Anda di halaman 1dari 9

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No.

2, November 2020 35

PENERAPAN PERSONAL HIGIENE PENJAMAH MAKANAN DI


SALAH SATU KATERING
DI KOTA BANDUNG

Iis Sari Nurhayati¹, Elis Endang Nikmawati², Tati Setiawati³

Program Studi Pendidikan Tata Boga, Departemen Pendidikan


Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,
Universitas Pendididkan Indonesia

Abstrak: Mengolah makanan memerlukan pengolahan yang baik dan benar agar makanan yang di
konsumsi baik bagi tubuh dan tidak menimbulkan penyakit. Ditengah pandemik COVID-19 perlu
adanya peningkatan mengenai penerapan personal hygiene, khususnya untuk pengelola pangan di
industri katering. Penjamah makanan perlu menerapkan persyaratan tenaga pengolahan makanan serta
menjaga kesehatan dan kebersihan dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai penerapan perilaku dan sikap personal hygiene penjamah makanan di salah satu katering di
Kota Bandung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan kuisioner. Subjek dalam penelitian ini yaitu
penjamah makanan yang berada di bagian kitchen sebanyak 11 orang dan karyawan di bagian service
sebanyak 2 orang. Teknik pengolahan data menggunakan skala guttman dan skala likert. Hasil
penelitian untuk perilaku personal hygiene penjamah makanan di salah satu katering di Kota Bandung
menunjukan bahwa pada tahap persiapan terdapat kurang dari setengahnya (42,8%) masuk pada
kategori “cukup menerapkan” , ada beberapa indikator yang penerapannya masih kurang diterapkan
yaitu pada penggunaan celemek atau apron hanya (15,4%) penjamah makanan yang menggunakan
celemek atau apron dan masuk pada kategori “kurang menerapkan” . Pada tahap pengolahan lebih dari
setengahnya (78,4%) “menerapkan” dan pada tahap penyajian lebih dari setengahnya (61,5%)
responden juga masuk pada kategori “menerapkan”, pada tahap pengantaran seluruhnya (100%)
responden masuk pada kategori “sangat menerapkan”. Hasil penelitian untuk sikap personal hygiene
penjamah makanan untuk kebersihan pakaian dan kelengkapan pakaian kerja berada pada kriteria sangat
baik (81,5%), untuk hasil sikap penjamah makanan pada kebersihan rambut berada pada kategori baik
(76,9%), untuk rata-rata kebersihan mulut dan gigi masuk pada kriteri baik (78,5%), kebersihan wajah
dan hidung berada pada kategori baik (78,5%) dan untuk rata-rata kesehatan tubuh berada pada kategori
baik (76,8%). Secara keseluruhan penerapan perilaku penjamah makanan saat proses bekerja terdapat
lebih dari setengahnya (70,6%) responden masuk pada kategori “Menerapkan” dan untuk sikap personal
hygiene penjamah makanan pada kebersihan dan kesehatan diri secara keseluruhan berada pada kategori
baik (78,4%). Penerapan personal hygiene penjamah makanan untuk perilaku personal hygiene masuk
pada kategori “Menerapkan” dan untuk sikap personal hygiene penjamah makanan sudah “baik”.
Rekomendasi bagi pemilik usaha katering, sebaiknya membuat standar operasional prosedur yang lebih
jelas dan lengkap terkait personal hygiene penjamah makanan dan ditengah masa pandemik ini, perlu
adanya pelatihan atau penyuluhan terkait prosedur pengolahan pangan di masa pandemik COVID-19
kepada seluruh penjamah makanan di tempat usaha katering.

Kata Kunci: penerapan, penjamah makanan, personal hygiene, perilaku, sikap.

