Anda di halaman 1dari 9

Rahmadhani dan Sumarmi.

Amerta Nutr (2017) 291-299 291


DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

RESEARCH STUDY Open Access

Gambaran Penerapan Prinsip Higiene Sanitasi Makanan Di PT Aerofood


Indonesia, Tangerang, Banten

The Description of Food Sanitation and Hygiene At


PT Aerofood Indonesia, Tangerang, Banten

Dini Rahmadhani*1, Sri Sumarmi1

ABSTRAK

Latar Belakang: PT. Aerofood Indonesia adalah salah satu penyedia katering untuk penerbangan atau
inflight catering bertaraf internasional dan merupakan penyedia logistik penerbangan, terutama
logistik untuk penerbangan Garuda Indonesia. Perusahaan yang berdiri sejak 1970 ini memiliki visi
untuk menjadi penyedia jasa makanan dan layanan berkualitas premium di Asia Tenggara. Untuk
mencapai visinya, salah satu upaya agar makanan berkualitas adalah dengan menerapkan higiene
sanitasi makanan.
Tujuan: Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari penerapan
higiene dan sanitasi makanan khususnya pada main course Garuda Indonesia yang diproduksi oleh
PT. Aerofood Indonesia.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan
kualitatif berupa observasi dan wawancara.
Hasil: Penerapan higiene sanitasi makanan dapat diterapkan pada katering skala kecil maupun skala
besar. Dalam penerapannya, higiene sanitasi makanan tidak hanya memperhatikan makanan tetapi
juga penjamah makanan selama proses pengolahan dan proses produksi. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan yang menyatakan bahwa sanitasi pangan
adalah upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi pangan yang sehat dan higienis yang
bebas dari bahaya cemaran biologis, kimia, dan benda lain. Dalam penerapan higiene sanitasi
makanan, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan. Terdapat enam prinsip dalam
penerapan higiene sanitasi makanan, yaitu prinsip I: Pemilihan Bahan Baku Makanan, prinsip II:
penyimpanan bahan makanan, prinsip III: pengolahan makanan, prinsip IV: penyimpanan makanan
matang, prinsip V: pengangkutan makanan, dan prinsip VI: penyajian makanan.
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, PT. Aerofood Indonesia telah menerapkan
higiene sanitasi makanan dimulai dari proses penerimaan bahan makanan, penyimpanan makanan,
hingga penyajian makanan. Dengan menerapkan higiene sanitasi makanan, diharapkan mampu
meminimalisir terjadinya hal yang merugikan akibat makanan.

Kata Kunci: katering penerbangan, higiene sanitasi makanan, pengolahan makanan.

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299
Rahmadhani dan Sumarmi. Amerta Nutr (2017) 291-299 292
DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

ABSTRACT

Background: PT. Aerofood Indonesia is one of inflight catering with international standard, not only
as inflight catering, this company also provide logistic for flight especially Garuda Indonesia. A
company which was established since 1970 has a vision to become food provider and become
premium service for flight in Southeast Asia. Implementation of food hygiene and sanitation is one
way to achieve the vision to make quality food.
Objectives: The purpose of writing this article is to know and study the implementation of food
hygiene and sanitation especially on the main course of Garuda Indonesia that processed by PT.
Aerofood Indonesia.
Methods: This research is descriptive research which using qualitative approach by observation and
interview method.
Results: Implementation of food hygiene and sanitation can be applied for catering with big scale and
small scale. In its implementation, food hygiene and sanitation not only observe the food but also
observe the food handlers. This is accordance with Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan which explain that food sanitation is one efforts to create and maintain healthy food
conditions and hygienic that are free from the dangers of biological, chemical, and other substances.
In implementation of food hygiene and sanitation, there are several aspects that must be considered.
There are six principles in implementation food hygiene and sanitation. Principle I: selection of food
raw material, principle II: food storage, principle III: food processing, principle IV: storage of cooked
foods, principle V: food transport, and principle VI: foods presentation.
Conclusion: Based on research that has been done, PT. Aerofood Indonesia has applied food hygiene
and sanitation, starting from the process of receiving food material until food presentation. By
applying food hygiene and sanitation be expected to minimize of harm caused by food.

Keywords: inflight catering, food hygiene and sanitation, food processing.

*Koresponden:
dinilambaga@gmail.com
1
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat-Universitas Airlangga

PENDAHULUAN adanya kejadian tersebut maka akan menjadi


hal yang serius serta mempengaruhi kualitas
Makanan merupakan kebutuhan katering tersebut. Katering dapat berupa skala
sehari-hari manusia yang harus dipenuhi. kecil dan skala besar. Salah satu contoh
Makanan bisa menjadi salah satu penyebab katering skala besar adalah katering
terjadinya keracunan makanan dan dapat penerbangan atau inflight catering.
menjadi perantara dalam penularan penyakit Salah satu upaya untuk menghindari
atau dikenal dengan Food Borne Disease. terjadinya keracunan dan penularan penyakit,
Katering merupakan suatu badan usaha katering dapat menerapkan higiene sanitasi
penyedia makanan untuk banyak orang. Untuk makanan. Menurut Departemen Kesehatan
menghindari terjadinya keracunan makanan Republik Indonesia pada Tahun 2004
serta penularan penyakit melalui makanan, menjelaskan bahwa higiene merupakan suatu
maka kebersihan dari makanan dan penjamah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
makanan harus diperhatikan karena dengan melindungi kebersihan individu, sebagai

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299
Rahmadhani dan Sumarmi. Amerta Nutr (2017) 291-299 293
DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

contoh tindakan higiene adalah mencuci mengendalikan faktor tempat, orang, dan
tangan sebelum dan sesudah makan1. makanan yang memiliki kemungkinan untuk
Sedangkan menurut Widyawati (2002), menimbulkan gangguan kesehatan dan
higiene adalah usaha untuk mencegah keracunan makanan1. Makanan yang aman
terjadinya penyakit yang menitik beratkan untuk dikonsumsi adalah makanan yang tidak
pada usaha perseorangan atau manusia tercemar dan tidak menyebabkan kerugian
beserta dengan lingkungan tempat orang pada kesehatan manusia.
tersebut berada2. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Sanitasi memiliki arti yang mirip Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
dengan higiene. Hanya saja bedanya jika Pangan, higiene sanitasi dilakukan agar
higiene fokus pada aktivitas manusia, jika pangan dapat dikonsumsi dengan aman.
sanitasi fokus ke lingkungan manusia, sebagai Dalam pengendalian risiko bahaya pada
contohnya yaitu tersedianya air bersih untuk pangan, setiap orang yang terlibat dalam
cuci tangan sebelum dan sesudah makanan. rantai pangan wajib mengendalikan risiko
Menurut WHO, sanitasi merupakan salah satu bahayanya, baik yang berasal dari bahan baku
usaha untuk mengawasi faktor-faktor yang makanan, peralatan yang digunakan, sarana,
berasal dari lingkungan fisik yang akan proses produksi, maupun perseorangan
berpengaruh kepada manusia, terutama hal- sehingga keamanan terjamin5. Selain itu,
hal yang dapat memberikan efek merusak perseorangan yang menyelenggarakan atau
perkembangan fisik, kesehatan dan terlibat dalam proses produksi, penyimpanan,
3
kelangsungan hidup . pengangkutan, dan/atau peredaran
Higiene dan sanitasi memiliki diwajibkan untuk memenuhi persyaratan
hubungan yang sangat erat dan saling sanitasi serta menjamin keamanan pangan
berhubungan satu sama lain. Apabila higiene untuk keselamatan manusia.
seseorang baik akan tetapi sanitasinya tidak Dalam penerapannya, higiene sanitasi
mendukung maka resiko terjadinya penyakit dapat diterapkan di dalam pengolahan
atau efek lainnya akan lebih tinggi, sebagai makanan apapun termasuk dalam usaha
contoh yang diberikan oleh Departemen katering, salah satunya adalah katering
Kesehatan Republik Indonesia pada Tahun penerbangan atau inflight catering.
2004 yaitu seseorang mencuci tangan Penerapan higiene sanitasi makanan pada
sebelum dan sesudah makan, akan tetapi air inflight catering sangat penting. Hal ini
yang tersedia tidak cukup sehingga cuci dikarenakan kontaminasi yang disebabkan
tangan yang dilakukan menjadi tidak oleh mikrobiologi dapat membawa masalah
sempurna. Higiene dan sanitasi memiliki yang serius yaitu wabah keracunan yang dapat
tujuan untuk mencegah timbulnya penyakit terjadi saat pesawat sedang dalam
dan keracunan serta gangguan kesehatan penerbangan. Salah satu media penularan
lainnya yang diakibatkan dari adanya interaksi mikrobiologi adalah melalui makanan. Kasus
faktor-faktor lingkungan hidup manusia1. keracunan dalam penerbangan pertama kali
Menurut Prabu (2008), sanitasi terinvestigasi pada tahun 1947. Sejak saat itu,
makanan adalah suatu usaha pencegahan dilaporkan setidaknya 45 kasus keracunan
yang memfokuskan pada kegiatan atau makanan yang berhubungan dengan
tindakan yang perlu dilakukan untuk penerbangan terjadi. Pada tahun 1972, salah
memastikan bahwa makanan dan minuman satu maskapai penerbangan di Australia
bebas dari bahaya yang beresiko mengganggu mengalami keracunan akibat makanan.
kesehatan, dimulai dari sebelum makanan dan Keracunan makanan yang diakibatkan oleh
minuman diproduksi sampai makanan dan Kolera terjadi pada penumpang kelas ekonomi
minuman sudah siap dikonsumsi oleh dalam penerbangan dari London ke Sydney.
konsumen4. Sedangkan menurut Departemen Kasus keracunan ini menyebabkan 1 orang
Kesehatan Republik Indonesia (2004), higiene meninggal dunia6. Pada tahun 2009, terjadi
sanitasi makanan dan minuman adalah suatu keracunan pada tiga kelompok penerbangan
upaya yang dapat dilakukan untuk di Hawaii, Amerika Serikat yang diakibatkan

