Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK)

Mata Kuliah : Keperawatan Medical Bedah

Disusun Oleh

YESISCA OKTAVIANI

18334118

III D

Dosen Pembimbing :

Ns.Hilma Yessy S.Kep M.Kep

PRODI DIII KEPERAWATAN

JURUSAN KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

SUMATERA BARAT

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan pada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka

memenuhi salah satu tugas Metodologi Keperawatan tentang ‘ Asuhan Keperawatan pada

pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) ‘.

Tidak lupa saya sampaikan ucapan terima kasih kepada ibuk Ns.Hilma Yessy, S.Kep.M.Kep

yang telah membantu saya dalam menyampaikan materi sehingga dapat membantu saya

dalam menyampaikan makalah ini, saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman

yang telah memebantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu saya sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnya makalah ini.

Solok, 5 November 2020

Penulis

Yesisca Oktaviani
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Defenisi ISK

2.2 Etiologi ISK

2.3 Tanda/ gejala ISK

2.4 Anatomi system perkemihan

2.5 Fisiologi ISK

2.6 Patofisilogi ISK

2.7 WOC ISK

2.8 Komplikasi penyakit ISK

2.9 Pemeriksaan penunjang penyakit ISK

2.10 Perawatan penyakit ISK

2.11 Asuhan Keperawatan penyakit ISK

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki
maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur
lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari
pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada
bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia
coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan
Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari
menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian,
panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal
dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI pada pria
jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas
fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam


traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:

1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan parut, dan lain-lain.

B.   Identifikasi Masalah

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Dimana penyakit ini banyak di derita oleh anak-anak hingga orang lanjut usia.

C.   Tujuan

Untuk mengetahui definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patologis serta Asuhan


Keperawatan dari Infeksi Saluran Kemih (ISK) itu sendiri. Serta Asuhan keperawatan
(pengkajian,diagnose, perencanaan dan evaluasi.
BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Defenisi ISK

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001).Infeksi
Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki
maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, deweasa maupun umur
lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari
pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%.

Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan
oleh bakteri terutama scherichia coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen
uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria
merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita.
Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan
adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius.
Akibatnya UTI pada pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini
menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.

2.2 Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria
(kandung kemih), dan uretra.

a. Ginjal

Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian posterior abdomen,
satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-12 sampai vertebra lumbal
ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak lebih rendah dari ginjal kiri karena
hubungannya dengan hati. (Watson, 2002,hlm.384).Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-
13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram.
Fungsi vital ginjal :

1) Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.


2) Sebagai homeostasis.
3) Pengeluaran zat-zat toksin/racun
4) Memperlakukan suasana keseimbangan air,
5) Mempertahankan  keseimbangan asam-basa cairan tubuh
6) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

Ginjal terbagi menjadi  bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian internal yang
dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta
nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus
dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun
dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis.  Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi
membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan
tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini
berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.


Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang
mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan
darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-
molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap
tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus
dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.

Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati glomerulus
akan disaring  ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari.
Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein,
sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit,
dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi
ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat
tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta
duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai
substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan
tidak akan terlihat dalam urin.

Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi aktif dan
memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring oleh glomerulus,
direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida,
bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine yang
terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan tubulus renal yang
kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter.
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri atas otot
polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi sebagai
pipa untuk menyalurkan urin.

b. Ureter

Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari

1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali


yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis
renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

c. Kandung kemih (vesika urinaria)


Kandung kemih merupakan organ berongga  yang terletak di sebelah anterior tepat
dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah sementara untuk menampung
urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan
muskulus detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi mengososngkan kandung kemih
pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul dari kandung kemih;  pada laki-laki, uretra
berjalan lewat  penis dan pada wanita bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki
kelenjar prostate yang terletak tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di
sebelah posterior  dan leteral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot volunteer yang
bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi.

Ginjal terbagi menjadi  bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian internal
yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta
nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuah glomerulus
dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding kapiler glomerulus tersusun
dari lapisan-lapisan endotel dan membrane basalis.  Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi
membrane basalis, dan sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan
tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini
berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.


Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang
mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa everen. Tekanan
darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang melewati
glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-
molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul yang besar tetap
tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus
dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.

Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati glomerulus
akan disaring  ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180 liter filtrat perhari.
Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar (protein,
sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit,
dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi
ulang ke dalam darah.Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat
tersebut mengalir di sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta
duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai
substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan
tidak akan terlihat dalam urin.

Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi aktif dan
memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring oleh glomerulus,
direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup natrium, klorida,
bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

d. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemiih keluar.

Pada laki-laki terdiri dari :

1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai saluran reproduksi
(tempat keluarnya sperma).

Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan
vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.

2.3 Patofisiologi dan Penyebab Infeksi Saluran Kemih

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam


traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen.
Secara asending yaitu:
1) masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen,
yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan
intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap atau kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) System imunnitas yng menurun
5) Adanya hambatan pada saluran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang
selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi
predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan
penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai
hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan
hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

2.4 Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Kemih

a. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemihsecara umum sering meliputi:

1) Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih


2) Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih
3) Seringnya berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
4) Adanya sel darah merah pada urin (hematuria)
5) Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
6) Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis
7) Rasa sakit pada daerah di atas pubis
8) Perasaan tertekan pada perut bagian bawah
9) Demam
10) Pada wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
11) Sering berkemih pada malam hari

Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari kandung kemih hingga ginjal.
Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu
demam, kedinginan, rasa nyeri pada punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal
termasuk dalam infeksi saluran kemih.

Tidak setiap orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan
gejalanya, namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:

1) Desakan yang kuat untuk berkemih


2) Rasa terbakar pada saat berkemih
3) Frekuensi berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
4) Adanya darah pada urin (hematuria)

b. Gejala – gejala dari infeksi saluran kemih secara spesifik sering meliputi :
1) Pyelonephritis akut.
Pada tipe ini, infeksi pada ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang
terjadi pada kandung kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit
pada punggung atas dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta
mual atau muntah.
2) Cystitis.
Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih dapat dapat menyebabkan rasa
tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada perut bagian bawah, rasa sakit pada
saat urinasi, dan bau yang mnyengat dari urin.
3) Uretritis.
Inflamasi atau infeksi pada uretra menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi.
Pada pria, uretritis dapat menyebabkan gangguan pada penis.

Tanda dan gejala infeksi saluran kemih berdasarkan rentang usia, meliputi :

a. Gejala pada bayi dan anak kecil yang sering terjadi, meliputi:

1) Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak diketahui sebabnya, khususnya


jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan
lesu.
2) Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua umumnya tidak dapat
mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan mencium urin bayinya.
Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
3) Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya mirip dengan penyakit,
walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa bayi tersebut bebas dari
Infeksi saluran kemih).
4) rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5) muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6) jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi, khususnya bayi yang
berusia setlah delapan hari.

b. Gejala infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:


1) Diarrhea
2) Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan dengan usaha tertentu
(misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
3) Kehilangan nafsu makan
4) Demam
5) Mual dan muntah
6) Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya infeksi saluran
kemih.
7) Lemah
8) Adanya rasa sakit pada saat berkemih.

c. Untuk anak-anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:

1) rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah (dengan infeksi pada ginjal)
2) seringnya berkemih
3) ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang normal, dengan kata
lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
4) tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut
5) rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
6) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
7) urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
d. Gejala infeksi saluran kemih pada orang dewasa, meliputi:
1) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemihringan (misalnya: cystitis,
uretritis) meliputi :
a) rasa sakit pada punggung
b) adanya darah pada urin (hematuria)
c) adanya protein pada urin (proteinuria)
d) urin yang keruh
e) ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
f) demam
g) dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
h) tidak nafsu makan
i) lemah dan lesu (malaise)
j) rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
k) rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
l) rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)

2) Gejala yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:


pyelonephritis) meliputi:

a) Kedinginan
b) demam tinggi dan gemetar
c) mual
d) muntah (emesis)
e) rasa sakit di bawah rusuk
f) rasa sakit pada daerah sekitar abdomen
g)
2.5 Pemeriksaan Diagnostik

a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
2.6 Penatalaksanaan Medik ISK

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora
fekal dan vagina.

Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.
Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu,
abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi
urin, terapi preventif dosis rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau
amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu
analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi keefektifannya dan
hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan ?
b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malh
membahnayakan ?
c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan ?
d. Dapatkah sebagian obat dikurangi dosisnya atau dihentikan ?

2.7 Asuhan Keperawatan Teoritis ISK

1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data
tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009).
Proses pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :
1) Identitas pasien
Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnose medis dan
tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab.
2) Keluhan utama.
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya
jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau
rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan
klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya
jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau
rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit
tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan
klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor yang
mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam,
tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri. S (severty) adalah
keparahan atau intensits nyeri. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi
nyeri.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi saluran kemih
dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk keadaan
klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti DM, hipertensi dll.
ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi
reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit
turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
d) Riwayat Psikososial
Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya berinteraksi dengan
orang lain sehubungan dengan proses penyakit.
e) Riwayat kesehatan lingkungan.
Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit seperti
stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya ISK.
f) Data tumbuh kembang
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan mengumpulkan
data lumbang dan dibandindingkan dengan ketentua ketentuan perkembangan normal.
Perkembangan motorik, perkembangan bahasa, perkembangan kognitif, perkembangan
emosional, perkembangan kepribadian dan perkembangan sosial.
g) Pola kebiasaan
kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson (2008):
1) Pernapasan
Frekuensi pernapasan meningkat
2) Makan dan minum
Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena adanya mual dan muntah
3) Eliminasi
a) BAB : Tidak ada keluhan
b) BAK : Adanya dysuria
c) Frekuensi miksi yang bertambah
d) Nyeri suprapubik
e) Bau urine yang tidak menyenangkan dan berwanra keruh
f) Pergerakan yang berhubungan dengan sikap Terbatasnya pergerakan karena
adanyan yeri dan kelemahan fisik
4) Istirahat dan tidur
Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.
5) Memilih, menggenakan dan melepaskan pakayan
Jika kondisi pasien tidak memungkinkan maka dalam memilih, menenakan, dan
melepaskan pakayan dibantu oleh perawat dan keluarga.
6) Suhutubuh
Peningkatan suhu tubuh disertai dengan demam
7) Kebersihan dan kesegaran tubuh
8) Pasien Infeksi Saluran Kemih dengan pergerakan terbatas dalam melaksanakan
personal higyene dibantu oleh perawat dan keluarga
9) Menghindari bahaya.
Kemungkinan karena kelemahan fisik maka pasien diawasi atau didampingi keluarga
atau perawat.
10) Beribadah sesuai keyakinan.
Pada umumnya pasien lebih mendekatkan diri pada TYME
11) Komunikasi dengan orang lain.
Pasien kurang berkomunikasi karena adnya nyeri dan kelemahan fisik
12) Mengerjakan dan melaksanakan sesuai perasaan
Dalam mengerjakan dan melaksanakan aktifitasnya pasien dibantu oleh perawat dan
keluarga.
13) Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi
Pasien tidak mampu melaksanakan rekreasi karena penyakitnya
14) Belajar dan memuaskan keingintahuan yang mengarah pada perkembangan
kesehatannya. Pasien sering meminta informasi tentang penyakitnya dan
perkembangan kesehatannya.
4) Pemeriksaan Fisik
Menurut Asmadi, (2008) pemeriksaan fisik yang dapat di lakukan yaitu :
a) Kepala dan rambut : Tidak ada kelainan
b) Wajah : Ekspresi wajah meringis
c) Mata : Bila terjadi hematuria, kemungkinan konjungtiva anemis
d) Telinga : Tidak ada kelainan
e) Hidung : Tidak ada kelainan
f) Mulut & gigi : Bibir kering dan lidah kotor
g) Leher : Tidak ada kelainan
h) Perut
Inspeksi : frekuensi napas meningkat Perut
Palpasi : distensi abdomen & nyeri tekan suprapubik.
i. Ekstremitas atas danb awah: Terpasang infus dan Kateter
j. Kulit
Inspeksi : Kulit kering
5) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Menurut Sumber Buku Saku Keperawatan Pediatri,(2009) :
1) Diagnosis pasti dikatakan dengan kulturorganisme melalui urine Dipakaites stick untuk
mengetahui adanya proteinuria, hematuria, glukosuriadan PH
2) Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat piuria (> 2000
leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK
3) Pemeriksaan urinalisis:
a) Keruh
b) Bakteri
c) Pituria
d) Sel darah putih
e) Sel darah merah mungkin ada.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Menurut Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. adapun masalah keperawatan
yang muncul pada Infeksi Saluran Kemih yaitu:
1.) Nyeri akut berhubungan dengan infeksi traktus urinarius.
2.) Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit
3.) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
4.) Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry kuman.
5.) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan mual, muntah.

3.Luaran dan Intervensi Keperawatan

No Dx.Kep Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI)


.

1. Nyeri akut Luaran Utama : Tingkat Intervensi utama : Manajement


b.d agen nyeri nyeri
pencedeera
 Mampu  Observasi reaksi nonverbal
pisiologis
mengontrol nyeri dari ketidak nyamanan
(Infeksi
(tahu penyebab,  Gunakan tehnik relaksasi :
traktus
mampu nafas dalam.
urinarius).
menggunakan  Berikan analgesik dan
tehnik non antibiotic.
farmakologi untuk  Ciptakan lingkungan yang
mengurangi nyeri, aman dan nyaman (batasi
mencari bantuan) pengunjung, ciptakan
 Melaporkan suasana yang tidak berisik).
bahwa nyeri  Evaluasi pengalaman nyeri
berkurang dengan masa lampau.
menggunakan  Gunakan teknik
manajemen nyeri komunikasi terapeutik
 Mampu mengenali untuk mengetahui
nyeri (skala, pengalaman nyeri pasien.
intensitas,  Kurangi factor presipitasi
frekuensi, dan nyeri
tanda nyeri)  Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi.
 Tingkatkan istirahat.
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu
ruangan,pencahayaan dan
kebisingan.
 Lakukan pengkajian
Tanda-tanda infeksi, Calor
(panas), Dolor (rasa
sakit/nyeri), Rubor
(Kemerahan), Tumor
(pembengkakan),
Functiolaesa (danya
perubahan fungsi).
 Lakukan perawatan kateter.
 Anjurkan ibu atau keluarga
klien untuk melakukan
hand hygine.
 Anjurkan klien sering
untuk mengganti celana
dalam.

2. Hipertermi Luaran Utama : Intervensi Utama : Management


b.d proses Termoregulasi hipertermia.
penyakit.
 Suhu dalam  Monitor suhu sesering
rentang normal mungkin.
(3637 )  Monitor watna dan suhu
 Nadi dan RR kulit.
dalam rentang  Monitor tekanan darah,
normal (nadi 60- nadi dan RR.
100) (RR 16-24).  Monitor Wbc,Hb, Dan Hct
 Tidak ada  Monitor intake dan output
perubahan warna  Berikan kompre hangat.
kulit dan tidak ada  Berikn anti piretik.
pusing.
 Kolaborasi pemberian
cairan intravena.
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Monitor minimal tiap 2 jam
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi .
 Selimuti pasien.
 Lakukan tapid sponge.

3. Gangguan Luaran utama : Eliminasi Intervensi utama : Management


eliminasi urine eliminasi Urine
urine b.d
 Kandung kemih  Lakukan penilaian kemih
obstruksi
kosong secara yang komprehensif
mekanik
penuh Bebas dari berfokus pada
pada
ISK. inkontinensia (misalnya
kandung
 Tidak ada spasme output urine, pola
kemih
bladder berkemih, fungsi kognitif,
ataupun
dan masalah kencing
struktur
persisten).
traktus
 Memntau penggunaan obat
urinarius lain
dengan sifat antikolinergik
 Meransang reflek kandung
kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut.
 Instruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi.
 Masukan kateter kemih,
sesuai.
 Anjurkan pasien atau
keluarga untuk merekam
output urin, sesuai.
 Memantau asupan dan
keluaran.
 Membantu dengan toilet
secara berkala, sesuai
 Memenrtau tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi

4.Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan asuhan keperawatan ke


dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif,kemampuan untuk menciptakan hubungan saling
percaya dan saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan
observasi sistematis,kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan
advokasi,dan kemampuan evaluasi (Asmadi, 2008).

Intervensi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap. Fase pertama merupakan fase
persiapan yang mencakup pegetahuan tentang validasi rencana, implementasi rencana,
persiapan klien dan keluarga. Fase kedua merupakan puncak implementasi keperawatan yang
berorientasi pada tujuan. Pada fase ini, perawat menyimpulkan data yang dihubungkan
dengan reaksi klien. Fase ketiga merupakan terminasi perawat-klien setelah implementasi
keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008).

5.Evaluasi Keperawatan

Menurut sumber Asmadi, (2008 ) Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati
dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses
keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment).

Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan.
Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Perumusan evaluasi formatifini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
yakni subjektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), dan perencanaan (Asmadi, 2008).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada pengkajian penulis menyimpulkan data melalui kejadian kasus secara


luas,wawancara, pemeriksaan fisik, riwayat atau adanya faktor-faktor resiko, manifestasi
klinik infeksi saluran kemih, psikologi pasien, tidak dilakukan karena penulis tidak mengkaji
langsung pada klien , melainkan penulis hanya mendapat data dari ilustrasi kasus yang di
dapat.
Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah perubahan pola
eliminasi urine ( disuria, dorongan, frekuensi, dan atau hokturia ) berhubungan dengan
obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur urinarius, dll, sedangkan diagnose
yang ada pada teori dan pada kasus adalah infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang
pengetahuan.
Dalam membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan kondisi klien
secara luas saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan dasar manusia
menurut Maslow dan kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan
rencana tindakan yang telah dibuat.
Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnosa dapat teratasi dan
tujuan keperawatan tercapai. Namun kendalanya penulis tidak dapat mendokumentasikan
data dengan baik sehingga untukmembuat evaluasi mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan
penulishanya mendapatkan data berdasarkan pedoman kasus.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih(Enggram, Barbara, 1998). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki
maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dweasa maupun umur
lanjut. Akan tetapi dari dua jenis kelamin tersebut ternyata wanita lebih sering terkena dari
pada pria dengan angka populasi umur kurang lebih 5-15%. Infeksi saluran kemih pada
bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia
coli : rtesiko dan beratnya meningkat dengan kondiisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi
saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan
Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari
menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita.

3.2 Saran
Untuk pembaca, teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah sesuai
kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun pendokumentasian
data tidak dapat dilakukan karena data yang diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus
secara luas tetapi rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik. Dianjurkan agar dapat
mendokumentasikan semua data pada klien baik verbal maupun obyektif degan benar
sehingga dapat membuat evaluasi dengan baik untuk menunjang pendokumentasian yang
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC –
NOC. Yogyakarta :Mediaction

Ardhiyand.S dan Habib,I. 2011. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Urinalisis Nitrit dengan
Kultur Urin Sebagai Uji Diagnostik Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada Pasien Dengan
Kateterisasi Uretra. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta . Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Aulia,D., Lidya,A., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 1, Internal
Publishing. Jakarta.

Carpenito, Moyet. (2009). Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI 2014, Waspada Infeksi Saluran Kemih:


http://www.depkes.go.id/index.php/wasada+infeksi+saluran+kemih/. Diakses tanggal 02
Maret 2016.

Digiulio, Mary ., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: KDT.


Hariyono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakrta: KDT.

Hidayat A, Aziz (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Lisa dan Suryanto. 2012. Hubungan Kadar Leukosit Esterase Dengan Kadar Nitrit Di Urin
Pada Pasien Klinis Infeksi Saluran Kemih RS PKU Muhammadiyah, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Yogyakarta.

Marlina dan Samad,R.A., 2013. Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam

Rsudza Banda Aceh. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013; 35-
47.

M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika.

Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku


Kedokteran : EGC.

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak (untuk perawat dan bidan) Edisi 1.
Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: MediAction.

Anda mungkin juga menyukai