Identifikasi tersebut penting sekali dilakukan terhadap korban meninggal massal karena
merupakan perwujudan HAM dan penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal, serta
untuk menentukan seseorang secara hukum apakah masih hidup atau sudah meninggal. Selain itu
juga berkaitan dengan masalah pemberian santunan, warisan, asuransi, pensiun, maupun
pengurusan pernikahan kembali bagi pasangan yang ditinggalkan. Identifikasi tersebut dapat
dilakukan secara visual, gigi-geligi, pemeriksaan medis, antropomeri, sidik jari, dan DNA. Sidik
jari, gigi-geligi dan DNA merupakan ukuran identifikasi primer (primery identifiers), sedang
visual, antropomeri dan pemeriksaan medis merupakan ukuran identiifikasi sekunder (secondary
identifiers).
Beberapa alasan dapat dikemukakan mengapa gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi.
1. Pertama, gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan organik
dan airnya sedikit sekali dan sebagian besar terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak
mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang terlindungi dan dibasahi oleh air liur.
2. Kedua, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-masing
mempunyai lima permukaan. Dengan demikian, maka di dalam rongga mulut terdapat
160 permukaan gigi dengan berbagai variasi keadaan, yaitu baik, rusak, ditambal,
dicabut, gigi tiruan, implant dll. Dengan asumsi jumlah penduduk sebanyak 3 milyar,
maka kemungkinan terdapatnya dua orang dengan data gigi dan mulut yang identik
adalah satu berbanding dua milyar penduduk. Melalui pengamatan gigi geligi, kita dapat
memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri khas,
dan bentuk wajah atau raut muka korban.