Anda di halaman 1dari 50

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan

1. Definisi

Amuk adalah perilaku di mana subjek marah tanpa terkendali dan


membunuh orang-orang sebanyak ia dapat sampai ia sendiri terbunuh atau
melakukan bunuh diri (KBBI, 2014).

Marah adalah emosi alamiah yang akan timbul manakala pemuasan


salah satu motif dasar mengalami kendala. Apabila ada kendala yang
menghalangi manusia atau hewan untuk meraih tujuan tertentu dalam
upaya memuaskan salah satu motif dasarnya, maka ia akan marah,
berontak, dan melawan kendala tersebut. Ia juga akan berjuang untuk
mengatasi dan menyingkirkan kendala tersebut hingga ia bisa mencapai
tujuan dan pemuasan motifnya (Menurut Muhammad Utsman Najati,
2012).
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik
kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. (Mukhripah &
Iskandar, 2012).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan
campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan
emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari
keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam
diri atau secara destruktif. (Yosep & Sutini, 2014)

2. Faktor Risiko

Menurut Nanda-I (2014) faktor risiko terbagi dua, yaitu:

a. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain

Definisi: beresiko melakukan perilaku, yakni individu menunjukkan


bahwa dirinya dapat membahayakan orang lain secara fisik, emosional,
dan/atau seksual.

1
Faktor yang mempengaruhi resiko perilaku kekerasan terhadap orang
lain yaitu: ketersediaan senjata, bahasa tubuh (sikap tubuh kaku/rigid,
mengepalkan tangan dengan jari dan rahang terkunci, hiperaktivitas,
denyut jantung cepat, nafas terengah-engah, cara berdiri mengancam),
kerusakan kognitif (ketunadayaan belajar, gangguan deficit perhatian,
penurunan fungsi intelektual), kejam pada hewan, menyalakan api,
riwayat penganiayaan pada masa kanak-kanak, riwayat melakukan
kekerasan tak langsung (merobek pakaian, membanting objek yang
tergantung di dinding, berkemih dilantai, defekasi di lantai, mengetuk-
ngetuk kaki, teper tantrum, berlarian di koridor, berteriak, melempar
objek, memecahkan jendela, membanting pintu, agresif seksual),
riwayat penyalahgunaan zat, riwayat ancaman kekerasan (ancaman
verbal terhadap seseorang, ancaman sosial, mengeluarkan sumpah
serapah, membuat catatan/surat ancaman, sikap tubuh mengancam,
ancaman seksual), riwayat menyaksikan perilaku kekerasan dalam
keluarga, riwayat perilaku kekerasan terhadap orang lain (memukul
seseorang, menendang seseorang, meludahi sesorang, mencakar
seseorang, melempar objek pada seseorang, menggigit seseorang,
percobaan perkosaan, pelecehan seksual, mengencingi/membuang
kotoran pada seseorang), riwayat perilaku kekerasan antisocial
(mencuri, memaksa meminjam, memaksa meminta hak istimewa,
memaksa mengganggu pertemuan, menolak untuk makan, menolak
untuk minum obat, menolak instruksi), impulsive, pelanggaran
kendaraan bermotor (sering melanggar lampu lintas, menggunakan
kendaraan bermotor untuk melepaskan kemarahan), gangguan
neurologis (EEG positif, CT, MRI, temuan neurologis, trauma kepala,
gangguan kejang), intoksikasi patologis, komplikasi perinatal,
komplikasi prenatal, simtomatologi psikosis (perintah halusinasi
pendengaran, penglihatan; delusi paranoid; proses piker tidak logis,
tidak teratur atau tidak koheren), perilaku bunuh diri.

b. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri

2
Definisi: beresiko melakukan perlilaku, yang individu menunjukkan
bahwa dirinya dapat membahayakan dirinya sendiri secara fisik,
emosional dan seksual.
Faktor yang mempengaruhi resiko perilaku kekerasan terhadap diri
sendiri yaitu: usia 15-19 tahun, usia 45 tahun atau lebih, isyarat
perilaku (catatan cinta yang sedih, menunjukkan pesan kemarahan
pada orang terdekat yang telah menolak dirinya, mengambil polis
asuransi jiwa yang besar), konflik hubungan interpersonal, masalah
emosional (ketidakberdayaan, putus asa, peningkatan rasa cemas,
panic, marah, permusuhan), masalah pekerjaan (menganggur,
kehilangan/kegagalan pekerjaan yang sekarang), menjalani tindakan
seksual autoerotic, latar belakang keluarga (riwayat bunuh diri, kaotik,
atau penuh konflik), riwayat upaya bunuh diri yang dilakukan berkali-
kali, kurang sumber personal, kurang sumber sosial, status pernikahan
(belum menikah, janda, cerai), masalah kesehatan mental (depresi
berat, psikosis gangguan kepribadian berat, alkoholisme,
penyalahgunaan obat), pekerjaan (eksekutif, administrator pemilik
bisnis, pekerja professional, pekerja semi terampil), masalah kesehatan
fisik, orientasi seksual, ide bunuh diri, rencana bunuh diri, petunjuk
verbal (bicara tentang kematian “lebih baik tanpa saya”, mengajukan
pertanyaan tentang dosis obat mematikan).

3. Tanda dan Gejala

Menurut Mukhripah & Iskandar (2012), perawat dapat mengidentifikasi


dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan :

a. Muka marah dan tegang.

b. Mata melotot/pandangan tajam.

c. Tangan mengepal.

d. Rahang mengatup.

e. Bicara kasar.

3
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak.

g. Jalan mondar-mandir.

h. Melempar atau memukul benda/orang lain.

i. Mengancam secara verbal atau fisik

j. Merusak barang atau benda

k. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku


kekerasan

4. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

1). Faktor Biologis: Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi
adanya faktor herediter yaitu adanya anggota keluarga yang sering
memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanya riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA
(narkotika, psikotoprika dan zat aditif lainnya).

2). Faktor Psikologis: Pengalaman marah merupakan respon


psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun
lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi
frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu menemui kegagalan atau terhambat. Salah satu kebutuhan
manusia adalah “berperilaku”, apabila kebutuhan tersebut tidak
dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka yang akan
muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif.

3). Faktor Sosiokultural: Teori lingkungan sosial (social environment


theory) menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat
mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah.
Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif
atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung

4
melalui proses sosialisasi (social learning theory) (AIPViKI,
2018).

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat


unik, berbeda satu orang dengan yang lain. Stresor tersebut dapat
merupakan penyebab yang berasal dari dalam maupun luar individu.
Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan relasi atau hubungan
dengan orang yang dicintai atau berarti (putus pacar, perceraian,
kematian), kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap penyakit fisik,
lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, tindakan kekerasan. (AIPViKI, 2018)

c. Penilaian terhadap stressor

Penilaian stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari


situasi stress bagi individu. itu mencangkup kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku, dan respon sosial. Penilaian adalah evaluasi tentang
pentingnya sebuah peristiwa dalam kaitannya dengan kesejahteraan
seseorang. Stressor mengasumsikan makna, intensitas, dan pentingnya
sebagai konsekuensi dari interprestasi yang unik dan makna yang
diberikan kepada orang yang berisiko.
Respon perilaku adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis,
serta analisis kognitif seseorang tentang situasi stress. (Mukhripah &
Iskandar, 2012) Ada empat fase dari respon perilaku individu untuk
menghadapi stress, yaitu:

1). Perilaku yang mengubah lingkungan stress atau memungkinkan


individu untuk melarikan diri dari itu.

2). Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan


eksternal dan setelah mereka.

3). Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan


rangsangan emosional yang tidak menyenangkan.

5
4). Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan
masalah dan gejala sisa dengan penyesuaian internal.

d. Sumber Koping

Sumber koping dapat berupa asset ekonomi, kemampuan dan


keterampilan, teknik defense, dukungan sosial, dan motivasi.
Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat
berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk
kesehatan dan energy, dukungan spiritual, keyakinan positif,
keterampilan menyelesikan masalah dan sosial, sumber daya sosial dan
material, dan kesejaheraan fisik.
Keyakinan spiritual dan melihat diri positif dapat berfungsi sebagai
dasar harapan dan dapat mempertahankan usaha seseorang mengatasi
hal yang paling buruk. Keterampilan pemecahan masalah termasuk
kemampuan untuk mencari informasi, mengidentifikasi masalah,
menimbang alternatif, dan melaksanakan rencana tindakan.
Keterampilan sosial memfalitasi penyelesaian masalah yang
melibatkan orang lain, meningkatakan kemungkinan untuk
mendapatkan kerjasama dan dukungan dari orang lain, dan
memberikan kontrol sosial individu yang lebih besar. Akhirnya, asset
materi berupa barang dan jasa yang bisa dibeli dengan uang. Sumber
koping sangat meningkat pilihan seseorang mengatasi dihampir semua
situasi stress. Pengetahuan dan kecerdasan yang lain dalam
menghadapi sumber daya yang memungkinkan orang untuk melihat
cara yang berbeda dalam menghadapi stress. Akhirnya, sumber koping
juga termasuk kekuatan ego untuk mengidentifikasi jaringan sosial,
stabilitas budaya, orientasi pencegahan kesehatan dan konstitusional.
(Mukhripah & Iskandar, 2012).

e. Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada


penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk

6
melindungi diri. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain:

1). Sublimasi: menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya


dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti
meremas-remas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

2). Proyeksi: menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya


yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.

3). Represi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan


masuk kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut
ajaran dan didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua meruapakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan.
Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.

4). Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila


diekspresikan. Dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
belawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat.

5). Deplacement: melepaskan perasaan yang tertekan biasanya


bermusuhan. Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman
dar ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai

7
bermain perang-perangan dengan temannya (Mukhripah &
Iskandar, 2012).

5. Rentang Respon Marah

Menurut Mukhripah & Iskandar (2012), perilaku kekerasan merupakan


status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan
dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk
komunikasi dan proses penyampaian pesan tersebut merupakan suatu
bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang
yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa
ia “tidak setuju, tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituruti
atau diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu dimulai dari
respon normal (asertif) sampai pada respon sangat tidak normal
(maladaptive).

Table 2.1 Rentang Respon Marah

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Klien mampu Klien gagal Klien Klien Perasaan
mengungkapka mencapai merasa mengekspresi marah dan
n marah tanpa tujuan tidak dapat -kan secara bermusuha
menyalah- kepuasaan/ mengung- fisik, tapi n yang kuat
kan orang lain saat marah
kapkan masih dan hilang
dan dan tidak
perasaannya terkontrol, kontrol,
memberikan dapat
, tidak mendorong disertai
kelegaan. menemukan
berdaya dan orang lain amuk,
alternatifnya
menyerah. dengan merusak
.
ancaman. lingkungan
.

6. Pohon Masalah

8
Skema 2.1: Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan (pada diri


sendiri, orang lain dan lingkungan)

Effect

Perilaku Kekerasan

Core Problem

Harga Diri Rendah

Causa

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Perilaku Kekerasan

Pengkajian merupakan pengumpulan data subjektif dan objektif secara


sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan bagi
individu, keluarga dan komunitas. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis, psikologis, social dan spiritual. Pengelompokkan data pada
pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa factor presipitasi,
predisposisi, penilaian terhadap streesor, sumber koping dan kemampuan
yang dimiliki klien.(Muhith, 2015).

1). Identitas Klien


Meliputi nama, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, tanggal
dirawat, No. MR.
2). Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien memukul
anggota keluarga atau orang lain, merusak alat “RT dan marah”.
3). Factor predisposisi
a). Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang
berhasil dalam pengobatan.

9
b). Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga.
c). Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
d). Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mangganggu.
4). Fisik: Pada saat marah tensi biasanya meningkat.
5). Psikososial
a). Genogram: Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota
keluarga yang mengalami kelainan jiwa, pada komunikasi klien
terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola
asuh.
b). Konsep diri
Gambaran diri: Klien biasanya mengeluh dengan keadaan
tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
Identitas: Klien biasanya tidak puas dengan status dan
posisinya baik sebelum maupun ketika dirawat tapi klien
biasanya puas dengan statusnya sebagai laki-laki/perempuan.
Peran: Klien biasanya menyadari peran sebelum sakit, saat
dirawat peran klien terganggu.
Ideal diri: Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang
tidak terpenuhi.
Harga diri: Klien biasanya memiliki harga diri rendah
sehubungan dengan sakitnya.
c). Hubungan social: Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa
percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang
kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata
kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut
dapat mengasingkan individu sendiri, mengajuhkan diri dari
orang lain, menolak mengikuti aturan.
d). Spiritual: Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi
hubungan individu dengan linngkungan. Hal yang bertentangan

10
dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan
yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
6). Status mental
a). Penampilan: Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak
cocok/serasi dan berubah dari biasanya.
b). Pembicaraan: Biasanya pembicaraannya cepat dan kasar
c). Aktivitas motorik: Aktivitas motorik meningkat klien biasanya
terganggu dan gelisah.
d). Alam perasaan: Berupa suasana emosi yang memanjang akibat
dari faktor presipitasi misalnya: sedih dan putus asa.
e). Afek: Afek klien biasanya sesuai.
f). Interaksi selama wawancara: Selama berinteraksi dapat
dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan dan mudah
tersinggung.
g). Persepsi: Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak
memiliki kerusakan persepsi.
h). Proses pikir: Biasanya klien mampu mengorganisir dan
menyusun pembicaraan logis dan koheren.
i). Isi pikir: Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya klien.
j). Tingkat kesadaran: Biasanya klien tidak mengalami
disorientasiterhadap orang, tempat dan waktu.
k). Memori: Tidak terjadi ganggguan daya ingat jangka panjang
maupun jangka pendek klien mampu mengingat kejadian yang
baru saja terjadi.
l). Tingkat konsentrasi dan berhitung: Klien biasanya tidak
mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.
m). Kemampuan penilaian: Biasanya klien mampu mengambil
keputusan jika menghadapi masalah yag ringan, klien mampu
menilai dan mengevaluasi diri sendiri.

11
n). Daya tilik diri: Klien biasanya mengingkari penyakit yang
diderita dan tidak memerlukan pertolongan, klien juga
seringmenyalahkan hal-hal diluar dirinya.
7). Kebutuhan persiapan pulang
a).Makan: pada keadaan berat, klien cenderung tidak
memperhatikan dirinya termasuk tidak peduli makanan karena
tidak memiliki minat dan kepedulian.
b). BAB/BAK: observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta
kemampuan klien untuk membersihkan dirinya.
c). Mandi: biasanya klien mandi berulang/tidak mandi sama sekali.
d). Berpakaian: biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e). Istirahat: observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan
malam, biasanya istirahat klien terganggu karena klien gelisah
dengan masalah yang dihadapi.
f). Sistem pendukung: untuk pemeliharaan kesehatan klien
selanjutnya, peran keluarga dan system pendukung sangat
menentukan.
g). Aktifitas dalam rumah: klien mampu melakukan aktivitas dalam
rumah seperti menyapu.
8). Mekanisme koping
Biasanya Mekanisme yang dicapai oleh klien adalah maladaptif,
klien mengatakan kalau ada masalah pengennya marah-marah,
merusak barang dan keluyuran.
9). Aspek medic
Obat yang diberikan pada klien dengan perilaku kekerasan
biasanya diberikan anti psikotik seperti Chlorromazine, Cetirizen,
Trihexyphenidyl.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah

b. Perilaku kekerasan

c. Resiko perilaku kekerasan

12
3. Intervensi Keperawatan

a. Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien:

1). Klien dapat membina hubungan saling percaya.

2). Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

3). Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

4). Klien dapat mengidentifakasi perilaku kekerasan yang biasa


dilakukan.

5). Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

6). Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon


terhadap kemarahan.

7). Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku


kekerasan.

8). Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku


kekerasan.

9). Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan


kegunaannya (jenis, waktu, dosis, dan efek).

b. Tindakan Keperawatan untuk pasien:

1). Beri salam/panggil nama klien.

2). Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan.

3). Jelaskan maksud hubungan interaksi.

4). Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

5). Beri rasa aman dan tingkat empati.

6). Lakukan kontak singkat tapi sering.

7). Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

8). Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel/kesal.

13
9). Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat
marah/jengkel.

10). Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

11). Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami


klien.

12). Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang


biasa dilakukan.

13). Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.

14). Bicarakan dengan klien apakah cara yang dilakukan klien agar
masalahnya selesai?

15). Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien.

16). Bersama klien menyimpulkan akibat vara yang digunakan oleh


klien.

17). Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat”?

18). Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

19). Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat, yaitu: Secara fisik:
tarik nafas dalam jika sedang kesal/memukul bantal/kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga, secara verbal:
katakana bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel (saya kesal
anda berkata seperti itu; saya marah karena mama tidak memenuhi
keinginan saya), secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat; latihan asentif, latihan manjemen perilaku
kekerasan, secara spiritual: anjurkan klien sembahyang,
berdoa/ibadah lain; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran,
mengadu pada Tuhan kekerasan/kejengkelan.

20). Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

14
21). Bantu klien mengodentifikasi manfaat cara dipilih.

22). Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
jengkel marah.

23). Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat
tanpa seizing dokter.

24). Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada
botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum).

25). Ajarkan klien minta obat dan minum tepat waktu.

26). Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan


efek yang tidak menyenangkan.

27). Beri pujian, jika klien minum obat dengan benar.

4. Implementasi/Strategi Pelaksanaan dan Evaluasi

SP 1: Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab


perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan
yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I.
Orientasi:
“Selamat pagi perkenalkan nama saya RR, panggil saya R, saya
perawat yang dinas di ruangan ini, Nama Ny siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Ny V.W. saat ini?, Masih ada perasaan kesal
atau marah?”
“Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang sekarang tentang
perasaan marah Ny V.W.”
“Berapa lama Ny V.W. mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana
kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang,Ny V.W.?
Bagaimana kalau di ruang tamu?”
Kerja:

15
“Apa yang menyebabkan Ny V.W. marah?, Apakah sebelumnya Ny
V.W. pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
“Apakah Ny V.W. merasakan kesal kemudian dada berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini, kalau tanda-tanda marah tadi sudah dirasakan maka Ny V.W.
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo
coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Ny V.W. sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini dilakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Ny V.W. sudah terbiasa
melakukannya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya setelah berbincang-bincang tentang
kemarahanNy V.W.?”
”Iya jadi ada 2 penyebab Ny V.W. marah ........ (sebutkan) dan yang Ny
V.Wrasakan ........ (sebutkan) dan yang Ny V.Wlakukan .......
(sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan).”
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Ny
V.W. yang lalu, apa yang dilakukan kalau marah yang belum kita bahas
dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya. ‘Sekarang kita buat jadwal
latihannya ya, berapa kali sehari Ny V.W. mau latihan napas dalam?,
jam berapa saja?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara
yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja
ya, Selamat pagi.”

16
SP 2: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2 .
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik kedua: memukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi:
“Selamat siang Ny V.W, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi.”
“Bagaimana perasaan Ny V.W. saat ini, adakah hal yang menyebabkan
Ny V.W. marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“Sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit
dan tempatnya disini di ruang tamu,bagaimana Ny V.W. setuju?”
Kerja:
“Kalau ada yang menyebabkan Ny V.W. marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam Ny V.W. dapat
melakukan pukul kasur dan bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
Ny V.W? Jadi kalau nanti Ny V.W. kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Ny
V.W. melakukannya.”
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya

Terminasi :
“Bagaimana perasaannya setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, cobaNy V.W. sebutkan lagi?
Bagus!”

17
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hariNy V.W.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun
tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi dan jam 15.00 sore. Lalu kalau ada
keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya. Sekarang
kita buat jadwalnya ya, mau berapa kali sehari Ny V.W. latihan
memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa? Baik, jam 10 pagi
ya. Sampai jumpa&istirahat ya”.
SP 3: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal.
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Orientasi :
“Selamat pagi, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi”
“Bagaimana, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus, nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M,
artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya
dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya
belum bisa melakukan”.
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
yang sama?”
“Berapa lama Ny V.W. mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”

18
Kerja:
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya yaitu:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Nanti bisa dicoba di sini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba Ny V.W.
praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Ny V.W. tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba praktekkan. Bagus”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal Ny V.W. dapat mengatakan: “Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”.
Terminasi :
“Bagaimana perasaannya setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali
sehari Ny V.W mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat
jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
Ny V.W. yaitu dengan cara ibadah, Ny V.W. setuju? Mau di mana? Di
sini lagi? Baik sampai nanti ya”.
SP 4: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan beribadah/berdoa

19
c. Buat jadwal latihan beribadah/berdoa
Orientasi:
“Selamat siang, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi
” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
tadi?”
“Berapa lama Ny V.W. mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?
Kerja:
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Ny V.W lakukan! Bagus.
Baik, yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau sedang marah coba Ny V.W. langsung duduk dan tarik
napas dalam”.
“Ny V.W. bisa melakukan ibadah secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaanNy V.W. setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Ny V.W.
Mau berapa kali Ny V.W. ibadah. Baik kita masukkan ibadah .......
dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba Ny V.W. sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Ny V.W. lakukan
bila merasa marah”
“Setelah ini coba Ny V.W. lakukan jadwal ibadah sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”

20
“Besok kita ketemu lagi ya, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau jam
berapa? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah Ny V.W, setuju?”
SP 5: Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan beribadah/berdoa
c. Buat jadwal latihan beribadah/berdoa
Orientasi:
“Selamat pagi, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi”
“Bagaimana, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta ibadah? apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat kemarin?”
“Berapa lama Ny V.W. mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit”
Kerja (perawat membawa obat pasien):
“Ny V.W. sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Ny V.W. minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapa Ny V.W. minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks,
dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa
marah berkurang. Semuanya ini harus diminum 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.

