Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke UGD RS dengan luka tertusuk
paku di kaki kanannya. Di RS luka pasien dibersihkan kemudian disuntik atibiotik
tanpa menanyakan apakah ada riwayat alergi sebelumnya dan tanpa melakukan
skin test terlebih dahulu. Selang beberapa menit pasien tidak sadarkan diri, pre
syok, dipanggil tidak merespon.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 80/50 mmHg, denyut nadi 110
x/menit regular, suhu 36,7 derajat celcius dan frekuensi napas 20 x/menit.
Paramedis dan dokter yang bertugas mendiagnosis sebagai syok anafilaktik, dan
mereka langsung sibuk memberikan pertolongan. Syukurlah nyawa pasien bisa
diselamatkan. Keluarga pasien merasa bingung kenapa setelah disuntik malah
tidak sadar. Dokter menjelaskan bahwa pasien mengalami reaksi imun berlebihan.
Allah memiliki sifat Ar-rohim yang Maha Luas kasih sayang-Nya kepada
setiap makhluk-Nya di dunia. Jadi ketika diberi cobaan sakit janganlah berburuk
sangka pada Allah coba cari tahulah apa dibalik hikmah itu semua.

1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Untuk mengetahui apa itu Sistem Imun.
2. Untuk mengetahui macam-macam sel yang bekerja dalam sistem imun.
3. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya alergi.
4. Untuk mengetahui macam-macam gangguan pada sistem imun.
5. Untuk mengetahui hipersensitivitas pada sistem imun.
6. Untuk mengetahui Imunologi dari segi Islam.

IMUNOLOGI DASAR | 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI SISTEM IMUN


Tubuh selalu mempertahankan diri ketika ada benda asing yang mencoba
untuk masuk kedalamnya, hal ini disebut dengan imunitas. Beberapa jaringan dan
sel tubuh bersatu menjadi suatu sistem imun yang kemudian mereka memberikan
reaksi yang disebut respon imun. Biasanya, respon imun selalu dirangsang dengan
menggunakan vaksinasi (Abbas, dkk, 2016).
Sistem imun memiliki banyak fungsi, yaitu untuk pertahanan tubuh dari benda
asing, membersihkan sel mati, memperbaiki jaringan rusak, dan juga mencegah
aktifnya sel kanker dan tumor didalam tubuh (Abbas, dkk, 2016).
Selain fungsi-fungsi tersebut, sistem imun juga berfungsi untuk
menghancurkan sel yang tidak normal pada tubuh dan mengenali benda asing
yang masuk kedalam tubuh. Benda asing yang ditahan oleh imun bisa berupa
bakteri dan virus (Sherwood, 2014).

2.2 MACAM-MACAM SISTEM DALAM SISTEM IMUN

2.2.1 IMUN ALAMI


Imunitas alami adalah imun yang sudah ada sejak bayi yang berfungsi
untuk memberikan perlindungan segera terhadap infeksi (Abbas, 2016).
Pembahasan ini akan membahas macam-macam komponen yang ada
dalam sistem imun alami. Diantaranya adalah sel epitel, sel-sel penjaga
(sentinel) di jaringan ( makrofag, sel dendritik, sel mast) sel limfoid alami, dan
sel NK.
2.2.1.1 Barier Epitelial

Barier epitelial adalah penghubung utama antara tubuh dan


lingkungan eksternal, traktus gastrointestinal, traktus respiratori, dan
traktur genitourinaria (Abbas, 2016).
Dalam barier epiteli terdapat fagosit yaitu neutorfil dan monosit
atau makrofag :

IMUNOLOGI DASAR | 2
a. Neutrofil
Neutrofil adalah sel pertama yang memberikan respon terhadap
infeksi dan disebut juga sebagai leukosit polimorfonuklear (PMN) adalah
leukosit paling banyak dalam darah yang berjumlah 4000– 10.000 / µL
(Abbas, 2016).
b. Monosit
Monosit adalah yang bertugas sebagai menelan mikroba dalam
darah dan dalam jaringan. Monosit ini memiliki jimlah yang paling sedikit
yaitu berjumlah 500 – 1000 / µL. Monsit juga dapat berdiferensiasi
menjadi makrofag ketika monosit masuk di jaringan ekstraseluler. Dalam
makrofag sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu aktifasi makrofag klasik dan
alternatif (Abbas, 2016).
1. Aktifasi Makrofag Klasik
Aktifasi makrofag klasik bisa disebut juga sebagai M1. M1 ini
bertugas sebgai penghancuran mikroba dan inflamsi (Abbas, 2016).
2. Aktifasi Makrofag Alternatif
Aktifasi makrofag alternatif bisa disebut juga sebagai M2. M2 ini
bertugas ketika tidak adanya sinyal TLR yang kuat dan diinduksi oleh
IL-4 dan IL-3. Dan ini tampaknya lebih penting dalam hal
penyembuhan jarigan da inflamsi (Abbas, 2016).
2.2.1.2 Sel Dendritik
Sel dendritik adalah sel yang memberi respon terhadap mikroba
dalam menghasilkan sitokin. Sitokin ini memiliki dua fungsi utama :
mengawali peradangan dan merangsang respon imun adaptif (Abbas,
2016).
2.2.1.3 Sel Mast

Sel mast adalah sel yang berasal dari sumsum tulang belakang
dengan granula sitoplasma banyak dan ditemukan di kulit dan epitel
mukosa (Abbas, 2016).
2.2.1.4 Sel Limfoid Alami

IMUNOLOGI DASAR | 3
Sel limfoid alami disebut juga Innate Lymphoid Cell / ILCs. ILCs
adalah sel yang menyerupai limfoid dan menghasilkan sitokin dan
menyerupai fungsi limfosit T tapi tidak mekspresikan reseptor antigen sel
T (Abbas, 2016).
2.2.1.5 Sel Natural Killer
Sel Natural Killer atau disebut juga sel NK dapat mengenali sel
yang terinfeksi dan mengalami stress dan memberi respon dengan
membunuh sel-sel ini dan dengan mensekresi sitokin yang mengaktifkan
makrofag (Abbas, 2016).
2.2.1.6 Sistem Komplemen
Sistem komplemen adalah kumpulan dari protein terikat membran
dan protein dalam darah yang penting dalam pertahanan. Katasade
komplemen dapat diaktifkan oleh satu dari tiga jalur :
a. Jalur alternatif
Dipicu bila beberapa protein komplemen diaktifkan pada
perumkaan mikroba dan tidak dapat dikontrol (Abbas, 2016).
b. Jalur Klasik
Paling sering dicetuskan oleh antibodi yang mengikat antigen lain
sehingga menjadi suatu komponen dari imunitas humoral (Abbas,
2016).
c. Jalur Lektin
Jalur lektin diaktifkan ketika suatu protein plasma mengikat
karbohidrat (Abbas, 2016).
Protein komplemen teraktivasi berfungsi sebagai enzim proteolitik
untuk memecah protein komplemen lainnya. Sistem komplemen
memberikan tiga fungsi dalam pertahan inang :
a. Opsonisasi dan fagositosis
Opsonisasi dan fagositosis atau disebut juga C3b fungsinya untuk
menyelubungimikroba dan meningkatkan mikroba ini pada fagosit.
Proses penyelubungan suatu mikroba dengan molekul yang dikenal
menggunakan fagosit disebut opsonisasi (Abbas, 2016).
b. Inflamasi

IMUNOLOGI DASAR | 4
Bebebrapa protein komplomen khusunya C5a dan C3a merupakan
chemoattractants untuk leukosit sehingga dapat mempromosika
pengarahan leukosit (inflamsi) pada aktivasi komplemen (Abbas, 2016).
c. Laris sel
Komplomen memuncak pada pembentukan komplek protein
polimerik yang masuk kedalam membran sel mikroba, megganggu
batasan permeabilitas dan menyebabkan lisis osmotik ataupun apoptosis
pada mikroba (Abbas, 2016).

2.2.2 IMUNITAS ADAPTIF (SPESIFIK)


Imunitas adaptif adalah pertahanan tubuh berupa perlawanan terhadap
antigen tertentu. Sistem imun yang membutuhkan pajanan mengenali jenis
mikroba yang akan ditangani. Sistem imun ini bekerja secara spesifik karena
respon setiap jenis mikroba berbeda. Dan membutukan waktu yang agak lama
untuk menimbulkan respon. Jika sistem imun ini sudah terpajan oleh suatu
mikroba atau penyakit maka perlindungan yang diberikan dapat bertahan
lama karena sistem ini mempunyai memori terhadap pajanan yang didapat.
Jenis-jenis imunitas adaptif dibagi menjadi 2, yaitu :
2.2.2.1 IMUNITAS HUMORAL
Diperantarai oleh protein yang dinamakan antibodi, yang
diproduksi oleh sel-sel yang disebut limfosit B. Sel B berasal dari sumsum
tulang belakang dan akan menghasilkan sitoplasma lalu menghasilkan
antibodi. Antibodi tersebut masuk kedalam sirkulasi dan cairan mukosa
lalu menetralisir dan mengeliminasi mikroba serta toksin mikroba yang
berada di luar sel-sel inang dalam darah dan cairan ekstraseluler. Fungsi
terpenting antibodi yaitu menghentikan mikroba yang berada pada
permukaan mukosa dan dalam darah agar tidak mendapatkan akses
menuju sel inang. Antibodi inilah yang akan melindungi tubuh dari infeksi
ekstraseluler, virus dan bakteri serta menetralkan racun.

2.2.2.2 IMUNITAS SELULER

IMUNOLOGI DASAR | 5
Pertahanan terhadap mikroba intraseluler yang prosesnya
diperantarai oleh sel limfosit T yaitu limfosit T helper dan limfosit T
sitotoksik. Limfosit T helper mengaktivasi fagosit untuk menghancurkan
mikroba yang telah dimakan oleh fagosit ke dalam vesikel intraseluler.
Limfosit T sitotoksik membunuh berbagai jenis sel inang yang terinfeksi
mikroba infeksius didalam sitoplasmanya. Sel ini juga berasal dari
sumsum tulang belakang, namun dimatangkan di timus. Fungsi umum
sistem ini yaitu melawan bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur,
parasite dan tumor.
Pada imunitas humoral, limfosit B mensekresi antibodi yang
memberantas mikroba ekstraseluler. Pada imunitas seluler, berbagai
macam limfosit T merekrut dan mengaktifkan fagosit untuk
menghancurkan mikroba yang telah ditelan dan membunuh sel yang

terinfeksi.

Gambar 2.1
Macam-macam sel pada sistem imun adaptif
(Abbas, 2016)

IMUNOLOGI DASAR | 6
2.3 MEKANISME SISTEM IMUN
Ditinjau dari 2 sisi, yaitu sistem imun innate dan adaptif.
2.3.1 SISTEM IMUN INNATE
Imun innate atau respons imun non spesifik atau respon ilmu alami sudah
ada sejak lahir dan merupakan komponen normal.
Respon imun meliputi pertahanan fisik atau mekanik, pertahanan
biokimia, pertahanan humoral, dan pertahanan selular. Respon imun ini
merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan mikroba dan
dapat memberikan respons langsung, siap mencegah mikroba masuk ke tubuh
dan dengan cepat menyingkirkannya. Jumlah nya dapat ditingkatkan oleh
infeksi, misal sel leukosit meningkat selama fase akut penyakit. Respon ini
dimediasi oleh rangkaian kompleks dari peristiwa selular dan molekular
termasuk fagositosis,radang dan lain-lain (Sudiono Janti, 2014).
Ada beberapa komponen innate immunity yaitu:
1. Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel polimorfonuklear (PMN) dan
makrofag
2. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
3. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
4. Protein fase akut C-Reactive Protein (CRP) yang mengikat
mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur
klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
5. Produksi interferon alfa oleh leukosit dan interferon beta oleh fibroblast
yang mempunyai efek antivirus.
6. Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK)
melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
7. Pelepasan mediator eosinofil seperti major basic protein (MBP) dan
protein kationili yang dapat merusak membran parasit.

Mekansime imunitas ini memerlukan pengenalan terhadap antigen lebih dulu.


Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari:
1. Imunitas humoral.
Produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent dan non T
dependent).

IMUNOLOGI DASAR | 7
2. Cell mediated immunity (CMI). (Munasir Zakiudin, 2016)

2.3.2 SISTEM IMUN ADAPTIF

2.3.2.1 Respon sel T

Peptida dari antigen protein dan MPC yang menampilkan peptida


dikenali oleh sel T naif (sel T CD4+ dan sel T CD8+) di limfoid organ
perifer. Pengenalan ini dilakukan oleh Reseptor Sel T (TCR). Respons
awal yang dilakukan adalah sekresi sitokin serta peningkatan ekspresi
reseptor. Sitokin kemudian akan merangsang terjadinya proliferasi sel T
yang menghasilkan jumlah limfosit spesifik antigen. Limfosit yang telah
aktif selanjutnya mengalami diferensiasi dan menghasilkan sel T efektor.
Fungsi sel T efektor CD4+ untuk merekrut dan mengaktifkan fagosit yang
akan menghancurkan mikroba sedangkan fungsi sel T efektor CD8+
sitolitik untuk membunuh sel yang terinfeksi.
Sel efektor dapat mengalami dua kejadian yaitu tetap berada di
limfoid untuk mengatasi sel yang terinfeksi di tempat itu sendiri juga
memberikan sinyal kepada sel B. kejadian yang kedua, sel T efektor dapat
meninggalkan limfoid kemudian masuk ke sirkulasi menuju tempat yang
terinfeksi dan mengatasinya.
Selain berkembang menjadi sel T efektor, sel T mengalami perubahan
lain yaitu menjadi sel T memori yang akan memberikan respon cepat
ketika terjadi paparan mikroba yang sama (berulang). (Abbas, 2016)

IMUNOLOGI DASAR | 8
Gambar 2.2 Tahap Aktivasi Limfosit T (Abbas, 2016)

2.3.2.2 Respon Sel B

Gambar 2.3 Mekanisme imunitas pada sel B (Johnson, Arthur G, 2010)

IMUNOLOGI DASAR | 9
Gambar 2.4 Mekanisme antibodi (Janeway, CA, Jr, 2001).
Semua bermula saat antigen menempel pada reseptor sel B.
Reseptor ini tiap sel-sel B berbeda satu sama lain. Setelah mengenali
antigen dan dibantu oleh sel T Helper 2, sel B menjadi aktif dan segera
memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel
memori. Sel plasma akan membentuk antibodi dan sel memori akan
merekam antigen apa saja yang sudah pernah masuk ke dalam tubuh
(Janeway, CA, Jr, 2001).
Pada sel plasma ini lah di produksinya antibodi. Kadang terjadi
hypermutation pada sekresi antibodi dan mengakibatkan pertukaran
immunoglobulin antara IgM dengan IgE dan akhirnya menyebabkan alergi
(Janeway, CA, Jr, 2001).
 Antibodi
Antibodi adalah protein molekul immunoglobulin yang
terdiri dari berbagai asam amino yang spesifik yang dibuat oleh
sel plasma setelah limfosit B berinteraksi dengan antigen.
(Dorland, 2015)
Antibodi dapat dibedakan menjadi lima kelas, yaitu IgM,
IgG, IgA, IgE, dan IgD. Masing-masing kelas memiliki fungsi
yang berbeda-beda.

IMUNOLOGI DASAR | 10
Gambar 2.5 Macam-macam kelas pada immunoglobulin
(Abbas, 2016)

Setelah antibodi terbentuk, mereka akan mendekati antigen dan


menahan antigen untuk melakukan infeksi sel-sel lainnya dengan beberapa
cara, yaitu neutralization, opsonization, dan complement activation.
(Janeway, CA, Jr, 2001)

2.4 GANGGUAN PADA KELAINAN IMUN


Kelainan pada fungsi sistem imun dapat menyebabkan penyakit imun dalam
dua cara umum yaitu :
1. Penyakit Imunodefisiensi (respon imun terlalalu lemah)
2. Serangan imun yang tidak sesuai (respon imun berlebihan atau salah
sasaran)
2.4.1 Penyakit imunodefisiensi terjadi akibat insufisiensi respon
imun

Penyakit imunodefisiensi terjadi jika sistem imun gagal berespon secara


adekuat terhadap invasi asing, penyakit ini dapat bersifat kongenital
(terdapat sejak lahir) atau didapat secara non herediter. Dan mungkin hanya
menggangu imunitas yang diperantarai oleh antibodi, imunitas yang
diperantarai oleh sel atau keduanya. Pada penyakit kongenital yang jarang
dikenal sebagai imunodefisiensi kombinasi berat, pasien tersebut biasanya
tidak memiliki sel B maunpun sel T, para pasien ini memiliki pertahanan
yang sangat terbatas terhadap organisme patogenik dan kemungkinan besar
untuk meninggal pada masa bayi, dan kemungkinan hidupnya sangatlah
kecil apabila dapat hidup di lingkungan bebas kuman (yaitu tinggal di dalam
gelembung “bubble”). Keadaan imunodefesiensi non herediter dapat terjadi
akibat perusakan yang tak disengaja oleh jaringan limfoid sewaktu
pemberian obat anti inflamasi dalam jangka panjang, contohnya
memberikan turunan yang mengandung kortisteroid atau akibat terapi
kanker yang ditunjukan untuk menghancurkan sel-sel yang cepat membelah
(Tetapi mengenai limfosit selain sel kanker ). Penyakit imunodefesiensi
yang paling baru dan tragis adalah dan paling banyak adalah AIDS yang

IMUNOLOGI DASAR | 11
disebabkan oleh virus HIV, suatu virus yang menginvansi dan
melumpuhkan sel T helper (Sherwood , 2017).

2.4.2 Serangan imun yang tidak sesuai ( respon imun berlebihan )


dibagi menjadi tiga yaitu :
 Penyakit auto imun
 Penyakit kompleks
 Alergi

2.4.2.1 PENYAKIT AUTO IMUN


Terkadang sistem imun gagal membedakan anatara non self-
antigen dengan self-antigen serta melakukan serangan yang dapat
merusak satu atau lebih jaringan tubuh itu sendiri. Penyakit auto imun
adalah suatu penyakit yang berasal dari kombinasi predisposisi genetik
dan lingkungan yang mengarah pada kegagalan mekanisme toleransi
sistem imun, penyakit auto imun ini mendasari lebih dari 80 penyakit
yang di antaranya adalah: multiple skelerosis, artritis, reumatiod,
diabetes militus tipe 1, psoriasis. Penyakit auto imun ini dapat timbul
karena sejumlah sebab yang diantaranya :
1. Pajanan antigen yaitu diri yang dalam keadaan normal tidak dapat
diakses yang bisa memicu serangan imun terhadap antigen-antigen
tersebut. Karena biasa tidak pernah terpanjan ke berbagai antigen
yang tersembunyi, sitem imun tidak belajar toleran terhadap mereka.
Pemajaan secara tidak sengaja antigen yang secara tidak normal
tidak dapat diakses dengan sistem imun karena kerusakan suatu
jaringan yang timbul oleh cedera atau penyakit yang dapat memicu
serangan imun cepat terhadap jaringan yang terkena. Yang dimana
penyakit Hashimoto adalah salah satu contoh penyakit auto imun
yang dimana melibatkan pembentukan antibodi terhadap tiroglobulin
dan rusaknya kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon.
2. Antigen, diri normal mungkin mengalami modifikasi oleh faktor-
faktor seperti obat, bahan kimia dan lingkungan, virus atau mutasi

IMUNOLOGI DASAR | 12
genetik sehingga tidak lagi dikenal dan di toleransi lagi oleh sistem
imun.
3. Terpanjannya sistem imun ke suatu antigen asing yang secara
struktural hampir sama dengan antigen suatu self-antigen dapat
memicu produksi antibodi atau mengaktifkan limfosit T yang tidak
saja berinteraksi dengan antigen tersebut tetapi juga bereaksi silang
dengan antigen tubuh yang mirip. Salah satu contohnya kemiripan
molekul ini adalah bakteri streptokokus penyebab radang
tenggorokan. Bakteri ini memiliki antigen-antigen yang strukturnya
sangat mirip dengan self-antigen, pada kasus ini antibodi yang
terbentuk terhadap organisme streptokokus juga dapat berkaitan
dengan jaringan jantung. Karena jaringan tersebut melapisi katup
jantung. Respon peradangan ini merupakan penyebab lesi katup
jantung yang berhubungan dengan demam reumatik (Sherwood,
2017).

2.4.2.2 PENYAKIT KOMPLEKS IMUN


Penyakit kompleks imun merupakan suatu reaksi antigen dengan
antibodi yang berlebihan secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan
sel normal selain sel asing penginvasi. Kompleks antigen dengan
antibodi yang terbentuk sebabagai respon terhadap invasi asing yang
dibersihkan oleh sel fagositosik setelah pertahanan non spesifik bekerja,
namun apabila jika diproduksi dalam jumlah yang berlebihan fagosit
tersebut tidak akan mampu membersihkan seluruh imun yang terbentuk.
Komples antigen dengan antibodi yang tidak disingkirkan akan terus
berlanjut mengaktifkan sistem komplemen diantara lain komplemen
aktif dan zat inflamatorik lain yang berlebihan dapat tumpah dan
merusak sel normal sekitar. Penyakit kompleks imun yang dapat
menjadi penyulit infeksi bakteri, virus ataupun parasit, penyakit
komples imun juga dapat berasal dari aktivitas peradangan berlebihan
yang dibentuk oleh self-antigen dan tubuh secara salah memproduksi
antibodi terhadap antigen tersebut (Sherwood , 2017).

IMUNOLOGI DASAR | 13
2.4.2.3 ALERGI
Alergi adalah sebuah respon dari sistem imun atau reaksi tubuh
terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya. Alergi ini dapat di bagi
menjadi beberapa alergi yaitu (Sherwood , 2017) :

 Anafilaksis. Anafilaksis merupakan penyakit alergi yang serius


dan reaksinya dapat mengancam jiwa. Jenis penyakit alergi ini
melibatkan cukup banyak organ tubuh kita dan dapat bereaksi dengan
sangat cepat.
 Asma. Asma adalah penyakit kronis yang dapat mempersempit
saluran udara dalam paru-paru, menyebabkan mengi, sesak napas,
sesak dada dan batuk. Asma biasanya disebabkan oleh substansi
pemicu alergi alias alergen.
 Dermatitis atopik (eksim). Dermatitis atopik atau yang dikenal
dengan eksim adalah kondisi kulit yang mengalami
peradangan namun tidak menular. Kulit yang mengalami inflamasi
ditandai dengan kulit kering, gatal dan mengeluarkan cairan ketika
tergores.
 Alergi lingkungan. Alergi lingkungan dapat terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh bereaksi secara abnormal pada zat-zat berbahaya
seperti debu atau bulu binatang. Zat-zat berbahaya ini dapat memicu
reaksi alergi pada hidung dan paru-paru.
 Alergi makanan. Alergi terhadap makanan terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh merespon makanan yang tidak berbahaya dan
melawan makanan tersebut seakan-akan makanan itu adalah sebuah
ancaman.  Beberapa macam makanan yang paling umum
menyebabkan reaksi alergi adalah susu, telur, kacang tanah, kedelai,
gandum, ikan, kerang, dan seafood (Samiadi, Lika A, Hello Sehat,
2017) .

2.5 HIPERSENSITIVITAS PADA SISTEM IMUN

IMUNOLOGI DASAR | 14
Hipersensitivitas adalah reaksi imun berlebihan dan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh. Reaksi imun terhadap antigen menjadi peka terhadap
keberadaan antigen tersebut, sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas [ CITATION
Abb16 \l 1057 ].
Penyebab reaksi hipersensitivitas:
1. Respon imun terhadap antigen asing (mikroba dan antigen lingkungan
menyebabkan kerusakan jaringan)
2. Respon imun dapat bekerja langsung terhadap antigen diri sendiri sebagai
akibat kegagalan toleransi diri [ CITATION Abb16 \l 1057 ].

Hipersensitivitas dibagi dalam empat tipe:


2.5.1 Hipersensitivitas Tipe I (hipersensitivitas cepat)
Hipersensitivitas tipe I atau disebut dengan hipersensitivitas segera
merupakan reaksi patologis yang disebabkan pelepasan mediator dari sel
mast dan dipicu produksi antibodi terhadap antigen lingkungan dan ikatan
IgE pada berbagai jaringan dan juga sel mast tersebut. Antibodi lainnya
selain IgE yang bekerja langsung pada jaringan dapat menyebabkan
kerusakan sel atau jaringan dan dapat mengganggu fungsinya. Gangguan
tersebut diperantatai oleh antibodi dan digolongkan menjadi
hipersensitivitas tipe II. Antibodi terhadap antigen larut membentuk
kompleks dengan antigen, dan kompleks imun mengumpul pada pembuluh
darah di berbagai jaringan lalu menyebabkan inflamasi. Gangguan tersebut
disebut penyakit kompleks imun dan digolongkan menjadi hipersensitivitas
tipe III. Ada juga hipersensitivitas tipe 4 yang diperantarai oleh sel T
(limfosit T) (Abbas, et al., 2016).
Penyakit yang biasa terjadi pada tipe 1 yaitu asma bronkial dan Rhinitis
alergika. Asma bronkial adalah penyakit inflamasi yang terjadi karena reaksi
alergi tipe cepat diikuti reaksi tipe lambat setelah kontak dengan alergen
inhalasi di paru, tepatnya pada mukosa saluran napas bawah baik pada
saluran yang lebih kecil ataupun yang lebih besar. Sedangkan rhinitis
alergika adalah konsekuensi dari reaksi hipersensitivitas tipe 1 terhadap
alergen umum seperti serbuk sari tumbuhan, tungau dan debu rumah tangga
yang masuk dan terlokalisir pada saluran napas atas lewat hirupan pada

IMUNOLOGI DASAR | 15
orang yang sebelumnya telah tersensitisasi karena kecendrungannya untuk
tersensitisasi akibat program awal yang tidak tepat (Abbas, et al., 2016).
2.5.2 Hipersensitivitas tipe II (diperantarai antibodi)

Hipersensitivitas II yang diperantarai antibodi disebabkan oleh antibodi


yang ditujukan terhadap antigen terhadap permukaan sel atau jaringan lain,
antigen yang masuk ke permukaan sel biasanya berupa molekul normal.
Abnormalitas yang diperantarai antibodi merupakan penyebab banyak
penyakit pada manusia, antibodi yang mengakibatkan penyakit yaitu
autoantibodi melawan antigen diri sendiri, terjadinya autoantibodi
diakibatkan kegagalan toleransi terhadap diri sendiri (Abbas, et al., 2016).
Mekanise yang diperantarai antibodi yaitu pertama inflamasi yaitu
antibodi terikat pada antigen sel atau jaringan dan mengakibatkan sistem
komplemen di daerah pembuluh darah mengakibatkan terjadinya inflamasi
dengan menarik dan mengaktifkan leukosit. Yang kedua yaitu opsonisasi
dan fagositosis terjadi jika antibodi terikat pada sel. Yang ketiga yaitu
respons seluler abnormal yang menyebabkan penyakit tanpa terjadinya
kerusakan pada jaringan, misal antibodi terhadap reseptor dan beberapa
antibodi lainnya (Abbas, et al., 2016).
2.5.3 Hipersensitivitas Tipe III (Diperantarai Kompleks Imun)
Pada Tipe ke-III, merupakan hipersesnsitivitas disebabkan kompleks
antigen antibodi (kompleks imun). Kompleks imun yang telah terbentuk
pada peredaran darah dapat mengendap pada pembuluh darah.
Pengendapatn tersebut juga disertai aktivasi komplemen dan peradangan
akut. Antigen di dalam kompleks tersebut berupa antigen eksogen (protein
mikroba, atau antigen endogen) seperti nukleoprotein. Pembuatan kompleks
imun berbeda dengan penyakit hipersensitivitas; kompleks antigen antibodi
dalam jumlah kecil mungkin diproduksi selama reaksi imun normal dan
biasanya difagositosis dan dihancurkan. Hanya saat produksi kompleks
imun yang cukup besar akan menetap dan mengendap di jaringan yang
bersifat patogen [ CITATION Kum13 \l 1057 ].
Kompleks imun yang menimbulkan penyakit mungkin dibuat di dalam
peredaran darah dan akan mengendap di pembuluh darah. Atau kompleks

IMUNOLOGI DASAR | 16
imun mungkin mengendap di tempat antigen ditanamkan (kompleks-imun
in situ). Kompleks imun menyebabkan jejas sistemik apabila dibentuk di
dalam sirkulasi dan mengendap di beberapa organ, atau terlokalisasi pada
organ tertentu (contoh ginjal, sendi atau kulit) apabila kompleks imun
dibentuk di sirkulasi dan mengendap di tempat yang spesifik. Mekanisme
dari jejas jaringan sama, tidak bergantung kepada pola distribusi. Penyakit
kompleks imun adalah sebagian dari penyakit imunologi yang paling sering[
CITATION Kum13 \l 1057 ].
Patogenesis penyakit sistem kompleks imun dapat dibagi menjadi tiga
fase: (1) Pembentukan kompleks antigen-antibodi di dalam peredaran
dan (2) pengendapan kompleks imun pada berbagai jaringan, yang
dapat berkembang menjadi (3) suatu reaksi inflamasi pada berbagai
tempat di dalam tubuh [CITATION Kum13 \l 1057 ].
2.5.4 Hipersensitivitas Tipe IV (Diperantarai Sel T)
Kelainan hipersensitivitas berdasarkan reaksi sel T. Pada penyakit yang
diperantarai sel T yang lain, kerusakan jaringan disebabkan inflamasi akibat
sitokin yang dihasilkan oleh sel T CD4+ atau oleh pembunuhan sel inang
oleh CTLs CD8+ [ CITATION Abb16 \l 1057 ].
Mekanisme rusaknya jaringan sama dengan mekanisme sel T
mengeliminasi mikroba yang terkait sel. Sel T CD4+ dapat bereaksi
melawan antigen sel atau jaringan dan mensekresi sitokin yang
menimbulkan inflamasi lokal dan mengaktifkan makrofag. Penyakit yang
berbeda dapat berkaitan dengan aktivasi sel Th1 dan Th17. Sel Th1 adalan
sumber IFN-γ, sitokin utama yang mengaktivasi makrofag, dan sel Th17
yang dianggap bertanggung jawab untuh pengerahan leukosit, termasuk
neutrofil [ CITATION Abb16 \l 1057 ].
Reaksi khas yang diperantarai oleh sitokin sel T adalah hipersensitivitas
tipe lambat (DTH), disebut demikian karena terjadi 24 sampai 48 jam
setelah seseorang yang sebelumnya telah terpapar antigen protein diberikan
antigen tersebut. Keterlambatan ini terjadi karena membutuhkan waktu
beberapa jam supaya limfosit T efektor dalam darah dapat berada di tempat
pemberian antigen, memberikan respons terhadap antigen di tempat

IMUNOLOGI DASAR | 17
tersebut, dan menghasilkan sitokin yang menyebabkan reaksi yang terlihat.
Reaksi DTH sering digunakan untuk menentukan jika seseorang
sebelumnya telah terpapar dan memiliki respons terhadap suatu antigen. Sel
T CD8+ spesifik terhadap antigen pada sel inang dapat langsung membunuh
sel-sel tersebut. Sel T CD8+ juga menghasilkan sitokin yang mencetus
inflamasi, namun biasanya bukan merupakan sumber utama sitokin pada
reaksi imun. Pada kebanyakan penyakit autoimun yang diperantarai sel T,
terdapat baik sel T CD4+ dan CD8+ yang spesifik untuk antigen diri, dan
keduanya berperan dalam kerusakan jaringan [ CITATION Abb16 \l 1057 ].

2.6 Kedokteran Islam


1. QS AL FATIHAH:1

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

2. QS YUNUS:107

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada


yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia
memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.

3. QS AL KAHF:58

IMUNOLOGI DASAR | 18
Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika
Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan
menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu
(untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan
tempat berlindung dari padanya.

4. QS ASY SYURA:30

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).

5. QS AL ARAF:156

Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat;


sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman:
“Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-
Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk
orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang
beriman kepada ayat-ayat Kami“.

6. QS AL ISRA:87

IMUNOLOGI DASAR | 19
kecuali karena rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu
adalah besar.

7. QS AL HUJURAT:12

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka.


Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

IMUNOLOGI DASAR | 20
BAB III

FCM

IMUNOLOGI DASAR

ADAPTIF
INNATE

SEL T SEL B
Cell-mediated Humoral
MAKROFAG / immunity immunity
MONOFIL
Fagositosis

SEL NATURAL Menghasilkan Menghasilkan


KILLER sitokinin antibodi

BASOFIL Kelainan pada Sistem Imun


Alergi Imunodefisiensi (Sistem imun
menurun) Ex : AIDS
Auto imun (Gagal membedakan
self dengan non-self) Ex :
EOSINOFIL Diabetes Melitus KDI
Alergi
Imun kompleks (Kerusakan sel QS Al-Fatihah :1
normal secara berlebihan) QS YUNUS:107
Alergi Ex : Asma, alergi QS AL KAHF:58
NEUTROFIL makanan
Fagositosis QS ASY SYURA:30
QS AL ARAF:156
ANAFILAKTIK
QS AL ISRA:87
TIPE I Karena IgE
QS AL HUJURAT:12
SEL MAST TIPE II Kegagalan mengenal self
maupun non-self

TIPE III Kompleks imun

TIPE IV Sitokin >> Antibodi

IMUNOLOGI DASAR | 21
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 DEFINISI SISTEM IMUN

Imunitas berarti tubuh mempertahankan diri dari bahaya patogen dengan


membentuk sistem imun dari jaringan dan sel tubuh. Sistem imun dapat
mengenali tuan rumahnya sendiri sehingga hanya akan melawan benda asing dari
luar. Tetapi, terkadang sistem imun harus melawan tuan rumahnya sendiri dalam
keadaan terpaksa. Keadaan ini biasa terjadi pada sel kanker tubuh yang mulai
aktif.

4.2 MACAM MACAM SISTEM PADA SISTEM IMUN

Sistem imun adaptif (spesifik) dapat menghancurkan patogen yang lolos


dari sistem kekebalan non spesifik. Terdiri dari sel-sel yang sangat khusus yang
disebut limfosit B dan limfosit T. Sel sel ini mampu mengenali antigen asing yang
berbeda dan memiliki kapasitas untuk menghasilkan memori imun, sehingga
tingkat reaksi akan lebih besar terhadap agen infeksi yang pernah menyerang
sebelumnya. Kekebalan respon imun adaptif dibagi menjadi dua jenis, imunitas
humoral dan imunitas seluler.
 Imunitas humoral diperantarai oleh molekul antibodi yang
disekresikan oleh limfosit B yang dapat menetralisir patogen di luar
sel.
 Imunitas seluler diperantarai oleh limfosit T, yang dapat
menghilangkan sel-sel yang terinfeksi dan memberikan bantuan kepada
respon imun lainnya.

Imunitas alami atau innate adalah imun yang sudah ada sejak lahir yang
dalam pelaksanaan masih harus dibantu oleh komponen dari luar sepeti imunisasi.
Dan di dalam innate masih terdapat sel yang membantu membasmi mikroba

IMUNOLOGI DASAR | 22
seperti halnya sel NK, sel mast, sel dendritik dan lain-lain. Semua sel yang ada di
dalam innate memiliki misi yang sama yaitu membasmi mikroba yang masuk
dipertahanan awal pada tubuh.

4.3 MEKANISME SISTEM IMUN

Bila mikrooganisme dapat melewati pertahanan non spesifik innate


immunity maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih
komplek dan spesifik. Respon imun ini merupakan pertahanan terdepan dalam
menghadapi serangan mikroba dan dapat memberikan respon langsung dan dapat
mencegah mikroba yang masuk ke tubuh.
Setelah itu antigen tersebut atau bisa disebut alergen akan berikan dengan
reseptor pada limfosit B. Lalu CD4 Th2 cells (T helper 2 sel yang memiliki
protein CD4 pada permukaan selnya) membantu mengaktifkan sel B untuk
menjadi plasma sel dan memori sel. Namun dengan adanya sel T helper ini, terjadi
mutasi sehingga mengubah jenis antibodi yang seharusnya IgM menjadi IgE. IgE
(Imunoglobulin E) ini yang menyebabkan respon alergi (Janeway, CA, Jr, 2001).
IgE setelah disekresikan akan menjalin dengan FcεRI dan menempel pada
mast cells, basophils, dan eosinophils yang aktif. Lalu mast cell melepaskan zat-
zat mediator semacam histamin, eosinophil chemotactic factor, dan slow-reactive
substance of anaphylaxis (SRA-A) yang menyebabkan terjadinya anafilaksis atau
alergi.
Efek histamin dalam tubuh ada beberapa, yaitu (Sherwood, 2018) :
 Meningkatkan sekresi mukus sehingga terjadinya bersin dan
pilek.
 Terjadi edema dan pembengkakan local kulit sehingga
menyebabkan hives atau kaligata (biduran).
 Terjadinya vasodilatasi, yaitu pelebaran rongga pembuluh darah
sehingga darah mengalir lebih lancar.
 Peningkatan permeabilitas kapiler sehingga dapat menyebabkan
kegagalan pernapasan.

IMUNOLOGI DASAR | 23
Efek SRA-A adalah memicu kontraksi pada otot polos di saluran napas
halus, dan jika terjadi pada dinding bronkiolus menyebabkan
menyempitnya rongga sehingga pasien kesulitan untuk bernapas.
Efek Eosinophil chemotactic factor adalah menarik eosinophil ke daerah
peradangan dan eosinophil akan mengeluarkan enzim-enzim yang akan
menghambat histamin sehingga dapat membatasi respon alergi.

Tetapi pada kasus syok anafilaktik, terjadi vasodilatasi yang meluas


sehingga terjadi perpindahan besar-besaran cairan plasma ke dalam ruang
interstisium karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler. Sehingga terjadi
kegagalan pernapasan karena tidak mampu mengalirkan udara melalui saluran
udara, karena saluran udara menyempit (Sherwood, 2018).

4.4 MACAM-MACAM GANGGUAN SISTEM IMUN

Gangguan sistem imun dibagi menjadi dua yaitu kongenital dan non
herediter, dimana gangguan sistem imun secara kongenital adalah penyakit
bawaan sejak lahir yang dimana bisa disebut juga dengan gen keturunan yang
dimana contohnya adalah : buta warna, thelesemia, hemofilia, gangguan
mental, dan albino yang memang tidak bisa disembuhkan. Berbeda halnya
dengan non herediter yang bisa terjadi pada saat kita dewasa dan dapat menyerang
siapa saja yang biasanya disebabkan oleh pemberian obat anti inflamsi dalam
jangka panjang seperti contohnya seseorang yang sedang menjalanin kemoterapi.

Kemudian ada yang namanya serangan imun yang tidak sesuai yang
dimana itu biasanya kita sebut dengan penyakit auto imun adalah suatu penyakit
yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh
kita sendiri. Penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh kita salah
menilai sel sehat yang memang ada di dalam tubuh kita sendiri yang dianggap
sebagai zat asing dan kemudian sel sehat tubuh kita memproduksi antibodi dan
kemudian menyerang sel sehat yang sudah ada, penyakit auto imun ini dapat
mempengaruhi hampir semua bagian tubuh termasuk otak, saraf, otot, kulit, sendi,
mata, hidung, jantung, paru-paru, ginjal, saluran pencernaan, dan pembuluh darah.

IMUNOLOGI DASAR | 24
Selanjutnya ada penyakit kompleks yang secara tidak sengaja dapat merusak sel-
sel normal yang dimana nantinya akan menyulitkan suatu infeksi bakteri, virus,
dan parasit, dan selanjutnya ada alergi yang dimana alergi adalah suatu keadaan
dimana tubuh menerima suatu respon yang tidak biasa dari dalam tubuh.

4.5 HIPERSENSITIVITAS PADA SISTEM IMUN

Hipersensitivitas adalah reaksi imun berlebihan dan menimbulkan


kerusakan jaringan tubuh. Hipersensitivitas dibagi dalam empat tipe.

Hipersensitivitas tipe I atau disebut dengan hipersensitivitas segera


merupakan reaksi patologis yang disebabkan pelepasan mediator dari sel mast dan
dipicu produksi antibodi terhadap antigen lingkungan dan ikatan IgE pada
berbagai jaringan dan juga sel mast tersebut. Antibodi lainnya selain IgE yang
bekerja langsung pada jaringan dapat menyebabkan kerusakan sel atau jaringan
dan dapat mengganggu fungsinya. Gangguan tersebut diperantatai oleh antibodi
dan digolongkan menjadi hipersensitivitas tipe II. Antibodi terhadap antigen larut
membentuk kompleks dengan antigen, dan kompleks imun mengumpul pada
pembuluh darah di berbagai jaringan lalu menyebabkan inflamasi. Gangguan
tersebut disebut penyakit kompleks imun dan digolongkan menjadi
hipersensitivitas tipe III. Ada juga hipersensitivitas tipe 4 yang diperantarai oleh
sel T (limfosit T).

IMUNOLOGI DASAR | 25
BAB V

KESIMPULAN

Banyak hal yang terjadi dalam tubuh manusia, salah satunya adalah sel-sel
yang bekerja dengan kompleks untuk menjaga tubuh dari hal-hal yang berbahaya
bagi tubuh, yaitu sistem imun. Sistem imun terbagi menjadi dua, yaitu imunitas
innate yang bertugas sebagai pertahanan pertama saat antigen masuk ke dalam
tubuh dan imunitas adaptif sebagai pertahanan kedua dan terakhir.

Imunitas adaptif sangat berjasa bagi tubuh karena mereka bekerja


memerangi antigen sekaligus menyimpannya dalam memori agar lebih cepat
membunuh antigen yang sama jika masuk untuk kedua kalinya.

Sistem Imun juga dapat terjadi keabnormalan, seperti immunodeficiency,


alergi, imun kompleks, hipersensitivitas, dan lain lain.

Allah SWT memberi kita hidup yang sangat nikmat, karena kita diberikan
penjaga di dalam tubuh agar kita tidak terserang penyakit. Sepatutnya kita
bersyukur atas kesehatan yang kita dapatkan ini, karena tanpa-Nya kita akan
mengalami sakit dan jika sakit parah dapat menyebabkan kematian.

IMUNOLOGI DASAR | 26
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A., Aster, J., & Kumar, V. (2013). Robbins Basic Pathology. Philadelphia: PA:
Elsevier Saunders.

Abbas, A., Litchman, A., & Pillai, S. (2016). Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan Kelainan
Sistem Imun. Singapore: Elsevier.

Janeway CA Jr, T. P. (2001). Immunobiology: The Immune System in Health and Disease
5th edition. New York: Garland Science.

Samiadi, L. A., & Savitri, T. (2017, February 9). Alergi. Retrieved from Hello Sehat:
https://hellosehat.com/penyakit/alergi-2/

Sherwood, L. (2018). Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.

IMUNOLOGI DASAR | 27

Anda mungkin juga menyukai