Bab ini berisi tentang hasil penelitian studi kasus berupa asuhan keperawatan daris
pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi sampai evaluasi. Pembahasan kasus ini adalah
dengan cara membandingkan kasus kelolaan pertama dan kasus kelolaan kedua dari pengkajian
1. Pengkajian pasien A
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 6 Februari 2018 pukul 08.15 WIB
di Instalasi Gawat Darurat RSUD KRT Setjonegoro. Pengkajian dimulai pada pukul 08.20
WIB data yang didapatkan melalui wawancara dengan pasien, keluarga pasien, dan
Dari data pengkajian ini didapatkan identitas pasien yaitu pasien bernama Tn.M
usia 53 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai buruh
tani. Pasien beragama islam, alamat Purbosono, Kertek, Wonosobo, diagnose Medis PPOK.
Penanggung jawab adalah Tn.T usia 40 tahun jenis kelamin laki-laki, alamat Purbosono
Kertek, Wonosobo, pekerjaan tani, hubungan dengan pasien adalah keluarga pasien.
Pengkajian primer didapatkan airway jalan nafas tidak efektif, terdapat sumbatan
jalan nafas berupa secret dan tidak ada tanda-tanda perdarahan di jalan nafas. Breathing
pasien tampak bernafas dengan spontan, tidak teratur, terdapat sesak nafas, Circulation
pasien tampak lemah, akral dingin, kulit tampak pucat, nadi teraba kuar, TD: 130/84
mmhg, N: 94 x menit, RR: 26 x menit, S: 38,40C, SPO2. 94%, Disability keadaan umum
lemah, kesadaran composmentis, GC S: (E4 M6 V5), Eksposure tidak terdapat luka / jejas di
Pengkajian sekunder didapatkan Sign and Symtoms pasien mengatakan sesak nafas,
batuk berdahak, nyeri perut, dada terasa ampeg dan mual serta nafsu makan menurun,
Allergies pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan dan obat-
obatan, Medication keluarga pasien mengatakan, pasien menggunakan obat control setiap
bulannya dan rutin dalam pengobatannya, Post Medical History pasien datang atas rujukan
dari dokter spesialis paru tempat pasien melakukan control. Pasien memiliki riwayat
penyakit paru sejak ± 6 tahun yang lalu dan sekarang rutin berobat ke dokter spesialis
paru, Last Oral Intake keluarga pasien mengatakan pasien terakhir minum air putih dan
makan roti 1 bungkus pada pukul 15.00 WIB, Event keluarga pasien mengatakan sebelum
dibawa ke rumah sakit, pasien mengeluh sesak nafas, napas berat, batuk berdahak, demam
dan nyeri dada. Pada hari Selasa tanggal 06 Februari 2018 adalah jadwal pasien
melakukan control di klinik dokter paru dan kemudian oleh dokter di rujuk ke RSUD
Riwayat kesehatan sekarang pasien mengeluh sesak nafas ±3 hari terakhir terutama
jika untuk beraktivitas dan batuk mengi selama 3 hari terakhir semakin berat, terdapat
dahak yang berwarna kekuningan dan nyeri dada, dada terasa ampeg. Pasien mengalami
demam selama 3 hari, tidur dengan 1 bantal dan nafsu makan menurun.
Riwayat kesehatan dahulu, pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
memiliki riwayat sesak sudah 6 tahun yang lalu, sesak dan batuk tidak pernah hilang
total, batuk semakin memberat jika terkena asap dan kelelahan. Keluarga pasien
mengatakan pasien pernah masuk rumah sakit beberapa kali, terakhir masuk rumah sakit
pada Juni 2016 di RSI Wonosobo. Pasien saat ini bekerja sebagai petani. Pasien memiliki
riwayat perokok aktif selama ±25 tahun dan mulai berhenti merokok sekitar 6 tahun yang
lalu.
Riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
Hasil pemeriksaan penunjang didapatkan EKG dan Irongen thorax PA. Gambaran
EKG terdapat ST (Sinus Thacykardy). Hasil rongen pada tanggal 6 Februari 2018
Hasil terapi yang di berikan pada Tn.M infuse RL 20 tetes per menit, O2 5 lpm
dengan sungkup sederhana ,infuse PCT (Paracetamol) 100 mg/8 jam , injeksi
methylprednisolon 25 mg/8 jam, visalin 1gr/12 jam, nebulizer ventolin 2,5 mg : pulmicot 0,5
Analisa data yang didapatkan pada hari Selasa, 6 Februari 2018 adalah
a. Data subyektif : pasien mengatakan sering batuk-batuk, pasien mengatakan batuk
Data Obyektif: pasien tampak batuk terus menerus, tampak ada lendir kekuningan,
suara nafas wheezing, pasien tampak sesak, pasien tampak gelisah, lemas dan pucat,
respirasi 26 x/menit.
b. Data subjektif : pasien mengatakan dada pasien terasa ampeg, pasien mengatakan
Data Obyektif : pasien tampak sesak, pasien tampak menggunakan otot bantu
pernafasan nasal kanul O2, RR: 26 x/menit tampak lemah, gelisah dan pucat.
2. Dioagnosa Keperawatan
yaitu :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret
ditandai dengan pasien mengatakan sering batuk berdahak dan sulit untuk
mengeluarkan lendirnya, suara nafas pasien wheezing, pasien tampak sesak, pasien
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan pasien
mengalami sesak nafas terutama jika untuk beraktivitas, pasien tampak sesak, pasien
tampak menggunakan otot bantu pernafasan dan alat bantu pernafasan nasal kanul
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang disusun untuk diagnose pertama yaitu bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan sputum berlebih, tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x1 jam masalah bersihan jalan nafas teratasi dengan criteria hasil RR
normal (16-20 x/menit), tidak ada kecemasan, mampu membersihkan secret, tidak ada
hambatan dalam jalan nafas, tidak ada batuk. Intervensi yang akan dilakukan antara lain
posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, keluarkan secret dengan bantuan / suction,
berikan minum hangat kepada pasien, ajarkan batuk efektif, auskultasi suara nafas, catat
Diagnose keperawatan kedua yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi tujuannya adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam
masalah pola nafas tidak efektif teratasi dengan criteria hasil RR normal (16-20 x/menit),
adanya kesimetrisan ekspansi dada, tidak menggunakan otot bantu nafas, tidak ada
pernafasan cuping hidung saat beraktifitas, tidak ada sesak nafas, kolaborasi dalam
pemberian antibiotic, berikan O2 sesuai kebutuhan. Intervensi yang akan dilakukan adalah
posisikan pasien pada posisi semi fowler, lakukan fisioterapi dada jika diperlukan, monitor
4. Implementasi Keperawatan
muka sederhana.
Pukul 08.20 WIB yaitu mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan suara
napas pasien. Pengukuran tanda-tanda vital didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, GCS: (E4 M6 V5) , TD: 130/84 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 38,4 0C, N: 94
Pukul 08.20 WIB memasang infuse RL 20 tetes per menit dan memberikan obat
Pukul 08.25 WIB memberikan terapi nebulizer ventolin 2,5 mg : pulmicort 0,5 mg
(1:1). Respon pasien yaitu pasien mengatakan dahaknya keluar, dahak keluar kental
Pukul 08.30 WIB melakukan pemeriksaan EKG pada pasien, gambaran EKG pada
Pukul 08.35 WIB mengajarkan pasien cara batuk efektif. Respon pasien yaitu
pasien mengatakan paham, pasien mampu melakukan batuk efektif yang dianjurkan.
Pukul 08.35 WIB memposisikan pasien semi fowler. Respon pasien yaitu pasien
Pukul 08.40 WIB memberikan terapi obat inf PCT (Paracetamol) 100 mg. Respon
tanda vital pasien. Di dapatkan keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis,
GCS : E4 M6 V5, TD: 130/80 x/menit, N: 100 x/menit, nafas teratur tidak ada dypsnea,
5. Evaluasi Keperawatan
Obyektif (O): sputum keluar berwarna putih, pasien tampak lebih nyaman, TD: 130/80
x/menit, N: 100 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 36,5%, SPO2: 99%, suara nafas wheezing.
Planing (P): lanjutkan intervensi dengan pindah perawatan di ruang Cempaka, monitor TTV,
1. Pengkajian pasien B
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 06 Februari 2018 pukul 10.15 WIB
di Instalasi Gawat Darurat RSUD KRT Setjonegoro. Pengkajian dimulai pada pukul 10.15
WIB data yang didapatkan melalui wawancara dengan pasien, keluarga pasien, dan
Dari data pengkajian ini didapatkan identitas pasien yaitu pasien bernama Tn.S,usia
62 tahun, pendidikan terakhir SD dan sudah tidak bekerja. Pasien beragama islam,alamat
adalah Ny.M usia 47 tahun, jenis kelamin perempuan,alamat Kepil, Wonosobo, pekerjaan
ibu rumah tangga, dan hubungan dengan pasien adalah anak kandung pasien.
pasien sesak napas, pasien dyspnea, respirasi 34 x menit, saat di auskultasi terdengar suara
napas ronkhi, tampak penggunaan otot bantu pernafasan, tampak pernafasan cuping hidung.
Circulation nadi teraba kuat, Nadi 100 x menit, TD: 142/94 mmHg, Suhu 36.70C. CRT 3
detik SPO2 93%. akral dingin, warna kulit perifer sianosia. Disability keadaan umum
lemah, kesadaran composmentis (GCS E4 M5 V6). Eksposure tidak terdapat jejas di seluruh
tubuh pasien.
Pengkajian sekunder didapatkan Sign and Symtoms pasien mengeluh sesak nafas ,
batuk ± 1 bulan. Secret tidak mau keluar. Allergies pasien mengatakan tidak punya alergi
terhadap obat maupun makanan. Medication keluarga pasien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit pasien belum mengkomsumsi obat apapun selama 2 hari terakhir. Post
Medical History pasien mengatakan mempunyai riwayat merokok sejak remaja. Pasien
mengatakan sudah pernah 2 kali dirawat di rumah sakit dengan keluhan yang sama dan
selama 2 tahun rutin kontrol di dokter spesialis paru karena penyakit bronchitis. Last Oral
Intake keluarga pasien mengatakan pasien terakhir makan pukul 06.30 WIB dengan nasi,
lauk dan sayur. Event pasien mengatakan mengalami batuk ± 1 bulan secret tidak mau
keluar dan memberat 2 hari ini. Kemudian pada tanggal 06 Februari 2018 pukul 08.00
WIB sesak bertambah berat dan dada terasa seperti di tusuk, pasien lemas dan pucat. Oleh
keluarganya dibawa ke dokter spesialis paru yang biasa keluarga mengontrolkan pasien,
tetapi dokternya tidak ada sehingga keluarga membawa pasien ke IGD KRT Setjonegoro.
Riwayat kesehatan sekarang pasien mengeluh sesak nafas, pasien mengatakan batuk
= 1 bulan, secret tidak mau keluar dan memberat 2 hari terakhir. Kemudian pada tanggal
06 Februari 2018 pukul 08.00 WIB sesak nafas bertambah berat dan dada terasa seperti
ditekan, pasien lemas dan pucat. Oleh keluarga pasien di bawa ke dokter spesialis paru
karena dokter pada hari tersebut libur pasien kemudian di bawa ke IGD RSUD KRT
Setjonegoro.
Riwayat penyakit dahulu, pasien pernah 2 kali di rawat di RS dengan keluhan yang
sama dan selama 2 bulan rutin kontrol ke dokter specialis paru karena bronchial.
Riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang
Program terapi yang diberikan pada Tn.S infuse RL 20 tmp, O2 8 lpm dengan NRM,
methylprednisolone 25 mg/12 jam, nebulizer ventolin 2,5 mg : pulmicort 0,5 mg/12 jam.
2. Analisa Data
a. Data subyektif : pasien mengatakan sesak napas dan dada terasa seperti ditekan,
Data obyektif : terdapat sumbatan jalan napas berupa secret, saat diauskultasi
terdengar suara nafas tambahan ronkhi, pasien tampak pucat dan lemas, RR 34
x/menit.
pernafasan NRM dengan 8 lpm, tampak penggunaan otot bantu pernafasan, tampak
Etiologi : Bronkokonstriksi
3. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dapat dirumuskan diagnose keperawatan pada Tn.S yaitu :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret
di tandai dengan pasien mengatakan sesak napas dan dada terasa seperti di tekan,
secret susah untuk dikeluarkan, suara nafas ronkhi, pasien tampak pucat dan lemas,
respirasi 34 x/menit.
menggunakan alat bantu NRM dengan 8 lpm, tampak penggunaan otot batu
pernafasan, tampak pernafasan cuping hidung, akral dingin, pasien tampak gelisah.
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang disusun untuk diagnose pertama yaitu bersihan jalan napas tidak
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x1 jam diharapkan jalan nafas kembali efektif,
dengan criteria hasil tidak ada suara tambahan, respirasi di batas normal (16-20 x/menit,
pasien mampu mengeluarkan secret tanpa bantuan, pasien memperlihatkan perilaku / upaya
mempertahankan jalan nafas. Intervensi yang akan dilakukan antara lain lakukan suction
bila perlu, ajarkan batuk efektif, aukultasi suara nafas tambahan, kolaborasdi dalam
kebutuhan.
Diagnose keperawatan kedua yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
frekuensi nafas dalam batas normal (16-20 x/menit), sesak nafas berkurang, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan,tidak ada pernafasan cuping hidung,tidak ada sianosi.
Intervensi yang akan dilakukan yaitu berikan posisi smi fowler, monitor pola nafas dan
kolaborasi
5. Implementasi Keperawatan
Dilakukan tindakan keperawatan pada pukul 10.20 WIB yaitu memberikan terapi
oksigenasi 8 lpm dengan NRM. Respon pasien, pasien mengatakan sesak nafas dan dada
Pukul 10.25 WIB yaitu mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital dan
umum lemah, kesadaran composmentis, CGS: (E4 M6 V5), TD : 142/94 mmHg, S : 36,7 0C,
RR : 34 x/menit CTR 3 detik, N : 100 x/menit, SPO : 93%, akral dingin, suara nafas ronkhi
Pukul 10.35 WIB, melakukan EKG pada pasien didapatkan gambaran EKG sinus
rhythm.
Pukul 10.45 WIB, memasang infuse RL 20 tetes per menit, IV cath terpasang
Pukul 10.55 WIB, memberikan posisi semi fowler. Respon pasien yaitu pasien
Pukul 11.00 WIB, memberikan terapi nebulizer Ventolin 2.5 mg : Pilmicort 0,5
mg (1:1). Respon pasien yaitu pasien mengatakan dahaknya keluar, dahak keluar kental
berwarna kekuningan.
Pukul 11.15 WIB mengajarkan pasien untuk batuk efektif. Respon pasien yaitu
pasien mengatakan paham, pasien mampu melakukan batuk efektif yang diajarkan.
Pukul 13.15 WIB mengobservasi keadaan umum tan TTV. Respon pasien yaitu
pasien mengatakan sesak nafas berkurang dengan keadaan umum lemah, keadaan
composmentis, GCD: E4 M6 V5,TD: 120/94 mmHg, N : 100 x/menit, S: 36,5 0C, RR:
26x/menit, SPO2: 99%, nafas teratur tidak ada dyspnea, suara nafas ronkhi.
6. Evaluasi Keperawatan
Subjektif (S): Pasien mengatakan dahak keluar dan sesakk nafas berkurang,
Objektif (O): sputum keluar berwarna kekuningan, pasien tampak lebih myaman, TD:
120/94 mmHg, N:94 x/menit, S: 36,5 0C, RR: 28 x/menit, SPO2: 99%, suara nafas ronkhi.
Obyektif (O): tidak ada dypsnea,tidak ada pernafasan otot dada dan cuping hidung, nafas
Planing (P): lanjutkan intervensi dengan pindah ke ruang perawatan di bangsal Cempaka,
B. Pembahasan
Pada sub bab ini dilakukan pembahasan kasus dari asuhan keperawatan pada Tn.M dan
Tn.S dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di IGD RSUD Setdjonegoro Wonosobo.
1. Pengkajian
Pengkajian dimulai dengan pengkajian primer yang terdiri dari airway, breathing,
circulation, disability, exposure, kemudian pengkajian sekunder. Secara umum data fokus
yang didapat sama dengan teori, data fokus yang ditmukan antara lain :
a. Sesak nafas
Sesak nafas yang terjadi pada pasien PPOK karena obstruksi sehingga
hidung. Sesuai dengan teori menurut Mutaqqin (2008) yang menyatakan bahwa
obstruksi saluran napas dan penurunan aliran udara menyebabkan usaha bernapas
b. Batuk Produktif
Batuk produktif pada pasien PPOK terjadi karena peningkatan produksi secret
berlebihan di dalam bronchus. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mutaqqin
pendapat lain juga dipaparkan oleh Ikawati (2014) bahwa pasien yang mengalami
eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala yang khas seperti sesak napas yang
sputum.
c. Suara Wheezing
Pasien PPOK mengalami batuk mengi. Gejala ini sesuai dengan yang dipaparkan
oleh Somantri (2010) bahwa salah satu tanda dan gejala eksaserbasi akut pada
klien PPOK adalah peningkatan mengi. hal ini karena tejadi bronkokonstriksi atau
berupa wheezing.
d. Suara Ronkhi
Pasien PPOK terdengar bunyi nafas ronkhi pada saat auskultasi. Hal ini sesuai
dari pendapat dari Hidayat (2008) suara terus menerus terjadi akibat proses
penyempitan jalan nafas atau adanya jalan nafas yang obstruksi , sehingga lebih
e. Riwayat Merokok
Pasien PPOK yang merupakan riwayat perokok aktif, ini salah satu penyebab
utama dari PPOK. Hal ini sejalan dengan teori yang di kemukakan oleh Ikawati
(2014) yaitu merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK dengan risiko
30 kali lebih besar pada perokok dibanding dengan bukan perokok. Kematian
akibat PPOK terkait dengan banyaknya rokok yang dihisap, umur mulai merokok,
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian pada Tn.M dan Tn.S tanggal 06 Februari 2018 ditemukan
data-data yang menunjang , diagnosa yang ada dalam kasus nyata yaitu pada diagnosa
yang pertama yaitu bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi
secret masalah yang timbul pada Tn.M dan Tn.S adalah sesak napas karena penumpukan
secret yang berlebih dan sulit untuk di keluarkan. Hal ini sejalan dengan teori (Mutaqqin,
2008) yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
napas tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, sianosis, kesulitan
berbicara atau mengeluarkan suara, penurunan bunyi napas, dyspnea, sputum dalam
jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif, gelisah dan mata terbuka lebar.
kesulitan bernafas dan system yang dapat mempengaruhi system yang lain ( Doengoes,
2000).
Pada diagnosa yang kedua yaitu pada kasus nyata penulis mengambil diagnosa
pola napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi, masalah yang timbul
pada Tn.M dan Tn.S adalah terdapat dypsnea, retraksi dada, cuping hidung. Hal ini
sejalan dengan teori menurut Mutaqqin (2018), pola napas tidak efektif adalah inspirasi
dan ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat, faktor-faktor resiko seperti
mengakibatkan obstruksi awal fase ekspirasi sehingga udara mudah masuk ke alveoli
saat inspirasi dan pada saat ekspirasi udara banyak terjebak dalam alveoli sehingga
Diagnosa ini menjadi prioritas kedua karena apabila tidak segera ditangani pasien
bisa kelelahan dalam bernafas dan bisa menimbulkan komplikasi yang lain.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah penentuan tujuan dan rencana perawatan yang disusun untuk
membantu pasien mengatasi masalah yang sudah didiagnosa (Bare & Smeltzer, 2002).
Berdasarkan diagnosa diatas Tn.M dan Tn.S mendapatkan 2 diagnosa yang sama
paten dengan bunyi napas bersih/jelas. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki jalan
napas, misal batuk efektif. Dengan criteria hasil : pasien mampu mengeluarkan secret
napas. Intervensi yang di berikan pada Tn.M dan Tn.S yaitu bantu pasien latihan batuk
dan napas dalam dengan rasionalisasi batuk efektif dapat mempermudah pengeluaran
secret yang melekat pada jalan napas. Lakukan pengisapan endoktrakhea sesuai program
dengan rasonalisasi pengisapan endoltrakhea atau suction dapat mengeluarkan secret jika
pasien tidak mampu melakukan batuk efektif. Kolaborasi pemberian agens mukolitik dan
langsung menuju bronkus yang mengalami spasme jalan napas, melebarkan jalan napas
dan mengurangi poduksi sputum sehingga lebih cepat berdilatasi. Dan jika terdapat
obstruksi jalan napas, lihat intervensi awal pada bagian pengkajian Triase yaitu buka
Pada diagnosa yang kedua, pola napas tidak efektif berhubungan dengan
efektif. Dengan criteria hasil : menunjukkan kepatenan jalan napas, tidak ada dispnea,
frekuensi nafas normal (16-20 x/menit), sesak nafas berkurang, tidak ada penggunaan
otot bantu pernafasan, tidak ada pernafasan cuping hidung. Pada Tn.M dan Tn.S
4. Implementasi Keperawaan
sekret pada Tn.M dan Tn.S pada tanggal 06 Februari 2018 yaitu:
Memberikan terapi oksigenasi pada PPOK sangat menjadi prioritas utama karena
mencegah terjadinya hipoksemia. Hal ini sejalan dengan teori Somantri (2010) yaitu
pada PPOK jika terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigenasi merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik
pasien berkurang dibuktikan pada Tn.M RR: 24 x/menit, SPO2: 100% dan pada Tn.S
0,5 mg (1:1)) pada pasien PPOK nebulizer berfungsi untuk mencairkan secret dan
mengurangi sesak napas. Hal ini sejalan dengan teori Somantri (2010) yaitu
bronkodilator secara umum bekerja dengan merelaksasi otot polos pada saluran
napas, sehingga dapat mengurangi hambatan saluran napas. Pada pasien PPOK
Melatih pasien batuk efektif merupakan cara untuk mengeluarkan secret dan
mengurangi sesak napas. Hal ini sejalan dengan teori Somantri (2010) yaitu batuk
memungkinkan pasien mengeluarkan secret dari jalan napas bagian atas dan jalan
napas bagian bawah. Setelah pasien melakukan batuk efektif pasien bisa
pola napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi pada Tn.M dan Tn.S
Memberikan posisi semi fowler pada pasien sesak napas pemberian posisi
semifowler ini sangat penting karena dengan posisi semi fowler sesak napas bisa
berkurang danproses perbaikan kondisi pasien lebih cepat. Hal ini sejalan dengan
penelitian Supadi, Nurachmah dan Maymunah (2012) yaitu posisi semi fowler
kesulitan bernafas. Posisi ini akan mengurangi kerusakan membran alveolus akibat
tertimbunnya cairan. Hal tersebut dipengaruhi oleh gaya grafitasi sehingga O2 bisa
suara napas setelah diberikan terapi untuk pasien PPOK. Hal ini sejalan dengan teori
Musliha (2010) yaitu pada pemeriksaan paru, salah satu tahap yang terpenting adalah
pemeriksaan auskultasi yang bertujuan untuk menilai pergerakan udara pada jalan
napas besar sampai sedang dan untuk membuat kesimpulan tentang jalan nafas,
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan metode evaluasi formatif (evaluasi hasil) dan evaluasi
sumatif. Evaluasi proses dilaksanakan berdasarkan respon pasien dan tindakan yang
dilakukan pada saat dan telah tindakan keperawatan dilaksanakan. Hasil evaluasi proses
uraian dari sub bab pembahasan sebelumnya (implementasi). Untuk evaluasi hasi pada
produksi secret.
2) Pasien Tn. S
36,5 0C, RR: 28 x/menit, SPO2: 99%, suara nafas ronkhi. Masalah
C. Keterbatasan
Penulis menyadari bahwa ada keterbatasan dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini meliputi aspek teoritis, metodologis, maupun hal-hal lain yang menghambat jalannya
studi kasus.Pada pengkajian yang telah dilakukan terdapat beberapa data yang belum
sempat terkaji baik melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, maupun melihat
Pada aspek metodologis, penulis menyadari bahwa dalam penulisan studi kasus terdapat