Anda di halaman 1dari 15

PERANCANGAN SISTEM HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) DAN

SISTEM JAMINAN HALAL DI UD KERUPUK IKAN TENGGIRI DUA IKAN JEPARA

Grace Eloita Pratidina*), Haryo Santoso, Heru Prastawa


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
*)email: eloitagrace@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang faktor-faktor bahaya yang berkaitan dengan proses pembuatan kerupuk dan
memberikan rekomendasi dalam menerapkan sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) di dalam
produk olahan kerupuk ikan tenggiri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kondisi tempat produksi UD
Kerupuk Dua Ikan dengan kriteria HACCP dan kriteria Sistem Jaminan Halal. Ruang lingkup dari kegiatan
penelitian ini meliputi Sistem HACCP dan Sistem Jaminan Halal dengan cara menerapkan persyaratan HACCP
dengan 12 langkah dan 7 prinsip serta memberikan sertifikasi halal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
LPPOM MUI sehingga dapat melakukan perbaikan berdasarkan prinsip-prinsip HACCP sebagai jaminan
keamanan pangan dan sistem jaminan halal untuk setiap proses pembuatan UD Kerupuuk Dua Ikan di Jepara.
Hasil akhir dari penelitian ini yaitu dapat membuat rekomendasi perbaikan untuk UD Kerupuk Dua Ikan sesuai
dengan prinsip HACCP maupun prinsip halal, selain itu juga dapat dijadikan referensi untuk pemilik UD Kerupuk
Dua Ikan dalam melakukan proses produksi sehingga dapat menerapkan HACCP dan Sistem Jaminan Halal di
setiap proses produksinya.
Kata Kunci : Hazard Analysis Critical Control Point, Sistem Jaminan Halal

ABSTRACT
This study examines hazard factors associated with the process of making crackers and provides
recommendations for applying Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) system in the processed
mackerel fish crackers. The purpose of this research is to evaluate production place conditions which is UD
Kerupuk Dua Ikan by using HACCP criteria and Halal Assurance System criteria. The scope of this research
covers HACCP System and Halal Assurance System, with the appliance of HACCP requirement through its 12
steps and 7 principles and also providing halal certification in accordance with the standard set by LPPOM MUI.
This will also enable improvements based on HACCP principles as a guarantee of food safety and halal assurance
for every production process in UD Kerupuk Dua Ikan in Jepara. The final result of this research is
recommendation for improvement in UD Kerupuk Dua Ikan in accordance with HACCP and halal principle, but
it can also be used as a reference for the owner of UD Kerupuk Dua Ikan in conducting production process so
they may apply HACCP and Halal Assurance System in every production process.
Keywords: Hazard Analysis Critical Control Point, Halal Assurance System
1. Pendahuluan hasil olahan ikan tenggiri, yang beralamat
Mayarakat dunia secara bertahap kini di Jalan MH Thamrin Pengkol Jepara.
mengalami peningkatan kesadaran pangan, Proses pemasaran kerupuk ikan tenggiri
terutama terhadap kualitas dan keamanan sudah dipasarkan ke daerah Jepara maupun
pangan (Zulfifly et al., 2010). Hal tersebut ke luar wilayah Jepara. Salah satu Usaha
membuat produsen harus menerapkan Dagang (UD) yang menjadi objek dalam
Hazard Analysis Critical Control Point penelitian ini UD milik Ibu Musdaifah
(HACCP). HACCP adalah sistem dengan merk dagang Kerupuk Dua Ikan
pencegahan terhadap pengendalian kualitas yang telah memiliki izin NPWP dan PIRT
dan keamanan pangan (Tompkins, 2009). tetapi belum memiliki sertifikasi halal.
Jika sistem ini diaplikasikan dengan benar, Untuk menjaga kualitas dan keamanan
maka dapat digunakan untuk mengontrol produk ikan tenggiri maka membutuhkan
setiap titik dalam sistem produksi pangan analisa yang dapat mengidentifikasi
yang dapat berkontribusi pada kondisi bahaya-bahaya yang berkaitan selama
bahaya (El-Hofi et al., 2010). Analisis proses pembuatan kerupuk sehingga
bahaya merupakan bagian dari HACCP memberikan rekomendasi dalam
yang melibatkan studi sistematis terhadap mengembangkan sistem Hazard Analysis
bahan, produk makanan, kondisi Critical Control Point (HACCP) yang
pengolahan, penanganan, penyimpanan, bertujuan menghasilkan produk yang aman
pengemasan, distribusi, dan penggunaan untuk dikonsumsi. Dengan menggunakan
konsumen (Rosas et al., 2009). Menurut pendekatan Hazard Analysis Critical
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 Control Point (HACCP), maka
tentang pangan mendefinisikan keamanan pengawasan keamanan makanan dapat
pangan sebagai kondisi dan upaya yang lebih terjamin mutunya karena setiap
diperlukan untuk mencegah pangan dari tahapan proses pengolahan dikendalikan
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan resiko dan bahaya yang timbul serta
benda lain yang dapat mengganggu, menerapkan sistem jaminan halal di setiap
merugikan dan membahayakan kesehatan produk olahan.
manusia. Berdasarkan latar belakang diatas
Melalui pengembangan Hazard penelitian dilakukan di UD Kerupuk Dua
Analysis Critical Control Points (HACCP) Ikan Jepara untuk mengidentifikasi faktor-
sebagai bagian dari sistem jaminan faktor bahaya yang berkaitan dengan proses
keamanan pangan perusahaan. Industri pembuatan kerupuk dan memberikan
pangan tidak hanya bertanggung jawab rekomendasi dalam menerapkan sistem
untuk memproduksi makanan yang aman Hazard Analysis Critical Control Point
tetapi juga dapat menunjukkan secara (HACCP) di dalam produk olahan kerupuk
transparan bagaimana keamanan pangan ikan tenggiri. Dengan begitu, maka pelaku
telah direncanakan dan terjamin usaha kerupuk ikan tenggiri akan mengarah
(Motarjemi dan Mortimore, 2005). pada penerapan sistem Hazard Analysis
Keberhasilan penerapan HACCP Critical Control Point (HACCP) dan
dipengaruhi oleh kompetensi Tim HACCP menerapkan sistem jaminan halal, yang
yang dibentuk, Tim HACCP harus bertujuan untuk menghasilkan produk yang
mempunyai kepedulian terhadap keamanan aman untuk dikonsumsi oleh konsumen.
pangan (Avansa et.al, 2005; Vela, 2003). Tujuan dari penelitian ini ialah sebagai
Ikan tenggiri adalah termasuk golongan berikut:
ikan pelagis dan salah satu ikan berdaging 1. Mengevaluasi kondisi tempat
putih yang disukai oleh masyarakat dunia, produksi UD Kerupuk Dua Ikan
disebabkan oleh rasa dan baunya khas. dengan kriteria HACCP dan kriteria
Kota Jepara memiliki salah satu pembuatan Sistem Jaminan Halal.
kerupuk ikan tenggiri yang memproduksi
2. Memberikan rekomendasi perbaikan 1. Merupakan cerminan dari prosedur
bagi UD Kerupuk Dua Ikan dalam sanitasi yang diterapkan dalam
pemenuhan kriteria HACCP dan pabrik pengolahan pangan.
kriteria Sistem Jaminan Halal. 2. Memberikan jadwal bagi prosedur
3. Menyusun dokumen manual HACCP sanitasi.
dan Sistem Jaminan Halal. 3. Menyediakan perangkat untuk
2. Tinjauan Pustaka pelatihan karyawan.
4. Alat untuk mengidentifikasi
HACCP (Hazard Analysis Critical kecenderungan dan pencegahan
Control Point) merupakan HACCP berbagai problem sanitasi yang
merupakan suatu prosedur untuk dapat muncul kembali sewaktu-
melakukan identifikasi, penilaian dan waktu.
pengontrolan terhadap bahaya yang 5. Penjaminan bahwa setiap
terdapat pada bahan pangan maupun personalia dari staf manajemen
terhadap resiko tidak langsung yang berasal hingga karyawan produksi
dari bahan pangan dimaksud (Hulebak and memahami praktek-praktek sanitasi
Schlosser, 2002; Mortimer et.al, 2004), yang menjadi kesepakatan bersama.
yang didesain sebagai usaha pencegahan 6. Merupakan dasar yang menjadi
resiko dan sekaligus sebagai alternatif pendukung program pemantauan
terhadap penjaminan keamanan pangan rutin.
yang berfokus pada pengujian produk akhir 7. Pendorong bagi diambilnya
pangan. Penerapan HACCP di dunia tindakan-tindakan koreksi sesuai
pangan memiliki sifat yang spesifik dalam dengan perencanaan bilamana
setiap jenis produk, setiap proses, dan dibutuhkan.
setiap pabrik serta diperlukan prasyarat 8. Bukti komitmen terhadap
dasar berupa penerapan GMP dan SSOP keamanan dan kepuasan pelanggan.
(Ropkins dan Beck, 2000). 9. Sarana bagi perbaikan terus
menerus kondisi dan praktek
Menurut BPOM RI Tahun 2009, Untuk
sanitasi dalam pabrik.
melengkapi program Good Manufacturing
Good Manufacturing Practices (GMP)
Practice (GMP), perusahaan pengelolah
merupakan suatu pedoman cara
pangan perlu mengembangkan SSOP
memproduksi makanan dengan tujuan agar
sendiri. SSOP menjelaskan secara rinci
produsen memenuhi persyaratan-
setiap prosedur pembersihan dan sanitasi
persyaratan yang telah ditentukan untuk
yang dijalankan dalam pabrik, termasuk
menghasilkan produk makanan bermutu
waktu kapan aktivitas itu dijalankan, nama
sesuai dengan tuntutan konsumen. Di
dan jabatan personal yang
Indonesia GMP dikenal sebagai Cara
bertanggungjawab melaksanakan setiap
Produksi Pangan yang baik (CPPB)
tahapan aktivitas, konsentrasi senyawa
merupakan salah satu faktor penting untuk
pembersih atau sanitizer juga pantauan
memenuhi standar mutu atau persyaratan
kualitas dan suhu air yang digunakan.
keamanan pangan yang ditetapkan untuk
SSOP yang dibuat dalam bentuk tertulis
pangan. CPPB sangat berguna bagi
harus secara rinci memuat bagaimana
kelangsungan hidup industry pangan baik
upaya yang ditempuh oleh perusahaan
yang berskala kecil, sedang maupun
pengolah pangan untuk memenuhi berbagai
berskala besar. Melalui CPBB, industry
persyaratan sanitasi dan praktek rill
pangan dapat menghasilkan pangan yang
termasuk upaya monitoring dengan
bermutu, layak dikonsumsi, dan aman bagi
frekuensi yang cukup dan dapat menjamin
kesehatan (Thaheer, 2005).
kesesuaian SSOP tersebut dengan
Sertifikasi halal adalah surat keterangan
persyaratan proses pengolahan produk.
yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama
Rencana SSOP sangat diperlukan karena:
Indonesia (MUI) Pusat atau Propinsi produknya dan dapat melakukan tindakan
tentang halalnya suatu produk makanan, pencegahan dari awal proses produksi
minuman, obat-obatan dan kosmetika yang sampai menjadi produk akhir yang aman
diproduksi oleh perusahaan setelah diteliti dikonsumsi. Pada penelitian ini tidak
dan dinyatakan halal oleh LPPOM MUI. menggunakan penetapan prosedur
Pemegang otoritas menerbitkan sertifikasi verifikasi dan penetapan prosedur
produk halal adalah MUI yang secara teknis pencatatan, karena UD Kerupuk Dua Ikan
ditangani oleh Lembaga Pengkajia Pangan, hanya memerlukan rekomendasi perbaikan
Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) sebagai tindakan koreksi untuk
(Amin, Ma’ruf, 2013). mendapatkan produk kerupuk yang aman
3. Metodologi Penelitian dikonsumsi oleh konsumen, sedangkan
Penelitian ini mengambil objek untuk prosedur verifikasi dan prosedur
penelitian di UD Kerupuk Dua Ikan Jepara. pencatatan digunakan sebagai prosedur
Penetapan UD Kerupuk Dua Ikan pemeriksaan sistem HACCP secara
merupakan lokasi penelitian, karena tempat menyeluruh sesudah menerapkan rencana
tersebut membuat produk olahan makanan perbaikan proses produksi melalui titik
berupa kerupuk ikan tenggiri. Untuk kontrol.
penelitian ini dilakukan mulai bulan 1. Tim HACCP
November 2017 sampai selesai. Tim HACCP merupakan (cari
Penelitian ini bersifat penelitian pengertian) UD Kerupuk Dua Ikan
deskriptif analisis (descriptive analysis) dapat dikatakan sebagai usaha yang
dengan pendekatan kualitatif. Metode yang didirikan oleh keluarga secara turun
digunakan adalah studi kasus. Alasan temurun, dan tenaga kerja berasal dari
digunakan metode studi kasus karena keluarga dekat, apabila membutuhkan
metode penelitian yang digunakan tenaga kerja tambahan baru melakukan
merupakan metode penelitian deskriptif proses recruitment. Hal ini
dengan pendekatan kualitatif ini dalam menyebabkan keahlian manajemen
pelaksanaannya dapat dilakukan melalui operasional UD Kerupuk Dua Ikan
studi kasus. Langkah pertama melakukan menjadi terbatas, sehingga UD
studi pendahuluan tentang HACCP dan Kerupuk Dua Ika memerlukan sumber
sistem jaminan halal, kemudian melakukan informasi yang jelas untuk mengetahui
studi literature yang terdapat dari buku, seluruh informasi yang ada di dalam
jurnal, dan artikel-artikel yang menyangkut merilis usahanya. Untuk keahlian
permasalahan penelitian. Langkah kedua seperti analisis bahaya dan teknis
yaitu survey, observasi, dan wawancara perencanaan HACCP didapatkan dari
pada UD Kerupuk Dua Ikan. Langkah lembaga-lembaga jasa konsultan atau
ketiga mengolah data hasil survey yang dari referensi tertentu.
mengacu pada standar HACCP dan sistem 2. Deskripsi Produk
jaminan halal. Deskripsi produk merupakan
penjelasan-penjelasan lengkap dari
4. Hasil dan Pembahasan berbagai produk yang harus dibuat
4.1 Penerapan Langkah dan Prinsip termasuk informasi mengenai
Hazard Analysis Critical Control komposisi, struktur fisika/kimia
Points (HACCP) (termasuk Aw, PH, dll.), perlakuan-
Di dalam menerapkan langkah dan perlakuan mikrosidal/statis (seperti
prinsip HACCP sesuai dengan SNI 01- perlakuan pemanasan, pembekuan,
4852-1998 yang diakreditasi oleh Komite penggaraman, pengasapan, dll),
Akreditasi Nasional (KAN), maka UD pengemasan, kondisi penyimpanan dan
Kerupuk Dua Ikan dapat mengetahui titik daya tahan serta metoda
kritis yang dapat membahayakan produk- pendistribusiannya. Dibawah ini
merupakan Tabel 1 Deskripsi Produk Start
UD Kerupuk Dua Ikan dan Gambar 1
Diagram Alir Proses Produksi UD Penerimaan Bahan Baku
Kerupuk Dua Ikan, sebagai berikut:
Tabel 1 Deskripsi Produk UD Pengujian Tidak Sesuai
Kerupuk Dua Ikan Kualitas Secara Pengembalian ke supplier
Visual
Kriteria Keterangan
Sesuai
Produk Kerupuk Tenggiri
Ikan Tenggiri
Nama Kerupuk Kerupuk Dua Ikan Bersih

Kategori Proses Pengolahan Pangan Penghalusan Ikan Tenggiri


Komposisi Ikan tenggiri, garam, gula,
Pencampuran Bahan Baku
telur, tepung tapioka,
penyedap rasa, soda kue, air, Pemasakan Adonan
bawang putih
Pendinginan Adonan
Karakteristik Kering
Menguleni Adonan
Produk Akhir
Pemotongan Adonan
Metode Pengawetan Tidak menggunakan bahan
pengawet Penjemuran Kerupuk Ikan
Tenggiri
Pengemasan – Plastik bening polyethylene
primer untuk bahan pangan Pengemasan

Pengemasan – Kardus Distribusi


Pengiriman Selesai
Kondisi Suhu kamar, tidak terkena Gambar 1 Diagram Alir Proses
Penyimpanan cahaya matahari langsung dan
tidak lembap Produksi UD Kerupuk Dua Ikan
3. Identifikasi Konsumen
Metode Distribusi Dipasok ke toko oleh-oleh
dan langsung ke konsumen Pada identifikasi konsumen UD
Kerupuk Dua Ikan ini bersifat umum
Masa Simpan 1 tahun
kecuali balita. Hal ini dikarenakan
Persyaratan Umum bahan baku yang digunakan dalam
Pelanggan
membuat kerupuk tenggiri tidak
Cara Produk Digoreng menggunakan bahan baku yang
Digunakan/ berbahaya dan aman untuk dikonsumsi.
Persiapan Konsumsi
4. Menyusun dan Verifikasi Diagram
Perlabelan Nama perusahaan pangan,
logo perusahaan, volume
Alir Produksi
kemasan, contac person Diagram alir proses digunakan
untuk mengidentifikasi tahapan-
No. P-IRT 2023320010790-18 tahapan dari penerimaan bahan baku
hingga menjadi produk akhir. Kondisi
dan fungsi dari tahapan-tahapan proses
digunakan untuk penyusunan diagram
alir, dikarenakan untuk mempermudah
dalam penentuan titik kritis. Setelah
melakukan penyusunan diagram alir
kemudian melakukan verifikasi
diagram alir pada proses produksi
secara langsung agar diagram alir yang
telah dilakukan sesuai dngan kondisi
lapangan. Diagram alir produksi UD dengan ukuran 250 gram, dan proses
Kerupuk Dua Ikan dimulai dari yang terakhir yaitu kerupuk yang siap
penerimaan bahan baku dengan didistribusikan akan disimpan terlebih
menguji kualitasnya secara visual. daluhu dalam tempat penyimpanan.
Apabila bahan baku tidak memenuhi 5. Analisis Bahaya dan Tindakan
standar, maka akan dikembalikan ke Preventif
supplier, jika sudah memenuhi standar Pada analisis bahaya dan tindakan
akan langsung dilakukan penimbangan prevetif dibagi menjadi dua tahap, yaitu
bahan baku untuk masing-masing analisis bahaya dan penetapan kategori
proses. Pada proses pengolahan resiko serta tindakan preventif. Analisis
kerupuk terdapat beberapa proses bahaya merupakan evaluasi secara
sebelum mencampurkan semua adonan sistematik pada makanan spesifik dan
bahan baku, yaitu proses penghalusan bahan baku atau ingredient untuk
daging ikan tenggiri hingga halus. menentukan resiko. Sedangkan resiko
Proses penghalusan daging ikan keamanan pangan meliputi aspek
tenggiri dilakukan dengan pengujian keamanan kontaminasi biologi, kimia
kualitas secara visual untuk dan fisik. Kegiatan identidikasi bahaya
mendapatkan hasil yang sesuai dengan dapat dilakukan dengan cara mendata
karakteristik yaitu memiliki tekstur semua bahaya potensial yang terkait
yang halus, jika proses penghalusan dengan tahapan disetiap proses
kurang halus akan diulangi kembali produksinya sampai menjadi produk
sampai halus. Setelah melakukan akhir yang siap dikonsumsi. Setelah
proses pengolahan pendahuluan melakukan proses identifikasi bahaya
kemudian masuk ke proses maka langkah selanjutnya menetapkan
pencampuran bahan baku dengan cara kategori resiko dan tindakan koreksi
mencampurkan semua bahan bakunya bahanya sehingga dapat menghasilkan
hingga merata. daftar resiko berdasarkan bobot-bobot
Setelah melakukan proses yang bertujuan untuk menetapkan
pengolahan pendahuluan dalam tindakan preventif yang diterapkan. Di
memperoleh produk kerupuk yang dalam menetapkan kategori resiko
berkualitas, kemudian melakukan proses produksi kerupuk tenggiri
proses pemasakan yaitu mengkukus dimulai dari 0,I,II,III,IV, dan VI,
adonan kerupuk yang sudah melalui dimana merupakan kategori bahaya.
proses pencampuran sebelumnya. Penetapan kategori resiko mengacu
Untuk adonan yang sudah matang pada penelitian yang dikembangkan
kemudian diletakkan di dalam bak oleh (Pierson dan Corlett, 1992) yang
pendinginan untuk proses pendinginan meliputi bahaya meikrobiologi, kimia,
selama 4 jam. Pada proses ini tidak dan fisik dengan menetapkan tujuh
menggunakan alat bantu pendingin kategori bahaya 0 hingga 6. Kategori
apapun. baaya akan diakumulasikan dari bobot
Masuk ke proses selanjunya yaitu kategori bahaya (kolom A hingga F).
menguleni adonan yang sudah dikukus Dibawah ini merupakan Tabel 2
dengan kain mekao dan sehabis diuleni Penetapan Kategori Resiko, sebagai
melakukan proses pemotongan sesuai berikut:
dengan ukuran yang diinginkan,
kemudian dijemur sampai benar-benar
kering. Pada proses selajutnya yaitu
proses pengemasan dengan
menggunakan plastik bening
polyethylene untuk bahan pangan
Tabel 2 Penetapan Kategori 4.2 Identifikasi Critical Control Points
Resiko (CCP)
Bobot Kategori
Kategori Critical Control Points (CCP) atau titik
No Proses Bahaya
Resiko
A B C D E F kendali kritis merupakan suatu langkah
1 Penerimaan dimana pengendalian dapat dilakukan dan
Bahan Baku: 0 1 0 1 1 0 III mutlak diterapkan untuk mencegah atau
Ikan
Tenggiri
meniadakan bahaya keamanan pangan atau
Garam 0 0 0 1 1 0 II menguranginya sampai pada tingkah yang
Gula 0 0 0 1 1 0 II dapat diterima. Pada penentuan CCP
Telur 0 0 0 1 1 0 II didapatkan dari analisis bahaya yang
Tepung 0 0 0 1 1 0 II menggunakan pohon keputusan (decision
Tapioka tree) yang dapat dilihat pada Gambar 2
Bawang 0 0 0 1 1 0 II
Putih
Diagram Pohon Penetapan CCP Pada
Soda Kue 0 0 0 1 1 0 II Bahan Baku Produksi dan Gambar 3
Penyedap 0 1 0 1 1 0 III Diagram Pohon Penetapan CCP Pada
Rasa Proses Produksi, sebagai berikut:
Air 0 1 0 1 1 0 III
2 Penghalusan 0 0 0 1 1 0 II
Ikan
Tenggiri
3 Pencampuran 0 0 0 1 1 0 II
Bahan Baku
4 Pemasakan 0 1 0 1 1 0 III
Adonan
5 Pendingan 0 1 1 1 1 1 V
Adonan
6 Menguleni 0 0 0 1 1 1 III
Adonan Gambar 2 Diagram Pohon
7 Pemotongan 0 0 0 1 1 1 III Penetapan CCP Pada Bahan Baku
Adonan Produksi
8 Penjemuran 0 1 1 1 1 1 V
Adonan
9 Pengemasan 0 0 0 1 1 0 II
10 Distribusi 0 0 0 1 1 0 II
Kerupuk
Ikan Tenggiri
Dimana:
A. Resiko tinggi populasi khusus
B. Bahan peka
mikroorganisme/toksin/fisik
C. Tidak ada usaha penghilangan
bahay mikroorganisasi/toksin/fisik Gambar 3 Diagram Pohon
D. Rekontaminasi antara proses Penetapan CCP Pada Proses
sebelum pengemasan Produksi
E. Berpotensi terhadap kelalaian Untuk langkah selanjutnya yaitu
penanganan berikutnya penetapan titik kendali kritis (CCP) dengan
F. Tidak ada perlakuan pemanasan menggunakan diagram pohon yang
atau perlakuan khusus pada tahap diperoleh pada setiap proses pengolahan
berikutnya untuk menghilangan kerupuk sesuai dengan gambar 2 dan
potensi bahaya gambar 3. Pada penetapan CCP ini
memiliki tujuan untuk pemantauan
identifikasi bahaya bahan baku atau
digunakan dalam tahapan proses produksi.
Dibawah ini merupakan Tabel 3 Penetapan Tabel 4 Penetapan Titik Kendali CCP
Titik Kendali Kritis CCP Bahan Baku dan Proses Produksi
Tabel 4 Penetapan Titik Kendali CCP
Proses Produksi, sebagai berikut:
Tabel 3 Penetapan Titik Kendali CCP
Proses Produksi

Pada proses produksi UD Kerupuk Dua


Ikan terdapat 10 CCP, yaitu:
a. CCP 1
Pada bahan baku ikan tenggiri
ditetapkan sebagai CCP 1 karena
memiliki potensi yang berbahaya,
dimana ikan terkontaminasi dengan
pasir maupun kondisi keadaan ikan
yang kurang segar, sehingga dalam hal
ini dapat mempengaruhi kualitas
produk kerupuk ikan tenggiri.
Pengendalian resiko bahaya dapat
dilakukan dengan cara melakukan
pengujian ulang terhadap ikan tenggiri
sebelum diolah, dengan cara memilih
ikan yang benar-benar segar dari
supplier. Apabila ikan dalam keadaan
tidak segar maka dapat dikembalikan ke
supplier. Oleh karena itu, ikan tenggiri
ditetapkan sebagai titik kendali kritis
dan batas kritis.
b. CCP 2 ini dirancang secara spesifik untuk
menguragi potensi bahaya yang akan
Penyedap rasa merupakan CCP 2 terjadi. Setelah menerima bahan baku
pada bahan baku kerupuk ikan tenggiri dari supplier, pemilik usaha tidak
yang memiliki kandungan kimia. melakukan pengujian ulang terhadap
Dalam hal ini harus diperhatikan karena bahan baku yang diterima. Hal ini
terlalu berlebihan akan berpotensi menyebabkan potensi bahaya sehingga
bahaya terhadap kesehatan konsumen. perlu dilakukan penyortiran ulang
Pengendalian resiko bahaya dapat terhadap kualitas bahan baku dengan
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan ulang seperti menimbang
pengontrolan saat proses produksi ikan tenggiri dan dicek bentuknya
berlangsung sehingga pemberian apakah masih segar atau tidak, jika
penyedap rasa sesuai dengan ukuran. bahan baku ikan tenggiri tidak sesuai
Oleh karena itu, penyedap rasa standar spesifikasi maka akan
ditetapkan sebagai titik kendali kritis dikembalikan ke supplier, apabila
dan batas kritis untuk bahan tambahan sudah maka akan dilanjutkan ke proses
pangan ini. selanjutnya. Pada proses ini diperlukan
c. CCP 3 penetapan SOP.
e. CCP 5
Bahan baku air merupakan CCP 3 Pada tahapan proses pemasakan
yang dikarenakan mengandung logam adonan kerupuk ikan tenggiri
atau unsur mikrobiologi yang dapat merupakan CCP 5 setelah CCP 4. Hal
membahayakan jika tidak dilakukan ini dikarenakan bahwa tindakan
tindakan pencegahan, sehingga harus terakhir dalam mencegah terjadinya
memberikan desinfektan untuk air kontaminasi dari bahaya yang terdapat
selama satu bulan sekali. Selain itu di bahan baku sebelum proses
harus melakukan pengujian dan pemasakan dilakukan sampai dengan
pengontrolan kualitas air secara rutin proses pengemasan. Untuk tahap-tahap
karena tidak cukup dengan memberi selanjutnya tidak ada tindakan
desinfektan saja. Hal ini digunakan pencegahan dalam mengurangi resiko
untuk menetapkan batas kritis untuk bahaya. Proses pemasakan adonan ini
mengurangi resiko bahaya sampai ke dapat dikatakan sebagai proses yang
tahap yang diterima. Batas kritis sangat penting karena mempengaruhi
tersebut tidak berbau, tidak berasa, kualitas kerupuk tenggiri yang akan
tidak keruh, kandungan mikrobiologi, dipasarkan. Pada batas kritis proses
kimia, maupun fisik sesuai dengan pemasakan adonan harus menggunakan
Lampiran II Permenkes No. suhu 100°C sehingga dapat membunuh
416/Menkes/Per/IX/1990. Batas kritis
bakteri secara maksimal. Selain itu
tersebut akan dipantau/dimonitoring
harus dilakukan pemantauan saat proses
secara rutin oleh penanggungjawab
pemasakan adonan dan menerapkan
proses produksi sehingga dapat
Standard Operation Procedure (SOP).
mengetahui bahaya yang akan terjadi.
f. CCP 6
Pada proses pendinginan adonan
d. CCP 4
kerupuk ikan tenggiri dituangkan ke
Pada proses penerimaan bahan baku
dalam bak pendinginan dan udara yang
ditetapkan sebagai CCP 4 karena
terkontaminasi saat proses pemasakan
merupakan tahapan awal dimana
berlangsung. Hal ini dapat memicu
mengecek kualitas bahan baku yang
resiko bahaya akibat mikrobakteri yang
diterima apakah sesuai dengan
terdapat di dalam bak karena kotor dan
spesifikasi atau tidak, sehingga tahapan
udara sehingga dalam tahap ini telah
ditetapkan beberapa batas kritis, yaitu ditempat yang terbuka dengan keadaan
batas kritis untuk bak harus diersihkan lingkunga yang bersih, dan tidak
setelah dan sesudah digunakan dipinggir jalan raya.
sehingga akan mengurangi bakteri yang 4.3 Menetapkan Batas CCP
meyebabkan resiko bahaya dan proses
pendinginan dilakukan ditempat yang Batas kritis merupakan batas
tertutup tetapi memiliki udara yang toleransi yang harus dipenuhi untuk
tidak tercemar dengan apapun. menjamin bahwa CCP yang ditetapkan
g. CCP 7 dapat mengendalikan bahaya yang
Mengaduk adonan merupakan CCP mungkin terjadi secara efektif. Pada
7 setelah pendinginan adonan. Tahapan batas kritis ini dibagi menjadi tiga jenis,
ini merupakan dapat menimbulkan yaitu batas kritis biologi, kimia, dan
resiko bahaya karena terjadi fisik. Dibawah ini merupakan Tabel 5
kontaminasi antara bahan baku dengan Penetapan Batas Titik Kendali Kritis
tangan karyawan saat proses menguleni untuk Setiap Titik Kendali Kritis,
adonan. Jika tidak dilakukan sebagai berikut:
pemantuan akan berdampak bagi Tabel 5 Penetapan Batas TKK
kesehatan konsumen. Oleh karena itu untuk Setiap TKK
diperlukan pengendalian secara
maksimal untuk menguleni adonan
sehingga antara bahan baku dan tangan
karyawan tidak terjadi kontaminasi
dengan cara menerapkan Standard
Operation Procedure (SOP) agar
potensi bahaya dapat berkurang.
h. CCP 8
Pada proses pemotongan adonan
telah ditetapkan sebagai batas kritis
yang dapat menimbulkan resiko bahaya
karena peralatan yang digunakan dalam
bekerja tidak dalam keadaan bersih dan
steril. Oleh karena itu perlunya
pemantauan secara visual agar kondisi
peralatan dalam keadaan bersih dan
steril dengan cara menerapkan
Standard Operation Procedure (SOP).
i. CCP 9
Pada proses penjemuran adonan ini
dilakukan ditempat terbuka, lebih 4.4 Menetapkan Sistem Pemantauan
tepatnya dipinngir jalan raya. Hal ini untuk Setiap Titik Kendali Kritis
dapat meningkatkan resiko bahaya yang
terjadi akibat mikrobakteri terhadap Kegiatan pemantauan (monitoring)
udara bebas sehingga pada proses ini adalah pengujian dan pengamatan
menimbulkan kontaminasi silang. Oleh terencana dan terjadwal terhadap
karena itu pada proses penjemuran efektifitas proses mengendalikan CCP
adonan ini ditetapkan beberapa batas dan CL untuk menjamin bahwa CL
kritis dalam mengurangi resiko bahaya tersebut menjamin keamanan produk.
dengan menerapkan Standard Pada kegiatan pemantauan ini diperoleh
Operation Procedure (SOP) dan dengan cara melakukan pengamatan
melakukan penjemuran adonan secara visual dan pengecekan dalam
memastikan batas kritis kendali. yaitu bahan-bahan yang diproduksi
Dibawah ini merupakan Tabel 6 dengan memperhatikan aspek
Pemantauan untuk Setiap Titik Kritis kehalalan.
yang memiliki 8 titik kritis, sebagai 2. Tim Manajemen Halal
berikut: Tim Manajemen Halal memiliki
tugas dimana harus mencakup
Tabel 6 Pemantauan untuk semua bagian yang terlibat dalam
Setiap Titik Kritis aktivitas kritis serta memiliki tugas,
tanggungjawab dan wewenang
yang jelas yang bersangkutan
dengan semua pihak dalam proses
produksi di UD Kerupuk Dua Ikan.
Tim manajemen halal memiliki
wewenang masing-masing dalam
menjaga kehalalan produk Kerupuk
Dua Ikan.
3. Pelatihan dan Edukasi
Perusahaan harus mempunyai
prosedur tertulis pelaksanaan
pelatihan. Pelatihan internal harus
dilaksanakan minimal setahun
sekali dan pelatihan eksternal harus
dilaksanakan minimal dua tahun
sekali. Didalam pelatihan ini
memiliki tujuan agar semua pihak
4.5 Penerapan Kriteria Sistem yang terlibat di UD Kerupuk Dua
Jaminan Halal Ikan mengetahui dan memahami
Dalam penerapan Sistem Jaminan sistem jaminan halal yang akan
Halal, maka diperlukan penerapan 11 diterapkan. Untuk pelatihan internal
kriteria yang terdapat pada peraturan akan dilakukan oleh pihak UD
Halal Assurance System 23000, sebagai Kerupuk Dua Ikan sedangkan
berikut: pelatihan eksternal diadakan oleh
1. Kebijakan Halal LPM MUI.
Kebijakan halal adalah 4. Bahan
kebijakan yang diambil perusahaan Bahan yang digunakan dalam
terkait dengan produksi halal. Suatu pembuatan produk yang
industri atau usaha dapat disertifikasi tidak boleh berasal dari
menggunakan secara rinci tentang bahan haram atau najis, sehingga
kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan harus memiliki
halal, sehingga dapat menjadi dokumen pendukung seperti
pedoman untuk setiap proses sertifikat halal, diagram alir,
produksi. Di dalam proses produksi spesifikasi teknis, dan bahan yang
UD Kerupuk Dua Ikan digunakan harus benar-banar halal.
berkomitmen menggunakan bahan Bahan baku yang digunakan oleh
baku pembuatan kerupuk secara UD Kerupuk Dua Ikan tergolong
halal, sehingga perlu adanya dalam positive list. Pengertian dari
sosialisasi kepada seluruh pihak halal positive list berupa bahan-
produksi maupun supplier dalam bahan yang tergolong tidak kritis
penyusunan kebijakan halal. Yang (bahan yang apabila digunakan
dimaksudkan dengan bahan halal dalam proses produksi tidak
merubah status kehalalan bagi dalam proses produksi dari awal
produk yang dihasilkan). Dibawah penerimaan bahan aku sampai dengan
ini merupakan Tabel 7 Daftar penyimpanan produk. Fasilitas
Bahan UD Kerupuk Dua Ikan, produksi harus menjamin tidak adanya
sebagai berikut: kontaminasi silang dengan bahan-
Tabel 7 Daftar Bahan UD bahan yang haram. UD Kerupuk Dua
Kerupuk Dua Ikan Ikan memiliki fasilitas produksi area
pencucian bahan baku, pengolahan,
penyimpanan produk jadi dan
pengemasan. Secara umum peralatan
produksi yang digunakan di UD
Kerupuk Dua Ikan yaitu peralatan
rumah tangga.
7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis
Perusahaan harus mempunyai
prosedur tertulis mengenai pelaksanaan
aktivitas kritis, yaitu aktivitas pada
rantai produksi yang dapat
mempengaruhi status kehalalan produk.
Pembuatan prosedur tertulis akan
disesuaikan dengan keadaan dan
kegiatan yang ada di UD Kerupuk Dua
Ikan. Pada dasarnya UD Kerupuk Dua
Ikan tidak memiliki prosedur aktivitas
5. Produk kritis di setiap yang terlibat aktivitas
Karakteristik produk harus produksi, sehingga perlu membuat
mengarah berdasarkan fatwa MUI, prosedur secaea tertulis.
merk/nama produk yang didaftarkan 8. Kemampuan Telusur
untuk disertifikasi tidak boleh Perusahaan harus mempunyai
menggunakan nama yang mengarah prosedur tertulis untuk menjamin
pada sesuatu yang diharamkan atau kemampuan telusur produk yang
ibadah yang tidak sesuai dengan syariah disertifikasi berasal dari bahan yang
Islam. Seluruh produk terdapat di UD memenuhi kriteria (disetujui LPPOM
Kerupuk Dua Ikan harus didaftarkan MUI) dan diproduksi di fasilitas
dan disertifikasi dari LPPOM MUI. produksi yang memenuhi kriteria
Jenis produk akan digunakan sebagai sehingga dapat mengetahui bawa
penentuan jenis manual berdasarkan produk yang dihasilkan merupakan
pada SK LPPOM MUI produk halal. Penelusuran bahan baku
No.SK07/Dir/LPPOM MUI/IV/11 di UD Kerupuk Dua Ikan mudah untuk
tentang kategori produk perusahaan dilakukan karena bahan baku diambil
pendaftar sertifikat halal dan proses secara langsung dari supplier yang
sertifikasi halal. Dari survey yang sudah belum mendapatkan sertifikat MUI.
dilakukan, dapat diketahui bahwa Dalam hal ini memerlukan audit halal
produk UD Kerupuk Dua Ikan tidak oleh LPPOM MUI dalam mengecek
mengandung unsur-unsur yang secara visual proses produksi ikan
bertentangan dengan syariat Islam segar, sedangkan bahan baku yang
karena tidak mengarah ke produk halal. lainnya tidak mengandung unsur
6. Fasilitas Produksi haram.
Fasilitas produksi merupakan
fasilitas dan perlatan yang digunakan
9. Penanganan Produk yang Tidak sistem jaminan halal masih terdapat
Memenuhi Kriteria beberapa kriteria yang sudah terpenuhi
Pada penanganan produk di UD yaitu 5 kriteria dan yang belum
Kerupuk Ikan Tenggiri harus sesuai terpenuhi 6 kriteria. Sedangkan kriteria
kriteria, seperti bahan baku harus sistem jaminan halal masih terdapat
memenuhi spesifikasi. Jika terdapat beberapa kriteria yang harus
produk yang tidak memenuhi kriteria diperhatikan lagi yaitu kriteria
akan dilakukan penggantian produk kebijakan halal, tim manajemen halal,
baru, jadi UD Kerupuk Dua Ikan harus pelatihan dan edukasi, prosedur tertulis
mempunyai prosedur tertulis untuk aktivitas kritis, kemampuan telusur,
menangani produk yang tidak penanganan produk yang tidak
memenuhi kriteria, yaitu tidak dijual ke memenuhi kriteria, audit internal, dan
konsumen yang mempersyaratkan kaji ulang manajemen.
produk halal dan jika terlanjur dijual Rekomendasi perbaikan untuk
maka harus ditarik. memenuhi prinsip HACCP sebagai
10. Audit Internal jaminan keamanan pangan meliputi
Audit internal merupakan audit monitoring bahan baku, monitoring
yang dilaksanakan oleh manajemen suplai air, penataan ruangan dan
halal dalam menilai kesesuaian fasilitas, monitoring karyawan,
penerapan sistem jaminan halal dan pengontrolan pemberantasan hama,
akan disampaikan ke LPPOM MUI pencatatan dokumentasi secara rutin,
dalam bentuk laporan berkala setiap 6 monitoring kebersihan peralatan
(enam) bulan sekali. Ruang lingkup produksi, monitoring peralatan kerja
audit yaitu implementasi sebelas karyawan, melengkapi fasilitas cuci
kriteria sistem jaminan halal. tangan dengan sabun khusus cuci
11. Kaji Ulang Manajemen tangan dan tisu, monitoring kondisi
Kaji ulang manajemen harus kesehatan pekerja. Sedangkan
dilakukan minimal satu kali dalam satu rekomendasi untuk kriteria sistem
tahun sehingga dapat menilai jaminan halal meliputi kebijakan halal,
keefektifan penerapan system jaminan tim manajemen halal, pelatihan dan
halal dan merumuskan perbaikan edukasi, prosedur tertulis aktivitas
berkelanjutan. Bahan kaji ulang dibuat kritis, kemampuan telusur, penanganan
oleh audit internal, yang akan produk yang tidak memenuhi kriteria,
digunakan sebagai acuan menentukan audit internal, kaji ulang manajemen.
perbaikan dalam kaji ulang manajemen. Penyusunan dokumen manual
UD Kerupuk Dua Ikan dapat HACCP dan sistem jaminan halal
melakukan kaji ulang manajemen disesuaikan dengan SHACCP dan
dengan berdiskusi sesama karyawan LPPOM MUI.
UD Kerupuk Dua Ikan dan hasilnya
akan dilakukan perbaikan dalam Daftar Pustaka
menjamin kehalalan produk. Avansa, M.P.V., Benita, M., Luna, V.Z.
5. Kesimpulan (2005). Barrier of HACCP team
Dalam evaluasi kondisi tempat members to guideline adherence.
produksi dapat diketahui bahwa9 titik Published Food Control
kritis yang harus diperhatikan yaitu International Journal Vol 16, 15-
bahan baku ikan tenggiri, penyedap 22.
rasa, air, proses penerimaan bahan
baku, pemasakan adonan, pendinginan
adonan, pemotongan adonan, dan
penjemuran adonan. Sedangkan kriteria
BPOM RI (2009). Mendisain Cara Analysis Critical Control Point).
Produksi Pangan Olahan Yang Jakarta: Bumi Aksara.
Baik. Jakarta: Direktorat SPKP,
Deputi III, BPOM. Vela, A.R., Fernandes, J.M. (2003).
Barrier for the developing and
El-Hofi, M., El-Tanboly, El-Sayed & implementation of HACCP plans:
result from a Spanish regional
Ismail, Azza (2010). survey. Food control Vol 14, 333-
Implementation of the Hazartd 337.
Analysis Critical Control Point
(HACCP) System to UF White www.ebookpangan.com diakses pada
Cheese Production Line. ACTA tanggal 12 November 2017.
Scientiarum Polonorum,
Technologia Alimentaria Vol 9, Zulfifly, M. I., Mohd Zahari, M. S.,
331-342. Othman, Z. & Jalis, M. H. (2010).
An Investigative Study into the
Hulebak, K.L. dan Schlosser, W (2002).
Hazard Analysis of Critical Control
Hazard Analysis and Critical
Point (HACCP) Implementing in
Control Point (HACCP) History
the Small and Medium-Sized Food
and Conceptual Overview. Risk
Manufacturing Enterprises (SMEs).
Analysis Vol 22 (3): 547–55.
Interdisciplinary Journal of
Contemporary Research in
Motarjemi, Y., & Mortimore, S. (2005).
Business, Vol 1, 46-69.
Industry’s need and expectations to
meet food safety, 5thInternational
meeteing, Noordwijk food safety
and HACCP Forum, 9-10
December 2002. Food Control Vol
16, 523-529.

Pierson, M.D & D.A Corlett. (1992).


HACCP Principles And
Application. New York: An Avi
Book.

Ropkins, K. and A.J. Beck. (2000).


Evaluation of Worlwide
Approaches to the use of HACCP to
Control Food Safety. Trends in
Food Science & Technology,
11:1021.

Rosas, P. & Reyes, G. (2009). Design


of a HACCP Plan for the Industrial
Process of Frozen Sardines.
Archivos Latinoamericanos De
Nutricion Vol 59, 310-317.

Thaheer, Hermawan. (2005). Sistem


Manajemen HACCP (Hazard

Anda mungkin juga menyukai