21
“Bila nanti setelah minum obat mulut Ny V.W. terasa kering, untuk
membantu mengatasinya Ny V.W. bisa minum air putih yang tersedia
di ruangan”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, Ny V.W. sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu”
“Nanti sebelum minum obat ini Ny V.W. lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama Ny V.W. tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek
lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?”
“Coba Ny V.W. sebutkan lagijenis obat yang Ny V.W, minum!
Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari? Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana Ny V.W.
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah.
Sampai jumpa”.

d. Tujuan tindakan keperawatan kepada keluarga:


Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien, baik di rumah sakit
maupun di rumah, dan keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang
efektif untuk pasien.Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk
keluarga pasie perilaku kekerasan adalah:
1). Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap apa
yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.

22
2). Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

3). Jelaskan cara-cara merawat klien, seperti: terkait dengan cara


mengontrol perilaku marah secara konstruktif, sikap tenang, bicara
tenang dan jelas, membantu klien mengenal penyebab ia marah.

4). Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

5). Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan


demonstrasi.

6). Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada keluarga klien.

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN NY.YT DENGAN


GANGGUAN “PERILAKU KEKERASAN” DI RUANGAN
KABELA RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG

23
MANADO

Ruang Rawat : Kabela Tanggal dirawat/MRS : 20 November 2019

I. Identitas
A. Identitas Klien
Nama : Ny. YT
Umur : 48 tahun
Tempat/Tanggal lahir : 3 Juli 1971
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Suku/Bangsa : Sangihe/Indonesia
Alamat rumah : Makawidey, lingk.III. RT.7. Kec.
Airtembaga, Bitung
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan : Tani
Agama : Kristen Protestan
No. RM : 006649
B. Identitas Informan/Pemberi Informasi
Nama : Ny. AM
Alamat : Makawidey, lingk.III. RT.7. Kec.
Airtembaga, Bitung
Hubungan dengan klien : Kakak ipar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Apakah informan jujur : Jujur
II. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan klien masuk rumah sakit pertama kali pada tanggal 29
Agustus 2018 karena sering marah, mengamuk, menangis tanpa sebab dan
memukul kakaknya dengan benda tajam. Klien mengatakan merasa tertekan
saat dirumah karena sering dikurung dan tidak diizinkan untuk keluar rumah
sehingga klien mengamuk. Klien keluar masuk rumah sakit sudah 10x sejak
tahun 2018 dan terakhir pulang pada tanggal 25 Oktober 2019. Oleh keluarga,
klien dibawa ke RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang untuk mendapatkan
penanganan dengan keluhan klien tampak bingung dan kacau, sering bicara
sendiri, berperilaku kasar sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat
dikaji, klien mengatakan marah pada kakak perempuannya karena selalu
melarangnya keluar rumah, klien mengatakan sedih karena berbuat kasar
pada kakaknya.
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya

24
2. Pengobatan sebelumnya : Kurang berhasil
3. Trauma :

Jenis Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


Aniaya Fisik ± 8 tahun Kakak Ny.YT Kakak
perempuan laki-laki
pertama klien
klien
Aniaya seksual ± 6 tahun Teman di Ny.YT Tidak
lingkungan ada saksi
klien
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Lain-lain

Penjelasan : Klien mengatakan pernah mengalami gejala yang sama dan


dirawat dirumah sakit sebelumnya. Keluarga klien mengatakan pengobatan
sebelumnya kurang berhasil karena klien dapat beradaptasi tapi masih ada
gejala-gejala sisa yang timbul. Klien mengatakan selalu dipukul dan
dikurung oleh kakak perempuan pertama sejak usia sekitar 8 tahun.
Keluarga klien mengatakan melarang klien keluar rumah karena klien
pernah mengalami pelecehan seksual oleh salah seorang dari lingkungan
klien saat klien berumur sekitar 6 tahun.
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa? Ada


Klien mengatakan ibu klien pernah mengalami gangguan jiwa dengan
gejala berbicara sendiri, sering bingung dan melongo, merobek dan
menggigit pakaian sendiri dan menangis tanpa sebab. Klien mengatakan
ibu klien sembuh setelah 3 tahun perawatan di RSJ. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado.
Masalah keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien mengatakan klien tidak suka karena dari kecil selalu dikurung dan
tidak diizinkan keluar rumah untuk bergaul dengan teman-teman, dan
selalu dipukul dan dimarahi saat dirumah.
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg
SB : 36,2oC

25
N : 76x/m
R : 20x/m
2. Ukuran : BB : 65 kg
TB :162 cm
3. Keluhan fisik : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

V. Psikososial
1. Genogram (3 keturunan)

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Meninggal

Gangguan jiwa meninggal

Klien

Penjelasan : Klien mengatakan ibu klien juga mengalami masalah


kejiwaan dan sempat dirawat di RSJ. Prof. Dr. V.L. Ratumbuysang selama
3 tahun saat klien masih berumur sekitar 10 tahun dengan keluhan
berbicara sendiri, sering bingung dan melongo, sering merobek dan
menggigit pakaian serta menangis sendiri. Saat ditanya, klien mengatakan

26
belum terlalu paham dengan apa yang terjadi dan penyebabnya. Klien
mengatakan ibu klien berhasil sembuh setelah 3 tahun pengobatan di RSJ.
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.

Masalah keperawatan : Koping keluarga tidak efektif

2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan merasa puas dengan tubuhnya dan menyukai seluruh
bagian tubuhnya, tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai

b. Identitas diri
Klien mampu mengenal dirinya sendiri, klien adalah anak ke-7 dari 7
orang bersaudara, klien mengatakan dirinya adalah anak bungsu dalam
keluarga. Klien tidak senang karena kakaknya melarang klien untuk
bergaul dengan orang lain. Klien merasa malu karena tidak bisa keluar
rumah dan bersosialisasi dengan orang lain.
c. Peran
Klien mengatakan biasanya bekerja sebagai tani, saat ini klien
mengatakan merasa tidak berguna di rumah sakit karena tidak bisa
bekerja sebagai tani.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin bebas untuk keluar rumah dan bersosialisasi
dengan orang lain. Klien mengatakan ingin agar kakaknya dapat
mengizinkan klien keluar rumah dan bergaul dengan orang lain. Klien
mengatakan berharap agar segera sembuh dari penyakitnya dan tidak
lagi masuk rumah sakit.
e. Harga diri
Klien benci karena tidak bebas keluar rumah. Klien juga merasa
bersalah karena berlaku kasar terhadap kakaknya. Klien mengatakan
merasa minder karena tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain. Klien
merasa sedih karena selalu dikekang dan dipukul oleh kakaknya dan
tidak diizinkan keluar rumah
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mampu mengenal dirinya sendiri, klien adalah anak ke-7 dari 7
orang bersaudara. Klien tidak senang karena kakaknya melarang klien

27
untuk bergaul dengan orang lain. Klien merasa malu karena tidak bisa
keluar rumah dan bersosialisasi dengan orang lain.

b. Peran serta kegiatan kelompok masyarakat


Klien kurang bahkan tidak bersosialisasi dalam kelompok masyarakat
di daerahnya dan jarang terlibat dengan kegiatan-kegiatan di
masyarakat karena dilarang oleh kakaknya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien susah memulai pembicaraan dengan orang baru. Klien sering
marah-marah tanpa sebab dan sering memukul dirinya sendiri dan
berkata kasar dan tidak sopan
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Kristen Protestan
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan rajin berdoa dirumah, sekalipun kadang ke gereja
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VI. Status Mental
1. Penampilan
Klien tampak rapih dalam berpenampilan, baju dan celana tampak bersih,
penampilan teratur dengan rambut disisir rapih, baju selalu diganti setiap
hari, menggunakan sandal yang bersih, menggunakan pakaian dalam
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Klien dapat berkomunikasi dengan baik, pembicaraan dapat dimengerti.
Klien tidak pernah memulai pembicaraan, klien berbicara kasar dan tidak
sopan, volume suara keras dan pembicaraan cepat saat sedang marah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas motorik
Klien kadang terlihat lesu, sering tidur, jika terbangun sering mondar-
mandir, klien tampak gelisah dan bingung, sering duduk dan tidur lagi.
Sering marah-marah tanpa sebab dan mudah tersinggung, klien susah
untuk duduk diam dan tenang
Masalah keperawatan : Resiko tinggi cedera, resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
4. Afek dan emosi

28
Afek klien labil, klien cepat marah dan mudah tersinggung bila sudah lelah
atau terlalu lama diberikan pertanyaan, klien terkadang tenang mudah
diajak bercerita dan kadang malas
Masalah keperawatan : Resiko tinggi cedera, resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
5. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif selama wawancara, tatapan mata tajam saat sedang
marah, mudah tersinggung, menghindari kontak mata, sering berbicara
kasar dan menggunakan bahasa yang tidak sopan
Masalah keperawatan : Resiko tinggi kekerasan
6. Persepsi-sensori
Klien mengatakan tidak pernah berhalusinasi, tidak pernah mendengar
bisikan, bayangan atau bau yang aneh
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Proses pikir
Proses pikir sirkumstansial, saat diajak berkomunikasi, klien terbelit-belit
dan sering mengganti topik pembicaraan tetapi sampai pada tujuan
pembicaraan, selalu mengatakan tidak ingin dikurung atau dipukul
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Tingkat kesadaran
Klien tampak bingung dan kacau jika sedang marah atau saat tersinggung,
tidak ada disorientasi waktu, orang atau tempat dan dapat mengenali
dirinya sendiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Memori
Klien mampu mengingat masa lalunya seperti punya berapa kakak atau
kejadian-kejadian di masa lalu dengan baik, tidak mudah lupa dan dapat
mengingat kejadian yang belum lama atau baru saja terjadi
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu jika disuruh berhitung dan melakukan perhitungan
sederhana dengan baik, konsentrasi klien baik ketika sedang tenang
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sendiri tanpa perlu ada penjelasan
atau bantuan orang lain
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Daya tilik diri
Klien mengerti bahwa dirinya saat ini sedang sakit, klien menyalahkan
kakaknya karena selalu mengurung dan memukul dirinya saat di rumah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

29
VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan

Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak


Makanan √
Keamanan √
Perawatan Kesehatan √
Pakaian √
Transportasi √
Tempat tinggal √
Keuangan √

Penjelasan :

a. Makanan : Klien mampu makan sendiri, klien mampu menyiapkan


makanan, membersihkan alat-alat makan tanpa bantuan

b. Keamanan : Klien mampu menyimpan barang pribadi dibawah bantal

c. Perawatan kesehatan : Klien dapat minum obat sendiri sesuai petunjuk


secara rutin dengan bimbingan perawat

d. Pakaian : Klien dapat mengenakan pakaian sendiri dengan rapih,


menyisir rambut dan memakai sandal

e. Transportasi : Klien mampu berjalan sendiri, ke toilet sendiri, ke tempat


makan sendiri namun harus didampingi

f. Tempat tinggal : Klien mengatakan ingin pulang rumah kakaknya

g. Keuangan : Klien mengatakan tidak memiliki uang

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

a. Perawatan diri

Kemampuan memenuhi kebutuhan Ya Tidak


Mandi √
Kebersihan √
Makan √

30
BAK/BAB √
Ganti pakaian √

b. Nutrisi

Klien mengatakan tidak puas dengan makanan karena menu makanan


tidak sesuai dengan makanan kesukaan klien, klien makan menyendiri
tidak bersama dengan yang lain, nafsu makan baik, porsi makan
dihabiskan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Tidur

Klien mengatakan tidak ada masalah saat tidur, hanya kadang-kadang


susah tidur namun tidak sering, klien tidur siang 3-4 jam, biasanya tidur
nyenyak setelah minum obat, tidur malam 7-8 jam sehari, setelah
bangun tidur klien merasa segar

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3. Kemampuan klien dalam hal-hal berikut ini :

a. Klien mengatakan tidak mengantisipasi kehidupan sehari-hari karena


klien beraktifitas sesuai jadwal yang sudah diatur

b. Klien membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri

c. Klien mengkonsumsi obat sesuai jadwal yang diberikan secara teratur

d. Klien memeriksakan kesehatan sesuai jadwal yang ditentukan

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Klien memiliki sistem pendukung

31
a. Keluarga : Klien mengatakan ada kakak kandung yang merawat di
rumah

b. Teman sejawat : Klien mengatakan tidak memiliki teman

c. Terapis : Klien mengatakan setiap hari ada perawat dan kunjungan


dokter jiwa

d. Kelompok sosial : Klien mengatakan tidak memiliki kelompok sosial

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi?

Klien menikmati saat bekerja di rumah sakit namun ingin pulang ke rumah

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihan

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktiff Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lain-lain Lain-lain

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan

1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien kadang mendapat


kunjungan dari keluarga

32
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien dapat
berhubungan dengan lingkungan satu ruangan namun lebih suka
menyendiri

3. Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien berlatarbelakang pendidikan


tidak tamat SD

4. Tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan

5. Tidak ada masalah lain

X. Pengetahuan

Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang


kurang tentang suatu hal?

- Penyakit/gangguan jiwa

- Koping

XI. Aspek Medis

Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid

Terapi medis :

- Haloperidol 2x5 mg

- CPZ (Chlorpromazine) 1x100mg

- Asam folat 2x1

- Bcomp 2x1

- JHP 2x2mg

XII. Analisa Data

33
No Analisa Data Masalah Keperawatan
.

1. Data Subjektif : Resiko mencederai


diri sendiri, orang lain
- Klien mengatakan marah pada kakak
dan lingkungan
perempuannya karena melarang klien untuk
keluar rumah dan bergaul dengan orang lain,
sering memukul dan mengurung klien di
rumah

- Klien suka membentak dan menyerang orang


yang ribut atau mengganggunya ketika
sedang tidur atau saat klien sedang lelah

- Keluarga klien mengatakan klien sering


memukul dengan benda tajam, mengamuk
dan berperilaku kasar dirumah

Data Objektif :

- Klien berbicara kasar dan tidak sopan

- Klien tampak bingung, gelisah dan kacau

- Volume suara keras dan pembicaraan cepat

- Pandangan tajam saat marah

- Klien mudah tersinggung

- Ada riwayat masuk keluar RSJ

2. Data Subjektif : Perilaku Kekerasan

- Klien mengatakan marah pada kakak


perempuannya karena melarang klien untuk
keluar rumah dan bergaul dengan orang lain,

34
sering memukul dan mengurung klien di
rumah

- Klien suka membentak dan menyerang orang


yang ribut atau mengganggunya ketika
sedang tidur atau saat klien sedang lelah

- Keluarga klien mengatakan klien sering


memukul dengan benda tajam, mengamuk
dan berperilaku kasar dirumah

Data Objektif :

- Klien berbicara kasar dan tidak sopan

- Klien tampak bingung, gelisah dan kacau

- Volume suara keras dan pembicaraan cepat

- Pandangan tajam saat marah

- Klien mudah tersinggung

Ada riwayat masuk keluar RSJ

3. Data Subjektif : Gangguan Konsep


Diri : Harga diri
- Klien mengatakan malu karena tidak bisa
rendah
keluar rumah dan selalu dikurung oleh
kakaknya

- Klien mengatakan sedih karena berperilaku


kasar terhadap kakaknya

35
Data Objektif :

- Klien lebih sering tidur dan menyendiri

- Klien tidak mau memulai pembicaraan

- Klien menyendiri saat makan

XIII. Daftar Masalah Keperawatan

1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan

2. Perilaku Kekerasan

3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

XIV. Pohon Masalah

Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

XV. Daftar Diagnosa Keperawatan

Perilaku Kekerasan b.d gangguan konsep diri: harga diri rendah

Data Subjektif :

- Klien mengatakan marah pada kakak perempuannya karena melarang


klien untuk keluar rumah dan bergaul dengan orang lain, sering memukul
dn mengurug klien.

- Klien suka membentak dan menyerang orang yang ribut atau


mengganggunya ketika sedang tidur atau saat klien lelah.

36
- Kelurga klien mengatakan klien sering memukul dengan benda tajam,
mengamuk dan berperilaku keras di rumah

Data Objektif :

- Klien berbicara kasar dan tidak sopan

- Klien tampak bingung, gelisah dan kacau

- Volume suara keras dan pembicaraan cepat

- Pandangan tajam saat marah

- Klien mudah tersinggung

- Ada riwayat masuk RSJ dengan keluhan yang sama

XVI. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan b.d gangguan konsep diri: harga


diri rendah

Tujuan : klien dapat mengontrol atau mengendalikan perilaku kekerasan

Tindakan Keperawatan :

1. SP 1 : Bina hubungan saling percaya; identifikasi tanda gejala dan


penyebab perilaku kekerasan; lakukan latihan fisik nafas dalam

Intervensi :

a. Bina hubungan saling percaya (beri salam setiap berinteraksi,


perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan berkenalan,
tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukan sikap empati, jujur
dan menepati janji setiap kli berinteraksi, tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas,
dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien)

b. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya

37
c. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
dialaminya

d. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan


yang lalu

e. Diskusikan bersama dengan klien perilaku kekerasan yang


dilakukannya selama ini

f. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan


pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan

g. Ajarkan pasien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik


nafas dalam

2. SP 2 : Membantu klien mengendalikan perilaku kekerasan dengan latihan


fisik kedua (pukul bantal)

Intervensi :

a. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara
yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan

b. Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih

c. Jelaskan manfaat cara tersebut

d. Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan

e. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat


marah/jengkel

3. SP 3 : Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara


spiritual

Intervensi :

a. Diskusikan kegiatan ibadah/doa yang biasa dilakukan

38
b. Latih ibadah/doa

c. Masukkan ke jadwal kegiatan harian

4. SP 4 :

Intervensi :

a. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika


tidak menggunakan obat tersebut

b. Jelaskan kepada klien jenis obat, dosis yang tepat, waktu pemakaian,
cara pemakaian, efek yang akan dirasakan klien

c. Anjurkan klien menggunakan obat tepat waktu

d. Beri pujian terhadap kedisiplinan menggunakan obat

XVII. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi Evaluasi
Tanggal : 27 November 2019
Tanggal : 27 November 2019
SP 1 : Membina hubungan saling
percaya; Mengidentifikasi tanda S : Klien mengatakan merasa sedikit
gejala dan penyebab perilaku tenang dan lega setelah berkenalan,
kekerasan; Melakukan latihan fisik klien mengungkapkan keinginan
nafas dalam memukul orang yang
mengganggunya saat sedang tidur
Orientasi :
O:
P : Selamat Pagi Ibu!
- Klien berbicara kasar
K : Selamat Pagi
- Volume suara keras
P : Boleh kenalan ibu?
- Mudah tersinggung
K : Boleh.
- Klien mampu berdiskusi
P : Perkenalkan nama saya tentang gejala, tanda dan
Aphrodita, boleh dipanggil Dita, penyebab perilaku kekerasan
saya mahasiswa Akper Bethesda

39
Tomohon yang sedang praktek disini - Klien mampu mengikuti
jam 07:00 sampai jam 14:00 (dua latihan napas dalam
siang). Kalau boleh tahu nama ibu
siapa? A : Masalah perilaku kekerasan
belum teratasi
K : Nama saya Ibu. Y
P:
P : Ibu maunya dipanggil apa?
- Bina hubungan saling
K : Panggil saja Y percaya

P : Bagaimana perasaan ibu hari ini? - Latih nafas dalam 3x/hari

K : Baik-baik saja, hanya sedikit - Lanjutkan SP2 : Latihan fisik


lelah pukul bantal

P : Apakah ibu mau bercerita dengan


saya? Bisakah kita bicara lagi
sebentar? Ibu mau bercerita dimana?

K : Kenapa? Mau apa?

P : Iya sebentar Ibu. Y, saya cuma


mau bercerita saya mau berteman
dengan ibu. Y. Kita bisa bercerita
sebentar?

K : Iya boleh. Jangan terlalu lama.

P : Dimana ibu Y mau bercerita?


Nyamannya dimana ibu?

K : Di kamar saya saja

P : Kira-kira boleh berapa lama? 10


menit?

K : Iya ses

P : OK ibu Y, sampai ketemu nanti


selesai makan siang

(Selesai makan siang)

40
P : Selamat siang ibu

K : Siang

P : Masih kenal dengan saya? Nama


saya masih ingat ibu.Y?

K : Nda tau, kenapa saya harus


ingat?

P : Iya kan saya temannya ibu. Y.


Kan kalau teman harus saling kenal.
Saya ingat nama ibu. Y karena ibu. Y
teman saya. Jadi, ibu. Y mau ingat
nama saya?

K : Nama kamu siapa memang?

P : Nama saya Aphrodita panggilnya


Dita yah.

K : Iya ses Dita

Kerja :

P : Ibu. Y, boleh saya tau apa yang


menyebabkan ibu. Y marah?

K : Saya benci kakak saya ses.

P : Kenapa memangnya ibu.Y benci


kakaknya? Coba ceritakan

K : Saya benci kakak saya, dia selalu


mengurung dan saya tidak diizinkan
keluar rumah, saya mau keluar malah
dipukul saya juga sering dimarahi,
saya benci kakak saya

P : Oh, mungkin kakak ibu. Y sangat


sayang sama ibu, makanya kakak
seperti itu, kakak cuma takut nanti
ibu.Y saat diluar terjadi apa, iya kan?

41
Ibu. Y sayang kan sama kakak?

K : Iya saya sayang, tapi saya benci


saat dipukul

P : Iya ibu.Y, memang apa yang ibu


rasakan saat marah? Atau apa yang
ibu lakukan?

K : Saya merasa marah, dada saya


berdebar dan saya ingin memukul
kakak saya

P : Apakah dengan ibu.Y marah


keadaan jadi lebih baik?

K : Saya tidak tahu

P : Menurut ibu adakah cara lain


yang lebih baik selain marah-marah?

K : Saya tidak tau suster

P : Lalu, sekarang maukah ibu


belajar cara mengungkapkan marah
dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?

K : Iya mau ses

P : Ada beberapa cara fisik untuk


mengendalikan marah, hari ini kita
belajar satu cara dulu ya?

K : Iya ses

P : Begini bu, kalau tanda-tanda


marah itu sudah ibu rasakan, ibu
berdiri dulu lalu tarik nafas dalam-
dalam dari hidung, tahan sebentar,
lalu keluarkan secara perlahan-lahan
dari mulut seperti mengeluarkan
kemarahan, coba lagi dan lakukan
terus sebanyak 5 kali. Ayo coba

42
lakukan sekarang ibu.Y

K : (Melakukan yang diinstruksikan)

P : Bagus sekali ibu.Y sudah bisa


melakukannya. Nah, sebaiknya
latihan ini ibu lakukan secara rutin,
sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul ibu. Y sudah biasa
melakukannya

K : Iya suster

Terminasi

P : Bagaimana perasaan ibu.Y setelah


berbincang-bincang tentang
kemarahan ibu? Bagaimana latihan
nafas dalammnya?

K : Saya merasa lega

P : Baik, sekarang latihan nafas


dalam tadi kita masukkan ke jadwal
harian ya, Bu?

K : Iya suster.

P : Berapa kali sehari ibu mau


melakukan latihan nafas dalam?

K : Terserah suster saja

P : Yasudah, usahakan 3x sehari yah


ibu.Y lakukan latihannya, nanti
tolong ibu dokumentasikan yah,
bilang ke saya besok. Nah,
bagaimana kalau besok kita latihan
cara mengendalikan marah dengan
pukul bantal dan kasur, mau?

K : Iya suster

43
P : Iya bagus sekali ibu.Y, besok saya
akan datang lagi yah kesini nanti kita
latihan besok. Saya pamit dulu ibu.Y.
Permisi. Selamat siang.

Tanggal : 28 November 2019


Tanggal : 28 November 2019
SP 2 : Membantu klien
mengendalikan perilaku kekerasan S : Klien mengatakan kesal dan
dengan latihan fisik kedua (pukul jengkel pada teman sekamar karena
bantal) ribut saat kien sedang tidur, klien
mengatakan kesal karena kakaknya
Orientasi : belum menjemputnya untuk pulang
kerumah
P : Selamat Pagi Ibu. Y. Masih ingat
nama saya? O:

K : Selamat Pagi. Masih. - Klien berbicara kasar dan


tidak sopan
P : Siapa nama saya ibu.Y?
- Volume suara keras dan
K : Ses Dita pembicaraan cepat

P : Bagus sekali, kita sudah berteman - Pandangan tajam saat marah


kan? Nah, sesuai janji saya kemarin,
sekarang saya datang lagi. - Klien belum mengikuti
Bagaimana perasaan ibu saat ini? jadwal latihan fisik nafas
dalam dengan teratur
K : Baik suster
- Klien mampu mengikuti
P : Bagus sekali ibu Dita. Sekarang latihan fisik pukul bantal dan
kita akang belajar cara kasur
mengendalikan perasaan marah
dengan kegiatan fisik pukul bantal. - Klien mampu melatih
Mau berapa lama? Dimana saja kemampuan positif
enaknya ibu. Y? merapikan tempat tidur

K : Boleh disini saja suster? A : Masalah perilaku kekerasan


(Kamar), 10 menit saja ya suster. belum teratasi

P:

- Bina hubungan saling

44
Kerja : percaya

P : Baik ibu. Y. Nah, kalau ada yane - Latih nafas dalam 3x/hari
menyebabkan ibu marah dan muncul
perasaan kesal, selain nafas dalam - Latih latihan fisik pukul
ibu dapat memukul bantal atau kasur. bantal sesuai jadwal
Sekarang mari kita coba lakukan yah
- Latih cara mengontrol marah
latihannya. Coba ikuti saya. Jadi
dengan berdoa
kalau ibu marah, coba tarik nafas
dalam seperti yang sudah kita coba
kemarin, jika masih ada perasaan
marah ibu langsung datang ke kamar
dan pukul bantal dan kasurnya.
Pukul sekuat mungkin dan luapkan
amarahnya di bantal. Ya, bagus
sekali ibu melakukannya! Nah, cara
ini dapat dilakukan secara rutin, tapi
jangan lupa selesai itu rapikan
tempat tidur yah?

K : Baik suster

Terminasi

P : Bagaimana perasaan ibu.Y setelah


belajar cara menyalurkan masalah
dengan memukul bantal dan kasur?

K : Lebih baik suster

P : Baik, sekarang latihan pukul


bantal tadi kita masukkan ke jadwal
harian ya, Bu? Pukul berapa ibu mau
mempraktekkan kegiatan pukul
bantalnya? Bagaimana kalau setiap
bangun tidur? Jam berapa?

K : Setiap jam 5 pagi suster

P : Sekarang silahkan istirahat. Kita


ketemu besok lagi ya, bu. Kita akan

45
belajar cara lain untuk
mengendalikan marah ibu. Permisi
ya. Selamat siang.

Tanggal : 29 November 2019

SP 3 : Membantu klien latihan Tanggal : 29 November 2019


mengendalikan perilaku kekerasan
secara spiritual S : Klien mengatakan hari ini sudah
tidak mengamuk pada teman di
Orientasi : lingkungna sekitar, klien dapat
mengontrol kemarahan dengan
P : Selamat pagi ibu.Y. Bagaimana latihan pukul bantal dan kasur, klien
hari ini? Masih ingat nama saya masih merasa ingin marah pada
tidak? teman yang mengganggunya

K : Siang, masih ingat suster Dita O:

P : Bagaimana, bu? Latihan apa yang - Klien mengikuti jadwal


sudah dilakukan? Bagaimana rasa latihan fisik nafas dalam
marahnya? namun harus sering
beristirahat karena klien
K : Sudah latihan nafas dalam, pukul
tampak gampang bosan
bantal, sekarang lebih baik
- Klien mampu mengikuti
P : Bagus sekali ibu.Y, sekarang kita
latihan fisik pukul bantal dan
akan latihan cara mengontrol marah
kasur
dengan ibadah, ditempat biasa saja?
15 menit bisa? - Klien mampu melatih
kemampuan positif
K : Iya suster
merapikan tempat tidur

- Klien mampu mengikuti


Kerja : latihan mengontrol marah
dengan berdoa
P : Coba ceritakan kegiatan ibadah
yang biasanya dilakukan ibu.Y A : Masalah perilaku kekerasan
belum teratasi
K : Saya biasanya berdoa, saya
kadang ke gereja tapi saya biasanya P:
berdoa di rumah.
- Bina hubungan saling
P : Bagus, jadi sekarang mana yang percaya

46
mau kita coba? - Latih nafas dalam 3x/hari

K : Berdoa suster? - Latih latihan fisik pukul


bantal sesuai jadwal
P : Nah, kalau ibu sedang marah
coba langsung duduk dan langsung - Latih cara mengontrol marah
tarik nafas dalam agar rileks. Jika dengan berdoa
tidak reda juga, kunci tangan tutup
mata dan langsung berdoa, lakukan - Layani terapi medis
secara teratur, untuk meredakan
kemarahan. Ibu mau mencoba untuk
berdoa sekarang? Doa yang singkat
saja

K : Iya suster, saya mau berdoa Bapa


Kami (Berdoa Bapa Kami)

P : Sudah selesai? Nah sekarang coba


sebutkan cara-cara mengontrol
marah yang sudah kita pelajari.

K : Nafas dalam, pukul bantal dan


berdoa suster

Terminasi :

P : Bagaimana perasaan ibu setelah


kita belajar cara mengontrol marah
ini?

K : Lebih baik suster,

P : Bagus, mari kita masukkan


jadwal ibadah dan berdoa ini ke
jadwal kegiatan ya? Ibu.Y mau
berapa kali berdoa?

K : 2 kali suster

P : Setiap berapa jam atau kapan ibu


mau berdoa?

47
K : Bangun pagi dan saat mau tidur

P : Bagus sekali ibu.Y. setelah ini


coba ibu lakukan cara mengontrol
marah dengan cara patuh obat, nanti
besok yah kita ketemu dan latihan
lagi? Saya permisi ya bu?

K : iya suster

Tanggal : 30 November 2019 Tanggal : 30 November 2019

SP 3 : Membantu klien latihan S : Klien mengatakan sudah bisa


mengendalikan perilaku kekerasan mengontrol marah dengan latihan
secara spiritual yang dilakukan

Orientasi : O:

P : Selamat siang ibu.Y. Bagaimana - Klien berbicara kasar dan


hari ini? Masih ingat nama saya tidak sopan kepada teman
tidak? satu lingkungan

K : Siang, masih ingat suster Dita - Volume suara keras

P : Bagaimana, bu? Latihan apa yang - Klien belum mengikuti


sudah dilakukan? Bagaimana rasa jadwal latihan fisik nafas
marahnya? Apakah sudah bisa dalam dengan teratur
dikontrol?
- Klien mampu mengikuti
K : Sudah latihan nafas dalam, pukul latihan fisik pukul bantal dan
bantal, dan berdoa. Sekarang lebih kasur
baik suster.
- Klien belum mengikuti
P : Bagus sekali ibu.Y, sekarang kita latihan berdoa dengan teratur
akan latihan cara mengontrol marah
dengan minum obat, ditempat biasa - Klien mampu mengontrol
saja? 15 menit bisa? marah dengan obat

K : Iya suster A : Masalah perilaku kekerasan


belum teratasi

P:
Kerja :
- Bina hubungan saling
P : Ny.Y sudah dapat obat dari dokter percaya

48
kan? - Latih nafas dalam 3x/hari

K : Sudah - Latih latihan fisik pukul


bantal sesuai jadwal
P : Berapa macamobat yang Ny.Y
minum? Warnanya apa saja? - Latih cara mengontrol marah
dengan berdoa
K : Ada haloperidol warna putih,
CPZ dan asam folat warna orange, B - Layani terapi medis
comp warna putih, JHP warna coklat
- Kontrol marah
P : Wah bagus sekali ibu.Y. Obatnya
ada 5 macam yah, haloperidol itu
untuk meredakan gejala yang ibu
rasakan sekarang agar pikiran teratur
dan rasa marah berkurang, CPZ agar
pikiran tenang, dan JHP agar ibu
rileks, Bcomp itu vitamin ya ibu.
Semuanya harus diminum tepat
waktu, selalu ingatkan perawat untuk
memberinya tepat waktu yah.
K : Iya suster. Saya rajin kok kalau
minum obat.
P : Iya bagus begitu, nah nanti bila
minum obat terus mulut terasa
kering, jangan lupa untuk minum air
putih dan jangan lupa untuk
beristirahat, jangan terlalu banyak
beraktivitas dulu.
K : Iya suster
P : Nanti sebelum minum obat
jangan lupa liat namanya dulu,
jangan sampe obatnya tertukar
dengan yang lain. Jangan pernah
berhenti minum obat ya ibu Y. Ibu.Y

49
harus janji sama Dita, karena dapat
terjadi kekambuhan. Kan ibu.Y ngga
mau natal disini kan?
K : Iya suster
P : Nah, sekarang kita masukkan
waktu minum obatnya ke jadwal yah.

Terminasi
P : Sekarang bagaimana perasaan ibu
setelah kita bercakap-cakap tentang
cara minum obat yang benar?
K : Baik suster
P : Nah, sekarang sampai hari ini
sudah berapa cara yang kita latih?
K : Sudah 4 ya suster?
P : Iya coba sebutkan apa latihannya.
K : Nafas dalam, pukul bantal,
berdoa dan dengan obat.
P : Bagus sekali ibu.Y. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur
yah.
K : Iya suster
P : Besok nanti kita ketemu lagi. Kita
kontrol kondisi marahnya ibu yah.

50

Anda mungkin juga menyukai