dan pengontrolan dalam penerapannya, Informasi diberikan
seluas-luasnya dan terbuka. Kepemimpinan demokratis memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Wewenang kepemimpinan tidak mutlak
b. Pemimpin bersedia melimpahkan sebagai wewenang kepada bawahan
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d. Kebijakan dibuat bersama anatara pimpinan dan bawahan
e. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik terjadi antara pimpinan
dengan bawahan maupun bawahan dengan bawahan
f. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan atau kegiatan
bawahan dilakukan secara wajar
g. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
h. Banyak kesempatan bagi bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dari pada instruktif
i. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat
permintaan dari pada instruktif
j. Pujian dan kritik seimbang
k. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
kemampuan masing-masing
l. Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar
m. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
n. Terdapat suasana saling percaya, saling hormat, menghormati dan
saling harga menghargai
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan
dan bawahan.
- Keuntungan : berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif,
tumbuhnya rasa ikut memiliki, serta terbinannya moral yang tinggi.
- Kelemahan : keputusan serta tindakan kadang – kadang lamban,
rasa tanggung jawab kurang.
Pengarahan yang diberikan sebagai berikut :
a. Mampu melakukan komunikasi efektif antara lain
- Operan
- Prekonference
- Post conference
- Ronde keperawatan
- Supervisi keperawatan
- Discharge planning
- Dokumentasi keperawatan
b. Menciptakan iklim motivasi dan peningkatan, pengetahuan dan sikap
c. Mampu membentuk manajemen konflik
d. Mampu mengatur pendelegasian dengan baik
e. Mampu melakukan supervise
f. Menginformasikan hal-hal yang di anggap penting dan berhubungan
dengan asuhan keperawatan
g. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
h. Selalu meningkatkan kolaborasi
i. Komunikasi antara staf mengenai laporan perkembangan klien atas
tindakan yang telah dilakukan dan yang akan di lanjutkan oleh
perawat pada shif berikutnya.
5) Pengendalian/Pengontrolan
Pengendalian adalah suatu upaya pemeriksaan apakah segala
sesuatunya terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk
menunjukan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
lagi terjadi. (fayol,2000).
Marquis dan Hiuston (2000) mengidentifikasi tiga upaya yang
dilakukan dalam pengendalian, yaitu, perbaiki mutu, penampilan kinerja,
dan merancang lingkungan kerja yang tumbuh produktif melalui disiplin.
Ketiga upaya ini merupakan cara objektif yang dapat kita gunakan dalam
menjalankan peran kita sebagai seorang manajer.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di
rumah sakit sehingga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit di
pengaruhi oleh mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan
dikatakan bermutu apabila pelayanan keperawatan diberikan sesuai standar
yang ditetapkan. Program peningkatan mutu pelayanan di instalasi rawat
intensip mencangkup angka kelengkapan rekam medik, pola pengobatan,
morbilitas, dan moralita, lama rawat, keselamatan pasien, keterlibatan
keperawatan diri, kepuasan pasien, kecemasan, kenyamanan dan
pengetahuan.
1) Upaya pengendalian melalui mutu
a. Berita Koran
- Latihan bagi kami untuk kendalikan emosi
- Kami berupaya tetap jaga mutu layanan sesuai protap
- Setiap hari kami harus mengikuti berita terkini
- Efektif untuk introspeksi bagi seluruh karyawan
b. Kartu identitas diri
- Kecil tapi sangat bermanfaat
- Perawat, paling tidak akan merasa takut jika melakukan
kesalahan
- Menyadarrkan perawat untuk taat prosedur dan bekerja secara
benar
c. Daftar Perawat Jaga Hari ini
- Harus ditulis setiap hari sesuai perawat atau bidan yang jaga,
bukan sesuai jadwal
- Memberi informasi kepastian siapa pemberi layanan hari ini
2) Upaya pengendalian penilaian kinerja
a. Masukan dari pasien atau suara konsumen
b. Penampilan dari daftar ceklis
3) Upaya pengendalian tindakan disiplin
a. Reward dan Punissment
Sanksi diberlakukan bagi perawat yang tidak mengikuti aturan baik
yang disengaja atau tidak disengaja.
Bentuk sanksi :
- Ringan : berupa teguran lisan dari karu / katim
- Sedang : berupa surat pernyataan dari karu / katim
- Berat : berupa surat peringatan terakhir dari karu / katim
- Sangat berat : yaitu diberhentikan sementara dari seluruh
kegiatan sampai ditentukan melalui rapat
Kategori Sanksi :
- Ringan : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 1-2 kali
- Sedang : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 3-4 kali
- Berat : Jika melakukan pelanggaran tata tertib 4-5 kali
- Sangat Berat : Jika melakukan pelanggaran tata tertib > 5 kali
Perawat yang mematuhi aturan yang ditetapkan akan diberikan
reward berupa kenaikan jabatan dalam periode tertentu dan kenaikan
bonus dari kepala ruangan.
6) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif dalam
proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional dimana perencanaan memberikan informasi
untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara akurat dan efektif. Suatu rencana yang
baik harus berdasarkan pada sasaran untuk mencapai organisasi dengan
perencanaan jangka panjang dan jangka pendek. Baik menyusun perencanaan di
ruang bedah yang mencakup visi, misi, tujuan, kebijakan, standard,
pengorganisasian, pengelolaan staf, pengarahan dan pengendalian.

3.2 Saran
Masih banyak kekurangan bahasan dan materi yang kami sampaikan dalam
makalah ini. Dan kami tak menutup kemungkinan bagi pembaca untuk
memberikan kritik maupun saran agar bisa menyempurnakan makalah yang kami
buat.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono. (2012). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta.
Craven. (2012). Fundamental of Nursing: Human Health and Function (3rd
Editio). Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Kemenkes, R. (2011). Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
KKPRS. (2012). Panduan Praktik Klinis Rumah Sakit.
KPPRS. (2015). Pedoman Pelaporan IKP, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Muninjaya. (2004). Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Jakarta: Salemba
Medika.
Rushton. (2010). Ethnics of Nursing Shift Report. AACN: Advanced Critical
Care: Ethnics in Critical Care (21st ed.).
Sitorus. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai