PENDAHULUAN
1.1 SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 40 tahun datang ke UGD RS dengan luka tertusuk
paku di kaki kanannya. Di RS luka pasien dibersihkan kemudian disuntik atibiotik
tanpa menanyakan apakah ada riwayat alergi sebelumnya dan tanpa melakukan
skin test terlebih dahulu. Selang beberapa menit pasien tidak sadarkan diri, pre
syok, dipanggil tidak merespon.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 80/50 mmHg, denyut nadi 110
x/menit regular, suhu 36,7 derajat celcius dan frekuensi napas 20 x/menit.
Paramedis dan dokter yang bertugas mendiagnosis sebagai syok anafilaktik, dan
mereka langsung sibuk memberikan pertolongan. Syukurlah nyawa pasien bisa
diselamatkan. Keluarga pasien merasa bingung kenapa setelah disuntik malah
tidak sadar. Dokter menjelaskan bahwa pasien mengalami reaksi imun berlebihan.
Allah memiliki sifat Ar-rohim yang Maha Luas kasih sayang-Nya kepada
setiap makhluk-Nya di dunia. Jadi ketika diberi cobaan sakit janganlah berburuk
sangka pada Allah coba cari tahulah apa dibalik hikmah itu semua.
IMUNOLOGI DASAR | 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IMUNOLOGI DASAR | 2
a. Neutrofil
Neutrofil adalah sel pertama yang memberikan respon terhadap
infeksi dan disebut juga sebagai leukosit polimorfonuklear (PMN) adalah
leukosit paling banyak dalam darah yang berjumlah 4000– 10.000 / µL
(Abbas, 2016).
b. Monosit
Monosit adalah yang bertugas sebagai menelan mikroba dalam
darah dan dalam jaringan. Monosit ini memiliki jimlah yang paling sedikit
yaitu berjumlah 500 – 1000 / µL. Monsit juga dapat berdiferensiasi
menjadi makrofag ketika monosit masuk di jaringan ekstraseluler. Dalam
makrofag sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu aktifasi makrofag klasik dan
alternatif (Abbas, 2016).
1. Aktifasi Makrofag Klasik
Aktifasi makrofag klasik bisa disebut juga sebagai M1. M1 ini
bertugas sebgai penghancuran mikroba dan inflamsi (Abbas, 2016).
2. Aktifasi Makrofag Alternatif
Aktifasi makrofag alternatif bisa disebut juga sebagai M2. M2 ini
bertugas ketika tidak adanya sinyal TLR yang kuat dan diinduksi oleh
IL-4 dan IL-3. Dan ini tampaknya lebih penting dalam hal
penyembuhan jarigan da inflamsi (Abbas, 2016).
2.2.1.2 Sel Dendritik
Sel dendritik adalah sel yang memberi respon terhadap mikroba
dalam menghasilkan sitokin. Sitokin ini memiliki dua fungsi utama :
mengawali peradangan dan merangsang respon imun adaptif (Abbas,
2016).
2.2.1.3 Sel Mast
Sel mast adalah sel yang berasal dari sumsum tulang belakang
dengan granula sitoplasma banyak dan ditemukan di kulit dan epitel
mukosa (Abbas, 2016).
2.2.1.4 Sel Limfoid Alami
IMUNOLOGI DASAR | 3
Sel limfoid alami disebut juga Innate Lymphoid Cell / ILCs. ILCs
adalah sel yang menyerupai limfoid dan menghasilkan sitokin dan
menyerupai fungsi limfosit T tapi tidak mekspresikan reseptor antigen sel
T (Abbas, 2016).
2.2.1.5 Sel Natural Killer
Sel Natural Killer atau disebut juga sel NK dapat mengenali sel
yang terinfeksi dan mengalami stress dan memberi respon dengan
membunuh sel-sel ini dan dengan mensekresi sitokin yang mengaktifkan
makrofag (Abbas, 2016).
2.2.1.6 Sistem Komplemen
Sistem komplemen adalah kumpulan dari protein terikat membran
dan protein dalam darah yang penting dalam pertahanan. Katasade
komplemen dapat diaktifkan oleh satu dari tiga jalur :
a. Jalur alternatif
Dipicu bila beberapa protein komplemen diaktifkan pada
perumkaan mikroba dan tidak dapat dikontrol (Abbas, 2016).
b. Jalur Klasik
Paling sering dicetuskan oleh antibodi yang mengikat antigen lain
sehingga menjadi suatu komponen dari imunitas humoral (Abbas,
2016).
c. Jalur Lektin
Jalur lektin diaktifkan ketika suatu protein plasma mengikat
karbohidrat (Abbas, 2016).
Protein komplemen teraktivasi berfungsi sebagai enzim proteolitik
untuk memecah protein komplemen lainnya. Sistem komplemen
memberikan tiga fungsi dalam pertahan inang :
a. Opsonisasi dan fagositosis
Opsonisasi dan fagositosis atau disebut juga C3b fungsinya untuk
menyelubungimikroba dan meningkatkan mikroba ini pada fagosit.
Proses penyelubungan suatu mikroba dengan molekul yang dikenal
menggunakan fagosit disebut opsonisasi (Abbas, 2016).
b. Inflamasi
IMUNOLOGI DASAR | 4
Bebebrapa protein komplomen khusunya C5a dan C3a merupakan
chemoattractants untuk leukosit sehingga dapat mempromosika
pengarahan leukosit (inflamsi) pada aktivasi komplemen (Abbas, 2016).
c. Laris sel
Komplomen memuncak pada pembentukan komplek protein
polimerik yang masuk kedalam membran sel mikroba, megganggu
batasan permeabilitas dan menyebabkan lisis osmotik ataupun apoptosis
pada mikroba (Abbas, 2016).
IMUNOLOGI DASAR | 5
Pertahanan terhadap mikroba intraseluler yang prosesnya
diperantarai oleh sel limfosit T yaitu limfosit T helper dan limfosit T
sitotoksik. Limfosit T helper mengaktivasi fagosit untuk menghancurkan
mikroba yang telah dimakan oleh fagosit ke dalam vesikel intraseluler.
Limfosit T sitotoksik membunuh berbagai jenis sel inang yang terinfeksi
mikroba infeksius didalam sitoplasmanya. Sel ini juga berasal dari
sumsum tulang belakang, namun dimatangkan di timus. Fungsi umum
sistem ini yaitu melawan bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur,
parasite dan tumor.
Pada imunitas humoral, limfosit B mensekresi antibodi yang
memberantas mikroba ekstraseluler. Pada imunitas seluler, berbagai
macam limfosit T merekrut dan mengaktifkan fagosit untuk
menghancurkan mikroba yang telah ditelan dan membunuh sel yang
terinfeksi.
Gambar 2.1
Macam-macam sel pada sistem imun adaptif
(Abbas, 2016)
IMUNOLOGI DASAR | 6
2.3 MEKANISME SISTEM IMUN
Ditinjau dari 2 sisi, yaitu sistem imun innate dan adaptif.
2.3.1 SISTEM IMUN INNATE
Imun innate atau respons imun non spesifik atau respon ilmu alami sudah
ada sejak lahir dan merupakan komponen normal.
Respon imun meliputi pertahanan fisik atau mekanik, pertahanan
biokimia, pertahanan humoral, dan pertahanan selular. Respon imun ini
merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan mikroba dan
dapat memberikan respons langsung, siap mencegah mikroba masuk ke tubuh
dan dengan cepat menyingkirkannya. Jumlah nya dapat ditingkatkan oleh
infeksi, misal sel leukosit meningkat selama fase akut penyakit. Respon ini
dimediasi oleh rangkaian kompleks dari peristiwa selular dan molekular
termasuk fagositosis,radang dan lain-lain (Sudiono Janti, 2014).
Ada beberapa komponen innate immunity yaitu:
1. Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel polimorfonuklear (PMN) dan
makrofag
2. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.
3. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.
4. Protein fase akut C-Reactive Protein (CRP) yang mengikat
mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur
klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme.
5. Produksi interferon alfa oleh leukosit dan interferon beta oleh fibroblast
yang mempunyai efek antivirus.
6. Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK)
melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.
7. Pelepasan mediator eosinofil seperti major basic protein (MBP) dan
protein kationili yang dapat merusak membran parasit.
IMUNOLOGI DASAR | 7
2. Cell mediated immunity (CMI). (Munasir Zakiudin, 2016)
IMUNOLOGI DASAR | 8
Gambar 2.2 Tahap Aktivasi Limfosit T (Abbas, 2016)
IMUNOLOGI DASAR | 9
Gambar 2.4 Mekanisme antibodi (Janeway, CA, Jr, 2001).
Semua bermula saat antigen menempel pada reseptor sel B.
Reseptor ini tiap sel-sel B berbeda satu sama lain. Setelah mengenali
antigen dan dibantu oleh sel T Helper 2, sel B menjadi aktif dan segera
memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel
memori. Sel plasma akan membentuk antibodi dan sel memori akan
merekam antigen apa saja yang sudah pernah masuk ke dalam tubuh
(Janeway, CA, Jr, 2001).
Pada sel plasma ini lah di produksinya antibodi. Kadang terjadi
hypermutation pada sekresi antibodi dan mengakibatkan pertukaran
immunoglobulin antara IgM dengan IgE dan akhirnya menyebabkan alergi
(Janeway, CA, Jr, 2001).
Antibodi
Antibodi adalah protein molekul immunoglobulin yang
terdiri dari berbagai asam amino yang spesifik yang dibuat oleh
sel plasma setelah limfosit B berinteraksi dengan antigen.
(Dorland, 2015)
Antibodi dapat dibedakan menjadi lima kelas, yaitu IgM,
IgG, IgA, IgE, dan IgD. Masing-masing kelas memiliki fungsi
yang berbeda-beda.
IMUNOLOGI DASAR | 10
Gambar 2.5 Macam-macam kelas pada immunoglobulin
(Abbas, 2016)
IMUNOLOGI DASAR | 11
disebabkan oleh virus HIV, suatu virus yang menginvansi dan
melumpuhkan sel T helper (Sherwood , 2017).
IMUNOLOGI DASAR | 12
genetik sehingga tidak lagi dikenal dan di toleransi lagi oleh sistem
imun.
3. Terpanjannya sistem imun ke suatu antigen asing yang secara
struktural hampir sama dengan antigen suatu self-antigen dapat
memicu produksi antibodi atau mengaktifkan limfosit T yang tidak
saja berinteraksi dengan antigen tersebut tetapi juga bereaksi silang
dengan antigen tubuh yang mirip. Salah satu contohnya kemiripan
molekul ini adalah bakteri streptokokus penyebab radang
tenggorokan. Bakteri ini memiliki antigen-antigen yang strukturnya
sangat mirip dengan self-antigen, pada kasus ini antibodi yang
terbentuk terhadap organisme streptokokus juga dapat berkaitan
dengan jaringan jantung. Karena jaringan tersebut melapisi katup
jantung. Respon peradangan ini merupakan penyebab lesi katup
jantung yang berhubungan dengan demam reumatik (Sherwood,
2017).
IMUNOLOGI DASAR | 13
2.4.2.3 ALERGI
Alergi adalah sebuah respon dari sistem imun atau reaksi tubuh
terhadap zat yang biasanya tidak berbahaya. Alergi ini dapat di bagi
menjadi beberapa alergi yaitu (Sherwood , 2017) :
IMUNOLOGI DASAR | 14
Hipersensitivitas adalah reaksi imun berlebihan dan menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh. Reaksi imun terhadap antigen menjadi peka terhadap
keberadaan antigen tersebut, sehingga terjadi reaksi hipersensitivitas [ CITATION
Abb16 \l 1057 ].
Penyebab reaksi hipersensitivitas:
1. Respon imun terhadap antigen asing (mikroba dan antigen lingkungan
menyebabkan kerusakan jaringan)
2. Respon imun dapat bekerja langsung terhadap antigen diri sendiri sebagai
akibat kegagalan toleransi diri [ CITATION Abb16 \l 1057 ].
IMUNOLOGI DASAR | 15
orang yang sebelumnya telah tersensitisasi karena kecendrungannya untuk
tersensitisasi akibat program awal yang tidak tepat (Abbas, et al., 2016).
2.5.2 Hipersensitivitas tipe II (diperantarai antibodi)
IMUNOLOGI DASAR | 16
imun mungkin mengendap di tempat antigen ditanamkan (kompleks-imun
in situ). Kompleks imun menyebabkan jejas sistemik apabila dibentuk di
dalam sirkulasi dan mengendap di beberapa organ, atau terlokalisasi pada
organ tertentu (contoh ginjal, sendi atau kulit) apabila kompleks imun
dibentuk di sirkulasi dan mengendap di tempat yang spesifik. Mekanisme
dari jejas jaringan sama, tidak bergantung kepada pola distribusi. Penyakit
kompleks imun adalah sebagian dari penyakit imunologi yang paling sering[
CITATION Kum13 \l 1057 ].
Patogenesis penyakit sistem kompleks imun dapat dibagi menjadi tiga
fase: (1) Pembentukan kompleks antigen-antibodi di dalam peredaran
dan (2) pengendapan kompleks imun pada berbagai jaringan, yang
dapat berkembang menjadi (3) suatu reaksi inflamasi pada berbagai
tempat di dalam tubuh [CITATION Kum13 \l 1057 ].
2.5.4 Hipersensitivitas Tipe IV (Diperantarai Sel T)
Kelainan hipersensitivitas berdasarkan reaksi sel T. Pada penyakit yang
diperantarai sel T yang lain, kerusakan jaringan disebabkan inflamasi akibat
sitokin yang dihasilkan oleh sel T CD4+ atau oleh pembunuhan sel inang
oleh CTLs CD8+ [ CITATION Abb16 \l 1057 ].
Mekanisme rusaknya jaringan sama dengan mekanisme sel T
mengeliminasi mikroba yang terkait sel. Sel T CD4+ dapat bereaksi
melawan antigen sel atau jaringan dan mensekresi sitokin yang
menimbulkan inflamasi lokal dan mengaktifkan makrofag. Penyakit yang
berbeda dapat berkaitan dengan aktivasi sel Th1 dan Th17. Sel Th1 adalan
sumber IFN-γ, sitokin utama yang mengaktivasi makrofag, dan sel Th17
yang dianggap bertanggung jawab untuh pengerahan leukosit, termasuk
neutrofil [ CITATION Abb16 \l 1057 ].
Reaksi khas yang diperantarai oleh sitokin sel T adalah hipersensitivitas
tipe lambat (DTH), disebut demikian karena terjadi 24 sampai 48 jam
setelah seseorang yang sebelumnya telah terpapar antigen protein diberikan
antigen tersebut. Keterlambatan ini terjadi karena membutuhkan waktu
beberapa jam supaya limfosit T efektor dalam darah dapat berada di tempat
pemberian antigen, memberikan respons terhadap antigen di tempat
IMUNOLOGI DASAR | 17
tersebut, dan menghasilkan sitokin yang menyebabkan reaksi yang terlihat.
Reaksi DTH sering digunakan untuk menentukan jika seseorang
sebelumnya telah terpapar dan memiliki respons terhadap suatu antigen. Sel
T CD8+ spesifik terhadap antigen pada sel inang dapat langsung membunuh
sel-sel tersebut. Sel T CD8+ juga menghasilkan sitokin yang mencetus
inflamasi, namun biasanya bukan merupakan sumber utama sitokin pada
reaksi imun. Pada kebanyakan penyakit autoimun yang diperantarai sel T,
terdapat baik sel T CD4+ dan CD8+ yang spesifik untuk antigen diri, dan
keduanya berperan dalam kerusakan jaringan [ CITATION Abb16 \l 1057 ].
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. QS YUNUS:107
3. QS AL KAHF:58
IMUNOLOGI DASAR | 18
Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika
Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan
menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu
(untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan
tempat berlindung dari padanya.
4. QS ASY SYURA:30
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).
5. QS AL ARAF:156
6. QS AL ISRA:87
IMUNOLOGI DASAR | 19
kecuali karena rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu
adalah besar.
7. QS AL HUJURAT:12
IMUNOLOGI DASAR | 20
BAB III
FCM
IMUNOLOGI DASAR
ADAPTIF
INNATE
SEL T SEL B
Cell-mediated Humoral
MAKROFAG / immunity immunity
MONOFIL
Fagositosis
IMUNOLOGI DASAR | 21
BAB IV
PEMBAHASAN
Imunitas alami atau innate adalah imun yang sudah ada sejak lahir yang
dalam pelaksanaan masih harus dibantu oleh komponen dari luar sepeti imunisasi.
Dan di dalam innate masih terdapat sel yang membantu membasmi mikroba
IMUNOLOGI DASAR | 22
seperti halnya sel NK, sel mast, sel dendritik dan lain-lain. Semua sel yang ada di
dalam innate memiliki misi yang sama yaitu membasmi mikroba yang masuk
dipertahanan awal pada tubuh.
IMUNOLOGI DASAR | 23
Efek SRA-A adalah memicu kontraksi pada otot polos di saluran napas
halus, dan jika terjadi pada dinding bronkiolus menyebabkan
menyempitnya rongga sehingga pasien kesulitan untuk bernapas.
Efek Eosinophil chemotactic factor adalah menarik eosinophil ke daerah
peradangan dan eosinophil akan mengeluarkan enzim-enzim yang akan
menghambat histamin sehingga dapat membatasi respon alergi.
Gangguan sistem imun dibagi menjadi dua yaitu kongenital dan non
herediter, dimana gangguan sistem imun secara kongenital adalah penyakit
bawaan sejak lahir yang dimana bisa disebut juga dengan gen keturunan yang
dimana contohnya adalah : buta warna, thelesemia, hemofilia, gangguan
mental, dan albino yang memang tidak bisa disembuhkan. Berbeda halnya
dengan non herediter yang bisa terjadi pada saat kita dewasa dan dapat menyerang
siapa saja yang biasanya disebabkan oleh pemberian obat anti inflamsi dalam
jangka panjang seperti contohnya seseorang yang sedang menjalanin kemoterapi.
Kemudian ada yang namanya serangan imun yang tidak sesuai yang
dimana itu biasanya kita sebut dengan penyakit auto imun adalah suatu penyakit
yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat dalam tubuh
kita sendiri. Penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh kita salah
menilai sel sehat yang memang ada di dalam tubuh kita sendiri yang dianggap
sebagai zat asing dan kemudian sel sehat tubuh kita memproduksi antibodi dan
kemudian menyerang sel sehat yang sudah ada, penyakit auto imun ini dapat
mempengaruhi hampir semua bagian tubuh termasuk otak, saraf, otot, kulit, sendi,
mata, hidung, jantung, paru-paru, ginjal, saluran pencernaan, dan pembuluh darah.
IMUNOLOGI DASAR | 24
Selanjutnya ada penyakit kompleks yang secara tidak sengaja dapat merusak sel-
sel normal yang dimana nantinya akan menyulitkan suatu infeksi bakteri, virus,
dan parasit, dan selanjutnya ada alergi yang dimana alergi adalah suatu keadaan
dimana tubuh menerima suatu respon yang tidak biasa dari dalam tubuh.
IMUNOLOGI DASAR | 25
BAB V
KESIMPULAN
Banyak hal yang terjadi dalam tubuh manusia, salah satunya adalah sel-sel
yang bekerja dengan kompleks untuk menjaga tubuh dari hal-hal yang berbahaya
bagi tubuh, yaitu sistem imun. Sistem imun terbagi menjadi dua, yaitu imunitas
innate yang bertugas sebagai pertahanan pertama saat antigen masuk ke dalam
tubuh dan imunitas adaptif sebagai pertahanan kedua dan terakhir.
Allah SWT memberi kita hidup yang sangat nikmat, karena kita diberikan
penjaga di dalam tubuh agar kita tidak terserang penyakit. Sepatutnya kita
bersyukur atas kesehatan yang kita dapatkan ini, karena tanpa-Nya kita akan
mengalami sakit dan jika sakit parah dapat menyebabkan kematian.
IMUNOLOGI DASAR | 26
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A., Aster, J., & Kumar, V. (2013). Robbins Basic Pathology. Philadelphia: PA:
Elsevier Saunders.
Abbas, A., Litchman, A., & Pillai, S. (2016). Imunologi Dasar Abbas: Fungsi dan Kelainan
Sistem Imun. Singapore: Elsevier.
Janeway CA Jr, T. P. (2001). Immunobiology: The Immune System in Health and Disease
5th edition. New York: Garland Science.
Samiadi, L. A., & Savitri, T. (2017, February 9). Alergi. Retrieved from Hello Sehat:
https://hellosehat.com/penyakit/alergi-2/
IMUNOLOGI DASAR | 27