Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

M
DENGAN KASUS PARKINSON RW/03 RT/04 DESA
MARGAMUKTI KABUPATEN SUMEDANG
TAHUN 2020

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase keperawatan gerontik

NAMA : YULI KARTIKA

NIM : 2010105574

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES SEBELAS APRIL SUMEDANG

2020
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Parkinson

Penyakit parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang ditandai

dengan gejala seperti resting tremor (tremor pada saat istirahat), rigiditas

(hipertoni pada seluruh gerakan), bradikinesia (berkurangnya gerakan di tubuh)

dan gejala yang lain seperti kedipan mata berkurang, gangguan motorik, wajah

tanpa ekspresi maupun gangguan daya ingat oleh karena penurunan kadar

dopamin (Tanet al, 2007) (Rahayu, 2009).

Penyakit parkinson menyerang jutaan penduduk di dunia atau sekitar 1%

dari total populasi dunia (Novianiet al, 2010). Berdasarkan Communitybased

population study di Amerika menyebutkan lebih dari 1 juta orang menderita

penyakit parkinson dengan prevalensi sebesar 99.4 kasus per 100.000 penduduk

(Sjahrir, 2007). Penelitian di rumah sakit Lagos, Southwestern Nigeria,

menyebutkan ratarata munculnya penyakit parkinson pada pria (60 tahun) dan

wanita (65 tahun) (Okubadejoet al, 2010).

Berdasarkan data dari WHO, insidensi penyakit parkinson di Asia

menunjukkan terdapat 1.5 sampai 8.7 kasus per tahun di Cina dan Taiwan,

sedangkan di Singapura, Wakayama dan Jepang, terdapat 6.7 sampai 8.3 kasus per

tahun, dengan kisaran umur 60 sampai 69 tahun dan jarang ditemukan pada

umur<50 tahun (Muangpaisan, 2009).


Prevalensi penyakit parkinson di Indonesia adalah 876.665 penduduk

(Novianiet al, 2010). Penelitian oleh Laksono (2013) menyebutkan, di RSUD

Serang tahun 2007 sampai 2010, didapatkan 51 kasus penyakit parkinson.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, pada tahun 2013 terdapat

12 pasien rawat inap dan 522 pasien yang menjalani rawat jalan, dari jumlah ini

penyakit parkinson menempati urutan 10 besar penyakit yang berada di poli saraf

di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Penyakit parkinson merupakan penyakit karena menurunnya kadar

dopamin akibat kematian neuron di substantia nigra, salah satu sebabnya adalah

karena efek samping obat antihipertensi (Rahayu, 2009). Parkinson (paralisis

agitans) merupakan penyakit/sindrome pergerakan yang disebabkan oleh

gangguan pada ganglia basalis dan substansia nigra dalam menghasilkan dopamin,

ditandai dengan adanya tremor ritmik, bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya

refleks-refleks postural. Basal ganglia adalah bagian dari sistem ekstrapiramidal

dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi dan mengakhiri pergerakan serta

pengaturan gerakan-gerakan otomatis.

Penyakit parkinson pertama kali ditemukan oleh james parkinson tahun

1817 dengan istilah paralisis agitans dan baru pada tahun 1887 jean matin charcot

memberi nama penyakit parkinson. Angka kejadian pada penyakit parkinson

meningkat seiring meningkatnya usia. Usia yang paling banyak adalah pada 50

tahun ke atas. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan hampir seimbang (Hickey,

2003).
Sindrom yang ditandai dengan adanya tremor waktu istirahat, rigiditas,

bradikinesia dan hilangnya reflex postural akibat penurunan kadar dopamine oleh

berbagai macam sebab. Disebut juga dengan sindrom Parkinson. (Sudoyo W, dkk,

2006).

Parkinsonisme adalah gangguan yang paling sering melibatkan sistem

ekstrapiramidal, dan beberapa penyebab lain. sangat banyak kasus besar yang

tidak diketahui sebabnya atau bersifat idiopatik. parkinsonisme idiopatik

mengarah pada penyakit parkinson atau agitasi paralisis. (Sylvia A. Prince, dkk,

2006). Parkinsonisme adalah suatu sindrom klinis berupa rigiditas (kekuatan),

bradikinasia, tremor, dan instabilitas postur. (Williams F. Ganong, dkk, 2007).

