DISUSUN OLEH :
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa menurut America psychiatric association dalam DSM IV-TR adalah
sindrom perilaku yang secara klinik bermakna atau sindrom psikologis atau pola yang di
hubungkan dengan kejadian distress pada seseorang atau ketidakmampuan atau peningkatan
secara signifikan resiko untuk kematian, sakit, ketidakmampuan atau hilang rasa bebas.
Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif terhadap stressor dari dalam dan luar lingkungn
yang berhubungan dengan perasaan dan perilaku yang sejalan dengan budaya, kebiasaan,
norma setempat dan mempengaruhi interaksi sosial individu, kegiatan dan fungsi tubuh
(Towsand 2009, di kutip dalam Lelono, 2015).
Masalah-masalah kesehatan jiwa yang selalu muncul dan bahkan dapat terjadi pada
setiap klien yang mengalami gangguan jiwa adalah defisit perawatan diri karena merupakan
suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas-aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan, BAB/BAK (Fitria, 2009).
Menurut WHO (2013), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari
penduduk dunia yang pernah menderita maslah kesehatan jiwa, 1% di anataranya adalah
gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang tinggi,
setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun
perilaku.
Defisit perawatan diri suatu permasalahan dimana kondisi pada seseoarang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam beraktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi, berpakaian, makan, BAB dan BAK. Prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis atau
skizofrenia) di Indonesia sebesar 1,7 per mil dengan jumlah seluruh responden sebanyak
1.728 orang (Riskesdas, 2013).
Dampak dari defisit perawatan diri secara fisik yaitu: gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, resiko infeksi pada mata dan telingga, serta gangguan fisik pada
kuku, selain itu juga berdampak pada masalah psikososial seperti gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan
gangguan interaksi sosial (Parendrawati, 2009).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada klien mengalami defisit perawatan diri?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dilaksanakan asuhan keperawatan klien yang mengalami defisit perawatan diri.
2. Tujuan khusus
a. Dilakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami defisit perawatan
diri.
b. Ditetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami defisit perawatan
diri.
c. Disusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami defisit perawatan
diri.
d. Dilaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami defisit perawatan
diri.
e. Dilakukan evaluasi pada klien yang mengalami defisit perawatan diri.
D. Manfaat
a. Dari hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan dalam upaya
meningkatkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan terhadap defisit
perawatan diri pada gangguan jiwa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi kepada klien dalam upaya
menurunkan gangguan jiwa pada masalah defisit perawatan diri.
c.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah Utama
Defisit Perawatan Diri
B. Proses Terjadinya
a. Definisi
Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya.(Depkes, 2000 dalam Wibowo, 2009).
Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa Personal
Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Wahit Iqbal Mubarak (2007), juga mengemukakan
bahwa higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperolah kesejahteraan fisik dan psikologis.
Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri dinyatakan mengalami
defisit perawatan diri.Nurjannah (2004), dalam Wibowo (2009), mengemukakan bahwa
Defisit Perawatan Diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009), Kurang Perawatan
Diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan
untuk dirinya.
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak memperdulikan
perawatan diri.Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga dan masyarakat
(Keliat, 2009).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit perawatan
diri.Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang berhubungan
dengan keadaannya sehingga terjadilah defisit perawatan diri (Muslim, 2010).
b. Predisposisi
1. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
3. Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri
4. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri
c. Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. (Depkes,
2000, dalam Anonim, 2009) Sedangkan Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam
Anonim(2009), meyatakan bahwa kurangnya perawatan diri disebabkan oleh :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang mengalami Defisit
Perawatan Diri adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki
tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh kemampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada
tempatnya.
d. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK (Keliat, 2009).
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat juga
menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran
pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit, atau timbul penyakit yang
lainnya (Harist, 2011).
f. Rentang Respon
g. Sumber koping
Menurut (Herdman, 2012), kemampuan individu yang harus dimiliki oleh
klien defisit perawatan diri adalah kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri dalam hal pemenuhan kebutuhan mandi, berhias, makan dan
minum, serta toileting.
h. Mekanisme koping
Mekanisme koping di bagi menjadi 2 yaitu:
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar
dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
b. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasi lingkungan.
Kategori tidak mau merawat diri.
i. Pohon Masalah
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn.M
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum nikah
Orang yang berarti : Ibu
Pekerjaan :-
Pendidikan : SD
Tanggal masuk :-
Tanggal Pengkajian : 26 Oktober 2020
Diagnosis medik : Skizofernia
2. Faktor predisposisi :
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Klien mengatakan sebelumnya tidak
pernah mengalami gangguan jiwa.
b. Pengobatan sebelumnya : -
c. Riwayat Penganiayaan : Klien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan
atau dianiaya dalam keluarga.
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
1. Aniaya fisik /......... /......... /.........
2. Aniaya seksual /......... /......... /.........
3. Penolakan /......... /......... /.........
4. Kekerasan dalam keluarga /......... /......... /.........
5. Tindakan kriminal /......... /......... /.........
Masalah Keperawatan : -
Petunjuk :
Tanyakan apakah pasien pernah memiliki riwayat penganiayaan
1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Klien mengatakan
tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti klien
Hubungan keluarga : -
Gejala : -
Riwayat pengobatan : -
Masalah keperawatan : -
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Klien mengatakan pengalaman
masa lalu yang tidak menyenangkan adalah ketika klien hanya lulusan SD sehingga
klien susah mencari pekerjaan, dan di asingkan temannya, dan tidak bisa
membahagiakan orang tuanya
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
3. Pengkajian Fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : 110/80mmHg
N : 80x/menit
R : 20x/menit
S : 36,5oC
b. Ukur
TB : 166 cm
BB : 66 kg
c. Keluhan fisik : Saat ini klien tidak mengalami keluhan fisik.
4. Genogram
Ket :
: Meninggal : Klien
: Laki-laki
Masalah Keperawatan : -
5. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya dan menerima
keadaan yang telah dianugrahkan padanya.
b. Identitas : Klien mengatakan seorang laki-laki berusia 34 tahun, klien belum pernah
menikah, dan hanya lulusan SD
c. Peran : Klien mengatakan peran didalam keluarganya masih sebagai seorang anak
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin sembuh.
e. Harga diri : Klien mengatakan bahwa merasa malu. Klien sesekali menundukkan
kepala
Masalah keperawatan : Harga diri rendah
6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang terdekat adalah ibunya
b. Peran serta dalam kelompok : Klien mengatakan tidak mempunyai kegiatan kelompok
dimasyarakat klien mengatakan malas untuk berhubungan dengan orang lain
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan lebih suka
menyendiri, klien diam, klien malas bergabung dengan temannya
Masalah keperawatan : Isolasi sosial
7. Spritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan beragama islam dan percaya kepada Allah
SWT.
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan sholat, jika ada kegiatan mengaji klien tidak mau
mengikuti
8. Status mental
a. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut acak-acakan, lengan baju
digulung-gulung, baju kotor dan jarang mau ganti baju, bau mulut dan bau badan,
kuku panjang.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
b. Pembicaraan : Pembicaraan klien lambat dan kurang jelas klien masih dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan.
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
c. Aktivitas Motorik : Klien tampak lesu dan malas dalam melakukan aktivitas
diruangan dan suka disuruh atau mau melakukan aktivitas yang klien sukai, klien
gelisah, klien tampak sendiri, klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
d. Interaksi selama wawancara : Klien kooperatif kontak mata klien tajam dan kadang-
kadang kontak mata tidak menatap.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial
e. Alam Perasaan : Klien merasa sedih dirawat dirumah sakit jiwa karena merasa
diasingkan oleh keluarganya, wajah klien tampak sedih, klien sesekali menundukkan
kepala.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
f. Daya tilik diri : Klien mengatakan saat ini sedang berada dirumah. Klien mengatakan
bahwa dirinya tidak mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Koping individu tidak efektif
B. Analisa Data
DO :
- Rambut klien acak-acakan
- Klien bau badan
- Kuku klien tampak panjang
- Mulut klien kotor dan bau.
- Baju klien tampak kotor
- Klien jarang ganti baju
C. Pohon Masalah
Resiko halusinasi
Isolasi sosial
D. Diagnosa
Defisit Perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis dibuktikan dengan
DS :
- Klien mengatakan malas mandi
- Klien mengatakan malas menggosok gigi dan keramas
- Klien mengatakan malas memotong kuku
- Klien mengatakan setiap makan dan minum, klien tidak mencuci tangan.
DO :
- Rambut klien acak-acakan
- Klien bau badan
- Kuku klien tampak panjang
- Mulut klien kotor dan bau.
- Baju klien tampak kotor
- Klien jarang ganti baju.
E. Tindakan Keperawatan
Inisial Klien : Tn.M
Alamat : Teling, Kecamatan Girian Atas
Nama Mahasiswa: Geby Veren.M. Ladi
Tindakan Keperawatan
DO :
- Rambut klien acak-acakan
- Klien bau badan
- Kuku klien tampak panjang
- Mulut klien kotor dan bau.
- Baju klien tampak kotor
- Klien jarang ganti baju
Defisit Perawatan diri berhubungan 1. Mengidentifikasi usia dan budaya Rabu, 28 S : Klien mengatakan merasa
dengan gangguan psikologis dalam membantu Oktober 2020 segar dan terlihat lebih keren.
dibuktikan dengan berpakaian/berhias
DS : 2. Memfasilitasi mengenakan 09.10-10.00 O : Klien terlihat lebih rapi.
- Klien mengatakan malas pakaian
mandi 3. Menjaga privasi selama A : Masalah teratasi sebagian
- Klien mengatakan malas berpakaian
menggosok gigi dan keramas 4. Mengajarkan mengenakan P : Pertahankan intervensi
- Klien mengatakan malas pakaian.
memotong kuku 5. Memfasilitasi berhias
- Klien mengatakan setiap 6. Mempertahankan kebiasaan
makan dan minum, klien tidak kebersihan diri.
mencuci tangan.
DO :
- Rambut klien acak-acakan
- Klien bau badan
- Kuku klien tampak panjang
- Mulut klien kotor dan bau.
- Baju klien tampak kotor
- Klien jarang ganti baju
Defisit Perawatan diri berhubungan 1. Melakukan oral hygiene sebelum Kamis, 29 S : Klien mengatakan merasa
dengan gangguan psikologis makan Oktober 2020 lebih bersih
dibuktikan dengan 2. Mengatur posisi yang nyaman
DS : untuk makan/minum. 11.10-12.12 O : Klien terlihat rapi dan bersih
- Klien mengatakan malas 3. Memberikan bantuan saat
mandi makan/minum sesuain tingkat A : Masalah teratasi
- Klien mengatakan malas kemandirian.
menggosok gigi dan keramas 4. Memonitor kemampuan menelan P : Hentikan Intervensi
- Klien mengatakan malas 5. Pertahankan kebiasaan kebersihan
memotong kuku diri.
- Klien mengatakan setiap
makan dan minum, klien tidak
mencuci tangan.
DO :
- Rambut klien acak-acakan
- Klien bau badan
- Kuku klien tampak panjang
- Mulut klien kotor dan bau.
- Baju klien tampak kotor
- Klien jarang ganti baju
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang penulis temui selama melakukan asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien Tn.M dengan gangguan Defisit Perawatan Diri, mulai
dari tanggal 27-29 Oktober 2020 di Desa Teling Kecamatan Girian Atas.
1. Pengkajian
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data pengkajian meliputi aspek
identitas klien, faktor predisposisi, fisik, spiritual, hubungan sosial dan status mental.
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dengan Tn. M.
Setelah mendapatkan data klien, data-data tersebut dianalisa dan ditegakkan sebagai
diagnosa keperawatan. Data subjektif Tn.M mengatakan klien malas mandi, malas
menggosok gigi dan keramas, malas memotong kuku dan setiap makan dan minum,
klien tidak mencuci tangan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang diangkat pada kasus ini sesuai dengan data-data dari pengkajian
dan disesuaikan dengan buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia didapatkan 1
diagnosa yaitu Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan gangguan psikologis
dibuktikan dengan data subjektif dan data objektif yang ada.
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan pada kasus ini disusun dengan menggunakan beberapa
komponen antara lain penentuan tujuan dan kriteria hasil. Intervensi yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dari klien serta menggunakan buku Standar
Luaran Keperawatan Indonesia dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksaan tindakan keperawatan disesduaikan dengan inetervensi yang
telah disusun. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah
yang dihadapi klien. Sebelum melakukan tindakan keperawatan penulis membangun
hubungan saling percaya dengan klien sehingga mempermudah pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penentu dari respon klien terhadap tindakan
keperawatan dan sejauh mana tujuan tindakan keperawatan tercapai. Pada kasus
defisit perawatan diri Tn. M evaluasi yang penulis dapatkan yaitu pada defisit
perawatan diri klien mampu melakukan perawatan diri. Secara keseluruhan proses
asuhan keperawatan tidak terlepas dari kerjasama dan partisipasi akitif dari klien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan proses keperawatan yang dilakukan pada Tn.M dari tanggal 27-
29 Oktober 2020 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
B. Saran
Diharapkan klien dapat melaksanakan semua tindakan perawatan diri yang sudah
diajarkan secara teratur, serta untuk keluarga diharapkan dapat selalu mengingatkan klien
untuk selalu melaksanakan perawatan diri pada klien.
C.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/31102/14/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
https://id.scribd.com/doc/87411791/Sap-Defisit-Perawatan-Diri
Lampiran
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
a. Data Subjektif :
- Klien mengatakan malas mandi
- Klien mengatakan malas menggosok gigi dan keramas
- Klien mengatakan malas memotong kuku
- Klien mengatakan setiap makan dan minum, klien tidak mencuci tangan.
b. Data Objektif :
- Rambut klien acak-acakan
- Klien bau badan
- Kuku klien tampak panjang
- Mulut klien kotor dan bau.
- Baju klien tampak kotor
- Klien jarang ganti baju.
2. Diagnosis Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Keperawatan :
a. Tujuan Khusus :
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
b. Tindakan Keperawatan
Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Tn.M setelah mandi dan mengganti pakaian? Coba Tn.M
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah Tn.M lakukan tadi?
Bagus sekali sekarang Tn.M sudah tahu manfaat dan cara mandi yang baik”.
2. Evaluasi perawat/ objektif
“Ternyata Tn.M masih memiliki kemampuan yang baik dalam menjaga kebersihan
diri. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan tiap hari ya”.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
a. Data Subjektif :
- Klien mengatakan merasa segar setelah mandi
b. Data Objektif :
- Tn.M terlihat duduk disalah satu sudut ruangan sambil memegang rambut yang
basah.
- Klien terlihat menggunakan pakaian dengan kancing baju yang tidak terpasang.
2. Diagnosis Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Keperawatan :
a. Tujuan Khusus :
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
b. Tindakan Keperawatan
Membantu klien latihan berhias
Berpakaian
Menyisir rambut
Berhias
B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, masih ingat dengan saya Tn.M?
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Tn.M memegang kepala, kenapa? Bagaimana perasaan Tn.M
setelah melakukan kegiatan mandi?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang berhias diri?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Tn.M mau kita
ngobrolnya 20 menit saja ya”.
Tempat: “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Tn.M? Oh jadi kita ngobrolnya diruang
ini saja ya”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Tn.M setelah latihan berdandan?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Tn.M terlihat segar dan ganteng”
b. Tindakan lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Tn.M setelah melakukan kegiatan
mandi kemudian melakukan cara berdandan yang baik dan benar sesuai dengan latihan
kita hari ini. Beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau
diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi pasien
a. Data Subjektif : -
b. Data Objektif :
- Tn.M terlihat duduk disalah satu kursi di dekat meja makan.
- Tn.M terlihat rapi dengan rambut yang disisir.
2. Diagnosis Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Keperawatan :
a. Tujuan Khusus :
Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
b. Tindakan Keperawatan
Menjelaskan cara persiapkan makanan
Menjelaskan cara makan yang tertib
Menjelaskan cara merapikan peralatam makan setelah makan
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Tn.M setelah latihan cara makan yang baik?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Tn.M terlihat rapi dan bersih”
c. Terminasi
“Baiklah, kegiatan kita selama 3 hari ini telah selesai. Semoga apa yang sudah
diajarkan kepada Tn.M dan keluarga tentang cara perawatan diri dapat dilakukan setiap
hari ya. Terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.”
LAPORAN KEGIATAN HARIAN
NIM : 711440118040
JAM KEGIATAN
09.00 Mengkaji klien Tn.
15.30 Menerima bimbingan dari CI
JAM KEGIATAN
09.00 Mengidentifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri
09.05 Memonitor kebersihan tubuh
09.10 Menyediakan peralatan mandi
09.45 Memfasilitasi menggosok gigi
10.00 Menjelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan.
JAM KEGIATAN
09.10 Mengidentifikasi usia dan budaya dalam membantu berpakaian/berhias
09.26 Memfasilitasi mengenakan pakaian
09.34 Menjaga privasi selama berpakaian
09.35 Mengajarkan mengenakan pakaian.
09.45 Memfasilitasi berhias
10.00 Mempertahankan kebiasaan kebersihan diri.
JAM KEGIATAN
11.10 Melakukan oral hygiene sebelum makan.
11.20 Mengatur posisi yang nyaman untuk makan/minum.
11.25 Memberikan bantuan saat makan/minum sesuai tingkat kemandirian klien.
11.30 Memonitor kemampuan menelan
12.12 Mempertahankan kebiasaan kebersihan diri.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Instruksional Umum :
Setelah menerima pendidikan kesehatan tentang defisit perawatan diri, pasien serta
keluarga pasien mampu memahami dan menyadari pentingnya defisit perawatan diri.
2. Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah menerima pendidikan kesehatan, diharapkan klien serta keluarga mampu :
Menjelaskan pengertian defisit perawatan diri
Menyebutkan penyebab defisit perawatan diri
Menyebutkan tanda dan gejala defisit perawatan diri
Menyebutkan komponen kebersihan diri
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
Menjelaskan akibat dari defisit perawatan diri
Menjelaskan cara perawatan kebersihan diri
B. Materi
1. Pengertian defisit perawatan diri
2. Penyebab defisit perawatan diri
3. Tanda dan gejala defisit perawatan diri
4. Komponen kebersihan diri
5. Pentingnya kebersihan diri
6. Akibat dari defisit perawatan diri
7. Cara perawatan kebersihan diri
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
D. Media atau Alat Bantu
1. Leafleat berisi gambar dan tulisan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
serta akibat dari defisit perawatan diri
2. Laptop
3. LCD
E. Evaluasi Pembelajaran
1. Tes awal cara mengajukan pertanyaan lisan.
Apakah pernah mengenal istilah defisit perawatan diri?
Apa saja penyebab defisit perawatan diri?
Apa saja tanda dan gejala defisit perawatan diri?
Apa saja komponen kebersihan diri?
Apa pentingnya kebersihan diri?
Apa akibat defisit perawatan diri?
Bagaimana perawatan kebersihan diri?
2. Tes akhir dengan cara mengajukan pertanyaan lisan yang sama dengan pertanyaan
pada tes awal.
F. Proses Penyuluhan
Memperhatika
n
2. Pelaksanaan 30 menit Menjelaskan pengertian Memperhatikan
defisit perawatan diri
Menyebutkan penyebab Memperhatikan
defisit perawatan diri
Menyebutkan tanda dan Memperhatikan
gejala defisit perawatan diri
Memberi kesempatan kepada Bertanya
peserta untuk bertanya dengan penuh
antusias
Menyebutkan komponen Memperhatikan
kebersihan diri
Menjelaskan pentingnya Memperhatikan
kebersihan diri
Menjelaskan akibat Memperhatikan
dari defisit perawatan diri
Menjelaskan cara Memperhatikan
perawatan kebersihan diri
Memberi kesempatan kepada
Bertanya
peserta untuk bertanya
dengan penuh
antusias
3. Evaluasi 5 menit Menanyakan kepada peserta
tentang materi yang telah
diberikan dan memberi Menjawab
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Pasien dan keluarga/sasaran hadir dalam kegiatan penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan diadakan di Ruang Jiwa Pav-6 Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya (SAP,
Leafleat)
2. Evaluasi Proses
Pasien dan keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
Pasien dan keluarga tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum penyuluhan
selesai
Pasien dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
3. Evaluasi Hasil
Pasien dan keluarga mengenal istilah defisit perawatan diri
Pasien dan keluarga mengetahui penyebab defisit perawatan diri
Pasien dan keluarga mengetahui tanda dan gejala defisit perawatan diri
Pasien dan keluarga mengetahui komponen kebersihan diri
Pasien dan keluarga mengetahui pentingnya kebersihan diri
Pasien dan keluarga mengetahui akibat dari defisit perawatan diri
Pasien dan keluarga mengetahui cara perawatan kebersihan diri
MATERI SAP “DEFISIT PERAWATAN DIRI”
A. Pengertian
Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik. Manusia perlu
menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak
menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kebersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri, seperti mandi, menyikat gigi, mencuci
tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Mencuci adalah salah satu cara menjaga
kebersihan dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen. Mencuci tangan dengan
sabun atau menggunakan produk kebersihan tangan merupakan cara terbaik dalam mencegah
penularan influenza dan batuk-pilek. Orang yang memiliki penampilan serta gaya yang jorok
akan dijauhi dari pergaulan sehari-hari dan akan sulit mendapat teman, pacar, jodoh,
pekerjaan, kepercayaan dan lain-lain.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri (Depkes: 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, defisit perawatan diri ialah suatu
kondisi seseorang dimana seseorang yang mengalami kelemahan melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) secara mandiri.
B. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah
kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
a) Faktor predisposisi
Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
Kemampuan realitas turun : Pasien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b) Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
F. Akibat
Defisit perawatan diri berdampak pada fisik maupun psikis pada diri seseorang.
a) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang sering diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi
adalah gangguan intregitas kulit (badan gatal-gatal dan terkena penyakit kulit), rambut
dipenuhi kutu atau ketombe, gangguan membran mukosa mulut (karies gigi, gigi
berlubang, sakit gigi dan bau mulut), infeksi pada mata, gangguan pendengaran akibat
penumpukan kotoran telinga dan dapat menimbulkan infeksi pada telinga, serta
gangguan fisik pada kuku yang dapat menjadi penyebab kuman penyakit (seperti,
penyakit saluran pencernaan, diare/sakit perut).
b) Dampak psikososial
Masalah yang muncul pada personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan di cintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi dan
ganguan interaksi sosial (dijauhi orang).
Bersihkan daerah mata dari arah luar ke dalam (bersihkan kotoran mata yang
menempel pada sudut kelopak mata)
Bila mata kemasukan benda segera keluarkan menggunakan kain atau tissue yang
lembut, lakukan dengan hati-hati
Bila mata terkena air sabun segera cuci menggunakan air bersih
c) Cara menjaga kebersihan telinga dan hidung
Bersihkan hidung dan telinga secara rutin ( 1-2 mg/1x) lakukan dengan hati-hati
menggunakan alat yang bersih dan aman.
d) Cara menjaga kebersihan gigi dan mulut
Sikat gigi minimal 2 kali sehari yaitu, setiap selesai makan dan sebelum tidur
dengan cara yang benar dan teratur
e) Cara menjaga kebersihan badan
Mandi menggunakan sabun mandi secara rutin minimal 2 kali sehari (bila perlu
lakukan lebih sering bila kerja ditempat kotor/banyak berkeringat)
Gunakan pakaian yang bersih dan rapi (pakaian diganti 1 x/hr atau bila pakaian
sudah kotor/basah)
Bila terkena jamur kulit, lakukan mandi seperti biasa. Hindari penggunaan pakaian,
handuk, selimut, sabun mandi, dan sarung secara berjamah. Hindari penggunaan
pakaian yang lembab/basah (karena keringat/sebab lain). Gunakan obat anti jamur
kulit (bila perlu).
f) Cara menjaga kebersihan tangan dan kaki
Bersihkan tangan dan kaki sehari minimal 2x/hari atau setiap kotor.
Menjaga kebersihan diri, mencegah penyakit diare/mencret-mencret, mencegah
penyakit cacingan, mencegah penyakit typhus, dan mencegah penyakit flu burung.
Cuci tangan bisa dilakukan pada waktu sebelum dan setelah makan, sebelum
melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari ke dalam mulut atau mata,
setelah BAK dan BAB, setelah membuang ingus, setelah membuang sampah,
setelah bermain dengan hewan/unggas dan hewan peliharaan, sebelum
memasukkan dan mengeluarkan lensa kontak, dan sebelum mengobati luka.
Potong kuku 1 kali/minggu atau saat terlihat panjang ( gunakan pemotong kuku
dan setelah dipotong ujung kuku dihaluskan/dikikir)
Gunakan alas kaki yang lembut, aman, dan nyaman.
g) Cara menjaga alat kelamin
1. Wanita:
Jaga kebersihan selama menstruasi, Kebersihan pada saat siklus menstruasi
sangatlah penting untuk menghindari masalah vagina. Hindari menggunakan
pembalut yang beraroma (parfum) dan mengangdung gel, karena dapat
menimbulkan iritasi dan gatal pada vagina. Selain itu, selalu menjaga daerah
vagina tetap bersih dan kering. Ganti pembalut jika terdapat gumpalan darah di
atas pembalut, yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan bakteri dan jamur.
Basuh vagina dengan air besih dan mengalir, Untuk menghindari masuknya
bakteri dan jamur, basuhlah organ intim dengan air bersih dari arah depan ke
belakang (vagina ke anus). Selain itu, selalu gunakan air yang mengalir atau
berasal dari kran jika berada di toilet umum.
Keringkan setelah buang air kecil atau besar, Setelah Anda selesai buang air
kecil atau besar, biasakan selalu mengeringkan organ intim dengan tisu atau
handuk. Hal ini dapat menghindari perkembangbiakkan bakteri di dalam dan
sekitar vagina.
Setelah BAB dan BAK, bersihkan alat kelamin dengan air bersih dan sabun.
Saat membersikan daerah anus, maka sebaiknya dari arah depan ke belakang
2. Pria:
Jaga daerah kelamin tetap kering, bersih dan menggunakan pakaian yang
longgar
Jangan memakai pakaian basah