Anda di halaman 1dari 46

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang sehat dan mandiri. Strategi pencapaian tujuan tersebut adalah melalui Indonesia sehat 2015 dengan fokus membentuk manusia berkualitas. Indikatornya adalah menurunkan angka kelaparan (kurang gizi) menjadi setengahnya (50 persen) di tahun 2015 dibanding tahun 1996. Kemudian menurunkan angka kematian bayi dan balita, juga menjadi setengahnya dibanding tahun 1996. Lalu menurunkan angka kematian ibu sebanyak 75 persen, mengendalikan penularan penyakit menular, khususnya TBC dan HIV, sehingga pada tahun 2015 nanti jumlahnya tidak meningkat lagi tetapi justru menurun (1). Indikator pengukuran tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia saat ini salah satunya adalah indeks kualitas hidup. Faktor utama penunjang kualitas hidup tersebut yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang erat kaitannya dengan gizi masyarakat hal ini biasa digambarkan dalam status gizi anak balita, wanita hamil dan ibu menyusui. Masalah gizi utama yang ada di Indonesia dewasa ini adalah kurang energi protein, kurang vitamin A, kurang zat iodium dan kurang zat besi.Masalah gizi timbul dari berbagai faktor yang saling berkaitan baik ekonomi, sosial dan budaya. World Health Organization (WHO) menyebutkan pengelompokan prevalensi gizi kurang, Indonesia tergolong sebagai Negara dengan status kekurangan gizi tertinggi pada tahun 2004 karena 5.119.935 balita 17.983.244 balita Indonesia (28,47%) termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk (2). Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih. Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu. 1

2 Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya. Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat subjektif maupun yang bersifat objektif. Penilaian status gizi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian langsung dan penilaian tidak langsung. Penilaian langsung dapat dilakukan dengan pemeriksaan antropometri, biokimia, klinis dan pemeriksaan biofisik. Penilaian tidak langsung dapat dilakukan dengan survei konsumsi, statistik vital dan pengukuran berdasarkan faktor ekologi. Salah satu metode untuk mengukur status gizi masyarakat adalah penggunaan ukuran antropometri. Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan tubuh dan bagian khusus tubuh. Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan dan digolongkan menjadi status gizi baik, kurang atau buruk. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan suatu standar internasional yang dikeluarkan oleh WHO. Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Artinya, konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Semakin berat kurangnya kadar zat besi yang terjadi, akan semakin berat anemia yang diderita. Anemia gizi besi berakibat buruk bagi penderita terutama bagi golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah. Pada anak dan remaja yang terkena anemia gizi akan terganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik (3). Salah satu penentuan status anemia adalah dengan pengukuran Hemoglobin (Hb). Keakuratan pengukuran Hb tergantung dengan metode yang digunakan. Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Selain itu untuk mengetahui penilaian status gizi seseorang dapat dilakukan secara tidak langsung dengan survei konsumsi dengan metode Recall 24 jam.

3 Berdasarkan hal diatas, kami melakukan penilaian status gizi dengan dua pemeriksaan. Penilaian langsung dengan cara melakukan penilaian antropometri yaitu dengan melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar lengan atas (LLA). Selain itu kami juga pemeriksaan biokimia, yang dalam hal ini dilakukan melalui pengukuran kadar hemoglobin dengan metode sahli. Pemeriksaan secara tidak langsung yang dilakukan adalah dengan melakukan survei konsumsi dengan metode Recall 24 jam.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang diatas, yang merupakan permasalahan dalam kegiatan ini adalah bagaimana status gizi mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 setelah dilakukan penilainan status gizi ?

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari kegiatan ini adalah mengetahui status gizi mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2011. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini, yaitu: a. Menganalisis hasil pengukuran antropometri yaitu Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), dan Lingkar Lengan Atas (LILA) mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011. b. Menganalis hasil pengukuran Hb dengan metode sahli pada mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011. c. Memberikan solusi dan rekomendasi sesuai dengan hasil pengukuran Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), dan Lingkar Lengan Atas (LILA) bagi mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 yang disesuikan dengan recall 24 jam.

4 D. Manfaat a. Memperoleh pengetahuan tentang status gizi mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, sehingga dapat mengatur pola dan menu makanan yang sesuai dengan angka kecukupan gizi. b. Memperoleh keterampilan terkait pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar lengan atas, serta perhitungan status gizi untuk mencapai atatus gizi normal. c. Memperoleh keterampilan dalam pengukuran kadar hemoglobin seseorang

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Status Gizi Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi. Status gizi baik (seimbang) bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan. Status gizi tidak seimbang dapat dipresentasikan dalam bentuk gizi kurang yaitu jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan, sedangkan status gizi lebih bila asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan (5). Beberapa istilah yang terkait dengan status gizi antara lain: 1) Malnutrition (Gizi salah atau malnutrisi). Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi: a) Under Nutrition, kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu. b) Specific Defficiency, kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain. c) Over Nutrition, kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu. d) Imbalance karena disporposi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). 2) Kurang Energi Protein (KEP) Kurang energi protein adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Berdasarkan baku Harvard status gizi dapat dibagi menjadi empat, yaitu: 1) Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. 2) Gizi baik untuk well nourished. 3) Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderate PCM (Protein Calori Malnutrition).

6 4) Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwashiorkor, dan kwashiorkor (7). B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang antara lain sebagai berikut: 1. Umur Persentase lemak tubuh biasanya meningkat sejalan dengan bertambahnya umur, oleh karena itu kejadian gizi lebih banyak di jumpai pada orang dewasa. Penelitian yang dilakukan Garrow pada tahun 1996 menyatakan prevalensi kegemukan pada pria dengan IMT 30 akan terus meningkat sampai pada umur 50 tahun, sedangkan pada wanita berlanjut hingga umur 65 tahun. 2. Jenis Kelamin Laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak dibandingkan dengan wanita karena postur dan luas permukaan tubuh lebih besar atau lebih luas dibandingkan wanita. Banyak penelitian yang melaporkan bahwa wanita sering mengalami kelebihan berat badan daripada laki-laki karena jumlah sel lemak lebih banyak pada wanita, disamping itu juga wanita mempunyai Basal Metabolisme Rate (BMR) yang lebih rendah daripada laki-laki. 3. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Tingkat pendidikan mencerminkan tingkat kecerdasan dan ketrampilan seseorang. Pendidikan yang memadai mempunyai andil yang besar terhadap kemajuan ekonomi karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan berpengaruh terhadap pekerjaan dan pendapatan serta pengetahuan untuk mendapatkan informasi makanan yang mengandung gizi yang diperlukan dalam tubuh dan untuk kesehatan. Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pengetahuan gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Semakin banyak pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, maka semakin beragam pula jenis makanan yang

7 dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan mempertahankan kesehatan individu (8). 4. Lingkungan Faktor lingkungan seperti sosial dan ekonomi yang meliputi pengetahuan, sikap, perilaku, dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, dapat berpengaruh terhadap status gizi (9). Selain yang disebutkan diatas, terdapat faktor-faktor lain yang

mempengaruhi status gizi seseorang diantaranya: 1) Produk pangan 2) Pembagian makanan atau pangan 3) Akseptabilitas (daya terima) 4) Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu 5) Pantangan pada makanan tertentu 6) Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu 7) Selera makan 8) Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan) (7). C. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi adalah penafsiran informasi dari penelitian

antropometri, konsumsi makanan, laboratorium dan klinik. Informasi yang diperoleh untuk menetapkan status kesehatan individu atau kelompok masyarakat yang berkaitan dengan konsumsi dan penggunaan zat-zat oleh tubuh. Status gizi dapat dinilai secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian langsung dapat dilakukan secara antropometri, klinis, biokimia dan biofisik, sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (10). 1. Pengukuran Antropometri Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi dan kombinasi antara beberapa parameter tersebut disebut dengan indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat

8 badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks antropometri digunakan untuk menilai status gizi anak-anak (kurang dari delapan belas tahun). Sedangkan IMT digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa (lebih dari delapan belas tahun) (4). 1. Berat Badan menurut Umur (BB/U) Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih

menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). Indeks BB/U mempunyai kelebihan antara lain lebih mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakata umum; baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis; berat badan dapat berfluktuasi; sangat sensitif terhadap perubahanperubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan (over weight). Disamping mempunyai kelebihan, indeks BB/U juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites; di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik; memerlukan data umur yang akurat, terutama anak usia dibawah lima tahun; sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat

9 penimbangan; secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. 2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Keuntungan dari indeks TB/U antara lain baik untuk menilai status gizi masa lampau; ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. Adapun kelemahan indeks TB/U adalah tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun; pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya; ketepatan umur sulit didapat. 3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (11). 4. Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih

panjang. Penggunaan IMT hanya berlaku bagi orang dewasa berumur di atas 18 tahun. Indeks Massa Tubuh (IMT) tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Selain itu, IMT juga tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti adanya edema, aitesis dan hepatomegalia.

10 Nilai IMT diperoleh dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Berikut merupakan kategori ambang batas IMT menurut WHO (12): Tabel 1. Klasifikasi Nilai IMT

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut: Kategori Kekurangan berat badan tingkat Kurus berat Kekurangan berat badan tingkat ringan Normal Kelebihan berat badan tingkat Gemuk ringan Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 >18,5 25 >25,0 27,0 17,0 18,5 IMT < 17,0

Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah: a. Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan keperluan khusus. b. Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor yang berkaitan.

11 c. Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu (19). 2. Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan klinis secara umum dibedakan terdiri dari: a. Medical history (riwayat medis) yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit. b. Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gangguan gizi baik sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom (gejala yang tidak dapat diamati, tetapi dirasakan oleh penderita gangguan gizi). 3. Pemeriksaan Biokimia Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif. Pemeriksaan yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran kemudian dibandingkan dengan standar normal yang telah ditetapkan (14). 4. Pemeriksaan Biofisik Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi dan melihat perubahan struktur dan jaringan (15). 5. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penilaian status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi dengan maksud untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makananan dan zat gizi pada tingkatkelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (14). Komponen penilaian ini meliputi: 24-hour food, recall/record, food frequency questionaire, food history. Cara ini biasanya dipilih untuk penilaian secara retrospektif. Namun, teknik anamnesis ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya bias karena sifat manusiawi yaitu sifat lupa, penghitungan kandungan gizi tidak akurat, dan cara masak dan makan yang bervariasi di tiap daerah (13).

12 6. Statistik Vital Statustik vital dilakukan dengan cara menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan, dan lainlain. Penggunaan dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 7. Faktor Ekologi Faktor ekologi adalah penilaian yang didasarkan pada hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (15). D. Metode Pengukuran LILA Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U). Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. LLA berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan professional. Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga digunakan untuk pengukuran status gizi. Lingkar lengan atas (LILA) digunakan untuk mengetahui gambaran status gizi terutama bagi orang dewasa wanita. Untuk mengetahui status gizi responden dengan menggunakan pita Lila dalam satuan sentimeter (cm). Dinyatakan KEK (kurang energi kronis) apabila hasil pengukurannya < 23,5. Pengukuran Lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi wanita usia subur umur 1545 tahun dan ibu hamil yang menderita Kurang Energi kronis (KEK). Sasaran : Wanita Usia Subur umur 1545 tahun dan ibu hamil. Alat : pita LiLA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain. Persiapan : 1. Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek.

13 2. Jika lengan responden > 33cm, gunakan meteran kain. 3. Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta otot lengan tidak tegang. Baju pada lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup. Pengkukuran : 1. Tentukan posisi pangkal bahu. 2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke arah perut. 3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita LILA atau meteran dan beri tanda dengan pulpen/spidol. Bila menggunakan pita LILA perhatikan titik nolnya. 4. Lingkaran pita LILA sesuai tanda pulpen disekeliling lengan responden sesuai tanda (dipertengahan antara pangkal bahu dan siku). 5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA. 6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar. 7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LILA (kearah angka yang lebih besar). 8. Tuliskan angka pembacaan pada kuesioner. Keterangan : Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan (beri keterangan pada kolom catatan pengumpul data). Simpan pita LILA dengan baik jangan sampai terlipat-lipat atau sobek (20). E. Manifestasi IMT dan LILA terhadap status gizi a. Gizi Lebih Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan

14 energi yang positif ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan keseimbangan energi yang positif. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama di perkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pola makan. Pola makan berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidat, rendah serat kasar, dan tinggi lemak sehingga menjadikan mutu makanan ke arah tidak seimbang. Dampak masalah gizi lebih tampak dengan semakin meningkatnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus (DM), hipertensi, dan penyakit hati (Supriasa, 2002:12). Penanggulangan masalah gizi lebih adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik. Penyeimbangan masukan energy dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol. b. Gizi baik Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002). Sekjen Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Dr. dr. Saptawati Bardosono (2009) memberikan 10 tanda umum gizi baik, yaitu: 1) Bertambah umur, bertambah padat, bertambah tinggi. Tubuh dengan asupan gizi baik akan mempunyai tulang dan otot yang sehat dan kuat karena konsumsi protein dan kalsiumnya cukup. Jika kebutuhan protein dan kalsium terpenuhi maka massa tubuh akan bertambah dan tubuh akan bertambah tinggi. 2) Postur tubuh tegap dan otot padat. Tubuh yang memiliki massa otot yang padat dan tegap berarti tidak kekurangan protein dan kalsium. Mengonsumsi susu dapat membantu mencapai postur ideal.

15 3) Rambut berkilau dan kuat. Protein dari daging, ayam, ikan dan kacangkacangan dapat membuat rambut menjadi lebih sehat dan kuat. 4) Kulit dan kuku bersih dan tidak pucat. Kulit dan kuku bersih menandakan asupan vitamin A, C, E dan mineral terpenuhi. 5) Wajah ceria, mata bening dan bibir segar. Mata yang sehat dan bening didapat dari konsumsi vitamin A dan C seperti tomat dan wortel. Bibir segar didapat dari vitamin B, C dan E seperti yang terdapat dalam wortel, kentang, udang, mangga, jeruk. 6) Gigi bersih dan gusi merah muda. Gigi dan gusi sehat dibutuhkan untuk membantu menceerna makanan dengan baik. Untuk itu, asupan kalsium dan vitamin B pun diperlukan. 7) Nafsu makan baik dan buang air besar teratur. Nafsu makan baik dilihat dari intensitas anak makan, idealnya yaitu 3 kali sehari. Buang air besar pun harusnya setiap hari agar sisa makanan dalam usus besat tidak menjadi racun bagi tubuh yang dapat mengganggu nafsu makan. 8) Bergerak aktif dan berbicara lancar sesuai umur. 9) Penuh perhatian dan bereaksi aktif. 10) Tidur nyenyak. c. Gizi kurang Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh. Empat masalah gizi kurang yang mendominasi di Indonesia, yaitu : 1) Kurang Energi Protein (KEP) Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP bisa menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga rentan terhadap penyakit. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya KEP, namun selain kemiskinan

16 faktor lain yang berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan lingungan yang sehat. 2) Anemia Gizi Besi (AGB) Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kekurangan zat besi (AGB). Penyebab masalah AGB adalah kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologik tinggi (asal hewan), dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah melalui haid atau persalinan. AGB menyebabkan penurunan kemampuan fisik dan produktivitas kerja, penurunan kemampuan berpikir dan penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi. Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup besi kepada kelompok sasaran. 3) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) Kekurangan iodium umumnya banyak ditemukan di daerah pegunungan dimana tanah kurang mengandung iodium. GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (tiroid). Pada anak-anak menyebabkan hambatan dalam pertumbuhan jasmani, maupun mental. Ini menampakkan diri berupa keadaan tubuh yang cebol, dungu, terbelakang atau bodoh. Penanggulangan masalah GAKI secara khusus dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium/iodized oil capsule kepada semua wanita usia subur dan anak sekolah di daerah endemik. Secara umum pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi garam dapur. 4) Kurang Vitamin A (KVA), KVA merupakan suatu ganguan yang disebabkan karena kurangnya asupan vitamin A dalam tubuh. KVA dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan kematian khususnya pada anak-anak. Selain itu KVA dapat menurunkan epitelisme sel-sel kulit . Faktor yang menyebabkan timbulnya KVA adalah kemiskinan dan minim pengetahuan akan gizi.

17 d. Gizi buruk Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein juga mikronutrien dalam jangka waktu lama. Anak disebut gizi buruk apabila berat badan dibanding umur tidak sesuai (selama 3 bulan berturut-turut tidak naik) dan tidak disertai tanda-tanda bahaya. Dampak gizi buruk pada anak terutama balita: 1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat. 2. Mudah terkenapenyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi. 3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif (20). F. Gizi Seimbang Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zatzat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Gambar 1 dibawah ini menunjukkan Piramida Gizi Seimbang (16).

Pengetahuan gizi sangat diperlukan dalam upaya pemilihan makanan yang akan dikonsumsi, dengan tujuan agar makanan tersebut memberikan gizi yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh atau sering disebut dengan gizi seimbang. Suatu hal yang menyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan:

18 1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (17). Seseorang yang didasari dengan pengetahuan gizi yang baik akan memperhatikan keadaan gizi setiap makanan yang akan dikonsumsinya. Makanan yang bergizi bukanlah suatu makanan yang mahal dan enak rasanya. Pandangan awam yang menyatakan bahwa makanan yang bergizi baik dan sangat baik untuk dikonsumsi, tidaklah selalu benar. Seseorang dapat memenuhi gizinya dengan hanya mengkonsumsi makanan yang harganya murah dan bervariasi dengan memperhatikan keseimbangan zat-zat gizi esensial makanan yang dikonsumsinya yakni air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineal. Makanan yang baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi bagi tubuh diantaranya: a. Memberi Energi Zat-zat gizi dapat memberikan energi bagi tubuh. Zat gizi tersebut adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan aktifitas. Dalam fungsi sebagai zat memberi energi, ketiga zat tersebut dinamakan zat pembakar. b. Pertumbuhan dan Pemeliharaan Jaringan Tubuh Protein, mineral, dan air adalah zat pembangun yang diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak. c. Mengatur Proses Tubuh Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Dalam fungsinya keempat zat gizi tersebut dinamakan zat pengatur. Selain itu, dalam kehidupannya manusia tidak terlepas dari makan. Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk: 1) Pemelihara proses tubuh dalam petumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak.

19 2) Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari-hari. 3) Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain. 4) Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (18). Setiap orang memerlukan lima kelompok zat gizi untuk meningkatkan kualitas hidup. Diantaranya adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kesemuanya diperlukan dalam jumlah yang adekuat, disamping itu manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faal dalam tubuh. 1. Karbohidrat Sumber terbesar energi tubuh adalah karbohidrat yang menjadi bagian dari bermacam-macam struktur sel dan substansi serta komponen primer diet serat. Karbohidrat disimpan sebagai glikogen atau diubah menjadi lemak tubuh . 2. Protein Protein diperlukan untuk sebagian besar proses metabolik terutama pertumbuhan, perkembangan dan merawat jaringan tubuh. Konsumsi energi yang berasal dari protein adalah 9,6%. Protein berfungsi sebagai zat pembangun selain sebagai salah satu sumber energi utama, bersama-sama dengan karbohidrat dan lemak. 3. Lemak Lemak memegang peranan penting sebagai komponen structural dan fungsional membrane sel dan prekursor senyawa yang meliputi berbagai segi dan metabolisme. Lemak juga sebagai sumber asam esensial yang diperlukan oleh pertumbuhan sebagai sumber suplai energy yang berkadar tinggi dan sebagai pengangkut vitamin larut lemak. Komposisi konsumsi energi makanan rata-rata sehari orang Indonesia adalah 20,6% berasal dari lemak. Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin, dan lemak hewan (lemak daging dan ayam).

20 4. Vitamin Vitamin merupakan zat organik yang harus diperoleh suatu organisme dari lingkungan dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi sangan esensial bagi proses metabolisme yang normal. 5. Mineral Mineral merupakan bagian tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormon tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral dalam cairan tubuh diperlukan untuk memperlancar aktivitas pekerjaan enzim-enzim,

pemeliharaan asam basa, membantu transfer ikatan-ikatan yang penting melalui membrane sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan. Sumber paling baik mineral adalah hewani, kecuali magnesium yang banyak terdapat dalam makanan nabati. Mineral digolongkan ke dalam mineral mikro dan mineral makro. Mineral makro mineral yang diperlukan dalam jumlah yang lebih dari 100 mg perhari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg perhari. Yang termasuk dalam mineral makro adalah natrium, klorida, kalsium, magnesium, fosfor, dan sulfur. Mineral mikro terdapat dalam tubuh dalam jumlah sangat sedikit namun mempunyai peranan yang esensial untuk kehidupan, kesehatan dan reproduksi. Diantaranya mineral mikro adalah besi, seng, iodium, tembaga, mangan, krom, selenium, molibden, fluor, kobal dan mikro mineral lain (21). G. Pola Konsumsi Makanan Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola konsumsi pangan

merupakan gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang

21 dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio budaya dan religi seperti yang dijelaskan berikut ini: 1. Faktor Ekonomi dan Harga Keadaan ekonomi keluarga relative mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan karena penduduk golongan miskin sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan. Perubahan pendapatan secara langsung dapat memmpengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli. 2. Faktor Sosio Budaya dan Religi Kebudayaan suatu bangsa masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Aspek Sosio Budaya pangan adalah fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengan keaadaan lingkungan, agama, adat kebiasaan dan pendidikan masyarakat tersebut. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh atau tidak boleh memakan suatu makanan (tabu), walaupun tidak semua tabu rasional, bahkan banyak jenis tabu yang tidak masuk akal. Oleh karena itu, kebudyaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis pangan, serta persiapan serta penyajiannya. Banyak sekali penemuan para peneliti yang menyatakan bahwa faktor sosio budaya sangat berperan dalam proses konsumsi pangan dan terjadinya masalah gizi di berbagai masyarakat dan negara.

22 Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi yang satu akan melengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan yang lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin hanya dipenuhi oleh satu jenis makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam makanan (17). H. Angka Kecukupan Gizi Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah banyaknya masingmasing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defesiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, tinggi badan, genetika dan keadaan fisiologis seperti ibu hamil dan menyusui. Nilai AKG untuk semua zat gizi kecuali energi ditetapkan selalu lebih tinggi daripada kecukupan rata-rata sehingga dapat dijamin, bahwa kecukupan hampir seluruh penduduk terpenuhi. Oleh karena itu asupan dibawah nilai AKG tidak selalu berarti tidak cukup, tetapi makin jauh di bawah nilai tersebut risiko untuk memperoleh asupan tidak cukup meningkat. Khusus untuk energi, nilai kecukupannya ditaksir setara dengan nilai pakainya sebab asupan energi yang kurang maupun lebih dari nilai pakainya akan memberikan dampak pada terganggunya kesehatan (17). Angka kecukupan gizi (energi dan protein) rata-rata yang dianjurkan untuk orang dewasa pada pria kelompok umur 20-60 tahun tampak pada tabel berikut:

23 Tabel 2. Nilai AKG Rata-rata

I. Upaya Penanggulangan Masalah Gizi Upaya menanggulangi masalah gizi seimbang (gizi kurang dan gizi lebih) adalah dengan membiasakan mengkomsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi yang seimbang. Ada 13 pesan dasar gizi yang seimbang, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Makanlah aneka ragam makanan Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi Gunakan garam beryodium Makanlah makanan sumber zat besi Berikan air susu ibu (ASI) saja pada bayi sampai umur empat bulan Biasakan makan pagi Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol

24 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Keadaan gizi masyarakat Indonesia saat ini masih memprihatinkan, walaupun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasinya. Banyak faktor yang mempengaruhi masalah gizi, baik itu langsung maupaun tidak langsung, oleh karena itu untuk mengatasinya diperlukan kerjasama dari berbagai sektor. Penanggulangan masalah gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen dan kelompok profesi melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekarangaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan kesehatan masyarakat, serta penigkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beranekaragam dan seimbang dalam mutu gizi. Upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang dilakukan pemerintah secara terpadu antara lain: 1. Upaya pemenuhan persedian pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi beranekaragam pangan. 2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga. 3. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). 4. Penigkatan upaya keamanan pangan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). 5. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat. 6. Penigkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.

25 7. Intervensi langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan (PMT), distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul minyak yodium. 8. 9. Peningkatan kesehatan lingkungan. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi.

10. Upaya pengawasan makanan dan minuman. 11. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi. Sedangkan untuk masalah gizi lebih disebabkan oleh kebanyakan masukan energi dibandingkan dengan keluaran energi. Penanggulangannya adalah dengan menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan makan dan penambahan latihan fisik atau olah raga serta menghindari tekanan hidup/stres. Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol. Untuk itu diperlukan upaya penyuluhan ke masyarakat luas. Disamping itu juga, diperlukan peningkatan teknologi pengolahan makanan Indonesia siap santap, sehingga makanan tradisional yang lebih ini disajikan dengan cara-cara dan kemasan yang dapat menyaingi cara penyajian dan kemasan makanan Barat (18). J. Definisi Hemoglobin Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa korbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah (19).

26 K. Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut 100 persen. Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (20). Tabel 1. Batas kadar hemoglobin

L. Jenis Hemoglobin Ada tiga jenis hemoglobin yaitu : a. Hb A merupakan kebanyakan dari hemoglobin orang dewasa mempunyai rantai globi 2 dan 2. b. Hb A2 merupakan minoritas hemoglobin pada orang dewasa, mempunyai rantai globin 2 dan 2. c. Hb F merupakan hemoglobin fetal yang mempunyai rantai globin 2 da 2 saat bayi lahir 2/3nya adalah jenis hemoglobinnya adalah Hb F dan 1/3nya adalah Hb A. Menjelang usia 5 tahun menjadi Hb A >95%, Hb A2 <3,5% dan Hb F <1,5% (21).

M. Faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah, yaitu : 1. Variasi biologis individu

27 Variasi biologis individu akan mempengaruhi kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin cenderung lebih rendah pada saat sore hari dibandingkan siang hari. 2. Umur dan jenis kelamin Umur dan jenis kelamin adalah faktor penting yang menentukan kadar hemoglobin. Nilai median hemoglobin naik selama 10 tahun pada masa kanakkanak selanjutnya akan meningkat pada masa pubertas. Perbedaan kadar hemoglobin pada jenis kelamin yang berbeda jelas nyata pada usia enam bulan. Anak laki-laki mempunyai kadar hemoglobin lebih rendah dibandingkan anak perempuan. 3. Ras atau bangsa Ras atau bangsa diketahui mempengaruhi kadar hemoglobin. Individu dari keturunan Afrika mempunyai nilai hemoglobin 5-10 g/dL lebih rendah dari keturunan Kaukasian dengan mengabaikan umur, pendapatan dan defisiensi besi. 4. Keberadaan seseorang dari permukaan laut (ketinggian) Seseorang yang berada pada ketinggian tertentu membangkitkan respon penyesuaian diri untuk menurunkan tekanan darah parsial oksigen dan mengurangi saturasi oksigen dalam darah. Hal ini terlihat nyata pada ketinggian di atas 1000 meter. Kadar hematokrit dan hemoglobin seseorang meningkat secara berangsur-angsur pada ketinggian yang semakin tinggi. 5. Anemia defisiensi besi Pada tahap ketiga defisiensi besi, simpanan besi dan persediaan besi ke jaringan habis, sehingga kadar hemoglobin turun. Akan tetapi pemeriksaan kadar hemoglobin bukan pemeriksaan yang sensitif pada tahapan ini. 6. Defisiensi mikronutrien lain Beberapa defisiensi mikronutrien seperti vitamin A, B6, B12, Riboflavin, asam folat, dan tembaga (Cu) dihubungkan dengan penurunan kadar hemoglobin dan terjadinya anemia. 7. Infeksi parasit Infeksi parasit seperti Plasmodium falciparum menyebabkan kadar hemoglobin rendah dengan pecahnya eritrosit dan tertekannya produksi eritrosit. 8. Berbagai status penyakit Berbagai status penyakit dapat memepengaruhi kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin rendah timbul pada infeksi kronik dan peradangan. Status penyakit kronik ini meliputi HIV-AIDS, hemoglobinopathies dan infeksi karena Schistosomiasis, Trichuriasis, dan Ascaris (22).

28 N. Metode Pengukuran Hemoglobin 1. Prinsip Hemoglobin darah diubah menjadi asam hematin dengan pertolongan larutan HCL, lalu kadar dari asam hematin ini diukur dengan membandingkan warna yang terjadi dengan warna standard memakaimata biasa. 2. Tujuan Menetapkan kadar hemoglobin dalam darah. 3. Alat dan bahan yang digunakan a. 1. 2. Hemoglobinometer (hemometer), Sahli terdiri dari : Gelas berwarna sebagai warna standar. Tabung hemometer dengan pembagian skala putih 2 sampai dengan skala merah untuk hematokrit. 3. 4. 5. 6. b. 1. 2. Pengaduk dari gelas. Pipet sahli yang merupakan kapiler dan mempunyai volume 20/ul. Pipet Pasteur. Kertas saring/tissue/kain kassa kering. Reagan : Larutan HCL 0,1 N. Aquades.

4. Cara pemeriksaan a. b. Tabung hemometer diisi dengan larutan HCL 0.1 N sampai tanda 2. Hisaplah darah kapiler/vena dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20 ul. c. Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dengan kertas tissue secara hati-hati jangan sampai darah dari dalam pipet berkurang. d. Masukkan darah sebanyak 20ul ini ke dalam tabung yang berisi larutan HCL tadi tanpa menimbulkan gelembung udara. e. Bilas pipet sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan HCL dari dalam pipet secara berulang-ulang 3 kali. f. Tunggu selama 5 menit untuk pembentukan asam hematin.

29 g. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi setetes sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai didapat warna yang sama dengan warna standar. h. Minikus dari larutan dibaca. Minikus dalam hal ini adalah permukaan terendah dari larutan. 5. Pelaporan Dinyatakan dalam gr/dl. Hanya dilaporkan dalam angka bulat atau naik setengah. Misal 11, 11 , 12, 12 dan sebagainya. 6. Catatan a. Nilai normal : Laki-laki : 14-18 gram/dl Wanita : 12-16 gram/dl b. Kesalahan yang sering terjadi : 1. Alat/regen kurang sempurna yaitu : a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul. b. Warna standar sering sudah pucat. c. Kadarlarutan HCL sering tidak terkontrol. 2. Orang yang melakukan pemeriksaan : a. Pengambilan darah kurang baik. b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah. c. Intensitas sinar/penerangan kurang. d. Pada waktu-waktu membaca hasil dipermukaan terdapat gelembung udara. e. Pipet tidak dibilas dengan HCL. f. Pengenceran tidak baik (23).

30 BAB III METODOLOGI B. Objek Kegiatan Kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan terhadap mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, khususnya kelompok V IKMT-Program Gizi dilaksanakan di kampus Fakultas Kedokteran Unlam, ruangan RKB 2. Kegiatan pengukuran kadar Hb terhadap mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 (satu sampel) dilaksanakan di kampus Fakultas Kedokteran Unlam, laboratorium biokimia. C. Instrumen Kegiatan 1. Instrumen Kegiatan Antropometri Instrumen yang digunakan untuk mendukung kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan, antara lain: 1. Microtoise Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. 2. Timbangan injak Timbangan injak digunakan untuk menimbang berat badan seseorang dengan berat maksimal 200 kilogram. 3. Lembar Isian/Form Isian Lembar isian berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk memudahkan mengetahui identitas responden. 2. Instrumen Kegiatan Pengukuran Kadar Hb Alat yang dipergunakan adalah Hemoglobinometer Sahli yang terdiri atas tabung berskala, komparator (pembanding), batang pengaduk dan pipet sahli, sedangkan bahan yang digunakan HCl, 0,1 N, aquades, dan sampelnya berupa darah kapiler atau darah vena.

31 D. Variabel Kegiatan Variabel Kegiatan dalam pengukuran tinggi badan dan berat badan serta kadar Hb terhadap mahasiswa kelompok V IKMT-Program Gizi, antara lain: 1. Variabel Bebas 2. Variabel Terikat 3. Variabel Pengganggu E. Prosedur Kegiatan Adapun prosedur kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan penilaian status gizi mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, khususnya kelompok V IKMT-Program Gizi, antara lain: 1. Survei Pendahuluan Sebelum dilakukan kegiatan pengukuran tinggi badan, berat badan dan pengukuran kadar Hb, terlebih dahulu dilakukan survei pendahuluan. Survei pendahuluan yang dilakukan, antara lain membuat janji dengan anggota kelompok untuk waktu dan tempat dilakukannya pengukuran tinggi badan, berat badan dan kadar Hb. 2. Tahap Persiapan a. Menjelaskan tujuan dan prosedur kegiatan kepada responden b. Menanyakan kesiapan responden sebelum kegiatan dilakukan c. Menyiapkan instrumen kegiatan 3. Tahap Pelaksanaan a. Pengukuran Tinggi badan 1) Menempelkan microtoise dengan paku pada dinding yang lurus dan datar setinggi tepat 2 meter atau angka nol pada lantai yang datar. 2) Meminta responden untuk melepaskan alas kaki (sandal/sepatu) ataupun topi (penutup kepala). 3) Meminta responden berdiri tegak, persis dibawah alat geser. 4) Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang. 5) Pandangan lurus kedepan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas. : Umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan : Indeks Massa Tubuh (IMT), darah : Pekerjaan, pengetahuan gizi, gaya hidup

32 6) Menggerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden dan memastikan alat geser berada tepat ditengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding. 7) Membaca angka tinggi badan pada jendela baca kearah angka yang lebih besar (kebawah). Pembacaan dilakukan tepat didepan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas. 8) Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri diatas bangku agar hasil pembacaannya benar. 9) Mempersilahkan responden untuk memasang sepatu/sandal kembali. 10) Mencatat hasil pengukuran tinggi badan. b. Penimbangan Berat Badan a) Meletakkan timbangan injak pada lantai yang datar. b) Pakaian responden dibuat seminim mungkin, sepatu atau sandal dan barang-barang yang dapat menambah beban dilepaskan. c) Meminta responden berdiri tegap pada timbangan injak. d) Melihat angka yang tertera pada skala timbangan injak dan mencatat hasilnya. e) Mempersilahkan responden memasang sepatu atau sandal kembali. f) Melakukan wawancara kepada responden.

g) Mencatat hasil wawancara. h) Memberikan penyuluhan kepada responden terkait hasil wawancara. i) j) Membereskan instumen kegiatan yang digunakan. Berpamitan kepada responden.

c. Pengukuran Kadar Hb 1) Mengambil pipet HCl 0,1 N ke dalam tabung hemoglobinometer sahli sampai miniskus bawah menyentuh tanda angka 2. 2) Mengambil darah dengan pipet sahli sampai tanda 20 dengan menggunakan sifat kapiler 3) Memasukkan darah ke dalam larutan HCl 0,1 N, isap dan keluarkan campuran itu beberapa kali

33 4) Membolak-balikkan tabung tersebut beberapa kali, kemudian biarkan selama 2-3 menit 5) Menambahkan aquades setetes demi setetes aduk tiap kali, sampai warna dalam tabung sama dengan warna pembanding. Lakukan pembacaan warna dengan bantuan cahaya matahari 6) Membaca skala persentase hemoglobin dalam gr Hb/dl darah

4. Tahap Pelaporan a. Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa, dan menyimpulkan. b. Penyusunan laporan skill laboratorium dan konsultasi kepada dosen pembimbing. E. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Berikut teknik pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam kegiatan ini: 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer yang diperoleh dengan melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan kadar Hb secara langsung terhadap responden menggunakan alat ukur (microtoise, timbangan injak, dan sahli). Selain itu data diperoleh dari hasil wawancara secara langsung kepada responden. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan menggunakan lembar isian, diusahakan berlangsung dalam suasana akrab dan penuh komunikatif sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar, wajar dan berhasil mendapat informasi sebagaimana yang diharapkan. 3. Teknik Pengolahan Data Data responden yang diperoleh dari hasil wawancara, dianalisis secara deskriptif. Data yang dianalisis secara deskriptif dengan melihat gambaran responden. Gambaran responden dapat dilihat dari karakteristik responden, status gizi responden dan kadar Hb responden.

34

F. Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan terhadap penduduk mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, khususnya kelompok V IKMTProgram Gizi yang dilaksanakan pada tanggal 25 April 2013 bertempat di kampus Fakultas Kedokteran Unlam, ruangan RKB 2. Kegiatan pengukuran kadar Hb terhadap mahasiswa Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 (satu sampel) dilaksanakan di kampus Fakultas Kedokteran Unlam, laboratorium biokimia pada tanggal 2 Mei 2013.

35 BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Pengukuran dan Pengamatan 1. Pengukuran Antropometri Dari pengukuran dan pengamatan responden di Fakultas Kedokteran Unlam, didapatkan hasil data umur, TB, dan BB yang disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Umur (Tahun)
20,5 20 19,5 19 18,5 18 17,5 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Grafik 1. Persentase Perbandingan Umur Dari grafik dapat dilihat persentase umur responden rata-rata berkisar antara umur 19-20 tahun.

BB (kg)
70 60 50 40 30 20 10 0

Grafik 2. Persentase Perbandingan Berat Badan

36 B. Hasil Pengukuran dan Pengamatan 1. Pengukuran Antropometri Dari pengukuran dan pengamatan responden di Fakultas Kedokteran Unlam, didapatkan hasil data umur, TB, dan BB yang disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Umur (Tahun)
20,5 20 19,5 19 18,5 18 17,5 17 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Grafik 1. Persentase Perbandingan Umur Dari grafik dapat dilihat persentase umur responden rata-rata berkisar antara umur 19-20 tahun.

BB (kg)
70 60 50 40 30 20 10 0

Grafik 2. Persentase Perbandingan Berat Badan

Dari grafik dapat dilihat persentase tinggi badan responden rata-rata berkisar antara 147-169,5 cm.

37

BB Ideal (kg)
70 60 50 40 30 20 10 0

Grafik 3. Persentase Perbandingan Berat Badan Dari grafik diatas dapat dilihat persentase berat badan responden rata-rata berkisar antara 37-68 kg. 2. Pengukuran Kadar Hemoglobin (Hb) Dari pengukuran dan pengamatan salah satu responden mahasiswa kesehatan Masyarakatdi Fakultas Kedokteran Unlam, didapatkan hasil data kadar hemoglobin berdasarkan dua kali pengukuran dengan menggunakan metode Sahli. Hasil pengukuran pertama, yakni 7,6 gr/dL dan pengukuran kedua 10,4 mg/dL dan hasil pengukuran yang kami gunakan adalah 10,4 mg/dL. B. Interpretasi Hasil 1. Pengukuran Antropometri Kelompok yang menjadi responden dalam kegiatan pengukuran ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Jumlah tersebut merupakan jumlah dari responden yang berumur 19-20 tahun. Dari hasil wawancara mengenai identitas responden, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa. Kemudian dari interval variasi umur tidak terlalu jauh, dimana yang paling muda berusia 19 tahun dan yang paling tua berusia 20 tahun. Berdasarkan data pengukuran mengenai tinggi badan dan berat badan terhadap responden maka diperoleh data seperti yang telah disajikan pada grafik 2

38 dan grafik 3. Kemudian dari data tersebut dapat dimasukkan kedalam rumus penetapan interval berat badan ideal, yaitu: BB ideal = (TB - 100) x 90%

Keterangan: 1. Berat badan kurang 2. Berat badan normal 3. Berat badan lebih 4. Obesitas : < 90% dari BB Ideal : 90-110% dari BB Ideal : 110-120% dari BB Ideal : > 120% dari BB Ideal.

Berikut ini adalah hasil perhitungan berat badan ideal responden yang dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 3. Hasil Perhitungan BB Ideal Nama Priskilla Anugerahni Satria Muhtadi Yusuf Mufatihatul Aziza Nisa M. Ibnu Athaillah Nurmahrisa Ariska Junaidi Nida Yuniarti Nurlyana Husda Oktaviannoor Raisa Nabila Ramadhani BB (kg) 44 61 51 52 51 50 51 37 68 56 TB (cm) 159,3 166,5 154,2 169,5 160,9 164,2 152,2 147 166,2 162 BB Ideal (kg) 53 60 49 63 55 58 47 42 60 56 Perbandingan BB dgn BB Ideal (%) 82% 102% 105% 83% 93% 87% 109% 87% 114% 100% Keterangan Berat Badan Kurang Berat Badan Normal Berat Badan Normal Berat Badan Kurang Berat Badan Normal Berat Badan Kurang Berat Badan Normal Berat Badan Kurang Berat Badan Lebih Berat Badan Normal

Dari hasil perhitungan berat badan ideal berdasarkan data responden tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki berat badan yang normal, dengan rincian 5 orang normal, 4 orang memiliki berat badan kurang, dan 1 orang memiliki berat badan lebih. Informasi ini nantinya akan berguna dalam analisis mengenai status kesehatan terutama gizi dari masing-masing responden.

39 2. Pengukuran Kadar Hemoglobin (Hb) Pengukuran ini melibatkan 1 orang responden yang berumur 19 tahun, berjenis kelamin perempuan. Dari hasil wawancara mengenai identitas responden, diketahui bahwa responden tersebut memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa dengan aktivitas akedemik yang cukup sibuk. C. Analisis 1. Status Gizi Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan data serta informasi mengenai responden, dilanjutkan dengan proses analisanya untuk mengetahui indikator-indikator yang dapat digunakan dalam pemeriksaan status gizi bagi responden seperti beberapa perhitungan yang disajikan pada tabel 5. Tabel 4. Pemeriksaan Status Gizi Nama BB (kg) TB (m) TB (m)2 IMT Status Gizi BMR SDA Energi Aktifitas Fisik 1858,56 Total Kebutuhan Energi 1858,56

Priskilla Anugerahni 44 1,59 2,53 17,39 Satria Muhtadi Yusuf 61 1,67 2,79 21,86 Mufatihatul Aziza Nisa 51 1,54 2,37 21,52 M. Ibnu Athaillah 52 1,70 2,89 17,99 Nurmahrisa Ariska 51 1,61 2,59 19,69 Junaidi 50 1,64 2,69 18,59 Nida Yuniarti 51 1,52 2,31 22,08 Nurlyana 37 1,47 2,16 17,13 Husda Oktaviannoor 68 1,66 2,76 24,64 Raisa Nabila Ramadhani 56 1,62 2,62 21,37 Setelah dilakukan perhitungan

Underweight

1056

105,6

Normal Normal Underweight Normal Normal Normal Underweight Normal

1464 1224 1248 1224 1200 1224 888 1632

146,4 122,4 124,8 122,4 120,0 122,4 88,8 163,2

2737,68 2154,24 2333,76 2154,24 2244,00 2154,24 1562,88 3051,84

2737,68 2154,24 2333,76 2154,24 2244,00 2154,24 1562,88 3051,84 2365,44

Normal 1344 134,4 2365,44 IMT pada tabel diatas diperoleh kisaran

antara 17,13 yang paling rendah dan mencapai 24,64 yang paling tinggi. Berdasarkan tabel klasifikasi IMT dari WHO menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang termasuk dalam kategori normal dalam variasi nilai yang

40 berbeda-beda dan perbandingan atau perbedaan jumlah responden yang memiliki status gizi normal dengan responden yang memiliki status gizi underweight tidak terlalu jauh, hanya memiliki sedikit perbedaan dalam hal jumlah responden meskipun masih terdapat satu responden dengan status gizi lebih. Selain itu, jika membandingkan antara kategori status gizi responden pada perhitungan berat badan ideal dan hasil perhitungan IMT, tidak ditemukan adanya perbedaan yang berarti dan dalam hal ini kedua perhitungan tersebut menyatakan bahwa lebih banyak responden yang memiliki berat badan normal. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah responden yang memiliki berat badan kurang berjumlah 4 orang dan angka tersebut hampir sama dengan jumlah responden yang memiliki berat badan normal yang berjumlah 5 orang. Kemudian setelah dilakukan pemeriksaan status gizi dengan

mengkombinasikan jumlah aktivitas fisik masing -masing responden, maka hasil pengukuran status gizi mengalami perubahan jumlah responden dimana responden yang memiliki status gizi normal sebanyak 7 orang dan sisa responden lainnya yang berjumlah 3 orang memiliki status gizi kurang. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki status gizi normal yang berarti asupan nutrisi responden cukup seimbang dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkannya dan sebagian responden lainnya memiliki asupan nutrisi tidak seimbang dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Berdasarkan hasil pengukuran status gizi tersebut dapat dijelaskan mengapa lebih banyak responden yang termasuk kedalam kategori status gizi normal, hal ini dapat ditinjau dari beberapa faktor. Faktor utama yang menunjang seimbangnya kebutuhan dan asupan nutrisi tubuh antara lain tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi masing-masing responden (5). Pernyataan tersebut dapat dilihat dari aktifitas responden yang berstatus sebagai Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran di Universitas Lambung Mangkurat. Sehingga dapat disimpulkan semua responden mengetahui dan memiliki pengetahuan mengenai gizi serta informasi kesehatan lainnya. Faktor penyebab lainnya adalah besarnya aktifitas responden yang masih berstatus mahasiswa ditunjang dengan intake makanan yang besar mengakibatkan

41 secara tidak langsung responden telah menjaga keseimbangan antara konsumsi asupan nutrisi dan kebutuhan energi yang diperlukan oleh tubuh responden, sehingga jumlah konsumsi nutrisi yang besar berhasil digunakan dengan baik melalui aktifitas fisik mahasiswa yang padat, seperti belajar, berpikir, melakukan mobilitas tinggi, dan aktif dalam bergerak. Sedangkan responden lainnya yang memiliki status gizi kurang dapat disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi dibandingkan besarnya aktifitas yang harus dilakukan sebagai mahasiswa, dimana asupan tersebut diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh responden dalam melakukan segenap aktifitas fisik mahasiswa yang termasuk kategori sedang. Jumlah dan jenis asupan makanan yang telah disebutkan sebelumnya dapat dilihat dalam hasil recall pada sub-bab selanjutnya. Kembali pada hasil pengukuran status gizi menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Berat Badan Ideal (BBI) dimana hasil perhitungan yang ditunjukkan dapat dikatakan cukup baik, meskipun terdapat beberapa responden yang masih memiliki status gizi kurang. Keadaan yang patut diwaspadai adalah jika status gizi kurang tersebut terus dibiarkan, akibatnya dapat mengganggu aktifitas jaringan tubuh responden yang masih memerlukan pertumbuhan dan perkembangan serta reproduksi jaringan tubuh yang rusak, dapat pula menyebabkan responden kekurangan energi dalam menopang aktifitas fisiknya dalam arti lain turunnya produktifitas kerja, serta mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit semakin berkurang (15). Namun hal-hal tersebut dapat ditanggulangi dengan pengaturan menu makanan seimbang dan kesadaran responden dalam mengatur konsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi yang mereka butuhkan. 2. Hemoglobin (Hb) Berdasarkan hasil pengukuran Hb terhadap seorang responden wanita, yakni 10.4 mg/dL dapat disimpulkan bahwa kadar Hb resonden tersebut dibawah batas normal menurut WHO atau biasa disebut anemia. Pernyataan diatas perlu dianalisis kembali, mengapa responden dapat mengalami kejadian anemia (kurang darah). Hal ini dapat ditinjau kembali melalui satu faktor kepada faktor lainnya

42 yang dimiliki responden. Faktor pertama adalah jenis kelamin responden yang notabene adalah wanita, dimana setiap bulannya selalu melewati masa menstruasi sehingga mengakibatkan responden kehilangan banyak darah secara rutin. Selain itu faktor lainnya adalah asupan zat besi, dan pola hidup yang tidak sehat. Belum lagi aktifitas fisik dan mobilitas tinggi yang dialami responden sebagai mahasiswa, mengakibatkan kebutuhan asuan gizi semakin meningkat sehingga beberapa jenis zat besi tidak dapat tercukupi dengan baik. Namun, faktor-faktor tersebut dapat dicegah dengan suplementasi zat besi, fortifikasi zat besi, mencegah penyakit kecacingan dan mengubah pola hidup dan makan menjadi lebih seimbang, terhadap pemasukan (intake) maupun pengeluaran (outcome). 3. Solusi dan Rekomendasi 1. Status Gizi Solusi dan rekomendasi yang kami ajukan untuk bebrapa responden yang memiliki status gizi kurang pada kelompok V IKMT - Program Gizi adalah penyusunan menu untuk responden perlu untuk dilakukan. Salah satu contoh menu modifikasi untuk responden dengan 37 kg dan tinggi badan 147 cm dan 68 kg dan 166 cm, adalah sebagai berikut: Perhitungan IMTnya untuk responden dengan 37 kg dan tinggi badan 147 cm sebagai berikut: IMT = = = = BB TB2 37 (1,47)2 37 2,16 17,13

Perhitungan BMRnya sebagai berikut: BMR = = = BB x 24 37 x 24 888

Perhitungan SDAnya sebagai berikut: SDA = BMR x 10%

43 = = Formulasi 888 x 10% 88,8 = BMR = 888 = 976,8 + SDA + 88,8

Energi Aktifitas Fisik

= FAF X (BMR+SDA) = 1,6 X 976,8 = 1562,88 kalori

Penentuan Menu Seimbang Berdasarkan Berat Badan Ideal: a. Nurlyana Berat Badan : 45 kg Tinggi Badan : 147 cm Aktivitas mahasiswa : Ringan-sedang Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 IMT = 45 : (1,47)2 BMR SDA = 10% X 1739 Energi Aktivitas Fisik 1,6 x ( 1149 + 114,9) Jadi Total Kebutuhan Energi/hari 2022,2 kalori 20,5 (Normal) 1149 kalori 114,9 kalori 2831 kalori

44 Total Kebutuhan Energi/hari: 2022,2 kalori Pagi : Nasi 1 gelas (167,5 gr) Ayam 1 potong sdg (50 gr) Minyak sdm Air putih 1 gelas (400 ml) : Apel 1 buah sedang (150 gr) Sirup 1 gelas (2 sdm/15 gr) Permen (3 biji/2,5 gr) : Nasi 1 gelas (167,5 gr) Ayam 1 potong (50 gr) Sayur (1 gelas/100 gr) Minyak sdm Air putih 1 gelas (400 ml) : Roti putih 2 iris (2 x 40 gr) Teh manis 1 gelas (10 gr) : Nasi 1 gelas (167,5 gr) Ayam 1 potong (50 gr) Minyak sdm Air putih 2 gelas (400 ml) : Pisang ambon 2 buah (2 X 50 gr) Susu sapi (1 gelas/200 gr) Total = 291 kalori = 95 kalori = 45 kalori = 0 kalori = 120 kalori = 40 kalori = 20 kalori = 291 kalori = 142,5 kalori = 50 kalori = 45 kalori = 0 kalori = 175 kalori = 40 kalori = 291 kalori = 95 kalori = 45 kalori = 0 kalori = 80 kalori = 110 kalori 2023,5 kalori

Snack

Siang

Snack Malam

Snack

Perhitungan IMTnya untuk responden dengan 68 kg dan tinggi badan 166 cm sebagai berikut: IMT = = = = BB TB2 68 (1,66)2 68 2,76 24,64

Perhitungan BMRnya sebagai berikut: BMR = = = BB x 24 68 x 24 1632

45 Perhitungan SDAnya sebagai berikut: SDA = = = BMR x 10% 1632 x 10% 163,2 = BMR + SDA = 1632 + 163,2 = 1795,2 = FAF X (BMR+SDA) = 1,7 X 1795,2 = 3051,84 kalori

Formulasi

Energi Aktifitas Fisik

b. Husda Oktaviannoor Berat Badan : 60 kg Tinggi Badan : 166 cm Aktivitas mahasiswa : Ringan-sedang Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 IMT = 60 : (1,66)2 BMR SDA = 10% X 1739 Energi Aktivitas Fisik 1,7 x ( 1589 + 158,9) Jadi Total Kebutuhan Energi/hari 2971,4 kalori 21,4(Normal) 1589 kalori 158,9 kalori 2971,4 kalori

Total Kebutuhan Energi/hari: 2971 kalori Pagi : Nasi 2 gelas (268 gr) Ayam 2 potong (2 x 50 gr) Sayur 1 gelas (100 gr) Minyak sdm Air putih 2 gelas (400 ml) : Anggur 20 biji (20 x 7,5 gr) Sirup 1 gelas (2 sdm/15 gr) Permen (1 biji/2,5 gr) = 465 kalori = 190 kalori = 50 kalori = 45 kalori = 0 kalori = 80 kalori = 40 kalori = 4 kalori

Snack

46 Siang : Nasi 2 gelas (167,5 gr) Ayam 2 potong ( 2 x 50gr) Minyak sdm Bayam 1 gelas (100 gr) Air putih 2 gelas (400 ml) : Roti putih 4 iris (4 x 40 gr) Biskuit 4 buah (50 gr) : Nasi 2 gelas (167,5 gr) Ayam 2 potong (2 x 50 gr) Minyak sdm Air putih 2 gelas (400 ml) : Durian 9 biji ( 9 X 13,3 gr) Total = 465 kalori = 190 kalori = 45 kalori = 50 kalori = 0 kalori = 350 kalori = 175 kalori = 465 kalori = 190 kalori = 45 kalori = 0 kalori = 120 kalori 2969 kalori

Snack Malam

Snack

2. Hemoglobin (Hb) Solusi dan rekomendasi yang kami ajukan untuk memperbaiki kondisi tekanan rendah (hipotensi) pada responden agar Hb kembali menjadi normal perlu perbanyak minum air putih agar mempercepat peredaran darah terutama dalam membawa oksigen. Disamping itu perlu juga makan-makanan yang mengandung banyak hem seperti daging dan mengkonsumsi suplemen zat besi yang berfungsi meningkatkan kadar hemoglobin dalam tubuh, namun tentu olahraga yang cukup supaya menjaga elastisitas pembuluh darah.

Anda mungkin juga menyukai