Anda di halaman 1dari 130

Metode Analisis Farmakoekonomi

Posted on Maret 6, 2015

Oleh : Erie Gusnellyanti, S.Si, Apt, MKM

Pada kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis utama yang paling sering
digunakan. Karena aspek ekonomi atau unit moneter menjadi prinsip dasar kajian
farmakoekonomi, hasil kajian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan untuk
menetapkan penggunaan yang paling efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas
 jumlahnya.

i antara empat metode tersebut, analisis minimalisasi!biaya "Cost


"Cost Minimization Analysis, CMA#
CMA#
adalah yang paling sederhana. CMA digunakan
CMA digunakan untuk membandingkan dua inter$ensi "atau
teknologi# kesehatan yang terbukti memiliki efek "outcome
"outcome## yang sama, atau setara se%ara klinis.
k linis.
Maka yang perlu dibandingkan hanya biayanya. &enis atau merek obat yang menjanjikan nilai
terbaik adalah yang membutuhkan biaya paling ke%il per periode terapi yang harus dikeluarkan
untuk men%apai efek "outcome
"outcome## yang diharapkan.

'ntuk membandingkan dua atau lebih inter$ensi kesehatan yang memberikan besaran efek
 berbeda, dapat digunakan analisis efekti$itas!biaya "Cost
"Cost effectiveness analysis, CEA#.
CEA#. Pada
CEA,
CEA, hasil pengobatan tidak diukur dalam unit moneter, melainkan didefinisikan dan diukur
dalam unit alamiah, baik yang se%ara langsung menunjukkan efek suatu terapi atau obat.
(ut%ome tersebut dapat berupa intermediate outcome "misalnya,
outcome "misalnya, penurunan kadar )) darah
dalam mg*d), penurunan tekanan darah diastolik dalam mm +g# maupun hasil selanjutnya dari
efek terapi tersebut atau final
atau final outcome "misalnya,
outcome "misalnya, jumlah kematian atau serangan jantung yang
dapat di%egah, radang tukak lCBA
lCBAung
ung yang tersembuhkan#.

Metode analisis farmakoekonomi lainnya yang juga b anyak digunakan adalah analisis utilitas!
 biaya "Cost
"Cost utility analysis, CUA#.
CUA#. eperti CEA,
CEA, biaya pada CUA juga
CUA juga diukur dalam unit moneter 
"mata uang#, tetapi hasil pengobatan "outcome
"outcome## dinyatakan dalam unit utilitas, misalnya QALY .
Karena hasil pengobatannya tidak bergantung se%ara langsung pada keadaan penyakit "disease
"disease
 state#, se%ara teoretis CUA dapat
 state#, CUA dapat digunakan untuk membandingkan dua area pengobatan yang
 berbeda, misalnya biaya per QALY  operasi
 operasi jantung koroner $ersus biaya per QALY  erythropoietin
 erythropoietin
 pada penyakit ginjal. -amun demikian, pembandingan antar!area pengobatan ini tidak mudah,
karena QALY  diperoleh
 diperoleh pada aktu dan dengan %ara berbeda sehingga tak dapat begitu saja
diperbandingkan.

/abel
/abel 1. Metode nalisis armakoekonomi

Metode analisis Karakteristik analisis


Analisis minimalisasi-biaya fek dua inter$ensi sama "atau setara#, $aluasi*biaya
(CMA
CMA dalam rupiah.
Analisis e!ekti"itas-biaya (CEA
( CEA fek dari satu inter$ensi lebih tinggi, hasil pengobatan
diukur dalam unit alamiah*indikator kesehatan,
$aluasi*biaya dalam rupiah.
fek dari satu inter$ensi lebih tinggi, hasil pengobatan
Analisis utilitas-biaya (CUA
( CUA dalam quality-adjusted life years "3)4#,
years "3)4#, $aluasi*biaya
dalam rupiah.
fek dari satu inter$ensi lebih tinggi, hasil pengobatan
Analisis man!aat-biaya (CBA
( CBA
dinyatakan dalam rupiah, $aluasi*biaya dalam rupiah.

 iada!tasi dari "e#$y and %ill, &''()

'ntuk membandingkan dua atau lebih inter$ensi kesehatan yang memiliki tujuan berbeda atau
dua program yang memberikan hasil pengobatan dengan unit berbeda, dapat digunakan analisis
manfaat!biaya "Cost
"Cost $enefit analysis, CBA#.
CBA#. Pembandingan ini dimungkinkan karena, pada
metode CBA,
CBA, manfaat "$enefit 
"$enefit # diukur sebagai manfaat ekonomi yang terkait "associated
"associated
economic $enefit # dan dinyatakan dengan unit yang sama, yaitu unit moneter.

Analisis Minimalisasi-#iaya (Cost


( Cost Minimization Analysis, CMA
CMA

nalisis minimalisasi!biaya "CMA


"CMA## hanya dapat digunakan untuk membandingkan dua atau lebih
inter$ensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil yang sama, serupa, atau setara atau
dapat diasumsikan setara se%ara klinis. Karena hasil pengobatan dari inter$ensi "diasumsikan#
sama, yang perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya.

engan demikian, langkah terpenting yang harus dilakukan sebelum melakukan CMA adalah
CMA adalah
menentukan kesetaraan "equivalence
"equivalence## dari inter$ensi "misalnya obat# yang akan dikaji. /etapi,
/etapi,
karena jarang ditemukan dua terapi, termasuk obat, yang setara atau dapat dengan mudah
dibuktikan setara, penggunaan CMA agak
CMA agak terbatas, misalnya untuk membandingkan obat generik 
 berlogo "(# dengan obat generik bermerek dengan bahan kimia obat sejenis dan telah
dibuktikan kesetaraannya melalui uji bioa$ailabilitas!bioekui$alen "*#. tau
membandingkan obat standar dengan obat baru yang memiliki efek setara.

Analisis E!ekti"itas-#iaya (Cost


( Cost Effectiveness Analysis,
Analysis , CEA
CEA

nalisis efekti$itas biaya "CEA


"CEA## banyak digunakan untuk membandingkan dua atau lebih
inter$ensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda "7as%ati et al., 2008#. Melalui CEA
 pengguna dapat untuk memilih inter$ensi kesehatan yang memberikan nilai tertinggi dengan
dana yang terbatas jumlahnya "cost-effective
"cost-effective#.
#. Misalnya membandingkan dua atau lebih jenis
obat dari kelas terapi yang sama tetapi memberikan outcome berbeda
outcome berbeda atau membandingkan dua
atau lebih terapi yang hasil pengobatannya dapat diukur dengan unit alamiah yang sama, alau
mekanisme kerjanya berbeda.

Pada CEA,
CEA, biaya inter$ensi kesehatan diukur dalam unit moneter "rupiah# dan hasil dari
inter$ensi tersebut dalam unit alamiah*indikator kesehatan baik klinis maupun non klinis "non!
moneter#. /idak seperti unit moneter yang seragam atau mudah dikon$ersikan, indikator
kesehatan sangat beragam9mulai dari mm+g penurunan tekanan darah diastolik "oleh obat
$aluasi*biaya dalam rupiah.
fek dari satu inter$ensi lebih tinggi, hasil pengobatan
Analisis utilitas-biaya (CUA
( CUA dalam quality-adjusted life years "3)4#,
years "3)4#, $aluasi*biaya
dalam rupiah.
fek dari satu inter$ensi lebih tinggi, hasil pengobatan
Analisis man!aat-biaya (CBA
( CBA
dinyatakan dalam rupiah, $aluasi*biaya dalam rupiah.

 iada!tasi dari "e#$y and %ill, &''()

'ntuk membandingkan dua atau lebih inter$ensi kesehatan yang memiliki tujuan berbeda atau
dua program yang memberikan hasil pengobatan dengan unit berbeda, dapat digunakan analisis
manfaat!biaya "Cost
"Cost $enefit analysis, CBA#.
CBA#. Pembandingan ini dimungkinkan karena, pada
metode CBA,
CBA, manfaat "$enefit 
"$enefit # diukur sebagai manfaat ekonomi yang terkait "associated
"associated
economic $enefit # dan dinyatakan dengan unit yang sama, yaitu unit moneter.

Analisis Minimalisasi-#iaya (Cost


( Cost Minimization Analysis, CMA
CMA

nalisis minimalisasi!biaya "CMA


"CMA## hanya dapat digunakan untuk membandingkan dua atau lebih
inter$ensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil yang sama, serupa, atau setara atau
dapat diasumsikan setara se%ara klinis. Karena hasil pengobatan dari inter$ensi "diasumsikan#
sama, yang perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya.

engan demikian, langkah terpenting yang harus dilakukan sebelum melakukan CMA adalah
CMA adalah
menentukan kesetaraan "equivalence
"equivalence## dari inter$ensi "misalnya obat# yang akan dikaji. /etapi,
/etapi,
karena jarang ditemukan dua terapi, termasuk obat, yang setara atau dapat dengan mudah
dibuktikan setara, penggunaan CMA agak
CMA agak terbatas, misalnya untuk membandingkan obat generik 
 berlogo "(# dengan obat generik bermerek dengan bahan kimia obat sejenis dan telah
dibuktikan kesetaraannya melalui uji bioa$ailabilitas!bioekui$alen "*#. tau
membandingkan obat standar dengan obat baru yang memiliki efek setara.

Analisis E!ekti"itas-#iaya (Cost


( Cost Effectiveness Analysis,
Analysis , CEA
CEA

nalisis efekti$itas biaya "CEA


"CEA## banyak digunakan untuk membandingkan dua atau lebih
inter$ensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda "7as%ati et al., 2008#. Melalui CEA
 pengguna dapat untuk memilih inter$ensi kesehatan yang memberikan nilai tertinggi dengan
dana yang terbatas jumlahnya "cost-effective
"cost-effective#.
#. Misalnya membandingkan dua atau lebih jenis
obat dari kelas terapi yang sama tetapi memberikan outcome berbeda
outcome berbeda atau membandingkan dua
atau lebih terapi yang hasil pengobatannya dapat diukur dengan unit alamiah yang sama, alau
mekanisme kerjanya berbeda.

Pada CEA,
CEA, biaya inter$ensi kesehatan diukur dalam unit moneter "rupiah# dan hasil dari
inter$ensi tersebut dalam unit alamiah*indikator kesehatan baik klinis maupun non klinis "non!
moneter#. /idak seperti unit moneter yang seragam atau mudah dikon$ersikan, indikator
kesehatan sangat beragam9mulai dari mm+g penurunan tekanan darah diastolik "oleh obat
antihipertensi#, banyaknya pasien katarak yang dapat dioperasi dengan sejumlah biaya tertentu
"dengan prosedur yang berbeda#, sampai jumlah kematian yang dapat di%egah, jumlah tahun
hidup yang diperoleh " Life
 Life Years
Years *ained, LY*#,
LY*#, dan lain!lain.

ebab itu, CEA hanya


CEA hanya dapat digunakan untuk membandingkan inter$ensi kesehatan yang
memiliki tujuan sama, atau jika inter$ensi tersebut ditujukan untuk men%apa i beberapa tujuan
yang muaranya sama "rummond et al., 188:#. &ika hasil inter$ensinya berbeda, misalnya
 penurunan kadar gula darah "oleh obat antidiabetes# dan penurunan kadar )) atau kolesterol
total "oleh obat antikolesterol#, CEA tak
CEA tak dapat digunakan. (leh pengambil kebijakan, metode
Kajian armakoekonomi ini terutama digunakan untuk u ntuk memilih alternatif terbaik di antara
sejumlah inter$ensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil maksimal untuk sejumlah
dana yang tersedia.

Analisis $tilitas-#iaya (Cost


( Cost Utility Analysis, CUA
CUA 

Metode analisis utilitas!biaya "CUA


"CUA## mirip dengan CEA,
CEA, tetapi out%ome!nya dinyatakan dengan
utilitas yang terkait dengan peningkatan kua litas hidup atau perubahan kualitas akibat inter$ensi
kesehatan yang dilakukan.

alam praktek, CUA hampir


CUA hampir selalu digunakan untuk membandingkan alternatif yang memiliki
tujuan "o$jective
"o$jective## sama, seperti membandingkan operasi $ersus kemoterapi atau membandingkan
obat kanker baru $ersus pen%egahan "melalui skrining#.

eberapa istilah yang la;im digunakan dalam CUA,


CUA, termasuk<

1. $tilitas (utility

nalisis utilitas!biaya "CUA


" CUA## menyatakan hasil dari inter$ensi sebagai utilitas atau tingkat
kepuasan yang diperoleh pasien setelah mengkonsumsi suatu pelayanan kesehatan, misalnya
setelah mendapatkan pengobatan kanker atau penyakit jantung. 'nit utilitas yang digunakan
dalam Kajian armakoekonomi biasanya adalah quality-adjusted life years +QALY.+QALY.

2. Kualitas hidup (quality


(quality of life, QOL
QOL

Kualitas hidup dalam CUA diukur


CUA diukur dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan kuantitas "duration
"duration
of life#
life# dan pendekatan kualitas "quality
"quality of life#.
life#. "ootman et al., 1886#. Kualitas hidup
merupakan sebuah konsep umum yang men%erminkan keadaan yang terkait dengan modifikasi
dan peningkatan aspek!aspek kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan sosial.

=. QALY (quality-adusted life yea!s"

Quality-adjusted life years +QALY adalah


+QALY adalah suatu hasil yang diharapkan dari suatu inter$ensi
kesehatan yang terkait erat dengan besaran kualitas hidup. Pada 3)4,
3)4, pertambahan usia "dalam
tahun# sebagai hasil inter$ensi disesuaikan nilainya dengan k ualitas hidup yang diperoleh
"ootman et al., 1886#. 'nit utilitas, termasuk QALY , merupakan sintesis dari berbagai hasil
"out%ome# fisik yang dibobot menurut preferen%e terhadap masing!masing hasil pengobatan
tersebut.

QALY  didasarkan pada keyakinan baha inter$ensi kesehatan dapat meningkatkan survival 


"kuantitas hidup# ataupun kemampuan untuk menikmati hidup "kualitas hidup#. Pada
 penghitungan besaran utilitas yang paling banyak dipakai ini, dilakukan pembobotan kualitas
terhadap setiap tahun pertambahan kuantitas hidup yang dihasilkan suatu inter$ensi kesehatan.
engan demikian, QALY  merupakan penggabungan dari kedua elemen tersebut.

Analisis Man!aat-#iaya (Cost Benefit Analysis, CBA

nalisis Manfaat iaya "CBA# adalah suatu teknik analisis yang diturunkan dari teori ekonomi,
di mana menghitung dan membandingkan surplus biaya suatu inter$ensi kesehatan terhadap
manfaatnya. 'ntuk itu, baik surplus biaya dan manfaat diekspresikan dalam satuan moneter
"misal. 7upiah, ' ollar#.

uatu program kesehatan selalu diperbandingkan dengan beberapa alternatif, baik dengan
 program*inter$ensi kesehatan lainnya maupun dengan tidak memberikan program* inter$ensi.
Parameter out%ome diukur dengan satuan moneter "mata uang#, umumnya dengan Kemauan
untuk Membayar "illin.ness to /ay, 0/ #. an untuk menghitung surplus biaya
 program*inter$ensi, biaya dari program*inter$ensi dan hal!hal terkaitnya "misal. obat, dokter,
rumah sakit, 1ome care, biaya pasien dan keluarga, biaya kehilangan produkti$itas, biaya lain
karena hilangnya aktu, dll# dikurangi biaya yang serupa dari program*inter$ensi lainnya.

CBA menggunakan perspektif sosial "masyarakat# dan men%akup seluruh biaya dan manfaat
yang rele$an. -amun, perhitungan dari biaya "terutama biaya tidak langsung# yang terkait
 biasanya diperdebatkan*kontro$ersial. CBA jarang digunakan untuk membandingkan obat atau
alternatif terapi medis karena pertimbangan etika. Penilaian kondisi kesehatan menggunakan
nilai moneter dan metode yang dipakai untuk hal tersebut seringkali diperdebatkan.

Kesulitan CBA adalah melakukan kon$ersi*menerjemahkan kondisi klinis non!moneter dan


out%ome kualitas hidup "misal. tahun hidup terselamatkan# menjadi nilai moneter. )ebih lanjut,
metode yang umum digunakan untuk melakukan kon$ersi* penerjemahan tersebut yaitu
Kemauan untuk Membayar "illin.ness to /ay, 0/ # mengundang perdebatan etika karena
%ondong kepada preferensi kekayaan. (leh karenanya, teknik analisis ini tidak umum digunakan
dalam perumusan kebijakan kesehatan. "g-#

umber <

1. ootman &.), et al, 2005, Prin%iples of Pharma%oe%onomi%s, =rd ed, +ar$ey >hitney
ooks ?ompany < '

2. rummond, M.., M.&. %ulpher, .>. /orran%e, .&. (@rien, and .). toddard, 2005.
Methods for the %onomi% $aluation of +ealth ?are Programmes, =rd dition, (Aford
'ni$ersity Press, (Aford.
=. Kementerian Kesehatan 7B, 201=. Pedoman Penerapan Kajian armakoekonomi,
Kemenkes 7B, &akarta.

C. 7as%ati, K.)., et al, 2008, ssentials of Pharma%oe%onomi%s, )ippin%ott >illiams D


>ilkies, Philadelphia.

Posted in 7MK(K(-(MB/agged analisis farmakoekonomi, e$aluasi ekonomi,


farmakoekonomi, farmasi, health e%onomy assessment, +/, kajian farmakoekonomi, obat,
$alue for moneyMeninggalkan komentar 
Posted on Maret 6, 2015

(leh < rie us-ellyanti

/ak seorang pun yang menginginkan jatuh sakit. (leh karena itu orang melakukan berbagai %ara
untuk tetap sehat atau kembali sehat, karena kesehatan adalah hak asasi manusia. -amun untuk
mendapatkan kesehatan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. iaya pelayanan kesehatan terus
meningkat, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kedokteran
dan farmasi. i lain pihak, dengan semakin tingginya biaya kesehatan, di berbagai -egara
semakin dituntut agar kualitas dari teknologi kesehatan juga semakin baik sebanding dengan
kenaikan biayanya. Bstilah ini dikenal dengan 23alue for Money4, yaitu nilai dari teknologi
kesehatan tersebut sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. alah satu teknologi kesehatan yang
mendapatkan proporsi yang besar dalam biaya pelayanan kesehatan adalah obat.

gar masyarakat mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan yang memadai dan
menyeluruh dengan biaya yang terjangkau, jaminan kesehatan nasional +universal 1ealt1
covera.e, U%C menjadi kebijakan dari berbagai -egara, termasuk di Bndonesia. U%C 
merupakan jaaban atas keterbatasan masyarakat untuk membayar sendiri biaya pelayanan
kesehatan "out of !oc5et #. -amun dengan keterbatasan anggaran kesehatan yang tersedia,
dibutuhkan adanya pemilihan prioritas terhadap teknologi kesehatan, terutama obat, yang
digunakan dan mengalokasikan sumberdaya yang tersedia seefisien mungkin, sesuai skala
 prioritas yang dibuat se%ara obyektif. 'ntuk melakukan pemilihan obat yang dapat dijamin
 pembiayaannya oleh pemerintah yang menerapkan sistem jaminan kesehatan, perlu dilakukan
Ee$aluasi ekonomi@.
$aluasi ekonomi dalam kajian obat akan
sangat dibutuhkan dan bermanfaat bila disampaikan bersama dengan = jenis e$aluasi, masing!
masing memiliki pertanyaan<
1. Can it #or56 pakah prosedur, pelayanan atau program kesehatan memberikan manfaat
dibandingkan bahaya bagi masyarakat "do more .ood t1an 1arm#. $aluasi jenis ini ingin
membuktikan Efficacy
2. oes it #or5 in reality6 pakah prosedur, pelayanan atau program kesehatan do more good
than harm kepada masyarakat yang ditaari pelayanan*prosedur tsbF $aluasi yang
mempertimbangkan efficacy serta penerimaan "acce!tance# oleh masyarakat tsb, merupakan
e$aluasi efektifitas atau manfaat obat . $aluasi ini menjaab aspek Effectiveness
=. pakah men%apai sasaran mereka yang membutuhkan dan accessi$leF $aluasi jenis ini
memperhatikan aspek ketersediaan "availa$ility#
Pertanyaan dalam e$aluasi ekonomi untuk obat dan alkes kemudian menjaab pertanyaan 27s it
#ort1 doin. it, com!ared to ot1er t1in.s #e could do #it1 t1e same money62 Pertanyaan ini
 berkaitan dengan Cost-effectiveness 8 Efficiency
rtinya, tidak %ukup dengan efficacy, safety, quality bahkan efektifitas saja tanpa
membandingkan dengan sumberdaya yang dikorbankan juga dianggap belum %ukup. Kemudian
farmakoekonomi melengkapi kebutuhan akan jaaban apakah 2#ort1 it4 "sepadan pengorbanan
dengan hasil# melalui kajian Cost-Effectiveness Analysis.

armakoekonomi adalah bidang studi yang melakukan e$aluasi perilaku atau kesejahteraan
indi$idu, perusahaan dan pasar, yang rele$an dengan penggunaan produk farmasi, pelayanan,
dan program. okusnya terutama pada biaya "input# dan konsekuensi "outcome# dari
 penggunaannya. armakoekonomi juga terkait dengan aspek klinis, ekonomi, dan kemanusiaan
 pada inter$ensi pelayanan kesehatan "sering digambarkan sebagai model EC%9, dalam
 pen%egahan, diagnosa, pengobatan dan manajemen penyakit#. armakoekonomi juga dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang menggambarkan perbandingan antara biaya "cost # dari suatu
obat dengan luaran "outcome# yang dihasilkan.

Metode yang dapat dilakukan dalam analisis farmakoekonomi adalah cost-minimization, cost-
effectiveness, cost-utility, cost-$enefit, cost of illness, cost-consequence dan teknik analisis
ekonomi lainnya yang memberikan informasi berharga kepada para pengambil keputusan
 pelayanan kesehatan untuk alokasi sumber daya yang terbatas.
Cost Minimization Analysis +CMA digunakan ketika efek dari dua atau lebih inter$ensi "atau
obat# yang dibandingkan adalah sama atau hampir sama +com!letely: or almost identical,
dengan demikian yang dipilih adalah opsi dengan biaya terendah +t1e least cost o!tion. Cost-
effectiveness analysis +CEA digunakan untuk membandingkan biaya dan out%ome dari dua atau
lebih inter$ensi yang memiliki tujuan yang sama. Meski lebih ma hal, suatu opsi mungkin dipilih
karena hasil pen%apaian tujuan juga tinggi sehingga biaya per satuan out%omenya lebih rendah
atau %ost!effe%ti$e. ila out%ome yang digunakan adalah perspektif konsumen "utility# maka
dikenal sebagai Cost Utility Analysis +CUA. iaya yang dihitung bisa biaya dari sisi pro$ider,
dari sisi konsumen "pasien# atau keduanya. tau bisa juga dari sisi pemerintah atau publik
" societal #. +al ini disebut dengan perspektif dari biaya, yang akan mempengaruhi perhitungan
dalam analisis.

Blmu farmakoekonomi telah berkembang dengan pesat di berbagai negara termasuk di sia!
Pasifik. ata farmakoekonomi semakin dibutuhkan di ban yak negara, seperti /hailand, Korea
elatan, ilipina dan /aian, terutama sebagai bukti pendukung dalam pengambilan keputusan
obat apa saja yang akan dimasukkan dalam formularium, daftar obat esensial atau untuk
 persetujuan obat baru. edangkan di Bndonesia, ilmu ini masih baru berkembang, sehingga
 penerapannya belum banyak dilakukan dalam pengambilan kepu tusan penggunaan obat.
edangkan kajian farmakoekonomi di tingkat lokal Bndonesia sangat dibutuhkan untuk
menyediakan data pendukung dalam proses %0A dan seleksi obat ormularium.

armakoekonomi sangat penting dalam membantu upaya pengendalian biaya obat, terutama
dalam penerapan &aminan Kesehatan -asional "&K-#. alam pemilihan obat, faktor efikasi dan
keamanan " safety dan efficacy# merupakan salah satu pertimbangan yang penting, namun
 pertimbangan ekonomi menjadi sangat penting dalam hal keterbatasan anggaran. iterapkannya
&K- di Bndonesia sejak tahun 201C, dengan terbatasnya anggaran yang tersedia, maka aspek
 pengendalian mutu sekaligus biaya obat, menjadi salah satu hal penting yang mendapatkan
 perhatian. 'ntuk itu Kementerian Kesehatan telah menetapkan ormularium -asional sebagai
a%uan penggunaan obat, yang mempertimbangkan semua aspek tersebut  "safety, efficacy,
economy# yang berbasis bukti "M# dalam proses seleksi obat.

engan demikian, dalam pelayanan kesehatan berbasis jaminan sosial, saat ini Bndonesia
membutuhkan banyak data analisis farmakoekonomi dengan setting lokal. Mengingat
terbatasnya studi atau analisis bidang ini di Bndonesia, akan menyebabkan pengambilan
keputusan didasarkan pada hasil analisis dari -egara lain. +al ini tidak selamanya dapat
dilakukan, terutama jika hasil studi dari luar negeri tersebut tidak rele$an dengan kondisi
Bndonesia. (leh karena itu, Bndonesia membutuhkan banyak studi farmakoekomi dan %0A untuk
memenuhi kebutuhan data dalam negeri, yang sesuai dengan populasi dan pembiayaan di
Bndonesia.

'ntuk melakukan analisis farmakoekonomi dibutuhkan dua data utama yaitu data biaya dan data
klinis "outcome#. Kedua jenis data ini dapat diperoleh se%ara langsung dari pengumpulan data di
fasilitas kesehatan atau pasien "data primer#, maupun diperoleh dari studi lain yang sudah ada
atau literatur "data sekunder#. elanjutnya kedua data tersebut dianalisis dengan metode yang
sesuai atau dilakukan analisis menggunakan permodelan ekonomi yang sesuai untuk mengetahui
rasio dari biaya dan out%ome. engan demikian dapat diketahui apakah obat "atau teknologi
kesehatan# tersebut memiliki outcome yang sebanding dengan biayanya "value for money#. +asil
dari analisis inilah yang diambil untuk dijadikan rekomendasi terhadap kebijakan, baik kebijakan
setempat "misalnya di rumah sakit#, maupun -asional.

ebagai tahap aal dalam penerapan


farmakoekonomi dalam pelayanan kesehatan di Bndonesia, Kementerian Kesehatan melalui
irektorat &enderal ina Kefarmasian dan lat Kesehatan telah menerbitkan buku Pedoman
Penerapan Kajian armakoekonomi pada tahun 201=. Pedoman ini merupakan a%uan yang dapat
dimanfaatkan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan dalam melakukan kajian
farmakoekonomi. engan demikian, diharapkan pedoman ini dapat menjadi pembuka jalan
 penerapan farmakoekonomi dalam pelayanan kesehatan dan pengguna an obat atau menjadi
literatur yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu farmakoekonomi di Bndonesia. "egn#

umber <
;) Bootman <)L, et al, &''=, /rinci!les of /1armacoeconomics, (rd ed, %arvey 1itney Boo5s
Com!any > U?A
&) rummond, M)@), M)<) ?cul!1er, *)) 0orrance, B)<) 9Brien, and *)L) ?toddard, &''=)
 Met1ods for t1e Economic Evaluation of %ealt1 Care /ro.rammes, (rd Edition, 9ford
University /ress, 9ford)
() @M U7, &';&) La!oran A51ir ajian 0elaa1 e!usta5aan dan ?tudi ualitatif men.enai
 %0A, emen5es D7, <a5arta)
) ementerian ese1atan D7, &';() /edoman /enera!an ajian @arma5oe5onomi, emen5es
 D7, <a5arta
7MK(K(-(MB KB&K- P')BK 

armakoekonomi dapat didefinisikan sebagai perhitungan antara biaya yang dikeluarkan dengan
dampaknya pada penyembuhan dalam rangka mengambil keputusan tentang pengembangan obat
dan strategi harga obat. Penerapan farmakoekonomi dapat dilakukan baik dalam skala ke%il
seperti penentuan pilihan terapi untuk seorang p asien, maupun dalam skala besar seperti
 penentuan daftar harga obat yang akan disubsidi pemerintah. armakoekonomi dapat mengukur
kelebihan suatu obat dibandingkan obat lain berdasarkan analisis %ost!effe%ti$eness!nya.

agi pemerintah, farmakoekonomi sangat berguna dalam memutuskan apakah suatu obat layak
dimasukkan kedalam daftar obat yang disubsidi, serta membuat kebijakan!kebijakan strategis
lain yang terkait dengan pelayanan kesehatan. ?ontoh kebijakan terkait farmakoekonomi yang
 baru diterapkan di Bndonesia adalah penerapan kebijakan B-!7 "Bndonesia!iagnosis
7elated roup# yang menyetarakan standar pelayanan kesehatan di rumah sakit pemerintah.
engan memahami peranan farmakoekonomi dalam mengendalikan biaya pengobatan, sudah
selayaknya farmakoekonomi dimanfaatkan dalam proses pengambilan kebijakan pelayanan
kesehatan sehingga dapat ter%apai hasil yang efisien dan ekonomis. Kesadaran akan terbatasnya
sumber daya dalam upaya pelayanan kesehatan membuat kebutuhan akan farmakoekonomi
menjadi semakain mendesak. +asil studi farmakoekonomi dapat b erguna untuk industri farmasi
dalam hal antara lain penelitian dan pengembangan obat, strategi penetapan harga obat, serta
strategi promosi dan pemasaran obat.

B. Klasifikasi Kebijakan Publik

efinisi kebijakan publik dalam tulisan ini se%ara garis besar akan diklasifikasikan dalam empat
hal.
Pertama, definisi kebijakan publik dalam lapis pemaknaan sebagai proses de%ision making
"pengambilan keputusan#.
Kedua, kebijakan publik sebagai sebuah proses managerial. i dalamnya kebijakan publik
diartikan sebagai rangkaian kerja pejabat publik dalam membuat dan menerapkan sebuah
kebijakan.
Ketiga, definisi kebijakan publik yang dikategorikan sebagai bentuk inter$ensi pemerintah.
Kebijakan publik dikategorikan sebagai bentuk kerja sistem sosial dalam suatu masyarakat.
Keempat, pendefinisian kebijakan publik yang masuk dalam lapis pemaknaan
interaksi antara negara dan rakyatnya.

engan dasar klasifikasi tersebut di atas, definisi dari berbagai ahli akan dibagi "dikluster# sesuai
dengan lapis pemaknaan tersebut. -amun, se%ara luas, penulis membagi definisi!!baik definisi
langsung maupun dari artikel!! berdasarkan fo%us efisiensi kerjanya sebuah kebijakan publik.
rtinya, di ranah mana sebuah formula kebijakan diperkuat. ari pemerintah, pelaku "legislasi#,
ataukah pada masyarakatnya,sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai kebutuhan.

BB. B-BB KB&K- P')BK 

1. Menurut ?handler dan Plano "18GG#


Kebijakan publik merupakan pemanfaatan strategis terhadap sumber daya yang ada untuk
meme%ahkan masalah!masalah publik atau pemerintah. Menurutnya, kebijakan publik
merupakan bentuk inter$ensi negara untuk melindungi kepentingan masyarakat "kelompok# yang
kurang beruntung.
ari definisi ?handler dan Plano, kebijakan publik masuk dalam lapis pemaknaan kebijakan
 publik sebagai inter$ensi dari pemerintah. (ptimalisasi kebijakan publik kemudian ada pada
ranah sumber daya9berupa sistem dalam masyarakatnya, sehingga kebijakan publik akan
menghasilkan output yang berfungsi mensinergikan kebijakan tersebut.

2. aston "1868#
Kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai!nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaannya mengikat. ehingga %ukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan
kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh
 pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai!nilai kepada masyarakat.
ari definisi aston, maka kebijakan publik merupakan proses pengambilan keputusan "de%ision
making#. erdasarkan definisinya, sebuah kebijakan publik akan efisien ketika berada dalam
ranah pemerintahan. rtinya, kekuasaan negara dalam kebijakan pub lik ini sangat besar.

=. nderson "18:5#
Kebijakan publik sebagai kebijakan!kebijakan yang dibangun oleh badan!badan dan pejabat!
 pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan itu adalah<
1. kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan!tindakan yang
 berorientasi pada tujuan
2. kebijakan publik berisi tindakan!tindakan pemerintah
=. kebijakan publik merupakan apa yang benar!benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan
merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan
C. kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan
 pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan
keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu
5. kebijakan publik pemerintah setidak!tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada
 peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
ari definisi nderson, kebijakan publik merupakan serangkaian fase kerja pejabat publik
"kebijakan publik sebagai proses manajemen#. an itu artinya, penekanan atau fokus efisiensinya
ada pada ranah legislasi "pelaku kebijakan#.

C. rief 7amelan Karseno, M.,Ph..


Kebijakan publik dipahami sebagai kebijakan, baik politik, ekonomi, dan sosial yang diambil
se%ara kolektif, demi kepentingan*keuntungan masyarakat se%ara bersamasama "kolektif#.
Kebijakan Publik itu bisa berbentuk Haturan atau rambu!rambuI perdagangan dalam hubungan
ekonomi antara anggota masyarakatJ bisa berbentuk pembuatan atau penyediaan barang yang
akan dipakai bersama "disebut barang publik# atau bahkan, bisa berbentuk hukum dan kode etik
hubungan antara manusia sebangsa yang sering kita sebut dengan budaya yang diterima se%ara
umum dalam masyarakat itu.

5. /homas 7. ye "18G1#


Kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah.
ari definisi ye, jelas baha kebijakan publik masuk dalam klasifikasi de%ision making.

6. Br. harma upta


upta, dalam tulisannya menekankan perlunya sosialisasi pejabat terhadap kebijakan publik
yang dibuat. i%ontohkan tentang kebijakan dalam penentuan nilai ebtanas dan ren%ana strategis
 pembangunan suatu ilayah. Ketika itu tidak disosialisasikan, maka kebijakan itu tidak lagi
menjadi kebijakan publik. ehingga kebijakan publik artinya semata peraturan dan ketentuan
yang di%iptakan oleh pemerintah saja.
ari tulisannya, kebijakan publik diklasifikasikan sebagai serangkaian kerja pejabat publik.
alam artian, kebijakan publik akan efisien jika difokuskan pada fungsi managementnya.
Menurut upta, ketika sosialisasi program dapat merata, masyarakat dapat
mengimplementasikan kebijakan dengan tujuan serta aturan!aturan yang jelas.

:. 7atih Pratii nar, .. M.i


ari artikelnya, dapat dilihat baha 7atih %enderung mengartikan kebijakan publik sebagai
 proses pengambilan keputusan. ia menitikberatkan sebuah kebijakan pada %ara pemerintah
men%iptakan sebuah kebijakan yang menguntungkan bagi rakyat banyak. i%ontohkan dalam
artikelnya tentang perlindungan terhadap obat lokal.
Masuknya obat!obat modern dan ga ya hidup masyrakat yang mulai menimbulkan nilai lokalitas
membuat 7atih berpikir harus ada institusi yang berani men%iptakan kebijakan yang melindungi
 pembuat obat tradisional. an di situlah negara dan pejabat publi% diperlukan.
ari artikelnya, kebijakan publik menurutnya dapat diklasifikasikan ke dalam proses de%ision
making, untuk memutuskan apakah kebijakan perlindungan obat tradisional benar!benar
diperlukan
G. Br. joko >intolo
Kebijakan publik masuk dalam klasifikasi inter$ensi pemerintah. ?ukup jelas dalam tulisannya,
di%ontohkan maslah pendidikan. i sini pendidikan adalah proses pengenalan terhadap kebijakan
itu sendiri. engan menjadikan masyarakat sebagai manusia yang berpendidikan, diharapkan
masyarakat menjadi sosok yang mampu menghargai atau memberi apresiasi terhadap sebuah
 profesi sehingga tidak perlu banyak kebijakan untuk membuatnya tetap diterima. Kebijakan
 publik kemudian menjadi lebih fokus pada prosedur kerja sistem sosial, bukan pada prosedur
tatanan orang!orang yang melakukan kebijakan tersebut. engan masyarakat yang
 berpendidikan, artinya, inter$ensi pemerintah dalam sebuah perubhan struktur masyarakat begitu
 besar. an itu artinya, langsung atau tidak, akan ada efek kebijakan untuk problem sol$ing
sebuah struktur masyarakat. Bntinya, pendidikan itu sendiri harus mampu men yesuaikan dengan
sistem sosial yang tepat untuk menghasilkan kebijakan yang tepat pula.

Kebijakan Pemerintah
Kebijakan (bat -asional
. 1 Maksud dan /ujuan
K(- dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan
keterjangkauan obat se%ara berkelanjutan, untuk ter%apainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi!tingginya. Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari
tujuan yang hendak di%apai. Pemilihan obat esensial yang tepat dan pemusatan upaya pada
 penyediaan obat esensial tersebut terbukti telah meningkatkan akses obat serta penggunaan obat
yang rasional.
emua obat yang beredar harus dijamin keamanan, khasiat dan mutunya agar betul betul
memberikan manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan justru tidak merugikan
kesehatan. ersamaan dengan itu masyarakat harus dilindungi dari salah penggunaan dan
 penyalahgunaan obat
engan demikian tujuan K(- adalah untuk menjamin<
1. Ketersediaan , pemerataan, dan keterjangkauan obat esensial
2. 'ntuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu semua obat yang beredar
=. Masyarakat terlindung dari salah penggunaan dan penyalahgunaan obat
7uang lingkup K(- men%akup pembiayaan, ketersediaan dan pemerataan,
keterjangkauan obat, seleksi obat esensial, penggunaan obat rasional, pengaasan, penelitian dan
 pengembangan sumber daya manusia dan pemantauan serta e$aluasi. alam hal ketersediaan,
 pemerataan dan keterjangkauan obat diutamakan pada obat esensial, sedangkan dari aspek
 jaminan mutu diberlakukan pada semua jenis obat.
elain tujuan umum yang terkait dengan kesehatan dasar, ada pula tujuan  tujuan umum
lainnya, termasuk tujuan konomi misalnya, untuk mengurangi penggunaan de$isa negara
dalam impor obat atau untuk meyediakan lapangan pekerjaan seperti dalam bidang penyediaan
dan penyeraran obat, pengemasan,atau produksi obat. &uga ada beberapa strategi ekonomi untuk
obat seperti menjamin pembiayaan obat yang memadai serta berkesinambungan merupakan
tantangan besar. Pembiayaan publik bagi obat disarana pelayanan kesehatan pemerintah diterima
sebagai kebijakan yang sah di banyak negara dan oleh banyak lembaga. elain itu mekanisme
 pembiayaan seperti biaya berobat "user fee# merupakan suatu hal yang dapat diterapakan
dinegara  negara miskin guna meningkatkan sumberdaya pembiayaan. Kebijakan keuangan
harus diran%ang untuk memaksimalkan sumberdaya bagi obat dan mempertahankan harga obat
serendah mungkain disektor pemerintahan. Mekanisme yang mungkin digunakan untuk
meningkatkan akses ekonomi terhadap obat esensial disemua sektor antara lain adalah %akupan
asuransi yang lebih luas, informasi harga, pengganti obat generik untuk meningkatkan
 persaingan harga, peraturan tentang harga produsen, serta peraturan tentang batas harga en%eran
Peningkatan efisiensi dalam sistem kefarmasian dapat membantu negara mengatasi dampak
dari ma%roe%onomi% sho%ks seperti de$aluasi mata uang fran% di frika arat mendorong negara
  negara yang ada di ilayah tersebut untuk memperkuat kebijakan obat esensial mereka bagi
sektor pemerintahan serta mengenalkan mekanisme untuk mempromosikan obat dengan mana
generik kepada masyarakat.
/ujuan pembangunan nasional misalnya memperbaiki sistem transportasi dan komunikasi,
mengembangkan produksi farmasi nasional, melindungi hak kekayaan intelektual atau
menghindar pemberian hak tersebut kepada pabrik obat untuk memproduksi abat tertentu "guna
menghindari harga obat yang sangat mahal#, /erlepas dari keadaan tertentu yang dihadapi oleh
suatu negara. Konas yang komperhensif seharusnya menguraikan dengan jelas peran sektor
 pemerintahan dan sasta. elain itu kebijakan tersebut harus mempertimbangkan efisiensi
"dengan sumberdaya yang ada dapat menyelenggarakan pelayanaan yang semaksimal mungkin#,
 pemerataan "akses yang merata#, serta kesinambungan pengaturan pasokan obat yang ada
 berbeda  beda tergantung dari pemerintah dalam hal pembiayaan, penyaluran, penyediaan, dan
 penyerahan obat. anyak negara berkembang mempertahankan sistem pemerintahan yang
mengatur pengadaan dan impor obat selama puluhan tahun, karena kegiatan sektor sasta
 berpusat diilayah perkotaan dan tidak ada sistem asuransi kesehatan, Meskipun sistem seperti
ini tetap dibutuhkan, masih dibutuhkan penyempurnaan dalam hal penyelenggaraan, manajemen,
dan pembiayaan.
.2 /7/B - )-- KB&K-
 a. trategi
1. Ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat esensial .
kses obat esensial bagi masyarakat se%ara garis besar dipengaruhi oleh e mpat faktor
utama, yaitu penggunaan obat se%ara rasionalJ harga yang terjangkauJ pendanaan yang
 berkelanjutanJ dan sistem kesehatan serta sistem penyediaan obat yang dapat diandalkan.
erdasarkan pola pemikiran di atas ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat esensial
hendak di%apai melalui strategi berikut<
a. istem pembiayaan obat berkelanjutan, baik sektor publik maupun sektor sasta menga%u
 pada '' -o C0 /ahun 200C tentang istem &aminan osial -asional "&-# yang dijabarkan
dalam berbagai bentuk &aminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat "&PKM#.
 b. 7asionalisasi harga obat dan pemanfaatan obat generik.
%. Penerapan sistem pengadan dalam jumlah besar "bulk pur%hasing# atau pengadaan se%ara
terpusat "pool pro%urement# disektor publik. isertai distribusi obat yang efektif, efisien dan
akuntabel, pada sektor publik dan sasta.
d. Pengembangan dan e$aluasi terus!menerus, model dan bentuk pengelolaan obat sektor
 publik di daerah terpen%il, daerah tertinggal, daerah perbatasan dan daerah raan.
e. Penyiapan regulasi yang tepat untuk menjamin ketersediaan obat .
f. Memanfaatkan skema dalam /rips < %ompulsary li%ense, go$ernment use, paralel impor.
2. &aminan keamanan, khasiat dan mutu obat beredar, serta perlindungan masyarakat dari
 berbagai dampak salah penggunaan dan penyalahgunaan obat.
Pengaasan dan pengendalian obat mulai dari impor, produksi hingga ke tangan pasien,
merupakan kegiatan yang tak terpisahkan. (leh karena itu keamanan, khasiat dan mutu semua
obat yang beredar harus dapat dijamin melalui strategi berikut<
a. Penilaian dan pengu jian melalui proses pendaftaran, pembinaan, pengaasan dan
 pengendalian "binasdal# produksi, impor, ekspor, distribusi dan pelayanan obat merupakan
suatu kesatuan yang utuh, dilakukan se%ara transparan dan independen.
 b. danya dasar hukum, dan penegakan hukum se%ara konsisten, dengan efek jera yang tinggi
untuk setiap pelanggaran.
%. Penyempurnaan ketentuan sarana produksi, sarana distribusi, sampai dengan tingkat
 penge%er.
d. Pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan dan penyebaran informasi terper%aya,
sehingga terhindar dari penggunaan obat yang tidak memenuhi persyaratan.
e. Penyempurnaan dan pengembangan berbagai standar dan pedoman pengembangan bahan
obat.
=. Penggunaan obat se%ara rasional
Pengembangan serta penerapan pedoman terapi dan kepatuhan terhadap aftar (bat sensial
 -asional "(-#, merupakan dasar dari pengembangan penggunaan obat se%ara rasional. alah
satu masalah yang mendasar atas terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional adalah
informasi yang tidak benar, tidak lengkap dan menyesatkan. (leh karena itu perlu dijamin agar
 pengguna obat, baik pel ayan kesehatan maupun masyarakat mendap atkan informasi yang benar,
lengkap dan tidak menyesatkan. erdasarkan hal!hal tersebut di atas upaya untuk penggunaan
obat yang rasional dilakukan melalui strategi berikut<
a. Penerapan aftar (bat sensial -asional "(-# dalam setiap upaya pelayanan kesehatan,
 baik perorangan maupun masyarakat, melalui pemanfaatan pedoman terapi dan formularium .
 b. dopsi obat dari (- pada pengadaan obat dan skema &PKM.
%. Penerapan pendekatan farmakoekonomi melalui kajian biaya efektif dan kemanfaatan "?ost
effe%ti$eness and %ost benefit analysis# pada seleksi obat yang digunak an di semua tingkat
 pelayanan.
d. Penerapan pelayanan kefarmasian yang baik.
e. Menjamin diterimanya informasi yang benar, lengkap, dan tidak menyesatkan oleh para
 pengguna.
f. Pemberdayaan masyarakat melalui KB "komunikasi, informasi dan edukasi#.
g. Pembatasan jumlah dan jenis obat yang beredar.
 b. )andasan Kebijakan
'ntuk men%apai tujuan K(- ditetapkan landasan kebijakan sebagai berikut<
1. Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengaasan dan pengendalian obat, sedangkan
 pelaku usaha di bidang obat bertanggung jaab atas mutu obat sesuai dengan fungsi usahanya.
/ugas pengaasan dan pengendalian yang menjadi tanggungjaab pemerintah dilakukan se%ara
 profesional, bertanggungjaab, independen dan transparan.
2. Pemerintah bertanggung jaab atas ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat
esensial yang dibutuhkan masyarakat.
=. Pemerintah dan pelayan kesehatan bertanggungjaab untuk menjamin agar pasien mendapat
 pengobatan yang rasional. Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi obat yang benar.
Pemerintah memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan
 pengobatan.
C. Pemerintah mendorong terlaksananya penelitian dan pengembangan obat yang men%akup
aspek sistem"manajamen obat, manajemen M, penggunaan obat rasional, dan lain!lanin#,
komoditi obat, proses "pengembangan obat baru#, kajian regulasi dan kebijakan.
5. Pemerintah dan semua pihak terkait bertanggungjaab atas ketersediaan M yang dapat
menunjang pen%apaian sasaran.

.= P(K(K!P(K(K - )-K+!)-K+ KB&K-


 a. Pembiayaan (bat
)angkah kebijakan <
1. Penetapan target pembiayaan obat sektor publik se%ara nasional
2. epartemen Kesehatan mengembangkan mekanisme pemantauan pembiayaan obat sektor
 publik di daerah.
=. Pemerintah menyediakan anggaran obat untuk program kesehatan nasional. edangkan untuk
masyarakat yang dikategorikan mampu dapat berkontribusi.
C. Pemerintah Pusat menyediakan dana buffer stok nasional untuk kepentingan penanggulangan
 ben%ana, dan memenuhi kekurangan obat di kabup aten*kota.
5. esuai dengan peraturan perundang ! undangan yang berlaku, pemerintah daerah menyediakan
anggaran obat yang dialokasikan dari ana lokasi 'mum "'#, khususnya untuk pelayanan
kesehatan strata pertama. Mengingat obat sangat penting artinya bagi kesejahteraan masyarakat,
maka perlu alokasi anggaran yang %ukup.
6. esuai dengan 'ndang!'ndang -o C0 tahun 200C tentan &- "istem &aminan osial
 -asional#, skema &PKM dan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan lainnya harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna termasuk obat.
:. iaya yang mungkin dikenakan kepada pasien di pelayanan, khususnya Puskesmas, semata!
mata merupakan alat Hserta bayarI "%o!payment# dan tidak ditujukan sebagai sumber
 penghasilan.
G. 'ntuk menghadapi keadaan darurat, maka pemerintah harus mengutamakan penggunaan obat
dalam negeri. antuan dari -egara donor sifatnya hanya supplemen. Mekanisme obat bantuan
harus mengikuti kaidah internasional maupun ketentuan dalam negeri.
8. Pemerintah perlu melakukan kebijakan penetapan harga obat untuk menjamin keajaran harga
obat.

 b. Ketersediaan (bat


)angkah Kebijakan <
1. Memberikan insentif untuk produksi dalam negeri tanpa menyimpang dari dan dengan
memanfaatkan peluang yang ada dalam perjanjian >/(.
2. Menunjang ekspor obat untuk men%apai skala produksi yang lebih ekonomis untuk
menunjang perkembangan ekonomi nasional. erkenaan dengan itu otoritas regulasi obat
mengupayakan pengakuan internasional atas sertifikasi nasional serta memberikan fasilitasi
sertifikasi internasional pabrik farmasi.
=. Peningkatan kerjasama regional, baik sektor publik maupun sektor sasta, dalam rangka
 perdagangan obat internasional untuk pengembangan produksi dalam negeri.
C. Peningkatan efisiensi dan efekti$itas distribusi obat melalui regulasi yang tepat.
5. Peningkatan pelayanan kefarmasian melalui peningkatan profesionalisme tenaga farmasi
sesuai dengan stLndar pelayanan yang berlaku.
6. Pemberian insentif untuk pelayanan obat di daerah terpen%il.
:. Peningkatan peran serta penge%er obat terutama di daerah terpen%il untuk penyebaran
 pelayanan obat bebas se%ara baik.
G. Ketersediaan obat sektor publik<
a. Pembentukan Bnstalasi armasi di Propinsi dan Kabupaten*Kota Pemekaran serta 7e$italisasi
Bnstalasi armasi Kabupaten*Kota "BK# yang sudah ada sebagai 'nit Pengelola (bat dengan
memanfaatkan sistem informasi pengelolaan obat yang efisien dan efektif.
 b. Penerapan prinsip efisiensi dalam pengadaan obat, dengan mengikuti (-, serta dengan
 pemusatan pengadaan obat di daerah pada tingkat kabupaten*kota.
%. Penerapan pengelolaan obat yang baik di BK.
d. Penerapan prinsip transparansi dalam pengadaan obat sektor publik serta pemisahan fungsi
dan tanggung jaab seleksi, kuantifikasi, spesifikasi produk, pra!kualifikasi pemasok, dan
 pelaksanaan tender.
e. Memberikan kesempatan kepada industri dalam negeri apabaila diperlukan memanfaatkan
skema %ompulsary li%ense, go$ernment use, pararel impor untuk memenuhi keperluan obat
disektor publik
8. Ketersediaan obat dalam keadaan darurat
a. Pengorganisasian suplai obat dalam keadaan darurat sesuai ketentuan yang berlaku..
 b. epartemen Kesehatan menyusun pedoman pengadaan obat untuk kead aan darurat yang
ditinjau kembali se%ara berkala.
%. Pengadaan obat untuk keadaan darurat mengikuti pedoman epartemen Kesehatan dan
 pemerintah mengambil langkah  langkah untuk menjamin ketepatan jumlah, jenis, mutu dan
aktu penyerahan obat.
d. 'ntuk menghadapi keadaan darurat , maka pemerintah harus mengutamakan obat produksi
dalam negeri. antuan dari -egara donor sifatnya hanya sisipan "supplemen#. Mekanisme obat
 bantuan harus mengikuti kaidah internasional maupun ketentuan dalam negeri.
10. Pemerintah mengembangkan mekanisme pemantauan ketersediaan obat esensial dan
mengambil langkah!langkah penyediaannya.
11.Pemerintah perlu melakukan kebijakan penetapan harga obat untuk menjamin ketersedian
obat.
12.'ntuk mengatasi masalah penyakit tertentu yangg memerlukan (rphan rug, maka
 pemerintah dapat menggunakan pe%ial %%ess %heme.

%. Keterjangkauan
)angkah Kebijakan <
1. Peningkatan penerapan Konsep (bat sensial dan Program (bat enerik<
a. osialisasi Konsep (bat sensial dalam pelayanan kesehatan baik sektor publik maupun
sasta.
 b. Menerapkan (- dalam seluruh sarana pelayanan kesehatan.
%. e%ara konsisten memasyarakatkan obat generik.
d. (- merupakan bagian dari kurikulum dalam pendidikan dan pelatihan tenaga profesi
kesehatan.
e. Peningkatan Program (bat enerik dengan pengendalian mutu dan harga dengan
memanfaatkan informasi harga obat internasional.
f. Mengi;inkan pelaksanaan registrasi obat generik yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan
kesehatan sebelum hak paten obat yang bersangkutan kadaluarsa.
g. Pemberian insentif kepada apotek dalam pelayanan obat esensial dan obat generik.
2. Pemerintah melaksanakan e$aluasi harga se%ara periodik dengan membandingkan dengan
harga referensi internasional mengikuti metoda standar internasional yang terkini untuk<
a. Membandingkan harga dengan harga di negara lain dalam rangka mengambil langkah
kebijakan yang tepat mengenai harga obatJ
 b. Membandingkan keterjangkauan obat oleh masyarakat di berbagai daerah "baik perkotaan
maupun pedesaan#, dan di sarana pelayanan berbagai sektor "baik di sektor publik, sektor sasta
maupun sektor sasta nirlaba# dalam rangka mengambil keb ijakan yang tepatJ
%. Menilai dampak kebijakan yang telah dilaksanakan mengenai harga obat.
=. Pemanfaatan studi farmako ! ekonomik diunit pelayanan kesehatan se%ara terintegrasi untuk
meningkatkan efisiensi.
C. Pengendalian harga jual pabrik<
a. Pemerintah melakukan perbandingan harga obat yang masih dilindungi hak paten pemerintah
melaksanakan lisensi ajib sesuai dengan 'ndang!undang -o 1C /ahun 2001 tentang Paten.
engan harga di negara lain dengan menga%u pada hasil pengukuran harga obat bila perlu.
 b. +arga obat me!too "kopi# tidak boleh lebih mahal dari harga obat paten yang bersangkutan.
5. Pemerintah mengembangkan sistem informasi harga obat bagi masyarakat.
6. Pemerintah mengembangkan sistem pengadaan obat sektor publik dengan menerapkan
 prinsip pengadaan dalam jumlah besar atau pengadaan terpusat.
:. Penghapusan pajak dan bea masuk untuk obat esensial
G. Pemerintah perlu melakukan kebijakan penetapan harga obat untuk menjamin
keterjangkauan harga obat.
d. eleksi (bat sensial
)angkah Kebijakan <
1. Pembentukan komite nasional untuk pemilihan obat esensial.
2. Pemilihan obat esensial harus terkait dengan pedoman terapi atau standar pengobatan yang
didasarkan pada bukti ilmiah terkini.
=. eleksi obat esensial dilakukan melalui penelaahan ilmiah yang mendalam dan pengambilan
keputusan yang transparan dengan melibatkan para ahli dalam bidang obat dan kedokteran,
 berbagai strata sarana pelayanan kesehatan 'KM dan 'KP dan lembaga pendidikan tenaga
 profesi kesehatan.
C. 7e$isi (- dilakukan se%ara periodik p aling tidak setiap = ! C tahun dengan melalui proses
 pengambilan keputusan yang sama.
5. Penyebarluasan (- dan setiap re$isi (- kepada sarana pelayanan kesehatan sampai
daerah yang terpen%il, pendidik tenaga profesi kesehatan, pelayan kesehatan, mahasisa
kesehatan, baik dalam bentuk ter%etak maupun elektronik.
6. Pengintegrasian Konsep (bat sensial dalam pendidikan formal, pendidikan berkelanjutan
maupun pelatihan tenaga profesi kesehatan.
e. Penggunaan (bat 4ang 7asional
)angkah Kebijakan <
1. Pembentukan komite nasional multidisiplin untuk mengkoordinasi langkah kebijakan
 penggunaan obat.
2. Penyusunan pedoman terapi standar berdasarkan bukti ilmiah terkini yang di re$isi se%ara
 berkala.
=. (- sebagai a%uan pemilihan obat.
C. Pemberdayaan Komite armasi dan /erapi di rumah sakit.
5. Pembelajaran farmakoterapi berbasis masalah dalam kurikulum 1 tenaga profesi kesehatan.
6. Pendidikan berkelanjutan sebagai persyaratan i;in menjalankan kegiatan profesi.
:. Pengaasan, audit dan umpan balik dalam penggunaan obat.
G. Penyediaan informasi obat yang jujur dan benar.
8. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk menggunakan obat se%ara tepat dan benar.
10.)angkah regulasi dan penerapannya untuk menghindarkan insentif pada penggunaan dan
 penulisan resep obat tertentu.
11.7egulasi untuk menunjang penerapan berbagai langkah kebijakan penggunaan obat se%ara
rasional.
12. lokasi anggaran pemerintah yang memadai untuk memastikan ketersediaan obat esensial
serta untuk pelatihan tenaga profesi kesehatan.
f. 7egulasi (bat
)angkah Kebijakan <
1. 7egulasi obat dilaksanakan se%ara transparan dan independen.
2. Perkuatan fungsi pengaasan obat sebagai satu kesatuan yang menyeluruh terdiri dari<
a. Pendaftaran obat nasionalJ
 b. Peri;inan sarana produksi dan distribusiJ
%. Bnspeksi sarana produksi dan sarana distribusi obatJ
d. kses laboratorium pemeriksaan mutuJ
e. Pelulusan uji oleh regulator yang kompetenJ
f. ur$eilans pas%a pemasaranJ
g. (torisasi uji klinik.
=. Peningkatan sarana dan prasarana regulasi obat, serta pemenuhan kebutuhan sumber daya
manusia yang memadai.
C. Pemantapan usaha impor, produksi, distribusi, dan pelayanan obat.
5. Peningkatan kerjasama regional maupun internasional meliputi standar mutu, standar proses,
dan pengembangan sarana jaminan mutu "uality assuran%e# obat.
6. Pengembangan tenaga baik dalam jumlah dan mutu sesuai dengan stLndar kompentesi.
:. Pengakuan internasional terhadap sertifikasi nasional obat, sarana produksi obat, dan tenaga
 profesional di bidang obat.
G. Peningkatan inspeksi jalur distribusi yang ditunjang prosedur operasi standar, dilaksanakan
oleh tenaga inspektur terlatih dengan jumlah memadai, serta dilengkapi peralatan yang lengkap
"antara lain untuk tes obat sederhana#.
8. Pembentukan Pusat Bnformasi (bat di pelayanan kesehatan dan inas Kesehatan untuk
intensifikasi penyebaran informasi obat.
10. Peningkatan kerjasama dengan instansi terkait dalam penegakan hukum se%ara konsisten.
11. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan peran serta masyarakat untuk berperan dalam
kontrol sosial menghadapi obat palsu dan obat tidak terdaftar melalui berbagai jalur komunikasi
dan berbagai media.
12. Pengembangan sistem nasional farmako$ijilan sebagai pengembangan dari Monitoring
fek amping (bat -asional "M( -asional#.
1=. Mengembangkan peraturan perundang!undangan yang mengatur Promosi obat dengan
mengadopsi Hthi%al ?riteria for Medi%inal PromotionI dari >+( untuk merespons promosi
obat non!etis.
g. Penelitian an Pengembangan
)angkah Kebijakan<
1. Pengembangan, dan modifikasi indikator penerapan K(-.
2. Pengembangan model pengelolaan terutama obat esensial di daerah terpen%il, daerah
 perbatasan, daerah raan ben%ana, daerah tertinggal, guna menunjang ketersediaan, pemerataan
dan keterjangkauan
=. Penelitian operasional untuk e$aluasi penerapan K(- se%ara berkala sesuai dengan
 pedoman >+( untuk dapat melakukan penilaian kemajuan penerapannya.
C. Pengembangan obat baru untuk penyakit baru "emerging#, mun%ul!kembali "re!emerging#,
obat yang se%ara ekonomis tidak menguntungkan namun sangat diperlukan "orphan drugs#.
5. Pengembangan dan re$italisasi istem Bnformasi (bat di Bnstalasi armasi Kabupaten*Kota
"BK# untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan khususnya obat esensial.
6. Pengembangan dan e$aluasi sistem monitoring keamanan penggunaan obat.
:. Kajian atas efektifitas sistem sampling pada uji petik pengujian obat di pasaran.
G. Penelitian dan pengembangan penggunaan obat rasional mulai dari identifikasi masalah,
 besarnya masalah, memilih strategi peningkatan penggunaan obat yang rasional
8. Penerbitan dan re$isi pedoman %ara uji klinis yang baik untuk berbagai kelas terapi obat.
h. Pengembangan umber aya Manusia
)angkah kebijakan <
1. Melakukan pemetaan kebutuhan tenaga farmasi di bidang obat.
2. Penyediaan tenaga farmasi sesuai dengan kebutuhan di setiap jenjang pelayanan kesehatan.
=. K(- merupakan bagian dari kurikulum pendidikan dan pelatihan tenaga profesi
kesehatan.
C. Penerapan K(- pada pendidikan berkelanjutan oleh organisasi profesi kesehatan.
5. Penyelenggaraan pelatihan kerja "in!job training# untuk menunjang pengaasan obat ,
 penggunaan obat yang rasional serta pengelolaan obat esensial se%ara efektif dan efisien.
6. Kerjasama regional dan internasional untuk pengembangan M a.l. kerjasama dengan
organisasi internasional dan dengan negara donor.
i. Pemantauan an $aluasi
)angkah Kebijakan <
1. Pemantauan dilakukan se%ara berkala dan e$aluasi dilakukan oleh suatu komite nasional yang
melibatkan instansi terkait.
2. )ingkup pemantauan dan e$aluasi meliputi antara lain prioritas penerapan, kapasitas,
 pelaksanaan dan kemajuan pen%apaian tujuan.
=. Pemantauan dapat dilakukan dengan penetapan daerah sampel.
C. Pelaksanaan pemantauan mengikuti pedoman >+( dan bekerjasama dengan >+( untuk
memungkinkan membandingkan hasilnya dengan negara lain.
5. Pemanfaatan hasil pemantauan dan e$aluasi untuk<
a. /indak lanjut berupa penyesuaian kebijakan, baik penyesuaian opsi kebijakan maupun
 penetapan prioritas.
 b. -egosiasi dengan instansi dan badan terkait.
%. ahan pembahasan dengan berbagai badan internasional maupun donor luar negeri .

. Kebijakan dalam Model upply dan emand


.1 nalisis /eoritis dan mpiris Pertumbuhan Pengeluaran Publik 
Pengeluaran publik men%erminkan pilihan kebijakan pemerintah. Ketika pemerintah
memutuskan barang dan jasa yang akan disediakan serta kuantitas dan kualitasnya, pengeluaran
 publik menunjukkan biaya pelaksanaan kebijakan tersebut. efinisi ini dibagi dua. Pertama,
 biaya menyediakan barang dan jasa melalui anggaran sektor publik. Kedua, peraturan dan
undang!undang yang dihasilkan pemerintah ada pada pengeluaran sektor sasta. Misalnya,
 peraturan baha setiap hotel harus ada alat pemadam kebakaran menyebabkan hotel harus
mengeluarkan uang untuk membelinya.
Kegiatan pemerintah mun%ul dari alasan ideologi dan upaya pemerintah untuk mengatasi
inefisiensi alokasi dan distribusi akibat kegagalan pasar. Pemerintah menyediakan barang publik
dan barang kuasi!publik dengan pembayaran transfer akibat permintaan masyarakat.
da berbagai alternatif menjaab masalah pertumbuhan pemerintah. Misalnya melihat
 pertumbuhan pengeluaran publik. Peningkatan pengeluaran publik harus dikaitkan dengan
meningkatnya tingkat harga, pertumbuhan -P, dan perubahan penduduk.
Pengeluaran publik diakili oleh dua kategori kegiatan pemerintah < Pertama,
 pengeluaran publik yang mendalam. /erkait dengan pembelian barang dan jasa pemerintah
"misalnya, tenaga kerja# serta barang dan jasa moda l "misalnya, in$estasi pembangunan jalan#.
Pengeluaran publik yang mendalam adalah pembelian input sektor publik dan dihitung dengan
mengalikan jumlah dengan harga input.
Pengeluaran publik mendalam merupakan klaim atas sumber daya ekonomi. Penggunaan
sumber daya oleh sektor publik menghalangi penggunaan oleh sektor lain. rtinya biaya
kesempatan pengeluaran publik mendahului output sektor lain. rgumen biaya kesempatan
menjadi alasan mengkritik ukuran sektor publik dan membentuk teknik mengukur efisiensi
sektor publik.
Pengeluaran konsumen pada pendapatan nasional merupakan pengeluaran output final,
 bagian pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran input. rtinya peningkatan pengeluaran
 pemerintah tidak menunjukkan peningkatan output publik atau penurunan efisiensi, sehingga
menghitung efisiensi dengan data pendapatan nasional sangat menjebak.
Kategori kedua pengeluaran publik adalah pengeluaran transfer, misalnya pensiun,
subsidi, bunga hutang, tunjangan pengangguran, dsb. Pengeluaran ini tidak mengklaim sumber
daya masyarakat oleh sektor publik. /ransfer merupakan redistribusi sumber daya antara
indi$idu di masyarakat, dimana sektor publik bertindak sebag ai perantara.
'ntuk mengkaji pertumbuhan pengeluaran publik, kategori pengeluaran publik harus
tetap dipisahkan. aktor yang mempengaruhi pertumbuhan satu kategori tidak akan
mempengaruhi kategori lain. 4ang akan dibahas adalah faktor!faktor yang mempengaruhi
 pertumbuhan pengeluaran publik dan ukuran sektor publik dibandingkan sektor ekonomi lain.
'ntuk itu perlu membuat model analitik yang menggabungkan kekuatan ekonomi, politik, dan
sosial yang menentukan pengeluaran publik.
da dua model, pertama, model HmakroI yang dimulai dengan data pengeluaran publik dan
diolah untuk menjelaskan pola aktu pengeluaran publik dengan $ariabel agregat seperti -P
atau tingkat inflasi. Kedua, model Hmikro ekonomiI atau Eproses keputusan@ pilihan publik,
yang menjelaskan dasar mikro ekonomi proses keputusan yang meningkatkan pengeluaran
 publik.

.2 Model Makro Pengeluaran Publik 


Model makro yang akan dijelaskan adalah bagaimana pengeluaran pemerintah dalam jangka
 panjang < misalnya Hpola aktu I pengeluaran publik.
da = model, pertama, Hmodel pembangunan pertumbuhan pengeluaran publikI, kedua,
Hhukum >agner tentang meningkatnya kegiatan pemerintahI, dan ketiga, studi klasik
 pertumbuhan pengeluaran publik.
1. Model pembangunan pertumbuhan pengeluaran publik 
Pada tahap aal pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, in$estasi sektor publik sangat tinggi,
untuk menyediakan infrastruktur sosial seperti jalan, kesehatan, dan pen didikan. Bn$estasi ini
untuk mendorong ekonomi ke tahap menengah. alam tahap menengah, in$estasi publik diikuti
dengan pertumbuhan in$estasi sasta. Kegagalan p asar terjadi di semua tahap, sehingga
keterlibatan pemerintah terus meningkat untuk mengatasi kegagalan tersebut.
Menurut Musgra$e, saat -P naik, in$estasi sektor publik menurun. Menurut 7osto, pada
tahap akhir, pengeluaran publik akan berpindah dari pengeluaran infrastruktur ke pengeluaran
 pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
Pendapat Musgra$e dan 7osto menjelaskan perubahan pengeluaran pemerintah dan $ariasi
layanan publik dalam siklus pembangunan.
2. +ukum >agner 
+ukum >agner menjelaskan bagian -P yang diambil sektor publik. +ukum ini terkait dengan
 pertumbuhan ukuran relatif sektor publik, yaitu jika pendapatan perkapita dalam ekonomi
 bertambah, ukuran sektor publik juga bertambah.
Pernyataan >agner bersifat empiris. Ba mengamati pertumbuhan sektor publik di sejumlah
negara ropa,  dan &epang pada abad 18. aktor yang mempengaruhi rasio pengeluaran publik 
terhadap -P adalah faktor politik dan ekonomi. Menurut >agner, ketika ekonomi menjadi
industri, hubungan antara pasar dan agen dalam pasar semakin kompleks, yang memerlukan
 peraturan perdagangan dan sistem kehakiman untuk mengaturnya. ksternalitas akibat urbanisasi
membutuhkan inter$ensi dan peraturan sektor publik.
>agner menjelaskan mengapa melihat layanan publik seperti perbankan, karena
menghubungkan pemasok dana dengan pihak yang memiliki peluang in$estasi terbaik.
Pertumbuhan pengeluaran publik untuk pendidikan, kesehatan, dsb, dijelaskan >agner
 berdasarkan elastisitas pendapatan permintaan. &ika pendapatan riil naik, pengeluaran publik
meningkat terhadap layanan tersebut., dan meningkatkan rasio pengeluaran pemerintah terhadap
-P.
 Model >agner tidak mengandung teori pilihan publik, tapi menggunakan Hteori negara
organikI. -egara dianggap indi$idu dan membuat keputusan se%ara independen dari anggota
masyarakat.
=. nalisis Pea%o%k dan >iseman
tudi Pea%o%k dan >iseman merupakan analisis Hpola aktuI pengeluaran publik. asar
analisisnya adalah teori politik penentuan pengeluaran publik, yaitu < Hpemerintah senang
mengeluarkan banyak uang, rakyat tidak suka bayar pajak, dan pemerintah harus memperhatikan
keinginan rakyatnyaI. ehingga pengeluaran publik terpengaruh oleh pemilu.
Pea%o%k dan >iseman melihat pemilih sebagai indi$idu yang menikmati manfaat barang d an
 jasa publik tetapi tidak suka membayar pajak. ehingga pemerintah selalu memperhatikan reaksi
 pemilih terhadap pajak. Pemerintah berasumsi ada Htoleransi tingkat pajakI yang membatasi
 perilaku pemerintah.
Pea%o%k dan >iseman melihat pajak membatasi pengeluaran pemerintah. Ketika ekono mi dan
 pendapatan bertambah, penghasilan dari pajak akan meningkat, sehingga pengeluaran publik
 bertambah sesuai -P. Pada aktu normal, trend pengeluaran publik meningkat, meski terdapat
 perbedaan antara tingkat pengeluaran publik dan tingkat pajak yang diinginkan masyarakat.
alam periode keka%auan sosial, trend pengeluaran publik tergantung. alam periode ini, terjadi
 perang dan ben%ana sosial yang akan meningkatkan pengeluaran p ublik. 'ntuk mendanai
 peningkatan pengeluaran publik, pemerintah terpaksa menaikkan pajak. Kenaikan pajak ini
diterima oleh masyarakat pada saat krisis.
Menurut Pea%o%k dan >iseman, ini adalah Hefek pemindahanI, pengeluaran publik dipindahkan
ke atas dan periode krisis memindahkan pengeluaran sasta untuk pengeluaran publik. Proses ini
menunjukkan perpindahan garis trend pengeluaran publik ke atas. etelah periode krisis,
 pengeluaran publik tidak kembali ke tingkat asal. Perang tidak dibiayai oleh pajak. -egara
meminjam uang dan membayar hutang setelah perang berakhir.
fek lain yang terjadi adalah Hefek inspeksiI, yang timbul dari kesadaran rakyat terhadap
masalah sosial pada periode krisis. Pemerintah menambah lingkup layanan untuk meningkatkan
kondisi sosial, dan karena persepsi masyarakat terhadap pajak tidak kembali ke tingkat semula,
 pemerintah dapat membiayai tingkat pengeluaran yang lebih tinggi dengan menambah %akupan
 pemerintah dan hutang.
alam model pembangunan Musgra$e dan 7osto, pertumbuhan pengeluaran publik
men%erminkan peran pemerintah dalam proses pembangunan sebagai pemasok modal
infrastruktur dan in$estasi sosial, dan dalam upaya mengatasi kegagalan pasar, terutama ketika
 pasar tidak ada. >agner melihat elastisitas pendapatan permintaan terhadap output publik dan
mengakui pendapat kegagalan pasar. Pendekatan Pea%o%k dan >iseman melihat politik sistem
fiskal dalam usaha menghitung pola aktu pengeluaran publik. Mereka melihat perpindahan
skala pengeluaran publik selama periode keka%auan seperti perang.
/api teori makro diatas tidak dapat menjelaskan proses pen geluaran publik se%ara rin%i. ehingga
 perlu membahas dasar mikro pengeluaran publik.
.= Model Mikro konomi Pengeluaran Publik 
/ujuan model mikro ekonomi pertumbuhan pengeluaran publik adalah melihat kekuatan yang
mendorong permintaan terhadap output publik "misalnya barang dan jasa# dan mengkaji
 pengaruh pada suplai layanan publik. Bnteraksi permintaan dan penaaran layanan publik
menentukan tingkat layanan publik yang disediakan melalui anggaran publik, yang mendorong
 permintaan terhadap output. Bni adalah pengeluaran terhadap input HproduksiI sektor publik dari
kegiatan anggaran yang dihitung sebagai Hpengeluaran publik lengkapI. 'ntuk menghitung
 pengeluaran ini, kita perlu menghitung peningkatan $olume input yang digunakan sesuai
 perubahan harga input.
/ujuan model mikro ekonomi pertumbuhan pengeluaran publik adalah menjelaskan
 perubahan permintaan terhadap input sektor publik. ejumlah pendapat tentang sifat model
mikro akan dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, merupakan model positif pola aktu pengeluaran publik, untuk menjelaskan
 pola pertumbuhan pengeluaran publik berdasarkan faktor pendorong. Kedua, model tidak
menunjukkan efisiensi suplai output publik. Ketiga, model perilaku, tapi beberapa pendapat
 bersifat naif. Keempat, model bersifat statik komparatif.
+al pertama yang akan dibahas adalah output sektor publik. (utput sektor publik sulit
diukur karena tidak berujud. arang seperti HpendidikanI melihat berbagai tujuan. Pendidikan
merupakan in$estasi modal manusia dan akan mempengaruhi potensi pendapatan indi$idu. da
 beberapa aspek pendidikan sebagai barang konsumsi. Bndi$idu memiliki permintaan terhadap
 pengetahuan demi pengetahuan atau Hmenjadi terdidikI yang bebas dari permintaan mereka
terhadap penghasilan di masa depan. arang dan jasa lain seperti layanan polisi atau kesehatan
yang merupakan barang multi dimensi untuk memenuhi sejumlah permintaan yang berbeda.
'ntuk memudahkan analisa akan dibahas tentang HtingkatI pendidikan dan HtingkatI layanan
kesehatan dan untuk membantu melihat permintaan indi$idu terhadap jumlah layanan yang
 berbeda serta membahas suplai sektor publik terhadap tingkat layanan yang berbeda.
Masalah output sektor publik dialami oleh semua produk, terutama jasa. Misalnya,
 barang sasta yang berujud merupakan barang konsumsi perantara. Karena manfaat tidak
 berujud dari konsumsi barang tersebut juga dinikmati oleh konsumen. Pada layanan sektor
 publik, produksi dan konsumsi manfaat layanan terjadi se%ara bersamaan, misalnya tidak ada
 barang konsumsi perantara yang dihasilkan. Ketika dokter memproduksi layanan kesehatan
kepada pasien "konsumen#, konsumen se%ara bersamaan mengkonsumsinya.

Pengeluaran publik dapat dijelaskan berdasarkan <


1. Perubahan permintaan terhadap output akhir sektor publik.
2. Perubahan sejumlah kegiatan produksi untuk menghasilkan output sektor publik dan
 perubahan berbagai input yang digunakan dalam proses produksi.
=. Perubahan kualitas output sektor publik.
C. Perubahan harga input.
"1#. Penentuan tingkat output
Konsumen menunjukkan permintaan terhadap barang dan jasa sektor publik dengan sejumlah
%ara seperti kotak suara, lobi, dan membentuk kelompok penekan. 'ntuk mempermudah analisis,
akan digunakan teorema pemilih menengah dan konsep onsian sebagai dasar teori penentuan
tingkat output barang dan jasa sektor publik.
Politisi harus mengetahui sikap rakyat terhadap pajak dan program pengeluaran publik.
&ika ingin terpilih, ia harus mengetahui pajak yang dapat diterima dan memenuhi berbagai
 permintaan terhadap barang dan jasa sektor publik.
da beberapa asumsi model ini, yaitu,
1. nalisis didasarkan pada indi$idualisme metodologiJ misalnya, indi$idu dapat dinilai
kesejahteraannya sendiri. Bni mematahkan konsep negara sebagai entitas yang independen dan
 peran paternalistik negara.
2. truktur lembaga adalah demokrasi perakilanJ arganegara memilih akil yang akan
menyalurkan aspirasi mereka di P7.
=. Konstitusi menjelaskan hak pilih indi$idu, eenang akil rakyat, fungsi eksekutif, dan
legislatif pemerintah, dan metode dan prosedur pemilihan.
C. uara mayoritas memiliki peran untuk memutuskan.
5. Pemilih mengetahui dampak kebijakan alternatif yang ditaarkan. Mereka mengetahui biaya
dan manfaat pengeluaran pemerintah.
6. 7akyat memilih kebijakan, bukan pribadi politisi.
:. istem Multi PartaiJ satu partai sebagai penguasa dan sisanya sebagai oposisi.
G. irokrasi yang melayani sistem politik dan menghasilkan barang dan jasa sektor publik.
irokrasi bersifat netral dan se%ara langsung tidak memutuskan berapa banyak output publik
yang dihasilkan.
8. adan atau departemen sektor publik merupakan organisasi yang tidak men%ari keuntungan
dan dengan biaya minimal. rtinya tidak ada inefisiensi dalam sistem dan semua tingkat output
dihasilkan dengan biaya minimal dan teknologi terkini.
10. Politisi memilih untuk menghasilkan barang, jasa, kebijakan dan pajak yang memenuhi
keinginan pemilih menengah dan menjamin terpilihnya mereka. &ika terpilih, politisi
memperoleh manfaat berupa status dan keuangan, yang merupakan fungsi utility politisi.
ungsi permintaan pemilih menengah terhadap barang sektor publik. alam kasus ini, HhargaI
 barang publik dibebankan pada pemilih menengah. +ubungan permintaan adalah <
1. &umlah barang meningkat jika pajak pemilih menengah menurun "%eteris paribus#
2. &umlah barang meningkat jika pendapatan pemilih menengah meningkat "%eteris paribus#
=. &umlah barang meningkat jika dasar pajak total meningkat "%eteris paribus#
C. ampak perubahan harga relatif barang lain jumlah barang yang diminta tergantung pada
sifat hubungan antara dua barang, misalnya tergantung apakah bersifat komplementer atau
subtitusi.
/ingkat keseimbangan berarti baha harga pajak yang bersedia diba yar pemilih sama dengan
 biaya yang bersedia dikeluarkan pemerintah untuk menyediakan barang tersebut.
eberapa barang publik berkaitan erat dengan barang sasta. Misalnya mobil dan jalan bersifat
komplementer, sehingga jika permintaan mobil meningkat permintaan terhadap jalan juga
meningkat. alam hal ini dimungkinkan untuk menurunkan harga dan elastisitas pendapatan
 permintaan pada barang publik. e%ara umum diyakini baha barang publik memiliki elastisitas
 pendapatan permintaan yang tinggi. arang inferior jarang ditemukan pada sektor publik. &uga
diasumsikan baha elastisitas harga permintaan barang sektor publik rendah.
Karena output sektor publik tidak dapat diukur, studi empiris elastisitas harga dan pendapatan
 permintaan dikurangi untuk mengukur elastisitas pengeluaran publik terhadap perubahan
 pendapatan. lastisitas pengeluaran membingungkan karena tidak diketahui apakah perubahan
 pendapatan mempengaruhi fungsi permintaan dan fungsi biaya.
&ika pendapatan masyarakat meningkat, kur$a permintaan bergeser ke kanan. /api jika
 peningkatan tersebut merupakan peningkatan pendapatan umum dalam ekonomi, kur$a biaya
 juga naik ke kiri, karena biaya tenaga kerja juga naik. ehingga dampak perubahan pendapatan
terhadap pengeluaran publik tergantung pada pergeseran kur$a permintaan relatif terhadap
 pergeseran kur$a biaya. kibatnya elastisitas pengeluaran tidak dapat digunakan untuk
mengetahui nilai elastisitas permintaan terhadap output publik.
&ika elastisitas pengeluaran publik terhadap pendapatan lebih besar daripada satu, maka
elastisitas pendapatan permintaan juga lebih besar daripada satu tapi tidak sama dengan nilai
elastisitas pengeluaran. Pengeluaran publik terhadap barang!barang tersebut akan meningkat
seiring peningkatan -P.
"2#. )ingkungan Pelayanan
aktor penentu lain pengeluaran publik adalah sejumlah kegiatan produksi untuk menghasilkan
layanan publik. Kegiatan yang dilakukan tergantung pada HlingkunganI layanan yang
disediakan, yang mempengaruhi sumber daya untuk menghasilkan tingkat output tertentu.
Misalnya dalam layanan rumah sakit, semakin lama seorang pasien tinggal atau mendapat
 peraatan di rumah sakit maka biaya yang dikeluarkan oleh pasien tersebut semakin besar.
alam %ontoh ini, pengeluaran publik untuk pelayanan rumah sakit dapat naik tanpa ada
 perubahan tingkat pelayanan rumah sakit. /api ini tidak berarti baha terjadi inefisiensi layanan.
)ayanan diberikan se%ara efisien, tapi kondisi layanan berubah. Meski pengeluaran publik naik
dan tingkat layanan turun, bukan berarti inefisiensi.
"=#. ampak Perubahan Penduduk terhadap Pengeluaran publik 
Pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pengeluaran
 publik. Perubahan penduduk mempengaruhi beberapa layanan seperti polisi dan pendidikan.
'kuran populasi dan karakteristik lain populasi seperti umur merupakan $ariabel
lingkungan yang dijelaskan di atas. &ika penduduk bertambah, tingkat kegiatan yang dihasilkan
sektor publik harga bertambah untuk melayani penduduk yang lebih banyak. Bni meningkatkan
 permintaan terhadap input yang menyebabkan peningkatan pengeluaran total pada an ggaran
sektor publik.
ifat hubungan antara ukuran penduduk dan ukuran pengeluaran publik tergantung pada
sifat barang dan jasa yang disediakan. alam kasus barang publik murni, biaya sosial marjinal
untuk pertambahan satu penduduk sama dengan nol, sehingga peningkatan penduduk tidak akan
meningkatkan pengeluaran.
Perubahan penduduk diasumsikan baha tingkat dan jumlah layanan tetap sebelum dan
sesudah perubahan penduduk. alam kasus barang publik murni, pertambahan penduduk tidak
akan meningkatkan pengeluaran publik. Karena pengeluaran publik total dialokasikan untuk
 banyak orang, dan setiap orang menanggung biaya pengelu aran.
Pertambahan penduduk mempengaruhi kondisi layanan. Meningkatnya kepadatan
 penduduk akan mengakibatkan biaya sosial kepadatan bertambah. iaya kepada tan penduduk ini
 berdampak negatif pada utilitas indi$idu karena sumber daya tambahan harus digunakan untuk
layanan agar kesejahteraan indi$idu tetap baik sebelum dan sesudah pertambahan penduduk.
Karena biaya eksternal kepadatan, peningkatan penduduk akan meningkatkan pengeluaran
dengan asumsi baha tingkat output dan kualitas layanan tetap.
"C#. Kualitas arang publik 
agian ini membahas dampak perubahan kualitas terhadap pengeluaran publik. iasumsikan
 baha pemilih menengah meminta tingkat output sektor publik dengan kualitas tertentu.
imensi kualitas dianggap tetap. )ayanan yang padat "misalnya tingkat output tidak %ukup untuk 
 besarnya jumlah penduduk# dapat dianggap sebagai barang sektor publik kualitas inferior
dibanding yang kurang padat. Kualitas sulit dijelaskan, tapi dianggap barang yang menggunakan
input se%ara efisien dalam produksinya "%eteris paribus# adalah kualitas superior dibanding yang
kurang efisien. Misalnya pakaian yang dijahit dengan tangan lebih berkualitas dibanding jahitan
mesin. alam sektor publik, barang yang membutuhkan input dengan tenaga kerja lebih banyak
memiliki kualitas lebih tinggi dari yang sedikit tenaga kerja. /api peningkatan kualitas akan
menurun dengan terus meningkatnya input.
etiap produk memiliki kualitas yang berbeda, pengeluaran publik akan meningkat jika
 permintaan pemilih menengah terhadap produk mahal dengan kualitas tinggi bertambah.
Pengeluaran publik akan berubah seiring perubahan produk. Perubahan permintaan memiliki dua
 pengertian. Pertama, peningkatan permintaan adalah peningkatan kesediaan untuk membeli lebih
 banyak barang dengan harga sama. Kedua, peningkatan permintaan merupakan kesediaan u ntuk
membayar harga lebih tinggi untuk tingkat output yang sama. Pengertian kedua digunakan untuk
membahas perbedaan kualitas. Karena indi$idu bersedia membayar lebih untuk produk yang
dimodifikasi, ini menjadi insentif bagi produsen untuk menaarkan produk baru.
ekarang pemilih menengah memiliki pilihan rumit. ebelumnya, ia harus memilih
tingkat output publik yang akan meningkatkan fungsi utilitasnya dengan batasan anggaran yang
dimiliki. ekarang pilihannya meliputi berbagai tingkat output publik dengan kualitas output
yang berbeda.
imensi kualitas merupakan bagian dari masalah Hperbedaan produkI. alam semua
analisis pengeluaran publik, yang ditanya adalah apakah ada perbedaan produk yang dihasilkanF
Misalnya, apakah pendidikan di negara N sama dengan di negara 4F +al ini sulit dijaab karena
 banyaknya masalah dalam mengukur output dan menjelaskan karakteristik barang yang di
 produksi.

"5#. +arga Bnput ektor Publik dan Pengeluaran publik


Pengeluaran publik mun%ul akibat kegiatan yang dilakukan sektor publik. /ingkat kegiatan
 produksi sektor publik ditentukan oleh output sektor publik yang diminta oleh pemilih
menengah, ukuran penduduk, kualitas produk, dan lingkungan sektor publik.
Peningkatan pengeluaran publik juga diakibatkan oleh kenaikan harga input yang
digunakan dalam fungsi produksi sektor publik. Masalah sektor publik adalah tidak mampu
menyeimbangkan kenaikan biaya terhadap keuntungan kenaikan produkti$itas, skala ekonomi
dan perubahan teknologi. Masalah ini dianalisa oleh aumol untuk menghitung kenaikan biaya
 produksi layanan pemerintah.
Model aumol membagi ekonomi menjadi dua sektor, yaitu sektor progresif dan non!progresif.
ektor progresif dikarakteristikkan dengan peningkatan kumulatif produkti$itas per jam kerja,
yang timbul dari skala ekonomi dan perubahan teknologi. alam sektor non!progresif,
 produkti$itas tenaga kerja meningkat lebih lambat daripada sektor progresif. +asil aumol
tergantung pada perbedaan produkti$itas antara dua sektor. /api tidak berarti baha peningkatan
 produkti$itas dalam sektor non!progresif selalu nol.
danya perbedaan produkti$itas disebabkan oleh input tenaga kerja dalam produksi barang
sektor non!progresif. Pada sektor progresif, tenaga kerja merupakan instrumen utama untuk
men%apai produk akhir. ebaliknya pada sektor non!progresif, tenaga kerja adalah produk akhir
itu sendiri. alam kasus sektor progresif, model dapat disubtitusikan untuk tenaga kerja tanpa
mempengaruhi sifat produk. alam sektor non!progresif, jasa tenaga kerja termasuk bagian
 produk yang di konsumsi, mengurangi tenaga kerja akan mengubah produk yang d ihasilkan.
ektor non!progresif meliputi industri jasa seperti layanan pemerintah, restoran, industri
kerajinan dan kesenian, karena jasa bersifat padat karya dalam produksinya. Peningkatan
 produkti$itas dimungkinkan dalam layanan ini. Misalnya perubahan teknologi akan
meningkatkan efisiensi, kualitas dan produkti$itas penyediaan layanan publik.
sensi masalah perubahan teknologi dalam sektor jasa dijelaskan oleh Pea%o%k, aumol dan
(ates. epanjang konsumen mengharapkan tingkat kandungan tenaga kerja tertentu dalam
 produksi barang sektor non!progresif, maka perubahan teknologi yang ditaarkan untuk
meningkatkan produkti$itas tenaga kerja dalam sektor ini terbatas.
alam sektor progresif, diasumsikan baha peningkatan produkti$itas tenaga ke rja sama dengan
 peningkatan tingkat upah per jam. ehingga biaya satuan sektor progresif akan terus konstan dari
aktu ke aktu.
'ntuk men%egah tenaga kerja pindah dari sektor non!progresif ke sektor progresif untuk
memperoleh upah yang lebih tinggi, sektor non!progresif harus menyesuaikan kenaikan tingkat
upah per jam dengan sektor progresif. &ika kenaikan produkti$itas sektor non!progresif lebih
rendah dari sektor progresif, maka biaya satuan sektor non!progresif akan naik. Bni artinya baha
dalam periode mendatang biaya kesempatan output sektor non!progresif dibanding sektor
 progresif akan meningkat. 7eaksi konsumen terhadap perubahan ini dalam harga output
tergantung pada sejumlah faktor lain. Misalnya tingkat output "sektor non!progresif# yang
diminta konsumen tidak akan turun, karena elastisitas pendapatan permintaan lebih besar
daripada elastisitas harga permintaan. &ika output tidak turun dan jika bia ya satuan naik, biaya
total sektor non!progresif juga naik. Karena itu, model au mol dapat menjelaskan peningkatan
 pengeluaran publik. &ika peningkatan produkti$itas sektor publik lebih ke%il dari sektor lain, dan
 jika upah pegaai sektor publik sama dengan upah sektor ekonomi lain, maka %eteris paribus
 pengeluaran publik akan naik.
+ipotesa aumol tentang pertumbuhan produkti$itas yang tidak seimbang untuk menjelaskan
 penambahan sektor publik dapat dinyatakan sebagai berikut. Pertama, jika rasio output sektor
 publik terhadap output sektor sasta tetap konstan maka sumber daya tenaga kerja harus
dialihkan dari sektor sasta ke sektor publik. Kedua, baha pengeluaran penuh sektor publik
yang lebih banyak digunakan pada upah dan gaji akan naik lebih %epat daripada pengeluaran
sektor sasta.
"6#. Model Kombinasi
'nsur!unsur model mikro ekonomi pengeluaran publik telah dijelaskan sebelumnya. agian ini
akan mengkombinasikan unsur!unsur tersebut menjadi model umum penentuan pengeluaran
 publik. /ujuan model ini adalah mengetahui faktor!faktor yang menentukan tingkat pengeluaran
 publik, ukuran relatif sektor publik, dan pola aktu pengeluaran publik.
(utput publik dan kualitasnya sulit diangkakan. rtinya hanya ada data yang
mengambarkan ukuran dan komposisi kegiatan sektor publik untuk mengambarkan data
 pengeluaran publik. ehingga diperlukan model mikro kombinasi
&ika terdapat perubahan parameter fungsi permintaan, akan menyebabkan perubahan
fungsi permintaan. &ika pendapatan pemilih menengah meningkat %eteris paribus kur$a
 permintaan akan bergeser ke kanan. Keseimbangan baru ter%apai pada tingkat output yang
mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap input dan pengeluaran total naik.
Perubahan fungsi biaya akan bergeser jika biaya satuan input bergeser akibat naiknya
tingkat upah. &ika parameter fungsi produksi berubah, maka fungsi biaya juga bergeser.
&ika upah tenaga kerja sektor publik berubah, kur$a biaya akan bergeser. apat
diasumsikan baha peningkatan upah riil terjadi di dalam seluruh ekonomi dan diterima oleh
 pemilih menengah. Pergeseran kur$a upah dan biaya, diikuti oleh pergeseran kur$a permintaan
karena naiknya upah riil.
elain dampak perubahan tingkat harga absolut "inflasi# terhadap nilai uang pengeluaran
 publik, perubahan harga relatif juga memiliki dampak penting. da dua kemungkinan dampak
harga relatif. Pertama, harga output sektor publik dibandingkan output sektor sasta aka n naik.
Kedua, harga relatif input sektor publik naik lebih %epat daripada harga output akhir sektor
sasta. Karena itu, rasio pengeluaran publik terhadap -P akan naik jika -P diukur pada
harga pasar. apat dilihat baha dampak harga relatif merupakan penyebab meningkatnya
ukuran relatif sektor publik.
 nalisis mpiris Pengeluaran publik 
Penelitian empiris terhadap fungsi pengeluaran publik dikenal d engan Hstudi determinanI. tudi
ini berusaha menjelaskan $ariasi tingkat pengeluaran an tar negara, kota dsb.
Karena banyaknya kekurangan studi determinan, maka mun%ul studi substantif dengan
model yang lebih baik. Model ini digunakan pada proses anggaran dan uji hipotesis atas asumsi
 baha pemerintah lokal berupaya Hseolah!olahI memaksimalkan keinginan pemilih menengah
dengan kendala anggaran.

Penambahan pada model mikro


Model mikro pertumbuhan pengeluaran publik terletak pada sejumlah asumsi sederhana. /api
model ini tidak menghitung semua faktor yang berperan terhadap tingkat pertumbuhan
 pengeluaran publik.
irokrat diasumsikan netral dan tidak ada inefisiensi. Perilaku birokrat dan adanya
inefisiensi saling berkaitan dan menyebabkan pergeseran kur$a biaya ke atas.
Pemilih menengah diasumsikan memilih informasi jelas. Politisi bertindak sebagai
 pengusaha politik. 'ntuk memperoleh suara mereka memberi harapan kepada masyarakat yang
sulit dipenuhi.
ons berpendapat baha anggaran sangat ke%il dalam demokrasi. Manfaat beberapa
 program pengeluaran publik tidak dirasakan saat ini melainkan di masa depan. ebaliknya, pajak 
untuk pengeluaran publik tersebut dibebankan sekarang. ehingga pemilih* konsumen lebih
mengutamakan anggaran ke%il karena pajak lebih rendah. Pendapat ini harus dikaji terhadap
kekuatan penambahan anggaran dari pengusaha politik.

?. Partisipasi >arga dalam Kebijakan Publik 


sumsi dasar penerapan tata pemerintahan yang baik "good go$ernan%e# adalah memposisikan
arga negara sebagai aktor yang aktif dalam semua proses politik kepemerintahan. ebagai
 perujudannya, partisipasi politik arga harus diberi ruang yang luas. ukan hanya terbatas
 pada saat pemilu "partisipasi lima tahunan#, akan tetapi juga dalam setiap perumusan,
implementasi dan pertanggungjaaban kebijakan publik "partisipasi politik sehari!hari#. /entu
saja prasyarat utamanya adalah tersedianya mekanisme dalam struktur formal kepemerintahan
yang transparan, partisipatif, dan akuntabel.
Meski persepsi tentang partisipasi keargaan itu sendiri telah %ukup jelas bagi berbagai e lemen
atau institusi yang berkepentingan dengan ter%iptanya good go$ernan%e, namun dalam konteks
Bndonesia, asumsi!asumsi tersebut masih merupakan suatu harapan ideal. Persepsi dan konsep
yang dipahami tentang partisipasi keargaan masih beragam.
Penyelenggaraan partisipasi arga yang diselenggarakan oleh negara selama ini pun dirasakan
masih belum memenuhi harapan. Masih banyak pihak!pihak yang berada di luar arena yang
dianggap ilegal "marjinal groups#. i samping itu, usaha!usaha pihak ?i$il o%iety (rganisation
"?(# untuk mengambil inisiatif membangun konsolidasi demokrasi dengan mendorong
 partisipasi masih menghadapi tantangan dari dalam dirinya sendiri maupun dari pihak luar.
emikian pula gagasan untuk membangun startegi partnership antara institusi ?( dan negara
 pun masih menghadapi tantangan.
erdasarkan pengalaman empirik ?( dalam menginisiasi pendampingan orum >arga sebagai
 bentuk partisipasi arga dalam kebijakan publik, ada dua hal yang bisa ditarik sebagai bahan
refleksi. Pertama, melalui usaha pendampingan yang intens, penguatan kapasitas politik arga
untuk memasuki arena partisipasi politik adalah sesuatu yang mungkin. orum >arga dapat
menjadi alternatif salah satu arena partisipasi politik sehari!hari yang memungkinkan arga
dapat membangun relasi dengan institusi formal demokrasi "eksekutif, legislatif, yudikatif#.
/entu saja hal ini harus didukung oleh Hpoliti%al skillI orum >arga dan Htrust buildingI
terhadap institusi!institusi formal tersebut.
Kedua, tuntutan terhadap ukuran efektifitas partisipasi arga, ternyata bukan hanya ter%apainya
 penguatan kapasitas dan skill partisipasi di tingkat %i$il so%iety dengan segala indikator dan
%erita suksesnya, melainkan juga seberapa jauh kebijakan publik "publi% poli%y# tersebut
memihak kepada kepentingan masyarakat miskin, baik laki!laki maupun perempuan. Meskipun,
untuk men%apai hasil di tingkat perubahan poli%y tersebut, diperlukan politi%al ill dan
 perubahan kultur dari institusi pemerintahan itu sendiri serta respon positif atas pandangan yang
 berbeda!beda dari berbagai kalangan. Masalahnya hasil di tingkat poli%y ini tidak selalu berakhir
sukses dan terkadang tersimpan sebagai agenda ad$okasi dengan jalan %erita yang amat panjang
dan melelahkan.
Partisipasi yang keliru adalah melibatkan masyarakat dalam pembangunan hanya untuk didengar 
suaranya tanpa betul!betul memberi peluang bagi mereka untuk ikut mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan yang partisipatif tidak selalu harmonis dan seringkali ada banyak
 prioritas yang harus dipilih, oleh sebab itu mekanisme resolusi konflik kepentingan harus
dikuasai oleh pemerintah guna mengelola ketidaksepakatan.
da berbagai bentuk partisipasi yaitu<
O se%ara langsung,
O dengan perakilan "yaitu memilih akil dari kelompok!kelompok masyarakat#,
O se%ara politis "yaitu melalui pemilihan terhadap mereka yang men%alonkan diri untuk
meakili mereka#,
O berbasis informasi "yaitu dengan data yang diolah dan dilaporkan kepada pengambil
keputusan#,
O berbasis mekanisme pasar yang kompetitif "misalnya dengan pembayaran terhadap jasa yang
diterima#.
Partisipasi se%ara langsung oleh masing!masing anggota masyarakat adalah tidak realistik,
ke%uali pada masyarakat yang jumlah penduduknya sedikit, atau untuk mengambil keputusan!
keputusan kenegaraan yang mendasar melalui referendum. 4ang umum dilakukan adalah
 partisipasi se%ara tidak langsung, oleh akil!akil masyarakat atau berdasarkan informasi dan
mekanisme pasar. (rganisasi berbasis masyarakat seperti lembaga riset, )M, organisasi
keagamaan, dll. mempunyai peran yang penting dalam membawa suara masyarakat
miski

ntuk didengar oleh pengambil keputusan tingkat nasional dan daerah.


Walaupun keterwakilan sudah dilakukan dengan benar, proses Partisipasi masih
 belum benar jika penyelenggaraannya dilakukan se%ara tidak sungguh!sungguh. 'paya yang
dilandasi niat jujur untuk menampung pendapat masyarakat terhadap kebijakan yang
menyangkut ruang hidup mereka dapat menjadi tidak berhasil, jika pendapat akil!akil
masyarakat yang diharapkan meakili kepentingan semua unsur masyarakat itu kemudian hanya
diproses sekedarnya saja, tanpa upaya memahami pertimbangan apa dibalik pendapat yang
diutarakan akil!akil tersebut.
Partisipasi semua seperti itu menambah ongkos pembangunan, tanpa ada manfaat yang jelas
 bagi peserta yang diajak berpartisipasi. 'paya melibatkan masyarakat dalam pengertian yang
 benar adalah memberi masyarakat keenangan untuk memutuskan sendiri apa!apa yang menurut
mereka penting dalam kehidupan mereka.
?.1 Bnstitusionalisasi Partisipasi >arga
Partisipasi merupakan kata yang sangat populer deasa ini sebagai akibat dari posisi strategis era
transisi yang membuka peluang besar bagi kehidupan demokratis. Partisipasi adalah proses
keterikatan "engagement# arga masyarakat dalam mempengaruhi keputusan yang berkaitan
dengan kehidupan mereka. Partisipasi juga diartikan sebagai proses di mana para pemilik
kepentingan "stake holders# mempengaruhi dan berbagi pengaasan atas inisiatif dan keputusan
 pembangunan serta pemanfaatan sumberdaya yang berdampak pada mereka.
ebagaimana demokrasi, kata partisipasi sering kali diseleengkan dan mendapat sorotan negatif 
amat tajam dari negara. -egara akan merasa kekuasaan hegemoniknya tertinggal jauh
dibelakang, tatkala saluran partisipasi itu dibuka lebar!lebar. 4ang dilakukan kemudian adalah
menyempitkan peran arga masyarakat dalam keterlibatanya urusan!urusan politik, sosial,
ekonomi, dll. angsa kita pernah mengalami kondisi sema%am ini di baah apa yang disebut
repressi$e demo%ra%y, yakni demokrasi yang memaksa dan dipaksakan dengan nama emokrasi
Parlementer, emokrasi /erpimpin, hingga emokrasi Pan%asila.
elajar dari pengalaman tersebut, mau tidak mau, kesadaraan kritis partisipasi arga, khususnya
 partisipasi politik arga sehari!hari "%iti;en parti%ipation#, harus terus didorong ke muka demi
terujudnya pembangunan politik yang demokratis. sumsi ini didasarkan pada alur pikir
dinamika sistem politik dan pergeseran setting sosial masyarakat saat ini. i mana partisipasi
 politik se%ara otonom tersebut menjadi kegiatan arga negara yang bertindak sebagai pribadi!
 pribadi, dan dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan oleh pemerintah.
Partisipasi ini bisa bersifat indi$idual atau kolektif, terorganisir atau spontan.
engan demikian jelas baha partisipasi politik tidak dimaksudkan hanya semata!mata sebagai
akti$itas publik yang dilakukan oleh atau melalui partai politik saat pemilu. Partisipasi politik
adalah tindakan indi$idu!indi$idu dalam kapasitasnya sebagai arga negara untuk
mempengaruhi kebijakan publik.
Kebijakan yang erprespektif +ak asar 
Proses perumusan kebijakan merupakan akti$itas yang bersifat politis, teknokratis dan
"seharusnya# partisipatif. Proses ini meliputi tahapan yang saling terkait dan diatur menurut
urutan aktu, yakni formulasi kebijakan, proses penganggaran dan penetapan kebijakan,
implementasi kebijakan, dan pertanggungjaaban kebijakan.
'ntuk mengetahui apakah suatu kebijakan betul!betul sudah memihak kepada publik dapat
dilihat dari sejauh mana kebijakan tersebut mengado psi prespektif hak dasar. ebab, pendekatan
 berbasis hak "right base approa%h# berimplikasi pada %ara pandang terhadap hubungan negara
dan masyarakat, khususnya masyarakat miskin, di mana negara berkeajiban memenuhi hak!hak 
tersebut se%ara bertahap dan progresif.
Pemenuhan hak!hak dasar tersebut meliputi hak atas pangan, hak atas layanan kesehatan, hak
atas layanan pendidikan, hak atas pekerjaan dan berusaha, hak atas perumahan, hak atas air
 bersih dan aman serta sanitasi yang baik, hak atas tanah, hak atas sumber daya alam dan
lingkungan hidup, hak atas rasa aman, dan hak untuk berpartisipasi.
khirnya, penerapan tata pemerintahan yang baik "good go$ernan%e# memang harus
memposisikan arga negara sebagai aktor yang aktif dalam semua proses politik
kepemerintahan, termasuk pembuatan kebijakan publik. 'ntuk itu, partisipasi politik arga harus
diberi ruang yang luas, bukan hanya terbatas pada saat pemilu "partisipasi lima tahunan#, akan
tetapi juga dalam setiap perumusan, implementasi dan pertanggungjaaban kebijakan publik
"partisipasi politik sehari!hari#. /entu saja prasyarat utamanya adalah tersedianya mekanisme
dalam struktur formal kepemerintahan yang transparan, partisipatif, dan akuntabel.
entuk Partisipasi dalam Memutus iklus Penularan +B*B
etiap tahun, jumlah kasus baru +B dan B meningkat tajam. ampai Maret 200: ter%atat
angka 1C.62G penduduk Bndonesia mengidap +B dan B "itjen PPM D P) epkes 7B#. 1
dari 2 penderita +B dan B adalah remaja berusia 15!Q28 tahun, dan ada 62 juta remaja di
Bndonesia akan menghadapi an%aman yang sama terhadap epidemi ini.
7en%ana ksi Bnternational ?onferen%e on PopulaQtion and e$elopment "B?P, B?PR5,
B?PR10#, MilQlenium e$elopment oals "Ms#, serta trategi -asional Penanggulangan
+B dan B 200:  2010 telah mengisyaratkan baha Pemerintah dan masyarakat harus
mengerahkan upaya untuk men%egah dan mengurangi penularan +B dan B, meningkatkan
kualitas hidup orang dengan +B dan B "(+# serta mengurangi dampak sosial dan
ekonomi akibat +B dan B pads indiQ$idu, keluarga, dan masyarakat, termasuk remaja.
anyak upaya yang telah dilakukan, banyak pihak yang terlibat, dan banyak dana yang
telah.dihabiskan, akan tetapi persoalan +B dan B di Bndonesia belum teraQtasi. aktanya
kita menghadapi beberapa persoalan yang membuat upaya penanggulangan +B dan B
menjadi kurang efektif.
Masih ada kebijakan yang menghambat upaya penanggulangan +B dan B di Bndonesia.
elum ada koordinasi yang baik antara instansi!instansi yang bertanggung jaab terhadap
 penanggulangan +B dan B. Kompilasi data yang tidak begitu baik membuat usaha
 penanggulangan +B dan B juga tidak berjaQlan efektif. ementara data diperlukan untuk
 pengemQbangan program yang efektif sesuai dengan kebutuhan masyarakat di lapangan
"e$iden%e!based#.
)emahnya = "tiga# hal di atas berimplikasi terhadap proQgram dan gerakan penanggulangan +B
dan B,di BnQdonesia. Program seringkali menjadi tidak tepat sasaran, tidak didukung
masyarakat, dan bahkan mengabaikan hak!hak kelompok marjinal. Padahal mengatasi persoalan
+B dan B tidak bisa dilakukan sepihak atau difokuskan pada kelompok tertentu yang
seringkali dianggap berisiko tinggi. Mengingat penularan +B dan B tidak hanya melalui
hubungan seksual yang tiQdak aman semata, tetapi juga bisa melalui pertukaran darah, maka
semua masyarakat menjadi berisiko terhadap penularan. pide mi +B dan B tidak akan bisa
dihentikan tanpa keterlibatan semua pihak. Kita harus meQmastikan semua pihak mengambil
 peran dalam usaha penanggulangan +B dan B.
Pemerintah<
O Mendorong semua produk kebijakan*peQraturan Pemerintah Pusat maupun aerah agar
menjamin hak!hak masyarakat terhadap akses informasi, pelayanan dan perlindungan +B dan
B.
O Menyediakan dukungan dana maupun fasiliQtas untuk program pen%egahan, peraatan dan
 pengobatan +B dan B termasuk jami!nan ketersediaan obat anti retro$iral "7# yang
mudah diakses oleh (+.
/okoh gama dan /okoh Masyarakat<
O Mendorong tumbuhnya tatanan sosial!budaya dan politik yang adil dan berpihak terhadap
kebutuhan dan hak masyarakat terutama remaja dan kelompok marjinal dalam upaya
 penanggulangan +B dan B.
Media MasQsa<
O Menyampaikan pesan, informasi dan berita yang empatik, jelas dan akurat sehingga dapat
mendidik masyarakat dalam menangQgulangi +B dan B.
)M dan organisasi masyarakat<
O Melakukan pendidikan dan pengorganisasian masyarakat terutama remaja untuk membangun
kesadaran dan partisipasi dalam mendorong peQmenuhan hak!hak mereka terhadap akses
informasi, pelayanan, peraatan dan pengobatan +B dan B.
O Melakukan monitoring terhadap implementasi kebijakan dan program +B dan B di
Bndonesia.
Masyarakat dan 7emaja<
O Men%ari informasi yang dibutuhkan untuk meQlindungi diri dari +B dan B dan
menyebarQkan informasi tersebut ke teman sebaya dan ko!munitas lainnya.
O Mempraktekkan perilaku!perilaku yang sehat sehingga terhindar dari risiko +B dan B.

. P-K/- P7(M(B K+/-


Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka
sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik,
emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Bni bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun
 berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang d iharapkan dapat lebih mendukung dalam
membuat keputusan yang sehat.
Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan<
1. men%iptakan lingkungan yang mendukung,
2. mengubah perilaku, dan
=. meningkatkan kesadaran.
iaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat, telah meningkat tajam beberapa dekade
terakhir, dan ke%enderungan ini tampaknya akan terus berlanjut. +al ini antara lain disebabkan
 populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan
obat, adanya obat!obat baru yang lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. i sisi lain,
sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga harus di%ari %ara agar pelayanan kesehatan
menjadi lebih efisien dan ekonomis. Perkembangan farmakoepidemiologi saat ini tidak hanya
meneliti penggunaan dan efek obat dalam hal khasiat "effi%a%y# dan keamanan "safety# saja,
tetapi juga menganalisis dari segi ekonominya. tudi khu sus yang mempelajari hal ini dikenal
dengan nama farmakoekonomi.
armakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya dan
hasil*konsekuensi dari suatu pengobatan. /ujuan farmakoekonomi adalah untuk memberikan
informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas
alternatif!alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan
ekonomis. &ika kita dihadapkan pada pertanyaan!pertanyaan seperti< pa kelebihan suatu obat
dilihat dari segi %ost!effe%ti$eness!nya dibandingkan oba t lain. pakah diperoleh hasil terapi
yang baik dengan biaya yang ajarF pakah suatu obat dapat dimasukkan ke dalam formularium
atau ke dalam daftar obat yang disubsidiF Maka farmakoekonomi dapat berperan untuk
menjaab pertanyaan!pertanyaan tersebut. Bnformasi farmakoekonomi saat ini dianggap sama
 pentingnya dengan informasi khasiat dan keamanan obat dalam menentukan pilihan obat yang
akan digunakan. armakoekonomi dapat diaplikasikan baik dalam skala mikro !misalnya dalam
menentukan pilihan terapi untuk seorang pasien untuk suatu penyakit, maupun dalam skala
makro !misalnya dalam menentukan obat yang akan disubsidi atau yang akan dimasukkan
kedalam farmakoekonomi.

Perilaku +idup ersih dan ehat "P+# di 7umah /angga


P+ di 7umah /angga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
P+ di 7umah /angga dilakukan untuk men%apai 7umah /angga ber P+ yang melakukan
10 P+ yaitu <
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi B ekslusif 
=. Menimbang balita setiap bulan
C. Menggunakan air bersih
5. Men%u%i tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
:. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu
G. Makan buah dan sayur setiap hari
8. Melakukan akti$itas fisik setiap hari
10. /idak merokok di dalam rumah
Perilaku +idup ersih dan ehat "P+# di Bnstitusi Kesehatan
P+ di Bnstitusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat
 pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku +idup
ersih dan ehat dan berperan aktif dalam meujudkan Bnstitusi Kesehatan ehat

Perilaku +idup ersih dan ehat "P+# di /empat ! tempat 'mum


P+ di /empat ! tempat 'mum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung
dan pengelola tempat ! tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan P+
dan berperan aktif dalam meujudkan tempat ! tempat 'mum ehat.
/empat!tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah* sasta, atau
 perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariisata,
transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
Perilaku +idup bersih dan ehat "P+# di ekolah
P+ di ekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga se%ara
mandiri mampu men%egah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
meujudkan lingkungan sehat.

Perilaku +idup ersih dan ehat "P+# di /empat Kerja


P+ di /empat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan
mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam meujudkan
/empat Kerja ehat.

Perilaku +idup ersih dan ehat "P+# di /empat kerja antara lain <
1. /idak merokok di tempat kerja
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja
=. Melakukan olahraga se%ara teratur*aktifitas fisik 
C. Men%u%i tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
dan buang air ke%il
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
6. Menggunakan air bersih
:. Menggunakan jamban saat buang air ke%il dan besar 
G. Membuang sampah pada tempatnya
8. Mempergunakan lat Pelindung iri "P# sesuai jenis pekerjaan

. KB&K- P')BK )M P-B-K/- K')B/ P)4--


K+/-
asaran upaya pelayanan kesehatan adalah meningkatkan mutu kesehatan manusia. Manusia
sebagai insan indi$idu dan sosial berkarakter dinamis. Peningkatan pelayananan kesehatan
selayaknya bertumpu pada kondisi kehidupan indi$idu dan masyarakat. ebagaimana prinsip
 pertama pembangunan berkelanjutan< HManusia "penduduk# merupakan pusat perhatian
 pembangunan berkelanjutan, dan dikehendaki agar memiliki kehidupan yang sehat dan p roduktif 
dalam keserasian dengan alamI "/he '- ?onferen%e of n$ironment and e$elopment, 1882#.
alah satu %ara untuk men%apai sasaran itu adalah melalui kebijakan kependudukan. 'mum
menyadari baha kependudukan dan kesehatan saling berkaitan. ariabel!$ariabel
kependudukan, misalnya tingkat kelahiran, dan kematian mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
kondisi kesehatan penduduk.
Pengalaman kita selama ini menunjukkan tingkat signifikannya hubungan diantara keduanya.
/indakan pemerintah untuk meningkatkan mutu kesehatan p enduduk se%ara eksplisit dan
langsung berhubungan dengan upaya menekan tingkat kematian dan morbiditas "tingkat
ketersakitan#. +al itu se%ara tidak langsung berhubungan pula dengan upaya mengendalikan
tingkat kelahiran.
Pelayanan publik umumnya dibagi dalam dua kategori sesuai dengan tingkat kepentingan
kebutuhan arga negara, yakni pelayanan publik primer dan pelayanan publik sekunder.
Pelayanan publik primer merujuk kepada semua jenis layanan dari sebuah instansi baik
 pemerintah maupun sasta untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat mutlak dari seorang arga
negara. ebaliknya, pelayanan publik sekunder merujuk kepada semua layanan yang tidak
mutlak bagi seorang arga negara, semisal kebutuhan tata rias, hiburan, dan sejenisnya
'ntuk semua pelayanan yang bersifat mutlak, negara dan aparaturnya berkeajiban untuk
menyediakan layanan yang bermutu dan mudah didapatkan setiap saat. Pada kehidupan
 bernegara di abad moderen ini, komitmen suatu negara untuk memberikan pelayanan publik
yang memadai terhadap kebutuhan publik merupakan implementasi dari pemenuhan hak!hak
a;asi manusia dari arga negaranya. (leh karena itu, ketika suatu instansi pemerintah
memberikan layanan publik yang buruk, hal tersebut dianggap melanggar kon$ensi internasional
tentang hak a;asi manusia.
i sektor sasta, setiap lembaga sasta yang menyediakan pelayanan publik sudah semestinya
mengadopsi pola pelayanan publik yang men%erminkan penghormatan kepada hak!hak arga
negara untuk mendapatkan layanan yang sebaik!baiknya.
KB&K- KP-''K- B B- K+/-
Pembangunan bidang kesehatan diantaranya bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan se%ara mudah, murah dan merata. Politi%al ill pemerintah
tersebut dinyatakan kedalam berbagai usaha, seperti penyuluhan kesehatan, penyediaan fasilitas
umum seperti puskesmas, posyandu, pondok bersalin, penyediaan air bersih dan sebagainya.
+ak untuk hidup sehat bagi penduduk sebagai arga negara yang berdomisili di daerah harus
dijamin oleh pemerintahJ sebagaimana dinyatakan dalam '' 18C5 Pasal =C "=#< H-egara
 bertanggung jaab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas yang layakIJ dan
 pelaksanaannya diatur dalam '' istem Kesehatan -asional. Kebijakan nasional dan kebijakan
daerah sebagai instrumen hukum pemerintah untuk mengatasi permasalahan kesehatan harus
memiliki tujuan, program yang konsisten, dilaksanakan se%ara singkron dan memenuhi aspirasi
masyarakat.
idang Pelayanan Kesehatan
idang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas meren%anakan, melaksanakan pembinaan dan
koordinasi serta pengaasan dan pengendalian program pelayanan kesehatan.

idang Pelayanan Kesehatan terdiri dari <


1. eksi Pelayanan Kesehatan asar dan 7ujukan.
eksi Pelayanan Kesehatan asar dan 7ujukan mempunyai tugas meren%anakan,
melaksanakan pembinaan dan koordinasi serta pengaasan dan pengendalian kegiatan
Pelayanan Kesehatan asar dan 7ujukan.
eksi ini mempunyai fungsi antara lain <
o Peren%anaan program pengobatan, pen%egahan dan penanggulangan Penyakit gigi dan
mulut,
o Peningkatan mutu pelayanan, program kesehatan jia, program kesehatan kerja, program
kesehatan indera dan laboratorium di puskesmas dan jaringannya,
o Pengadaan alat kesehatan,
o Pelayanan kesehatan masyarakat miskin,
o Pengaasan mutu pelayanan kesehatan di 7umah akit milik Pemerintah maupun sasta,
o Penanggulangan masalah kesehatan kedaruratan dan ben%anaJ
o Pelaksanaan koordinasi dengan instansi *lembaga terkait
o Penilaian kinerja puskesmas dan pemilihan tenaga medis, paramedis dan tenaga kesehatan
lain yang berprestasiJ
o Pelaksanaan monitoring dan e$aluasi serta pelaporan kegiatanJ
2. eksi armasi dan Pengaasan Makanan.
eksi armasi dan Pengaasan Makanan mempunyai tugas meren%anakan, melaksanakan
 pembinaan dan koordinasi serta pengaasan dan pengendalian kegiatan armasi dan
Pengaasan pangan.
eksi armasi dan Pengaasan Makanan mempunyai fungsi antara lain <
o Peren%anaan,pelaksanaan,pengolahan dan analisa data kegiatan pengumpulan data bahan
 perumusan kebutuhan obat untuk puskesmas dan jaringannya
o Pengadaan obat untuk Puskesmas dan jaringannya ,
o Pembinaan dan pengaasan penggunaan obat pada puskesmas dan jaringannya,
o Pembinaan dan pengaasan sediaan farmasi pada puskesmas, sarana pelayanan kesehatan
 pemerintah dan sasta, apotek, toko obat, salon ke%antikan dan klinik ke%antikan,
o Monitoring pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian pada apotik, instalasi farmasi rumah
sakit pemerintah dan sasta,
o Pelaksanaan kursus kepada pengelola makanan "jasa boga, restoran, rumah makan, pedagang
makanan jajanan, industri rumah tangga#, depot air minum, pembinaan dan pengaasan kepada
 pengelola makanan "produk industri rumah tangga, jasa boga, restoran, rumah makan, pedagang
makanan jajanan# dan depot air minum J
o Pelaksanaan koordinasi dengan instansi *lembaga terkait
o Pelaksanaan kursus kepada pengelola makanan "jasa boga, restoran, rumah makan, pedagang
makanan jajanan, industri rumah tangga#, depot air minum,
o Pembinaan dan pengaasan kepada pengelola makanan "produk industri rumah tangga, jasa
 boga, restoran, rumah makan, pedagang makanan jajanan# dan depot air minum,
o Bn$estigasi pada kejadian luar biasa kera%unan makananJ
o Pengin$entarisasian tempat pengelolaan makanan dan minuman "/PM#J
o Pemberian ertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan untuk pengelola Bndustri 7umah /angga
Pangan, &asa oga, 7estoran, 7umah makan dan epot air MinumJ
o Pemberian /anda /erdaftar * ertifikat )aik higiene sanitasi untuk &asa oga, 7estoran ,
7umah makan dan epot ir MinumJ
o Melakukan pemeriksaan setempat terhadap %alon apotek , /oko obat, industri ke%il, obat
tradisional,, perbekalan kesehatan rumah /angga dan Penyalur alat Kesehatan
o Pelaksanaan monitoring dan e$aluasi serta pelaporan kegiatan
=. eksi Pengaasan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan.
Mempunyai tugas meren%anakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi kegiatan
 pengaasan dan pengendalian pelayanan Kesehatan
eksi Pengaasan dan Pengendalian Pelayanan Kesehatan mempunyai fungsi <
o Peren%anaan dan pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengaasan praktek dokter, dokter
gigi, bidan, peraat, balai pengobatan, rumah bersalin, optik, apotek, toko obat, laboratorium,
klinik rontgen, rumah sakit dan pengobatan tradisionalJ
o Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan data pembinaan dan pengaasan
 praktek dokter, dokter gigi, bidan, peraat, balai pengobatan, rumah bersalin, optik, apotek, toko
obat, laboratorium, klinik rontgen, rumah sakit dan pengobatan tradisionalJ
o Pelaksanaan koordinasi dengan instansi *lembaga terkait
o Pemberian perijinan bagi dokter, dokter gigi, bidan, peraat, balai pengobatan, rumah
 bersalin, optik, apotek, toko obat, laboratorium, klinik rontgen, rumah sakit umum milik
 pemerintah maupun sastaJ
o Pemberian tanda terdaftar untuk pengobat tradisional J
o Pemberian rekomendasi industri ke%il obat tradisional dan penyalur alat KesehatanJ
o Pemberian surat ijin kerja asisten apoteker J
o Pelaksanaan monitoring dan e$aluasi serta pelaporan kegiatan
.2. ?ontoh pelaksanaan peningkatan kualitas pelayanan publik 
Puskesmas sebagai salah satu institusi fasilitas pemerintah daerah dan sebagai lini terdepan
dalam pemberian pelayanan kesehatan non!profit kepada masyarakat dan merupakan ujung
tombak dalam sistem kesehatan nasional, juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan
dengan baik berdasarkan aanang tugas pokok dan fungsinya yang disesuaikan dengan situasi,
kondisi, masalah dan kemampuan puskesmas tersebut.
Masalah globalisasi kesehatan membaa konsekuensi, yaitu kompetensi pelayanan kesehatan
 pemerintah akan terdesak oleh in$estasi asing dan minimal membentuk persepsi masyarakat
tentang pelayanan yang layak diterima. kibat dari tuntutan masyarakat tersebut,
 profesionalisme pelayanan semakin dipa%u tetapi berdasarkan koridor kebijakan standar
 pelayanan yang telah disusun. ebagai %ontoh, dalam rangka pelayanan kesehatan telah
di%anangkan baha untuk meujudkan leman yang sehat harus dimulai dari menyehatkan
manusia leman. Peningkatan pelayanan publik di bidang kesehatan kami lakukan dengan
menga%u pada blue print leman ehat 2010. alam menjabarkan $isi pembangunan kesehatan
ini dimulai dengan men%iptakan generasi yang sehat dan berkualitas sejak dini, yaitu dengan
mengupayakan agar setiap bayi yang lahir di leman selalu dalam keadaan sehat dan %erdas
se%ara alami. 'ntuk itu telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan Bbu hamil
diantaranya melalui pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil keluarga miskin "gakin#, dan
 penanganan kesehatan ibu dan anak baik melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu maupun
Posyandu. edangkan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan balita ditempuh dengan
 pemberian imunisasi kepada bayi sejak lahir hingga balita serta pemberian makanan tambahan
 bagi balita dan balita gakin melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan
Posyandu. alam mendukung peningkatan kualitas anak juga telah diberikan bantuan susu bagi
8.:8G sisa *MB.
Pelayanan kesehatan juga diberikan kepada remaja terutama mengenai kesehatan reproduksi
remaja, serta pemantauan status gi;i, konsumsi gi;i dan energi kronis pada anita usia subur.
agi usia lanjut "'sila#, juga diberikan pelayanan melalui Puskesmas, Puskesmas Keliling
maupun Posyandu )ansia.
erbagai upaya juga dilakukan untuk mengurangi ngka Kematian ayi dan Bbu Melahirkan,
diantaranya melalui layanan K dan KB di Puskesmas, pembinaan idan esa serta pelatihan
 bagi dukun bayi agar dapat menerapkan standar pelayanan kesehatan bagi Bbu saat melahirkan.
'ntuk meningkatkan pelayanan kesehatan telah diupayakan standarisasi pelayanan melalui
implementasi sistem manajemen mutu " MM# B( 8001<2000, yang saat ini telah diterapkan di
inas Kesehatan dan di G Puskesmas.
elanjutnya ditargetkan setiap tahun dapat mensertifikasi 2 Puskesmas. tandarisasi pelayanan
 juga dilakukan dengan standarisasi gedung Puskesmas. eluruh puskesmas di Kabupaten leman
harus memiliki bangunan yang modern dengan peralatan dan ruangan yang setara. ampai tahun
200: telah selesai dibangun 10 puskesmas berlantai dua yaitu< Puskesmas epok B, Puskesmas
odean BB, Puskesmas -gemplak B, Puskesmas Prambanan, Puskesmas eyegan, Puskesmas
epok BB, Puskesmas leman, Puskesmas Kalasan, Puskesmas erbah, Puskesmas amping B
dan saat ini sedang dilakukan pembangunan gedung serupa untuk Puskesmas -gaglik B,
Puskesmas /empel B, Puskesmas Mlati B dan Puskesmas /uri. Ke depan Puskesmas Prambanan
akan dikembangkan menjadi 7umah akit 'mum aerah /ipe .
isamping itu juga dilakukan dengan pelaksanaan billing system, penerapan sistem informasi
kesehatan terintegrasi yang berbasis %omputer Bntegreted +ealth Bnformation ystem "B+B# di
2C puskesmas. Penyediaan sarana ini meliputi softare dan hardare yang pelaksanaannya
sudah diuji%obakan di beberapa puskesmas. Pengembangan layanan puskesmas juga dilakukan
 penyediaan pelayanan psikologi. ampai saat ini terdapat 12 tenaga psikolog yang bekerja untuk
2C puskesmas. Ke depan akan diupayakan di setiap puskesmas mempunyai 1 tenaga psikolog.
'paya peningkatan layanan kesehatan juga telah dilakukan di 7' leman. Pengembangan
7' diarahkan menuju rumah sakit yang mandiri dan meujudkan 7' sebagai pusat
rujukan pelayanan kesehatan di Kabupaten leman. (leh karena itu telah dilakukan pembenahan
 prasarana fisik, manajerial, M, dan sistem pelayanannya.
Pada tahun 200:, telah dipersiapkan standardisasi B( bagi 7' yang akan dapat terujud
 pada tahun 200G. elama tahun 200: 7' juga telah memberikan pelayanan b agi pengunjung
rumah sakit sebanyak :1.=52 orang, peraatan untuk keluarga miskin sebanyak 5.116 orang,
non!gakin sebanyak 5.:26 orang.
Pelayanan di 7' leman %ukup memadai karena angka tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit atau ed (%%upan%y 7ate "(7# men%apai G=,1=S, mendekati ideal (7 standar
nasional sebesar G5S. rekuensi pemakaian tempat tidur "ed /urn ($er# men%apai :C,26 kali
 per tahun, kondisi tersebut masih sesuai standar nasional yaitu :5 kali per tahun. 7ata!rata
tempat tidur dalam kondisi tidak terisi ke kondisi terisi berikutnya "/urn ($er Bnter$al# men%apai
0,G= hari. 7ata!rata lama peraatan pasien " )ength of tay # men%apai C,08 hari, sedangkan
standar nasional lama peraatan adalah =!6 hari.
elain itu juga telah dilakukan berbagai upaya penyehatan masyarakat antara lain dengan
 penyusunan 7aperda Pengelolaan Makanan dan Pen yehatan Pengelolaan Makanan, pemantauan
 peredaran makanan pada =00 Bndustri 7umah /angga Pangan "B7/P# dan C0 toko makanan,
sosialisasi keaspadaan dini dan imunisasi bagi 11.86= balita dan ibu hamil 11.8C0 orang.
'paya peningkatan layanan kesehatan juga dilakukan dengan meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan. alah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan pelaksanaan
 program &aminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat "&PKM# yaitu suatu %ara pemeliharaan
se%ara paripurna, terstruktur dan berkesinambungan dengan pembiayaan se%ara pra upaya. &PKM
ini dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan melibatkan peran
aktif dari, oleh, dan untuk masyarakat se%ara kekeluargaan dan gotong royong dalam mengatasi
hambatan pembiayaan kesehatan. ampai tahun 200: sebanyak =2C0 orang telah tergabung
dalam pragram &PKM ini.
+asil pembangunan kesehatan masyarakat, ter%ermin dari berbag ai indikator yakni rata!rata usia
harapan hidup masyarakat leman men%apai :C,62 tahun, jauh di atas usia harapan hidup
nasional yang men%apai 6:,8 tahun. ngka kematian bayi :,6: per seribu kelahiran hidup,
sementara di tingkat nasional sebesar =5 per seribu kelahiran. ngka kematian ibu melahirkan
dapat ditekan hingga 68,=1 per seratus ribu. Kondisi tersebut lebih baik jika dibandingkan di
tingkat nasional sebesar =0: per seratus ribu kelahiran. erbaga i upaya tersebut telah diapresiasi
oleh Pemerintah Pusat dengan diterimanya penghargaan Ksatria hakti +usada ditya yang
diberikan oleh Menteri Kesehatan 7B dalam rangka +ari Kesehatan -asional ke !C=.

. P-+')'-
ejak Bndonesia merdeka permasalahan obat senantiasa sejalan dengan isu internasional baha
obat merupakan komoditi strategis yang mempunyai dimensi yang unik sangat berbeda dengan
komoditi lainnya karena terkait proses, hasil dan penge mbangan obat itu sendiri. uatu %iri di
negara!negara kurang maju atau negara!negara berkembang obat masih tergolong produk
emosional yaitu mendasarkan kepada HneedI atau terpaksa herus dibeli karena masih bertumpu
 pada Hout of po%ketI sehingga belum tampil sebagai produk rational yang diinginkan oleh
konsumen.

ejak proses aal produksi, obat merupakan komoditi ekonomi,


karena perangkat in$estasi maupun proses pelaksanaan dilakukan dengan
hukum ekonomi namun obat se%ara uni$ersal diakui baha obat memiliki
dimensi tersendiri yaitu imensi ekonomi J memerlukan in$estasi besar dan padat modal, padat
riset dan sarat Bmport ?ontent. imensi /eknologi J sarat dengan hasil temuan teknologi tinggi
dan berlanjut serta senantiasa memerlukan eApert dan pengembangan. imensi osial
Kemanusiaan J berperan penting untuk kesehatan dan keselamatan umat manusia.
Mendalami pemahaman ketiga dimensi keatas sangatlah kompleks apalagi se%ara strategis
diperlukan aplikasi agar terjadi kesepadanan d alam memahami fungsi dan posisi obat itu sendiri.
uatu hal yang unik dalam komoditi obat adalah diperlukannya sinergi diantara sasta,
 pemerintah maupun peneliti. Ketiga peran tersebut hampir tak terpisahkan dan melekat dalam
tampilan manufaktur obat, sebagaimana dirintis untuk berbagai industri melalui konsep 
"kademisi, isnis, dan o$ernment#. memandang begitu strategisnya obat serta menempatkan
 peran pengusaha sebgai mitra, dan pemerintah tidak hanya bertindak sebagai regulator namun
 berperan sebagai pula kreator dan moti$ator. (bat bukan komoditi biasa sehingga para usahaan
yang bergerak dibidang farmasi harus mempunyai integritas dalam menghargai produknya
terkait safety, effi%a%y dan uality sedangkan pemerintah harus men empatkan peran sebagai
kreator dan moti$ator.
alam Kebijakan (bat -asional "Konas# disebutkan antara lain baha pemerintah bertanggung
 jaab atas ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat esensial. (leh karena itu
 pemerintah melaksanakan pembinaan, pengaasan dan pengendalian obat.  edangkan pelaku
usaha bertanggung jaab atas mutu obat, sementara itu masyarakat berhak mendapatkan
informasi yang benar tentang obat. Ketersediaan dan pemerataan obat berarti tersedianya obat
"drug a$ailability# di seluruh Bndonesia baik jenis maupun jumlah ob at, sesuai dengan kebutuhan
nyata dan pola penyakit. edangkan keterjangkauan obat berarti adanya jaminan akses obat
dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat khususnya masyarakat yang tidak
mampu baik melalui pelayanan kesehatan sektor publik maupun sasta.

BB. B-BB KB&K- P')BK 

1. Menurut ?handler dan Plano "18GG#


Kebijakan publik merupakan pemanfaatan strategis terhadap sumber daya yang ada untuk
meme%ahkan masalah!masalah publik atau pemerintah. Menurutnya, kebijakan publik
merupakan bentuk inter$ensi negara untuk melindungi kepentingan masyarakat "kelompok# yang
kurang beruntung.
ari definisi ?handler dan Plano, kebijakan publik masuk dalam lapis pemaknaan kebijakan
 publik sebagai inter$ensi dari pemerintah. (ptimalisasi kebijakan publik kemudian ada pada
ranah sumber daya9berupa sistem dalam masyarakatnya, sehingga kebijakan publik akan
menghasilkan output yang berfungsi mensinergikan kebijakan tersebut.

2. aston "1868#
Kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai!nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang
keberadaannya mengikat. ehingga %ukup pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan
kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh
 pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai!nilai kepada masyarakat.
ari definisi aston, maka kebijakan publik merupakan proses pengambilan keputusan "de%ision
making#. erdasarkan definisinya, sebuah kebijakan publik akan efisien ketika berada dalam
ranah pemerintahan. rtinya, kekuasaan negara dalam kebijakan pub lik ini sangat besar.
=. rief 7amelan Karseno, M.,Ph..
Kebijakan publik dipahami sebagai kebijakan, baik politik, ekonomi, dan sosial yang diambil
se%ara kolektif, demi kepentingan*keuntungan masyarakat se%ara bersamasama "kolektif#.
Kebijakan Publik itu bisa berbentuk Haturan atau rambu!rambuI perdagangan dalam hubungan
ekonomi antara anggota masyarakatJ bisa berbentuk pembuatan atau penyediaan barang yang
akan dipakai bersama "disebut barang publik# atau bahkan, bisa berbentuk hukum dan kode etik
hubungan antara manusia sebangsa yang sering kita sebut dengan budaya yang diterima se%ara
umum dalam masyarakat itu.

C. /homas 7. ye "18G1#


Kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang dilakukan oleh pemerintah.
ari definisi ye, jelas baha kebijakan publik masuk dalam klasifikasi de%ision making.

5. Br. harma upta


upta, dalam tulisannya menekankan perlunya sosialisasi pejabat terhadap kebijakan publik
yang dibuat. i%ontohkan tentang kebijakan dalam penentuan nilai ebtanas dan ren%ana strategis
 pembangunan suatu ilayah. Ketika itu tidak disosialisasikan, maka kebijakan itu tidak lagi
menjadi kebijakan publik. ehingga kebijakan publik artinya semata peraturan dan ketentuan
yang di%iptakan oleh pemerintah saja.
ari tulisannya, kebijakan publik diklasifikasikan sebagai serangkaian kerja pejabat publik.
alam artian, kebijakan publik akan efisien jika difokuskan pada fungsi managementnya.
Menurut upta, ketika sosialisasi program dapat merata, masyarakat dapat
mengimplementasikan kebijakan dengan tujuan serta aturan!aturan yang jelas.

6. 7atih Pratii nar, .. M.i


ari artikelnya, dapat dilihat baha 7atih %enderung mengartikan kebijakan publik sebagai
 proses pengambilan keputusan. ia menitikberatkan sebuah kebijakan pada %ara pemerintah
men%iptakan sebuah kebijakan yang menguntungkan bagi rakyat banyak. i%ontohkan dalam
artikelnya tentang perlindungan terhadap obat lokal.
Masuknya obat!obat modern dan ga ya hidup masyrakat yang mulai menimbulkan nilai lokalitas
membuat 7atih berpikir harus ada institusi yang berani men%iptakan kebijakan yang melindungi
 pembuat obat tradisional. an di situlah negara dan pejabat publi% diperlukan.
ari artikelnya, kebijakan publik menurutnya dapat diklasifikasikan ke dalam proses de%ision
making, untuk memutuskan apakah kebijakan perlindungan obat tradisional benar!benar
diperlukan

:. Br. joko >intolo


Kebijakan publik masuk dalam klasifikasi inter$ensi pemerintah. ?ukup jelas dalam tulisannya,
di%ontohkan maslah pendidikan. i sini pendidikan adalah proses pengenalan terhadap kebijakan
itu sendiri. engan menjadikan masyarakat sebagai manusia yang berpendidikan, diharapkan
masyarakat menjadi sosok yang mampu menghargai atau memberi apresiasi terhadap sebuah
 profesi sehingga tidak perlu banyak kebijakan untuk membuatnya tetap diterima. Kebijakan
 publik kemudian menjadi lebih fokus pada prosedur kerja sistem sosial, bukan pada prosedur
tatanan orang!orang yang melakukan kebijakan tersebut. engan masyarakat yang
 berpendidikan, artinya, inter$ensi pemerintah dalam sebuah perubhan struktur masyarakat begitu
 besar. an itu artinya, langsung atau tidak, akan ada efek kebijakan untuk problem sol$ing
sebuah struktur masyarakat. Bntinya, pendidikan itu sendiri harus mampu men yesuaikan dengan
sistem sosial yang tepat untuk menghasilkan kebijakan yang tepat pula.

G. Menurut nderson "18GC#, kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu a tau serangkaian
 prinsip atau tindakan yang dilakukan oleh suatu tujuan tertentu atau tindakan yang dilakukan
oleh suatu pemerintahan pada periode tertentu jika terjadi suatu subjek atau krisis.

BBB. /'&'-
Kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah dan sasta yang kemudian dituangkan dalam
 berbagai dalam tindakan nyata, mempunyai berbagai tujuan yaitu <
1. 'ntuk menjamin kepentingan umum semaksimal mungkin.
2. itetapkan berdasarkan prosedur yang berlaku.
=. idorong oleh keinginan untuk menghindari pertentangan yang destruktif.

B. P7B-BP KB&K- P')BK 


1. Kejelasan
2. kurasi
=. Kesederhanaan
C. Keamanan
5. /anggung jaab
6. Kemudahan akses
:. Kenyamanan.
G. Membuat peraturan yang efektif 
8. Menyediakan publik ser$is yang efektif dan a%%ountable
10. Meningkatkan standar hidup masyarakat.

. K7K/7B/BK KB&K-
1. elalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan suatu tindakan yang berorientasi tujuan.
2. erisi tindakan!tindakan atau pola tindakan pejabat pemerintah
=. Merupakan apa yang benar!benar dilakukan oleh pemerintah.
C. ersifat positif dalam arti suatu tindakan hanya dilakukan dan negati$e dalam arti keputusan
itu bermaksud untuk tidak melakukan sesuatu.
5. Kebijakan itu didasarkan pada peraturan atau peraturan perundang!undangan yang bersifat
memaksa.
B. P)BKB KB&K- P')BK 
Bmplementasi kebijakan publi% merupakan aspek yang penting dari seluruh proses kebijakan,
karena apalah arti dari suatu kebijakan, apabila tidak diimplementasikan dengan baik "Mustofa
>ijaya,2001#
. Pemerintah
Kebijakan (bat -asional "K(-#
. 1 Maksud dan /ujuan
K(- dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan
keterjangkauan obat se%ara berkelanjutan, untuk ter%apainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi!tingginya. Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari
tujuan yang hendak di%apai. Pemilihan obat esensial yang tepat dan pemusatan upaya pada
 penyediaan obat esensial tersebut terbukti telah meningkatkan akses obat serta penggunaan obat
yang rasional.
emua obat yang beredar harus dijamin keamanan, khasiat dan mutunya agar betul betul
memberikan manfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan justru tidak merugikan
kesehatan. ersamaan dengan itu masyarakat harus dilindungi dari salah penggunaan dan
 penyalahgunaan obat
engan demikian tujuan K(- adalah untuk menjamin<
1. Ketersediaan , pemerataan, dan keterjangkauan obat esensial
2. 'ntuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu semua obat yang beredar
=. Masyarakat terlindung dari salah penggunaan dan penyalahgunaan obat
7uang lingkup K(- men%akup pembiayaan, ketersediaan dan pemerataan, keterjangkauan
obat, seleksi obat esensial, penggunaan obat rasional, pengaasan, penelitian dan pengembangan
sumber daya manusia dan pemantauan serta e$aluasi. alam hal ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan obat diutamakan pada obat esensial, sedangkan dari aspek jaminan mutu
diberlakukan pada semua jenis obat.
 elain tujuan umum yang terkait dengan kesehatan dasar, ada pula tujuan  tujuan umum
lainnya, termasuk tujuan konomi misalnya, untuk mengurangi penggunaan de$isa negara
dalam impor obat atau untuk meyediakan lapangan pekerjaan seperti dalam bidang penyediaan
dan penyeraran obat, pengemasan,atau produksi obat. &uga ada beberapa strategi ekonomi untuk
obat seperti menjamin pembiayaan obat yang memadai serta berkesinambungan merupakan
tantangan besar. Pembiayaan publik bagi obat disarana pelayanan kesehatan pemerintah diterima
sebagai kebijakan yang sah di banyak negara dan oleh banyak lembaga. elain itu mekanisme
 pembiayaan seperti biaya berobat "user fee# merupakan suatu hal yang dapat diterapakan
dinegara  negara miskin guna meningkatkan sumberdaya pembiayaan. Kebijakan keuangan
harus diran%ang untuk memaksimalkan sumberdaya bagi obat dan mempertahankan harga obat
serendah mungkain disektor pemerintahan. Mekanisme yang mungkin digunakan untuk
meningkatkan akses ekonomi terhadap obat esensial disemua sektor antara lain adalah %akupan
asuransi yang lebih luas, informasi harga, pengganti obat generik untuk meningkatkan
 persaingan harga, peraturan tentang harga produsen, serta peraturan tentang batas harga en%eran
Peningkatan efisiensi dalam sistem kefarmasian dapat membantu negara mengatasi
dampak dari ma%roe%onomi% sho%ks seperti de$aluasi mata uang fran% di frika arat
mendorong negara  negara yang ada di ilayah tersebut untuk memperkuat kebijakan obat
esensial mereka bagi sektor pemerintahan serta mengenalkan mekanisme untuk mempromosikan
obat dengan mana generik kepada masyarakat.
/ujuan pembangunan nasional misalnya memperbaiki sistem transportasi dan
komunikasi, mengembangkan produksi farmasi nasional, melindungi hak kekayaan intelektual
atau menghindar pemberian hak tersebut kepada pabrik obat untuk memproduksi abat tertentu
"guna menghindari harga obat yang sangat mahal#, /erlepas dari keadaan tertentu yang dihadapi
oleh suatu negara. Konas yang komperhensif seharusnya menguraikan dengan jelas peran sektor
 pemerintahan dan sasta. elain itu kebijakan tersebut harus mempertimbangkan efisiensi
"dengan sumberdaya yang ada dapat menyelenggarakan pelayanaan yang semaksimal mungkin#,
 pemerataan "akses yang merata#, serta kesinambungan pengaturan pasokan obat yang ada
 berbeda  beda tergantung dari pemerintah dalam hal pembiayaan, penyaluran, penyediaan, dan
 penyerahan obat. anyak negara berkembang mempertahankan sistem pemerintahan yang
mengatur pengadaan dan impor obat selama puluhan tahun, karena kegiatan sektor sasta
 berpusat diilayah perkotaan dan tidak ada sistem asuransi kesehatan, Meskipun sistem seperti
ini tetap dibutuhkan, masih dibutuhkan penyempurnaan dalam hal penyelenggaraan, manajemen,
dan pembiayaan.
.2 /7/B - )-- KB&K-
 a. trategi
1. Ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat esensial .
kses obat esensial bagi masyarakat se%ara garis besar dipengaruhi oleh e mpat faktor
utama, yaitu penggunaan obat se%ara rasionalJ harga yang terjangkauJ pendanaan yang
 berkelanjutanJ dan sistem kesehatan serta sistem penyediaan obat yang dapat diandalkan.
erdasarkan pola pemikiran di atas ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat esensial
hendak di%apai melalui strategi berikut<
a. istem pembiayaan obat berkelanjutan, baik sektor publik maupun sektor sasta menga%u
 pada '' -o C0 /ahun 200C tentang istem &aminan osial -asional "&-# yang dijabarkan
dalam berbagai bentuk &aminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat "&PKM#.
 b. 7asionalisasi harga obat dan pemanfaatan obat generik.
%. Penerapan sistem pengadan dalam jumlah besar "bulk pur%hasing# atau pengadaan se%ara
terpusat "pool pro%urement# disektor publik. isertai distribusi obat yang efektif, efisien dan
akuntabel, pada sektor publik dan sasta.
d. Pengembangan dan e$aluasi terus!menerus, model dan bentuk pengelolaan obat sektor
 publik di daerah terpen%il, daerah tertinggal, daerah perbatasan dan daerah raan.
e. Penyiapan regulasi yang tepat untuk menjamin ketersediaan obat .
f. Memanfaatkan skema dalam /rips < %ompulsary li%ense, go$ernment use, paralel impor.
2. &aminan keamanan, khasiat dan mutu obat beredar, serta perlindungan masyarakat dari
 berbagai dampak salah penggunaan dan penyalahgunaan obat.
Pengaasan dan pengendalian obat mulai dari impor, produksi hingga ke tangan pasien,
merupakan kegiatan yang tak terpisahkan. (leh karena itu keamanan, khasiat dan mutu semua
obat yang beredar harus dapat dijamin melalui strategi berikut<
a. Penilaian dan pengu jian melalui proses pendaftaran, pembinaan, pengaasan dan
 pengendalian "binasdal# produksi, impor, ekspor, distribusi dan pelayanan obat merupakan
suatu kesatuan yang utuh, dilakukan se%ara transparan dan independen.
 b. danya dasar hukum, dan penegakan hukum se%ara konsisten, dengan efek jera yang
tinggi untuk setiap pelanggaran.
%. Penyempurnaan ketentuan sarana produksi, sarana distribusi, sampai dengan tingkat
 penge%er.
d. Pemberdayaan masyarakat melalui penyediaan dan penyebaran informasi terper%aya,
sehingga terhindar dari penggunaan obat yang tidak memenuhi persyaratan.
e. Penyempurnaan dan pengembangan berbagai standar dan pedoman pengembangan bahan
obat.
=. Penggunaan obat se%ara rasional
Pengembangan serta penerapan pedoman terapi dan kepatuhan terhadap aftar (bat sensial
 -asional "(-#, merupakan dasar dari pengembangan penggunaan obat se%ara rasional. alah
satu masalah yang mendasar atas terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional adalah
informasi yang tidak benar, tidak lengkap dan menyesatkan. (leh karena itu perlu dijamin agar
 pengguna obat, baik pel ayan kesehatan maupun masyarakat mendap atkan informasi yang benar,
lengkap dan tidak menyesatkan. erdasarkan hal!hal tersebut di atas upaya untuk penggunaan
obat yang rasional dilakukan melalui strategi berikut<
a. Penerapan aftar (bat sensial -asional "(-# dalam setiap upaya pelayanan kesehatan,
 baik perorangan maupun masyarakat, melalui pemanfaatan pedoman terapi dan formularium .
 b. dopsi obat dari (- pada pengadaan obat dan skema &PKM.
%. Penerapan pendekatan farmakoekonomi melalui kajian biaya efektif dan kemanfaatan "?ost
effe%ti$eness and %ost benefit analysis# pada seleksi obat yang digunak an di semua tingkat
 pelayanan.
d. Penerapan pelayanan kefarmasian yang baik.
e. Menjamin diterimanya informasi yang benar, lengkap, dan tidak menyesatkan oleh para
 pengguna.
f. Pemberdayaan masyarakat melalui KB "komunikasi, informasi dan edukasi#.
g. Pembatasan jumlah dan jenis obat yang beredar.

 b. )andasan Kebijakan


'ntuk men%apai tujuan K(- ditetapkan landasan kebijakan sebagai berikut<
1. Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengaasan dan pengendalian obat, sedangkan
 pelaku usaha di bidang obat bertanggung jaab atas mutu obat sesuai dengan fungsi usahanya.
/ugas pengaasan dan pengendalian yang menjadi tanggungjaab pemerintah dilakukan se%ara
 profesional, bertanggungjaab, independen dan transparan.
2. Pemerintah bertanggung jaab atas ketersediaan, keterjangkauan, dan pemerataan obat
esensial yang dibutuhkan masyarakat.
=. Pemerintah dan pelayan kesehatan bertanggungjaab untuk menjamin agar pasien mendapat
 pengobatan yang rasional. Masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi obat yang benar.
Pemerintah memberdayakan masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan
 pengobatan.
C. Pemerintah mendorong terlaksananya penelitian dan pengembangan obat yang men%akup
aspek sistem"manajamen obat, manajemen M, penggunaan obat rasional, dan lain!lanin#,
komoditi obat, proses "pengembangan obat baru#, kajian regulasi dan kebijakan.
5. Pemerintah dan semua pihak terkait bertanggungjaab atas ketersediaan M yang dapat
menunjang pen%apaian sasaran.
.= P(K(K!P(K(K - )-K+!)-K+ KB&K-
 a. Pembiayaan (bat
)angkah kebijakan <
1. Penetapan target pembiayaan obat sektor publik se%ara nasional
2. epartemen Kesehatan mengembangkan mekanisme pemantauan pembiayaan obat sektor
 publik di daerah.
=. Pemerintah menyediakan anggaran obat untuk program kesehatan nasional. edangkan untuk
masyarakat yang dikategorikan mampu dapat berkontribusi.
C. Pemerintah Pusat menyediakan dana buffer stok nasional untuk kepentingan penanggulangan
 ben%ana, dan memenuhi kekurangan obat di kabup aten*kota.
5. esuai dengan peraturan perundang ! undangan yang berlaku, pemerintah daerah menyediakan
anggaran obat yang dialokasikan dari ana lokasi 'mum "'#, khususnya untuk pelayanan
kesehatan strata pertama. Mengingat obat sangat penting artinya bagi kesejahteraan masyarakat,
maka perlu alokasi anggaran yang %ukup.
6. esuai dengan 'ndang!'ndang -o C0 tahun 200C tentan &- "istem &aminan osial
 -asional#, skema &PKM dan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan lainnya harus
menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna termasuk obat.
:. iaya yang mungkin dikenakan kepada pasien di pelayanan, khususnya Puskesmas, semata!
mata merupakan alat Hserta bayarI "%o!payment# dan tidak ditujukan sebagai sumber
 penghasilan.
G. 'ntuk menghadapi keadaan darurat, maka pemerintah harus mengutamakan penggunaan obat
dalam negeri. antuan dari -egara donor sifatnya hanya supplemen. Mekanisme obat bantuan
harus mengikuti kaidah internasional maupun ketentuan dalam negeri.
8. Pemerintah perlu melakukan kebijakan penetapan harga obat untuk menjamin keajaran harga
obat.

 b. Ketersediaan (bat


)angkah Kebijakan <
1. Memberikan insentif untuk produksi dalam negeri tanpa menyimpangdari dan dengan
memanfaatkan peluang yang ada dalam perjanjian >/(.
2. Menunjang ekspor obat untuk men%apai skala produksi yang lebih ekonomis untuk
menunjang perkembangan ekonomi nasional. erkenaan dengan itu otoritas regulasi obat
mengupayakan pengakuan internasional atas sertifikasi nasional serta memberikan fasilitasi
sertifikasi internasional pabrik farmasi.
=. Peningkatan kerjasama regional, baik sektor publik maupun sektor sasta, dalam rangka
 perdagangan obat internasional untuk pengembangan produksi dalam negeri.
C. Peningkatan efisiensi dan efekti$itas distribusi obat melalui regulasi yang tepat.
5. Peningkatan pelayanan kefarmasian melalui peningkatan profesionalisme tenaga farmasi
sesuai dengan stLndar pelayanan yang berlaku.
6. Pemberian insentif untuk pelayanan obat di daerah terpen%il.
:. Peningkatan peran serta penge%er obat terutama di daerah terpen%il untuk penyebaran
 pelayanan obat bebas se%ara baik.
G. Ketersediaan obat sektor publik<
a. Pembentukan Bnstalasi armasi di Propinsi dan Kabupaten*Kota Pemekaran serta 7e$italisasi
Bnstalasi armasi Kabupaten*Kota "BK# yang sudah ada sebagai 'nit Pengelola (bat dengan
memanfaatkan sistem informasi pengelolaan obat yang efisien dan efektif.
 b. Penerapan prinsip efisiensi dalam pengadaan obat, dengan mengikuti (-, serta dengan
 pemusatan pengadaan obat di daerah pada tingkat kabupaten*kota.
%. Penerapan pengelolaan obat yang baik di BK.
d. Penerapan prinsip transparansi dalam pengadaan obat sektor publik serta pemisahan fungsi
dan tanggung jaab seleksi, kuantifikasi, spesifikasi produk, pra!kualifikasi pemasok, dan
 pelaksanaan tender.
e. Memberikan kesempatan kepada industri dalam negeri apabaila diperlukan memanfaatkan
skema %ompulsary li%ense, go$ernment use, pararel impor untuk memenuhi keperluan obat
disektor publik
8. Ketersediaan obat dalam keadaan darurat
a. Pengorganisasian suplai obat dalam keadaan darurat sesuai ketentuan yang berlaku..
 b. epartemen Kesehatan menyusun pedoman pengadaan obat untuk kead aan darurat yang
ditinjau kembali se%ara berkala.
%. Pengadaan obat untuk keadaan darurat mengikuti pedoman epartemen Kesehatan dan
 pemerintah mengambil langkah  langkah untuk menjamin ketepatan jumlah, jenis, mutu dan
aktu penyerahan obat.
d. 'ntuk menghadapi keadaan darurat , maka pemerintah harus mengutamakan obat produksi
dalam negeri. antuan dari -egara donor sifatnya hanya sisipan "supplemen#. Mekanisme obat
 bantuan harus mengikuti kaidah internasional maupun ketentuan dalam negeri.
10. Pemerintah mengembangkan mekanisme pemantauan ketersediaan obat esensial dan
mengambil langkah!langkah penyediaannya.
11.Pemerintah perlu melakukan kebijakan penetapan harga obat untuk menjamin ketersedian
obat.
12.'ntuk mengatasi masalah penyakit tertentu yangg memerlukan (rphan rug, maka
 pemerintah dapat menggunakan pe%ial %%ess %heme.
%. Keterjangkauan
)angkah Kebijakan <
1. Peningkatan penerapan Konsep (bat sensialsensial dan Program (bat enerik<
enerik<
a. osialisasi Konsep (bat sensial dalam pelayanan kesehatan baik sektor publik maupun
sasta.
 b. Menerapkan (- dalam seluruh sarana pelayanan kesehatan.
%. e%ara konsisten
konsisten memasyarakatkan obat generik.
d. (- merupakan bagian dari kurikulum dalam pendidikan dan pelatihan tenaga profesi
kesehatan.
e. Peningkatan Program (bat enerik dengan pengendalian mutu dan harga dengan
memanfaatkan informasi harga obat internasional.
f. Mengi;inkan pelaksanaan registrasi obat generik yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan
kesehatan sebelum hak paten obat yang bersangkutan kadaluarsa.
g. Pemberian insentif kepada apotek dalam pelayanan obat esensial dan obat generik.
2. Pemerintah melaksanakan e$aluasi harga se%ara periodik dengan membandingkan dengan
harga referensi internasional mengikuti metoda standar internasional yang terkini untuk<
a. Membandingkan harga dengan harga di negara lain dalam rangka mengambil langkah
kebijakan yang tepat mengenai harga obatJ
 b. Membandingkan keterjangkauan obat oleh masyarakat di berbagai daerah "baik perkotaan
maupun pedesaan#, dan di sarana pelayanan berbagai sektor "baik di sektor publik, sektor sasta
maupun sektor sasta nirlaba# dalam rangka mengambil keb ijakan yang tepatJ
%. Menilai dampak kebijakan yang telah dilaksanakan
dilaksanakan mengenai harga obat.
=. Pemanfaatan studi
studi farmako
farmako ! ekonomik diunit pelayanan kesehatan se%ara terintegrasi
terintegrasi untuk
meningkatkan efisiensi.
C. Pengendalian harga jual pabrik<
a. Pemerintah melakukan perbandingan harga obat yang masih dilindungi hak paten pemerintah
melaksanakan lisensi ajib sesuai dengan 'ndang!undang -o 1C /ahun 2001 tentang Paten.
engan harga di negara lain dengan menga%u pada hasil pengukuran harga obat bila perlu.
 b. +arga obat me!too "kopi# tidak boleh lebih mahal dari harga obat paten yang bersangkutan.
5. Pemerintah mengembangkan sistem informasi harga obat bagi masyarakat.
6. Pemerintah mengembangkan sistem sistem pengadaan obat sektor publik dengan menerapkan
 prinsip pengadaan dalam jumlah besar atau pengadaan terpusat.
:. Penghapusan pajak dan bea masuk untuk obat esensial
G. Pemerintah perlu melakukan kebijakan penetapan harga harga obat untuk menjamin
keterjangkauan harga obat.
d. eleksi (bat sensial
)angkah Kebijakan <
1. Pembentukan komite nasional untuk pemilihan obat esensial.
2. Pemilihan obat esensial
esensial harus terkait dengan pedoman terapi atau standar pengobatan yang
didasarkan pada bukti ilmiah terkini.
=. eleksi obat esensial dilakukan melalui penelaahan ilmiah yang mendalam dan pengambilan
keputusan yang transparan dengan melibatkan para ahli dalam bidang obat dan kedokteran,
 berbagai strata sarana pelayanan kesehatan 'KM dan 'KP dan lembaga pendidikan tenaga
 profesi kesehatan.
C. 7e$isi (- dilakukan se%ara periodik p aling tidak setiap = ! C tahun dengan melalui proses
 pengambilan keputusan yang sama.
5. Penyebarluasan (- dan setiap re$isi (- kepada sarana pelayanan kesehatan sampai
daerah yang terpen%il, pendidik tenaga profesi kesehatan, pelayan kesehatan, mahasisa
kesehatan, baik dalam bentuk ter%etak maupun elektronik.
6. Pengintegrasian Konsep (bat sensial dalam pendidikan formal, pendidikan berkelanjutan
maupun pelatihan tenaga profesi kesehatan.
e. Penggunaan (bat 4ang 7asional
)angkah Kebijakan <
1. Pembentukan komite nasional multidisiplin untuk mengkoordinasi langkah kebijakan
 penggunaan obat.
2. Penyusunan pedoman terapi
terapi standar berdasarkan bukti ilmiah terkini yang di re$isi se%ara
 berkala.
=. (- sebagai a%uan pemilihan obat.
C. Pemberdayaan Komite armasi dan /erapi /erapi di rumah sakit.
5. Pembelajaran farmakoterapi berbasis masalah dalam kurikulum 1 tenaga profesi kesehatan.
6. Pendidikan berkelanjutan sebagai persyaratan i;in menjalankan kegiatan profesi.
:. Pengaasan, audit dan umpan balik dalam penggunaan obat.
G. Penyediaan informasi obat yang jujur dan benar.
benar.
8. Pendidikan dan pemberdayaan masyarakat untuk untuk menggunakan obat se%ara tepat dan benar.
10.)angkah regulasi dan penerapannya untuk menghindarkan insentif pada penggunaan dan
 penulisan resep obat tertentu.
11.7egulasi untuk menunjang penerapan berbagai langkah kebijakan penggunaan obat se%ara
rasional.
12. lokasi anggaran pemerintah yang memadai untuk memastikan ketersediaan obat esensial
serta untuk pelatihan tenaga profesi kesehatan.
f. 7egulasi (bat
)angkah Kebijakan <
1. 7egulasi obat dilaksanakan se%ara transparan
transparan dan independen.
independen.
2. Perkuatan fungsi pengaasan obat sebagai satu kesatuan yang menyeluruh terdiri
terdiri dari<
a. Pendaftaran obat nasionalJ
 b. Peri;inan sarana produksi dan distribusiJ
%. Bnspeksi sarana produksi dan sarana distribusi
distribusi obatJ
d. kses laboratorium pemeriksaan
pemeriksaan mutuJ
e. Pelulusan uji oleh regulator yang kompetenJ
f. ur$eilans pas%a pemasaranJ
g. (torisasi uji klinik.
=. Peningkatan sarana dan prasarana regulasi obat, serta pemenuhan kebutuhan sumber daya
manusia yang memadai.
C. Pemantapan usaha impor, produksi, distribusi,
distribusi, dan pelayanan obat.
5. Peningkatan kerjasama regional maupun internasional meliputimeliputi standar mutu, standar proses,
proses,
dan pengembangan sarana jaminan mutu "uality assuran%e# obat.
6. Pengembangan tenaga baik dalam jumlah dan mutu sesuai dengan stLndar kompentesi.
:. Pengakuan internasional terhadap sertifikasi nasional obat, sarana produksi obat, dan tenaga
 profesional di bidang obat.
G. Peningkatan inspeksi jalur distribusi
distribusi yang ditunjang prosedur operasi standar, dilaksanakan
oleh tenaga inspektur
inspektur terlatih
terlatih dengan jumlah memadai, serta dilengkapi peralatan
peralatan yang
yang lengkap
"antara lain untuk tes obat sederhana#.
8. Pembentukan Pusat Bnformasi (bat di pelayanan kesehatan dan inas Kesehatan untuk
intensifikasi penyebaran informasi obat.
10. Peningkatan kerjasama
kerjasama dengan instansi
instansi terkait dalam penegakan hukum se%ara
se%ara konsisten.
konsisten.
11. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan peran serta masyarakat untuk berperan dalam
kontrol sosial menghadapi obat palsu dan obat tidak terdaftar melalui berbagai jalur komunikasi
dan berbagai media.
12. Pengembangan sistem nasional farmako$ijilan sebagai pengembangan dari Monitoring
fek amping (bat -asional "M( -asional#.
1=. Mengembangkan peraturan perundang!undangan yang mengatur Promosi obat dengan
mengadopsi Hthi%al ?riteria for Medi%inal PromotionI dari >+( untuk merespons promosi
obat non!etis.
g. Penelitian an Pengembangan
)angkah Kebijakan<
1. Pengembangan, dan modifikasi indikator penerapan K(-.
2. Pengembangan model pengelolaan terutama obat esensial di daerah terpen%il, daerah
 perbatasan, daerah raan ben%ana, daerah tertinggal, guna menunjang ketersediaan, pemerataan
dan keterjangkauan
=. Penelitian operasional untuk e$aluasi
e$aluasi penerapan K(-
K(- se%ara
se%ara berkala
berkala sesuai
sesuai dengan
 pedoman >+( untuk dapat melakukan penilaian kemajuan penerapannya.
C. Pengembangan obat baru untuk penyakit baru "emerging#, mun%ul!kembali "re!emerging#,
obat yang se%ara ekonomis tidak menguntungkan namun sangat diperlukan "orphan drugs#.
5. Pengembangan dan re$italisasi istem Bnformasi (bat di Bnstalasi armasi Kabupaten*Kota
"BK# untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan khususnya obat esensial.
6. Pengembangan dan e$aluasi sistem monitoring
monitoring keamanan penggunaan obat.
:. Kajian atas efektifitas sistem sampling pada uji petik pengujian obat di pasaran.
G. Penelitian dan pengembangan penggunaan obat rasional mulai dari identifikasi masalah,
 besarnya masalah, memilih strategi peningkatan penggunaan obat yang rasional
8. Penerbitan dan re$isi pedoman %ara uji klinis yang baik untuk berbagai kelas terapi obat.
h. Pengembangan umber aya Manusia
)angkah kebijakan <
1. Melakukan pemetaan kebutuhan tenaga farmasi di bidang obat.
2. Penyediaan tenaga farmasi sesuai dengan kebutuhan di setiap jenjang pelayanan kesehatan.
=. K(- merupakan bagian dari kurikulum pendidikan dan pelatihan tenaga profesi
kesehatan.
C. Penerapan K(- pada pendidikan berkelanjutan oleh organisasi profesi kesehatan.
5. Penyelenggaraan pelatihan kerja "in!job training# untuk menunjang pengaasan obat ,
 penggunaan obat yang rasional serta pengelolaan obat esensial se%ara efektif dan efisien.
6. Kerjasama regional dan internasional untuk pengembangan M a.l. kerjasama dengan
organisasi internasional dan dengan negara donor.
i. Pemantauan an $aluasi
)angkah Kebijakan <
1. Pemantauan dilakukan se%ara berkala dan e$aluasi dilakukan oleh suatu komite nasional yang
melibatkan instansi terkait.
2. )ingkup pemantauan dan e$aluasi meliputi antara lain prioritas penerapan, kapasitas,
 pelaksanaan dan kemajuan pen%apaian tujuan.
=. Pemantauan dapat dilakukan dengan penetapan daerah sampel.
C. Pelaksanaan pemantauan mengikuti pedoman >+( dan bekerjasama dengan >+( untuk
memungkinkan membandingkan hasilnya dengan negara lain.
5. Pemanfaatan hasil pemantauan dan e$aluasi untuk<
a. /indak lanjut berupa penyesuaian kebijakan, baik penyesuaian opsi kebijakan maupun
 penetapan prioritas.
 b. -egosiasi dengan instansi dan badan terkait.
%. ahan pembahasan dengan berbagai badan internasional maupun donor luar negeri.

. asta
/ata -iaga (bat di 7.asta
da 5 hal yang baru dalam pola baru manajemen bisnis obat di rumah sakit sasta<
1. tandarisasi obat yang mengharuskan pihak farmasi membayar per produk dan keajiban
donasi obat.
tandarisasi obat atau ormarium pada aalnya adalah untuk mengatur peredaran obat dengan
memberikan kebebasan farmasi untuk mempromosikan produk ke komite medik mengenai
keunggulan obat agar masuk dalam komposisi obat formarium rumah sakit yaitu tiga jenis obat<
satu obat original, dua produk me too dan satu obat generik.
+al yang menonjol adalah sedikitnya penggunaan obat generik yang masuk standart,
kemungkinan harga obat generik belum memenuhi skala ekonomis bagi rumah sakit sasta
 padahal termasuk obat esensial yang harus ada di setiap layanan kesehatan, sebagai gantinya
rumah sakit mengganti obat sejenis yang bermerek yang harganya mahal. engan keharusan
membayar setiap obat bermerek maka men%iptakan suatu pasar oligopoli karena mengedepankan
farmasi yang bisa melakukan hal ini , padahal hampir semua prinsipal farmasi terbentur kode
etik global yang mengharamkan %ara ini.
2.istem Pembelian roup
Pemberian diskon oleh pihak farmasi biasanya berdasarkan kuantitas unit pembelian di sebuah
rumah sakit.semua rumah sakit yang menjadi group mendapat harga yang sama artinya diskon
akan sama semua alaupun masing!masing group nilai pembeliannya berbeda!beda.
istim yang sangat menguntungkan karena berpatokan kepada diskon terbesar yang didapati oleh
salah satu rumah sakit group yang pembelian besar. istim yang sangat menguntungkan karena
 berpatokan kepada diskon terbesar yang didapati oleh salah satu rumah sakit group yang
 pembelian besar.
=.istem pembelian obat dengan Konsinyasi
eberapa rumah sakit bahkan rumah sakit pemerintahpun sudah menerapkan sistim ini.
 pembelian konsinyasi ke distributor dengan jangka aktu pembayaran 60 hari dan setelah obat
laku maka akan diproses pembayaran, jika tidak laku berhak meretur obat . &ika distributor
 berberatan dengan konsinyasi, jangan harap prinsipal farmasi dapat mengembangkan pasarnya.
C.Kerjasama dengan Prinsipal farmasi dalam bentuk Kontrak obat dengan memberikan Had$an%e
dis%ountI ke 7umah akit selama periode tertentu.
+ampir semua rumah sakit sasta sudah menjalankan Hkontrak dis%ount dibayar dimukaI ini,
setiap pabrikan akan dipanggil oleh manajemen rumah sakit untuk melakukan kontrak obat
selama satu tahun dengan membayar uang dis%ount di muka. Menurut sumber dari beberapa
rumah sakit terkemuka, system ad$an%e dis%ount ini sebuah rumah sakit besar dapat
menghimpun dana rata!rata minimal 1.5 milyar pertahun dari kontrak obat.
5.7esep obat dari dokter raat jalan terintegrasi langsung di armasi 7umah akit
iasanya jika berobat di rumah sakit, pasien akan mendapat resep yang bebas ditebus apakah di
rumah sakit tersebut atau di apotik dekat rumah pasien. istim ini sudah dijalankan beberapa 7
asta, dokter akan meresepkan obat dengan memberikan resep yang hanya bisa diba%a dengan
HkodeI oleh pihak rumah sakit saja, ada pula yang memberikan kartu setelah berobat untuk
mengambil obat di farmasi 7. tujuan utama memang mengkandangkan resep agar tidak keluar
ke apotik disekitar, sungguh ironi bagi apotik!apotik yang akan mengalami sepi resep pasien.
3)4 "3')B/4!&'/ )B 47# adalah penghitungan untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas hidup pasien dengan adanya inter$ensi dari health%areT ia adalah hasil aritmetik 
dari harapan hidup dan pengukuran kualitas hidup yang tersisa. "di sisa kehidupannya, gimana
kualitas hidupnya#.
3aly menentukan seberapa kualitas hidupnya pada kondisi tak lagi sehat "hee, gimana sih
 bahasanya. Bntinya, sebagaimana sih nilai kualitas hidupnya setelah dia sakit#. Kalau sehat,
nilainya 1 kalau meninggal nilainya 0. -amun, ada juga kondisi di mana sebenarnya meninggal
adalah lebih baik bagi dia dari pada ngerasain sakit. Bni nilainya udah minus. )eat dari nol.

3)4s menyediakan mata uang yang umum untuk menilai benefit yang diperoleh dari
inter$ensi yang ber$ariasi pada kualitas kehidupan p asien dan sur$i$enya si pasien. Ketika
dikombinasikan dengan biaya yang disediakan untuk inter$ensi, mengasilkan %ost utility rasio,
yang mana ini meng!indikasikan biaya tambahan yang diperlukan untuk meningkatkan jumlah
tahun kehidupan dengan kesehatan dan kualitas yang baik "1 3)4#.
Perbandingan dapat dibuat antara inter$ensi dan prioritas bisa dibangun berdasarkan inter$ensi
ini yang mana yang relati$e nda mahal "lo %ost per 3)4# dan yang relati$e mahal "high %ost
 per 3)4#.
3)4 masih jauh dari sempurna sebagai suatu pengukuran aout%ome, dengan sejumlah
kekurangan di segi teknik dan metodologi. Meskipun begitu, penggunaan 3)4 ini pada
keputusan sumber alokasi mengartikan baha pilihan bersaing antara kelompok pasien untuk
medi%al %are dibuat se%ara jelas dan komisioner diberi pengertian tentang benefit yang mungk in
 pada teknologi dan terapi yang baru.

/rus, sebenarnya konsep apa sih yang ada di belakang 3)4 ituF
(ut%ome dari 3)4 itu sendiri terdiri dari 2 komponen dasar < kualitas dan kuantitas hidupU i
3)4 ini akan men%akupi dan melingkupi kedua hal tersebut. an kemudian hasil aritmatika
dari harapan hidup dan mengukur kualitas hidup yang tersisa. Kalo menurut si -B? "-ational
Bnstitute for +ealth and ?lini%al
A%ellen%e#, 3)4 itu adalah mengukur panjangnya ketahanan hidup seseorang dengan kualitas
kesehatan kehidupannya. 3)4 merupakan suatu %ommon %urren%y uantuk mengukur seberapa
tingkat kesehatan yang diperoleh yang dihasilkan oleh inter$ensi health%are dan apabila
dikombinasikan dengan biaya yang berkaitan dengan inter$ensi tersebut bisa digunakan untuk
menilai manfaat relati$e dari segi prespektif ekonomi.

3uantitas hidup, dapat dilihat dari seberapa lama seseorang bisa sur$i$e atau seberapa lama
harapan hidup seseorang masih jadi pengukuran tradisional yang dapat diterima se%ara luas dan
memiliki beberapa masalah perbandingan antara seseorang hidup apa tidak.

Kualitas hidup melingkupi rentang atau sisi yang berbeda dari kehidupan seseorang, tidak hanya
status kesehatan mereka saja. Kejadiannya terbatas pada fo%us kualitas kehidupan yang berkaitan
dengan kesehatan yang menyebabkan sejumlah dimensi yang berkaitan dengan fisik dan
kapasitas mental. ejumlah pendekatan telah digunakan untuk meningkatkan nilai kualitas hidup
ini "'tilitas kesehatan#. ebagai %ontoh standard gamble, time trade!off dan penggun aan rating
s%ale. 'tilitas itu mnaghasilkan perakilan nilai yang dikaitkan dengan masing!masing kondisi
kesehatan. -ilainya antara 0 dan 1. &adi, ada nilai!nilai tertentu dalam mengukur kualitas hidup
 pasien. isa menggunakan rating skala tertentu yang kemudian kita dapatkan nilainya.

erikut ini pembahasan formula mengenai 3)4 yang aku adopsi dari H>hat  3)4I yang
ditulis oleh ?eri Phillips.
7MK(K(-(MB K')B/ +B'P

. P-+')'-

Kesehatan adalah Vin$estasiV yang mengandung arti baha sehat merupakan modal agar dapat
hidup produktif, bahagia dan sejahtera. Melalui manajemen kesehatan yang baik, maka dengan
kondisi seseorang yang sehat akan meningkatkan produktifitas kerja, meningkatkan pendapatan
dan tingkat pendidikan, menurunkan angka kematian dan akhirnya menurunkan kemiskinan.
ebaliknya bila seseorang sakit, produktifitas menjadi rendah, penghasilan berkurang,
 pengeluaran bertambah, status gi;i memburuk, pertumbuhan dan perkembangan terganggu,
kemampuan intelektual berkurang serta berbagai ikutannya yang dapat menimbulkan kemiskinan
dan mengan%am kualitas hidup manusia Bndonesia.

Bndeks Kualitas +idup ")3B# adalah sebuah senyaa indikator sosial dari kesejahteraan
manusia yang men%erminkan kehidupan panjang diharapkan dalam kesehatan yang baik dan
 peningkatan kualitas hidup melalui akses ke pendapatan. Bndeks Kualitas +idup menggabungkan
dua indikator sosial utama< sehat dengan harapan hidup saat lahir. Bstilah kualitas hidup
digunakan untuk menge$aluasi kesejahteraan umum indi$idu dan masyarakat. Memahami
kualitas hidup diakui semakin penting dalam kesehatan, di mana hubungan antara biaya dan nilai
menimbulkan masalah kompleks. ebagai %ontoh, penyedia layanan kesehatan harus membuat
keputusan ekonomi, salahsatunya tentang penggunaan obat!obatan.

(bat sebagai salah satu unsur yang penting dalam upaya kesehatan, mulai dari upaya
 peningkatan kesehatan, pen%egahan, diagnosis, pengobatan dan pemulihan harus diusahakan agar 
selalu tersedia pada saat dibutuhkan. isamping merupakan unsur yang penting dalam upaya
kesehatan, obat sebagai produk dari industri farmasi dengan sendirinya tidak lepas dari aspek
ekonomi dan teknologi.
iaya pelayanan kesehatan, khususnya biaya obat, telah meningkat tajam beberapa dekade
terakhir, dan ke%enderungan ini tampaknya akan terus berlanjut. +al ini antara lain disebabkan
 populasi pasien usia lanjut yang semakin banyak dengan konsekuensi meningkatnya penggunaan
obat, adanya obat!obat baru yang lebih mahal, dan perubahan pola pengobatan. i sisi lain,
sumber daya yang dapat digunakan terbatas, sehingga harus di%ari %ara agar pelayanan kesehatan
menjadi lebih efisien dan ekonomis. /ersedianya berbagai ma%am obat memberikan dampak
 positif. /etapi, semakin banyak jumlah obat yang tersedia, akan menimbulkan berbagai
 permasalahan. imulai dari semakin banyak nama serta bentuk sediaan obat yang harus
diketahui dokter sehingga ke%enderungan bagi dokter untuk menuliskan resep yang salah
semakin besar, hingga permasalahan mengenai manakah obat yang terbaik yang dapat diberikan
 pada pasien.
Maka dari aspek inilah kemudian ilmu farmakoekonomi semakin berkembang pada tahun!tahun
terakhir. imana pada ilmu farmakoekonomi, akan dibahas tentang %ost dan pri%e dari suatu
regimen terapi dengan juga menimbang efek yang ditimbulkan dari masing!masing obat.
. 7MK(K(-(MB
armakoekonomi "pharma%oe%onomi%s# adalah suatu metoda baru untuk mendapatkan
 pengobatan dengan biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin tetapi efektif dalam meraat
 penderita untuk mendapatkan hasil klinik yang baik "%ost effe%ti$e ith best %lini%al out%ome#.
iaya yang dimaksud efisien dan serendah mungkin maksudnya ialah biaya yang dibutuhkan
semenjak pasien mulai menerima terapi sampai pasien sembuh "%ost# dan bukan hanya dilihat
dari biaya per item obat yang dikonsumsi pasien "pri%e#. tau dengan kata lain, metoda ini tidak
hanya berhubungan dengan upaya mendapatkan biaya obat yang murah, tetapi juga berhubungan
dengan efisiensi obat, efisiensi peralatan, penyediaan dan monitoring obat ataupun proses yang
 berhubungan dengan pemberian obat!obatan.
armakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan
dengan pengunaan obat dalam peraatan kesehatan. nalisis farmakoekonomi menggambarkan
dan menganalisa biaya obat untuk sistem peraatan kesehatan. tudi farmakoekonomi diran%ang
untuk menjamin baha bahan!bahan peraatan kesehatan digunakan paling efisien dan
ekonomis.
/ujuan dari farmakoekonomi diantaranya membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan
 pada kondisi yang sama selain itu juga dapat membandingkan pengobatan "treatment# yang
 berbeda untuk kondisi yang berbeda#. dapun prinsip farmakoekonomi sebagai berikut yaitu
menetapkan masalah, identifikasi alternatif inter$ensi, menentukan hubungan antara in%ome dan
out%ome sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat, identifikasi dan mengukur out%ome dari
alternatif inter$ensi, menilai biaya dan efekti$itas, dan langkah terakhir ada lah interpretasi dan
 pengambilan kesimpulan.
?. /7MB-()(B - M/( )M 7MK(K(-(MB
alam bidang farmakoekonomi terdapat beberapa terminologi yang penting untuk kita ketahui
antara lain biaya "%ost# dan harga "pri%e#. iaya "?ost# adalah biaya yang dibutuhkan semenjak
 pasien mulai menerima terapi sampai pasien sembuh. edangkan harga "Pri%e# yaitu biaya per
item obat yang dikonsumsi pasien.
edangkan e$aluasi dalam farmakoekonomi meliputi ?ost!Minimi;ation nalysis "?M#, ?ost!
ffe%ti$eness nalysis "?#, ?ost!enefit nalysis "?#, dan ?ost!'tility nalysis "?'#.
1. ?ost!Minimi;ation nalysis
Metode ?ost!minimi;ation analysis "?M# membandingkan biaya total penggunaan 2 atau lebih
obat yang khasiat dan efek samping obatnya sama "ekui$alen#. Karena obat!obat yang
dibandingkan memberikan hasil yang sama, maka ?M memfokuskan pada penentuan obat
mana yang biaya per!harinya paling rendah. ?ontoh dari analisis %ost!minimi;ation adalah terapi
dengan antibiotika generik dengan paten, out%ome klinik "efek samping dan efikasi sama#, yang
 berbeda adalah onset dan durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per
harinya lebih murah.
2. ?ost!enefit nalysis
nalisis ?ost!enefit adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan man faat suatu inter$ensi
dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil peraatan kesehatan. /ipe
analisis ini sangat %o%ok untuk alokasi bahan!bahan jika keuntungan ditinjau dari perspektif
masyarakat. nalisis ini sangat bermanfaat pada kondisi antara manfaat dan biaya mudah
dikon$ersi ke dalam bentuk rupiah. Metode ?ost!enefit analysis "?# mengukur dan
membandingkan biaya penyelenggaraan 2 program kesehatan dimana out%ome dari kedua
 program tersebut berbeda "%ontoh< %ost!benefit dari program penggunaan $aksin dibandingkan
dengan program penggunaan obat antihiperlipidemia#. Pengukuran dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah episode penyakit yang dapat di%egah, kemudian dibandingkan dengan biaya
kalau program kesehatan dilakukan. Makin tinggi ratio benefit<%ost, maka program makin
menguntungkan. Metode ini juga digunakan untuk meneliti pengobatan tunggal. &ika rationya
lebih dari 1, maka pengobatan dianggap bermanfaat karena ini berarti manfaatnya lebih besar
dari biayanya. ? merupakan analisis yang paling komprehensif dan sulit untuk dilakukan.
=. ?ost!ffe%ti$eness nalysis
nalisis ?ost!ffe%ti$eness adalah tipe analisis yang membandingkan biaya suatu inter$ensi
dengan beberapa ukuran non!moneter, dimana pengaruhnya terhadap hasil peraatan kesehatan.
nalisis ?ost!ffe%ti$eness merupakan salah satu %ara untuk memilih dan menilai program yang
terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk
dipilih. Metode ini digunakan untuk membandingkan obat!obat yang pengukuran hasil terapinya
dapat dibandingkan. ebagai %ontoh, membandingkan dua obat yang digunakan untuk indikasi
yang sama tetapi biaya dan efektifitasnya berbeda. ? mengubah biaya dan efektifitas ke
dalam bentuk ratio. 7atio ini meliputi %ost per %ure "%ontoh< antibiotika# atau %ost per year of life
gained "%ontoh< obat yang digunakan pada serangan jantung#. Pada saat membandingkan dua
ma%am obat, biasanya digunakan pengukuran in%remental %ost!effe%ti$eness yang menunjukkan
 biaya tambahan "misalkan, per %ure atau per life sa$ed# akibat digunakannya suatu obat
ketimbang digunakannya obat lain. &ika biaya tambahan ini rendah, berarti obat tersebut baik
untuk dipilih, sebaliknya jika biaya tambahannya sangat tinggi maka obat tersebut tidak baik
untuk dipilih.
C. ?ost!'tility nalysis
nalisis ?ost!'tility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility!beban lama
hidupJ menghitung biaya per utilityJ mengukur ratio untuk membandingkan diantara beberapa
 program. nalisis %ost!utility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk pilihan setiap
indi$idu atau masyarakat. nalisis %ost!utility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk
 pilihan setiap indi$idu atau masyarakat. eperti analisis %ost!effe%ti$eness, %ost!utility analysis
membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan dengan
 peningkatan kesehatan yang diakibatkan peraatan kesehatan. alam %ost!utility analysis,
 peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas hidup "uality adjusted life
years, 3)4s# dan hasilnya ditunjukan dengan biaya per penyesuaian kualitas hidup.
Keuntungan dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup. Kekurangan
analisis ini bergantung pada penentuan 3)4s pada status tingkat kesehatan pasien ?ost utility
adalah bentuk dari analisa ekonomi yang digunakan untuk membimbing keputusan sebelum
tindakan penyembuhan. Metode ini dianggap sebagai subkelompok ? karena ?' juga
menggunakan ratio %ost!effe%ti$eness, tetapi menyesuaikannya dengan skor kualitas hidup.
iasanya diperlukan aan%ara dan meminta pasien untuk memberi skor tentang kualitas hidup
mereka.
. P)BKB +B) /'B 7MK(K(-(MB

Menurut )isa an%he;!seorang pakar farmakoekonomi dari merika serikat baha


farmakoekonomi dapat dimanfaatkan untuk menilai biaya !manfaat baik dari produk obat
maupun pelayanan kefarmasian.
Menurut 4ulia /risna dari Bnstalasi armasi 7'P ?iptomangunkusumo, farmakoekonomi tidak
hanya penting bagi para pembuat kebijakan di bidang kesehatan saja, tetapi juga bagi tenaga
kesehatan, industri farmasi, perusahaan asuransi dan bahkan pasien, dengan kebutuhan dan %ara
 pandang yang berbeda.
agi pembuat kebijakan, farmakoekonomi dapat dimanfaatkan untuk< memutuskan apakah
suatu obat layak dimasukkan ke dalam daftar obat yang disubsidi, memilih program pelayanan
kesehatan dan membuat kebijakan!kebijakan strategis lain yang terkait dengan pelayanan
kesehatan.
i tingkat rumah sakit, data farmakoekonomi dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah
suatu obat bisa dimasukkan ke dalam formularium rumah sakit, atau sebaliknya, suatu obat harus
dihapus dari formularium rumah sakit karena tidak %ost!effe%ti$e dibandingkan obat lain. elain
itu juga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun pedoman terapi, obat mana yang akan
digunakan sebagai obat lini pertama dan lini berikutnya.
agi tenaga kesehatan, farmakoekonomi berperan untuk membantu pengambilan keputusan
klinik dalam penggunaan obat yang rasional, karena penggunaan obat yang rasional tidak hanya
mempertimbangkan dimensi aman!berkhasiat!bermutu saja, tetapi juga harus
mempertimbangkan nilai ekonominya. edangkan industri farmasi berkepentingan dengan hasil
studi farmakoekonomi untuk berbagai hal, antara lain< penelitian dan pengembangan obat,
 penetapan harga, promosi dan strategi pemasaran.
poteker dengan pengetahuannya yang mendalam tentang obat, selayaknya memiliki
 pengetahuan pula tentang prinsip!prinsip farmakoekonomi, dan akan lebih baik lagi jika
mempunyai keterampilan yang memadai dalam menge$aluasi hasil studi farmakoekonomi.
iapapun dan dimanapun orang*pimpinan organisasi profesi berbi%ara dalam masalah
kefarmasian, intinya tidak lain adalah pelaksanaan HPharma%euti%al ?areI "P?#. Pharma%euti%al
?are adalah tanggungjaab farmako!terapi dari seorang farmasis untuk men%apai dampak
tertentu dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. anyak sekali penelitian yang menunjukkan
 baha peran farmasis dengan aplikasi Pharma%euti%al %are dan farmakoekonomi dapat
membantu meningkatkan pen%apaian out%ome terapi yang maksimal dengan biaya yang
seminimal mungkin dalam sistem kesehatan. ketika farmasis dilibatkan se%ara aktif dalam
 pelayanan kesehatan terhadap pasien se%ara langsung dan dalam program penggunaan o bat,
 beberapa manfaat dapat dihasilkan dalam sistem pelayanan kesehatan, antara lain< menurunkan
 jumlah pasien raat inap, menurunkan )ama 7aat di 7umah akir "length of stay#,
menurunkan intensitas $isitasi dokter atau klinisi, menurunkan iaya (bat.

. Manfaat dan Kekurangan armakoekonomi alam Meningkatkan Kualitas +idup


Manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan farmakoekonomi antara lain<
1. Memberikan pelayanan maksimal dengan biaya yang terjangkau.
+al ini memberikan manfaat, yaitu terdapat banyak pilihan obat yang dapat diberikan untuk
tindakan terapi bagi pasien. -amun, banyaknya pilihan terapi ini tidak akan bermanfaat apabila
ternyata pasien tidak sanggup membeli karena harganya yang mahal. (leh karena itu,
 pertimbangan farmakoekonomi dalam menentukan terapi yang akan diberikan kepada pasien
sangat diperlukan, misalnya dengan penggunaan obat generik.
2. ngka kesembuhan meningkat. ngka kesehatan meningkat dan angka kematian menurun.
/erapi yang diberikan oleh dokter akan berhasil apabila pasien patuh terhadap pengobatan
 penyakitnya. Kepatuhan ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Misalnya saja harga
obat yang diresepkan oleh dokter terlalu mahal maka pasien tidak akan sanggup membeli dan
tentu saja tidak dapat mengkonsumsi obatnya. an sebaliknya apabila harga obat terjangkau,
maka pasien dapat mengkonsumsi obatnya dan mengalami kesembuhan. elain itu ketepatan
dokter dalam memilih terapi yang tepat untuk penyakit pasien atau berdasarkan $idense ased
Medi%ine juga berpengaruh.
=. Menghindari tuntutan dar pihak pasien dan asuransi terhadap dokter dan rumah sakit karena
 pengobatan yang mahal.
pabila dokter telah memberikan obat!obat generik dengan harga yang murah dengan syarat
memang tepat indikasi untuk penyakit pasien, dan rumah sakit selalu menyediakannya, maka
dokter dan rumah sakit akan terhindar dari tuntutan pasien dan pihak asuransi atas biaya
 pengobatan yang mahal.
edangkan kekurangan atau kendala yang mungkin dihadapi dalam penerapan farmakoekonomi
antara lain<
1. 'ntuk mendapatkan manfaat dari farmakoekonomi se%ara maksimal maka diperlukan
edukasi yang baik bagi praktisi medik termasuk dokter maupun masyarakat. okter harus
memperdalam ilmu farmakologi dan memberikan obat berdasarkan $iden%e ased Medi%ine
dari penyakit pasien. Pendidikan masyarakat tentang kesehatan harus ditingkatkan melalui
 pendidikan formal maupun informal, dan menghilangkan pandangan masyarakat baha obat
yang mahal itu pasti bagus. +al ini belum tentu karena obat yang rasional adalah obat yang
murah tapi tepat untuk penyakitnya.
2. iperlukan peran pemerintah membuat regulasi obat!obat generik yang bermutu untuk
digunakan alam pelayanan kesehatan baik tingkat pusat sampai ke%amatan dan desa. Karena
dalam banyak kasus, obat!obat non generik yang harganya jauh lebih mahal terpaksa diberikan
karena tidak ada pilihan obat lain bagi pasien.
=. /idak selamanya ke empat e$aluasi farmakoeonomi yang meliputi ?ost!Minimi;ation
nalysis "?M#, ?ost!ffe%ti$eness nalysis "?#, ?ost!enefit nalysis "?#, dan ?ost!
'tility nalysis "?'# dapat berjalan bersamaan.

. KBMP')-
armakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya dan
hasil*konsekuensi dari suatu pengobatan. /ujuan farmakoekonomi adalah untuk memberikan
informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas
alternatif!alternatif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan
ekonomis.
Peranan armasis mengaplikasikan Pharma%euti%al %are dan armakoekonomi, akan dapat
menurunkan biaya pelayanan kesehatan se%ara keseluruhan dengan berfokus pada penggunaan
obat yang optimal, menghindari atau meminimalisir masalah yang terkait dengan penggunaan
obat "rug 7elated problems*7P@s#, dan pen%apaian out%ome yang diinginkan pasien yaitu
meningkatnya kualitas hidup.

/7 P'/K

ogenberg 7., 2001, Bntrodu%tion to pplied Pharma%oe%onomi%s, M%ra!+ill, '


an%he; )., 1888, pplied pharma%oe%onomi%s< $aluation and use of

Anda mungkin juga menyukai