Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BAKTERIOLOGI II
ISIOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI URIN

Oleh :
NAMA : Silvia Mosi
NIM : 18 3145 353 028
KELAS : 18 A
KELOMPOK : IV (Empat)

PROGRAM STUDY DIV TEKNIK LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN
INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. I. Latar Belakang
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari hidup yang sangat
kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) yang dapat dilihat dengan mata
biasa tanpa bantuan suatu peralatan khusus. Alat tersebut kita kenal
dengan nama mikroskop (mikro dari micros dan skop = melihat, atau kita
katakan alat untuk melihat jasad – jasad renik) istilah lain yang
digunakan selain makhluk hidup yang kecil atau renik adalah :
mikroorganisme, mikroba (jasad atau organisme yang serendah –
rendahnya hanya terdiri dari 1 sel, (Hasdianah, 2015).
Bakteri merupakan mikroorganisme yang banyak terdapat didalam
tubuh manusia. Bakteri ini dapat bersifat patogen atau apatogen dapat
menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia dan disebut aportunistik
patogen didalam inangnya, (Achsanul, dkk 2017).
Mikroorganisme pada suatu liingkungan alami merupakann populasi
campuran dari berbagai jenis, baik mikroorganisme yang ada pada tanah,
air, udara, makanan, pada permukaan tubuh manusia, dalam mulut,
hidung, maupun organ tubuh pada makhluk hidup. Mikroba dalam tidak
hidup tersendiri sebagai individu tunggal dan terlepas dari spesies yang
lain, akan tetapi mikroba lebih sering ditemukan dalam bentuk berkoloni
dengan mikroba yang lain (Gabriella, dkk 2017).
Mikroorganisme terdapat dimana – mana baik berada pada
lingkungan atau sekeliling kita, bahkan didalam tubuh karena
mikroorganisme merupakan komponen penting dalam ekosistem yang
hidup di habitat alamiahnya dalam suatu komunitas yang terdiri dari
berbagai jenis mikroorganisme bersama spesies – spesies biologi lainnya.
Satu spesies mikroba dalam komunitas tersebut dapat mempengaruhi
spesies lain dengan berbagai cara. Isolasi adalah proses pemisahan atau
mengambil bakteri dari medium atau dari lingkungan asalnya
ditumbuhkan pada medium buatan, (Gabriella, dkk 2017).
Media adalah suatu bahan atau susunan bahan yang terdiri dari
nutrisi atau zat – zat makanan yang digunakan untuk menumbuhhkan
mikroba (bakteri), nutrisi dalam media harus memenuhi kebutuhan dasar
makhluk hidup. Media pertumbuhan atau pembiakan diperlukan untuk
mempelajari sifat bakteri untuk dapat mengadakan identifikasi,
determinan, atau diferensiasi jenis- jenis yaang ditemukan (Supriyatin
dan Rahayun, 2016).
Urin merupakan cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal, dimana
ginjal berfungsi untuk mengatur jumlah air di dalam tubuh agar sesuai
dengan kebutuhan. Jika air dalam tubuh berlebih, maka ginjal akan
mengelurkan air lebih banyak selain itu ginjal juga berfungsi untuk
mengeluarkan racun dan obat-obatan dari dalam tubuh yang diproduksi
tubuh dalam bentuk urin
Oleh karena itu, dilakukan praktikum isolasi dan identifikasi bakteri
pada kulit agar praktikan dapat mengetahui cara isolasi dan identifikasi
bakteri penyebab infeksi pada kulit dengan menggunakan beberapa jenis
sampel kulit diantaranya sampel kulit normal dan sampel kulit nanah.
I. II. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara isolasi dan identifikasi bakteri pada sampel Infeksi
saluran kemih (ISK) ?
b. Bakteri apa saja yang terdapat pada sampel Infeksi saluran kemih
(ISK) ?
I. III. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui cara inokulasi dan identifikasi bakteri pada
sampel Infeksi saluran kemih (ISK)
b. Untuk mengetahui bakteri yang terdapat pada sampel ISK
I. IV. Manfaat
Adapun manfaat pada praktikum ini yaitu praktikan dapat
memahami tentang jenis –jenis media yang digunakan untuk isolasi dan
identifikasi bakteri serta cara inokulasi dan identifikasi bakteri
berdasarkan sifat – sifatnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Urin dan Penyakitnya
Urin merupakan cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal, dimana ginjal
berfungsi untuk mengatur jumlah air di dalam tubuh agar sesuai dengan
kebutuhan. Jika air dalam tubuh berlebih, maka ginjal akan mengelurkan air
lebih banyak selain itu ginjal juga berfungsi untuk mengeluarkan racun dan
obat-obatan dari dalam tubuh yang diproduksi tubuh dalam bentuk urin,
(Erna, 2018).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit infeksi yang sering
ditemukan di praktik umum beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya ISK seperti umur, jenis kelamin,
berbaring lama, penggunaan obat immunosupresan dan steroid, pemasangan
kontrasepsi, kebiasaan menahan kemih, kebersihan genitalia, dan faktor
predisposisi lain, (Erna, 2018).
ISK secara umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang melibatkan
saluran kemih bagian atas atau bawah dan lebih lanjut diklasifikasikan
sebagai ISK dengan atau tanpa komplikasi bergantung pada apakah ISK
tersebut berulang dab durasi infeksi. ISK bawah termasuk sistitis,
pprostatitis dan uretritis. ISK atas termasuk pielonefritis, nefritis interstisial
dan abses renal, (Shirby, 2016).
Pola kuman penyebab ISK akan berperan penting dalam keberhasilan
pengobatan ISK. Bervariasinya penyebab ISK, luasnya sprektum organisme
yang menjadi penyebab, serta sedikitnya uji klinis yang telah dilaksanakan,
mempersulit penyusun antimikroba pilihan yang dapat digunakan dalam
terapi ISK, (Shirby, 2016).
Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra, ureter, dan ginjal.
Urin biasanya merupakan cairan steril, tetapi ketika terinfeksi, mengandung
bakteri. Ketika infeksi terjadi berulang – ulang, ini disebut ISK berulang,
(Shirby, 2016).
II.2. Bakteri Patogen Pada Urin
Bakteri merupakan organisme yang berjumlah paling banyak dan
terbesar luas dibandingkan makhluk hidup lain di muka bumi. Bakteri
memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga laut. Ukuran tubuh
bakteri beragam, dari yang berdiameter 0,12 mikron hingga yang memiliki
panjang ratusan mikron, (Devita, dkk 2016).
Bakteri merupakan mikroorganisme ber sel satu tunggal dengan
ukuran panjang 0,5-1,0µ dan lebar 0,5-2,5µ. Flagella merupakan struktur
tambahan diluar sel yang berbentuk cambuk halus yang tidak terlihat
dibawah mikroskop kecuali menggunakan tehnik pewarnaan khusus, (Apri,
dkk 2017).
Menurut Devita, dkk 2016. Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk
kokus, basil, spiral serta terdapat bentuk antara kokus dan basil (kokobasil).
a. Kokus
Bakteri yang berbentuk bulat dapat berupa monokokus (sendiri atau
tunggal), diplokokus (berpasangan dua-dua atau berdempetan),
tetrakokus (empat sel bakteri yang berbentuk segi empat), sarkina
(delapan sel bakteri yang membentuk kubus), streptokokus (lebih dari
empat sel bakteri yang membentuk rantai), dan stafilokokus (lebih dari
empat sel bakteri menyerupai buah anggur).
b. Basil
Bakteri berbentuk batang. Ada tiga jenis, yaitu monobasil (berupa
sel bakteri basil tungggal), diplobasil (berupa dua sel bakteri basil
berdempetan), dan stertobasil (beberapa ssel bakteri basil berdempetan
membentuk rantai)
c. Spiral
Bakteri berbentuk spiral terdiri atas vibrio (berbentuk batang
bengkok), spirilium (berbentuk spiral kasar dan kaku, tidak fleksibel,
dan dapat bergerak dengan flagel), dan spiroseta (berbentuk spiral
halus, elastis, dan fleksibel) serta dapat bergerak dengan aksial filamen.
Haemphilus sp. Merupakan bakteri patogen pada manusia yang
dapat menyebabkan meningitis, pneumonia dan bakterimia. Bakteri ini
memiliki rentang patogenitas yang luas, mulai dari penyakit invasif
hingga membentuk kolonisasi yang komensal, (Triyoga, dkk 2018).
II. 3. Metode Identifikasi Bakteri Pada Urin
Identifikasi bakteri merupakan prosedur laboratorium yang digunakan
untuk mengetahui sifat-sifat morfologi bakteri, maka bakteri dapat diperiksa
dalam keadaan hidup atau mati. Sedangkan konfirmasi bakteri yaitu untuk
mengetahui jenis bakteri dan koloninya, (Yunan, dkk 2016).
Untuk menentukan mikroba dalam bahan pemeriksaan secara
mikrobiologi dilakukan dengan cara mengisolasi dan mengidentifikasi
mikroorganisme dari bahan pemeriksaan. Isolasi miikroba tersebut
dilakukan dengan menggunakan medium biakan, (Mudatsir, 2015).
Untuk mengisolasi bakteri tertentu memerlukan media yang kompleks
atau media yang diperkaya. Hal ini sangat penting karena menumbuhkan
bakteri secara optimal dan dapat pula menunjukkan karakteristik koloni
yang spesifik pada media biakan tersebut, (Mudatsir, 2015).
Media adalah suatu bahan campuran yang terdiri dari bahan bakar
organik (terdiri dari makanan) dan anorganik. Media identifikasi adalah
