Disusun oleh :
Ipunk Indratirta
DAFTAR ISI
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan gambaran Asuhan Keperawatan pada anak dengan
Diagnosa Kejang Demam
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep dasar tentang penyakit Kejang Demam pada
Asuhan Keperawatan Anak.
2. Mendiskripsikan pengkajian keperawatan anak dengan Diagnosa
Kejang Demam
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Anak dengan Diagnosa
Kejang Demam
4. Merencanakan intervensi keperawatan pada Anak dengan Diagnosa
Kejang Demam
5. Untuk memenuhi syarat sebelum melakukan praktik klinik dalam
lingkup keperawatan anak.
3.Manfaat laporan
1.Bagi Perawat
Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
wacana bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan anak dengan
gangguan kejang demam.
A. Konsep Anak
1. Definisi Anak
Menurut Lesmana (2012), secara umum dikatakan anak adalah seorang
yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang
laki laki meskipun tidak melakukan pernikahan tetap dikatakan anak.
Menurut World Health Organization (WHO) definisi anak adalah dihitung
sejak seseorang berada didalam kandungan sampai berusia 19 tahun. Anak
adalah asset bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa, sehingga harus
dipertahankan pertumbuhan dan perkembangannya (Depkes RI, 2014).
UNICEF sendiri mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia
antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang
belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang
Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun (Huraerah, 2016: 19)
Jadi kesimpulan dari pengertian anak sendiri adalah seseorang yang
dilahirkan dari hasil hubungan seksual laki laki dan perempuan yang dihitung
sejak berada dalam kandungan sampai berusia 19 tahun atau sebelum menikah.
2. Masa Toddler
Fase perkembangan anak ini terjadi mulai usia 1 sampai 3 tahun. Pada fase
ini, si kecil mulai merangkak, berjalan, hingga berlari dengan cepat.
Perkembangan motorik si Kecil juga berlangsung cepat di fase ini.
Kemampuan bahasa, sosial, dan kecerdasan anak bakal memengaruhi
perkembangannya di masa selanjutnya.
3. Masa Pra-Sekolah
Pada fase ini, perkembangan si kecil mulai mengarah kepada
perkembangan kemandirian dan sosialisasinya. Kemudian, perkembangan
motorik, bahasa, sosial, dan emosionalnya cenderung akan menetap hingga di
waktu kedepannya. Masa ini dilalui saat anak mulai menapaki usia 5 hingga 6
tahun.
5.Masa Remaja
Menurut King (2012) remaja merupakan perkembangan yang merupakan
masa transisisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada
usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun. Masa tersebut
berlangsung dari usia 12 sampai 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut:
a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent)umur 15-18 tahun
c. Remaja terakhir umur (late adolescent 18-21 tahun.
6.Masa Dewasa
Dewasa adalah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia
belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun dan yang berakhir pada usia
tigapuluhan tahun. Ini adalah masa
pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karier,
dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup dengan
seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
7.Masa Lansia
Masa lanjut usia adalah salah satu masa hidup manusia yang dimulai ketika
menginjak usia 60 ke atas Pada masa ini, manusia mulai mengalami penurunan
fungsi organ tubuh. Hal tersebut disebabkan, sel manusia mengalami penuaan.
Sel menjadi makin besar dan tua, namun kehilangan kemampuan pembelahan
dan perkembangbiakan secara normal.
Setiap anak dengan kejang demam memiliki ambang kejang yang berbeda
dimana anak dengan ambang kejang yang rendah terjadi apabila suhu tubuh 38
derajat Celsius tetapi pada anak yang memiliki ambang kejang yang tinggi
terjadi pada suhu 40 derajat Celsius bahkan bisa lebih dari itu. Demam dapat
terjadi setiap saat dan bisa terjadi pada saat setelah kejang serta anak dengan
kejang demam memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit
demam kontrol (Newton, 2015).
Jadi dari berbagai pengertian ahli dapat disimpulkan bahwa kejang demam
adalah suatu gangguan pada anak yang terjadi karena adanya peningkatan
kenaikan suhu tubuh yang berlebihan akibat dari proses infeksi virus ataupun
adanya gangguan pada neurologi pada anak , anak yang mengalami kejang
demam biasanya berusia 2 bulan sampai dengan 5 tahun.
2. Etiologi
Penyebab kejang demam Menurut Risdha (2014) yaitu:
a. Faktor genitika
b. Penyakit infeksi
Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius, pharingitis, tonsillitis,
otitis media.
Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab
demam berdarah).
c. Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit
dengan demam tinggi.
d. Gangguan metabolisme
e. Trauma.
f. Neoplasma,toksin.
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun, namun mereka
merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan
dan kemudian ketika insiden penyakit neoplastik meningkat.
g. Gangguan sirkulasi.
h. Penyakit degeneratif susunan saraf
Namun, keadaan tersebut tidak terjadi dalam waktu yang lama dan anak
kemudian,akan segera normal kembali (Sudarmoko, 2017).
4. Potofisiologi
Pada demam, kenaikan suhu 1° C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan dalam
waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran
listrik. dengan bantuan ”neurotransmitter”, perubahan yang terjadi secara tiba-
tiba ini dapat menimbulkan kejang.
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi di pecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainya kecuali ion klorida.
Akibatnya konsentrasi ion kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
natrium rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik(Labir &
Mamuaya, 2017). Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas keseluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hiposemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi, artenal disertai denyut
jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktivitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat
(Judha & Rahil, 2011).
5. Komplikasi
Kompikasi kejang demam menurut Waskitho (2013) adalah :
6. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
a. Bila pasien datang dalam keadaan kejang obat utama adalah diazepam
untuk membrantas kejang secepat mungkin yang diberi secara IV
(intravena), IM (Intra muskular), dan rektal. Dosis sesuai BB:< 10
kg;0,5,0,75 mg/kg BB dengan minimal dalam spuit 7,5 mg, > 20 kg ;
0,5 mg/kg BB. Dosis rata-rata dipakai 0,3 mg/kg BB/kali dengan
maksimal 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun,dan 10 mg
pada anak yang lebih besar
b. Untuk mencegah edema otak , berikan kortikosteroid dengan dosis 20-
30 mg/kg BB/ hari dan dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya
glukortikoid misalnya deksametazon 0,5-1 ampul setiap 6
jamPenatalaksanaan keperawatan
c. Setelah kejang teratasi dengan diazepam selama 45-60 menit
disuntikan antipileptik dengan daya kerja lama misalnya fenoberbital,
defenilhidation diberikan secara intramuskuler.Dosis awal neonatus 30
mg: umur satu bulansatu tahun 50 mg, umur satu tahun keatas 75 mg.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama kali
adalah ABC ( Airway, Breathing, Circulation.
Setelah ABC aman. Baringkan pasien ditempat yang rata untuk
mencegah terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah Danger.
Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah dibungkus
kasa
Singkarkan benda-benda yang ada di sekitar pasien yang bisa
menyebabkan bahaya.
Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan
Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat
Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit akan
dilepaskan
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak rutin pada kejang demam, dapat
mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lainnya
misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan
laboratorium antara lain pemeriksaan darah perifer, elektrolit, dan gula
darah.
b. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko meningitis bakterialis
adalah 0,6–6,7%. Pada bayi, sering sulit menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena
itu, pungsi lumbal dianjurkan pada: 1) Bayi kurang dari 12 bulan – sangat
dianjurkan. 2) Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan. 3) Bayi >18 bulan –
tidak rutin Bila klinis yakin bukan meningitis, tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
c. Elektroensefalografi
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan karena
tidak dapat memprediksi berulangnya kejang atau memperkirakan
kemungkinan epilepsi pada pasien kejang demam. Pemeriksaan EEG
masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas,
misalnya pada kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun,
atau kejang demam fokal.
d. Pencitraan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) diketahui memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang lebih tinggi namun belum tersedia secara luas di unit gawat darurat.
CT scan dan MRI dapat mendeteksi perubahan fokal yang terjadi baik
yang bersifat sementara maupun kejang fokal sekunder. Foto X-ray kepala
dan pencitraan seperti Computed Tomography, scan (CT-scan) atau
Magnetic Resonance Imaging (MRI) tidak rutin dan hanya atas indikasi
seperti:
1) Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
2) Paresis nervus VI
3) Papiledema
2. Orang baru yang tidak dikenal; anak akan merasakan stressor perpisahan
dengan orang yang berarti baginya, seperti anggota keluarga, teman- teman
lingkungan rumah, sekolah,dan lain-lain
Respon terhadap stressor akan berbeda pada anak, tergantung dari berat
ringannya penyakit, jenis prosedur medis dan perawatan yang dilakukan,
pengalaman sebelumnya, tingkat perkembangan anak berdasarkan usia,
dukungan keluarga, dan kemampuan koping dari anak. Menurut penelitian, hal
yang paling umum terjadi pada anak yang hospitalisasi adalah gangguan
emosional berupa kecemasan, dengan berbagai tingkatan cemas dan
manifestasi yang berbeda berdasarkan usia anak. Bila kecemasan ini tidak
tertangani dengan baik dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik, muncul sikap
tidak kooperatif dalam program pengobatan, dan mempengaruhi hasil program
terapi. Gangguan perkembangan juga merupakan salah satu dampak negatif
dari hospitalisasi.
Sebagian besar rumah sakit telah menerapkan aturan bahwa untuk pasien
anak diperbolehkan orang tua untuk menunggu, dan diperbolehkan anggota
keluarga lain untuk berkunjung. Hal ini untuk mengatasi stressor perpisahan
anak dengan orang- orang dicintainya, dan akan menimbulkan rasa nyaman
dan ketenangan bagi anak. Namun hal ini dengan tetap memperhatikan kondisi
anak dan resiko keamanan bagi pengunjung tersebut. Bilamana tidak
memungkinakn bagi anak untuk dikunjungi, maka oraang tua dapat
menghadirkan benda sebagai pengganti seperti foto, audiotape atau rekaman
video kebersamaan anak dan orang tua.
1. Pengkajian
Teori pengkajian pada anak kejang demam (Nursalam, 2013) yaitu:
A. Identitas
1. Pengkajian identitas anak berisi tentang : nama, anak yang ke, tanggal
lahir/umur, jenis kelamin, dan agama.
2. Pengkajian identitas orang tua berisi tentang : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan,agama, dan alamat.
B. Alasan Dirawat
1. Keluhan utama seperti perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, nyeri
kepala dan kurang bersemangat, serta nafsu makan menurun (teutama
pada saat masa inkubasi).
2. Riwayat Penyakit
Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular
dan menurun.
C. Riwayat Anak
D. Riwayat imunisasi
2) Pola Nutrisi (makan dan minum) : tanyakan pada pasien atau keluarga
berapa kali makan dan minum dalam satu hari.
3) Eliminasi (BAB/BAK) : kaji pola BAB dan BAK pad anak. Pada BAB
tinjau konsistensi, warna, bau, dan ada atau tidaknya darah. Pada BAK
tinjau volume,warna, bau.
4) Aktifitas : kaji permainan yang paling disukai pada anak, dan kapan
waktu bermainnya.
5) Rekreasi : kemana dan kapan biasanya anak diajak berekreasi.
6) Istirahat dan tidur : kaji pola tidur anak pada siang dan malam hari, dan
berapa lama. Ada tidaknya kesulitan tidur yang dialami oleh anak.
7) Kebersihan diri : kaji berapa kali anak mandi dalam 1 hari, ada
membantu atau tidak. Bagaiman dengn kebersihan kuku atau rambut.
9) Rasa nyaman : kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol dengan
orang lain.
10) Rasa aman : kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah aman
dari benda-benda tajam dan berbahaya. Bagaimana pengawasan orang
tua ketika anak sedang bermain.
11) Belajar (anak dan orang tua) : kaji pengetahuan orang tua dalam
merawat dan mendidik anak.
13) Hubungan sosial anak : kaji bagimana hubungan anak dengan orang
tua,keluarga lain serta teman-temannya. Siapakah orang yang paling
dekat dengan anak.
I. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi, kebersihan kulit
kepala, jenis rambut, tekstur rambut, warna rambut dan pertumbuhan
rambut.
e) Mulut, terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan
pecahpecah.Lidah tertutup selaput kotor yang biasanya berwarna putih,
sementara ujung tepi lidah berwarna kemerahan.
j. Pemeriksaan Genetalia
2) Anus : kaji mengenai keadaan dan kebersihan, ada tidaknya lesi da nada
tidaknya infeksi.
k. Antropometri (ukuran pertumbuhan)
l. Pemeriksaan Penunjang
m. Hasil Observasi
Tuliskan respon umum anak dengan keluarganya serta hal-hal baru yang
diberikan kepadanya, bentk interaksi kepada orang lain, cara anak
mengungkapkan keinginannya, serta kontradiksi prilaku yang mungkin
ditunjukan anak.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah keperawatan atau proses kehidupan yang didalamnya baik
yang berlangsung actual maupun potensial.(SDKI DPP PPNI, 2017).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Tindakan evaluasi
mengacu pada penilaian, tahapan dan perbaikan serta bagaimana reaksi pasien dan
keluarga terhadap perencanaan yang telah diberikan. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tujuan dan kriteria hasil tercapai, pasien bisa pulang dan
melakukan rawat jalan (Judha, 2018).
Evaluasi adalah suatu penentuan apakah permasalahan sudah teratasi dengan
sepenuhnya atau belun dan suatu keputusan apakah dilanjutkan perawatan atau di
berhentikan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Menurut World Health Organization (WHO) definisi anak adalah dihitung sejak
seseorang berada didalam kandungan sampai berusia 19 tahun. Anak adalah asset
bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa, sehingga harus dipertahankan
pertumbuhan dan perkembangannya (Depkes RI, 2014).
Tahapan perkembangan anak sesuai umurnya:Masa Bayi (Infancy),Masa
Toddler,Masa Pra-Sekolah, Masa Awal Sekolah,Masa Remaja ,Masa Dewasa,Masa
Lansia
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak pernah mengalami
kejang demam sebelum mereka mencapai usia 5 tahun. Kejang demam adalah
kejang sering terjadi pada anak berusia 6 bulan sampai dengan 5 tahun dan
berhubungan dengan demam serta tidak adanya infeksi ataupun kelainan lain yang
jelas di intracranial(Arifuddin Adhar, 2016).
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Pada saat kejang biasanya
mengalami :
hilang kesadaran,
tangan dan kaki kaku,
tersentak sentak atau kelojotan,
mata berputar-putar sehingga hanya putih mata yang terlihat.
Anak tidak responsive untuk beberapa waktu,
napas akan terganggu kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya
langnkah untuk menolong anak yang mengalami kejang demam:
1. Letakkan anak di tempat yang datar dan luas, sehingga anak tidak terbentur atau
tertimpa benda tertentu saat kejang.
2. Posisikan anak tidur menyamping untuk mencegahnya tersedak saat kejang.
3. Longgarkan pakaiannya, terutama pada bagian leher.
4. Jangan memaksa untuk menahan gerakan tubuh anak. Cukup jaga agar posisi
tubuhnya tetap aman.
5. Jangan memasukkan benda apa pun ke mulutnya, termasuk minuman, sendok,
atau obat-obatan.
6. Panggil nama anak atau ucapkanlah kata-kata yang menenangkan agar anak
merasa lebih nyaman.
7. Catat berapa lama anak mengalami kejang.
8. Amati kondisinya saat kejang, terutama bila dia kesulitan bernapas atau wajahnya
menjadi pucat dan kebiruan. Ini menandakan bahwa ia kekurangan oksigen dan
membutuhkan penanganan medis secepatnya.
9. Jika memungkinkan, rekam kejadian saat anak sedang kejang, sehingga dokter
bisa mengetahui dengan pasti seperti apa kejang yang dialami anak.
SARAN