Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMERIKSAAN REPRODUKSI IVA


(Inspeksi Visual Asam Asetat)
Disusun untuk memenuhi tugas Sistem Reproduksi I yang diampu oleh
Wahyu Fuji Hariyani, SST, M. Kes

Disusun oleh:
Ahmad Taufik (2016.02.043)
Ardhika Pramana Citra (2016.02.046)
Bayu Adi Prayogi (2016.02.048)
Dicky Zulkifli A. (2016.02.052)
Fia Herayanto (2016.02.055)
Koni Konsantia (2016.02.059)
Mufida (2016.02.062)
Muzzayyinatul Azizah (2016.02.064)
Neni Nur Ruvaidhah (2016.02.065)
Rima Ambarwati (2016.02.072)
Sintia Taubatul Fitri (2016.02.076)
Siti Nur Indah Sari (2016.02.077)
Trendy Selly Setyo C. (2016.02.079)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Reproduksi Iva (Inspeksi
Visual Asam Asetat)” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun dengan bantuan berbagai pihak. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca
supaya kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Banyuwangi, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 3
BAB II Pembahasan ............................................................................................ 4
2.1 Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita ........................................................ 4
2.2 Prosedur Pemeriksaan IVA ......................................................................... 11
2.2.1 Prosedur Diagnosis IVA .............................................................................. 11
2.2.2 SOP IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) .................................................... 13
BAB III Penutup ................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 17
3.2 Saran................................................................................................................ 17
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah suatu hal yang penting bagi manusia, tanpa kesehatan
manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan sehat menurut
World Helath Organization (WHO) merupakan suatu keadaan sejahtera meliputi
fisik, mental, dan sosial yang bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan
merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
secara sosial dan ekonomi (Maulana & Heri, 2009).
Hasil sensus penduduk pada tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia telah
mencapai sekitar 237,6 juta jiwa (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, 2011). Jumlah penduduk yang cukup besar tersebut harus diimbangi
pula dengan upaya peningkatan kualitas hidup penduduk. Penyebaran penduduk
yang belum merata, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang belum memadai,
menyebabkan masyarakat kurang mampu menjangkau tingkat kesehatan tertentu.
Salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian dalam masyarakat adalah
kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi menurut International Conference on
Population and Development (ICPD) (1994) dalam (Effendi & Makhfudli, 2009)
merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial dalam berbagai hal
yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi
yang cukup mendapatkan perhatian yaitu kesehatan reproduksi pada wanita.
Banyak permasalahan yang menyangkut tentang kesehatan reproduksi, salah
satunya adalah kanker serviks yang merupakan jenis kanker pembunuh nomor dua
setelah kanker payudara pada wanita (Irianto, 2014).
Menurut (Sukaca, 2009), kanker serviks merupakan suatu jenis kanker yang
terjadi pada daerah leher rahim, yaitu bagian rahim yang terletak di bawah yang
membuka ke arah lubang vagina. Kanker ini disebabkan oleh infeksi Human
Papilloma Virus (HPV). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian
kanker leher rahim tersebut antara lain paritas tinggi dengan jarak persalinan
pendek, melakukan hubungan seksual pada usia muda atau menikah di usia muda,
berganti-ganti pasangan seksual, perokok pasif dan aktif, penggunaan kontrasepsi
oral dalam jangka waktu yang lama lebih dari 5 tahun, penyakit menular seksual,
dan status ekonomi yang rendah (Irianto, 2014).

1
Salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian kanker serviks pada
wanita akibat rendahnya cakupan deteksi secara dini akibat kurangnya informasi
pada masyarakat. Deteksi dini pada kanker serviks ini merupakan sebuah
terobosan yang inovatif dalam kesehatan untuk mengurangi angka kematian dan
kesakitan akibat kanker tersebut (Departemen Kesehatan, 2008). Sebagian besar
wanita yang didiagnosis kanker leher rahim tidak melakukan skrinning test atau
menindak lanjuti setelah ditemukan hasil yang abnormal, selain itu biaya untuk
pemeriksaan dini kanker serviks tersebut tidak murah, sehingga keterlambatan
pemeriksaanpun terjadi akibat kurangnya pengetahuan pada masyarakat tentang
kanker serviks, sehingga kesadaran untuk melakukan deteksi dini kanker serviks
tidak dilaksanakan (Hananta, 2010).
Deteksi dini kanker pada leher rahim tersebut sangat penting dilakukan,
karena potensi kesembuhan akan sangat tinggi jika masih ditemukan pada tahap
prakanker (Mansjoer, 2007). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan
program deteksi dini (skrinning) dan pemberian vaksinasi. Adanya program
deteksi dini di negara maju, angka kejadian kanker serviks dapat menurun
(Rasjidi, 2009). Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan menurut Rasjidi
(2009) antara lain dengan Pap Smear (mengambil lendir serviks untuk dilakukan
pemeriksaan di laboratorium), kolposkopi (pemeriksaan yang dilakukan dengan
menggunakan teropong), biopsy (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan
serviks yang dicurigai), dan IVA Test (Inspeksi Visual Asam Asetat).
Tes IVA adalah sebuah pemeriksaan skrinning pada kanker serviks dengan
menggunakan asam asetat 3-5% pada inspekulo dan dapat dilihat dengan
pengamatan secara langsung (Nugroho, 2010). Berdasarkan hasil uji diagnostik,
pemeriksaan IVA memiliki sensitifitas 84%, spesifisitas 89%, nilai duga positif
87%, dan nilai duga negatif 88%, sedangkan pemeriksaan pap smear memiliki
sensitifitas 55%, spesifisitas 90%, nilai duga positif 84%, dan nilai duga negatif
69%, sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan IVA
lebih cepat memberikan hasil sensitivitas yang tinggi. Metode IVA ini merupakan
sebuah metode skrinning yang praktis dan murah, sehingga diharapkan temuan
kanker serviks dapat diketahui secara dini (Rasjidi, 2012). Penyebab yang menjadi
kendala pada wanita dalam melakukan deteksi dini kanker serviks adalah
keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurang pengetahuan, dan takut akan rasa

2
sakit serta keengganan karena malu saat dilakukannya pemeriksaan (Maharsie &
Indrawati, 2012). Kesadaran yang rendah pada masyarakat tersebut menjadi salah
satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian kanker leher
rahim di Indonesia.
Berdasarkan analisis paparan data di atas, pemeriksaan reproduksi IVA
menarik untuk dipelajari. Oleh karena itu, penyusun akan membahas pemeriksaan
reproduksi IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita?
1.2.2 Bagaimana pemeriksaan reproduksi IVA pada wanita?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.3.1 Mengetahui anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita
1.3.2 Mengetahui pemeriksaan reproduksi IVA pada wanita

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.

Gambar 2.1 Organ Eksterna Wanita ( Bobak, IM, 2000 )


1. Alat genitalia wanita bagian luar
a. Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di
bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat
setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis
mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal
pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang
labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah.

4
Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan
terdiri dari:
1) Bagian luar
Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons
veneris.
2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam
bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil,dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung
banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive
analog dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi
dan meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.

5
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir
yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah
berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
2. Alat genitalia wanita bagian dalam

Gambar 2.2 Organ Interna Wanita ( Bobak, IM, 2000 )


a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina.
Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang
dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di belakang
kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan
kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena
6
itu dapat dikendalikan. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan
melintang disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung)
vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol
ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina
menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik
sinistra. Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan
proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan
jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak di
pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari
tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di atas
kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang
berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas
tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga
beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus
tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari tiga
lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri menuju

7
ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri
internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh
pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk
angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat
dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadiperubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,
ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum
rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium
ovarii) ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan
ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai
ke dinding panggul
(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan
mengandung pembuluh darah limfe dan ureter
(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)
(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding

8
panggul
(2) Menggantung uterus ke dinding panggul
(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii
proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju os
sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih
(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat mengikuti
perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding
lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar
endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba
fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf
simpatis dan parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser
yang terletak pada pertemuan ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke
arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari
tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :

9
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari
osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang
disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum infundibulo
pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui mesovarium.
Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
e. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua
lembar ligamentum latum. Batasan parametrium:
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.