B. Anatomi dan Fisiologi

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan

serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Sistem persarafan merupakan salah satu

organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam

organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh

Fungsi sistem saraf yaitu :

1. Mendeteksi perubahan dan merasakan sensasi.

2. Menghantarkan informasi.

3. Mengolah informasi

Susunan saraf terdiri dari: Susunan Saraf Pusat (SSP) dan Susunan Saraf

Tepi (Nn. Craniales + Nn. Spinales) .Susunan Saraf Pusat terdiri Encephalon dan

Medulla Spinalis. Otak atau ensefalon secara konvensional dibagi dalam 5 bagian
utama: telensefalon atau otak besar, diensefalon atau otak antara, mesensefalon

atau otak tengah, metensefalon atau otak belakang, dan mielensefalon atau

medulla oblongata (sambungan sumsum tulang). Telensefalon dan diensefalon

membentuk prosensefalon atau otak depan. Metensefalon dan mielensefalon

membentuk rombensefalon atau otak belah ketupat. Metensefalon terdiri dari pons

dan serebelum. Serebrum mencakup telensefalon, diensefalon dan otak tengah

bagian atas.

Serebrum sebagiannya terbagi dalam dua belahan hemisfer oleh suatu

fisura longitudinal vertical yang dalam. Sebuah hemisfer serebrum adalah

setengah bagian otak depan. Hemisfer serebrum meliputi struktur telensefalon

seperti korteks serebrum, zat putih yang dalam terhadap korteks, ganglia basal,

dan korpus kalosum. Sistem ventrikulus ialah rongga-rongga di dalam otak yang

berisi cairan serebrospinal. Sistem itu dibagi sebagai berikut: ventrikel lateral

ialah rongga di dalam hemisfer serebrum, ventrikel ketiga ialah rongga di dalam

diensefalon, akuaduktus serebrum (akuaduktus sylvii) ialah rongga di dalam

mesensefalon dan ventrikel keempat ialah rongga rombensefalon. Serebelum (otak

kecil) ialah bagian dorsal metensefalon yang mengembang.

Batang otak ialah istilah kolektif untuk diensefalon, mesensefalon dan

rombensefalon tanpa serebelum. Diensefalon kadang-kadang tidak dimasukkan ke

dalam batang otak. Batang otak dibagi menurut hubungan topografiknya dengan

tentorium dalam bagian supratentorium dan infratentorium. Diensefalon ialah

bagian bagian supratentorium dan otak tengah, pons dan sambungan sumsum
tulang belakang merupakan bagian infratentorium. Semua saraf otak kecuali saraf

penghidu dan saraf optik, muncul dari batang otak bagian infratentorium.

Fisiologi Susunan Saraf Pusat

Sistem saraf terdiri dari:

1. Reseptor sensoris reaksi segera memori pada otak.

2. Informasi ( medulla spinalis, substansia retikularis).

3. Efektor ke otot & kelenjar.

Fungsi sistem saraf adalah:

1. Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain.

2. Mengelola informasi sehingga dapat digunakan atau dapat menjadi jelas.

Tingkatan sistem saraf :

1. Tingkat medulla spinalis, sinyal sensoris dihantarkan melalui saraf-saraf

spinal menuju ke setiap segment Medulla Spinalis dan menyebabkan

respons motorik lokal.


2. Tingkat Otak Bagian. Bawah (Medulla Oblongata, pons, mesensephalon,

hipotalamus, talamus, serebellum, dan ganglia basalis) mengatur aktivitas

tubuh yang terjadi di bawah kesadaran.

3. Tingkat otak bagian atas atau tingkat kortikal, daerah tempat penyimpanan

informasi dan proses berpikir.

Patokan anatomis yag digunakan dalam pemetaan korteks serebri terdiri dari 4

lobus yaitu :

1. Lobus oksipitalis, untuk pengelolaan awal masukan penglihatan.

2. Lobus temporalis, untuk sensasi suara (Pendengaran).

3. Lobus parietalis, untuk menerima & mengolah masukan sensorik seperti

sentuhan, panas, tekanan, dingin dan nyeri dari permukaan tubuh.

4. Lobus frontalis, berfungsi :

1) Aktifitas motorik volunter.

2) Kemampuan berbicara.

3) Elaborasi pikiran.