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299
Rahmadhani dan Sumarmi. Amerta Nutr (2017) 291-299 294
DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

oleh Shigella. Dalam kelompok pertama yaitu dari 25 juta penumpang setiap tahunnya.
penerbangan menuju Jepang, terdapat 12 Apabila makanan yang disajikan untuk
orang yang dikonfirmasi terinfeksi Shigella. penumpang tidak sesuai standar, maka akan
Kelompok kedua adalah penerbangan dengan dapat menyebabkan terjadinya wabah
tujuan Ohio, Amerika Serikat, dan kelompok keracunan makanan.
ketiga adalah penerbangan dengan tujuan
Honolulu6. METODE
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tabacchi dan Marshal (1998), Penelitian ini merupakan penelitian
sebanyak 30% penumpang pesawat terbang di deskriptif atau gambaran. Metode penelitian
Amerika berpendapat bahwa kualitas ini menggunakan pendekatan kualitatif
makanan yang dihidangkan dalam dengan menggunakan metode observasi dan
penerbangan memiliki peranan yang penting wawancara. Sampel dalam penelitian ini
dalam memilih maskapai penerbangan6. Maka adalah main course Garuda Indonesia yang
dari itu, kualitas makanan harus diperhatikan diolah di PT. Aerofood Indonesia, Tangerang,
dalam usaha katering, termasuk inflight Banten. Penelitian ini dilakukan dalam kurun
catering. waktu satu bulan dan dilaksanakan di PT.
Sebagai salah satu penyedia inflight Aerofood Indonesia, Tangerang, Banten.
catering dan penyedia logistik penerbangan Penelitian ini menggunakan
bertaraf internasional terutama logistik untuk instrument observasi yang disusun oleh PT.
Garuda Indonesia, PT. Aerofood Indonesia Aerofood Indonesia. Observasi dilakukan
yang telah berdiri sejak tahun 1970 memiliki selama 11 hari dengan cara melihat langsung
visi untuk menjadi penyedia jasa makanan dan penerapan prinsip higiene sanitasi makanan di
layanan berkualitas premium di Asia Tenggara. PT. Aerofood Indonesia. Pelaksanaan
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas observasi dilakukan dengan pendampingan
makanan yang disajikan adalah dengan oleh petugas Quality Control di PT. Aerofood
menerapkan higiene sanitasi makanan. Indonesia. Selain observasi, wawancara juga
Menurut Departemen Kesehatan dilakukan untuk mendapatkan informasi
Republik Indonesia (2004), agar makanan dan terkait penerapan prinsip higiene sanitasi
minuman yang merupakan kebutuhan sehari- makanan pada main course Garuda Indonesia
hari dapat memberikan manfaat dan terhindar di PT. Aerofood Indonesia.
dari efek buruk yang dibawa, maka makanan
dan minuman harus dikelola dengan baik dan HASIL DAN PEMBAHASAN
benar1. Pengelolaan yang baik dan benar pada
dasarnya adalah mengelola makanan dan PT. Aerofood Indonesia merupakan
minuman dengan berdasarkan kaidah-kaidah perusahaan yang bergerak di bidang utama
dari prinsip higiene sanitasi makanan. produksi makanan katering dan penyedia
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah layanan pendukung penerbangan lainnya
untuk mengetahui dan mempelajari apakah meliputi selimut, majalah, dan lain-lain.
penerapan higiene dan sanitasi makanan Produksi makanan di PT. Aerofood Indonesia
khususnya pada main course Garuda dilakukan selama 24 jam penuh dengan tiga
Indonesia yang diproduksi oleh PT. Aerofood pembagian shift bagi para karyawannya, shift
Indonesia sudah sesuai standar, dimulai dari pertama bekerja dari pukul 00:00-08:00, shift
pemilihan bahan baku makanan, kedua bekerja dari pukul 08:00-16:00, dan
penyimpanan bahan baku makanan, shift ketiga bekerja dari pukul 16:00-00:00.
pengolahan makanan, penyimpanan makanan Pelayanan yang diberikan oleh
matang, pengangkutan makanan, dan PT.Aerofood untuk maskapai penerbangan
penyajian makanan. Pemilihan main course hanya sebatas penyedia makanan serta
Garuda Indonesia dalam artikel ini karena fasilitas penunjang lainnya. Untuk pelayanan
Garuda Indonesia merupakan maskapai yang akan diterima oleh penumpang masing-
penerbangan nasional yang membawa lebih masing maskapai, diserahkan kepada kru

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299
Rahmadhani dan Sumarmi. Amerta Nutr (2017) 291-299 295
DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

maskapai yang sedang bertugas pada baku yang dipilih adalah supplier yang dapat
penerbangan tersebut. Dalam memproduksi dipercaya dan diverifikasi oleh pihak yang
makanan dengan kualitas baik setiap harinya berwenang melalui pengecekan sumber
untuk penerbangan domestik maupun pasokan dan pengakuan (bersertifikasi).
internasional, perusahaan ini memperkerjakan Petugas yang bertugas akan memeriksa alat
kurang lebih 5.500 karyawan professional. angkut yang digunakan untuk mengangkat
Maskapai yang menggunakan pelayanan jasa bahan baku. Pemeriksaan yang dilakukan
dari PT. Aerofood Indonesia tidak hanya meliputi kebersihan alat angkut yang
Garuda Indonesia, terdapat juga maskapai digunakan, pemisahan antara bahan baku
Japan Airlines, Korean Air, Singapore Airlines, makanan dan bukan makanan, pemeriksaan
Emirates, Royal Brunei, Malaysian Airlines, suhu, dan pemeriksaan tanda keberadaan
Cathay Pacific, Qantas Airways, China Airlines, hama.
Japan Asia Airways, EVA Air, Citilink, dan Selanjutnya akan dilakukan pemilihan
beberapa pesawat charter. bahan baku makanan. Bahan baku makanan
Dalam penyelenggaraan makanan akan dicek secara acak dan dilihat melalui ciri-
agar menciptakan makanan yang berkualitas ciri fisiknya yang meliputi warna, bentuk,
dan aman, penerapan higiene sanitasi kesegaran, bau, dan lain-lain. Untuk buah-
makanan perlu dilakukan. Dalam buahan dan sayuran seperti strawberry dan
penerapannya, makanan harus diperhatikan buncis akan disortir oleh petugas untuk
mutunya selama proses produksi. Selain menentukan mana yang akan diterima dan
makanan yang diperhatikan, penjamah yang akan dikembalikan kepada supplier.
makanan juga harus diperhatikan sanitasinya Selain disortir, buah-buahan akan diukur
agar dapat meminimalisir terjadinya tingkat kemanisannya dengan menggunakan
pencemaran baik biologi, kimia, maupun fisik Refraktometer. Apabila terdapat bahan baku
yang dapat terjadi. makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi
Dalam penerapan higiene sanitasi yang telah ditentukan, maka bahan makanan
makanan, terdapat beberapa aspek yang tersebut akan ditolak dengan surat berita yang
harus diperhatikan. Terdapat enam aspek diberikan kepada pihak supplier yang
dalam penerapan higiene sanitasi makanan, bersangkutan.
dimulai dari pemilihan bahan baku makanan Syarat untuk produk makanan beku
hingga penyajian makanan matang. adalah suhu makanan harus <-8OC serta tidak
terdapat tanda pernah dithawing sebelumnya.
Prinsip I: Pemilihan Bahan Baku Makanan Sedangkan untuk bahan baku dingin memiliki
Saat Penerimaan Bahan Makanan suhu maksimal 8OC. Semua bahan baku yang
Menurut Kusmayadi (2008), kualitas akan diterima harus bebas dari kerusakan dan
bahan makanan yang baik dapat dilihat pencemaran.
melalui ciri-ciri fisik dan mutunya7. Kualitas Dalam pemilihan bahan baku makanan,
bahan makanan yang baik yaitu bahan mobil pengangkut yang digunakan oleh
makanan yang terbebas dari pencemaran masing-masing supplier dalam pengangkutan
termasuk pencemaran kimia seperti pestisida bahan makanan juga akan diukur suhunya dan
dan juga kerusakan. Dalam pemilihan bahan diperiksa untuk memastikan kualitas bahan
baku makanan yang dilakukan oleh PT. makanan yang diterima. Hal tersebut
Aerofood sudah sesuai dengan Kusmayadi dilakukan karena mobil pengangkut yang
(2008), yaitu bahan baku makanan terbebas digunakan dalam proses pengiriman memiliki
dari pencemaran dan kerusakan7. kaitan dengan kualitas bahan baku makanan
Dalam pemilihan bahan baku makanan, mengingat adanya jarak dan waktu antara
PT. Aerofood akan melakukan seleksi yang pihak supplier ke PT. Aerofood Indonesia.
dilakukan oleh petugas Quality Control di Apabila suhu mobil pengangkut tidak sesuai
bagian receiving atau bagian penerimaan. standar, maka dapat terjadi pertumbuhan
Pemilihan bahan baku dilakukan mulai dari mikroorganisme pada produk. Sebagai contoh
memilih supplier bahan baku. Supplier bahan yaitu pada produk beku (frozen), dimana salah

