1. Definisi
2. Faktor Risiko
1
Faktor yang mempengaruhi resiko perilaku kekerasan terhadap orang
lain yaitu: ketersediaan senjata, bahasa tubuh (sikap tubuh kaku/rigid,
mengepalkan tangan dengan jari dan rahang terkunci, hiperaktivitas,
denyut jantung cepat, nafas terengah-engah, cara berdiri mengancam),
kerusakan kognitif (ketunadayaan belajar, gangguan deficit perhatian,
penurunan fungsi intelektual), kejam pada hewan, menyalakan api,
riwayat penganiayaan pada masa kanak-kanak, riwayat melakukan
kekerasan tak langsung (merobek pakaian, membanting objek yang
tergantung di dinding, berkemih dilantai, defekasi di lantai, mengetuk-
ngetuk kaki, teper tantrum, berlarian di koridor, berteriak, melempar
objek, memecahkan jendela, membanting pintu, agresif seksual),
riwayat penyalahgunaan zat, riwayat ancaman kekerasan (ancaman
verbal terhadap seseorang, ancaman sosial, mengeluarkan sumpah
serapah, membuat catatan/surat ancaman, sikap tubuh mengancam,
ancaman seksual), riwayat menyaksikan perilaku kekerasan dalam
keluarga, riwayat perilaku kekerasan terhadap orang lain (memukul
seseorang, menendang seseorang, meludahi sesorang, mencakar
seseorang, melempar objek pada seseorang, menggigit seseorang,
percobaan perkosaan, pelecehan seksual, mengencingi/membuang
kotoran pada seseorang), riwayat perilaku kekerasan antisocial
(mencuri, memaksa meminjam, memaksa meminta hak istimewa,
memaksa mengganggu pertemuan, menolak untuk makan, menolak
untuk minum obat, menolak instruksi), impulsive, pelanggaran
kendaraan bermotor (sering melanggar lampu lintas, menggunakan
kendaraan bermotor untuk melepaskan kemarahan), gangguan
neurologis (EEG positif, CT, MRI, temuan neurologis, trauma kepala,
gangguan kejang), intoksikasi patologis, komplikasi perinatal,
komplikasi prenatal, simtomatologi psikosis (perintah halusinasi
pendengaran, penglihatan; delusi paranoid; proses piker tidak logis,
tidak teratur atau tidak koheren), perilaku bunuh diri.
2
Definisi: beresiko melakukan perlilaku, yang individu menunjukkan
bahwa dirinya dapat membahayakan dirinya sendiri secara fisik,
emosional dan seksual.
Faktor yang mempengaruhi resiko perilaku kekerasan terhadap diri
sendiri yaitu: usia 15-19 tahun, usia 45 tahun atau lebih, isyarat
perilaku (catatan cinta yang sedih, menunjukkan pesan kemarahan
pada orang terdekat yang telah menolak dirinya, mengambil polis
asuransi jiwa yang besar), konflik hubungan interpersonal, masalah
emosional (ketidakberdayaan, putus asa, peningkatan rasa cemas,
panic, marah, permusuhan), masalah pekerjaan (menganggur,
kehilangan/kegagalan pekerjaan yang sekarang), menjalani tindakan
seksual autoerotic, latar belakang keluarga (riwayat bunuh diri, kaotik,
atau penuh konflik), riwayat upaya bunuh diri yang dilakukan berkali-
kali, kurang sumber personal, kurang sumber sosial, status pernikahan
(belum menikah, janda, cerai), masalah kesehatan mental (depresi
berat, psikosis gangguan kepribadian berat, alkoholisme,
penyalahgunaan obat), pekerjaan (eksekutif, administrator pemilik
bisnis, pekerja professional, pekerja semi terampil), masalah kesehatan
fisik, orientasi seksual, ide bunuh diri, rencana bunuh diri, petunjuk
verbal (bicara tentang kematian “lebih baik tanpa saya”, mengajukan
pertanyaan tentang dosis obat mematikan).
c. Tangan mengepal.
d. Rahang mengatup.
e. Bicara kasar.
3
f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak.
g. Jalan mondar-mandir.
4. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1). Faktor Biologis: Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi
adanya faktor herediter yaitu adanya anggota keluarga yang sering
memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan, adanya
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, adanya riwayat
penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA
(narkotika, psikotoprika dan zat aditif lainnya).
4
melalui proses sosialisasi (social learning theory) (AIPViKI,
2018).
b. Faktor Presipitasi
5
4). Perilaku intrapsikis yang membantu untuk berdamai dengan
masalah dan gejala sisa dengan penyesuaian internal.
d. Sumber Koping
e. Mekanisme Koping
6
melindungi diri. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain:
7
bermain perang-perangan dengan temannya (Mukhripah &
Iskandar, 2012).
6. Pohon Masalah
8
Skema 2.1: Pohon Masalah
Effect
Perilaku Kekerasan
Core Problem
Causa
9
b). Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga.
c). Klien dengan perilaku kekerasan bisa herediter.
d). Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat mangganggu.
4). Fisik: Pada saat marah tensi biasanya meningkat.
5). Psikososial
a). Genogram: Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota
keluarga yang mengalami kelainan jiwa, pada komunikasi klien
terganggu begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola
asuh.
b). Konsep diri
Gambaran diri: Klien biasanya mengeluh dengan keadaan
tubuhnya, ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
Identitas: Klien biasanya tidak puas dengan status dan
posisinya baik sebelum maupun ketika dirawat tapi klien
biasanya puas dengan statusnya sebagai laki-laki/perempuan.
Peran: Klien biasanya menyadari peran sebelum sakit, saat
dirawat peran klien terganggu.
Ideal diri: Klien biasanya memiliki harapan masa lalu yang
tidak terpenuhi.
Harga diri: Klien biasanya memiliki harga diri rendah
sehubungan dengan sakitnya.
c). Hubungan social: Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa
percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang
kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan
kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata
kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut
dapat mengasingkan individu sendiri, mengajuhkan diri dari
orang lain, menolak mengikuti aturan.
d). Spiritual: Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi
hubungan individu dengan linngkungan. Hal yang bertentangan
10
dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan
yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
6). Status mental
a). Penampilan: Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak
cocok/serasi dan berubah dari biasanya.
b). Pembicaraan: Biasanya pembicaraannya cepat dan kasar
c). Aktivitas motorik: Aktivitas motorik meningkat klien biasanya
terganggu dan gelisah.
d). Alam perasaan: Berupa suasana emosi yang memanjang akibat
dari faktor presipitasi misalnya: sedih dan putus asa.
e). Afek: Afek klien biasanya sesuai.
f). Interaksi selama wawancara: Selama berinteraksi dapat
dideteksi sikap klien yang tampak bermusuhan dan mudah
tersinggung.
g). Persepsi: Klien dengan perilaku kekerasan biasanya tidak
memiliki kerusakan persepsi.
h). Proses pikir: Biasanya klien mampu mengorganisir dan
menyusun pembicaraan logis dan koheren.
i). Isi pikir: Keyakinan klien konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya klien.
j). Tingkat kesadaran: Biasanya klien tidak mengalami
disorientasiterhadap orang, tempat dan waktu.
k). Memori: Tidak terjadi ganggguan daya ingat jangka panjang
maupun jangka pendek klien mampu mengingat kejadian yang
baru saja terjadi.
l). Tingkat konsentrasi dan berhitung: Klien biasanya tidak
mengalami gangguan konsentrasi dan berhitung.
m). Kemampuan penilaian: Biasanya klien mampu mengambil
keputusan jika menghadapi masalah yag ringan, klien mampu
menilai dan mengevaluasi diri sendiri.
11
n). Daya tilik diri: Klien biasanya mengingkari penyakit yang
diderita dan tidak memerlukan pertolongan, klien juga
seringmenyalahkan hal-hal diluar dirinya.
7). Kebutuhan persiapan pulang
a).Makan: pada keadaan berat, klien cenderung tidak
memperhatikan dirinya termasuk tidak peduli makanan karena
tidak memiliki minat dan kepedulian.
b). BAB/BAK: observasi kemampuan klien untuk BAB/BAK serta
kemampuan klien untuk membersihkan dirinya.
c). Mandi: biasanya klien mandi berulang/tidak mandi sama sekali.
d). Berpakaian: biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e). Istirahat: observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan
malam, biasanya istirahat klien terganggu karena klien gelisah
dengan masalah yang dihadapi.
f). Sistem pendukung: untuk pemeliharaan kesehatan klien
selanjutnya, peran keluarga dan system pendukung sangat
menentukan.
g). Aktifitas dalam rumah: klien mampu melakukan aktivitas dalam
rumah seperti menyapu.
8). Mekanisme koping
Biasanya Mekanisme yang dicapai oleh klien adalah maladaptif,
klien mengatakan kalau ada masalah pengennya marah-marah,
merusak barang dan keluyuran.
9). Aspek medic
Obat yang diberikan pada klien dengan perilaku kekerasan
biasanya diberikan anti psikotik seperti Chlorromazine, Cetirizen,
Trihexyphenidyl.
2. Diagnosa Keperawatan
b. Perilaku kekerasan
12
3. Intervensi Keperawatan
13
9). Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat
marah/jengkel.
13). Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
14). Bicarakan dengan klien apakah cara yang dilakukan klien agar
masalahnya selesai?
17). Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru yang
sehat”?
18). Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
19). Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat, yaitu: Secara fisik:
tarik nafas dalam jika sedang kesal/memukul bantal/kasur atau
olahraga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga, secara verbal:
katakana bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel (saya kesal
anda berkata seperti itu; saya marah karena mama tidak memenuhi
keinginan saya), secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara
marah yang sehat; latihan asentif, latihan manjemen perilaku
kekerasan, secara spiritual: anjurkan klien sembahyang,
berdoa/ibadah lain; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran,
mengadu pada Tuhan kekerasan/kejengkelan.
20). Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
14
21). Bantu klien mengodentifikasi manfaat cara dipilih.
22). Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
jengkel marah.
23). Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat
tanpa seizing dokter.
24). Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada
botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum).
15
“Apa yang menyebabkan Ny V.W. marah?, Apakah sebelumnya Ny
V.W. pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
“Apakah Ny V.W. merasakan kesal kemudian dada berdebar-debar,
mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan. Salah satunya
adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa
marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini, kalau tanda-tanda marah tadi sudah dirasakan maka Ny V.W.
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo
coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut.
Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Ny V.W. sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini dilakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Ny V.W. sudah terbiasa
melakukannya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya setelah berbincang-bincang tentang
kemarahanNy V.W.?”
”Iya jadi ada 2 penyebab Ny V.W. marah ........ (sebutkan) dan yang Ny
V.Wrasakan ........ (sebutkan) dan yang Ny V.Wlakukan .......
(sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan).”
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Ny
V.W. yang lalu, apa yang dilakukan kalau marah yang belum kita bahas
dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya. ‘Sekarang kita buat jadwal
latihannya ya, berapa kali sehari Ny V.W. mau latihan napas dalam?,
jam berapa saja?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara
yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja
ya, Selamat pagi.”
16
SP 2: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2 .
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik kedua: memukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Orientasi:
“Selamat siang Ny V.W, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi.”
“Bagaimana perasaan Ny V.W. saat ini, adakah hal yang menyebabkan
Ny V.W. marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah
dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“Sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit
dan tempatnya disini di ruang tamu,bagaimana Ny V.W. setuju?”
Kerja:
“Kalau ada yang menyebabkan Ny V.W. marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam Ny V.W. dapat
melakukan pukul kasur dan bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
Ny V.W? Jadi kalau nanti Ny V.W. kesal dan ingin marah, langsung ke
kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan
bantal. Nah, coba lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali Ny
V.W. melakukannya.”
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah.
Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya
Terminasi :
“Bagaimana perasaannya setelah latihan cara menyalurkan marah
tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, cobaNy V.W. sebutkan lagi?
Bagus!”
17
“Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hariNy V.W.
Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun
tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi dan jam 15.00 sore. Lalu kalau ada
keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya. Sekarang
kita buat jadwalnya ya, mau berapa kali sehari Ny V.W. latihan
memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah
dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa? Baik, jam 10 pagi
ya. Sampai jumpa&istirahat ya”.
SP 3: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal.
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Orientasi :
“Selamat pagi, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu
lagi”
“Bagaimana, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul
kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara
teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus, nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M,
artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya
dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya
belum bisa melakukan”.
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah
marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
yang sama?”
“Berapa lama Ny V.W. mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?”
18
Kerja:
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul
kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang
yang membuat kita marah. Ada tiga caranya yaitu:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Nanti bisa dicoba di sini
untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba Ny V.W.
praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Ny V.W. tidak
ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya
karena sedang ada kerjaan’. Coba praktekkan. Bagus”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal Ny V.W. dapat mengatakan: “Saya jadi ingin marah
karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”.
Terminasi :
“Bagaimana perasaannya setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali
sehari Ny V.W mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat
jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta
obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah
Ny V.W. yaitu dengan cara ibadah, Ny V.W. setuju? Mau di mana? Di
sini lagi? Baik sampai nanti ya”.
SP 4: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan beribadah/berdoa
19
c. Buat jadwal latihan beribadah/berdoa
Orientasi:
“Selamat siang, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang
saya datang lagi
” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan
setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa
marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa
marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat
tadi?”
“Berapa lama Ny V.W. mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit?
Kerja:
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Ny V.W lakukan! Bagus.
Baik, yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau sedang marah coba Ny V.W. langsung duduk dan tarik
napas dalam”.
“Ny V.W. bisa melakukan ibadah secara teratur untuk meredakan
kemarahan.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaanNy V.W. setelah kita bercakap-cakap tentang cara
yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Ny V.W.
Mau berapa kali Ny V.W. ibadah. Baik kita masukkan ibadah .......
dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba Ny V.W. sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Ny V.W. lakukan
bila merasa marah”
“Setelah ini coba Ny V.W. lakukan jadwal ibadah sesuai jadwal yang
telah kita buat tadi”
20
“Besok kita ketemu lagi ya, nanti kita bicarakan cara keempat
mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat. Mau jam
berapa? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah Ny V.W, setuju?”
SP 5: Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan beribadah/berdoa
c. Buat jadwal latihan beribadah/berdoa
Orientasi:
“Selamat pagi, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu
lagi”
“Bagaimana, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur
bantal, bicara yang baik serta ibadah? apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum
obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat kemarin?”
“Berapa lama Ny V.W. mau kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit”
Kerja (perawat membawa obat pasien):
“Ny V.W. sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Ny V.W. minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapa Ny V.W. minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks,
dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa
marah berkurang. Semuanya ini harus diminum 3 kali sehari jam 7
pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
21
“Bila nanti setelah minum obat mulut Ny V.W. terasa kering, untuk
membantu mengatasinya Ny V.W. bisa minum air putih yang tersedia
di ruangan”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, Ny V.W. sebaiknya istirahat dan
jangan beraktivitas dulu”
“Nanti sebelum minum obat ini Ny V.W. lihat dulu label di kotak obat
apakah benar nama Ny V.W. tertulis disitu, berapa dosis yang harus
diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama
obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek
lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi
dengan dokter ya, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadwal ya.”
Terminasi:
“Bagaimana perasaannya setelah kita bercakap-cakap tentang cara
minum obat yang benar?”
“Coba Ny V.W. sebutkan lagijenis obat yang Ny V.W, minum!
Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita
pelajari? Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum
obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana Ny V.W.
melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah.
Sampai jumpa”.
22
2). Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
6). Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada keluarga klien.
23
MANADO
I. Identitas
A. Identitas Klien
Nama : Ny. YT
Umur : 48 tahun
Tempat/Tanggal lahir : 3 Juli 1971
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Suku/Bangsa : Sangihe/Indonesia
Alamat rumah : Makawidey, lingk.III. RT.7. Kec.
Airtembaga, Bitung
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan : Tani
Agama : Kristen Protestan
No. RM : 006649
B. Identitas Informan/Pemberi Informasi
Nama : Ny. AM
Alamat : Makawidey, lingk.III. RT.7. Kec.
Airtembaga, Bitung
Hubungan dengan klien : Kakak ipar
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Apakah informan jujur : Jujur
II. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan klien masuk rumah sakit pertama kali pada tanggal 29
Agustus 2018 karena sering marah, mengamuk, menangis tanpa sebab dan
memukul kakaknya dengan benda tajam. Klien mengatakan merasa tertekan
saat dirumah karena sering dikurung dan tidak diizinkan untuk keluar rumah
sehingga klien mengamuk. Klien keluar masuk rumah sakit sudah 10x sejak
tahun 2018 dan terakhir pulang pada tanggal 25 Oktober 2019. Oleh keluarga,
klien dibawa ke RSJ Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang untuk mendapatkan
penanganan dengan keluhan klien tampak bingung dan kacau, sering bicara
sendiri, berperilaku kasar sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat
dikaji, klien mengatakan marah pada kakak perempuannya karena selalu
melarangnya keluar rumah, klien mengatakan sedih karena berbuat kasar
pada kakaknya.
III. Faktor Predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya
24
2. Pengobatan sebelumnya : Kurang berhasil
3. Trauma :
25
N : 76x/m
R : 20x/m
2. Ukuran : BB : 65 kg
TB :162 cm
3. Keluhan fisik : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
V. Psikososial
1. Genogram (3 keturunan)
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Klien
26
belum terlalu paham dengan apa yang terjadi dan penyebabnya. Klien
mengatakan ibu klien berhasil sembuh setelah 3 tahun pengobatan di RSJ.
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan merasa puas dengan tubuhnya dan menyukai seluruh
bagian tubuhnya, tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai
b. Identitas diri
Klien mampu mengenal dirinya sendiri, klien adalah anak ke-7 dari 7
orang bersaudara, klien mengatakan dirinya adalah anak bungsu dalam
keluarga. Klien tidak senang karena kakaknya melarang klien untuk
bergaul dengan orang lain. Klien merasa malu karena tidak bisa keluar
rumah dan bersosialisasi dengan orang lain.
c. Peran
Klien mengatakan biasanya bekerja sebagai tani, saat ini klien
mengatakan merasa tidak berguna di rumah sakit karena tidak bisa
bekerja sebagai tani.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin bebas untuk keluar rumah dan bersosialisasi
dengan orang lain. Klien mengatakan ingin agar kakaknya dapat
mengizinkan klien keluar rumah dan bergaul dengan orang lain. Klien
mengatakan berharap agar segera sembuh dari penyakitnya dan tidak
lagi masuk rumah sakit.
e. Harga diri
Klien benci karena tidak bebas keluar rumah. Klien juga merasa
bersalah karena berlaku kasar terhadap kakaknya. Klien mengatakan
merasa minder karena tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain. Klien
merasa sedih karena selalu dikekang dan dipukul oleh kakaknya dan
tidak diizinkan keluar rumah
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mampu mengenal dirinya sendiri, klien adalah anak ke-7 dari 7
orang bersaudara. Klien tidak senang karena kakaknya melarang klien
27
untuk bergaul dengan orang lain. Klien merasa malu karena tidak bisa
keluar rumah dan bersosialisasi dengan orang lain.
28
Afek klien labil, klien cepat marah dan mudah tersinggung bila sudah lelah
atau terlalu lama diberikan pertanyaan, klien terkadang tenang mudah
diajak bercerita dan kadang malas
Masalah keperawatan : Resiko tinggi cedera, resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan
5. Interaksi selama wawancara
Klien kooperatif selama wawancara, tatapan mata tajam saat sedang
marah, mudah tersinggung, menghindari kontak mata, sering berbicara
kasar dan menggunakan bahasa yang tidak sopan
Masalah keperawatan : Resiko tinggi kekerasan
6. Persepsi-sensori
Klien mengatakan tidak pernah berhalusinasi, tidak pernah mendengar
bisikan, bayangan atau bau yang aneh
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Proses pikir
Proses pikir sirkumstansial, saat diajak berkomunikasi, klien terbelit-belit
dan sering mengganti topik pembicaraan tetapi sampai pada tujuan
pembicaraan, selalu mengatakan tidak ingin dikurung atau dipukul
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Tingkat kesadaran
Klien tampak bingung dan kacau jika sedang marah atau saat tersinggung,
tidak ada disorientasi waktu, orang atau tempat dan dapat mengenali
dirinya sendiri
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Memori
Klien mampu mengingat masa lalunya seperti punya berapa kakak atau
kejadian-kejadian di masa lalu dengan baik, tidak mudah lupa dan dapat
mengingat kejadian yang belum lama atau baru saja terjadi
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu jika disuruh berhitung dan melakukan perhitungan
sederhana dengan baik, konsentrasi klien baik ketika sedang tenang
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sendiri tanpa perlu ada penjelasan
atau bantuan orang lain
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
12. Daya tilik diri
Klien mengerti bahwa dirinya saat ini sedang sakit, klien menyalahkan
kakaknya karena selalu mengurung dan memukul dirinya saat di rumah
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
29
VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Penjelasan :
a. Perawatan diri
30
BAK/BAB √
Ganti pakaian √
b. Nutrisi
c. Tidur
31
a. Keluarga : Klien mengatakan ada kakak kandung yang merawat di
rumah
Klien menikmati saat bekerja di rumah sakit namun ingin pulang ke rumah
Adaptif Maladaptif
Lain-lain Lain-lain
32
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien dapat
berhubungan dengan lingkungan satu ruangan namun lebih suka
menyendiri
X. Pengetahuan
- Penyakit/gangguan jiwa
- Koping
Terapi medis :
- Haloperidol 2x5 mg
- Bcomp 2x1
- JHP 2x2mg
33
No Analisa Data Masalah Keperawatan
.
Data Objektif :
34
sering memukul dan mengurung klien di
rumah
Data Objektif :
35
Data Objektif :
2. Perilaku Kekerasan
Perilaku Kekerasan
Data Subjektif :
36
- Kelurga klien mengatakan klien sering memukul dengan benda tajam,
mengamuk dan berperilaku keras di rumah
Data Objektif :
Tindakan Keperawatan :
Intervensi :
37
c. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
dialaminya
Intervensi :
a. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara
yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan
Intervensi :
38
b. Latih ibadah/doa
4. SP 4 :
Intervensi :
b. Jelaskan kepada klien jenis obat, dosis yang tepat, waktu pemakaian,
cara pemakaian, efek yang akan dirasakan klien
Implementasi Evaluasi
Tanggal : 27 November 2019
Tanggal : 27 November 2019
SP 1 : Membina hubungan saling
percaya; Mengidentifikasi tanda S : Klien mengatakan merasa sedikit
gejala dan penyebab perilaku tenang dan lega setelah berkenalan,
kekerasan; Melakukan latihan fisik klien mengungkapkan keinginan
nafas dalam memukul orang yang
mengganggunya saat sedang tidur
Orientasi :
O:
P : Selamat Pagi Ibu!
- Klien berbicara kasar
K : Selamat Pagi
- Volume suara keras
P : Boleh kenalan ibu?
- Mudah tersinggung
K : Boleh.
- Klien mampu berdiskusi
P : Perkenalkan nama saya tentang gejala, tanda dan
Aphrodita, boleh dipanggil Dita, penyebab perilaku kekerasan
saya mahasiswa Akper Bethesda
39
Tomohon yang sedang praktek disini - Klien mampu mengikuti
jam 07:00 sampai jam 14:00 (dua latihan napas dalam
siang). Kalau boleh tahu nama ibu
siapa? A : Masalah perilaku kekerasan
belum teratasi
K : Nama saya Ibu. Y
P:
P : Ibu maunya dipanggil apa?
- Bina hubungan saling
K : Panggil saja Y percaya
K : Iya ses
40
P : Selamat siang ibu
K : Siang
Kerja :
41
Ibu. Y sayang kan sama kakak?
K : Iya ses
42
lakukan sekarang ibu.Y
K : Iya suster
Terminasi
K : Iya suster.
K : Iya suster
43
P : Iya bagus sekali ibu.Y, besok saya
akan datang lagi yah kesini nanti kita
latihan besok. Saya pamit dulu ibu.Y.
Permisi. Selamat siang.
P:
44
Kerja : percaya
P : Baik ibu. Y. Nah, kalau ada yane - Latih nafas dalam 3x/hari
menyebabkan ibu marah dan muncul
perasaan kesal, selain nafas dalam - Latih latihan fisik pukul
ibu dapat memukul bantal atau kasur. bantal sesuai jadwal
Sekarang mari kita coba lakukan yah
- Latih cara mengontrol marah
latihannya. Coba ikuti saya. Jadi
dengan berdoa
kalau ibu marah, coba tarik nafas
dalam seperti yang sudah kita coba
kemarin, jika masih ada perasaan
marah ibu langsung datang ke kamar
dan pukul bantal dan kasurnya.
Pukul sekuat mungkin dan luapkan
amarahnya di bantal. Ya, bagus
sekali ibu melakukannya! Nah, cara
ini dapat dilakukan secara rutin, tapi
jangan lupa selesai itu rapikan
tempat tidur yah?
K : Baik suster
Terminasi
45
belajar cara lain untuk
mengendalikan marah ibu. Permisi
ya. Selamat siang.
46
mau kita coba? - Latih nafas dalam 3x/hari
Terminasi :
K : 2 kali suster
47
K : Bangun pagi dan saat mau tidur
K : iya suster
Orientasi : O:
P:
Kerja :
- Bina hubungan saling
P : Ny.Y sudah dapat obat dari dokter percaya
48
kan? - Latih nafas dalam 3x/hari
49
harus janji sama Dita, karena dapat
terjadi kekambuhan. Kan ibu.Y ngga
mau natal disini kan?
K : Iya suster
P : Nah, sekarang kita masukkan
waktu minum obatnya ke jadwal yah.
Terminasi
P : Sekarang bagaimana perasaan ibu
setelah kita bercakap-cakap tentang
cara minum obat yang benar?
K : Baik suster
P : Nah, sekarang sampai hari ini
sudah berapa cara yang kita latih?
K : Sudah 4 ya suster?
P : Iya coba sebutkan apa latihannya.
K : Nafas dalam, pukul bantal,
berdoa dan dengan obat.
P : Bagus sekali ibu.Y. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur
yah.
K : Iya suster
P : Besok nanti kita ketemu lagi. Kita
kontrol kondisi marahnya ibu yah.
50