Infeksi
Bakteri patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan yang dikonsumsi. Dalam hal ini,
penyebab sakitnya seseorang adalah akibat masuknya bakteri patogen ke dalam tubuh melalui
konsumsi pangan yang telah tercemar bakteri. Untuk menyebabkan penyakit, jumlah bakteri
yang tertelan harus memadai. Hal itu dinamakan dosis infeksi.
Beberapa bakteri patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui pangan sehingga menimbulkan
sakit adalah:
1. Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, dan tidak
menghasilkan spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur dan
daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna. Sakit yang
diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis.Cara penularan yang utama adalah
dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi. Pangan
juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yanng terinfeksi, binatang peliharaan dan hama, atau
melalui kontaminasi silang akibat higiene yang buruk. Penularan dari satu orang ke orang lain
juga dapat terjadi selama infeksi.
Gejala keracunan:
Pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi adalah diare, kram perut,
dan demam yang timbul 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar. Gejala lainnya
adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat berlangsung selama lebih dari 7
hari. Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat
membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang yang mengalami
gangguan sistem kekebalan tubuh.
2.4. Metode TPC(Total Plate Count) atau Angka Lempeng Total (ALT)
Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel,
umumnya dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan
lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil
akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam koloni(cfu) per ml/g
atau koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan cara sebar.
Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi yaitu
pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng
agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujan Angka Lempeng
Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan menggunakan PCA
(Plate Count Agar) sebagai media padatnya. Digunakan juga pereaksi khusus Tri Phenyl
tetrazalim Chlotide 0,5 % .
Prosedur pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis Mikrobiologi yaitu dengan
cara aseptik ditimbang 25 gram atau dipipet 25 ml sampel ke dalam kantong stomacher steril.
Setelah itu ditambahkan 225 ml PDF, dan dihomogenkan dengan stomacher selama 30 detik
sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10-1. Disiapkan 5 tabung atau lebih yang
masing-masing telah diisi dengan 9 ml PDF. Hasil dari homogenisasi pada penyiapan sampel
yang merupakan pengenceran 10-1dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung PDF pertama, dikocok
homogeny hingga diperoleh pengenceran 10-2. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau
sesuai dengan pengenceran yang diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1ml kedalam
cawan petri dan dibuat duplo, ke dalam setiap cawan dituangkan 15-20 ml media PDA yang
sudah ditambahkan 1%TTC suhu 45C. Cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian
rupa hingga suspense tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat
uji kontrol (blangko). Pada satu cawan diisi 1 ml pengencer dan media agar, pada cawan yang
lain diisi media. Setelah media memadat, cawan diinkubasi suhu 35-37C selama 24-46 jam
dengan posisi dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Keuntungan Dan Kelemahan dari Angka Lempeng Total sebagai berikut:
Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode uji Angka Lempeng Total adalah dapat
mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya mikroba
jenis lain yang terdapat dalam contoh.
Adapun kelemahan dari metode ini adalah :
Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada
mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.
Kemungkinan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan
adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH,
atau kandungan oksigen selama masa inkubasi.
Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh permukaan
media agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain
tersebut tidak terhitung.
Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30
300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan yang
kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama
karena terjadi persaingan diantara koloni.
Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya
membutuhkan waktu 24 jam atau lebih.
Sekilas, makna praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang
ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang
mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen
yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang
lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan jauh lebih
menonjol (Ali, 2008)
b. Clostridium perfringens
Organisme ini memproduksi berbagai ragam eksotoksin. Membentuk spora apabila berada di
dalam usus, dan hanya pada waktu pembentukan endospora dalam usus itulah toksin peracunan
makanan diproduksi. Sumber yang paling sering ialah daging atau produk-produk daging.
Masuknya masakan daging semacam itu mengakibatkan rasa sakit perut dan diare yang akut
sesudah masa inkubasi 8 sampai 24 jam.
c. Vibrio parahaemolyticus
Kerang-kerangan merupakan sumber infeksi saluran pencernaan jika dimasak mentah atau
sedikit dimasak. Belum diketahui dengan tepat bagaimana diare yang dihubungkan dengan
organisme ini dapat terjadi, tetapi kegawatan infeksi ini dapat dirasakan dengan memikirkan
kenyataan bahwa laju kematian karena infeksi V. Parahaemolytikus dapat mendekati 7 atau 8
persen.
2. Peracunan Makanan
Peracunan makanan tidak disebabkan oleh menelan organisme hidup melainkan dengan
kemasukan toksin atau substansi beracun yang beracun yang disekresikan ke dalam makanan.
Dalam hali yang terakhir, organisme ini mungkin mati setelah pembentukan toksin dalam
makanan, tetapi apabila toksin itu sendiri dimusnahkan, peracunan makanan yang hebat dapat
terjadi dari memakanan makanan itu. Organisme yang menyebabkan peracunan makanan
mencakup S. aureus, C. botulium, dan B. cereus.
a. Staphylococcus
Peracunan ini disebabkan oleh kokus gram positif kecil, stafilokokus yang sama bertanggung
jawab atas banyak masalah infeksi di rumah sakit. Organisme itu mudah tumbuh pada media
hara biasa dan walaupun banyak galur memerlukan beberapa asam amino dan satu vitamin B
atau lebih, galur-galur ini tidak dapat dipandang sebagai bakteri yang sukar dipelihara. Ciri
peracunan makanan stafilokokus yang sangat menonjol adalah diare yang hebat, muntah-muntah
dan sakit perut, sedangkan bantuan yang menonjol adalah masa inkubasinya yang pendek sekitar
2 sampai 4 jam.
b. Bacillus cereus
Organisme ini adalah batang besar gram positif yang membentuk spora dan merupakan salah
satu anggota suku Bacillaceae saprofit yang paling sering terdapat dimana-mana. Apabila
makanan yang di dalamnya terdapat organisme ini, selama 24 jam terjadi rasa sakit perut yang
hebat dan diare beberapa jam setelah termakan. Ditemukan di dalam tanah dan pada makanan
mentah dan kering, mencakup beras yang belum dimasak.
c. Clostridium botulinum
Batang gram positif yang besar dalam suku Bacillaceae, adalah jasad etiologi peracunan
makanan yang sangat fatal dan biasanya terjadi setelah menelan eksotoksin yang terbentuk
sebelumnya yang dihasilkan oleh organisme ini sewaktu tumbuh dalam makanan.
3. Keracunan
Keracunan makanan terjadi karena memakan makanan yang mengandung organisme hidup
yangmampu sembuh atau bersporulasi dalam usus, yang menimbulkan penyakit. Organisme
yangmenimbulkan keracunan makanan meliputi C.perfringens, vibrio parahaemolyticus dan
sejumlah jenis Salmonella yang berlainan.
d. Udara
Ketika makanan terbuka dan terkena udara maka diperkirakan akan terjadi kontaminasi bakteri
yang ada di udara sehingga jumlah bakteri akan bertambah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar pustaka
S,Susiwi.2009.Kerusakan Pangan.Universitas Pendidikan Indonesia
Siagian,Albiner.2002. MIKROBA PATOGEN PADA MAKANAN DAN SUMBER
PENCEMARANNYA. Universitas Sumatera Utara
Aryulina, Diah dkk. 2001. Biologi Jilid 1.
Sembiring,Langkah dkk.2009.Biologi.Semarang.Aneka Ilmu