suatu pembersihan yang digunakan untuk identifikasi suatu
mikroorganisme, (Fajar dan Indra, 2017).
Menurut Fajar dan Indra, 2017. media dibagi menjadi 4 jenis
berdasarkan fungsinya :
1. Media transport : melindungi bakteri agar tetap hidup apabila
pemeriksaan terpaksa ditunda.
2. Media pemupuk : media yang menguntungkan pertumbuhan kuman –
kuman tertentu karena mengandung bahan –bahan tambahan atau bahan
penghambat yang menekan tumbuhna kompetitor
3. Media diferensial : media yang karena adanya komposisi kimiawi dapat
memberikan ciri khusus pada genus kuman tertentu.
4. Media selektif : media yang kompleks yang sangat selektif terhadap
kuman – kuman tertentu
Menurut Fajar dan Indra, 2017. klasifikasi media pembenihan
berrdasarkan bentuk (wujud), dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Media cair (liquid). Medium cair digunakan sebagai pembenihan dengan
tujuan memperkaya sebelum disebarkan pada media padat dan tidak
cocok digunakan untuk memperoleh biakan murni, juga tidak dapat
digunakan untuk mempelajari koloni kuman.
2. Media padat (solid). Medium padat dipergunakan untuk mempelajari
koloni bakteri, dan penting dalam menginokulassi bakteri untuk
mendapatkan biakan murni
3. Media setengah padat (semisolid). Media semisolid adalah media
dengan penambahan zat pemadat hanya 50% kurang dari yang
seharusnya. Umumnya dipergunakan untuk pertumbuhan mikroba yang
banyak memerlukan kandungan air, dan untuk melihat motilitas bakteri.
Berdasarkan pewarnaan gram, bakteri digolongkan menjadi 2
golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram
positif akan berwarna ungu karena pada saat pewarnaan zat warna kristal
violet-iodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan peluntur
(alkohol). Bakteri gram negatif berwarna merah karena kompleks warna
tersebut larut sewaktu pemberian larutan peluntur dan kemudian mengambil
zat warna kedua yang berwarna merah. Perbedaan hasil dalam pewarnaan
tersebut disebabkan perbedaan struktur, terutama dinding sel kedua
kelompok bakteri tersebut. Prinsip bakteri gram positif : bakteri menyerap
zat warna pertama, tidak dapat dilunturkan dengan zat peluntur dan tidak
terwarnai dengan zat warna terakhir, sehingga bakterri berwarna ungu.
Bakteri gram negatif : bakteri menyerap zat warna pertama, dan ketika
dilunturkan dengan zat peluntur bakteri akan luntur, dan menyerap zat
warrna terakhir, sehingga bakteri berwarna merah, (Fajar dan Indra, 2017).
Tujuan tes katalase untuk mengetahui bakteri menghasilkan enzim
katalase atau tidak dan untuk membedakan bakteri staphylococcus dan
streptococcus. Tes koagulase untuk mengetahui apakah bakteri
menghasilkan enzim koagulase atau tidak dan membedakan bakteri patogen
dan nonpatogen, (Fajar dan Indra, 2017).
Urea berfungsi untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memecah urea menjadi amoniak (NH3) dan CO2 dengan bantuan enzim
urease (Fajar dan Indra, 2017).
Fungsi media MR untuk menhetahui kemampuan bakteri dalam
membentuk asam campur. Media VP untuk mengetahui kemampuan bakteri
dalam menghasilkan accetylmethylcarbinol (asetion), (Fajar dan Indra,
2017).
Uji sitrat adalah menentukan apakah suatu organisme dapat
menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon untuk metabolisme
dengan menghasilkan suasana asam, (Fajar dan Indra, 2017).
Media TSIA (triple sugar iron agar) merupakan media diferensial
untuk golongan Enterobacteriaceae dan bakteri basil gram negatif lainnya.
Tujuannya untuk melihat kemampuan bakteri memfermentasikan dekstrosa /
glukosa dan laktosa serta kemampuannya memproduksi hidrogen sulfida.
Perbenihan yang sama KIA adalah TSIA, namun ada tambahan sukrosa,
(Fajar dan Indra, 2017).
Fungsi uji pencairan gelatin untuk menentukan kemampuan
mikroorganisme untuk membentuk enzim semacam proteolitik (gelatinase)
yang mencairkan gelatin. Fungsi uji hidrogen sulfida untuk menentukan
apakah dilepaskan H2S (oleh kerja enzim) dari suatu asam amino yang
mengandung belerang (sulfur) yang membentuk warna hitam yang dapat
dilihat, (Fajar dan Indra, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III. I Waktu dan Tempat
Pada praktikum isolasi dan indentifikasi bakteri pada sampel kulit
yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 23 November 2019 prodi DIV
Teknologi Laboratorium Medis di Laboratorium Mikrobiologi, DIV
Teknologi Laboratorium Medis Lantai 1 gedung D Universitas Mega Rezky
Makassar.
III. 2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu inkubator, kaca
objek, lampu spritus, mikroskop, ose bulat, ose lurus, cawan petri, neraca
digital, autoclave, pH meter, gelas kimia, erlenmeyer, laminary air flow
(LAF), gelas ukur, pipet tetes dan tabung reaksi. Adapun bahan yang
digunakan padaa praktikum ini yaitu sampel urin ISK, media Blood Agar
Plate (BAP), media Mac Conkay (MC), media Brain Heart Infusion Broth
(BHIB), media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), media uji biokimia seperti
Motility Indol Ornitin (MIO), media Simon Citrate Agar (SCA), media urea,
media Voges Proskeur (VP) dan media Methyl Red (MR), oil emersi,
methylen blue, lugol, alkohol 95%, aquadest, tissue, NaCl, alpha naftol,
KOH 40%, HCl 10%, dan larutan metil red.
III. 3 Cara Kerja
a. Pembuatan Media
1. Pembuatan media Mac Conkey (Media MC)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu disterilkan
alat-alat tersebut pada autoclav pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Kemudian diukur pH aquadest 7,2 bila terlalu asam tambahkan KOH
40% dan bila terlalu basa tambahkan HCl 10% selanjutnya
dirimbang bubuk media Mac Conkey sebanyak 6,25 gr
menggunakan neraca digital lalu dilarutkan dalam aquadest
sebanyak 125 ml kedalam erlenmeyer yang berisi bubuk media yang
telah ditimbang. Setelah itu dipanaskan diatas api bunsen sambil di
homogenkan dengan batang pengaduk sampai mendidih, kemudian
dimasukkan media kedalam autoclav dengan suhu 115ºC selama 15
menit, setelah itu dikeluarkan media dari autoclav lalu didinginkan
media tersebut, selanjutnya dilewatkan diatas api bunsen baik media,
gelas ukur dan plate untuk mengurangi kontaminasi, kemudian
dituang media kedalam plate sebanyak 15-20 ml, lalu dinginkan
media hingga memadat lalu masukkan kedalam kulkas.
2. Pembuatan media Triple Sugar Iron Agar (media TSIA)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu disterilkan
alat-alat tersebut pada autoclav pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Kemudian diukur pH aquadest 7,4 bila terlalu basa tambahkan HCl
10% bila terlalu asam tambahkan KOH 40%. Selanjutnya ditimbang
bubuk media triple sugar iron agar sebanyak 8,45 gr menggunakan
neraca digital lalu dilarutkan dalam aquadest sebanyak 130 ml
kedalam erlenmeyer yang berisi bubuk media yang telah ditimbang.
Setelah itu dipanaskan di atas api bunsen sambil dihomogenkan
dengan batang pengaduk sampai mendidih, kemudian dimasukkan
media kedalam autoclav dengan suhu 115ºC selama 15 menit,
setelah itu dikeluarkan media dari autoclav lalu dinginkan media
tersebut, selanjutnya dilewatkan diatas api bunsen baik media, gelas
ukur dan tabung reaksi untuk mengurangi kontaminasi, kemudian
dituang media kedalam tabung reaksi sebanyak 8 ml, lalu dinginkan
media dalam keadaan miring hingga memadat lalu masukkan
kedalam kulkas.
3. Pembuatan media Blood Agar Plate (media BAP)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu disterilkan
alat-alat tersebut pada autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Kemudian diukur pH aquadest 6,8 bila terlalu asam tambahkan KOH
40% dan bila terlalu basa tambahkan HCl 10% selanjutnya
ditimbang bubuk media blood agar plate sebanyak 5 gr
menggunakan neraca digital lalu dilarutkan dalam aquadest
sebanyak 125 ml kedalam erlenmeyer yang berisi bubuk media yang
telah ditimbang. Setelah itu dipanaskan diatas api bunsen sambil
homogenkan dengan batang pengaduk sampai mendidih, lalu
dilakukan pengambilan darah (golongan darah O), kemudian di
masukkan darah ke gelas kimia sambil diaduk (jangan sampai beku),
setelah itu dimasukkan media kedalam autoclave dengan suhu 115ºC
selama 15 menit, setelah itu dikeluarkan media dari autoclav lalu
dinginkan media tersebut, kemudian tambahkan darah sebanyak 5%
lalu homogenkan selanjutnya dilewatkan di atas api bunsen baik
media, gelas ukur dan plate untuk mengurangi konntaminasi.
Kemudian dituangkan media kedalam plate sebanyak 15-20 ml,
setelah itu dinginkan media hingga memadat lalu masukkan kedalam
kulkas
4. Pembuatan media BHIB (Brain Heart Infusion Broth)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu disterilkan
alat-alat tersebut pada autoclav pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Kemudian diukur pH aquadest 7,4 bila terlalu basa tambahkan HCl
10% bila terlalu asam tambahkan KOH 40%. Selanjutnya ditimbang
bubuk media BHIB sebanyak 0,74 gr menggunakan neraca digital lalu
dilarutkan dalam aquadest sebanyak 20 ml kedalam erlenmeyer yang
berisi bubuk media yang telah ditimbang. Setelah itu dipanaskan di
atas api bunsen sambil dihomogenkan dengan batang pengaduk
sampai mendidih, kemudian dimasukkan media kedalam autoclav
dengan suhu 115ºC selama 15 menit, setelah itu dikeluarkan media
dari autoclav lalu dinginkan media tersebut, selanjutnya dilewatkan
diatas api bunsen baik media, gelas ukur dan tabung reaksi untuk
mengurangi kontaminasi, kemudian dituang media kedalam tabung
reaksi sebanyak 8 ml, lalu dinginkan media dalam keadaan miring
hingga memadat lalu masukkan kedalam kulkas.
5. Pembuatan media MIO (media Motility, Indol dan Ornitin)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu disterilkan
alat-alat tersebut pada autoclav pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Kemudian diukur pH aquadest 6,5 bila terlalu basa tambahkan HCl
10% bila terlalu asam tambahkan KOH 40%. Selanjutnya ditimbang
bubuk media MIO sebanyak 4,123 gr menggunakan neraca digital
lalu dilarutkan dalam aquadest sebanyak 133 ml kedalam erlenmeyer
yang berisi bubuk media yang telah ditimbang. Setelah itu
dipanaskan di atas api bunsen sambil dihomogenkan dengan batang
pengaduk sampai mendidih, kemudian dimasukkan media kedalam
autoclav dengan suhu 115ºC selama 15 menit, setelah itu dikeluarkan
media dari autoclav lalu dinginkan media tersebut, selanjutnya
dilewatkan diatas api bunsen baik media, gelas ukur dan tabung
reaksi untuk mengurangi kontaminasi, kemudian dituang media
kedalam tabung reaksi sebanyak 8 ml, lalu dinginkan media dalam
keadaan miring hingga memadat lalu masukkan kedalam kulkas.
6. Pembuatan media Simon Citrate Agar (media SCA)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu disterilkan
alat-alat tersebut pada autoclav pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Kemudian diukur pH aquadest 6,5 bila terlalu basa tambahkan HCl
10% bila terlalu asam tambahkan KOH 40%. Selanjutnya ditimbang
bubuk media Simon Citrate Agar sebanyak 3,059 gr menggunakan
neraca digital lalu dilarutkan dalam aquadest sebanyak 133 ml
kedalam erlenmeyer yang berisi bubuk media yang telah ditimbang.
Setelah itu dipanaskan di atas api bunsen sambil dihomogenkan
dengan batang pengaduk sampai mendidih, kemudian dimasukkan
media kedalam autoclav dengan suhu 115ºC selama 15 menit,
setelah itu dikeluarkan media dari autoclav lalu dinginkan media
tersebut, selanjutnya dilewatkan diatas api bunsen baik media, gelas
ukur dan tabung reaksi untuk mengurangi kontaminasi, kemudian
dituang media kedalam tabung reaksi sebanyak 8 ml, lalu dinginkan
media dalam keadaan miring hingga memadat lalu masukkan
kedalam kulkas.
7. Pembuatan media urea
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu disterilkan
alat-alat tersebut pada autoclav pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Kemudian diukur pH aquadest 6,8 bila terlalu basa tambahkan HCl
10% bila terlalu asam tambahkan KOH 40%. Selanjutnya ditimbang
bubuk media Urea sebanyak 3,36 gr menggunakan neraca digital lalu
dilarutkan dalam aquadest sebanyak 133 ml kedalam erlenmeyer
yang berisi bubuk media yang telah ditimbang. Setelah itu
dipanaskan di atas api bunsen sambil dihomogenkan dengan batang
pengaduk sampai mendidih, kemudian dimasukkan media kedalam
autoclav dengan suhu 115ºC selama 15 menit, setelah itu dikeluarkan
media dari autoclav lalu dinginkan media tersebut, selanjutnya
dilewatkan diatas api bunsen baik media, gelas ukur dan tabung
reaksi untuk mengurangi kontaminasi, kemudian dituang media
kedalam tabung reaksi sebanyak 8 ml, lalu dinginkan media dalam
keadaan miring hingga memadat lalu masukkan kedalam kulkas.
8. Pembuatan media VP/MR (Media Voges Prosteur / Metyhl Red)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu disterilkan
alat-alat tersebut pada autoclav pada suhu 121ºC selama 15 menit.
Kemudian diukur pH aquadest 7 bila terlalu basa tambahkan HCl
10% bila terlalu asam tambahkan KOH 40%. Selanjutnya ditimbang
bubuk media VP dan MR sebanyak 4,352 gr menggunakan neraca
digital lalu dilarutkan dalam aquadest sebanyak 256 ml kedalam
