Anda di halaman 1dari 8

Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) ISSN 2657-1161 (cetak)

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ISSN 2657-117X (online)

Sosialisasi Praktek Pemberian Makan bagi Anak (PMBA) pada


Kader Posyandu Desa Siwal Kecamatan Kaliwungu Kabupaten
Semarang

Ida Sofiyanti1, Nofi Melisa2, Rina3


1,2,3
Universitas Ngudi Waluyo

idasofiyanti@gmail.com

ABSTRAK
Pemberian gizi yang benar pada 1000 hari pertama kehidupan akan menentukan kualitas hidup seorang
manusia. Dampak yang ditimbulkan malnutrisi pada periode ini akan bersifat permanen dan berjangka
panjang. Praktik pemberian gizi yang tidak benar merupakan penyebab utama awal terjadinya stunting.
Insiden malnutrisi meningkat tajam karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan menyiapkan makanan
bergizi bagi anaknya. Ketidaktahuan ini salah satu penyebabnya karena belum adanya media informasi
pendukung terkait praktik pemberian makan pada Baduta yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.
Menyadari hal tersebut tim pengabdian masyarakat Universitas Ngudi Waluyo merasa ikut
bertanggung jawab untuk memfasilitasi permasalahan terkait ketidaktahuan tentang praktik pemberian
makan pada Baduta. Pengabdian Masyarakat dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu Tahap Pertama
persiapan proses pengabdian masyarakat. Tahap Kedua sosialisasi praktik pemberian makan bagi
anak (PMBA) kepada kader Posyandu. Tahap Ketiga evaluasi pengetahuan setelah pemberian
sosialisasi. Hasil dari sosialaisasi PMBA adalah terjadinya peningkatan pengetahuan kader Posyandu
tentang PMBA dan diikuti sikap yang mendukung tentang pelaksanaan PMBA. Kesimpulan dari
kegiatan ini adalah PMBA harus diketahui oleh seluruh ibu bayi yang memiliki Baduta.

Kata Kunci : Kader, PMBA

ABSTRACT
The correct nutrient delivery on the first 1000 days of life will determine the quality of life of a human
being. The impact of malnutrition in this period will be permanent and long term. Incorrect nutritional
practice is a leading cause of the onset of stunting. The incidence of malnutrition increased sharply
due to ignorance and the inability to prepare nutritious meals for their children. Ignorance is one of
the reasons because of the absence of supporting information media related to the practice of feeding
on Baduta that corresponds to the local conditions. Recognizing that the community service team at
Ngudi Waluyo was responsible for facilitating issues relating to ignorance about the practice of
feeding on Baduta. Community service is implemented in three phases, namely the first phase of the
preparation process of community devotion. Second phase of socialization of feeding practice for
children (PMBA) to Posyandu cadres. Third stage of evaluation of knowledge after giving
socialization. The result of PMBA socialaization is increasing knowledge of Posyandu cadres about
PMBA and followed by a supportive attitude about the implementation of PMBA. The conclusion of
this activity is PMBA should be known by the whole mother of babies who have Baduta.

Keywords : health kaders, PMBA

1. PENDAHULUAN masa mendatang. Seribu hari pertama


Gizi merupakan kebutuhan dasar kehidupan dimulai sejak masa selama
untuk berkembang secara optimal bagi kehamilan 270 hari (9 bulan) dalam
seorang anak. Hasil penelitian kandungan dan 730 hari (2 tahun
menunjukkan dengan pemberian gizi pertama) pasca lahir. Pemberian gizi
yang benar pada 1000 hari pertama yang tidak benar pada awal kehidupan
kehidupan dapat menentukan kualitas akan berdampak berat pada kehidupan
hidup anak baik dalam untuk saat ini dan selanjutnya (IDAI, 2015).
31
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) ISSN 2657-1161 (cetak)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ISSN 2657-117X (online)

Stewart (2013) menyatakan bahwa perawakan pendek (stunted) dan sangat


kekurangan atau kelebihan zat gizi pada pendek (severely stunted). Perawakan
periode usia 0-2 tahun umumnya pendek karena kekurangan gizi disebut
ireversibel yang akan berdampak pada dengan stunting sedangkan yang
kualitas hidup sekarang dan masa yang disebabkan faktor genetik disebut short
akan datang. Akibat kekurangan gizi stature. Praktik pemberian makan bayi
akan menyebabkan stunting sehingga baduta sangat dipengaruhi oleh budaya
mengganggu pertumbuhan dan dari masyarakat/ daerah tempat tinggal.
perkembangan balita, sedangkan Diperlukan rekomendasi penerapan
kelebihan gizi juga akan menyebabkan praktik pemberian makan yang benar
obesitas. Stunting akan memengaruhi yang sesuai dengan situasi setempat
perkembangan otak yang bisa berdampak (IDAI, 2015).
pada kemampuan kognitif dan akan Usaha untuk meningkatkan kualitas
berpengaruh pada prestasi belajar. manusia Indonesia untuk masa depan
Riskesdas 2013 mencatat prevalensi bangsa dilakukan secara efektif dan
stunting nasional mencapai 37,2%. mencegah terjadinya malnutrisi dengan
Indonesia menduduki peringkat lima mensosialisasikan praktik pemberian
dunia. makan yang benar pada 1000 hari
World Health Organization (WHO) pertama kehidupan yang berbasis bukti
(2016) memperlihatkan bahwa penurunan dan sesuai dengan budaya pemberian
berat badan biasanya mulai terjadi pada makan di daerah setempat. Pola
usia 6 bulan dimana akhir dari periode pemberian makan bayi Baduta juga
pemberian ASI Eksklusif. Penemuan dipengaruhi oleh pengalaman ibu,
tersebut diperkuat dengan ditemukannya tuntutan keluarga, keadaan sosial
dua per tiga balita yang meninggal ekonomi serta tradisi dan budaya
mempunyai pola makan yang salah, yang (Gorstein, 2009).
penyebabnya antara lain tidak Menyadari hal tersebut tim
mendapatkan ASI eksklusif, pengabdian masyarakat Universitas
mendapatkan makanan padat terlalu dini Ngudi Waluyo merasa ikut bertanggung
dan atau terlambat, disertai komposisi zat jawab untuk memfasilitasi kader
gizi yang tidak lengkap, tidak seimbang Posyandu sebagai pihak yang terdekat
dan tidak higienis (WHO, 2017). dengan ibu bayi Balita agar belajar
Kusumawati (2015) melaporkan memahami dan mampu mempraktekkan
bahwa 66% karakteristik balita stunting praktek pemberian makan bagi anak
karena riwayat pemberian ASI dan sehingga anak sebagai generasi masa
makanan pendamping ASI yang kurang depan bangsa akan menjadi kuat dan
baik. Khasanah (2016) menyatakan sehat. Prioritas masalah adalah
bahwa waktu pertama kali pemberian kurangnya pengetahuan kader Posyandu
nutrisi berhubungan dengan kejadian dan orangtua bayi dan balita tentang
stunting. Mufida (2015) juga menyatakan praktek pemberian makan bagi anak
bahwa pemberian nutrisi untuk bayi di (PMBA). Kurangnya pengetahuan terkait
atas 6 bulan harus bertahap sesuai dengan PMBA maka tim pengabdian
tahapan usianya. Zat gizi harus mengusulkan untuk melakukan
bervariasi, bergizi, bersih dan hygienis sosialisasi PMBA kepada kader
agar makanan tidak terinfeksi. Adanya Posyandu desa Siwal.
penemuan tersebut perlu dilihat lagi pola Pengabdian Masyarakat
pemberian makan oleh ibu bayi baduta dilaksanakan di Desa Siwal Kecamatan
terkait praktik pemberian gizi. Dampak Kaliwungu. Pengabdian Masyarakat
yang paling buruk adalah terjadinya dilaksanakan dalam 3 tahap yaitu Tahap
Stunting. Pertama persiapan proses pengabdian
Praktik pemberian makanan yang masyarakat. Tahap Kedua sosialisasi
tidak tepat dapat mengakibatkan praktik pemberian makan bagi anak
malnutrisi. Jenis Malnutrisi terbanyak kepada kader Posyandu. Tahap Ketiga
pada balita di Indonesia adalah evaluasi pengetahuan kader Posyandu
32
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) ISSN 2657-1161 (cetak)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ISSN 2657-117X (online)

yang dilakukan satu minggu setelah persiapan materi, dan penyusunan


pemberian sosialisasi. kuesioner untuk mengukur tingkat
pengetahuan dari peserta pasca sosialisasi.
2. PERMASALAHAN MITRA Ketua tim pengabdian menyiapkan materi
Permasalahan mitra adalah dan media terkait tema yang akan yang
kurangnya pengetahuan kader Posyandu akan digunakan saat sosialisasi, selain itu
dan orangtua bayi dan balita tentang ketua juga menyiapkan kuesioner untuk
praktek pemberian makan bagi anak mengukur sejauh mana pengetahuan dari
(PMBA). Kurangnya pengetahuan terkait kader tentang praktek pemberian makan
PMBA maka tim pengabdian mengusulkan bagi bayi.
untuk melakukan sosialisasi PMBA kepada Tim mahasiswa melakukan
kader Posyandu desa Siwal. koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Tim
mahasiswa menyiapkan tempat, undangan
3. METODE PELAKSANAAN untuk kader Posyandu, konsumsi kegiatan,
Pengabdian Masyarakat perlengkapan penunjang kegiatan seperti
dilaksanakan di Desa Siwal Kecamatan layar, LCD.
Kaliwungu. Kegiatan diawali dengan
analisis situasi di bulan Juli dan diakhiri Tahap 2 : Sosialisasi Pemberian Makan
pada bulan September 2019 untuk pada Anak kepada kader Posyandu
penyusunan laporan kegiatan. Pengabdian Kegiatan sosialisasi Pemberian
Masyarakat dilaksanakan dalam 3 tahap Makan bagi Anak kepada kader Posyandu
yaitu Tahap Pertama persiapan proses dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus
pengabdian masyarakat. Tahap Kedua 2019 dimulai pukul 15.00 sampai dengan
sosialisasi praktik pemberian makan bagi pukul 17.00 WIB di Balai Dusun Siwal.
anak kepada kader Posyandu. Tahap Kegiatan berjalan dengan lancar dan tertib.
Ketiga evaluasi pengetahuan kader Kader yang datang berjumlah 27 kader
Posyandu yang dilakukan satu minggu Posyandu dari lima Dusun.
setelah pemberian sosialisasi. Materi yang disampaikan adalah
tentang MP-ASI, tanda bayi siap makan
4. PEMBAHASAN padat, dan tujuh pesan kunci dalam
Tahap 1 : Persiapan Sosialisasi pemberian MP-ASI. Pesan kunci
Pada tahap ini tim pengabdian pemberian MP-ASI meliputi usia bayi,
masyarakat Universitas Ngudi Waluyo frekuensi pemberian makan, banyaknya
melakukan persiapan sosialisasi Pemberian makanan yang diberikan, tekstur makanan,
Makan bagi Anak (PMBA) kepada kader keanekaragaman makanan, pemberian
Posyandu. Kegiatan yang dilakukan makan secara aktif/ responsif dan higienis.
meliputi advokasi dengan pihak-pihak Berikut ini adalah dokumentasi kegiatan
terkait yaitu Kepala Desa, Bidan Desa, yang telah dilakukan, kader Posyandu
kepala dusun, kader-kader Posyandu di sangat antusias dan memperhatikan apa
lima Dusun. Advokasi adalah langkah yang telah disampaikan oleh narasumber.
dalam pelaksanaan program kesehatan
masyarakat, dimana advokasi ini bertujuan
untuk melakukan pendekatan kepada
pemangku kebijakan agar mau menerima
program yang diajukan.
Kegiatan sosialisasi Pemberian
Makan bagi Anak kepada kader Posyandu
mendapatkan persetujuan dari Kepala Desa
Siwal. Kegiatan akan dilakukan di Balai
Dusun Siwal, direncanakan pada tanggal Gambar 5.1 Sosialisasi Pemberian Makan bagi
22 Agustus 2019, dengan peserta semua Anak kepada kader Posyandu
kader Posyandu Balita Desa Siwal. Berikut ini data karakteristik dari
Setelah kegiatan advokasi yang sudah kader Posyandu Balita Desa Siwal
dilakukan, tim melakukan koordinasi untuk
33
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) ISSN 2657-1161 (cetak)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ISSN 2657-117X (online)

Kecamatan Kaliwungu Kabupaten dibagikan kepada semua kader yang


Semarang: mengikuti kegiatan sosialisasi. Media yang
Tabel 1. Karakteristik Kader digunakan akan menimbulkan minat
Posyandu sasaran penyuluhan, diharapkan akan
Karakteristik Kader N % mencapai sasaran yang diinginkan, akan
Posyandu menambah konsentrasi sehingga akan
Umur mengurangi hambatan dalam pemahaman,
Dewasa awal (21-40 th) 15 55,6 dan dapat menstimulasi peserta.
Dewasa menengah (41-60 th) 12 44,4 Kader sangat antusias dalam
Lama menjadi Kader mendengarkan materi yang disampaikan.
1-4 tahun 10 37 Kader aktif dengan selalu memberikan
≥ 5 tahun 17 63 jawaban atas pertanyaan yang diajukan dan
Pendidikan sebaliknya aktif bertanya saat
SD 4 14,8 menyampaian materi yang memang dirasa
SMP 12 44,4 belum dipahami.
SMA 7 26
Diploma/ PT 4 14,8 Tahap 3 : Evaluasi pengetahuan kader
Pekerjaan Posyandu setelah sosialisasi Pemberian
IRT 15 55,6 Makan pada Anak kepada kader Posyandu
Wiraswasta 4 14,8 Tabel 2. Distribusi jawaban kader
Petani 6 22,2 Posyandu tentang pengetahuan PMBA
PNS 2 7,4 No Pertanyaan Ya Tidak
1 Waktu yang tepat 27 0
Berdasarkan data karakteristik di atas, untuk memberikan
dapat diketahui bersama umur kader ada makanan
pada tahapan dewasa awal pada rentang pendamping ASI
usia 20 tahun – 40 tahun sebanyak 55,6 %. (MP-ASI) adalah
Menurut Hurlock (2017) pada tahap bayi sudah berumur
dewasa awal adalah masa dimana untuk 6 bulan
meniti karier, mencapai prestasi dan 2 Tanda anak sudah 25 2
berupaya untuk menjadi bermanfaat untuk bisa diberikan MP
orang lain dan masyarakat. Kader 63 % ASI adalah jika
sudah lebeih dari 5 tahun menjadi kader anak sudah bisa
sehingga sudah cukup berpengalaman. mengangkat
Pengalaman dalam melakukan sesuatu kepalanya
pekerjaan akan membuat seseorang 3 Tanda anak sudah 24 3
menjadi lebih bijaksana sehingga dapat bisa diberikan MP
meningkatkan produktifitas kerjanya. ASI adalah jika pipi
Seseorang yang berpengalaman akan ditempel sendok
dianggap mampu dalam melaksanakan mulut segera dibuka
tugas yang dibebankan kepadanya (Robin, 4 Pemberian MP-ASI 26 1
2001). pada saat bayi
Kader 44,4% berpendidikan SMP berusia kurang dari
dimana dasar dalam memberikan 6
pelayanan dalam Posyandu salah satunya bulan dapat
adalah Pendidikan kader. Kader 55,6 % menyebabkan diare
adalah ibu rumah tangga dimana tugas dari 5 Pemberian MP-ASI 23 4
kader membutuhkan banyak waktu luang pada saat bayi
agar bisa melayani seluruh kegiatan di berusia 8 bulan
Posyandu. dapat
Media informasi yang digunakan menyebabkan bayi
dalam pengabdian ini adalah media booklet tidak mendapat
atau buku pegangan untuk kader. Booklet cukup nutrisi

34
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) ISSN 2657-1161 (cetak)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ISSN 2657-117X (online)

6 Ibu boleh 24 3 mendapatkan variasi


memberikan nutrisi sejak awal
makanan/minuman pemberian MP-ASI
selain ASI seperti 15 Pemberian MPASI 25 2
air putih, pisang, kepada anak sabar
roti, dan makanan dan terus berikan
lainya kepada bayi dorongan kepada
umur kurang dari 6 bayi agar ia mau
bulan makan
7 Menunda pemberian 26 1 16 Pemberian MPASI 25 2
MPASI dapat dengan paksaan
menyebabkan agar bayi mau
tertundanya makan
pertumbuhan dan 17 Persiapan MPASI 27 0
perkembangan anak dengan menyiapkan
8 Menggunakan 25 2 memasak makanan
piring tersendiri tidak perlu
untuk memastikan dibersihkan terlebih
anak dahulu
memakan semua 18 Mencuci bahan 27 0
makanan yang di makanan terlebih
berikan dahulu sebelum di
9 Makanan 20 7 masak atau
pendamping yang diberikan
baik adalah mudah 19 Gunakan sendok 27 0
disiapkan atau cangkir yang
10 Makanan 21 6 20 Simpan makanan 27 0
pendamping yang yang akan diberikan
baik adalah mudah kepada bayi di
dimakan tempat yang bersih
Anak dan aman
11 Berikan makanan 27 0 21 Memblender 27 0
secara bervariasi makanan
12 Bahan makanan 23 4 menyebabkan
yang sudah pernah perubahan tekstur
diperkenalkan oleh alami, tidak padat
dicampur dengan gizi, cepat
bahan makanan mengenyangkan
lain yang sudah dan tidak
dikenalkan juga. menstimulasi anak
13 Pemberian makanan 24 3 untuk mengunyah.
pendamping ASI 22 Sebelum 27 0
(MP-ASI) terdiri menyiapkan
dari karbohidrat, makanan sebaiknya
protein nabati/ mencuci tangan
kacang-kacangan, terlebih dahulu
protein hewani, 23 Sebelum makan 27 0
sayuran, dan buah tangan bayi tidak
serta sumber lemak perlu di bersihkan
tambahan terlebih Dahulu
14 Ibu disarankan 26 1 24 Cuci tangan 27 0
memberikan variasi pengasuh dan anak
makanan setiap dengan sabun di
harinya agar anak bawah air Mengalir
35
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) ISSN 2657-1161 (cetak)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ISSN 2657-117X (online)

25 Batasi waktu 16 9 39 Jumlah : 19 8


pemberian makan ditambahkan hingga
maksimal 30 menit. 300 ml
Umur Anak 6+ Bulan 40 Jumlah : 17 10
26 Frekuensi : 25 2 ditambahkan hingga
sebanyak 1-2 x/hari 200 ml
(pagi dan sore) 41 Tekstur : makanan 27 0
27 Jumlah : mulai 26 1 yang bisa
dengan 2-3 sendok digenggam,
makan (setiap makanan
makan) keluarga,Dicincang
28 Variasi : 27 0 42 Tekstur : makan 27 0
menggunakan keluarga yang diiris-
maksimal bahan iris
local Umur 12 – 24 Bulan
29 Tekstur : bubur 27 0 43 Frekuensi : 26 1
kental (pure, buah sebanyak 3-4
dan sayuran tumbuk kali/hari dan 1-2
halus, daging kali makanan
dilumatkan) Ringan
Umur Anak 6,5 – 9 Bulan 44 Variasi : berikan 27 0
30 Jumlah/Frekuensi : 27 0 variasi setiap kali
sebanyak 3x sehari makan
31 Jumlah/Frekuensi : 27 0 45 Jumlah : secara 27 0
1-2 kali sehari bertahap menjadi
ditambah cemilan 3 250 ml
kali Sehari 46 Tekstur : makanan 27 0
32 Tekstur : diberikan 27 0 yg bisa digenggam,
makanan keluarga makanan keluarga,
yang di potong- Dicincang
Potong
33 Tekstur : makanan 27 0
keluarga yang
dilunakkan
34 Tektur : makan- 27 0
makanan yang bisa
ia pegang
Umur Anak 9 – 12 Bulan
35 Frekuensi : 27 0
sebanyak 4-5x
sehari
36 Frekuensi : 27 0
3kali/hari dan 2 kali
makanan ringan
37 Frekuensi : setiap 27 0
bayi menangis
diberikan makan
38 Variasi : gunakan 27 0
bahan lokal : bahan
makanan hewani,
pangan pokok,
kacang-kacangan,
buah & sayuran

36
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) ISSN 2657-1161 (cetak)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ISSN 2657-117X (online)

Tabel 3. Distribusi jawaban kader Posyandu tentang sikap PMBA


N Pernyataan Jawaban
o SS S TS STS
1. Kader seharusnya rutin melaksanakan 27 0 0 0
sosialisasi praktik pemberian makan pada
anak ke ibu yang memiliki bayi bawah dua
tahun.
2. Kader memberikan sambutan yang ramah 27 0 0 0
saat ada ibu yang memiliki bayi bawah dua
tahun yang akan berkonsultasi terkait praktik
pemberian makan pada anak.
3. Sosialisasi yang dilakukan oleh kader 27 0 0 0
tentang praktik pemberian makan pada anak
secara rutin akan membuat anak
mendapatkan gizi yang tepat sehingga
mencegah angka kejadian stunting.
4. Apabila melihat praktik pemberian makan 27 0 0 0
yang kurang tepat oleh ibu yang memiliki
bayi, kader harus melakukan pembenaran.
5. Pemberian PMT saat Posyandu 24 3 0 0
menyesuaikan tahapan umur sesuai dengan
praktik pemberian makan pada anak.

Evaluasi pengetahuan dan sikap DAFTAR PUSTAKA


kader tentang PMBA dilakukan setelah Gorstein S, Haq A. Graham, EA. 2009.
satu minggu pelaksanaan sosialisasi. Hal Cultural influence on infant feeding
ini dilakukan untuk mengetahui sintesis practices. Ped Rev. 30:11-21
dari apa yang sudah disampaikan. Dari Hurlock, E. 2017. Psikologi perkembangan
hasil distribusi jawaban responden suatu pendekatan sepanjang rentang
tentang pengetahuan praktik PMBA, kehidupan. Jakarta: Erlangga
kader masih banyak menjawab salah IDAI. 2015. Rekomendasi praktik pemberian
tentang jumlah penambahan volume makan berbasis bukti pada bayi dan
makan di tiap usia. Untuk sikap dalam batita di Indonesia untuk mencegah
mensosialisasikan PMBA hampir 100% Malnutrisi. Unit Kerja Koordinasi Gizi
sangat setuju untuk memberikan dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter
informasi kepada ibu bayi Balita dalam Anak Indonesia.
praktek PMBA. Khasanah, Dwi Puji. Hadi, Herman.
5. KESIMPULAN Paramashanti, Bunga Astria. 2016.
Dengan adanya kegiatan sosialisasi Waktu pemberian makanan
Pemberian Makan bagi Anak (PMBA) pendamping ASI (MP-ASI)
kepada kader Posyandu diharapkan kader berhubungan dengan kejadian stunting
dapat menyampaikan praktek pemberian anak usia 6-23 bulan di Kecamatan
makan yang tepat kepada orangtua Baduta. Sedayu. Jurnal Gizi dan Dietik
UCAPAN TERIMAKASIH Indonesia. 4:2; 105-111.
1. Rektor Universitas Ngudi Waluyo. Kusumawati, Erna. Rahardjo, Setiyowati, Sari,
2. Ketua LPPM Universitas Ngudi Waluyo. Hesti Permata. 2015. Model
3. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan. Pengendalian Faktor Risiko Stunting
4. Kepala Kecamatan Kaliwungu. pada Anak Usia di bawah Tiga Tahun.
5. Kepala Desa Siwal Kecamatan Kaliwungu. Jurnal Kesmas. 9:3; 249-256.
6. Seluruh kader Posyandu Desa Siwal Mufida, Lailina. Widyaningsih, Tri Dewanti.
Kecamtan kaliwungu. Maligan, Jaya Mahar. 2015. Prinsip
7. Seluruh pihak yang membantu dasar makanan pendamping air susu ibu
terlaksananya pengabdian masyarakat ini. (MP-ASI) untukbayi 6 – 24 bulan:

37
Indonesian Journal of Community Empowerment (IJCE) ISSN 2657-1161 (cetak)
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo ISSN 2657-117X (online)

kajian pustaka basic principles of


complementary feeding for infant 6 - 24
months: a review. Jurnal Pangan dan
Argo Industri. 3;4: 1646:1651.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan
penelitian dan pengembangan
kesehatan kementerian kesehatan RI.
Robin, Stephen. (2001). Perilaku Organisasi
Konsep Kontroversi. Aplikasi. Jakarta:
Gramedia
Stewart CP. Ianotti, L. Dewey KG. Michaelsen
KF. Onyango AW. 2013.
Contextualising complementary feeding
in a broader framework for stunting
prevention. Maternal Child Nutr. 9;;2:
27-45.
WHO. 2016. Infant and young child feeding.
Who.inf/medicastrol.
WHO. 2017. Complementary Feeding.
Who.Inf/nutrition topic/Complementary
Feeding.

38

Anda mungkin juga menyukai