Sheep: Review
Jurnal Global Veterinaria
Volume dan Volume XVII, No. 1, Halaman 63-77
Halaman
Tahun 2016
Penulis Beyan Amin, Abdu Mohammed dan Kula Jilo
Reviewer Khusnul Yaqin Rusli
Abstrak Jurnal yang berjudul tentang “Diagnosis, Prevention and
Control of Blue Tongue in Sheep: Review” berisi tentang
tentang diagnosis, pencegahan dan pengendalian penyakit
yang langka yang menyebar luas pada domba yakni
Bluetongue (BTV) yang menyerang pada domba. Dimana
Bluetongue merupakan salah satu penyakit arbovirus yang
infeksius, nonkontagius, dan menular melalui serangga
Culicoides spp. Penyakit ini dapat menyerang ternak
ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing.
Abstrak atau bagian Pendahuluan yang disajikan penulis
hanya menggunakan Bahasa inggris (Bahasa
Internasional). Secara keseluruhan isi dari abstrak atau
bagian pendahuluan ini langsung menuju ke topic bahasan
yang dibahas dalam jurnal ini, yang menurut saya pembaca
menjadi mudah untuk dipahami
Pengantar Bluetongue adalah salah satu penyakit arbovirus. Penularan
penyakit tidak melalui kontak langsung, tetapi harus
melalui vektor nyamuk. Jenis nyamuk yang dapat bertindak
sebagai vektor antara lain adalah jenis Culicoides spp.
Penularan virus melalui vektor terjadi secara mekanis
maupun biologis, atau melalui inseminasi buatan dengan
semen yang telah terkontaminasi virus BT. Penularan ini
tidak dapat melalui kontak langsung, makanan dan udara.
Penularan secara mekanis terjadi apabila virus ditularkan
tanpa melalui proses replikasi pada tubuh serangga.
Penularan secara biologis terjadi apabila virus bereplikasi
pada tubuh vektor sebelum ditularkan ke ternak lainnya.
Vektor berupa serangga memainkan peranan yang sangat
penting dalam menularkan penyakit BT dari hewan yang
satu ke hewan yang lain. Hingga saat ini vektor BT yang
telah diketahui antara lain adalah C. brevitarsis dan C.
fulvus.
Pada domba, BTV menyebabkan kerusakan endotel
vaskular, mengakibatkan perubahan permeabilitas kapiler
dan koagulasi intravaskular selanjutnya. Hal ini
menyebabkan edema, kongesti, perdarahan, peradangan,
dan nekrosis. Tanda klinis pada domba sangat khas. Setelah
masa inkubasi selama 4–6 hari, demam mulai dari 105 ° –
107,5 ° F (40,5 ° –42 ° C). Hewan-hewan itu lesu dan
enggan bergerak. Tanda-tanda klinis pada domba muda
lebih jelas, dan angka kematian bisa tinggi (hingga 30%).
Kira-kira 2 hari setelah onset demam, tanda-tanda klinis
tambahan dapat terlihat, seperti edema pada bibir, hidung,
wajah, daerah submandibular, kelopak mata, dan kadang-
kadang telinga; kemacetan mulut, hidung, rongga hidung,
konjungtiva, dan pita koroner; dan ketimpangan dan
depresi.