PENDAHULUAN atau batuk penderita COVID-19,


Menurut Badan Pengawas Obat memegang mulut atau hidung tanpa
Dan Makanan (BPOM,2020) manusia mencuci tangan lerlebih dahulu setelah
dapat terinfeksi atau tertular virus menyentuh benda yang terkena
COVID-19 melalui berbagai cara, cipratan air liur penderita COVID-19
yaitu diantaranya dengan tidak sengaja atau kontak jarak dekat dengan
menghirup percikan ludah dari bersin penderita COVID-19 misalnya
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No. 2, November 2020 36

bersentuhan atau berjabat tangan. hygiene personal dan pengetahuan


Perlu di adakannya pembatasan kontak dapat berdampak buruk pada makanan
fisik (physical distancing), yang di sajikan, kebiasaan-kebiasaan
peningkatan hygiene perorangan serta penjamah makanan seperti
penerapan sanitasi untuk mencegah menggaruk-garuk kulit, rambut,
semakin luasnya penyebaran virus ini. hidung dan organ tubuh lainya, bersin
Berkaitan dengan industri makanan saat bekerja akan dapat menyebarkan
atau pihak penyelenggaran makanan mikroba yang berbahaya masuk
yang mengolah atau menyajikan kedalam makanan. Penerapan personal
makanan untuk konsumen, memiliki higiene yang tinggi dapat menentukan
kewajiban untuk memastikan bahwa hasil akhir dari makanan yang diolah,
makanan yang di produksi nya aman di menentukan makanan tersebut aman
konsumsi oleh konsumen. Industri Jasa atau layak di konsumsi (bebas dari hal-
Boga atau katering ini merupakan hal yang dapat membahayakan,
usaha pengelolaan makanan yang merugikan dan bebas dari kerusakan).
disajikan diluar tempat usaha atas Berdasarkan hasil observasi peneliti
dasar pesanan yang dilakukan oleh sebagai data awal penelitian yang
perseorangan atau badan usaha. dilakukan di salah satu katering di
Pengelolaan makanan di indsustri jasa Kota Bandung, menurut hasil
boga ini juga harus diperhatikan, dari pengamatan penulis ditemukan
mulai bahan makanan, alat pengolahan karyawan yang tidak menerapkan
makanan, lingkungan pengolahan personal higiene yang baik. Hal
makanan dan juga orang yang tersebut dilihat dari karyawan yang
mengolah makanan atau penjamah hanya menggunakan kaos saat proses
makanan. produksi makanan, tidak
Penjamah makanan ini merupakan menggunakan chef jaket atau baju
orang yang secara langsung kerja yang sesuai, masih merokok pada
berhubungan dengan makanan dan saat bekerja. Sementara dalam masa
peralatan, dari mulai tahap persiapan, pandemi ini, perlu adanya peningkatan
pembersihan, pengolahan, kesadaran masyarakat atau khususnya
pengangkutan sampai penyajian penjamah makanan dalam menjaga
(Sumantri, 2017). Menurut Handayani kebersihan diri dan lingkungannya.
(2010) Penanganan sanitasi dan Penjamah makanan harus memenuhi
hygiene yang kurang baik dapat persyaratan tenaga pengolahan
menyebabkan terjadinya hal-hal yang makanan yang meliputi, tidak merokok
merugikan manusia seperti keracunan pada saat bekerja, tidak makan dan
(food poisoning) maupun penyakit mengunyah, tidak memakai perhiasan,
yang disebabkan karena selalu mencuci tangan selama bekerja,
mengkonsumsi makanan dan minuman setelah bekerja dan setelah keluar dari
yang tercemar (food borne disease). toilet, selalu memakai pakaian kerja
Menurut Irianto (dalam Karo, 2016) yang benar dan bersih, tidak banyak
manusia merupakan salah satu agen berbicara, menutup mulut saat batuk
penyebab masuknya kontaminan atau dan bersin, tidak menyisir rambut di
zat biologis, kimia atau fisika yang dekat makanan (Kemenkes, 2011).
menjadi berbahaya bagi manusia Persyaratan tenaga pengolah
apabila sengaja atau tidak sengaja makanan tersebut belum sepenuhnya
masuk kedalam makanan. Kurangnya dilaksanakan oleh penjamah makanan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No. 2, November 2020 37

yang ada di salah satu catering di Kota ,penggunaan penutup kepala yang
Bandung. Penulis sebagai mahasiswa bersih hanya terdapat (30,8%) yang
Pendidikan Tata Boga yang menerapkan, penggunaan sepatu
mempelajari Sanitasi dan Hygiene, kedap air yang tidak licin terdapat
diantaranya Hygiene mengenai (46,1%) yang menggunakan serta
penjamah makanan, akan melakukan penggunaan hand sanitaizer terdapat
penelitian lebih lanjut dengan judul (38,5%) penjamah makanan masuk
“Penerapan Personal Hygiene pada kategori “Kurang menerapkan”
Penjamah Makanan di Salah Satu dan untuk kebiasaan mencuci tangan
Katering di Kota Bandung ”. sebelum mengolah makanan terdapat
(53,9%) masuk pada kategori “Cukup
METODE menerapkan”.
Desain yang digunakan pada Perilaku personal hygiene
penelitian ini yaitu deskriptif penjamah makanan saat proses
kuantitatif. Penelitian dilakukan pengolahan yang disesuaikan dengan
selama 7 bulan dimulai dari Februari situasi COVID-19 yaitu tidak banyak
2020 sampai bulan Agustus 2020, berbicara atau mengobrol saat
pengumpulan data di lakukan mulai mengolah makanan terdapat lebih
hari Senin tanggal 10 Agustus 2020 dari setengahnya (61,5%) responden
sampai hari Rabu Tanggal 12 Agustus menerapkan, tidak merokok di area
2020. Teknik pengumpulan data yang kerja dan saat mengolah makanan
digunakan yaitu kuesioner dengan terdapat lebih dari setengahnya
menggunakan skala likert dan (69,2%) responden melaksanakan,
observasi menggunakan skala guttman. tidak makan atau mengunyah
Responden terdiri dari 11 orang makanan saat sedang mengolah
karyawan di bagian kitchen dan 2 makanan kecuali pada saat mencicipi
karyawan di bagian service. makanan terdapat lebih dari
setengahnya (69,2%) responden
HASIL DAN PEMBAHASAN melaksanakan dan penjamah
Perilaku Personal Higiene Penjamah makanan tidak menggunakan serbet
Makanan untuk menyeka keringat atau lap
Perilaku personal hygiene tangan terdapat lebih dari
penjamah makanan di Salah satu setengahnya (76,9%) responden
katering di Kota Bandung, yang di melaksanakan dan seluruhnya masuk
teliti mulai dari tahap persiapan, pada kategori “menerapkan”.
pengolahan, penyajian dan Menutup hidung dan mulut ketika
pengantaran. bersin dan batuk serta tidak meludah
Pada tahap persiapan indikator atau membuang ingus di area kerja
yang di amati yaitu penggunaan terdapat seluruhnya (100%)
pakaian kerja yang bersih dan rapih , responden masuk pada kategori
terdapat sebanyak (61,5%) sudah “Sangat menerapkan”. Tidak
menerapkan, tetapi masih terdapat menggaruk-garuk anggota tubuh saat
(39,5%) responden yang belum sedang mengolah makanan terdapat
menerapkan, seperti pada hampir seluruhnya (84,6%)
penggunaan celemek atau apron yang responden melaksanakan, tidak
bersih hanya terdapat (15,4%) mengorek lubang hidung atau telinga
responden yang menerapkan saat mengolah makanan terdapat
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No. 2, November 2020 38

hampir seluruhnya (84,6%) kontak langsung dengan konsumen


melaksanakan ,mencicipi makanan dan jaga jarak minimal 1 meter
menggunakan sendok tidak langsung dengan konsumen sesuai aturan
menggunakan spatula terdapat protokol kesehatan COVID-19,
hampir seluruhnya (84,2%) semua indikator tersebut terdapat
responden menerapkan, hal ini presentase masing-masing sebanyak
masuk pada kategori “Sangat (100%) responden ada pada kategori
Menerapkan”. “sangat Menerapkan”. Secara
Perilaku personal hygiene keseluruhan penerapan personal
penjamah makanan saat proses hygiene penjamah makanan di Salah
penyajian makanan yang disesuaikan satu katering di Kota Bandung
dengan situasi COVID-19 mengenai dituangkan dalam tabel 1.
penggunaan handglove atau sarung
tangan saat menyajikan makanan Tabel 1. Perilaku Personal
terdapat kurang dari setengahnya Hygiene Penjamah Makanan
(46,1%) responden melaksanakan dan N
Indikator Presentase
Kriteria
tidak banyak berbicara atau o
1 Persiapan 42,8% Cukup
mengobrol dengan karyawan lain saat
menerapkan
proses penyajian makanan terdapat
setengahnya (53,8%) responden 2 Pengolahan 78,4% Menerapkan.
masuk pada kategori “Cukup 3 Penyajian 61,5% Menterapkan
Menerapkan”. 4 Pengantaran 100% Sangat
Menutup mulut menggunakan menerapkan
masker saat proses penyajian Rata-Rata 70,6% Menerapkan
makanan sesuai dengan protokol
kesehatan COVID-19 terdapat lebih
dari setengahnya (61,5%) responden Pada tahap persiapan untuk
melaksanakan , tidak menggunakan penggunaan celemek atau apron yang
sarung tangan atau hand glove yang bersih hanya (15,4%) penjamah
sudah di pakai oleh karyawan lain makanan yang menggunakan celemek
terdapat lebih dari setengahnya atau apron, dan penggunaan penutup
(69,2%) responden melaksanakan kepala atau hairnet yang bersih sebesar
,dan menggunakan tong atau penjepit (30,8%) penjamah makanan yang
makanan atau sendok untuk menggunakannya, sedangkan menurut
mengambil makanan terdapat lebih peraturan Menteri Kesehatan Republik
dari setengahnya (76,9%) responden Indonesia nomer
masuk pada kategori “ Menerapkan”. 1096/MENKES/PER/VI/2011 untuk
Perilaku personal hygiene melindungi pencemaran terhadap
penjamah makanan saat proses makanan harus menggunakan celemek
pengantaran yang disesuaikan dengan atau apron dan penutup kepala. Selain
situasi COVID-19 mengenai melindungi dari pencemaran, celemek
kebiasaan mencuci tangan sebelum atau apron ini juga berfungsi untuk
mengantarkan makanan pada melindungi pakaian agar tidak mudah
konsumen, penggunaan masker atau kotor. Penggunaan penutup kepala atau
face shild saat mengantarkan hairnet berguna untuk menyerap
makanan pada konsumen sesuai keringat yang ada di dahi agar tidak
aturan protokol COVID-19, tidak terkena makanan atau mengganggu
saat mengolah makanan serta
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No. 2, November 2020 39

mencegah rambut atau kotoran yang karyawan yang berkerumun dan


ada di rambut jatuh ke makanan. Pada mengobrol saat sedang menyajikan
proses persiapan, penggunaan hand makanan. Hal ini dapat menyebabkan
sanitaizer pada saat awal memasuki bakteri atau kuman yang keluar dari
ruang kerja, masih kurang di terapkan , mulut masuk ke dalam makanan.
hanya sebesar (38,5%) yang Menjaga jarak dan tidak berkerumun
menggunakan hand sanitaizer sebelum juga dianjurkan untuk meminimalisir
memasuki area kerja atau sebelum terjadinya penyebaran kasus COVID-
melakukan pekerjaan maupun setelah 19. Perilaku personal hygiene pada
memegang benda-benda yang sering di tahap pengantaranan khususnya
sentuh oleh orang lain, sedangkan karyawan pada bagian service ,
sesuai pedoman produksi dan distribusi terdapat persentase sebesar (100%)
pada masa status darurat COVID-19 penjamah makanan mengantarkan
yang dibuat oleh Badan Pengawas Obat makanan dengan menggunakan
dan Makanan (2020) penjamah protokol yang berlaku. Seperti mencuci
makanan sebaiknya menggunakan tangan sebelum mengantarkan
hand sanitaizer yang disediakan, makanan, menggunakan masker dan
namun tidak semua penjamah makanan jaga jarak dengan konsumen.
menggunakannya. Pada pengunaan
masker yang sudah di terapkan oleh Sikap Personal Hygiene Penjamah
beberapa penjamah makanan (69,2%) Makanan
responden menggunakan masker saat Sikap personal hygiene penjamah
persiapan makanan di Salah satu katering di Kota
Pada proses pengolahan makanan, Bandung di lihat dari hasil kuisioner
salah satu syarat untuk penjamah yang di isi oleh responden terkait
makanan yaitu tidak di perbolehkan kebersihan Pakaian kerja dan
merokok di area kerja atau saat Perlengkapan kerja, Kebersihan
mengolah makanan, namun masih ada Tangan dan Kuku,Kebersihan Rambut,
beberapa penjamah makanan yang Kebersihan Mulut dan Gigi,
merokok di area kerja. Terdapat Kebersihan Wajah dan Hidung serta
persentase sebesar (30,8%) penjamah Kesehatan Tubuh yang disesuaikan
makanan yang merokok di area kerja. dengan kondisi COVID-19 setelah di
Ketentuan Depkes (2003) penjamah rata-rata kan di dapatkan hasil yang
makanan tidak diperbolehkan merokok dituangkan dalam tabel 2.
dan harus berperilaku sehat, merokok
saat mengolah makanan dapat Tabel 2 Sikap Personal Hygiene
memindahkan bakteri dari mulut ke Penjamah Makanan
makanan. Pada proses penyajian No Indikator
Presen Kriteria
makanan, persyaratan personal hygiene tase
1 Kebersihan 81,5% Sangat Baik
yaitu tidak banyak berbicara atau
Pakaian dan
mengobrol dengan karyawan lain saat Perlengkapa
proses penyajian makanan juga masih n Kerja
belum sepenuhnya di terapkan, sebesar 2 Kebersihan 78,1% Baik
(53,8%) penjamah makanan masih Tangan dan
Kaki
sering banyak mengobrol pada saat
3 Kebersihan 76,9% Baik
proses pengolahan makanan maupun Rambut
penyajian makanan. Masih banyak
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No. 2, November 2020 40

4 Kebersihan 79,4% Baik penerapan perilaku nya hanya terdapat


Gigi (38,5%) penjamah makanan yang
5 Kebersihan 78,5% Baik
menggunakan hand sanitaizer saat
Wajah dan
Hidung sebelum mengolah makanan, pada
6 Kebersihan 76,8% Baik pernyataan terkait mencuci tangan
Tubuh yang baik yaitu menggunakan air
Rata-Rata 70,6% Baik mengalir dan selalu menggunakan
sabun terdapat sebagian besar
Pernyataan yang berkaitan dengan responden (86,1%) masuk pada
kebersihan pakaian kerja dan kategori “sangat baik” di lihat dari
perlengkapan kerja yang di sesuaikan perilaku penjamah makanan untuk
dengan COVID-19 untuk rata-rata perilaku mencuci tangan dengan air
keseluruhan terdapat sebagian besar mengalir serta menggunakan sabun
responden (80,5%) responden masuk terdapat lebih dari setengahnya
kategori “sangat baik” namun pada (53,8%) responden masuk kategori
penerapan perilaku yang berkaitan “cukup baik”. Sesuai arahan BPOM
dengan kebersihan pakaian dan (2020) sesuai pedoman produksi dan
perlengkapan kerja hanya terdapat distribusi olahan pangan pada masa
(42,8%) pen jamah makanan masuk status darurat COVID-19 karyawan
pada kategori “kurang menerapkan”. atau penjamah makanan perlu menjaga
Pernyataan mengenai penjamah kebersihan tangan dengan sering
makanan harus menggunakan celemek mencuci tangan dengan sabun minimal
dan penutup kepala saat mengolah 20 menit sekali, karyawan atau
makanan responden rata-rata penjamah makanan juga harus
menjawab “Sangat Setuju” namun hal menggunakan handsanitaizer saat
ini belum di terapkan pada perilaku saat setelah memegang benda-benda atau
mengolah makanan . Menurut (Sanusi, saat memasuki area kerja.
2017) celemek atau apron dan juga Pernyataan terkait sikap kebersihan
penutup kepala atau hairnet perlu rambut penjamah makanan untuk
digunakan saat mengolah makanan keseluruhan pernyataan yang di
karena celemek ini berfungsi untuk berikan untuk rata-rata keseluruhan
melindungi pakaian dari kotoran dan terdapat lebih dari setengahnya
juga memberikan perlindungan pada responden “76,90%” masuk pada
bagian yang tertutupi. Penutup kepala kategori “baik”, pada pernyataan
atau hairnet ini juga berfungsi untuk mengenai penjamah makanan harus
melindungi makanan agar tidak ada menggunakan hairnet atau penutup
rambut atau kotoran rambut yang jatuh kepala agar kotoran dari rambut tidak
pada makanan. jatuh ke makanan lebih dari
Pernyataan mengenai indikator setengahnya (72,3%) responden masuk
kebersihan tangan dan kuku terdapat pada kategori “baik”, namun pada
lebih dari setengahnya (78,17%) perilaku penggunakan penutup kepala
responden masuk pada kategori “baik”, saat mengolah makanan hanya terdapat
pada pernyataan mengenai penggunaan (30,8%) yang menggunakan penutup
handsanitaizer sebelum mengolah kepala/ hair net. Persyaratan penjamah
makanan terdapat lebih dari makanan menurut Menteri Kesehatan
setengahnya ( 78,4%) responden setuju Republik Indonesia (2020), untuk
dan masuk kategori “baik” namun pada melindungi pencemaran terhadap
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No. 2, November 2020 41

makanan harus menggunakan penutup menyentuk bagian hidung di wajibkan


kepala. Penutup kepala ini berfungsi untuk segera mencuci tangan hingga
untuk menyerap keringat yang ada di bersih.
dahi serta menjaga agar tidak ada Kesehatan tubuh sesuai protokol
rambut yang jatuh pada makanan. COVID-19 secara keseluruhan di
Pernyataan terkait kebersihan mulut dapatkan hasil rata-rata lebih dari
dan gigi untuk rata-rata setengahnya (76,8%) responden masuk
keseluruhannya terdapat (79,4%) pada kategori “baik”. Menurut aturan
responden masuk pada kategori “baik”. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kebersihan pada mulut dan gigi nomer 1096/MENKES/PER/VI/2011
seorang penjamah makanan harus penjamah makanan sebaiknya
selalu di jaga karena pada bagian tubuh memeriksa kesehatan minimal setiap 3
tersebut dapat menimbulkan bulan sekali dan sebaiknya penjamah
kontaminasi pada makanan. Pada makanan tidak bekerja saat sedang
pernyataan mengenai penjamah memiliki penyakit berat dan menular.
makanan sebaiknya tidak banyak Saat situasi pandemik seperti ini,
berbicara atau mengobrol saat sedang penjamah makanan juga perlu
mengolah makanan terdapat (73,8%) memeriksakan diri apabila timbul
masuk pada kategori “baik” , namun gejala-gejala COVID-19 seperti
pada perilaku penerapannya terdapat demam dan batuk, pilek, gangguan
(38,5%) responden yang masih banyak tenggorokan, sesak nafas atau letih dan
berbicara dan mengobrol saat lesu. Jika terdapat gejala seperti itu,
mengolah makanan, dalam persyaratan sebaiknya karyawan tersebut pulang
pengolahan makanan seharusnya dan tidak masuk area perusahaan dan
penjamah makanan tidak banyak segera memeriksakan diri.
berbicara dan selalu menutup mulut
pada saat batuk atau bersin serta KESIMPULAN
menjauhi makanan. Dari hasil penelitian mengenai
Kebersihan wajah dan hidung secara Penerapan Personal Hygiene Penjamah
keseluruhan (78,5%) responden masuk Makanan di Van Hengel Katering,
pada kategori “baik”, pada pernyataan berdasarkan hasil penelitian dan
mengenai penjamah makanan tidak pembahasan, hasil yang di dapatkan
boleh membersihan hidung pada saat yaitu penerapan perilaku personal
mengolah makanan terdapat (81,5%) hygiene pada proses bekerja di mulai
responden masuk pada kategori dari tahap persiapan hingga tahap
“sangat baik” sejalan dengan perilaku pengantaran, setelah di rata-ratakan
penjamah makanan terkait perilaku hasil yang di dapatkan yaitu terdapat
penjamah makanan tidak mengorek (70,6%) responden masuk pada
lubang hidung atau telinga saat kategori “Menerapkan”. Pada tahap
mengolah makanan terdapat (84,6%) persiapan, hanya terdapat 42,8% yang
masuk pada kategori “Sangat baik”. menerapkan masuk pada kategori
Menurut (Sumiati,2013) menjaga “cukup menerapkan”, masih ada
kebersihan hidung harus dalam beberapa penerapan personal hygine
keadaan bersih, terutama dalam lubang yang masih belum sepenuhnya di
hidung, karena di dalam lubang hidung terapkan yaitu pada penggunaan
terdapat bakteri yang dapat mencemari celemek atau apron hanya terdapat
makanan. Penjamah makanan yang (15,4%) responden yang menggunakan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No. 2, November 2020 42

celemek atau apron dan (30,8%) kategori “ baik”. Dari keseluruhan hasil
responden yang menggunakan penutup rata-rata pada pada sikap personal
kepala, sedangkan penggunaan apron hygiene terdapat persentase (78,4%)
dan penutup kepala perlu di gunakan masuk pada kategori “Baik”.
untuk melindungi makanan dari
kotoran yang timbul dari pakaian dan REKOMENDASI
tubuh penjamah makanan. Untuk Bagi pemilik usaha katering,
Tahap pengolahan terdapat (78,40%) sebaiknya membuat standar
responden masuk pada kategori operasional prosedur yang lebih jelas
“Menerapkan”, namun pada perilaku dan lengkap terkait personal hygiene
mencuci tangan setelah mengolah penjamah makanan dan ditengah masa
makanan terdapat (53,8%) responden pandemik ini, perlu adanya pelatihan
yang melaksanakannya, untuk tahap atau penyuluhan terkait prosedur
penyajian terdapat (61,50%) penjamah pengolahan pangan di masa pandemik
makanan masuk pada kategori “cukup COVID-19 kepada seluruh penjamah
menerapkan”, yang penerapannya makanan di tempat usaha katering.
masih kurang yaitu pada penggunaan Bagi peneliti selanjutnya, perlu
handglove/sarung tangan yaitu terdapat adanya penelitian mendalam mengenai
(46,1%) responden masuk kategori perilaku personal hygiene penjamah
“cukup menerapkan”. makanan yang dilakukan di tempat
Pada tahap pengantaran seluruhnya pemesanan atau dine in misalnya di
yaitu (100%) responden sudah acara pernikahan (wedding) atau event-
menerapkan dan masuk pada kategori event lainnya, karena yang dilakukan
“sangat menerapkan”. peneliti hanya terbatas di ruang kitchen
Mengenai Sikap personal hygiene sampai tahap pengantaran.
penjamah makanan di lihat dari aspek
kebersihan diri dan kesehatan REFERENSI
penjamah makanan setelah di rata- Ali. (2002). Metode Penelitian
ratakan hasil yang di dapatkan yaitu, Kuantitatif. Jakarta:Grafindo.
kebersihan pakaian dan kelengkapan Avrilinda. (2016). Pengaruh
kerja sesuai aturan protokol COVID-19 Pengatahuan dan Sikap Terhadap
berdasarkan hasil penelitian terdapat Perilaku Hygiene Penjamah
lebih dari setengahnya (81,5%) Makanan Di Kantin SMA
responden masuk pada kategori Muhammadiyah 2 Surabaya.
“Sangat Baik”, Kebersihan Rambut Jurnal Ilmiah Pendidikan Tata
Sesuai Protokol Kesehatan COVID-19 Boga Vol 5, No 2. – Mei 2016
berdasarkan hasil penelitian terdapat Ayatullah. (2016). Faktor yang
lebih dari setengahnya (76,9%) berhubungan dengan proposal
responden masuk pada kategori hygiene pada remaja di SMA
“Baik”, Kebersihan Mulut dan Gigi Cokrominoto Makkasar. Diakses
berdasarkan hasil penelitian terdapat dari: [Online] Kajian
lebih dari setengahnya (78,5%) pusataka.com
responden masuk pada kategori Badan POM. (2020). Pedoman
“Baik”, Kebersihan Wajah dan Hidung Produksi dan Distribusi Pangan
Sesuai Protokol Kesehatan COVID-19 Olahan Pada Masa Status Darurat
terdapat lebih dari setengahnya Kesehatan Corona Virus Desease
(78,5%) responden masuk pada 2019 (COVID-19) Di Indonesia.
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 9, No. 2, November 2020 43

Jakarta:Badan Pengawas Obat Dan Sumiati.(2013). Metode Pembelajaran,


Makanan RI. Bandung : Wacana Prima.
Fathonah.(2011). Hygiene dan Sanitasi
Makanan. Semarang:Unnes Press.
Karo. (2016). Gambaran Sikap
Penjamah Makanan Tentang
Keamanan Pangan Di Rumah
Makan Taman Sari Colomadu
Karanganyar.
Kemenkes RI. (2011). Peraturan
Menteri Kesehatan RI Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2011
tentang higiene sanitasi jasaboga.
Direktorat Gizi Masyarakat.
Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI
Kristiana. (2019) Penerapan Personal
Hygiene Karyawan Home Industry
Kerupuk Di Desa Sindang
Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu. Bandung:UPI.
Peraturan Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia Nomor
3260/UN40/HK/2018 Tentang
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
UPI Tahun Akademik 2018.
Purnawijayanti, Hiasinta. 2001.
Sanitasi Higiene dan Keselematan
Kerja Dalam. Pengolahan
Makanan. Jogjakarta: Kanisius
Sanusi (2019). Keamanan Pangan
Sanitasi, Higienis dan
Keselamatan Kerja. Bandung:
Sarana Pancakarya Nusa.
Soerojo.(2018). Tingkat Pengetahuan
Hygiene dengan Perilaku Hygiene
Perorangan pada Penjamah
Makanan di Instalasi Gizi RSJ.
Diakses dari:
[Online].(https://ejournal.unida.go
ntor.ac.id/index.php/JoIN/article/v
iew/2178/1362)
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumantri.(2017). Kesehatan
Lingkungan. Depok: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai