PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan rencana aksi global
untuk 15 tahun ke depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030), guna mengakhiri
kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan, yang berisi
17 tujuan dari 169 target pembangunan berkelanjutan. Salah satu tujuan
pembangunan berkelanjutan tersebut yaitu menjamin kehidupan yang sehat
dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia (Goverments,
2016). Namun, Indonesia masih mempunyai tantangan besar dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan di bidang kesehatan yang semakin
kompleks. Salah satunya adalah menurunkan angka morbiditas dan angka
mortilitas karena penyakit Tuberkulosis yang merupakan suatu penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium
Tuberculosis yang sebagian besar kuman Tuberculosis menyerang paru tetapi
juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).
Tuberkulosis merupakan salah satu dari ancaman global. Secara global,
pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden Tuberkulosis (CI 8,8 juta –
12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara
dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina, dan
Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden Tuberkulosis pada tahun 2016
terjadi di Kawasan Asia Tenggara sebesar 45% dimana Indonesia merupakan
salah satu di dalamnya, dan 25% nya terjadi di kawasan Afrika. Badan
kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high burden
countries (HBC) untuk Tuberkulosis berdasarkan 3 indikator yaitu TBC,
TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk dalam daftar
tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau
keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia bersama 13 negara
lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut. Artinya
Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC
(WHO, 2018).
Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis tahun 2013-2014,
prevalensi Tuberkulosis dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar
759 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas dan prevalensi
Tuberkulosis BTA positif sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15
tahun ke atas (Indah, 2018). Data tersebut didukung juga dengan Angka
Notifikasi Kasus/Case Notification Rate (CNR) sebesar 138 di semua kasus
dan 64 untuk BTA positif (Kemenkes RI, 2018).
Usia anak-anak merupakan usia yang rentan terhadap penularan TB
serta bahaya penularan terdapat pada golongan umur 0-6 dan golongan umur
7-14 tahun (Anonim, 2010). Data Tuberkulosis paru pada anak di Indonesia
menunjukkan proporsi kasus Tuberkulosis anak pada tahun 2013 sebesar
7,92%, kemudian menurun pada tahun 2014 menjadi 7,10%, lalu meningkat
pada tahun 2015 menjadi 8,49%. Hal ini menunjukkan bahwa penularan
kasus Tuberkulosis paru BTA positif kepada anak semakin besar (Apriliasari
et al., 2018). Menurut data Kemenkes RI 2017, Jawa Timur menduduki posisi
kedua setelah Jawa Barat dengan kasus TB Paru BTA Positif terbanyak di
Indonesia sebesar 21.606 penderita.
Profil Kesehatan Jawa timur 2017 memaparkan, bahwa salah satu
kabupaten di Jawa Timur yang masih memiliki angka penderita Tuberkulosis
paru pada anak usia 0-14 tahun adalah Kabupaten Banyuwangi sebesar 76
penderita. Jumlah penderita Tuberkulosis paru pada anak usia 0-14 tahun di
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2014 sebesar 84 penderita, sedangkan
pada tahun 2016 sebesar 116 penderita dari jumlah penduduk sebesar
1.599.811 jiwa. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah
penderita Tuberkulosis paru pada anak usia 0-14 tahun di Kabupaten
Banyuwangi selama dua tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyuwangi tahun 2016, Puskesmas singotrunan merupakan
puskesmas dengan penderita Tuberkulosis paru pada anak usia 0-14 tahun
terbanyak pada tahun tersebut dengan jumlah 42 penderita, dan sejumlah
101,79% anak yang mendapatkan imunisasi BCG di Puskesmas tersebut.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit.
Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif
untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka
kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang
ditimbulkannya pun akan berkurang (Sri Lanka Medical, 2011).
Pencegahan dengan Imunisasi atau vaksinasi merupakan tindakan yang
mengakibatkan seseorang mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik,
sehingga mampu mempertahankan diri terhadap penyakit atau masuknya
kuman dari luar. Vaksinasi terhadap penyakit tuberkulosis menggunakan
vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) dari galur Mycobacterium bovis
yang telah dilemahkan (Rosandali, Aziz, & Suharti, 2016).
BCG efektif mencegah tuberkulosis (TB) milier, TB paru berat dan TB
meningitis pada anak- anak, tetapi tidak untuk TB paru pada orang dewasa,
terutama di negara-negara berkembang.Vaksin yang diperoleh pada saat bayi
ternyata sama sekali tidak memberikan perlindungan terhadap TB pada orang
dewasa. Hal ini disebabkan karena efek perlindungan vaksin BCG yang
diberikan pada saat bayi berlangsung hingga 10 tahun, tetapi tidak diketahui
apakah masih terdapat efek perlindungan setelah kurun waktu tersebut
(Rosandali et al., 2016).
Berdasarkan penjabaran di atas, guna melihat apakah terdapat hubungan
antara imunisasi BCG dengan masalah kesehatan penyakit menular
Tuberkulosis, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Antara Imunisasi BCG Dengan Angka Kejadian Kasus Tuberkulosis Paru
Pada Anak Usia 0-14 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Singotrunan
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016”. Sehingga setelah dilakukan penelitian
ini, diharapkan imunisasi BCG dapat menjadi salah satu faktor yang dapat
menurunkan angka kejadian Tuberkulosis pada anak usia 0-14 tahun.
Tinggal di alveoli
Ketidakseimban Penumpuka
Sesak nafas
gan suplai dan n secret
kebutuhan
oksigen Sianosis
MK: Bersihan
jalan nafas tidak
MK: Intoleransi Hipoksia efektif
aktivitas
Pelepasan Respon tubuh menurun
mediator kimia
seperti histamin,
Batuk refleks muntah
bradikinin dan
prostaglandin
MK: Gangguan
keseimbangan nutrisi
MK: Nyeri
Keterangan:
Variabel yang diteliti :
Variabel yang tidak diteliti :
Faktor Predisposisi :
alur penelitian (Nursalam, 2008). Adapun kerangka kerja pada penelitian ini
Purposive Sampling
Sampel : Sebagian anak usia 0-14 tahun yang menderita dan tidak menderita
TB paru di Puskesmas Singotrunan tahun 2016 sejumlah 40 orang
.
Hasil Penelitian
Laporan Peneitian
Bagan 4.1 Kerangka Kerja hubungan antara status imunisasi BCG dengan
kejadian tuberkulosis paru pada anak usia 0-14 tahun di wilayah kerja
Puskesmas Singotrunan Kabupaten Banyuwangi tahun 2016
n = 192,08 . 0,125
0,1225+0,4802
n = 24, 01
0,6027
n = 39,83
n = 40 responden
Keterangan:
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
q = 1 – p (100% - p)
d = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)
Dalam pengambilan sampel, terdapat kriteria yaitu kriteria inklusi dan
eksklusi dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya sampel
digunakan (Aziz, 2010).
1) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek peneliti dari suatu
populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi
kelompok kasus dalam penelitian ini adalah anak usia 0-14 tahun yang
didiagnosa TB paru berdasarkan rekam medis dan menjalani
pengobatan di Puskesmas Singotrunan Kabupaten Banyuwangi dan
bersedia menjadi subyek penelitian. Sedangkan kriteria inklusi
kelompok kontrol dari penelitian ini adalah anak usia 0-14 tahun yang
tidak didiagnosa TB paru berdasarkan rekam medis dan menjalani
pengobatan di Puskesmas Singotrunan Kabupaten Banyuwangi dan
bersedia menjadi subyek penelitian.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab (Nursalam,
2008). Kriteria eksklusi kelompok kasus dan kelompok kontrol dalam
penelitian ini adalah anak usia 0-14 tahun yang tidak memiliki KMS.
Ʃ A+C B+D N
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Imunisasi BCG * 40 100.0% 0 0.0% 40 100.0%
Kejadian TB
Chi-Square Testsc
Value df Asymptotic Exact Exact Point
Significanc Sig. (2- Sig. (1- Probability
e (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.137a 1 .077 .182 .091
Continuity Correctionb 1.765 1 .184
Likelihood Ratio 3.383 1 .066 .182 .091
Fisher's Exact Test .182 .091
Linear-by-Linear 3.059d 1 .080 .182 .091 .081
Association
N of Valid Cases 40
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,00.
b. Computed only for a 2x2 table
c. For 2x2 crosstabulation, exact results are provided instead of Monte Carlo results.
d. The standardized statistic is -1,749.
REVISI