2
Ind
p
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2012
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
613.2
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
p Pedoman kegiatan gizi dalam penanggulangan
bencana,-- Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2012.
ISBN 978-602-235-138-2
1. Judul I. NUTRITION
II. FOOD III. EMERGENCY CARE
IV. CIVIL DEFENSE V. DISASTER
613.2
Ind
p
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2012
613.2
Ind p
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................... .
1
B. Tujuan ............................................................................ 3
1. Tujuan Umum ............................................................. 3
2. Tujuan Khusus ............................................................. 3
C. Definisi Operasional ....................................................... 4
LAMPIRAN........................................................................................... 32
A. Latar Belakang
Posisi wilayah Indonesia, secara geografis dan demografis rawan
terjadinya bencana alam dan non alam seperti gempa tektonik, tsunami,
banjir dan angin puting beliung. Bencana non alam akibat ulah manusia
yang tidak mengelola alam dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
bencana alam, seperti tanah longsor, banjir bandang, kebakaran
hutan dan kekeringan. Selain itu, keragaman sosio-kultur masyarakat
Indonesia juga berpotensi menimbulkan gesekan sosial yang dapat
berakibat terjadi konflik sosial.
Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Kementerian
Kesehatan RI, pada tahun 2009. tercatat 287. kali kejadian bencana
dengan korban meninggal sebanyak 1.5.13 orang, luka berat/rawat
inap sebanyak 1.49.5. orang, luka ringan/rawat jalan 5.6.65.1
orang, korban hilang 7.2 orang dan mengakibatkan 45.9..387. orang
mengungsi. Selanjutnya, pada tahun 2010 tercatat 315. kali kejadian
bencana dengan korban meninggal sebanyak 1.385. orang, luka
berat/rawat inap sebanyak
4.085. orang, luka ringan/rawat jalan 9.8.235. orang, korban hilang 247.
orang dan mengakibatkan 618.880 orang mengungsi. Sementara itu,
pada tahun 2011 tercatat 211 kali kejadian bencana dengan korban
meninggal sebanyak 5.5.2 orang, luka berat/rawat inap sebanyak 1.5.7.1
orang, luka ringan/rawat jalan 12.39.6 orang, korban hilang 264 orang
dan mengakibatkan 144.604 orang mengungsi. Dampak bencana
tersebut, baik bencana alam maupun konflik sosial, mengakibatkan
terjadinya kedaruratan di segala bidang termasuk kedaruratan situasi
masalah kesehatan dan gizi.
Dampak akibat bencana secara fisik umumnya adalah rusaknya berbagai
sarana dan prasarana fisik seperti permukiman, bangunan fasilitas
pelayanan umum dan sarana transportasi serta fasilitas umum lainnya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Petugas memahami kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana
mulai dari pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secara
cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya penurunan status gizi
korban bencana.
2. Tujuan Khusus
a. Petugas memahami kegiatan penanganan gizi pada pra
bencana
b. Petugas memahami pengelolaan penyelenggaraan makanan
pada situasi bencana
c. Petugas mampu menganalisis data hasil Rapid Health
Assessment (RHA) kejadian bencana
d. Petugas mampu menganalisis data status gizi balita dan ibu
hamil korban bencana.
e. Petugas mampu melaksanakan pemantauan dan evaluasi
pasca bencana
A. Pra Bencana
Penanganan gizi pada pra bencana pada dasarnya adalah kegiatan
antisipasi terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain sosialisasi dan pelatihan petugas
seperti manajemen gizi bencana, penyusunan rencana kontinjensi
kegiatan gizi, konseling menyusui, konseling Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI), pengumpulan data awal daerah rentan bencana,
penyediaan bufferstock MP-ASI, pembinaan teknis dan pendampingan
kepada petugas terkait dengan manajemen gizi bencana dan berbagai
kegiatan terkait lainnya.
Pa
sc
a-
Be Pemantauan dan Evaluasi
nc
an
a
Tabel 1
Contoh Standar Ransum Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal
Kebutuhan/Orang/ Ukuran Rumah Tangga
Bahan Makanan
Hari (g) (URT)1
Biskuit 100 10-12 bh
Mie Instan 320 3 gls (4 bks)
Sereal (Instan) 5.0 5. sdm (2 sachets)
Blended food (MP-ASI) 5.0 10 sdm
Susu untuk anak balita (1-5. tahun) 40 8 sdm
Energi (kkal) 2.138
Protein (g) 5.3
Lemak (g) 40
Catatan:
1. Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan perencanaan secara keseluruhan
2. Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah pengungsi, perlu ada Blended food (MP-ASI)
dan susu untuk anak umur 1-5. tahun di dalam standar perencanaan ransum
3. Penerimaan dan Pendistribusian melalui dapur umum
4. Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10% untuk hal tak terduga atau kehilangan
1 Ukuran Rumah Tangga (URT): bh = buah; gls = gelas; sdm = sendok makan; bks = bungkus
Contoh perhitungan kebutuhan bahan makanan sesuai standar ransum
berdasarkan jumlah korban bencana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Contoh Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan Mentah untuk 1500
Orang Selama 3 Hari pada Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal
Kebutuhan Bahan
Makanan
Untuk 1500 Jumlah
Kebutuhan/ Tambahan
Bahan Makanan Pengungsi Kebutuhan
Orang/Hari (g) 10% (kg)
(kg)
Per 3
Per Hari (kg) Hari
(kg)
Biskuit 100 15.0 45.0 45. 49.5.
Mie Instan 320 480 1440 144 15.84
Sereal (Instan) 5.0 7.5. 225. 22,5. 247.,5.
Blended food
5.0 7.5. 225. 22,5. 247.,5.
(MP-ASI)
Susu untuk anak
40 60 180 18 19.8
balita (1-5. tahun)
Keterangan:
1 porsi (p) nasi/penukar ditambahkan pada makanan ibu menyusui dengan rincian tambahan ½ p pada
makan pagi dan ½ p pada makan malam
Catatan:
• Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk,
sayuran dan buah belum dapat diperoleh
• Tablet Fe (folat) terus diberikan dan dikonsumsi
• Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
• Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan
makan
siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar
• Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
• Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya
segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan, sayuran dapat
dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
1. Pra Bencana
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi
bencana
b. Tersedianya rencana kegiatan antisipasi bencana (rencana
kontinjensi)
c. Terlaksananya sosialisasi dan pelatihan petugas
d. Terlaksananya pembinaan antisipasi bencana
e. Tersedianya data awal daerah bencana
3. Pasca Bencana
a. Terlaksananya pembinaan teknis pasca bencana
b. Terlaksananya pengumpulan data perkembangan status gizi
korban bencana.
c. Terlaksananya analisis kebutuhan (need assessment) kegiatan gizi
pasca bencana
Contoh instrumen pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dapat dilihat pada
Lampiran 9..
Tabel 1
Contoh Standar Ransum Fase II Tahap Tanggap Darurat Awal
Jumlah/Orang/Hari (g)
Bahan Makanan
Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5
Sereal (beras, terigu,
400 420 35.0 420 45.0
jagung, bulgur)
Kacang-kacangan 60 5.0 100 60 5.0
Minyak goreng 25. 25. 25. 30 25.
Ikan/daging kaleng - 20 - 30 -
Gula 15. - 20 20 20
Garam beriodium 5. 5. 5. 5. 5.
Buah dan Sayur - - - - 100
Blended Food (MP-
5.0 40 5.0 - -
ASI)
Bumbu - - - - 5.
Energi (kkal) 2113 2106 2087. 209.2 2116
Protein (g; % kkal) 5.8 g; 11% 60 g; 11% 7.2 g; 14% 45. g; 9.% 5.1 g; 10%
Lemak (g; % kkal) 43 g; 18% 47. g; 20% 43 g; 18% 38 g; 16% 41 g; 17.%
Sumber: UNHCR, Handbook for Emergencies
Catatan :
Contoh ransum tipe 1, 2, 3, 4, dan 5. merupakan alternatif sesuai dengan faktor-faktor kebiasaan serta
ketersediaan pangan setempat
Ukuran Rumah
Kebutuhan/Orang/Hari
Tangga
Bahan Makanan (g)
(URT)
Sereal (beras, terigu, jagung) 400 2 gls
Kacang-kacangan 60 6-9. sdm
Minyak goring 25. 2-3 sdm
Ikan/daging kaleng -
Gula 15. 1-2 sdm
Garam beriodium 5. 1 sdm
Buah dan Sayur -
Blended Food (MP-ASI) 5.0 10 sdm
Energi (kkal) 2.113
Protein (g; % kkal) 5.8 g; 11%
Lemak (g; % kkal) 43g; 18%
Catatan:
Ukuran Rumah Tangga (URT): gls = gelas; sdm = sendok makan
Kebutuhan Bahan
Makanan Penambahan
Kebutuhan/
Kebutuhan
Bahan Makanan Orang/Hari Untuk 1500 Pengungsi Bahan Makanan
(g)
Per Hari Per 10 Hari 10% (kg)
(kg) (kg)
Sereal (beras, terigu,
400 600 6.000 6600
jagung)
Kacang-kacangan 60 9.0 9.00 9.9.0
Minyak goreng 25. 37.,5. 37.5. 412,5.
Ikan/daging kaleng -
Gula 15. 22,5. 225. 247.,5.
Garam beriodium 5. 7.,5. 7.5. 82,5.
Buah dan Sayur -
Blended Food (MP-
5.0 7.5. 7.5.0 825.
ASI)
Energi (kkal) 2.113
Protein (g; % kkal) 5.8 g; 11%
Lemak (g; % kkal) 43g; 18%
Bahan Makanan R1 R2 R3 R4 R5
Blended Food Fortified/MP-ASI bubuk 100 125. 100
Sereal 125.
Biskuit Tinggi energy 125.
Minyak yang sudah difortifikasi dengan
15. 20 10 10
vitamin A
Biji-bijian 30 30
Gula 10 10
Garam beriodium 5.
Energi (kkal) 620 5.60 7.00 605. 5.10
Protein(g) 25. 15. 20 23 18
Lemak % (kkal) 30 30 28 26 29.
Catatan :
R = Rusum
Tabel 7
Contoh Menu Hari I sampai V
Untuk Bayi 6-8 Bulan (650 kkal)
Waktu Menu Hari
Makan I II III IV V
Setiap
ASI ASI ASI ASI ASI
Waktu
Bubur siap saji Bubur siap saji Bubur siap saji Bubur siap saji Bubur siap saji
Pagi
rasa pisang rasa apel rasa jeruk rasa pisang rasa jeruk
Siang Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi
Bubur siap saji
Bubur siap saji Bubur siap saji Bubur siap saji Bubur siap saji
Sore rasa kacang
rasa ikan rasa ayam rasa kacang hijau rasa daging sapi
merah
Catatan:
• ASI diteruskan sekehendak bayi
• Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk,
sayuran dan buah belum dapat diperoleh
• Setelah hari ke-5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar, sehingga menu lebih bervariasi
dengan diberikan makanan selingan berupa buah+biskuit, dan makan sore dilengkapi dengan lauk pauk
dan sayuran segar
• Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
• Lauk hewani dapat diberikan bervariasi sesuai dengan bahan makanan segar yang tersedia,
seperti
ayam, ikan, daging, ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
43
42 II Pedoman
PedomanKegiatan
KegiatanGizi
Gizi Dalam
DalamPenanggulangan
PenanggulanganBencana
Bencana
Tabel 12
Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari
Untuk Anak 24-47 Bulan (1300 kkal)
43
43 II Pedoman
PedomanKegiatan
KegiatanGizi
Gizi Dalam
DalamPenanggulangan
PenanggulanganBencana
Bencana
Tabel 13
Contoh Menu Hari I – Hari V Untuk
Anak 24-47 Bulan (1300 kkal)
Menu Hari
Waktu Makan
I II III IV V
Pagi Bubur beras Nasi Mie goreng Campur Nasi goreng Nasi uduk
Abon Ikan kaleng saus tomat daging kaleng Abon Perkedel daging kaleng
Susu Susu Susu Susu Susu
Selingan Biskuit Buah kaleng Biskuit Buah kaleng Biskuit
Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup,
jus dll) jus dll) jus dll) jus dll) jus dll)
Siang Nasi Nasi Nasi uduk Nasi Nasi
Ikan tuna kaleng tumis Daging kaleng bumbu Abon ikan Sup jamurkaleng danteri Tumis Dendeng manis
bawang santan
Selingan Buah kaleng Biskuit Buah kaleng Biskuit Buah kaleng
Minuman manis (teh,sirup, Minuman manis (teh,sirup, Minuman manis (teh,sirup, Minuman manis (teh,sirup, Minuman manis (teh,sirup,
jus dll) jus dll) jus dll) jus dll) jus dll)
Sore Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Sup jamur kaleng dan teri Tumis Dendeng manis Sup daging kaleng Ikan sarden bumbu sambal Tim teri bumbu tomat
Susu Susu Susu goreng Susu
Susu
Catatan:
• Menu ini diberikan selama 5. hari pertama dimana umumnya bahan makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh
• Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih
• Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi lebih besar
• Setelah hari ke-5. diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
• Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar
• Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
• Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
• Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
• Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/ hari dalam salah satu makanan anak
43
44 II Pedoman
PedomanKegiatan
KegiatanGizi
Gizi Dalam
DalamPenanggulangan
PenanggulanganBencana
Bencana
Tabel 14
Pembagian Porsi Menu Makanan Sehari
Untuk Anak 48-59 Bulan (1750 kkal)
45. II Pedoman
45 PedomanKegiatan
KegiatanGizi
Gizi Dalam
DalamPenanggulangan
PenanggulanganBencana
Bencana
Tabel 15
Contoh Menu Hari I – Hari V Untuk
Anak 48-59 Bulan (1750 kkal)
Waktu Menu Hari
Makan I II III IV V
Pagi Bubur beras Nasi Mie goreng Nasi goreng Nasi uduk
Abon Ikan kaleng Campur daging kaleng Abon Perkedel daging kaleng-Susu
Susu saus tomat Susu Susu
Susu
Selingan Biskuit Buah kaleng Biskuit Buah kaleng-Minuman manis Biskuit
Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup, (teh, sirup, jus dll) Minuman manis (teh, sirup,
jus dll) jus dll) jus dll) jus dll)
Siang Nasi Nasi Nasi uduk Nasi Nasi
Ikan tuna kaleng tumis bawang Daging kaleng bumbu santan Abon ikan Sup jamurkaleng danteri Tumis Dendeng manis
Selingan Buah kaleng-Minuman manis Biskuit Buah kaleng Biskuit Buah kaleng
(teh, sirup, jus dll) Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup, Minuman manis (teh, sirup,
jus dll) jus dll) jus dll) jus dll)
Sore Nasi Nasi Nasi Nasi Nasi
Sup jamur kaleng dan teri Tumis dendeng manis Sup daging kaleng Ikan sarden bumbu Tim teri bumbu tomat
Susu Susu Susu sambal goreng Susu
Susu
Catatan:
• Menu ini diberikan selama 5. hari pertama dimana umumnya bahan makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat diperoleh
• Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih
• Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi lebih besar
• Setelah hari ke-5. diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
• Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar
• Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
• Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
• Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis sayurannya
• Tambahkan taburia 1 sachet (1 g)/ hari dalam salah satu makanan anak
• Perbedaan dengan anak usia 2-3 tahun terdapat pada jumlah bahan makanan yang diberikan
45. II Pedoman
46 PedomanKegiatan
KegiatanGizi
Gizi Dalam
DalamPenanggulangan
PenanggulanganBencana
Bencana
Lampiran 3 ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA (ORANG/HARI) 1
Berat Tinggi Pro- Vit E Thia- Ribo- Asam Piri- Kal- Fos- Magne- Sele-
Kelompuk Energi Vit A Vit D Vit K Niacin Vit B12 Vit C Besi Iodium Seng Mangan Fluor
No Badan Badan tein (mg) min flavin Folat doksin sium for sium nium
Umur (kkal) (RE) (mcg) (mcg) (mg) (mcg) (mg) (mg) (mcg) (mg) (mg) (mg)
(kg) (cm) (g) (mcg) (mg) (mcg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg)
Anak
1 0 - 6 bulan 6,0 60 550 10 375 5 4 5 0,3 0,3 2 65 0,1 0,4 40 200 100 25 0,5 90 1,3 5 0,003 0,01
2 7 - 11 bulan 8,5 71 650 16 400 5 5 10 0,4 0,4 4 80 0,3 0,5 40 400 225 55 7 90 7,5 10 0,6 0,4
3 1 - 3 tahun 12,0 90 1000 25 400 5 6 15 0,5 0,5 6 150 0,5 0,9 40 500 400 60 8 90 8,2 17 1,2 0,6
4 4 - 6 tahun 17,0 110 1550 39 450 5 7 20 0,6 0,6 8 200 0,6 1,2 45 500 400 80 9 120 9,7 20 1,5 0,8
5 7 - 9 tahun 25,0 120 1800 45 500 5 7 25 0,9 0,9 10 200 1,0 1,5 45 600 400 120 10 120 11,2 20 1,7 1,2
Pria
6 10 -12 tahun 35,0 138 2050 50 600 5 11 35 1,0 1,0 12 300 1,3 1,8 50 1000 1000 170 13 120 14 20 1,9 1,7
7 13 - 15 tahun 45,0 150 2400 60 600 5 15 55 1,2 1,2 14 400 1,3 2,4 75 1000 1000 220 19 150 17,4 30 2,2 2,3
8 16 - 18 tahun 55,0 160 2600 65 600 5 15 55 1,3 1,3 16 400 1,3 2,4 90 1000 1000 270 15 150 17,0 30 2,3 2,7
9 19 - 29 tahun 56,0 165 2550 60 600 5 15 65 1,2 1,3 16 400 1,3 2,4 90 800 600 270 13 150 12,1 30 2,3 2,7
10 30 - 49 tahun 62,0 165 2350 60 600 5 15 65 1,2 1,3 16 400 1,3 2,4 90 800 600 300 13 150 13,4 30 2,3 3,0
11 50 - 64 tahun 62,0 165 2250 60 600 10 15 65 1,2 1,3 16 400 1,7 2,4 90 800 600 300 13 150 13,4 30 2,3 3,0
12 65 + tahun 62,0 165 2050 60 600 15 15 65 1,0 1,3 16 400 1,7 2,4 90 800 600 300 13 150 13,4 30 2,3 3,0
Wanita
13 10 -12 tahun 37,0 145 2050 50 600 5 11 35 1,0 1,0 12 300 1,2 1,8 50 1000 1000 180 20 120 12,6 20 1,6 1,8
14 13 - 15 tahun 48,0 153 2350 57 600 5 15 55 1,1 1,0 13 400 1,2 2,4 65 1000 1000 230 26 150 15,4 30 1,6 2,4
15 16 - 18 tahun 50,0 154 2200 50 600 5 15 55 1,1 1,0 14 400 1,2 2,4 75 1000 1000 240 26 150 14,0 30 1,6 2,5
16 19 - 29 tahun 52,0 156 1900 50 500 5 15 55 1,0 1,1 14 400 1,3 2,4 75 800 600 240 26 150 9,3 30 1,8 2,5
17 30 - 49 tahun 55,0 156 1800 50 500 5 15 55 1,0 1,1 14 400 1,3 2,4 75 800 600 270 26 150 9,8 30 1,8 2,7
18 50 - 64 tahun 55,0 156 1750 50 500 10 15 55 1,0 1,1 14 400 1,5 2,4 75 800 600 270 12 150 9,8 30 1,8 2,7
19 65 + tahun 55,0 156 1600 50 500 15 15 55 1,0 1,1 14 400 1,5 2,4 75 800 600 270 12 150 9,8 30 1,8 2,7
Hamil
20 Trimester I + 100 + 17 +300 +0 +0 +0 + 0,3 + 0,3 +4 + 200 + 0,4 + 0,2 + 10 +150 +0 + 30 +0 + 50 + 1,7 +5 + 0,2 + 0,2
21 Trimester II + 300 + 17 +300 +0 +0 +0 + 0,3 + 0,3 +4 + 200 + 0,4 + 0,2 + 10 +150 +0 + 30 +9 + 50 + 4,2 +5 + 0,2 + 0,2
22 Trimester III + 300 + 17 +300 +0 +0 +0 + 0,3 + 0,3 +4 + 200 + 0,4 + 0,2 + 10 +150 +0 + 30 + 13 + 50 + 9,0 +5 + 0,2 + 0,2
Menyusui
23 6 bulan pertama + 500 + 17 +350 +0 +4 +0 + 0,3 + 0,4 +3 + 100 + 0,5 + 0,4 + 45 +150 +0 + 30 +6 + 50 + 4,6 + 10 + 0,8 + 0,2
24 6 bulan kedua + 550 + 17 +350 +0 +4 +0 + 0,3 + 0,4 +3 + 100 + 0,5 + 0,4 + 45 +150 +0 + 30 +6 + 50 + 4,6 + 10 + 0,8 + 0,2
1
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1593/Menkes/SK/XI/2005 tanggal 24 Nopember 2005, tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
Tanggal : Kecamatan :
Nama Posko : Kabupaten/Kota :
Desa/Kelurahan : Provinsi :
FORMULIR II. HASIL PENGUKURAN ANTROPOMETRI DAN FAKTOR PENYULIT PADA ANAK BALITA 2
Tanggal : Kecamatan :
Nama Posko : Kabupaten/Kota :
Desa/Kelurahan : Provinsi :
Jenis
Kelamin Antropometri Faktor Penyulit
Nama Klinis
Nama Tanggal Lahir Umur
No Kepala BB/PB Gizi
Balita (Tgl-Bln-Thn) (Bulan) LiLA Kategori PB atau
Keluarga L P BB (kg) atau Diare ISPA Campak Malaria Lain-lain
(cm) LiLA TB (cm) BB/TB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah
2Keterangan:
3Keterangan:
Kategori Lingkar Lengan Atas (LiLA) Ibu Hamil: <23,5 cm = risiko Kurang Energi Kronis (KEK); ≥23,5 cm = Normal
1 Rekomendasi didasarkan pada Kode Internasional Pemasaran Susu Formula, World Health Assembly
(WHA) tahun 19.9.4 dan 19.9.6, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pemasaran
Pengganti ASI, dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 tentang Pemberian
ASI Eksklusif pada bayi di Indonesia. WHA ke 47. menyatakan: Pada operasi penanggulangan bencana,
pemberian ASI pada bayi harus dilindungi, dipromosikan dan didukung. Semua sumbangan
susu formula atau produk lain dalam lingkup Kode, hanya boleh diberikan dalam keadaan terbatas.
2. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya.
3. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan
bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah
dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
4. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30%
dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan
karena masih memberikan manfaat.
E. Menepis Mitos
Mitos tentang menyusui dapat mengurangi rasa percaya diri ibu maupun
dukungan yang diterimanya. Empat mitos yang paling sering adalah:
Air Susu Ibu (ASI) dan menyusui bukan hanya bermanfaat bagi bayi,
melainkan juga bagi ibu, keluarga, masyarakat, rumah sakit, dan lingkungan.
Menyusui juga memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan fisik dan
emosional baik ibu maupun bayi. ASI bukan hanya sumber nutrisi optimal,
melainkan juga mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap
berbagai penyakit. Oleh karena manfaatnya yang sedemikian besar, baik
jangka pendek maupun jangka panjang, sudah sepantasnya setiap
tenaga kesehatan maupun anggota masyarakat turut mendukung dan
menggalakkan pemakaian ASI.
Rekomendasi IDAI
1. Dokter spesialis anak dan tenaga medis merekomendasikan ASI bagi
semua bayi yang tidak memiliki kontraindikasi medis serta memberikan
edukasi mengenai manfaat ASI dan menyusui.
a. Kontraindikasi medis yang dimaksud mengacu pada Panduan
WHO 2009., termuat pada bagian selanjutnya dari rekomendasi
ini. Bila terdapat kontraindikasi, maka harus ditelaah lebih lanjut,
apakah kontraindikasi tersebut bersifat sementara atau permanen.
Bila kontraindikasi hanya bersifat sementara, maka ibu dianjurkan
memerah ASI untuk menjagai kesinambungan produksi ASI.
Bila menyusui langsung tidak memungkinkan, maka dianjurkan
memberikan ASI yang diperah.
b. Keputusan untuk tidak menyusui atau menghentikan menyusui
sebelum waktunya didasarkan pada pertim- bangan bahwa risiko
menyusui akan lebih membahayakan dibanding manfaat yang akan
didapatkan.
Kepustakaan
1. Lucas A, Prewett RB, Mitchell MD. Breastfeeding and plasma oxytocin
concentrations. Br Med J. 19.80;281:834-5..
2. Beral V. Breast cancer and breastfeeding: collaborative reanalysis of
individual data from 47. epidemiological studies in 30 countries, including
5.0302 woman with breast cancer and 9.69.7.3 woman without the
disease. Lancet. 2002;360:187.-9.5..
3. Saadeh R, Benbouzid D. Breastfeeding and child spacing: importance of
information collection to public health policy. Bull World Health Organ.
19.9.0;68:625.-31.
4. Popkin BM, Adair L, Akin JS, Black R. Breastfeeding and diarrheal
morbidity. Pediatrics. 19.9.0;86:87.4-82.
5.. Howie PW, Forsyth JS, Ogston SA, Clark A, Florey CV. Protective
effect of breastfeeding against infection. BMJ. 19.9.0;300:11-6.
6. Scariati PD, Grummer-Strawn LM, Fein SB. A longitudinal analysis of
infant morbidity and the extent of breastfeeding in the United States.
Pediatrics. 19.9.7.;9.9.:e5..
7.. Kramer MS, Chalmers B, Hodnett ED, Sevkovskaya Z, Dzikovich I,
Shapiro S, et al. Promotion of breastfeeding intervention trial
(PROBIT). JAMA. 2001;285.:413-20.
8. Cesar JA, Victora CG, Barros FC, Santos IS, Flores JA. Impact of
breastfeeding on admission for pneumonia during postneonatal
period in Brazil: nested case-control. BMJ. 19.9.9.;318:1316-20.
Pengurus Pusat
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Sumber : www.idai.or.id
Provinsi :
Kabupaten :
No Komponen Kegiatan Ya Tidak Keterangan
1 Pra Bencana
a. Tersedia Pedoman
b. Tersedia contingency plan
c. Dilaksanakan sosialisasi dan pelatihan
petugas
d. Dilakukan pembinaan antisipasi bencana
e. Tersedianya data awal daerah bencana
2 Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat
Lanjut
a. Tersedia data sasaran
b. Tersedia standar ransum
c. Tersedia daftar menu makanan
d. Dilaksanakannya pengumpulan data
antropometri balita
e. Dilaksanakannya pengumpulan data
antropometri ibu hamil dan ibu menyususi
(LiLA)
f. Dilaksakannya konseling menyusui
g. Dilaksakannya konseling MP-ASI
h. Tersedia makanan tambahan atau MP-
ASI
i. Tersedia Kapsul vitamin A
j. Dilaksanakannya pemantauan bantuan
pangan dan susu formula
3 Pasca Bencana
a. Dilaksanakannya pembinaan teknis paska
bencana.
b. Dilaksanakannya pengumpulan data
perkembangan status gizi korban
bencana
13 mergencies Emergencies
36 Rusum Ransum
54 Rangsum Ransum