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299
Rahmadhani dan Sumarmi. Amerta Nutr (2017) 291-299 296
DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

Gambar 1. Label Harian

satu syarat agar produk diterima adalah suhu menggunakan pembungkus yang bersih dan
produk tidak lebih dari -8OC. Untuk disimpan di ruangan dengan suhu rendah.
mempertahankan suhu pada produk, maka Berdasarkan Departemen Kesehatan
suhu pada mobil pengangkut juga harus Republik Indonesia tahun 2004, bahan
disesuaikan. makanan yang telah diterima harus segera
Bahan baku makanan akan dipisahkan dilakukan penyimpanan yang sesuai untuk
berdasarkan jenisnya, yaitu buah-buahan, meminimalisir terjadinya pencemaran yang
sayur-sayuran, dry goods seperti minuman disebabkan oleh mikroorganisme karena
kemasan, dan lain-lain, frozen , chill, dan ready kesalahan penyimpanan yang dapat dapat
to eat food seperti roti, biskuit, dan lain-lain. berakibat fatal pada penurunan mutu dan
Pemisahan bahan baku makanan dipisahkan keamanan pangan3. Terdapat empat cara
menggunakan beberapa container yang penyimpanan yang dapat dilakukan untuk
berbeda-beda sesuai dengan jenis bahan baku meminimalisir kerusakan dan kehilangan zat
makanannya dan container bahan makanan gizi berdasarkan suhunya, yaitu: Penyimpanan
yang telah diterima diberi label terlebih sejuk (cooling), yaitu penyimpanan dengan
dahulu untuk menandakan kapan bahan suhu 10OC-15OC untuk jenis minuman, buah,
makanan tersebut diterima. Label yang es krim, dan sayuran. Penyimpanan dingin
digunakan memiliki warna serta nomor yang (chilling), yaitu penyimpanan dengan suhu
berbeda-beda setiap harinya. 4OC-10OC untuk bahan makanan yang
berprotein yang akan segera diolah kembali.
Prinsip II: Penyimpanan Bahan Makanan Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu
Menurut Kusmayadi (2008), proses suhu penyimpanan dengan suhu 0OC-4OC
penyimpanan makanan merupakan suatu untuk bahan protein yang mudah rusak untuk
proses agar suatu bahan makanan tidak jangka waktu sampai 24 jam. Penyimpanan
mudah rusak dan kehilangan kandungan beku (frozen), yaitu penyimpanan dengan
gizinya7. Sebelum dilakukan penyimpanan, suhu <0OC untuk bahan makanan protein yang
bahan makanan harus dibersihkan terlebih mudah rusak untuk jangka waktu >24 jam.
dahulu. Cara membersihkan bahan makanan Tempat penyimpanan bahan makanan
yang dapat dilakukan salah satunya adalah yang terdapat pada PT. Aerofood Indonesia
dengan mencuci bahan makanan, kemudian dalam keadaan bersih serta kedap air dan
dikeringkan agar tidak terdapat air pada tertutup. Selain itu bahan baku makanan akan
bahan makanan, dan kemudian dibungkus disimpan sesuai dengan jenis makanannya,
sehingga tidak bersatu antara satu jenis

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299
Rahmadhani dan Sumarmi. Amerta Nutr (2017) 291-299 297
DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

produk dengan produk lainnya. Sebelum Prinsip III: Pengolahan Makanan


setiap bahan makanan dimasukkan ke tempat Menurut Departemen Kesehatan
penyimpanan yang tersedia, bahan makanan Republik Indonesia (2004), pengolahan
yang telah diterima diberi label terlebih makanan merupakan suatu proses perubahan
dahulu untuk menandakan kapan bahan bentuk dari bahan mentah menjadi makanan
makanan tersebut diterima. Label yang yang siap dikonsumsi1. Untuk menciptakan
digunakan memiliki warna serta nomor yang makanan yang baik, maka proses pengolahan
berbeda-beda setiap harinya. harus mengikuti prinsip-prinsip higiene
Dalam penyimpanan bahan baku sanitasi makanan. Dalam pengolahan
makanan, PT. Aerofood Indonesia makanan terdapat hal yang harus
memberikan jarak antara makanan dengan diperhatikan kebersihannya, yaitu penjamah
lantai dan memberikan jarak dengan langit- makanan, cara pengolahan makanan, dan
langit, sehingga makanan tidak langsung tempat pengolahan makanan.
bersentuhan dengan lantai dan langit-langit. Penjamah makanan merupakan seorang
Hal ini sesuai dengan syarat penyimpanan pekerja yang betugas untuk menjamah
menurut Depkes RI (2011) yaitu jarak makanan dimulai dari persiapan bahan baku
makanan dengan lantai adalah 15 cm, jarak hingga penyajian makanan. Kualitas makanan
makanan dengan dinding adalah 5 cm, dan yang disajikan dipengaruhi oleh pengetahuan,
jarak makanan dengan langit-langit adalah 60 sikap, dan tindakan dari penjamah makanan.
cm8. Untuk mencegah terjadinya pencemaran,
Selanjutnya bahan makanan akan terdapat syarat untuk penjamah makanan
dipisahkan antara cold store dan dry store. menurut Departemen Kesehatan Republik
Terdapat 7 chiller di dalam cold store. Chiller Indonesia (2004), yaitu menutup luka terbuka,
ini akan menjadi tempat untuk penyimpanan menggunakan hairnet atau penutup kepala,
bahan makanan yang belum diolah. Masing- sedang tidak menderita penyakit menular
masing chiller memiliki suhu yang berbeda- seperti flu, batuk, influenza, diare, dan lain-
beda tergantung makanan yang disimpan. lain, menjaga kebersihan tangan, rambut,
Berikut tabel penyimpanan bahan makanan kuku, dan pakaian, mencuci tangan setiap kali
yang dilakukan oleh PT. Aerofood Indonesia: akan menangani makanan, menggunakan alat
saat menjamah makanan agar tidak
Tabel 1. Penyimpanan Bahan Baku Makanan bersentuhan langsung dengan kulit, tidak
Bahan Baku Suhu Ruang Penyimpanan merokok atau menggaruk anggota badan, dan
(Chiller) tidak batuk maupun bersin di depan makanan
Buah-buahan 3OC-9OC tanpa menutupnya1.
Sayur-sayuran 3OC-9OC Penjamah makanan di PT Aerofood
Bumbu jadi 3OC-9OC Indonesia diwajibkan untuk menggunakan
Telur 3OC-9OC hairnet, masker, serta sarung tangan selama
Keju 0OC-5OC proses produksi. Hal ini dilakukan agar dapat
Bahan baku siap mengurangi resiko timbulnya pencemaran
pakai (Yoghurt, 0OC-5OC baik fisik, biologi maupun kimia yang
sirup, dan lain- kemungkinan terbawa oleh penjamah
lain). makanan. Hal ini sesuai dengan syarat
Produk beku -18OC sampai -30OC penjamah makanan menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia1.
Penyimpanan bahan makanan yang Cara pengolahan makanan di PT.
dilaksanakan oleh PT. Aerofood Indonesia Aerofood Indonesia yaitu makanan dimasak
sudah sesuai dengan Departemen Kesehatan dalam porsi besar. Pada saat proses
Republik Indonesia (2004), yaitu penyimpanan pengolahan, terdapat suhu inti produk yang
bahan makanan dibedakan antar bahan akan diperiksa. Setiap suhu inti akan berbeda-
makanan dan disesuaikan suhunya1. beda setiap bahan pangan, pengukuran pada
produk akan dilakukan setiap akhir

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299
Rahmadhani dan Sumarmi. Amerta Nutr (2017) 291-299 298
DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

pemasakan dengan mengukur suhu inti memiliki bangunan atau ruangan yang tidak
produk. Seperti telur harus memiliki suhu inti licin, kedap air, memiliki suhu yang tidak
sebesar 74OC, produk yang mengandung panas, dan cukup pencahayaan. Lokasi Hot
daging (sapi, kambing, unggas), ikan dan pasta Kitchen dan Hot Dishing saling berdekatan.
harus memiliki suhu inti 74OC, produk yang
mengandung udang dan kerang (seafood) Prinsip IV: Penyimpanan Makanan Matang
harus memiliki suhu inti sebesar 65OC, produk Menurut Depkes RI, 2004 makanan
yang di “grilled” seperti sate harus memiliki yang telah matang harus menggunakan wadah
suhu sebesar 65OC, dan produk yang yang bersih dan aman bagi kesehatan dan
mengandung susu atau santan harus memiliki tutup makanan dan minuman harus dalam
suhu inti sebesar 72OC. Apabila produk yang keadaan bersih dan tidak mencemari
telah dimasak belum mencapai suhu yang makanan. Selain itu makanan matang harus
telah ditentukan, maka produk tersebut harus disimpan secara terpisah sesuai dengan
dimasak kembali hingga mencapai suhu yang jenisnya1. Di PT. Aerofood Indonesia, makanan
telah ditentukan. yang telah matang dan sudah di dishing
Makanan yang sudah diolah selanjutnya selanjutnya akan diproses di dalam chiller.
akan dimasukkan ke blast chiller untuk Setelah dari blast chiller, makanan yang telah
menurunkan suhunya yang semula 60OC jadi akan disimpan di chiller. Sebelum
menjadi 15OC dalam waktu maksimal 4 jam. didishing, meal akan disortir terlebih dahulu
Apabila suhu makanan belum turun dalam untuk memastikan tidak terdapat foreign
waktu 4 jam, maka makanan tersebut harus object atau objek asing pada makanan.
dibuang. Makanan yang sudah di dishing paling lama
Karena pemasakan bahan makanan disimpan dalam chiller adalah selama 3 hari.
dilakukan dalam jumlah besar, maka makanan Apabila sudah melebihi waktu yang telah
tersebut harus dibuat menjadi per porsi. Hal ditentukan, maka makanan tersebut akan
tersebut akan dilakukan di Hot Dishing. dibuang. Untuk mengetahui kapan makanan
Sebelum dilakukan dishing, produk makanan tersebut dimasukkan ke chiller, pada tray
yang akan dibuat per porsi akan disortir makanan tersebut akan diberi label sesuai
terlebih dahulu untuk mengurangi adanya dengan harinya.
resiko pencemaran baik fisik, maupun biologi. Makanan matang yang disimpan di
Pada saat dishing makanan, harus dilakukan chiller akan dipisahkan pada masing-masing
dalam waktu tidak lebih dari 45 menit dengan tray dan menggunakan penutup plastik
suhu ruangan maksimal 21OC dan suhu sehingga tidak akan tercampur antar produk.
permukaan produk maksimal adalah 15OC. Selain itu penyimpanan makanan matang juga
Apabila hal tersebut tidak dapat tercapai diberi jarak antara langit-langit dan juga lantai.
maka produk tersebut harus dibuang. Setelah
didishing, produk akan dimasukkan kembali ke Prinsip V: Pengangkutan Makanan
chiller dan saat akan adanya penerbangan, Pengangkutan makanan berperan
makanan sesuai menu harian akan dibawa ke dalam pencegahan terjadinya pencemaran
MTSU atau Meal Tray Set Up atau penataan makanan. Dalam proses pengangkutan
masing-masing tray dan akan dimasukkan ke makanan banyak pihak yang terkait mulai dari
masing-masing troli maskapai penerbangan. persiapan sampai kendaraan yang digunakan
Tempat pengolahan makanan yaitu dalam pengangkutan makanan itu sendiri.
pada proses pemasakan adalah Hot Kitchen. Bahan makanan yang akan digunakan
Hot Kitchen yang dimiliki oleh PT Aerofood akan diangkut menggunakan tray ataupun
Indonesia merupakan dapur yang kedap air, troli, tergantung dengan jumlah yang
bersih, tidak licin, memiliki saluran air, serta dibutuhkan dan jarak yang ditempuh. Apabila
terdapat ventilasi yang cukup, dan cahaya hanya mengambil dari chiller yang lokasinya
yang cukup. dekat dengan jumlah yang tidak terlalu
Hot Dishing merupakan lokasi untuk banyak, biasanya akan menggunakan tray.
pemorsian atau dishing menu. Hot Dishing Namun apabila komponen yang dibutuhkan

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299
Rahmadhani dan Sumarmi. Amerta Nutr (2017) 291-299 299
DOI : 10.2473/amnt.v1i4.2017.291-299

tergolong banyak, maka bahan akan diambil bisnis dan aluminium meal dish untuk kelas
menggunakan troli. ekonomi. Untuk penutupnya menggunakan
Makanan siap santap yang telah selesai kertas aluminium foil.
diolah dan di dishing, akan dibawa ke MTSU
(Meal Tray Set Up) untuk ditata kembali di KESIMPULAN
troli untuk pesawat. Makanan yang telah
ditata di MTSU akan disimpan terlebih dahulu Dalam penerapan prinsip higiene
di dalam chiller selama kurang lebih 3-4 jam sanitasi makanan, PT. Aerofood Indonesia
sampai menjelang penerbangan sebelum telah melaksanakannya, dimulai dari proses
akhirnya dibawa ke loading dock untuk penerimaan bahan baku makanan hingga
dimasukkan ke dalam high lift truck dan penyajian makanan. Dengan menerapkan
diantarkan ke pesawat sebelum disajikan ke prinsip higiene sanitasi makanan, diharapkan
penumpang pesawat. mampu meminimalisir adanya hal merugikan
yang disebabkan oleh makanan.
Prinsip VI: Penyajian Makanan
Penyajian makanan yang menarik akan ACKNOWLEDGMENT
memberikan nilai tambah dalam menarik
pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk Peneliti mengucapkan terimakasih
konsumen memiliki berbagai cara selama kepada PT Aerofood Indonesia, Tangerang,
tetap mengikuti prinsip hygiene sanitasi Banten yang telah mengizinkan sehingga
makanan yang baik dan benar. Waktu penelitian ini dapat terlaksana.
kedatangan makanan ke pesawat adalah tiga
puluh menit sebelum keberangkatan. REFERENSI
Makanan yang akan dikirimkan ke pesawat
akan didistribusikan menggunakan high lift 1. Depkes. Higiene Sanitasi Makanan dan
truck. Alat yang selanjutnya digunakan dalam Minuman. Dirjen PPM dan PLP. Depkes
distribusi makanan kepada konsumen adalah RI Jakarta. 2004.
troli yang dilengkapi dengan roda penggerak. 2. Widyawati, Retno, Yuliarsih. Hygiene
Sebelum makanan diangkut oleh high dan Sanitasi. Indonesia: Grasindo; 2002.
lift truck, suhu makanan akan diperiksa 3. WHO. Sanitation and Hygiene
kembali. Suhu makanan saat keluar dari final Promotion. 2005. Diakses dari
holding tidak lebih dari 8OC. Jika sebelum http://www.who.int/water_sanitation_
penyajian makanan ditemukan produk yang health/hygiene/sanhygpromo.pdf.
rusak, maka produk tersebut akan dibuang 4. Prabu. Higiene dan Sanitasi Makanan.
dan dicatat dalam laporan. Makanan yang 2008. Diakses dari http//gmpg.org.
disajikan harus pada tempat yang bersih, 5. Undang-Undang Republik Indonesia
peralatan yang digunakan bersih, sirkulasi Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
udara dapat berlangsung, penyaji atau 2012.
penjamah berpakaian bersih dan rapih 6. King, T. Inflight Catering. Journal of
menggunakan celemek dan penutup kepala Tourism and Hospitality Research
serta tidak diperbolehkan adanya kontak 2001;32:181-184.
langsung dengan makanan yang disajikan. 7. Kusmayadi. Cara Memilih dan
Dalam penyajian makanan kepada Mengolah Makanan Untuk Perbaikan
penumpang selanjutnya akan diserahkan Gizi Masyarakat. 2008. Diakses dari:
kepada kru masing-masing maskapai yang http://database.deptan.go.id.
sedang bertugas pada penerbangan tersebut. 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Tempat atau wadah yang digunakan Indonesia Nomor
oleh PT. Aerofood Indonesia untuk 1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang
menyajikan main course Garuda Indonesia Higiene Sanitasi Jasaboga. 2011
adalah menggunakan melamin untuk kelas

©2017. Rahmadhani dan Sumarmi. Open access under CC BY – SA license.


Received: 21-08-2017, Accepted :18-10-2017, Published online:27-12-2017
doi: 10.20473/amnt.v1.i4.2017.291-299

Anda mungkin juga menyukai