Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pelayanan Kesehatan

Berikut ini adalah hasil pemeriksaan selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di Rumah Sakit Bhayangkara yang dilaksanakan pada tanggal 10 Januari sampai

dengan 10 Maret 2018, meliputi :

1. Pengambilan Sampel Darah

Adapun hasil pengambilan sampling darah di Rumah Sakit Bhayangkara tahun

2018 dinyatakan dalam persen yang terdapat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Pasien Pengambilan Sampel Darah pada tanggal 10 Januari
sampai dengan 10 Maret 2018
Sampel Darah
Parameter Jumlah Pasien
Vena Kapiler
Pengambilan Darah 3514 813
Jumlah 4327
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara (2018)

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat total data pasien yang melakukan Pengambilan

Sampel Darah untuk pemeriksaan di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara

sebanyak pasien. Dengan jumlah pengambilan sampel darah vena sebanyak passien

dan jumlah pengambilan sampel darah kapiler sebanyak pasien.

2. Pemeriksaan Darah Lengkap

Adapun hasil pemeriksaan darah lengkap di Rumah Sakit Bhayangkara tahun

2018 dinyatakan dalam persen yang terdapat pada tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Data Pasien Pemeriksaan Darah Lengkap pada tanggal 10 Januari
sampai dengan 10 Maret 2018
Parameter Jumlah Pasien
Darah Lengkap 2.683
Jumlah 2.683
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara

1
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

Darah Lengkap di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 2.683 pasien.

3. Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit manual

Adapun hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit dengan cara manual di

Rumah Sakit Bhayangkara tahun 2018 dinyatakan dalam persen yang terdapat pada

tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data Pasien Pemeriksaan Hitung Jumlah Leukosit pada tanggal 10
Januari sampai dengan 10 Maret 2018
Parameter Jumlah Pasien
Leukosit 813
Jumlah 813
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

Hitung Jumlah Leukosit manual di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara

sebanyak 813 pasien.

4. Pemeriksaan CT (Masa Pembekuan) BT (Masa Perdarahan)

Adapun hasil pemeriksaan CT BT di Rumah Sakit Bhayangkara tahun 2018

dinyatakan dalam persen yang terdapat pada tabel 4.4 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Data Pasien Pemeriksaan CTBT pada tanggal 10 Januari sampai
dengan 10 Maret 2018
Parameter Jumlah Pasien
CT BT 339
Jumlah 339
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat total data pasien yang melakukan CT BT di

Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 339 pasien.

2
5. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)

Adapun hasil pemeriksaan LED (Laju Endap darah) di Rumah Sakit

Bhayangkara tahun 2018 dinyatakan dalam persen yang terdapat pada tabel 4.5

sebagai berikut :

Tabel 4.5 Data Pasien Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah) pada tanggal 10
Januari sampai dengan 10 Maret 2018
Parameter Jumlah Pasien
LED 51
Jumlah 51
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara

Dari Tabel 4.5 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

LED di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 51 pasien.

6. Pemeriksaan Malaria

Adapun hasil pemeriksaan malaria di Rumah Sakit Bhayangkara tahun 2018

dinyatakan dalam persen yang terdapat pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Data Pasien Pemeriksaan Malaria pada tanggal 10 Januari sampai
dengan 10 Maret 2018
Jawab Mahasiswa
Parameter
Pasien Pf Pv Neg
Malaria 2.054 303 292 1459
Jumlah 2.054 2.054
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara
Keterangan:
Pf : Plasmodium falciparum
Pv : Plasmodium vivax

Dari Tabel 4.6 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

Malaria di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 2.054 pasien.

7. Pemeriksaan Kimia Darah

Adapun hasil pemeriksaan kimia darah di Rumah Sakit Bhayangkara tahun

2018 dinyatakan dalam persen yang terdapat pada tabel 4.7 sebagai berikut :

3
Tabel 4.7 Data Pasien Pemeriksaan Kimia Darah pada tanggal 10 Januari
sampai dengan 10 Maret 2018
Jumlah
Parameter
Pasien
Glukosa 524
Cholesterol 195
Trigliserida 150
Asam Urat 218
SGOT 169
SGPT 166
Ureum 313
Kreatinin 288
Bilirubin
36
Total
Albumin 46
Jumlah 2.105
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

Kimia Darah di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 2.105 pasien.

8. Pemeriksaan Urinalisa

Adapun hasil pemeriksaan urinalisa di Rumah Sakit Bhayangkara tahun 2018

dinyatakan dalam persen yang terdapat pada tabel 4.8 sebagai berikut:

Tabel 4.8 Data Pasien Pemeriksaan Urinalisa pada tanggal 10 Januari sampai
dengan 10 Maret 2018

Parameter Jumlah Pasien

Urinalisa 407
Jumlah 407
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

Urinalisa di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 407 pasien.

9. Pemeriksaan Serologi

Adapun hasil pemeriksaan serologi di Rumah Sakit Bhayangkara tahun 2018

dinyatakan pada tabel 4.9 sebagai berikut :

4
Tabel 4.9 Data Pasien Pemeriksaan Serologi pada tanggal 10 Januari sampai
dengan 10 Maret 2018
Parameter Jumlah Pasien
Widal 359
HBsAg 208
HBsAb 6
IgGIgM 35
VDRL 4
HIV 248
HCV 1
HCG 56
Goldar 4
RF 1
HBeAg 1
Jumlah 958
Sumber : Rumah Sakit Bhayangkara

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

Imunoserologi Klinik di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 958

pasien.

4.2 Pembahasan

Dari hasil kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Laboratorium Klinik Rumah Sakit

Bhayangkara, yang berlangsung selama 2 bulan (10Januari-10 Maret 2018) yang diikuti

oleh 8mahasiswa, kami dituntut untuk dapat melakukan pemeriksaan yang meliputi :

Pemeriksaan Hematologi, Pemeriksaan Kimia Darah, Pemeriksaan Imunoserologi

Klinik, Pemeriksaan Urinalisa, dan Flebotomi.

Pemeriksaan Hematologi terdiri dari Pemeriksaan Darah Lengkap, Pemeriksaan

Hitung Jumlah Leukosit, Pemeriksaan CT BT, Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah),

dan Pemeriksaan DDR (Malaria). Pemeriksaan Kimia Darah terdiri dari Pemeriksaan

Glukosa, Pemeriksaan Trigliserida, Pemeriksaan Kolestrol, Pemeriksaan Asam Urat,

Pemeriksaan SGPT, Pemeriksaan SGOT, Pemeriksaan Ureum, Pemeriksaan Kreatinin,

Pemeriksaan Albumin, dan Pemeriksaan Bilirubin Total. Pemeriksaan Imunoserologi

Klinik terdiri dari Pemeriksaan Widal, Pemeriksaan HBsAg, Pemeriksaan Sifilis,

5
Pemeriksaan HIV, Pemeriksaan DBD, Pemeriksaan HCV, Pemeriksaan Golongan Darah,

Pemeriksaan HbsAb, Pemeriksaan HbeAg dan Pemeriksaan Tes Kehamilan. Untuk

Pemeriksaan Urinalisa dilakukan dengan Metode Carik Celup, dan Sedimentasi. Dan

untuk Flebotomi terdiri dari pengambilan Darah Vena dan Kapiler.

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan jumlah keseluruhan pasien yang

memeriksakan diri di Rumah Sakit Bayangkara adalah pasien. Dari hasil pengambilan

sampel darah vena dan sampel darah kapiler menunjukkan bahwa pengambilan sampel

darah vena lebih banyak karena pasien umumnya dirujuk untuk melakukan pemeriksaan

darah lengkap, pemeriksaan kimia darah, dan pemeriksaan imunoserologi klinik.

Sedangkan pengambilan sampel darah kapiler lebih sedikit karena hanya dirujuk untuk

melakukan pemeriksaan malaria, pemeriksaan hitung jumlah leukosit manual, dan

pemeriksaan glukosa metode stick.

Pada umumnya pelaksanaan pencatatan dan pelaporan di Laboratorium Klinik

sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur kerja Rumah Sakit. Dalam pengambilan

sampel darah tata cara pengambilan sesuai dengan standar operasional prosedur, dalam

melakukan pengambilan terdapat beberapa kendala terutama dalam penentuan vena

sehingga pengambilan diambil dengan pengawasan dari petugas laboratorium.

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat total data pasien yang melakukan Pemeriksaan

Darah Lengkap di Rumah Sakit Bayangkara sebanyak 2.683 pasien. Pada Pemeriksaan

Darah Lengkap alat yang digunakan adalah Sysmex i800, beberapa parameter

didalamnya antara lain Pemeriksaan Leukosit (WBC), Pemeriksaan Hemoglobulin

(HGB), Pemeriksaan Eritrosit (RBC), Pemeriksaan Hematokrit (HCT), Pemeriksaan

Trombosit (PLT) dan lain – lain.

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat total data pasien Pemeriksaan Hitung Jumlah

Leukosit manual di Laboratorium Rumah Sakit Bayangkara sebanyak 813 pasien.

6
Leukositosis adalah keadaan dimana jumlah leukosit meningkat dikarenakan adanya

infeksi atau peradangan yang terjadi akibat adanya benda asing yang masuk kedalam

tubuh, sedangkan Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit rendah biasa

disebabkan adanya gangguan pembentukan leukosit disumsum tulang atau dapat juga

disebabkan oleh virus dan bakteri dengan ditambah gejala yang khas yaitu rendahnya

kadar trombosit.

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

CT (Clothing Time/masa pembekuan) dan BT (Bleeding Time/masa perdarahan) di

Laboratorium Rumah Sakit Bayangkara sebanyak 339 pasien. Pada pemeriksaan CT

menggunakan metode pemeriksaaan yaitu Lee dan White. Sedangkan pada pemeriksaan

BT menggunakan metode pemeriksaan yaitu Duke. Pemeriksaan ini selalu dilakukan

secara bersamaan, biasanya dilakukan pada pasien yang hendaknya menjalani operasi

atau pembedahan. Jika masa pembekuannya kurang atau lebih dari normal berarti adanya

indikasi lebih jauh untuk menyelidiki faktor pembekuan mana yang aktivitasnya

berkurang, sedangkan masa perdarahan yang lebih dari normal atau berkepanjangan

menandakan adanya defisiensi fungsi trombosit dan juga dapat disebabkan oleh

trombositopenia (Sacher, 2002).

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

LED (Laju Endap Darah) di Laboratorium Rumah Sakit Bayangkara sebanyak 51 pasien.

Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah) dijumpai meningkat selama proses inflamasi

akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan, rheumatoid dan kondisi stres fisiologis

misalnya pada kehamilan (Sutedjo, 2007).

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat total data pasien yang melakukan

pemeriksaan malaria di Laboratorium Rumah Sakit Bayangkara sebanyak 2.054 pasien

Dari hasil pemeriksaan yang diproleh infeksi Plasmodium Falcifarum menduduki

7
frekuensi tertinggi sebanyak 303 orang dan di ikuti infeksi Plasmodium Vivax sebanyak

292 orang. Menurut Purnomo dkk (2002), faktor yang mempengaruhi plasmodium

falcifarum lebih tinggi dibandingkan dengan plasmodium vivax dikarenakan plasmodium

falcifarum memiliki daur pre-eritrosit yaitu waktu masuknya sporozoit sampai pecahnya

skizon dan merozoit masuk ke dalam sirkulasi darah hanya membutuhkan waktu 5 hari

dengan jumlah merozoit dalam skizon hati sebanyak 40.000 dengan waktu masuknya

merozoit ke dalam eritrosit sampai pecah skizon matang 48 jam. Sedangkan plasmodium

vivax memiliki daur pre-eritrosit yaitu waktu masuknya sporozoit sampai pecahnya

skizon hati dan merozoit masuk ke dalam sirkulasi darah membutuhkan waktu 8 hari

dengan jumlah merozoit dalam skizon hati sebanyak 10.000 dengan waktu masuknya

merozoit ke dalam eritrosit sampai pecah skizon matang 48 jam.

Selain itu plasmodium falcifarum lebih berbahaya dibandingkan dengan jenis

plasmodium lainnya, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Soegijanto

(2004), yang menyatakan bahwa plasmodium falcifarum merupakan penyebab utama

infeksi berat, karena plasmodium falcifarum dapat menginfeksi eritrosit imatur dan matur,

menyebabkan koma, mengigau, serta sering menghalangi aliran darah ke otak. Umumnya

kekambuhan terjadi paling lama 1 tahun, penyebabnya adalah parasit stadium eritrositik

yang belum terbunuh sempurna oleh obat-obat anti malaria.

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

kimia darah di Laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 2.105 pasien. Pada

pemeriksaan kimia darah, alat yang digunakan yaitu Auto Cemistry Analyzer (Microlab

300), beberapa parameter didalamnya antara lain pemeriksaan glukosa, pemeriksaan

kolesterol, pemeriksaan trigliserida, pemeriksaan asam urat, pemeriksaan SGOT,

pemeriksaan SGPT, pemeriksaan ureum, pemeriksaan kreatinin, pemeriksaan albumin,

pemeriksaan protein total dan pemeriksaan bilirubin total.

8
Pada pemeriksaan kimia darah pemeriksaan yang memiliki frekuensi tertinggi yaitu

sekitar 524 pasien yang memeriksa kadar glukosa darah. Peningkatan kadar glukosa

dalam darah menunjukkan hormone insulin pasien yang sudah tidak mampu lagi

menyeimbangkan kadar glukosa dalam darah. Peningkatan kadar glukosa dapat menjadi

indikasi Diabetes mellitus.

Selanjutnya, jika kadar trigliserida meningkat didalam serum dapat disebabkan

karena meningkatnya kadar lemak didalam darah yang dapat menyebabkan Hypertensi.

Sedangkan, peningkatan kadar cholesterol dapat disebabkan karena mengkonsumsi

makanan yang tinggi kolesterol yang mengandung lemak. Peningkatan kadar cholesterol

dapat menjadi indikasi penyakit arterikoroner dan ateroklerosis. Untuk peningkatan

kadar asam urat didalam serum dapat disebakan karena banyak mengkonsumsi makanan

yang mengandung purin. Peningkatan kadar asam urat juga menyebabkan gangguan

fungsi ginjal, sehingga pengeluaran asam urat tidak sempurna.

Selanjutnya, peningkatan kadar SGPT dan SGOT dalam serum darah

mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati (misalnya dari virus hepatitis).

Untuk peningkatan kadar ureum dalam serum pasien dapat diindikasikan bahwa adanya

kelainan pada fungsi ginjal. Kadar ureum meninggi juga dapat disebabkan terjadinya

obstruksi saluran kemih dan katabolisme protein yang meninggi misalnya akibat tubuh

terbakar. Selanjutnya, peningkatan kadar kreatinin pada serum juga dapat diindikasikan

bahwa adanya kelainan pada fungsi ginjal. Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang

setiap hari, bergantung pada masa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat

metabolism protein. Untuk albumin , penurunan kadar terjadi pada penderita sirosis hati,

gagal ginjal akut, gangguan ginjal, luka bakar yang parah, malaborsi. Kadar bilirubin

yang tinggi dalam darah menandakan adanya kerusakan hati.

9
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

Urinalisa di Laboratorium Rumah Sakit Bayangkara sebanyak 407 pasien. Pemeriksaan

urinalisa dilakukan menggunakan Metode Carik Celup yang dibaca pada alat Urine

Analyzer, yang terdiri dari beberapa parameter, diantaranya : Protein, Urobilin, Bilirubin,

Glukosa, Eritrosit, Leukosit, Berat jenis dan pH. Pemeriksaan urinalisa ini digunakan

untuk mendiagnosis penyakit ginjal dan atau infeksi saluran kemih dan untuk mendeteksi

adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan ginjal.

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat total data pasien yang melakukan pemeriksaan

Imunoserologi klinik di laboratorium Rumah Sakit Bhayangkara sebanyak 958 pasien.

Parameter pemeriksaan Imunoserologi Klinik yaitu : Pemeriksaan Widal dengan hasil

pemeriksaan sebanyak 359 pasien, Pemeriksaan HBsAg dengan hasil pemeriksaan

sebanyak 208 pasien, Pemeriksaan HbsAb dengan hasil pemeriksaan sebanyak 6 pasien,

Pemeriksaan Sifilis dengan hasil pemeriksaan sebanyak 4 pasien, Pemeriksaan HIV

dengan hasil pemeriksaan sebanyak 248 pasien, Pemeriksaan Dengue dengan hasil

pemeriksaan sebanyak 35 pasien, Pemeriksaan Golongan Darah 4 pasien, Pemeriksaan

Rf sebanyak 1 pasien, Pemeriksaan HbeAg sebanyak 1 pasien, Pemeriksaan HCV

sebanyak 1 pasien, dan Pemeriksaan tes Kehamilan (HCG) dengan hasil pemeriksaan

sebanyak 56 pasien. Pemeriksaan ini menggunakan beberapa metode yaitu metode

Aglutinasi pada pemeriksaan Widal, RF, dan Goldar, Sedangkan metode ICT

(Immunochromatogrphy Test/Rapid Test) pada pemeriksaan HBsAg, Sifilis, HIV,

HBsAb, IgG IgM, HCV, HbeAg, dan Tes Kehamilan (HCG).

Pemeriksaan Widal apabila terjadi aglutinasi maka ditentukan titernya dan pasien

terindikasi demam typoid. Pada pemeriksaan RF reaksi yang terjadi adalah aglutinasi

dikarenakan factor rheumatoid di dalam serum dengan partikel latex yang dilapisi

dengan IgG akan menimbulkan reaksi aglutinasi. Sedangkan Pada pemeriksaan

10
Golongan Darah apabila terjadi Aglutinasi dikarenakan pada sel darah merah sebagai

antigen bila berikatan dengan antibody pada antisera. Pada pemeriksaan Imunoserologi

menggunakan metode Immunochromatogrphy Test/Rapid Test hasil normal akan

menunjukan satu garis merah yang muncul pada rapid test sedangkan hasil abnormal

akan menunjukan dua garis merah yang muncul pada rapid test, Untuk pemeriksaan

HBsAg, apabila muncul 2 garis merah pada strip test, ini menunjukkan pasien menderita

penyakit Hepatitis. Begitupun pada pemeriksaan HCV HbsAb dan HbeAg bila reaktif

maka akan muncul garis dua merah pada rapid test. Selanjutnya pemeriksaan VDRL,

apabila muncul 2 garis merah pada strip test, ini menunjukkan pasien menderita penyakit

sifilis. Sedangkan pemeriksaan HIV, apabila terjadi muncul 2 garis merah pada strip test,

ini menunjukkan pasien menderita penyakit HIV. Untuk pemeriksaan DBD apabila pada

C terjadi perubahan warna (merah-biru) dan garis merah pada IgM atau IgG, maka

pasien terindikasi menderita Demam Berdarah. Dan Pemeriksaan Tes Kehamilan ,

apabila muncul 2 garis merah pada strip test maka pasien positif hamil.

11

Anda mungkin juga menyukai