10
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari (Bobak, Jansen, dan
Zalar, 2001)
2.2 Prosedur Pemeriksaan IVA
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) adalah suatu metode deteksi dini terhadap
lesi pra kanker dengan mengaplikasikan asam asetat 3-5 % pada daerah
sambungan skuamo kolumnar (SSK).
Manfaat dari IVA antara lain : memenuhi kriteria tes penapisan yang baik,
penilaian ganda untuk sensitivitas dan spesifitas menunjukkan bahwa tes ini
sebanding dengan Pap smear dan HPV atau kolposkopi. (FK.UI.,dll., 2007)
Mengkaji masalah penanggulangan kanker leher rahim yang ada di Indonesia
dan adanya pilihan metode yang mudah diujikan diberbagai negara , agaknya
metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) layak dipilih sebagai metode
pemeriksaan alternatif untuk kanker leher rahim. IVA (Inspeksi Visual Asam
Aseetat) mempunyai keunggulan diantaranya :
1. Mudah, praktis dan sangat mampu dilaksanakan.
2. Dapat dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan bukan Dokter Ginekologi,
dapat dilakukan oleh bidan disetiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu.
3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana.
4. Metode skrining IVA sesuai untuk pelayanan sederhana.
2.2.1 Prosedur Diagnosis IVA
A. Sasaran Tes IVA
Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita
berusia 30 dan 45 tahun. Kanker leher rahim menempati angka tertinggi
diantara wanita berusia antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes harus
dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi,
biasanya 10 sampai 20 tahun lebih awal.
Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan
kanker leher rahim, diantaranya sebagai berikut:
1. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20)
2. Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya)
3. Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti
Chlamydia atau gonorrhea, dan khususnya HIV/AIDS
4. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim

11
5. Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal
6. Merokok
Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh
(misalnya, HIV/AIDS) atau mengunakan costicosteroid secara kronis
(mis.,pengobatan asma atau lupus) berisiko lebih tinggi terjadinya
kanker leher rahim jika mereka memiliki HPV. (FK.UI.,dll., 2007)
B. Waktu harus dilakukannya Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi,
termasuk saat menstruasi, pada masa kehamilan dan saat asuhan nifas
atau paska keguguran. Tes tersebut dapat dilakukan pada wanita yang
dicurigai atau diketahui memiliki IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan
diberikan untuk tiap hasil tes, termasuk ketika konseling dibutuhkan.
Untuk masing-masing hasil akan diberikan beberapa instruksi baik yang
sederhana untuk ibu tersebut (mis., kunjungan ulang untuk tes IVA
setiap 1 tahun secara berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu
khusus yang harus dibahas seperti kapan dan dimana pengobatan dapat
diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu
merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut.
C. Penilaian Klien
Pada saat melakukan pemeriksaan IVA tenaga kesehatan harus
menanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksi klien, antara lain:
1. Riwayat menstruasi
2. Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
3. Paritas
4. Usia pertama kali berhubungan seksual
5. Penggunaan alat kontrasepsi
D. Peralatan dan Bahan Lain
IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana
sebagai berikut ini:
1. Meja periksa
2. Sumber cahaya/lampu
3. Spekulum Bivalved (Cusco or Graves)
4. Rak atau wadah peralatan

12
Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus
tersedia di tempat:
1. Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan
keputihan dari serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam
asetat ke leher rahim.
2. Sarung tangan periksa harus baru
3. Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari
vagina jika menonjol melalui bilah spekulum.
4. Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%).
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat
pada leher rahim. Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel
yang menutupi leher rahim (sel-sel epithel) dengan menghasilkan reaksi
“acetowhite”. Pertama-tama petugas melakukan menggunakan
spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu dibersihkan untuk
menghilangkan keputihan, kemudian asam asetat dioleskan secara
merata pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh SSK
(sambungan skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel
skuamous dan epitel glanduler diperiksa untuk melihat apakah terjadi
perubahan acetowhite. hasil tes (positif atau negatif) harus dibahas
bersama ibu, dan pengobatan harus diberikan setelah konseling, jika
diperlukan dan tersedia.
Tabel 1. Klasifikasi IVA Sesuai Temuan Klinis
KLASIFIKASI IVA TEMUAN KLINIS
Hasil test-positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite ,
biasanya dekat SSK (sambungan skuamokolumner)
Hasil tes negatif Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu,
ectopion, polyp, cervicitis, imflammation,
nabothian cyst
Kanker Massa mirip kembang kol atau bisul

2.2.2 SOP IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) menurut (Wijaya, 2010).
a. Persiapan Alat
1. Lampu yang terang untuk melihat serviks

13
2. Spekulum dengan desinfeksi tingkat tinggi
3. Handscoon
4. Meja genokologi
5. Lidi kapas
6. Asam asetat 3-5% / anggur putih (white vinegar)
Cara membuat asam asetat menurut Rasjidi (2010) :
a) Cuka dapur / asam asetat/ asam etanoat (mengandung asam
asetat 20%)
b) Asam asetat untuk IVA 3-5%
c) Membuat asam asetat 5% dengan cara mengambil 1 bagian
cuka dapur + 4 bagian air
d) Untuk membuat asam asetat 3% dengan cara mengambil 2
bagian cuka dapur + 11 bagian air
7. Larutan iodin lugol
8. Larutan klorin 0,5% untuk dekomentasi instrument
b. Tindakan
1. Menyambut ibu dan mengucapkan salam
2. Mempersilahkan ibu masuk dan duduk
3. Menanyakan nama ibu dan memperkenalkan diri
4. Menanyakan alasan ibu datang (keluhan ibu)
5. Memberitahu ibu akan dilakukan pemeriksaan IVA untuk
menindaklanjuti keluhan ibu
6. Menanyakan syarat untuk pemeriksaan IVA
a) Tidak melakukan hubungan seksual satu hari sebelumnya
b) Tidak menggunakan obat yang dimasukkan dalam vagina
c) Tidak sedang haid
7. Menjelaskan tujuan prosedur pelaksanaan IVA
8. Meminta persetujuan dari ibu untuk dilakukan tindakan
pemeriksaan
9. Mempersilahkan ibu untuk masuk dalam ruangan pemeriksaan
10. Tutup tirai untuk menjaga privasi ibu
11. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih
12. Meminta ibu untuk membuka pakaian bawah

14
13. Membantu ibu untuk tidur dalam posisi litotomi pada meja
genekologi
14. Memcuci tangan
15. Persiapan alat, buka tutup bak instrumen
16. Hidupkan lampu seret dan atur hingga cahaya tepat jatuh di vagina
ibu
17. Memakai handscoon
18. Lakukan vulva hygiene
19. Memasang spekulum dengan benar (tangan kanan memegang
spekulum, tangan kiri membuka labia minora, masukkan secara
miring dalam keadaan tertutup kemudian putar kembali 45 derajat
kearah bawah hingga menjadi melintang)
20. Buka spekulum pada tangkainya secara perlahan dan atur sampai
portio terlihat dengan jelas. (kunci spekulum dengan
mengencangkan bautnya kemudian tangan kiri memegang bagian
bawah spekulum)
21. Bersihkan portio ibu dengan kasa memakai tampon tam
22. Buang kasa pada bengkok, tampon tam dimasukkan pada larutan
klorin
23. Ambil lidi woten celupkan ke dalam asam asetat (3-5%)
24. Masukkan lidi woten kedalam vagina ibu sampai menyentuh portio
25. Oleskan lidi woten keseluruh portio (oleskan secara memutar 360
derajat searah jarum jam)
26. Buang lidi woten pada bengkok
27. Tunggu 30 detik hingga satu menit, lihat perubahan pada portio
28. Tutup kembali spekulum dengan mengendurkan bautnya, putar 45
derajat kearah kanan, tarik spekulum secara perlahan dan
masukkan pada larutan klorin
29. Memberitahu ibu bahwa pemeriksaan telah selesai
30. Lakukan evaluasi, dokumentasi
31. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
a) Jika terjadi perubahan warna pada portio, minta ibu untuk
datang lagi untuk pemeriksaan lebih lanjut

15
b) Jika tidak ada perubahan, menganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan alat kelaminnya

Gambar 1. Hasil Pemeriksaan IVA

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengetahui atau mendeteksi secara dini terhadap terjadinya kanker leher
rahim (kanker serviks) sangat penting dilakukan. Hal itu untuk meminimalisir
atau mencegah terjadinya perkembangan kanker serviks yang semakin parah
karena kanker serviks yang masih stadium awal biasanya tidak menunjukkan
gejala apapun. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam asetet) dan PAP SMEAR
merupakan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks, dimana kedua metode ini
bukan untuk menentukan diagnosis suatu penyakit, tetapi untuk mendeteksi
kelainan pada serviks sebelum kanker yang sesungguhnya tampak atau disebut
sebagai lesi pra kanker.
Metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) layak dipilih sebagai
metode pemeriksaan alternatif untuk kanker leher rahim karena mempunyai
beberapa keunggulan diantaranya mudah, praktis dan sangat mampu
dilaksanakan; alat yang dibutuhkan sangat sederhana; dapat dilaksanakan oleh
Tenaga Kesehatan bukan Dokter Ginekologi, dan dapat dilakukan oleh bidan
disetiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu dll. Diharapkan dengan adanya
beberapa pemeriksaan deteksi dini kanker serviks tersebut dapat menekan dari
jumlah penderita kanker serviks karena dengan diketahui secara dini proses
pengobatannya akan semakin mudah dilakukan.
3.2 Saran
Untuk tenaga kesehatan, perlu dilakukan program penyuluhan atau health
education tentang kanker serviks pada masyarakat, tidak hanya bagi penderitanya
saja tetapi juga bagi yang tidak menderita kanker serviks, terutama di daerah
terpencil yang akses informasinya sulit terjangkau. Dengan begitu masyarakat
dapat mengetahui tentang bahaya dari kanker serviks dan masyarakat juga dapat
mencegah hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks.

17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2011). Profil Hasil
Pendataan Keluarga Tahun 2010. Jakarta: BKKBN Direktorat Pelaporan
dan Statistik.
Departemen Kesehatan, R. (2008). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta:
Depkes RI Jakarta.
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hananta, I. (2010). Epidemiologi Pencegahan Kanker Serviks dan Deteksi Dini.
Yogyakarta: Liberty.
Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: Alfabeta.
Maharsie, L., & Indrawati. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Kanker
Serviks Dengan Keikutsertaan Ibu Melakukan IVA di Kelurahan Jebres
Surakarta. GASTER, Vol. 9(2), 46–54.
Mansjoer, A. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Maulana, & Heri. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Nugroho, T. (2010). Kasus Emergency Kebidanan. Yogyakarta: Medika.
Rasjidi, I. (2009). Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta:
Sagung Seto.
Rasjidi, I. (2012). Kanker Serviks dan Penanganannya. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sukaca, B. . (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta:
Genius Publisher.
wijaya, D. S. (2010, Januari 10). Standar Operasioanl Prosedur Penatalaksanaan
Pemeriksaan Iva (Inspeksi Visual Asam Asetat). Retrieved Maret 26, 2019,
From Academia.Edu:
Https://Www.Academia.Edu/31511474/Standart_Operasional_Prosedur_Pena
talaksanaan_Pemeriksaan_Iva_Inspeksi_Visual_Asam_Asetat_

Anda mungkin juga menyukai