Fungsi korteks serebri :

a. Persepsi sensorik

b. Kontrol gerakan volunter

c. Bahasa

d. Sifat pribadi

e. Proses berpikir, mengingat, kreatifitas


Fungsi Talamus :

a. Menerima impuls eksteroseptif dan proprioseptif

b. Stasiun penyambung yang mengirim impuls ke korteks serebri

c. Beberapa tingkat kesadaran

d. Pusat koordinasi timbulnya gerakan afektif, ekspresif yang terjadi sebagai

rangsangan emosional

e. Kontrol motorik yang termodifikasi

f. Bagian penting darir sistem aktivasi retikular ascedens

Fungsi Hipotalamus :

a. Mengatur fungsi homeostatik seperti kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran

urin dan asupan makanan.

b. Pusat primer dari sistem saraf otonom perifer.

c. Mengontrol emosi dan pola perilaku.

Fungsi Batang Otak :

Dibentuk oleh medulla oblongata, pons, dan mesencephalon.

a. Penyalur asenden dan desendens yang menghubungkan medulla spinalis

dengan pusat yang lebih tinggi.

b. Pusat-pusat refleks penting yang mengatur sistem respirasi, kardiovaskuler

dan kendali tingkat kesadaran.

c. Mengandung nuclei saraf kranial III sampai XII.

d. Memodulasi rasa nyeri.


e. Pusat yg bertanggungjawab untuk tidur.

f. Mengatur refleks-refleks otot yang terlibat dlm keseimbangan dan postur.

Medulla Spinalis

Berjalan melalui kanalis vertebralis dan dihubungkan dengan saraf spinalis.

Terdiri dari :

a. Substansia Grisea berbentuk seperti kupu-kupu (H) terdiri dari badan sel

saraf dan dendritnya

b. Substansia Alba tersusun menjadi traktus (jaras) yaitu :

a) Traktus Asendens (dari Medulla Spinalis ke Otak), menyalurkan

sinyal dari aferen ke otak.

b) Traktus Desendens (dari Otak ke Medulla Spinalis),menyampaikan

pesan - pesan dari otak ke neuron eferen.

Medulla Spinalis bertanggung jawab untuk integrasi banyak refleks dasar,

mempunyai 2 fungsi utama :

a. Sebagai penghubung untuk menyalurkan informasi antara otak dan

bagian tubuh lainnya.

b. Mengintegrasikan aktifitas refleks antara masukan aferen dan keluaran

eferen tanpa melibatkan otak, jenis aktifitas refleks ini dikenal sebagai

refleks spinal.
Serebelum

Serebelum penting dalam keseimbangan serta merencanakan dan melaksanakan

gerakan volunter. Terdiri dari :

a. Vestibuloserebellum, mempertahankan keseimbangan dan mengontrol

gerakan.

b. Spinoserebellum, mengatur tonus otot dan gerakan volunter yang terampil

dan terkoordinasi.

c. Serebroserebellum, dalam perencanaan dan inisiasi gerakan volunter

dengan memberikan masukan ke daerah motorik korteks.

Bentuk gangguan diskoordinasi gerakan otot akibat gangguan pada serebellum :

1. Asinergia: hilangnya kerjasama antar kelompok otot.

2. Disdiadokokinesis: ketidakmampuan untuk melakukan gerakan yang

berganti-ganti dangan cepat.

3. Dismetria: Gangguan kecepatan untuk memulai dan menghentikan

gerakan.

4. Ataksia: gangguan dalam kecepatan, kekuatan dan jurusan dari gerakan.

5. Tremor: sangat irreguler.

6. Nistagmus: Gangguan pergerakan bola mata.

7. Disartria: Gangguan akibat diskoordinasi gerakan otot-otot pernapasan,

otot pita suara & lidah.


C. Etiologi

Penyebab parkinson adalah adanya kemunduran atau kerusakan selsel

saraf pada basal ganglia sehingga pembentukan serta sumber dopamine menjadi

sedikit atau berkurang. Faktor penyebab kemunduran dari basal ganglia itu sendiri

masih belum diketahui, namun kemungkinan disebabkan karena faktor keturunan,

trauma, infeksi, pengobatan, terpapar racun, atherosklerosis dan tumor basal

ganglia (Ginsberg Lionel, 2008).

Etiologi parkinson primer belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan,

diantaranya ialah: infeksi oleh virus yang non- konvensional (belum diketahui),

reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat anti

toksin yang belum di ketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.

Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, terpatnya di substansi nigra.

Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.

Akibatnya penderita tidak bisa mengatur/ menahan gerakan–gerakan yang tidak

disadari. Mekanisme bagaiman kerusakan itu belum jelas benar.

Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:

1. Usia

Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200

dari 10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi

mikrogilial yang mempengaruhi kerusakan neurona, terutama pada

substansi nigra, pada penyakit parkinson.


2. Geografi

Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini

termaksud adanya perbedaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan

paparan terhadap faktor lingkungan.

3. Periode

Flukultasi jumlah penderita pnyakit arkinson tiap periode mungkin

berhubungan dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya

proses infeksi, indistrialisasi ataupun gaya hidup.

4. Genetik

Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningkatkan faktor

resiko penderita menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia

lebih dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia lebih dari 70 tahun, Meskipun

sangat jarang. jika disebakan oleh keturunan, gejala parkinsonisme tampak

pada usia relatif muda.

5. Faktor lingkungan.

Xenobiotik berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat

menimbulkan kerusan mitokondria.

6. Pekerjaan

Lebih banyak orang dengan paparan mental yang lebih tinggi dan lama.

7. Infeksi

Paparan virus influensa intrautero turut menjadi faktor faktor presdiposis

penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra.


8. Diet

Komsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah

satu mekanisma kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya

kopi merupakan neuroprotektif.

9. Trauma kepala

Cidera kranio serebral bisa menyebakan penyakit parkinson, meski

perannya masih belum jelas benar.

10. Stress dan depresi

Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala

motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson

karena pada stress dan depresi terjadi peningkatan turnover kotekolamin

yang memacu stress oksidati.

Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak

dan faktor-faktor lainnya seperti :

1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon

gejala penyakit Parkinson,

2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik,

toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

3. Parkinson juga disebabkan oleh obat antara lain: reserpin (serpasil),

phenithiszzives, butrophenous (contohnya haloperidol).


D. Manifestasi klinis

Manifestasi utama penyakit parkinson adalah gangguan gerakan, kaku

otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Tanda

awal meliputi kaku ekstremitas dan menjadi kaku pada bentuk semua gerakan.

Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai, mempertahankan, dan membentuk

aktifitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal.

Bersamaan dengan berlanjutnya penyakit, mulai timbul tremor, seringkali

pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan akhirnya

bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karekteristik tremor dapat

berupa: lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan

telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah

pil di antara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila pasien sedang berkonsentrasi

atau merasa cemas, dan muncul pada saat pasien istirahat.

Karakteristik lain penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan

gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan normal. Akhirnya ekstremitas

kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot,

wajah mengalami sedikit ekspresi dimana saat bicara wajah seperti topeng (sering

mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas.

Terdapat kehilangan refleks postural, dan pasien berdiri dengan kepala

cenderung ke depan dan berjalan seperti didorong. Kesukaran dalam berputar dan

hilangnya ke seimbangan (salah satunya kedepan atau kebelakang) dapat

menimbulkan sering jatuh.


Gambaran Klinis Parkinsonisme

a. Kepala membungkuk kedepan.

b. Tremor kepala dan tangan.

c. Gerakan tangan memutar.

d. Cara berjalan dengan kaki terseret dan seperti didorong.

e. Berdiri kaku.

f. Hilangnya reflek postural.

g. Akinesia.

h. Ekspresi wajah seperti topeng.

i. Kehilangan berat badan.

j. Mengeluarkan air liur.


E. PATOFISIOLOGI

Menurut Hall dan Guiton, (2008). Lesi utama tampak menyebabkan

hilangnya neuron pigmen, terutama neuron didalam substansia nigra pada otak.

Substansia nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang

memproyeksikan, serabut-serabut korpus striatum). Salah satu neurotransmiter

mayor didaerah otak ini dan bagian-bagian lain pada sistem persarafan pusat

adalah dopamin, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan

pada pusat kontrol gerakan. Walaupun dopamin normalnya ada dalam konsentrasi

tinggi dibagian-bagian otak tertentu, pada penyakit parkinson dopamin menipis

dalam substansia nigra dan korpus striatum. Penipisan kadar dopamin dalam basal

ganglia berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Aliran

darah serebral regional menurun pada klien dengan penyakit parkinson, dan ada

kejadian demensia yang tinggi. Data patologik dan biokimia menunjukan bahwa

klien demensia dengan penyakit parkinson mengalami penyakit penyerta

Alzheimer.

Pada kebanyakan klien, penyebab penyakit tersebut tidak diketahui

parkinsonisme arteriosklerotik terlihat lebih sering pada kelompok usia lanjut.

Kondisi ini menyertai ensefalitis, keracunan, atau tosisitas (mangan, karbon

monoksida), hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat. Krisis oligurik menyertai

parkinsonisme jenis pasca-ensetalitis spasme otot-otot konjugasi mata, mata

terfiksasi biasanya keatas, selama beberapa menit sampai beberapa jam. Sekarang
jarang ditemukan karena semakin sedikit klien dengan tipe parkinsonisme ini

yang masih hidup.

PHATWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Tarwoto, 2013

a. EEG ( terjadi perlambatan yang progresif).

b. CT Scan kepala (terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua

eks vakuo).

G. PENATALAKSANAAN

1. Medis

Sasaran tindakan adalah untuk meninggikan transmisi dopamin, terapi

obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa,

inhibitor monoamin oksidasi (MOA) dan antidepresi. Beberapa obat-obat

ini meyebabkan efek samping psikiatrik pada lansia.

a. Antihistamin

Antihistimin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan,

dapat membantu dalam menghilangkan tremor.

b. Terapi Antikolinergik

Agens-agens antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benztropin

mesilat) efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan parkinson. Obat-

obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agens ini

meniadakan aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat. Efek samping

mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah,

konstipasi, retensi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraokular dipantau

ketat karena obat-obat ini kontraindikasi pada pasien dengan glaukoma


sedikit sekalipun. Pasien-pasien dengan hiperplasia prostatik dipantau

terhadap adanya tanda-tanda retensi urine.

c. Amantadin hidrokhlorida

Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agens-agens antivirus yang

digunakan pada awal pengobatan penyakit parkinson untuk menurunkan

kekakuan, tremor dan bradikinesia. Agens ini di perkirakan bekerja

melalui pelepasan dopamin dari daerah penyimpanan di dalam saraf.

Reaksi efek samping terdiri dari gangguan psikiatrik (perubahan perasaan

hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium,

pusing, dan gangguan penglihatan.

d. Terapi levodopa

Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agens

yang paling efektif untuk pengobatan dan penyakit parkinson. Levodopa

diubah dari (MD4)L(MD4)dopa menjadi dopamin pada basal ganglia.

e. Diskinesia (gerakan involunter abnormal)

Efek samping yang hampir umum, dan meliputi wajah meringis, gerakan

tangan menjejak berirama, gerakan kepala singkat, gerakan mengunyah

dan memukul, dan gerakan involunter batang tubuh dan ekstremitas. f.

Levodopa selalu diberikan dalam kombinasi dengan inhibitor boksilase,

karbidopa (sinemet), yang memungkinkan konsentrasi levodopa lebih

besar untuk mencapai otak dan menurunkan efek samping perifer. Derivat

ergoet-agonis dopamin. Agens-agens ini (bromokriptin dan pergolid)

dianggap menjadi agonis reseptor dopamin agens ini bermanfaat bila


ditambahkan pasien yang mengalami reaksi on-off terhadap fluktuasi

klinis ringan.

g. Porgolid (permax)

Porgolid (permax) adalah agens paling baru dari klasifikasi ini. Agens ini

sepuluh kali lebih poten dari pada bromokriptin, walaupun demikian terapi

ini umumnya tidak dipilih. Respons pasien terhadap obat ini sangat

individual, dan untuk alasan-alasan yang tidak dipahami dengan baik

respons terhadap satu agens mungkin labih baik dari pada agens lain.

h. Inhibitor MAO

Eldepril (disebut Deprenyl di Eropa, dan dipasarkan di Amerika Serikat

sebagai selegilene) adalah salah satu dari perkembangan dalam

farmakoterapi penyakit parkinson. Obat ini menghabat pemecahan

dopamin, sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai. Telah

ditemukan untuk memperhalus fluktuasi dalam fungsi yang terjadi pada

penyakit ini, tidak seperti bentuk terapi lain agens ini secara nyata

memperlambat progresi penyakit.

i. Antidepresan

Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga

biasa terjadi pada penyakit parkinson.

2. Keperawatan

Penanganan penyakit parkinson yang tidak kalah pentingnya ini sering

terlupakan mungkin dianggap terlalu sederhana atau terlalu canggih.


a. Perawatan Penyakit Parkinson

Sebagai salah satu penyakit parkinson kronis yang diderita oleh manula,

maka perawatan tidak bisa hanya diserahkan kepada profesi paramedis,

melainkan kepada semua orang yang ada di sekitarnya.

b. Pendidikan

Dalam arti memberi penjelasan kepada penderita, keluarga dan care giver

tentang penyakit yang diderita. Hendaknya keterangan diberikan secara

rinci namun supportif dalam arti tidak makin membuat penderita cemas

atau takut. Ditimbulkan simpati dan empati dari anggota keluarganya

sehingga dukungan fisik dan psikik mereka menjadi maksimal.

c. Rehabilitasi

Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup

penderita dan menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta

mengatasi masalah-masalah sebagai berikut :

a) Abnormalitas gerakan

b) Kecenderungan postur tubuh yang salah

c) Gejala otonom

d) Gangguan perawatan diri (Activity of Daily Living – ADL)

e) Perubahan psikologik

Untuk mencapai tujuan diatas dapat dilakukan tindakan

sebagai berikut :

1) Terapi fisik: ROM ( range of motion)

a) Peregangan
b) Koreksi postur tubuh

c) Latihan koordinasi

d) Latihan jalan (gait training)

e) Latihan buli-buli dan rectum

f) Latihan kebugaran kardiopulmonar

g) Edukasi dan program latihan di rumah

2) Terapi okupasi

Memberikan program yang ditujukan terutama dalam hal pelaksanaan

aktivitas kehidupan sehari-hari.

a) Terapi wicara

Membantu penderita Parkinson dengan memberikan program

latihan pernapasan diafragma, evaluasi menelan, latihan disartria,

latihan bernapas dalam sebelum bicara. Latihan ini dapat

membantu memperbaiki volume berbicara, irama dan artikulasi.

b) Psikoterapi

Membuat program dengan melakukan intervensi psikoterapi

setelah melakukan asesmen mengenai fungsi kognitif, kepribadian,

status mental ,keluarga dan perilaku.

c) Terapi sosial medik

Berperan dalam melakukan asesmen dampak psikososial

lingkungan dan finansial, untuk maksud tersebut perlu dilakukan

kunjungan rumah/ lingkungan tempat bekerja.


d) Orthotik Prosthetik

Dapat membantu penderita Parkinson yang mengalami

ketidakstabilan postural, dengan membuatkan alat Bantu jalan

seperti tongkat atau walker.

3. Diet

Pada penderita parkinson ini sebenarnya tidaklah diperlukan suatu diet

yang khusus, akan tetapi diet penderita ini yang diberikan dengan tujuan

agar tidak terjadi kekurangan gizi, penurunan berat badan, dan

pengurangan jumlah massa otot, serta tidak terjadinya konstipasi.

Penderita dianjurkan untuk memakan makanan yang berimbang antara

komposisi serat dan air untuk mencegah terjadinya konstipasi, serta cukup

kalsium untuk mempertahankan struktur tulang agar tetap baik. Apabila

didapatkan penurunan motilitas usus dapat dipertimbangkan pemberian

laksan setiap beberapa hari sekali. Hindari makanan yang mengandung

alkohol atau berkalori tinggi.

4. Pembedahan :

Tindakan pembedahan untuk penyakit parkinson dilakukan bila penderita

tidak lagi memberikan respon terhadap pengobatan/intractable, yaitu

masih adanya gejala dua dari gejala utama penyakit parkinson (tremor,

rigiditas, bradi/akinesia, gait/postural instability), Fluktuasi motorik,

fenomena on-off, diskinesia karena obat, juga memberi respons baik

terhadap pembedahan.
H. Komplikasi

Menurut Deem Steven, 2007 Komplikasi Parkinson adalah

1. Gangguan motorik

2. Kerusakan berjalan, keseimbangan dan postur.

3. Gangguan autonom

4. Dimensia

5. Depresi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.M

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. M

Umur : 86 Tahun

Agama : Islam

Alamat Asal : Kereteg Rw03/Rt04 Desa Margamukti Sumedang

Tanggal datang : 06 Oktober 2020

2. DATA KELUARGA

Nama : Ny.K

Hubungan : Anak

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kereteg Rw03/Rt04 Desa Margamukti Sumedang

Telp :-

3. STATUS KESEHATAN SEKARANG

Keluhan Utama : Tangan Bergetar

Pengetahuan, usaha yang dilakuan untuk mengatasi keluhan :

Pasien mengatakan belum pernah mengobati penyakitnya ke dokter,

karena pasien merasa sakitnya merupakan penyakit karena usianya yang

semakin tua sehingga pasien tidak pernah mengobati gemeternya tersebut.

Awalnya pasien mengurangi gemeternya dengan mengurangi aktivitasnya.

4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES

MENUA)
FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum :

TD : 160/90 mmHg

Nadi : 60 x/menit

R : 19 x/menit

Pasien mengatakan kelelahan jika banyak melakukan aktivitas. Ada

perubahan berat badan dari sebelumnya karena adanya penurunan nafsu

makan akibat dari giginya yang sudah tidak ada, tidak mempunyai

masalah tidur, kemampuan ADL mandiri.

2. Integumen

Tidak mempunyai masalah dalam integumen

3. Hematopoetic

Tidak mempunyai masalah

4. Kepala

Simetris, berambut bersih berwarna putih, muka tidak pucat


Pasien mengatakan pusing jika melakukan aktivitas yang berlebihan

5. Mata

Konjungtivitis merah muda, sklera putih.

Pasien mengatakan ada perubahan pelihatan, penglihatannya mulai kabur.

6. Telinga

Telinga simetris anatara kanan dan kiri, pendengaran sudah menurun,

tidak ada keluar cairan dari telinga. Tidak menggunakan alat bantu dengar.

7. Hidung Sinus

Lubang hidung normal simetris


8. Mulut, tenggorokan

Bibir tidak kering.


Ada perubahan rasa, dan nafsu makan berkurang, tidak menggunakan gigi
palsu.
Pasien mengatakan susah bicara.
9. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis.
10. Pernafasan
Suara paru vesikuler, tidak terdengar suara tambahan di paru, perkusi paru
resonan.
11. Kardiovaskuler
bunyi jantung S1-S2 reguler murni.
12. Gastrointestinal
Sklera putih bersih, mukosa bibir sedikit kering, jumlah gigi sudah tidak
lengkap, bentuk abdomen cembung, BU 9 x / menit, perkusi timpani dan
dulness pada hati, tidak ada nyeri tekan dan pembesaran hati.
13. Perkemihan
Tidak ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, kandung kemih terasa
kosong, tidak ada keluhan pada saat berkemih.
14. Reproduksi
Sudah tidak menstruasi
15. Muskuloskeletal
16. Persyarafan
 N 1 (Olfaktorius /penciuman)
Saat dilakukan pengkajian pemeriksaan pada N1,klien bisa
membedakan bau dengan baik.
 N II (opticus/ketajaman penglihatan)
Saat dilakukan pengkajian pemeriksaan pada N II,klien bisa
melihat huruf/angka yang di lihatkan,penglihatan klien sudah kabur
dan tidak jelas karna faktor usia.
 N III, IV dan VI (okulomotorius, trokhlearis dan abdusen /mengangkat
kelopak mata)
Saat dilakukan pengkajian pada N III, IV dan VI, pada saat klien
disuruh untuk buka mata dan mengangkat kelopak mata klien bisa
melakukannya tidak ada gangguan pada otot mata.
 N V (trigeminus/otot wajah)
Saat dilakukan pengkajian pada N V tidak ada gangguan, ada
reflek berkedip.
 N VII (facialis/ekspresi wajah, indra perasa 2/3 lidah anterior).
Saat dilakukan pengkajian di minta klien untuk tersenyum,
mengangkat alis mata, dan mengkerutkan dahi, menutup mata
klien mampu melakukannya.
 N VIII (vestibulokoklearis/keseimbangan dan pendengaran)
Pada saat dilakukan pengkajian N VIII kemampuan pendengaran
klien sudah terganggu karna faktor usia.
 N IX dan X (glosofaringeus dan vagus/menelan)
Saat dilakukan pengkajian klien masih bisa menelan.
 N XI (aksesorius)
Saat dilakukan pengkajian pada N XI klien bisa menggerakkan
kepala dan pada saat diminta untuk mengangkat sendok klien tidak
bisa karna kelemahan otot dan tremor.
 N XII (Hipoglasus/kekuatan otot lidah)
Pada saat klien diminta untuk menjulurkan lidah klien mampu
Melakukannya.
Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

Keperawatan
1. DS : Gangguan Hambatan
neuromaskular,
- Klien mengatakan mobilitas fisik
kekakuan dan
tidak bisa
kelemahan otot
mengangkat benda

ringan seperti

sendok, garpu,

mangkok.

- Klien mengatakan

tangannya selalu

bergetar kecuali

pada saat tidur.

DO :
Kekuatan otot klien

5 4

5 5

TD :

160/90 mmHg

Nadi : 60

x/menit

- Klien terlihat lemah

dan tremor
- Klien tampak sulit

menggerakan

ektermitas kanan

atas.
2. DS : - klien mengatan Aliran darah ke serbral Gangguan

susah bicara komunikasi


regional
DO : - kata-kata yang verbal
Manifestasi psikiatrik
diucapkan pasien tidak
Perubahan kepribadian
jelas

Kognitif persepsi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan kekakuan dan

kelemahan otot

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan

kognitif dan persepsi


INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL

O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL


1. Hambatan Mobilisasi Setelah dilakukan asuhan 1. periksa kemampuan dan 1. mengidentifikasi kemungkinan

fisik berhubungan keperawatan selama 2 keadaan secara fungsional kerusakan secara fungsional dan

dengan kekakuan dan kali pertemuan klien pada kerusakan yang terjadi mempengaruhi pilihan intervensi

kelemahan otot diharapkan dapat 2. kaji derajat immobilisasi yang akan dilakukan

mendemontrasikan dengan menggunakan skala 2. pasien mampu mandiri (0).

prilaku yang ketergantungan (0-4) Memerlukan bantuan/peralatan

memungkinkan aktivitas. 3. berikan dan bantu untuk yang minimal (nilai 1),

Kruteria hasil : melakukan latihan rentang memerlukan bantuan

Tremor,bradikinesia, dan gerak. sedang/dengan

rigiditas pasien pengawasan/diajarkan (nilai 2),

berkurang atau hilang memerlukan bantuan/peralatan


yang terus menerus dan alat-alat

khusus (nilai 3), tergantung

secara total pada pemberi asuhan

(nilai 4).
2. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan asuhan 1. Ajarkan klien latihan wajah 1. dengan melalukan latihan

verbal berhubungan keperawatan selama 2 dan menggunakan metode wajah dengan metode nafas

dengan penurunan kali pertemuan klien bernafas maka akan memperbaiki kata-

fungsi kognitif dan diharapkan dapat 2. Anjurkan untuk melakukan kata, volume dan intonasi bicara

persepsi memaksimalkan nafas dalam sebelum berbicara klien.

kemampuan untuk meningkatkan volume 2. dengan menggunakan terapi ini

berkomunikasi. suara dan jumlah kata dalam maka gangguan komunikasi klien

Kriteria hasil : klien kalimat setiap bernafas dapat diperbaiki.

dapat menunjukan

adanya perubahan

komunikasi, dan dapat


berbicara dengan jelas.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA NY.M

N TANGGAL DIAGNOSA TINDAKAN PARAF

O
1 7 Oktober 2020 Hambatan mobilisasi fisik  memeriksa kemampuan dan keadaan secara

berhubungan dengan fungsional pada kerusakan yang terjadi.

kekakuan dan kelemahan  mengkaji derajat immobilisasi dengan

otot pada Ny. M menggunakan skala ketergantungan (0-4)

 memberikan dan membantu klien untuk

melakukan latihan rentang gerak.

2. 7 Oktober 2020 Gangguan komunikasi  Mengajarkan klien latihan wajah dan

verbal berhubungan dengan menggunakan metode bernafas

penurunan fungsi kignitif  Menganjurkan untuk melakukan nafas dalam


dan persepsi sebelum berbicara untuk meningkatkan volume

suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap

bernafas

EVALUASI
No. Tanggal Diagnosa Catatan perkembangan Paraf
1. Oktober 2020 Hambatan mobilisasi fisik 1. Mampu mengenal masalah
berhubungan dengan kekakuan dan
S:
kelemahan otot pada Ny. M
Ny. K mampu melakukan latihan gerak

O:

Ny. K kurang aktif dalam melakukan

latihan gerak.

A: masalah belum teratasi

P: evaluasi pada pertemuan berikutnya.

2. Oktober 2020 Gangguan komunikasi verbal


2. Mampu mengenal masalah
berhubungan dengan penurunan
fungsi kignitif dan persepsi S:

Ny. K mampu melakukan terapi nafas

dalam sebelum berbicara


O:

Ny. K kurang masih kurang jelas dalam

berbicara

A: masalah belum teratasi

P: evaluasi pada pertemuan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai