Anda di halaman 1dari 3

1.

Bagaimana mengetahui ambang batas masalah gizi sebagai masalah kesehatan


masyarakat?

Ambang Batas Masalah Gizi sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat Penilaian


masalah gizi sebagai masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah dilakukan dengan
membandingkan jenis dan besaran masalah gizi dengan ambang batas (cut off) yang telah
disepakati secara secara universal. Bila besaran masalah gizi di suatu wilayah berada
diatas ambang batas yang ditentukan, maka masalah tersebut dianggap sebagai masalah
kesehatan masyarakat. Tabel ambang batas masalah gizi sebagai masalah kesehatan
masyarakat dipergunakan pentahapan dan prioritas perencanan perbaikan gizi

Untuk mengetahui seorang anak menderita gizi buruk perlu dihitung status
gizinya. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung antara lain dengan antropometri,
biokimia, klinik, biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dilakukan dengan
survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengukuran yang sering
digunakan adalah pengukuran dengan antropometri. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Berat badan merupakan antropo-metri yang paling banyak digunakan karena
parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf. Standar baku
yang dianjurkan untuk menilai status gizi anak di bawah lima tahun di Indonesia adalah
baku World Health Organization-National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).
Indeks antropometri yang sering digunakan untuk mendeteksi gizi buruk adalah berat
badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan
ambang batas memakai standar deviasi unit (SD) yang disebut Z-Skor dan dibandingkan
dengan Klasifikasi Status Gizi Anak. Untuk menghitung status gizi diperlukan tabel baku
rujukan WHO-NCHS.

2. Bagaimana patogenesis terjadinya masalah gizi khususnya Kurang Energi Protein di


Indonesia?

Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi, dipengaruhi oleh berbagai


faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan. Masalah gizi pada
anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga,
karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi (KEP) tidak selalu didahului oleh
terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan seperti KEP dewasa. Hal ini berarti
dalam kondisi pangan melimpah, masih mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak
balita. KEP pada anak balita sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden
hunger. Dengan demikian penyebab KEP anak balita lebih kompleks dan melalui
berbagai tahapan, yaitu penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah, dan pokok
masalah.

Anda mungkin juga menyukai