Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kampung adalah kawasan yang ditinggali oleh masyarakat atau pri

bumi (pada masa hindia belanda) yang pekerjaannnya sebagai pembantu pada

keluarga-keluarga eropa atau tionghoa dan sedikit dari mereka yang masuk

disektor formal sebagai pegawai rendahan di kantor pemerintah atau swasta

(Mahatmanta, 2005).

Masyarakat yaitu sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup

dan bekerja sama sehingga dapat terbentuk organisasi yang mengatur setiap

individu dalam masyarakat tersebut dan membuat setiap individu dalam

masyarakat dapat mengantur diri sendiri dan berpikir tentang dirinya sebagai

satu kesatuan social dengan batasan tertentu. Masyarakat desa adalah

masyarakat yang penduduknya mempunyai mata pencaharian utama bercocok

tanam, perikanan, peternakan, atau gabungan dari kesemuanya itu (Soekanto,

2013).

kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan

Sumber Daya Manusia (Human Resource Developmant). Sesuai sistem

Kesehatan Nasional bahwa tujuan pembangunan dibidang kesehatan adalah

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengembangan sumber daya

manusia akan terwujud apabila derajat kesehatan individu, keluarga, dan

masyarakat berada pada tingkat kesehatan yang optimal (Dinkes kota, 2005)

1
2

Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) adalah salah satu sarana

pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia. Puskesmas

adalah suatu unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi sebagai pusat

pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran masyarakat dalam bidang

kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang

menyelengarakan kegiatanya secara menyeluruh, terpadu yang

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu (Depkes, 2011).

Pelayanan laboratorium klinik adalah pelayanan kesehatan yang

melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang

berasal dari manusia atau bahan bukan berasal dari manusia untuk penentuan

jenis penyakit, kondisi kesehatan atau factor yang dapat berpengaruh pada

kesehatan seseorang dan kesehatan masyarakat. Hasil pemeriksaan

laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis yang didiagnosa oleh

tenaga laboratorium analis kesehatan (Bagus, 2001).

Analis kesehatan adalah profesi yang bekerja pada sarana kesehatan

yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan, pengukuran, penetapan, dan

pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan bukan berasal

dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi

kesehatan atau faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan

perorangan dan masyarakat (Merry, 2002)


3

1.2 Tujuan PKMD

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam PKMD ini yaitu melakukan

kegiatan pengabdian kepada masyarakat khususnya dibidang kesehatan

agar menghasilkan tenaga Ahli Madya D-III Analis Kesehatan yang

memiliki integritas kepribadian, daya saing dan kepedulian sosial yang

tinggi.

1.2.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus PKMD adalah sebagai berikut :

1. Untuk membantu dan memberikan pelayanan pemeriksaan Malaria

2. Untuk membantu dan memberikan pelayanan pemeriksaan Hb

(Hemoglobin)

3. Untuk membantu dan memberikan pelayanan pemeriksaan TBC

(Tuberculosis)

4. Untuk membantu dan memberikan pelayanan pemeriksaan HIV

(Human Immunodefisiciency Virus)

5. Untuk membantu dan memberikan pelayanan pemeriksaan IMS

(Infeksi Menular Seksual)

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Desa

(PKMD), di kampung Waiya Distrik Depapre Kabupaten Jayapura adalah

sebagai berikut:
4

1. Masyarakat

Mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit

malaria, TBC, Hb, HIV dan IMS.

2. Mahasiswa

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaaan Malaria, TBC, Hb, HIV

dan IMS serta mampu menyampaikan kepada pasien.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi PKMD

Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan baik dalam bentuk teori

maupun praktikum bagi mahasiswa di Puskesmas Depapre.Tujuan dari

pengabdian kepada masyarakat secara umum adalah mahasiswa mampu

berkomunikasi dengan baik kepada masyarakat melalui penyuluhan-

penyuluhan yang dilakukan, dan mampu menarik perhatian masyarakat

sehingga memiliki pemikiran lebih maju dalam ilmu pendidikan dan

pengetahuan mengenai kesehatan baik pribadi maupun individu. Pemeriksaan

yang umum dilakukan di Puskesmas Depapre antara lain : Malaria, TBC

(Tuberculosis), Hb (Haemoglobun), IMS (HIV dan Sifilis), Kolesterol,

Glukosa, dan Asam urat.

2.2 Malaria

2.2.1 Definisi Malaria

Malaria merupakan infeksi yang penting dengan tanda-tanda

khas yaitu demam, anemia, splenomegali dan sering dengan komplikasi

yang serius atau fatal. Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa dari

genus Plasmodium yang termasuk kelas plasmodium yang termasuk

kelas Sporozoa. Ada 4 spesies yang utama dari jenis plasmodium yang

menyebabkan penyakit pada manusia, yaitu Plasmodium vivax,

Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale

5
6

yang ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina. Yang paling penting

dari spesies ini adalah Plasmodium falciparum karena akibatnya bias

fatal dan spesies ini juga yang paling banyak menyebabkan kematian

(Harijanto, 2000).

2.2.2 Klasifikasi Plasmodium

Menurut WHO (2013), klasifikasi plasmodium adalah :

Domain : Eukariot

Filum : Apicomplexa

Kelas : Aconoidasida

Ordo : Heomosporida

Famili : Plasmodiidae

Genus : Plasmodium

Spesies : P. Falciparum, P. Vivax, P. Malariae, P. Ovale

1. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika

2. Plasmodium Vivax penyebab malaria tersiana

3. Plasmodium Malariae penyebab malaria kuartana

4. Plasmodium ovale penyebab malaria ovale.

Semua jenis malaria ditularkan oleh nyamuk dari genus Anopheles,

dan adalah penyakit yang ganas diiringi dengan demam yang tinggi dan

anemia. Ada 4 jenis spesies plasmodium yang umum ditemukan pada

manusia (WHO, 2013).


7

2.2.3 Morfologi

Morfologi dari ke 4 jenis Plasmodium penyebab malaria dapat

dibedakan atas beberapa hal seperti bentuk stadium tropozoit, stadium

skizon dan stadium gametosit. Menurut WHO (2013) berikut ini

merupakan morfologi dari ke 4 jenis Plasmodium penyebab malaria :

1. Plasmodium falcifarum

Plasmodium falcifarum hanya ditemukan bentuk-bentuk

cincin pada stadium tropozoit dan gametosit dalam darah tepi,

kecuali pada infeksi berat. Adanya bentuk-bentuk cincin halus yang

khas, bentuk skizon lonjong atau bulat jarang sekali di dalam darah

tepi. Setelah mencapai perkembangan akhir parasit menjadi bentuk

pisang yang khas, yang disebut dengan sabit. Di dalam sel darah

merah yang terinfeksi Plasmodium falciparum sering tampak

presipitat sitoplasma yang disebut titik Maurer (Kemenkes RI,

2011).

Gambar 2.1 Plasmodium falciparum (Kemenkes R.I, 2011)


8

2. Plasmodium vivax

Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium vivax membesar dan

menjadi pucat, karena kekurangan hemoglobin. Tropozoit muda tampak

sebagai cincin dengan inti pada salah satu sisi, sehingga merupakan

cincin stempel. Setelah 36 jam ia mengisi lebih dari setengah sel darah

merah yang membesar itu; intinya membelah dan menjadi skizon.

Pigmen berkumpul di pinggir yang disebut merozoit. Gametosit

berbentuk lonjong, hampir mengisi seluruh eritrosit. Mikrogametosit

mempunyai inti besar yang berwarna merah muda pucat dan sitoplasma

yang berwarna biru pucat. Makrogametosit mempunyai sitoplasma yang

berwarna lebih biru dengan inti yang padat berwarna merah dan letaknya

biasanya di bagian pinggir parasit.Cara pewarnaan, butir-butir halus,

bulat, uniform, berwarna merah muda atau kemerah-merahan (titik

schuffner) sering tampak di dalam sel darah merah yang menginfeksi

oleh Plasmodium vivax (Kemenkes RI, 2011).

Gambar 2.2 Plasmodium vivax (Kemenkes R.I, 2011)


9

3. Plasmodium malariae

Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana. Stadium

luar eritrosit ada pada manusia.Bentuk tropozoit tidak aktif dan sering

berbentuk pita yang melintang pada eritrosit, dan eritrosit yang terinfeksi

tidak membesar.Pigmen kasar, berwarna tengguil hitam.Dalam skizon

yang matang pigmen terletak di tengah-tengah, dikelilingi 8-12 merozoit

yang disebut bentuk bunga seruni. Gametosit berbentuk bulat,

makrogametosit sama besarnya dengan mikrogametosit (Kemenkes RI,

2011).

