Untuk mengetahui seorang anak menderita gizi buruk perlu dihitung status
gizinya. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung antara lain dengan antropometri,
biokimia, klinik, biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dilakukan dengan
survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengukuran yang sering
digunakan adalah pengukuran dengan antropometri. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Berat badan merupakan antropo-metri yang paling banyak digunakan karena
parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf. Standar baku
yang dianjurkan untuk menilai status gizi anak di bawah lima tahun di Indonesia adalah
baku World Health Organization-National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).
Indeks antropometri yang sering digunakan untuk mendeteksi gizi buruk adalah berat
badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan
ambang batas memakai standar deviasi unit (SD) yang disebut Z-Skor dan dibandingkan
dengan Klasifikasi Status Gizi Anak. Untuk menghitung status gizi diperlukan tabel baku
rujukan WHO-NCHS.