erlenmeyer yang berisi bubuk media yang telah ditimbang. Setelah
itu dipanaskan di atas api bunsen sambil dihomogenkan dengan
batang pengaduk sampai mendidih, kemudian dimasukkan media
kedalam autoclav dengan suhu 115ºC selama 15 menit, setelah itu
dikeluarkan media dari autoclav lalu dinginkan media tersebut,
selanjutnya dilewatkan diatas api bunsen baik media, gelas ukur dan
tabung reaksi untuk mengurangi kontaminasi, kemudian dituang
media kedalam tabung reaksi sebanyak 8 ml, lalu dinginkan media
di rak tabung dalam keadaan lurus lalu masukkan kedalam kulkas.
b. Isolasi dan penggoresan sampel ke media BHIB
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan kemudian dikeluarkan
media dari kulkas lalu diisolasi sampel ke media pertumbuhan dengan
perbandingan 1 : 9 setelah itu diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam
c. Pengamatan adanya koloni yang tumbuh pada media Brain Heart
Infusion Broth (BHIB)
Dikeluarkan media yang telah diinkubasi selama 24 jam
kemudian diamati adanya koloni pada media tersebut BHIB.
d. Inokulasi koloni dari media BHIB ke media BAP dan MC
Dikeluarkan media yang telah diinkubasi selama 24 jam
kemudian diamati adanya koloni pada media tersebut lalu diamati
terbentuknya hemolisis (alpha hemolitik jika bakteri mampu
memfermentasikan laktosa dan berwarna merah pada koloni. Beta
hemolitik jika bakteri tidak memfermentasikan gula dan Gamma
hemolitik jika warna pada media dan koloni sama). Pada media BAP
dan pada media MC diamati kemampaun bakteri dalam
memfermentasikan laktosa
e. Pewarnaan gram
Disiapkan alat dan bahan yang digunakan kemudian difiksasi
objek glass serta ose sampai memijar setelah itu diteteskan 1 tetes NaCl
0,9% ke objek glass lalu diambil 1-2 ose koloni, selnajutnya difiksasi
lalu dikeringkan, kemudian diteteskan kristal violet lalu diamkan 20
detik, dicuci air mengalir, selanjutnya diteteskan lugol dan diamkan 1
menit kemudian dicuci air mengalir, diteteskan alkohol 96% diamkan 20
detik, lalu cuci air mengalir setelah itu dikeringkan lalu amati dibawah
mikroskop dengan pembesaran 100x dengan penambahan oil emersi
f. Inokulasi koloni dari media pertumbuhan ke media TSIA (Triple Sugar
Iron Agar)
Diambil koloni 1-2 ose dari media pertumbuhan lalu diinokulasi
kedalam media TSIA dengan cara ditusuk jangan sampai menyentuh
dasar tabung lalu dilakukann penggoresan kemudian diinkubasi dengan
suhu 37ºC selama 24 jam
g. Pengamatan adanya koloni pada media TSIA
Dikeluarkan media dari inkubator kemudian diamati adanya
perubahan warna (alkali – acid jika pada media berwarna merah kuning
artinya memfermentasikan glukosa, Alkali – alkali jika berwarna pada
media berwarna merah artinya ketiga gula difermentasikan, dan acid –
acid jika media berwarna kuning artinya sukrosa atau laktosaa
(keduanya) difermentasikan), gas, serta H2S pada media TSIA
h. Inokulasi koloni dari media TSIA ke media uji biokimia
Diambil koloni 1-2 ose dari media TSIA lalu di inokulasi ke
media uji biokimia lalu dilakukan penusukan, kemudian di lakukan
penggoresan untuk media urea, dan SCA (Simon Citrate Agar),
sedangkan untuk media MIO (Motility Indol Ornitin) hanya dilakukan
penusukan, dan untuk media VP/MR (media Voges Prosteur/Metyhl
Red) pengambilan koloni dilakukan menggunakan ose bulat lalu
dihomogenkan kemudian di inkubasi dengan suhu 37ºC selama 24 jam.
i. Pengamatan pada media Uji Biokimia
Dikeluarkan media dari inkubator, lalu diletakkan pada rak
tabung kemudian pada media SCA (Simon Citrate Agar) diamati adanya
perubahan warna dari hiijau ke biru (+).
Sedangkan jika media urea hasil positif ditandai adanya
perubahan warna dari jingga ke pink.
Untuk media MIO (Motility Indol Ornitin), untuk motility hasil
positif ditandai adanya pergerakan pada bakteri, indol terbentuknya
cincin sedangkan ornitin, hasil positif ditandai adanya perubahan warna
dari ungu menjadi kuning.
Media VP (media Voges Prosteur) VP dilakukan dengan
penambahan KOH 40% dan alpha naftol 5 tetes. Hasil positif ditandai
adanya perubahan warna dari kuning menjadi merah.
MR (Media Metyhl Red) dilakukan dengan penambahan larutan
metil red 5 tetes. Hasil positif ditandai adanya perubahan warna dari
kuning menjadi merah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan
No Sampel BHIB BAP MC
Gamma Tidak
1 Urin ISK Tumbuh
Hemolitik fermentasi

No Sampel GRAM TSIA


Alkali – Acid
1 Urin ISK (BAP) (+) Basil (-) Gas
(+)H2S

Uji Biokimia
No Sampel
MIO SCA UREA VP MR
(-) motiliti
Kulit Normal
1 (-) indol (+) (+) (-) (-)
(BAP)
(-) ornitin

Keterangan :
a. BAP (Blood Agar Plate) g. MR (Mehtyl Red)
b. MC (Mac Conkay)
c. SCA (Simon Citrate Agar)
d. MIO (Motiliti Indol Ornitin)
e. VP (Voges Proikauer)
f. BHIB (Brain Heart Infusion Broth)

IV. 2 Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan pada sabtu, 23 November 2019 di
Laboratorium Mikrobiologi, DIV Teknologi Laboratorium Medis Lantai 1
gedung D Universitas Mega Rezky Makassar dengan judul Isolasi dan
Identifikasi bakteri pada Urin ISK.
Media BHIB berfungsi untuk pertumbuhan bermacam – macam
mikroorganisme patogenik (bakteri). Berisi irisan kecil dari jaringan otak
dan dapat digunakan untuk menumbuhkan banyak bakteri.
Hasil praktikum pada media ini ditemukannya koloni yang tumbuh
setelah diinkubasi selama 24 jam. Inkubasi berfugsi sebagai suhu optimum
untuk bakteri melakukan pertumbuhan.
Media BAP (Blood Agar Plate) berfungsi sebagai media pertumbuhan
bakteri yang dapat membedakan bakteri patogen berdasarkan efek
exotoksin hemolitik bakteri pada sel darah merah yang diperkaya dengan
nutrisi tamabahan untuk mikroba. Oleh karena itu, media ini adalah media
pertumbuhan dan media selektif karena dapat memberi ciri khas untuk
bakteri golongan tertentu.
Hasil pada praktikum pada media BAP kulit normal yaitu diperoleh
hasil gamma hemolitik. Menurut Rahayu, dkk 2017. Gamma hemolitik
adalah tidak terjadinya pelisisan sel darah merah atau dikatakan sebagai
serotipe yang tidak menyebabkan kerusakan sel – sel darah merah. Tidak
terjadinya hemolisis ditunjukkan tidak ada perubahan warna pada medium.
Gamma hemolisis sebenarnya adalah kurangnya hemolisis di daerah
sekitar koloni bakteri yang tumbuh pada agar darah.
Pada media BAP menggunakan sampel urin ISK ditemukannya
koloni yang tumbuh setelah dilakukan penggoresan sinambung.
Penggoresan ini berfungsi untuk untuk menginokulasi bakteri dari
lingkungannya ke media untuk memperoleh nutrisi yang sesuai sehingga
mampu untuk berkembang biak dalam media.
Media MC (Mac Conkey) berfungsi untuk pertumbuhan bakteri
gram negatif dan juga untuk memfermentasikan laktosa dan menghambat
pertumbuhan gram positif, hal ini dikarenakan adanya garam empedu,
laktosa, dan merah netral sebagai indikator warna . Bakteri yang memiliki
kemampuan untuk memfermentasikan laktosa adalah bakteri gram negatif
yang akan berwarna merah muda dan dikelilingi oleh endapan garam
empedu.
Hasil pada praktikum media Mac Conkey adalah tidak ditemukan
adanya koloni pada media tersebut sehingga tidak adanya fermentasi
laktosa. Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat
patogen. Golongan bakteri ini tidak memperlihatkan perubahan pada
media. Ini berarti warna koloni sama dengan warna media. Warna koloni
dapat dilihat pada bagian koloni yang terpisah.
Bakteri yang dapat memfermentasikan laktosa koloni dan media
akan berwarna merah atau merah muda, karena adanya produksi asam dari
hasil fermentasi laktosa, dengan adanya indikator neutral red media akan
berwarna merah atau merah muda. Pada bakteri yang tidak dapat
memfermentasikan laktosa koloni dan media akan berwarna transparan
atau tidak berwarna karena bakteri tidak memfermentasikan laktosa
menjadi asam, (Jiwintarum, dkk 2016).
Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar) berfungsi untuk melihat
kemampuan bakteri dalam memfermentasikan gula. Media TSIA
mengandung 3 macam gula, yaitu glukosa, laktosa dan suukrosa terdapat
juga indikator fenol merah, serta FeSO4 untuk memperlihatkan
pembentukan H2S yang ditunjukkan dengan adanya endapan hitam,
(Yunan, dkk 2016).
Pada media TSIA menggunakan sampel kulit normal menghasilkan
alkali – acid yaitu pada bagian dasar berwarna kuning (bersifat asam)
dengan atas berwarna merah (bersifat basah) dengan negatif gas (media
tidak terangkat / pecah) dan positif H 2S (endapan hitam) hal ini dapat
disebabkan karena bakteri menfermentasikan H2 dan CO2 yang dapat
memecah atau mengangkat agar dan pembentukan H2S tidak terbentuk
karena bakteri tidak mampu mendesulfurasi asam amino dan methion yang
akan menghasilkan H2S yang bereaksi dengan Fe+ yang terdapat pada
media.
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris
untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni
gram positif dan gram negatif, (Meganada, dkk 20017). Pada praktikum
hasil yang didapatkan sampel urin ISK dengan perbesaran 100x adalah
bakteri gram positif Bacil yang memiliki lapisan terluar yaitu protein yang
mempertahankan zat warna pertama sewaktu proses pewarnaan gram.
Media uji biokimia berfungsi untuk mengetahui sifat biokimia dari
bakteri secara spesifik serta menentukan spesies bakteri yang tidak
diketahui sebelumnya (Reza, 2017).
Pada praktikum menggunakan sampel kulit normal yaitu pada media
MIO (Motiliti Indol Ornitin) menunjukkan hasil positif yang menandakaan
bakteri menunjukkan adanya pergerakan, bakteri tidak membentuk indol
dari triptophan sebagai sumber karbon dan terjadi dekarbosilasi ornitin
oleh bakteri yang terjadi perubahan warna dari ungu menjadi kuning.
Pada media SCA (Simon Citrate Agar) menggunakan sampel urin
ISK menunjukkan hasil positif dengan terjadinya perubahan warna media
dari hijau menjadi biru, artinya bakteri menggunakan sitrat sebagai salah
satu / satu-satunya sumber karbon.
Pada media urea menggunakan sampel urin ISK menunjukkan hasil
positif dengan terjadi perubahan warna pada media menjadi warna pink /
merah jambu artinya bakteri memecah urea membentuk amoniak.
Pada media MR menggunakan sampel urin ISK menunjukkan hasil
positif dengan terjadi perubahan warna menjadi merah pada media setelah
penambahan methyl red 1% artinya bakteri menghasilkan asam campuran
Pada media VP menggunakan sampel urin ISK menunjukkan hasil
positif dengan terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah
ditambahkan alpha naftol 5% dan KOH 40% artinya hasil akhir bakteri
adalah asetil metil karbinol (asetion).
Pada praktikum ini pada sampel urin ISK di dapatkan bakteri
Haemophilus sp. Setelah dilakukan uji biokimia dengan ciri yaitu
merupakaan bakteri gram positif berbentuk Bacil yang melakukan
pergerakan, menggunakan sitrat sebagai bahan utama sumber karbon dan
energi dan memiliki enzim urease, bakteri menghasilkan asam campuran
dan hasil akhir bakteri adalah asetil metil karbinol (asetion). Organisme ini
menghuni selaput lendir saluran pernapasan bagian atas, mulut, vagina,
dan saluran usus
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V. I. Kesmipulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah didapatkan bakteri
pada sampell urin ISK Haemophilus sp Bentuk bakteri Bacil gram positif
dengan ciri bakteri melakukan pergerakan, menggunakan sitrat sebagai
bahan utama sumber karbon dan energi dan memiliki enzim urease, bakteri
menghasilkan asam campuran dan hasil akhir bakteri adalah asetil metil
karbinol (asetion). Organisme ini menghuni selaput lendir saluran
pernapasan bagian atas, mulut, vagina, dan saluran usus
V. II. Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya hendaknya menggunakan
media yang lebih beragam agar dapaat menambah wawasan untuk isolasi
dan identifikasi bakteri mrnggunakan sampel kulit
DAFTAR PUSTAKA
Asriandi Apri, dkk 2017. Jumlah Koloni Pada Media Kultur Bakteri Yang
Berasal Dari Thallus Dan Perairan Sentral Budidaya
Kappaphycus Alvarezil Di Sumenep. Madura : Universitas
Trunojoyo
Devita, 2017. Bakteriologi Bidang Keahlian Kesehatan Untuk SMK/MAK
Kompetensi Analis Kesehatan. Jakarta : EGC

Irwan Nur, 2016. Identifikasi Bakteri Di Saluran Pernapasan Bawah Orang Sehat
Pada Mahasiswa Preklinik PSKPD UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2016. Jakarta : UIN

Irawan Erna, 2018. Faktor – Faktor Penyebab Infeksi Saluran Kemih (ISK).
Bandung : Universitas BSI

Jiwintarum Yunan, dkk. 2017. Buah Naga (Hylocereus polyrhyzus) Sebagai


Pewarna Alami Untuk Pewarnaan Bakteri. Mataram : Cermen
Sandubaya

Kurniawan Fajar dan Indra, 2017. Bakteriologi Praktikum Teknologi


Laboratorium Medik. Jakarta : EGC

Massinai Arniati, dkk 2017. Bakteri Assosiasi Di Karang Batu (Skleractinian)


Yang Terinfeksi Penyakit Tumor (Growth Anomalies) Yang
Berasal Dari Pulau Salemo Kabupaten Pangkep. Makassar :
Unhas

Sulistyaningsih Triyoga, 2018. Perbandingan Pertumbuhan Haemophilus


Influenzae Pada Agar Coklat Berbasis Blood Agar, Tryptic Soy
Agar Dan Columbia Agar.Semarang : Universitas Diponegoro

Sumolang Shirby, 2016. Pola Bakteri Pada Penderita ISK Di Blu Rsup Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado. Manado : Sam Ratulangi

Yusdiani Devita, dkk. 2016 Bakteriologi. Jakarta : ECG

Anda mungkin juga menyukai