Gambar 2.3 Plasmodium malariae (Kemenkes R.I, 2011)

4. Plasmodium ovale

Eritrosit yang terinfeksi Plasmodium ovale menjadi lonjong.

Bintik james tambah nyata. Trofozoit tidak aktif.Ookista dengan 15-30

butir pigmen. Masa tunas intrinsic berlangsung 10-14 hari. Demam

timbul tiap hari ketiga malam penyakit malaria ovale ini biasanya ringan,

sering sembuh tanpa pengobatan (Kemenkes RI, 2011).


10

Gambar 2.4 Plasmodium ovale (Kemenkes R.I, 2011)

2.2.4 Siklus Hidup

Dalam siklus hidupnya plasmodium penyebab malaria

mempunyai dua hospes yaitu pada manusia dan nyamuk. Siklus aseksual

plasmodium yang berlangsung pada manusia disebut skizogoni dan

siklus seksual plasmodium yang membentuk sporozoit di dalam tubuh

nyamuk disebut sporogoni. Host dimana terjadi reproduksi seksual,

disebut host definitive sedangkan reproduksi aseksual terjadi pada host

intermediate.Reproduksi seksual hasilnya disebut sporozoite sedangkan

hasil reproduksi aseksual hasilnya disebut merozoite. Pada penyakit

malaria manusia sebagai host intermediate sedangkan nyamuk sebagai

host definitifnya (Entjang, 2003).

Siklus hidup aseksual terjadi apabila sporozoit infeksius dari

kelenjar ludah nyamuk anopheles betina dimasukkan kedalam darah

manusia melalui tusukan nyamuk tersebut.Dalam waktu tiga puluh menit

jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim hati dan dimulai stadium


11

eksoeritrositik dari pada daur hidupnya.Didalam sel hati parasit tumbuh

menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-30.000

merozoit, tergantung spesiesnya).Sel hati yang mengandung parasit

pecah dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di fagosit.Oleh

karena prosesnya terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut

stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang berlangsung selama 2

minggu. Pada plasmodium vivax dan ovale, sebagian tropozoit hati tidak

langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk

dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal didalam hati

sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun,

akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kekambuhan).

Siklus eritrositik dimulai saat merozoit memasukisel-sel darah

merah.nparasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh

sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai membentuk

tropozoit, tropozoit berkembang menjadi skizon muda, kemudian

berkembang menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi

merozoit.Dengan selesainya pembelahan tersebut sel darah pecah dan

merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan memasuki plasma darah.Parasit

memasuki sel darah merah lainnya untuk mengulangi siklus

skizogoni.Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan membentuk skizon

dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual (gametosit

jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.


12

Siklus hidup seksual terjadi di dalam tubuh nyamuk, apabila

nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung

gametosit.Gametosit yang bersama darah tidak dicerna.Pada

makrogamet (jantan) kromatin membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak

ke pinggir parasite. Dipinggir ini beberapa filament dibentuk seperti

cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet.Pembuahan terjadi

karena masuknya mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk

zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek disebut ookinet yang

dapat menembus lapisan epitel dan membran basal dinding lambung.

Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista.Didalam ookista

dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar

nyamuk dan bila nyamuk mengigit/menusuk manusia maka sporozoit

masuk kedalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik.

Gambar 2.5 Siklus Hidup Malaria (Menkes, 2007)

2.2.5 Menifestasi Klinis

Menurut Widiyono (2005), gejala-gejala penyakit malaria

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang, jenis plasmodium malaria,


13

serta jumlah parasit yang menginfeksinya. Pada umumnya gejala yang

disebabkan oleh plasmodium falciparum lebih berat dan lebih akut

dibandingkan dengan jenis plasmodium yang lain. Gejala klinis

plasmodium antara lain :

1. Masa inkubasi

Masa inkubasi bervariasi pada masing – masing plasmodium.

Pada Plasmodium vivax sub – spesies Plasmodium vivax

multinucleatum sering dijumpai di Cina Tengah mempunyai masa

lebih pendek dari infeksi sporozoit. Penularan melalui suntikan sub-

kutan memberikan intra-muskuler; dan suntikan intra- vena masa

inkubasi paling pendek. Pada strain dari daerah dingin inkubasi lebih

panjang. Inkubasi terpendek pernah dilaporkan di Afrika, yaitu 3

hari.

2. Keluhan–keluhan prodromal

Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam

berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit belakang, nyeri pada

tulang/otot, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-

kadang merasa dingin di punggung. Keluhan prodromal sering

terjadi pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sedang pada

Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae keluhan

prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.


14

3. Gejala – gejala umum

Gejala klasik yaitu terjadinya “Trians Malaria” (Malaria

paroxysm) secara berurutan antara lain :

a. Periode dingin

Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering

membungkus diri dengan selimut atau sarung dan saat menggigil

sering seluruh badan bergetar dan gigi- gigi saling terantuk, pucat

sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini

berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya

temperature.

b. Periode panas

Muka penderita merah, kulit panas dan kering, nadi cepat

dan panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih,

penderita membuka blaketnya, respirasi meningkat, nyeri kepala,

nyeri retro – orbital, muntah muntah, dapat terjadi syok (tekanan

darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).

Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau

lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

c. Periode berkeringat

Periode berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh

tubuh, sampai basah, temperature turun, penderita merasa cape

dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat dan

dapat melakukan pekerjaan yang biasa (Widoyono, 2005).


15

4. Patogenesis

Perubahan patologik pertama ialah vascular, yaitu

penghancuran eritrosit dan penyumbatan kapiler di alat – alat dalam

dan kedua, kelainan yang di sebabkan oleh anoksemia jaringan hati

dan alat – alat lain (Indah, 2001).

5. Epidemiologi

Malaria merupakan penyakit yang terutama ditemukan di

pedesaan dan penularannya tergantung dari nyamuk Anopeles betina.

Kerentanan vektor terhadap infeksi parasit sangat bervariasi dan

dipengaruhi oleh perbedaan dari strain parasitnya. Bahkan di daerah

dimana vektornya ada, jumlah rata–rata gigitan/orang/hari harus

tetap atau infeksi akan perlahan– lahan lenyap, Batas kritis ini, di

daerah tertentu dapat dipengaruhi oleh sejumlah hal, termasuk

kebiasaanya untuk mengisap darah manusia dan lamanya infeksi.

Suatu daerah yang telah bebas dari infeksi, daya tahan tubuh

masyarakat juga akan menurun, hal ini dapat menimbulkan ledakan

endemic apabila infeksi terjadi lagi (Garcia, 2006).

6. Interprestasi hasil malaria

Menurut WHO (2003) interprestasi hasil malaria adalah

sebagai berikut :

Negatif (-) : tidak ditemukan parasite pada lapangan pandang

Positif (+) : 1 – 10 parasit per 100 lapangan pandang

Positif (++) : 11 – 100 parasit per 100 lapangan pandang


16

Positif (+++) : 1 – 10 parasit per 1 lapangan pandang

Positif (++++) : > 10 parasit per 1 lapangan pandang

2.3 TBC (Tuberculosis)

Menurut Sutedjo (2006), BTA adalah Bakteri Tahan Asam. Arti dari

tahan asam adalah bahwa bakteri yang masuk dalam golongan tersebut tahan

terhadap pelunturan dengan alkohol asam selama proses pewarnaan. Tujuan

pemeriksaan BTA yaitu untuk mengidentifikasi adanya mikroorganisme tahan

asam.Secara umum terdapat dua spesies BTA yang menyebabkan penyakit

pada manusia, yaitu Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium leprae.

Mycobacterium tuberculosis adalah BTA yang menyebabkan penyakit

Tuberculosis (TBC).Tuberculosis adalah penyakit menular pada manusia,

yang bersifat kronis dan lama penderitaannya.Mycobacterium tuberculosis

pada manusia dapat merusak jaringan tubuh, tetapi yang paling umum

terinfeksi adalah paru-paru.Cara penularannya melalui percilan batuk, bersin,

atau ludah penderita yang terlempar keluar atau ke udara.

2.3.1. Klasifikasi Mycobacterium tuberculosis

Menurut Koch (2002), klasifikasi Mycobacterium tuberculosis

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantea

Phylum : Thallophyta

Sub Phylum : Fungi

Class : Schyzomycetes

Ordo : Actinomycetales
17

Family : Mycobacteriaecae

Genus : Mycobacterium

Spesies : Mycobacterium tuberculosis

2.3.2. Morfologi Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman batang lurus

atau agak bengkok, berukuran panjang 1-4 µ dan lebar 0,2-0,8 µ, dapat

ditemukan bentuk sendiri maupun berkelompok. Kuman ini merupakan

bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat tidak bergerak, tidak berspora,

tidak membentuk kapsul dan apabila diwarnai serung Nampak

bermanik atau berbutir-butir.Satu karakteristik basil tuberkel yang

menonjol adalah penampilannya yang berlilin.Zat lilin ini berperan

dalam terbentuknya fase atau formasi granuloma (Sutedjo, 2006).

Mycobacterium tuberculosis termasuk gram positif, berbentuk

batang panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul,

pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu optimal 37-38 0C yang

merupakan suhu normal manusia. Pertumbuhannya membutuhkan

tambahan makanan seperti darah, egg yolk, serum, dan bahan kimia

tertentu. Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus

dengan ukuran sekitar 0,4–3 μm (Sutedjo, 2006).

Pada sputum kering yang melekat pada debu Mycobacterium

tuberculosis dapat tahan hidup 8-10 hari. Pengaruh pemanasan daya

tahannya sama dengan bakteri lainnya, jadi dengan pasteurisasi bakteri

ini sudah dapat dibunuh (Sutedjo, 2006).


18

Gambar 2.6 Bakteri Mycobakterium tuberculosis (Sutedjo, 2006)

Mycobacterium tuberculosis adalah BTA yang menyebabkan

penyakit Tuberculosis (TB). Tuberculosis adalah penyakit menular pada

manusia, yang bersifat kronis dan lama penderitaannya. Mycobacterium

tuberculosis pada manusia dapat merusak jaringan tubuh, tetapi yang

paling umum terinfeksi adalah paru-paru. Cara penularannya melalui

percikan batuk, bersin, atau ludah penderita yang terlempar keluar atau

ke udara.

Pada saat ini kriteria terpenting untuk menetapkan dugaan

diagnosis TB adalah berdasarkan pewarnaan tahan asam. Walau

demikian, metode ini kurang sensitif, karena baru memberikan hasil

positif bila terdapat >103 organisme/ml sputum. Kultur memiliki peran

penting untuk menegakkan diagnosis TB karena mempunyai

sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik daripada pewarnaan tahan

asam.
19

Kultur Lowenstein-Jensen (LJ) merupakan baku emas metode

identifikasi Mycobacterium tuberculosis, dengan sensitivitas dan

spesifisitas masing-masing 99% dan 100%, akan tetapi waktu yang

diperlukan untuk memperoleh hasil kultur cukup lama, yaitu sekitar 8

minggu. Hal ini tentu saja akan menyebabkan keterlambatan yang

bermakna untuk menegakkan diagnosis dan memulai terapi. Secara

umum, metode penegakan diagnosis yang banyak digunakan saat ini

adalah metode lama, sehingga diperlukan teknik diagnosis baru, yang

dapat mendiagnosis TB dengan lebih cepat dan akurat (Depkes RI,

2008).

2.3.3 Etiologi Tuberculosis

Penyakit TB adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan

oleh bakteri Mikrobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang

dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Bakteri Tahan

Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch

pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri

tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TB pada paru-paru

kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Infeksi primer terjadi saat pasien terpapar pertama kali dengan

kuman TB. Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya,

sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan

terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi

dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara


20

membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.

Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe di sekitar

hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara

terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar

4-6 minggu.

Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan

reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah

infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan

besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya

reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan

kuman TB. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap

sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya

tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya

dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TB.

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa

bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan

tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas

dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan

terjadinya kavitas atau efusi pleura (Sutedjo, 2006).

2.3.4 Epidemiologi

Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar

dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat

penderita TB batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya


21

berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini bila sering masuk

dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi

banyak (terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang

rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau

kelenjar getah bening (Depkes RI, 2009).

Oleh sebab itulah infeksi TB dapat menginfeksi hampir seluruh

organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,

tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang

paling sering terkena yaitu paru-paru. Sewaktu

Mikrobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka

dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular

(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB

ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling

bakteri itu oleh sel-sel paru (Depkes RI, 2009).

2.3.5 Gejala Tuberculosis

Gejala umum dari penyakit Tuberculosis adalah rasa letih, lesu,

demam, dan berat badan menurun. Gejala pada tuberculosis paru adalah

batuk-batuk yang disertai darah, sakit dada, anemia, keringat pada

malam hari. Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum

dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.

Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,

sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik (Depkes RI,

2009).
22

1. Gejala Sistematik/Utama

a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya

dirasakan malam hari disertai keringat malam.

b. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan

bersifat hilang timbul.

c. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

d. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai

dengan darah).

e. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala Khusus

a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi

sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke

paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas

melemah yang disertai sesak

b. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

c. Apabila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti

infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran

dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan

nanah.
23

2.3.6 Interpretasi Hasil

Menurut WHO dan IUATLD (International Union Againts

Tuberculosis and Lung Disease) (2008), Interpretasi hasil pemeriksaan

Tuberculosis adalah sebagai berikut :

(–) : tidak ditemukan BTA minimal 100 lapangan pandang

(+n) : 1 – 9 BTA dalam 100 lapangan pandang (ditulis jumlah

BTA yang ditemukan, misalnya +1, +2, +9)

(1+) : 10 – 99 BTA dalam 100 lapangan pandang

(2+) : 1 – 10 BTA dalam 100 lapangan pandang, diperiksa

minimal 50 lapangan pandang

(3+) : lebih dari 10 BTA dalam 1 lapangan pandang.

2.4 IMS (Infeksi Menular Seksual)

IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau

penyakit yang ditularkan dari satu pasien ke pasien lain melalui kontak

hubungan seksual. IMS yang sering terjadi adalah Gonorrhoeae, Sifilis, AIDS

(Acquired immunedeficiency syndrome), namun yang paling terbesar

diantaranya adalah AIDS, karena mengakibatkan sepenuhnya pada kematian

pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotik (Sofianty, 2009).

Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang

disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu

kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang

berlainan jenis ataupun sesama jenis (Aprilianingrum, 2002).


24

Cara penularan IMS adalah dengan cara kontak langsung yaitu kontak

dengan eksudat infeksius dari lesi kulit atau selaput lendir pada saat

melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah tertular. Lesi bisa

terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Pemajanan hampir seluruhnya

terjadi karena hubungan seksual (vaginal, oral, anal). Penularan IMS juga

dapat terjadi dengan media lain seperti darah melalui berbagai cara, yaitu:

a) Transfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV

b) Saling bertukar jarum suntik pada pemakaian narkoba

c) Tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja/tidak sengaja

d) Menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril, Penggunaan

alat pisau cukur secara bersama-sama (khususnya jika terluka dan

menyisakan darah pada alat).

Hal-hal yang tidak dapat menularkan Infeksi Menular Seksual (IMS)

Penularan IMS dengan cara yang tidak aman adalah tanpa menggunakan

kondom (Sofianty, 2009). IMS tidak dapat menular melalui :

a) Duduk disamping pasien yang terkena IMS

b) Menggunakan WC Umum

c) Menggunakan kolam renang umum

d) Bersalaman

e) Bersin-bersin

f) Keringat
25

2.5 Sifilis

2.5.1 Definisi Sifilis

Sifilis adalah Penyakit menular yang disebut juga raja singa,

Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual atau penggunan

barang-barang dari sesepasien yang tertular (misalnya : baju, handuk

dan jarum suntik). Penyebab timbulnya penyakit ini adanya kuman

Treponema pallidum, kuman ini menyerang organ penting tubuh lainya

seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut (Sofianty, 2009).

2.5.2 Klasifikasi Treponema pallidum

Menurut Schaudinn dan Hoffmann (2005), klasifikasi Treponema

pallidum adalah sebagai berikut:

Kingdom : Eubacteria

Phylum : Spirochaetae

Class : Spirochaetae

Ordo : Spirochaetales

Family : Spirochaetaceae

Genus : Treponema

Spesies : Treponema pallidum

2.5.3 Morfologi Treponema pallidum

Treponema pallidum berbentuk spiral, gram negatif dengan

panjang rata-rata 11 µm (antara 6-20 µm) dengan diameter antara 0,09

sampai dengan 0,18 µm. Pada umumnya dijumpai 10 busur dengan


26

panjang gelombang sekitar 1 µm, amplitudo sekitar 0,2-0,7 µm

(Handojo, 2004).

2.5.4 Gejala klinis

Menurut Handojo (2004), gejala klinis dari penyakit sifilis adalah

sebagai berikut :

1. Sifilis Primer : Munculnya bisul kecil keras pada situs infeksi.

Bisul tersebut tidak gatal ataupun terasa sakit.

2. Sifilis Sekunder : Setelah bisul hilang muncul ruam (pemunculan

pada kulit), flu atau mononuleosis menular, radang tenggorokan,

kelenjar getah bening yang lembek, demam, lesu, dan kadang-

kadang disertai rambut rontok sebagian. Luka patogenik terjadi

pada selaput lendir, mata, dan sistim syaraf, luka-luka tersebut

penuh dengan treponema.

3. Sifilis Tersier atau Lanjutan : Luka-luka patogenik tersier terjadi

pada sistim syaraf pusat, sistim pembuluh darah jantung, kulit, dan

organ-organ vital lainnya seperti mata, otak, tulang, ginjal, dan

hati. Luka-luka ini disebut gumata lalu pecah dan menjadi borok.

Penderita dapat terserang sakit pasien, kebutaan atau penyakit

jantung dan akhirnya dapat meninggal

2.5.5 Patogenesis

Infeksi oleh Treponema pallidum menyebabkan inflamasi di

tempat inokulasinya dan menyebar selama infeksi primer. Penyakit

sifilis, jika tidak ditangani, dapat mengalami tiga fase: primer,


27

sekunder, dan tersier (pada beberapa literatur disebut sebagai fase I, II,

dan III). Di antara fase II dan III dapat terjadi fase laten. Fase primer

dan sekunder sangat menular dan umumnya berlangsung sekitar 2

sampai 4 tahun. Periode laten dapat berlangsung selama 5 sampai 50

tahun (Sofianty, 2009).

Masa inkubasi penyakit sifilis adalah 9 sampai 90 hari. Secara

umum, luka pertama di daerah genital muncul 3 minggu setelah

pajanan. Pembesaran kelenjar getah bening disalah satu atau kedua paha

dapat terjadi hingga 5 minggu setelah infeksi. Tes serologi baru dapat

digunakan setelah 5 sampai 6 minggu, makula muncul pada minggu

ke-8, lesi papular muncul pada bulan ke-3 dan kondiloma pada bulan ke

6 (Endjang, 2003).

2.5.6 Epidemiologi

Penularan utama dari penyakit sifilis adalah lewat kontak

seksual (coitus) dari pasien ke pasien, bisa juga lewat mukosa misalnya

dengan berciuman atau memakai gelas dan sendok yang selesai dipakai

oleh penderita sifilis dan penularan perental melalui jarum suntik dan

transfusi darah (Prawirohardjo, 2009).

2.6 HIV

2.6.1 Definisi

Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu sejenis virus yang

menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel darah putih dalam tubuh

sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan


28

sistem kekebalan tubuh menjadi lemas. AIDS adalah singkatan dari

Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau

efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup.

Sindrom AIDS timbul akibat melemah atau menghilangnya sistem

kekebalan tubuh karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak

dirusak oleh Virus HIV (Ditjen PPM, 2007).

2.6.2 Klasifikasi HIV

Family : Retroviridae

Genus : Lentivirus

Spesies : Human immunodeficiency virus

2.6.3 Morfologi

Morfologi membentuk tonjolan pada permukaan sel, partikel

virus dewasa (mature) mempunyai inti ekstrinsik berbentuk batang.

Virus yang memiliki konstruksi kompleks dan terdiri atas sebuah

amplop, sebuah nukleokapsid, sebuah nukleoid, dan sebuah protein

matriks (Ditjen PPM, 2007).

2.6.4 Epidemiologi

Penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual dengan pasien

yang terinfeksi HIV. Penularan melalui anus atau dubur juga dapat

terjadi, karena pembuluh darah di dalam anus telah mengandung HIV

dan pecah. Transfusi darah yang mengandung HIV terbukti dapat

menularkan HIV. Penggunaan jarum suntik, tindik, tato atau alat lain

yang dapat menimbulkan luka dan telah tercemar HIV juga telah
29

terbukti dapat menularkan HIV. Ibu hamil juga dapat menularkan HIV

kepada janin yang dikandungnya. Jadi penularan HIV/AIDS terjadi

melalui 4 cairan, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina; dan ASI (Air

Susu Ibu). Jika salah satu dari cairan tersebut sudah mengandung HIV

dan masuk ke dalam tubuh kita, maka manusia sudah dapat tertular

(Handojo, 2004).

2.6.5 Gejala Klinis

Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya penderita tidak

memperlihatkan gejala-gejala khusus terutama pada pasien-pasien yang

memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Namun beberapa minggu

sesudah sesepasien terinfeksi, penderita akan sering menderita penyakit

ringan sehari-hari seperti demam, flu diare, dan rasa tidak enak badan

yang berlangsung 3-14 hari. Pada pada periode 3-4 tahun kemudian

penderita juga tidak akan memperlihatkan gejala khas atau disebut

sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan

dari luar juga tampak sehat. Gejala-gelala serangan virus HIV baru akan

terlihat pada tahun ke 5 atau 6. Pada tahun ke 5 dan 6 penderita akan

mengalami gejala infeksi sistemik seperti: demam yang hilang timbul

dan berkeringat (terutama dimalam hari), pembengkakan kelenjar, diare

berulang penurunan berat badan secara mendadak, lelah, anemia dan

sering sariawan (Handojo, 2004).


30

2.7 Hemoglobin (Hb)

2.7.1 Definisi Hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang

berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru keseluruh

jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke

paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin

membuat darah berwarna merah.

Saat ini pengukuran kadar hemoglobin dalam darah sudah

menggunakan mesin otomatis selain mengukur hemoglobin mesin

pengukur akan memecah hemoglobin menjadi sebuah larutan.

Hemoglobin dalam larutan ini kemudian dipisahkan zat lain dengan

menggunakan zat kimia bernama nilai sinar yang berhasil diserap oleh

hemoglobin.

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang

mengandung besi dalam sel darah merah mamalia dan hewan lainnya.

Molekul hemoglobin terdiri dari : globin, apoprotein, dan empat gugus

heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.

2.7.2 Fungsi hemoglobin

Fungsi hemoglobin dalam darah adalah sebagai berikut :

a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam

jaringan tubuh.

b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh

jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan baku.


31

c. Membawa carbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil

metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.

d. Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak

dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb

dari normal berarti kekurangan darah. Kekurangan darah berarti

anemia. Selain kekurangan Hb juga disertai dengan eritrosit yang

berkurang serta nilai hematokrit dibawah normal (Kresno, 2008).

2.7.3 Jenis - jenis hemoglobin (Hb)

Pada manusia telah dikenal kurang dari 14 macam Hb yang

dipelajari secara mendalam dengan bantuan elektrokoresis. Hb diberi

nama dengan simbol alfabeta misalnya ; Hb A, Hb C, Hb D, Hb E, Hb F,

Hb G, Hb I, Hb M, Hb S, dan sebagainya. (Joice, 2008)

Kadang-kadang Hb diberi nama menurut kota tempat ditemukan

jenis Hb atau orang yang menemukannya, misalnya ; Hb New York, Hb

Sydney, Hb Bart, Hb Gower, dan lain-lain. Hb A (Adult Dewasa) mulai

diproduksi pada usia 5 - 6 bulan kehidupan intrauterine janin, pada usia

6 bulan postnatal kosentrasi Hb A 99%. Hb A terdiri dari 2 rantai α dan

2 rantai β. Hb F (Foetus janin) mulai ditemukan dalam darah pada

minggu ke dua puluh usia kehamilan. Pada bayi Hb F dan sebelum usia

2 tahun jumlah tinggal sedikit, diganti oleh Hb A. Karena sifatnya yang

resisten terhadap alkali, Hb F ini mudah dipisahkan dari Hb A. Hb F

terdiri dari 2 rantai α dan 2 rantai T.


32

2.7.4 Struktur hemoglobin

Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal

dengan porifin yang menahan satu atom besi. Atom besi ini merupakan

situs/lokal ikatan oksigen. Porifin yang mengandung besi disebut heme.

Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin. Globin

sebagai istilah generik untuk protein globural. Ada beberapa protein

mengandung heme, dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan

paling banyak dipelajari.

Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung

4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua sub unit mirip

secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki

berat molekul ± 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya

menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung

satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memilki kapasitas

empat molekul oksigen (Hariono, 2006 )

2.8 MBS (Mass Blood Survey) Malaria

2.8.1 Definisi MBS (Mass Blood Survey)

MBS adalah suatu upaya pencarian dan penemuan penderita yang

dilakukan melalui survey malaria didaerah endemis malaria tinggi yang

penduduknya tidak lagi menunjukkan gejala spesifik malaria. Tujuan

dari MBS untuk mencari penderita malaria pada suatu wilayah terutama

didaerah endemis tinggi yang sudah tidak menunjukkan adanya gejala

klinis yang spesifik pada masyarakat, selain itu untuk menurunkan


33

sumber penularan dengan melakukan pengobatan radikal terhadap

semua penderita positif malaria.


34

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Desa

(PKMD) yaitu di Puskesmas Kampung Waiya Distrik Depapre Kabupaten

Jayapura.

3.2 Waktu Pelaksanaan

Sesuai kalender akademik tahun 2017/2018 D-III Analis Kesehatan

Fakultas Ilmu- Ilmu Kesehatan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura

(USTJ), maka pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Desa

(PKMD) di Kampung Waiya Distrik Depapre Kabupaten Jayapura,

dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus s/d 09 September 2017.

3.3 Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Distrik Depapre

Kabupaten Jayapura, jumlah penduduk sebanyak 4375 jiwa yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 2280 jiwa dan perempuan sebanyak 2095 jiwa.

Tabel 3.1 Data Penduduk Depapre Distrik Depapre Kabupaten Jayapura

Jenis Kelamin
No Nama Kampung Total
Laki-Laki Perempuan

1 Kendate 242 jiwa 264 jiwa 507 jiwa


2 Tablanusu 278 jiwa 210 jiwa 488 jiwa
3 Waiya 496 jiwa 480 jiwa 976 jiwa
4 Tablasupa 464 jiwa 419 jiwa 883 jiwa
5 Yepase 142 jiwa 126 jiwa 268 jiwa
6 Wambena 148 jiwa 143 jiwa 291 jiwa
7 Yewena 260 jiwa 238 jiwa 496 jiwa

34
35

8 Dormena 249 jiwa 215 jiwa 464 jiwa


Total 2280 jiwa 2095 jiwa 4375 jiwa
Sumber : Data Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kantor Distrik Depapre
Kabupaten Jayapura.

Table 3.2 Data Kunjungan Pasien di Puskesmas Depapre Dari Bulan Juni
September Tahun 2017
No Bulan Total Kunjungan (Pasien)
1 Juni 111 pasien
2 Juli 224 pasien
3 Agustus 398 pasien
4 September 519 pasien
Total 1252 pasien
Sumber : Laporan bulanan Puskesmas Depapre dari Bulan Juni sampai
September Tahun 2017

3.4 Masalah Kesehatan Penduduk

Pada Distrik Depapre Kabupaten Jayapura penyakit yang menjadi

endemik yaitu penyakit Malaria, karena aktifitas penduduk dimulai pada dini

hari hingga sore hari, sedangkan nelayan memulai aktifitas dari malam hari

hingga pagi hari. Malaria termasuk endemik karena mata pencaharian

masyarakat Distrik Depapre Kabupaten Jayapura adalah nelayan dan

berkebun, sehingga sering kontak langsung dengan vektor nyamuk pembawa

malaria.

Tabel 3.3 Data 5 Besar Penyakit di Puskesmas Depapre dari Tanggal 22


Agustus sampai 9 September 2017
Jenis Kelamin
No Nama Penyakit Total
Laki-Laki Perempuan
1 Malaria Tropika 15 Orang 35 Orang 50 Orang
2 Malaria Tersiana 14 Orang 10 Orang 24 Orang
3 Malaria MIX 10 Orang 8 Orang 18 Orang
4 Tuberculosis 10 Orang 4 Orang 14 Orang
5 HIV - 1 Orang 1 Orang
6 Sifilis 2 Orang - 2 Orang
Sumber : Data Puskesmas Depapre dalam 3 Minggu
36

3.5 Kegiatan Pemeriksaan

3.5.1 Pemeriksaan DDR

a. Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan malaria yang dilakukan di Puskesmas Depapre

menggunakan metode Giemsa

b. Prinsip

Setetes darah dibuat sediaan darah tebal dan diwarnai dengan

larutan Giemsa 10% (1:9). Selama ± 25 menit dan dikeringkan

kemudian dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x

menggunakan minyak imersi.

c. Tujuan

Adapun tujuan dalam pemeriksaan ini yaitu untuk

mengetahui morfologi dari parasit malaria.

d. Instrumen Pemeriksaan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini antara lain

mikroskop, lancet, slide, hair dryer, rak pewarnaan dan pipet tetes.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini antara

lain kapas, tissue, alkohol 70% dan darah kapiler.

3. Reagen

Reagen-reagen yang digunakan dalam pemeriksaan ini

yaitu giemsa dan oil emersion.


37

e. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam pemeriksaan DDR adalah

sebagai berikut :

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Ujung jari pasien yang akan ditusuk dibersihkan dengan kapas

alkohol 70% dan dibiarkan mengering dan ditusuk dengan cepat

dan tepat menggunakan lancet steril sedalam ±3 µm.

3. Tetes darah pertama yang keluar dari ujung jari dihapus dengan

menggunakan tisu karena kemungkinan tercampur dengan

alkohol, lalu tetesan berikutnya diambil dengan menggunakan

objek gelas kemudian dibuat sediaan darah tebal.

4. Sampel tersebut dikeringkan dengan mnggunakan hair dryer.

5. Sampel diwarnai dengan menggunakan larutan giemsa dengan

perbandingan 1 : 3 (1 ml aquadest ditambah 3 tetes giemsa) dan

dibiarkan selama 15 menit.

6. Sediaan dicuci dengan cara dicelupkan kedalam air, setelah

sediaan bersih kemudian dikeringkan.

7. Sediaan diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan

pembesaran 100x dengan menggunakan minyak imersi.

f. Interprestasi Hasil

Adapun interpretasi hasil malaria menurut WHO (2003)

adalah sebagai berikut :

- : Tidak ditemukan parasit pada lapangan pandang


38

+ : 1-10 parasit per 100 lapangan pandang

++ : > 10 parasit per 100 lapangan pandang

+++ : 1-10 parasit per 1 lapangan pandang

++++ : > 10 parasit per 1 lapangan pandang.

3.5.2 Pemeriksaan Hemoglobin

a. Metode

Pemeriksaan hemoglobin yang dilakukan di Puskesmas

Depapre menggunakan metode Sahli.

b. Prinsip

Ke dalam sampel darah ditambahkan asam lemah, maka

Hemoglobin darah akan diubah menjadi hematin asam yang

berwarna coklat. Selanjutnya dilakukan penambahan aquadest

sampai warna yang terbentuk sama dengan warna standar.

c. Tujuan

Adapun tujuan dalam pemeriksaan ini yaitu untuk

mengetahui kadar hemoglobin dalam darah pasien.

d. Instrumen Kerja

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini

antara lain pipet sahli, tabung sahli, standar warna dan batang

pengaduk.
39

2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan

ini antara lain kapas alcohol 70%, tissue, aquadest.

3. Reagen

Adapun reagen yang digunakan dalam pemeriksaan ini

yaitu HCL 0,1 N.

e. Prosedur

Adapun prosedur kerja dalam pemeriksaan hemoglobin

adalah sebagai berikut :

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2. Larutan HCl 0,1 N dimasukan sampai tanda 2 ke dalam tabung

hemometer.

3. Darah dipipet dengan pipet sahli sampai tanda 20 ụl.

4. Darah yang melekat pada bagian luar pipet dihapus menggunakan

tissue.

5. Darah dialirkan ke dalam tabung hemometer yang telah terisi

HCL 0,1 N.

6. Pipet tersebut diangkat sedikit, kemudian hisap HCl yang ada di

dalam tabung 2-3 kali untuk membersihkan darah yang masih

tertinggal didalam pipet, lalu dicampur darah dan HCl hingga

homogen.

7. Larutan diinkubasi selama 5 menit untuk pembentukkan asam

hematin.
40

8. Aquadest ditambahkan tetes demi tetes untuk mengencerkan asam

hematin yang terjadi, sambil dicampur memakai batang pengaduk.

9. Warna yang terjadi disamakan dengan standar warna.

10.Hasil dibaca pada miniskus bawah larutan.

f. Nilai Normal

Adapun nilai normal Hemaglobin menurut Riswanto (2013)

adalah sebagai berikut:

Laki-laki : 13,6 – 18,0 gram %

Perempuan : 12,6 – 17,0 gram %

3.5.3 Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA)

a. Metode

Pemeriksaan BTA yang dilakukan di Puskesmas Depapre

menggunakan metode Ziehl-Neelsen

b. Prinsip

Basil tahan asam bila diwarnai dengan Carbol Fuchsin sulit

dihilangkan, warna merah tetap bertahan walaupun dicuci dengan

asam alkohol. Methylen Blue merupakan counter stai (warna dasar).

c. Tujuan

Adapun tujuan dari pemeriksaan ini yaitu untuk

mengidentifikasi ada tidaknya Bakteri Tahan Asam (BTA) di dalam

sampel.
41

d. Instrumen Pemeriksaan :

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini

antara lain slide, lampu spirtus, lidi, stopwatch, pipet tetes, rak

pengecatan, botol semprot, mikroskop, hairdayer, tissue, pot

dahak, korek api, botol desinfektan dan rak pengering.

2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan

antara lain sampel dahak/sputum, minyak imersi dan larutan

desinfektan, tissue, handskun dan masker.

3. Reagen

Adapun reagen-reagen yang digunakan dalam pemeriksaan

ini antara lain zat warna Carbol Fuchsin 0,3%, Asam Alkohol 3%,

dan zat warna Methylen Blue 0,3%.

e. Prosedur

Adapun prosedur kerja dalam pemeriksaan BTA adalah

sebagai berikut :

a. Pembuatan sediaan BTA (Bakteri Tahan Asam) paru

Adapun langkah-langkah pembuatan sediaan BTA

(Bakteri Tahan Asam) adalah sebagai berikut :

1. Lampu bunsen dinyalakan, diletakkan dekat dengan pot dahak.

2. Nomor identitas pasien (nomor sediaan dan waktu

pengumpulan dahak) dicatat/ditulis di kertas label


42

menggunakan bolpoin dan ditempel pada bagian ujung kaca

slide.

3. Slide dilewatkan di atas nyala api agar slide bebas dari lemak.

4. Dahak dipilih bagian yang purulen (kental) yang berwarna

kuning kehijauan dengan menggunakan lidi yang ujungnya

dipipihkan dan diletakkan di atas slide ± 1-2 µl.

5. Sediaan diratakan dengan membuat spiral-spiral kecil sewaktu

apusan setengah kering dengan menggunakan lidi lancip

sehingga didapat sediaan leukosit lebih rata dan area baca

lebih homogen. Besar sediaan adalah 2 cm x 3 cm. Sediaan

tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis.

6. Lidi yang telah digunakan dicelupkan ke dalam botol pasir

desinfektan.

7. Sediaan dikeringkan di udara, lalu difiksasi dengan cara

dilewatkan di atas api sebanyak 3 kali masing-masing 1 detik.

b. Pewarnaan

Adapun langkah-langkah dalam pewarnaan sediaan BTA

(Bakteri Tahan Asam) adalah sebagai berikut :

1. Sediaan diletakkan di atas rak dengan bagian apusan

menghadap ke atas.

2. Seluruh permukaan apusan digenangi dengan carbol fuchsin.

3. Sediaan dipanasi dari bawah dengan menggunakan sulut api

hingga keluar uap, tidak sampai mendidih.


43

4. Didiamkan selama 5 menit. Waktu yang lebih lama juga

boleh.

5. Sediaan dibilas dengan hati-hati menggunakan air mengalir.

6. Sediaan digenangi dengan asam alkohol hingga tidak tampak

warna merah Carbol Fuchsin. Setelah itu sediaan dibilas lagi

dengan air mengalir pelan.

7. Sediaan digenangi dengan Methylen Blue selama 10 – 20

detik.

8. Dibilas dengan air mengalir.

9. Sediaan dikeringkan di rak pengering atau dimasukkan ke

dalam hairdryer.

c. Pengamatan mikroskop

Adapun langkah-langkah untuk pengamatan sediaan adalah

sebagai berikut :

1. Sediaan periksa di bawah mikroskop dengan lensa objectif

diputar pada pembesaran 100x dan minyak imersi diteteskan

di atas sediaan.

2. Fokus disesuaikan dengan hati-hati sampai sel-sel terlihat di

bawah mikroskop.

3. Dicek dan dihitung jumlah BTA yang terlihat, minimal dalam

100 lapangan pandang.


44

f. Interprestasi Hasil

Adapun interprestasi hasil pemeriksaan TBC (Tuberculosis)

terhadap Bakteri Tahan Asam (BTA) sesuai dengan IUATLD (2011)

(International Unit Against Tuberculosis and Lung Diseases) dan

WHO (2011) :

Tabel 3.4 Interprestasi Hasil BTA


Yang Terlihat Yang Dilaporkan
Tidak ditemukan BTA BTA negativ
minimal dalam 100 lapang
pandang
1 – 9 BTA dalam 100 +n (dituliskan jumlah BTA yang
lapangan pandang ditemukan, misalnya +1, +2, +3,
..., +9)
10 – 99 BTA dalam 100 1+
lapangan pandang
1 – 10 BTA dalam 1 lapangan 2+
pandang, periksa minimal 50
lapang pandang
Lebih dari 10 BTA dalam 1 3+
lapangan pandang
Sumber : WHO (2006)

3.5.4 Pemeriksaan IMS

Pemeriksaan IMS yang dapat dilakukan di Puskesmas Depapre

adalah HIV dan Sifilis.

1. HIV (Human Immunodeficiency Virus)

a. Metode

Pemeriksaan HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang

dilakukan di Puskesmas Depapre menggunakan metode

Immunokromatografi.
45

b. Prinsip

Anti HIV (1&2) Uji Triline adalah Immunokromatografi

(cepat) tes untuk deteksi kualitatif antibody dari semua isotope

(IgH, IgM, IgA) khusus untuk HIV-1 dan HIV-2 dalam

darah/serum/plasma.

c. Tujuan

Untuk mendeteksi adanya antibody terhadap antigen

Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sampel pasien.

d. Instrument Pemeriksaan

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini

antara lain centrifuge, pipit tetes dan strip HIV SD, Triline dan

Oncobprobe

2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam

pemeriksaan ini yaitu serum/plasma dan darah.

3. Reagen

Adapun reagen-reangen yang digunakan dalam

pemeriksaan ini antara lain Buffer SD HIV, Buffer Triline

HIV dan buffer Oncobprobe.


46

e. Prosedur Kerja

1. SD HIV

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Gunakan mikropipet ukuran 5 – 50 ul atau dropper lalu

ambil serum/plasma dengan menggunakan dropper

sebanyak 1 tetes (10ul), lalu diteteskan ke luban sampel

c. Teteskan 4 tetes buffer SD HIV, diamkan selama 10-20

menit.

d. Baca hasil dengan melihat garis merah yang muncul pada

strip.

2. Triline

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Gunakan mikropipet ukuran 5 – 50 ul atau dropper, lalu

ambil serum/plasma dengan menggunakan dropper

sebanyak 1 tetes (30ul), lalu diteteskan ke lubang sampel

c. Teteskan 1 buffer Triline, diamkan 15-20 menit.

d. Baca hasil dengan melihat garis merah yang muncul pada

strip.

3. Oncobprobe

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Gunakan mikropipet ukuran 5 – 50 ul atau dropper lalu

ambil serum/plasma dengan menggunakan dropper

sebanyak 1 tetes (50ul), lalu diteteskan ke luban sampel


47

c. Teteskan 1 tetes buffer Oncobprobe, diamkan selama 10-

20 menit.

d. Baca hasil dengan melihat garis merah yang muncul pada

strip.

f. Interprestasi Hasil

Adapun interprestasi hasil pemeriksaan HIV menurut

Ditjen PPM dan PL (2007) adalah sebagai berikut :

a. Reaktif : Bila terbentuk garis pada jendela control (C)

dan tes (T).

b. Non-Reaktif : Bila hanya terbentuk 1 garis jendela control (C)

c. Invalid : Bila tidak terbentuk garis pada jendela control

(C)

2. Sifilis

a. Metode

Pemeriksaan sifilis yang dilakukan di Puskesmas Depapre

menggunakan metode Rapid Diagnosis Test (RDT)

b. Prinsip

Adanya antibodi reagan (antibody non-treponema) dalam

serum penderita akan bereaksi dengan antigen lipoid yang

terkandung dalam reagen RPR membentuk presipitan.

c. Tujuan

Untuk menentukan ada tidaknya reaksi antara serum

penderita dengan antigen lipoid.


48

d. Instrument Pemeriksaan

1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini

antara lain slide putih, rotator, mikropipet, batang pengaduk.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini

antara lain serum pasien.

3. Reagen

Reagen yang digunakan yaitu carbon sifilis.

e. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam pemeriksaan ini adalah

sebagai berikut :

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan

2. Serum sebanyak 50 ul dipipet ke dalam lingkungan slide.

3. Reagen RPR ditambahkan sebanyak 1 tetes tepat di tengah

lingkaran slide kemudian dicampur dengan serum dan

dilebarkan diseluruh wilayah lingkaran slide.

4. Slide di goyangkan menggunakan rotator dengan kecepatan

100 rpm selama 8 menit

5. Flokulasi yang terjadi diamati.

f. Interprestasi Hasil :

Adapun interprestasi hasil Sifilis menurut Handojo (2004)

adalah sebagai berikut:


49

a. Non-reaktif : tidak terjadi reaksi flokulasi

b. Reaktif : terjadi reaksi flokulasi


50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Desa (PKMD) di

Puskesmas Depapre Distrik Depapre Kabupaten Jayapura yang dilaksanakan

pada tanggal 21 Agustus s/d 9 September 2017,meliputi : Pemeriksaan

Laboratorium dan Kegiatan MBS (Mass Blood Survei) di Kampung- kampung

seperti di Amai (Tablasupa), Yepase, Wambena dan Tablanusu, didapatkan

hasil sebagai berikut :

4.1.1 Pemeriksaan Laboratorium

Berikut ini adalah rekapitulasi data kunjungan pemeriksaan

pasien di laboratorium Puskesmas Depapre dari tanggal 21 Agustus s/d 9

September 2017 :

Tabel 4.1. Data Hasil Pemeriksaan Malaria Di Puskesmas Depapre


tanggal 21 Agustus sampai 9 September 2017
Jmlh Pasien Malaria
No Tanggal
∑ JP PF PV PM PO MIX NEG (-)
1 22/8/2017 22 Orang 1 1 - - - 19
2 24/8/2017 18 Orang 1 3 - - - 14
3 25/8/2017 180 Orang 7 9 - - 12 152
4 26/8/2017 7 Orang - 1 - - 1 5
5 29/8/2017 25 Orang 1 - - - - 24
6 31/8/2017 9 Orang 1 - - - 8
7 04/9/2017 248 Orang 7 2 - - 1 238
8 05/9/2017 40 Orang 5 4 - - - 31
9 06/9/2017 215 Orang - 1 - - 1 213
10 07/9/2017 21 Orang - - - - - 21
11 08/9/2017 50 Orang 4 3 - - 3 40
12 09/9/2017 28 Orang 13 - - - - 15
Jumlah 863 Orang 40 24 - - 18 780
Sumber: Puskesmas Depapre (2017)

50
51

Keterangan :

∑JP = Jumlah Pasien

PF = Plasmodium falciparum

PV = Plasmodium Vivax

PM = Plasmodium Malariae

PO = Plasmodium Ovale

MIX = Plasmodium falciparum + Plasmodium Vivax

Tabel 4.2 Presentase Hasil Pemeriksaan Malaria di Puskesmas Dosay


No Uraian Kegiatan Hasil 100%
1 Jumlah Penduduk Yang Memeriksa DDR 100 %
2 Jumlah sampel Yang Positif Malaria 9,28 %
3 Jumlah sampel Yang Negatif Malaria 9,50 %
4 Jumlah Sampel Yang Positif Malaria 4,63 %
Tropika (PF)
5 Jumlah Sampel Yang Positif Malaria 2,78 %
Tersiana (PV)
6 Jumlah Sampel Yang Positif Malaria 0%
Quartana (PM)
7 Jumlah Sampel Yang Positif Malaria Ovale 0%
(PO)
8 Jumlah Sampel Yang Positif MIX 2,08 %
Sumber: Puskesmas Depapre (2017)

Tabel 4.3. Data Pasien Pemeriksaan BTA (Sputum) di Puskesmas


Depapre
Jenis Hasil Pemeriksaan
Jumlah
No Tanggal Kelami A B C
Pasien
n Post Neg Post Neg Post Neg
1 22/8/2017 1 orang L - 1 - 1 - 1
2 24/8/2017 1 orang L - 1 - 1 - 1
3 26/8/2017 1 orang L 1 - 1 - 1 -
4 29/8/2017 2 orang L 1 1 1 1 1 1
5 31/8/2017 2 orang L/P - 2 - 2 - 2
6 05/9/2017 1 0rang L 1 - 1 - 1 -
7 07/9/2017 3 orang L/P 1 2 1 2 1 2
8 09/9/2017 3 orang L/P 2 1 2 1 2 2
Jumlah 14 orang 6 8 6 8 6 9
Sumber: Puskesmas Depapre (2017)
52

Tabel 4.4 Tabel Data Pasien Pemeriksaan Hemoglobin di Puskesmas


Depapre
Jumlah Hasil Pemeriksaan
No Tanggal
Pasien Laki-Laki Perempuan
1 22/08/2017 2 Orang - 7,2 gr/dl
9,2 gr/dl
2 24/08/2017 - - -
3 26/08/2017 - - -
4 29/08/2017 2 Orang - 6,8 gr/dl
8,7 gr/dl
5 31/08/2017 1 Orang - 9,5 gr/dl
6 04/09/2017 - - -
7 05/09/2017 3 Orang - 6,6 gr/dl
9,6 gr/dl
8,4 gr/dl
8 06/09/2017 - - -
9 07/09/2017 1 Orang - 8,9 gr/dl
10 09/09/2017 3 Orang 7,2 gr/dl
6,2 gr/dl
7,8 gr/dl
Jumlah 12 Orang - -
Sumber: Puskesmas Depapre (2017)

Tabel 4.5 Data Pasien Pemeriksaan IMS (HIV dan Sifilis) di Puskesmas
Depapre
Jumlah Hasil Pemeriksaan
No Tanggal
Pasien HIV Sifilis
1 29/08/2017 5 Orang 1 2
Sumber Puskesmas Depapre (2017)

4.2 Pembahasan

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan pasien yang

memeriksakan diri di Puskesmas Depapre dalam waktu 3 minggu adalah 894

jiwa. Pasien yang memeriksakan malaria adalah 863 jiwa yang terdiri dari

801 jiwa yang negatif yaitu tidak di temukan Plasmodium Malaria pada

sediaan sampel darah, 40 jiwa yang positif malaria tropika yaitu di temukan

Plasmodium falcifarum tropozoit muda berbentuk ring menyerupai cicin

halus pada sediaan darah, 24 jiwa yang positif malaria tersiana yaitu di
53

temukan Plasmodium Vivax Tropozoit muda yang bentuknya tidak beraturan

pada sediaan darah, dan 18 jiwa yang positif malaria mix, malaria mix yaitu

ditemukannya plasmodium falcifarum dan vivax dalam sediaan darah. Di

puskesmas jumlah pasien yang positif malaria tropika (Plasmodium

falciparum) lebih banyak dari pada pasien yang positif malaria tersiana

(Plasmodium vivax) dan malaria mix (plasmodium falciparum + plasmodium

vivax).

Dari hasil data pemeriksaan malaria di Distrik Depapre selama tiga

minggu, data yang diperoleh menunjukkan masyarakat Depapre lebih banyak

terinfeksi plasmodium falcifarum penyebab malaria tropika dibandingkan

dengan plasmodium vivax penyebab malaria tersiana. Menurut Purnomo dkk

(2002), faktor yang mempengaruhi plasmodium falcifarum lebih tinggi

dibandingkan dengan plasmodium vivax dikarenakan plasmodium falcifarum

memiliki daur pre-eritrosit yaitu waktu masuknya sporozoit sampai pecahnya

skizon dan merozoit masuk ke dalam sirkulasi darah hanya membutuhkan

waktu 5 hari dengan jumlah merozoit dalam skizon hati sebanyak 40.000

dengan waktu masuknya merozoit ke dalam eritrosit sampai pecah skizon

matang 48 jam. Sedangkan plasmodium vivax memiliki daur pre-eritrosit

yaitu waktu masuknya sporozoit sampai pecahnya skizon hati dan merozoit

masuk ke dalam sirkulasi darah membutuhkan waktu 8 hari dengan jumlah

merozoit dalam skizon hati sebanyak 10.000 dengan waktu masuknya

merozoit ke dalam eritrosit sampai pecah skizon matang 48 jam.


54

Selain itu plasmodium falcifarum lebih berbahaya dibandingkan

dengan jenis plasmodium lainnya, hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Soegijanto (2004), yang menyatakan bahwa plasmodium

falcifarum merupakan penyebab utama infeksi berat, karena plasmodium

falcifarum dapat menginfeksi eritrosit imatur dan matur, menyebabkan koma,

mengigau, serta sering menghalangi aliran darah ke otak. Umumnya

kekambuhan terjadi paling lama 1 tahun, penyebabnya adalah parasit stadium

eritrositik yang belum terbunuh sempurna oleh obat-obat anti malaria.

Dari Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa dari total pasien yang memeriksa

BTA (Sputum) sebanyak 14 orang, yang mana pada dahak sewaktu (A)

dengan hasil positif 6 pasien dan hasil negatif sebanyak 8 pasien, dahak pagi

(B) dengan hasil positif 6 pasien dan hasil negatif sebanyak 8 pasien, dan

pada dahak sewaktu (C) dengan hasil positif 6 pasien dan hasil negatif

sebanyak 9 pasien. Hasil positif pada pemeriksaan BTA berarti ditemukannya

kuman BTA di dalam preparat yang dibuat dari sampel dahak yang diwarnai

dengan Ziehl-Neelsen, sedangkan pada hasil negatif tidak ditemukan kuman

BTA di dalam preparat.

Pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) menggunakan pewarnaan Ziehl

Neelsen yaitu dengan memberi larutan pewarna Carbol Fuchsin, asam alcohol

dan methylene blue. Bakteri genus Mycobacterium dan beberapa spesies

Nocardia pada dinding selnya mengandung banyak zat lipoid (lemak)

sehingga bersifat permeable dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat

tahan asam (+) terhadap pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat
55

digunakan untuk membantu menegakkan diagnose Tuberculosis. Berdasarkan

hasil pemeriksaan diatas, sampel dahak/sputum yang diamati ditemukan BTA.

Adanya BTA ini menunjukan bahwa sampel yang diperiksa positif, yang

berarti pasien tersebut terinfeksi Mycrobacterium Tuberculosis. Hal ini

dikarenakan ditemukannya bakteri berbentuk batang berwarna merah pada

sediaan.

Larutan kimia yang digunakan pada pemeriksaan BTA adalah alkohol

asam 3%, carbol fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang masing-

masing mempunyai fungsi. Asam alkohol digunakan sebagai peluntur, carbol

fuchsin mempunyai fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak

sehingga cat dapat menembus masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis.

Methylen blue berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen

blue pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau

hijau (Jutono, 2000).

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat jumlah keseluruhan pasien yang

memeriksa Hb di Puskesmas Depapre dalam 3 minggu sebanyak 12 pasien.

Hasil tabel menunjukkan kadar Hb terendah adalah 6,6 gr/dl, sedangkan kadar

tertinggi adalah 9,6 gr/dl. Menurut Pramana (2014), Hemoglobin adalah

molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport

oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan membawa

karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang

terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.


56

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan

pasien yang melakukan pemeriksaan IMS yang terdiri dari pemeriksaan HIV

dan sifilis di puskesmas Depapre sebanyak 5 pasien. Dari total pasien yang

diperiksa, sebanyak 1 pasien yang positif HIV dan sebanyak 2 pasien yang

positif sifilis. Pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit sifilis dilakukan dengan

metode RPR (Rapid Plasma Reagin), adanya antibody reagin (antobody non-

treponema) dalam serum penderita akan bereaksi dengan antigen lipoid yang

terkandung dalam reagen RPR membentuk presipitan, sedangkan untuk

mendeteksi HIV dilakukan dengan menggunakan SD HIV.

Menurut Sofian (2009), sifilis adalah infeksi menular seksual yang

disebabkan oleh bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum,

penularan penyakit sifilis melalui kontak seksual, ditularkan dari ibu ke janin

selama kehamilan atau saat kelahiran yang menyebabkan terjadinya sifilis

kongenital. Penyakit sifilis cenderung kronis dan bersifat sistemik, dan

menyerang semua organ tubuh termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf.

Menurut Aprilianingrum (2002), tahapan HIV sampai timbulnya

gejala AIDS meliputi empat tahapan yaitu tahap 1 ; HIV masuk ke dalam

tubuh, tidak ada tanda-tanda (penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat),

tes HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus, tahap 2 ; pada tes HIV

sudah bisa mendeteksi keberadaan virus tersebut, virus HIV mulai

berkembangbiak dalam tubuh, tahap 3 ; sistem kekebalan tubuh semakin

turun, mulai muncul gejala infeksi oportunistik seperti pembengkakan kelenjar

limfa diseluruh tubuh, diare terus-menerus, dan flu yang tidak kunjung
57

sembuh, kemudian pada tahap 4 ; kondisi system kekebalan tubuh sangat

lemah, berbagai macam penyakit mulai menginfeksi tubuh, dan lama-

kelamaan akan semakin parah dan tidak kunjung sembuh.


58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil Pengabdian Kepada Masyarakat Desa ( PKMD) di

Puskesmas Depapre yang telah dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus

sampai dengan 02 September 2017, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada pemeriksaan Malaria yang telah dilakukan pada 863 pasien,

sebanyak 82 pasien didapatkan hasil positif terinfeksi malaria,

diantaranya sebanyak 40 pasien positif malaria tropica, 24 pasien positif

tersiana dan malaria mix sebanyak 18 pasien. Sedangkan pasien negative

sebanyak 780 pasien.

2. Pada pemeriksaan HB yang telah dilakukan pada ibu hamil, sebanyak 12

pasien didapatkan hasil HB tidak normal (rendah).

3. Pada pemeriksaan TB yang telah dilakukan, sebanyak 6 pasien positif

terinfeksi microbakterium TB dan 8 pasien dinyatakan negative dari 14

pasien yang telah diperiksa.

4. Pada pemeriksaan IMS (HIV dan SIFILIS) yang telah dilakukan pada 5

pasien, sebanyak 1 pasien terinfeksi HIV dan sebanyak 2 pasien terinfeksi

sifilis.

5.2 Saran

Adapun saran dalam kegiatan PKMD yang telah dilakukan di

Puskesmas Depapre adalah sebagai berikut :

58
59

1. Sebaiknya pada tahun mendatang pihak fakultas dapat ikut terlibat untuk

membantu proses transportasi dan tempat tinggal bagi mahasiswa

PKMD.

2. Diharapkan kepada instansi yang terlibat agar memperjelas proses

administrasi kegiatan PKMD di tahun mendatang.


60

DAFTAR PUSTAKA

Apprillianingrum, F., 2002. Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV Pada Pekerja
Seks Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002. Laporan
Penelitian Semarang.

Depkes RI. 2008. U paya Kesehatan Masyarakat. Pusat Pendidikan dan Latihan
Pegawai : Jakarta.

Depkes RI. 2009. Pedoman Pemeriksaan Hematologi. Depertemen Kesehatan RI :


Jakarta.

Depkes RI. 2005. Modul Pelatihan Tenaga Laboratorium Puskesmas Tingkat


Dasar. Pusat Laboratorium Kesehatan : Jakarta.

Depkes RI. 2008. Pedoman Penanggulangan TBC. Depkes : Jakarta.

Depkes RI. 2011. Sistem Kesehatan : Jakarta.

Dinkes Kota Jayapura. 2005. Profil Kesehatan Kota Jayapura. Jayapura.

Ditjen PPM dan PL. 2007. AIDS Petunujuk Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta.

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi. Cetakan Kedua. PT. Citra


Aditya Bakti : Bndung.

Handojo, Indo. 2004. Imunoassay Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi.


Airlangga University Press : Surabaya.

Harijanto, PN. 2000. Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis Dan


Penanganan. EGC : Jakarta.

60
61

Hariono. 2006. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana edisi 2. FKIU


: Jakarta.

Joice Leafever Kee. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik.


Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta.

Kemenkes. 2007. Pedoman Surveilance Malaria Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenke/KMK%20
No.%20275%20ttg%20pedomansurveilancemalaria.pdf. Jakarta. Diakses
tanggal 06 September 2017.

Kemenkes. 2011. Pedoman Surveilance Malaria Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenke/KMK%20
No.%20275%20ttg%20pedomansurveilancemalaria.pdf. Jakarta. Diakses
tanggal 06 September 2017.

Koch, Roberth. 2002. Buku Panduan Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.

Kresno, S.B. 2008. Imunologi Diagnosa Dan Prosedur Laboratorium Edisi ke-4.
Universitas Indonesia : Jakarta.

Mahatmanta. 2005. Pengertian Kampung. (online). www.academia.co.id. Diakses


tanggal 10 September 2017.

Merry. 2002. Tentang Analis Kesehatan. (online). www.academia.co.id. Diakses


tanggal 10 September 2017.

Mulyadi, Bagus. 2001. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah


Sakit : Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 20099. Ilmu Kebidanan Edisi Kedua. YBPS : Jakarta.


62

Soerjono, Soekanto. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada :


Jakarta

Sofianty, D. 2009. Waspada Terhadap Infeksi Menular Seksual. Buku Kedokteran


EGC : Jakarta.

Sutedjo, A.Y. 2006. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Amara Books : Jakarta.

WHO. 2013. Pedoman Surveilance Malaria Menteri Kesehatan Republik


Indonesia. Erlangga : Semarang.

Yamaguchi, Tomio. 2001. Atlas Berwarna Parasitologi Klinik. Cetakan Kedua .


Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai