Gejala sakit :
secara umum penyakit ND menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut :
Suara serak , lubang hidung keluar lendir, susah bernafas, muka bengkak, paraliys (lumpuh),
gemetar, batuk, bersin, ngorok, diare dengan berak kehijau-hijauan, leher memutar karena
system syaraf pusat terserang (torticolis). Kematian berkisar 10-80% tergantung sifat
penyakit. Pada ayam dewasa gejala diikuti penurunan pakan dan minum dan turunnya
produksi telur yang tajam.
Virus ND dapat ditularkan melalui udara, sepatu teknisi, pakan, pengunjung, roda mobil,
peralatan yang kotor, kantong pakan, krat, dan unggas liar. Virus juga dapat ditularkan
melalui telur tetapi embryo yang terinfeksi akan mati sebelum menetas.
Gejala Sakit :
Penyakit CRD mempunyai gejala–gejala yang hampir sama dengan penyakit pernapasan
lainnya, misalnya snot. Tanda–tanda klinis diantaranya :
Diagnosis penyakit CRD di lapangan agak sulit dilakukan karena adanya infeksi sekunder
yang gejala-gejalanya hampir sama. Pemeriksaan akurat perlu dilakukan di laboratorium.
Pemeriksaan patologis anatomis juga perlu dilakukan untuk mendukung diagnosis. Pada
kasus CRD, pada kantong udara terjadi peradangan berwarna keruh kuning dan berisi massa
seperti keju.
Gejala sakit :
Gejala–gejala yang timbul akibat penyakit cacar unggas adalah :
Timbul bintil–bintil kecil berwarna kelabu pada daerah kulit yang tidak ditumbuhi
bulu, seperti pada jengger, pial, kelopak mata, lubang hidung dan kaki. Bintil–bintil
tersebut lambat laun membesar, berisi nanah dan akhirnya membentuk keropeng
besar. Ini yang disebut dengan cacar unggas (Fawl Pox)
Infeksi dapat menyebar ke daerah farink, mata dan sinus sehingga unggas akan
banyak mengeluarkan cairan dari hidung dan mata. Ini yang disebut dengan Diphteria
avium. Biasanya banyak menimbulkan kematian pada anak ayam
Nafsu makan berkurang
Produksi telur turun
Pengobatan cacar dilakukan dengan mengolesi bintil bintil dengan air karbol. Biasanya
bintil–bintil tersebut menjadi kisut dan mengering dan terkelupas sendiri. Jika penyakitnya
parah disarankan ayam dipotong dan dikubur. Untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder
dapat diberi antibiotik.
Untuk pencegahan dapat dilakuan beberapa tindakan sebagai berikut:
Ayam diberi suntikan vitamin A
Menjaga sanitasi kandang
Melakukan vaksinasi melalui wing-web, skarifikasi, folikel bulu atau air minum
Gejala–gejala yang ditimbulkan karena penyakit Infectious Laryngo Tracheitis (ILT) ini
adalah :
Penderita suit bernapas dan kadang–kadang disertai batuk
Pada waktu bernapas kelihatan kepala ayam dinaikkan setinggi mungkin dan
paruhnya dibuka lebar–lebar
Pada waktu mngeluarkan napas, kepala ditundukkan ke bawah dan mata dipejamkan
Penyebab sesak napas karena adanya lendir berdarah pada rongga mulut, batang
tenggorok dan rongga hidung
Radang selaput lendir mata dan rongga hidung
Radang pada mata menyebabkan mata selalu sakit dan air mata keluar terus
Gejala sakit :
Gejala–gejala sakit yang ditimbulkan dari penyakit ini berbeda sesuai dengan cara
penularannya. Penyakit yang ditularkan melalui telur tetas, maka anak ayam akan kelihatan
sakit mulai umur 2 minggu.
Gejala klinis yang utama adalah :
Ayam mengantuk
Sempoyongan (ataksia)
Terlihat gejala tremor (gemetaran) pada kepala dan leher
Kelumpuhan pada kedua kaki yang tampak terjulur ke samping
Diakhiri dengan kematian, yang disebabkan dehidrasi dan kelaparan karena ayam
tidak bisa minum dan mematuk pakan
Gejala penyakit AE di lapangan sering dikacaukan dengan gejala penyakit defisiensi
vitamin E, B1, B2, penyakit ND, penyakit marek, dan penyakit rakhitis serta penyakit
encephalitis.
Gumboro
Penyebab Penyakit :
Penyakit Gumboro adalah penyakit akut dan sangat menular. Penyakit Gumboro
disebut juga dengan nama penyakit Infectious Bursal Disease (IB) atau penyakit bursa yang
menular. Penyakit ini pertama kali ditemukan di daerah Gumboro, Delaware, Amerika
Serikat pada Tahun 1962 oleh Dr. Congrove. Semula penyakit ini dinamakan penyakit
Infectious Avian Neprosis, karena ditemukan adanya kerusakan ginjal. Setelah diketahui
bahwa kerusakan utama terjadi pada fabricius, maka penyakit ini lebih tepat dinamakan
penyakit Infectious Bursal Disease (IB), dan nama Gumboro lebih sering digunakan untuk
penyakit ini.
Penyakit Gumboro disebabkan oleh virus keluarga Birnaviridae. Virus ini sangat
tahan terhadap lingkungan dan beberapa desinfektan. Virus Gumboro masih tetap bertahan
selama 122 hari walaupun penyakit sudah dimusnahkan. Penularan sering terjadi melalui
pencemaran lingkungan oleh virus yang keluar bersama tinja anak ayam yang terserang
penyakit.
Gejala Sakit :
Dikenal ada dua macam penyakit gumboro, yaitu gumboro bentuk klasik dan gumboro
bentuk sub klinis. Penyakit gumboro klasik biasanya menyerang ayam umur 3–6 minggu,
dengan gejala klinis sebagai berikut:
Ayam kelihatan lesu dan mengantuk
Bulu di sekitar kloaka kotor
Terjadi diare berwarna keputihan dan encer
Ayam duduk dengan sikap membungkuk dan apabila tidur paruhnya diletakkan di
lantai
Ayam sering mematuki kloaka sendiri
Ayam telihat menggigil atau gemetar
Angka kesakitan dapat mencapai 100% dan kematian bervariasi 0–31%
Jika ayam tidak langsung mati biasanya penyakit berlangsung sampai 7 hari
Bangkai ayam yang terkena penyakit gumboro cepat busuk
Penyakit Gumboro bentuk sub klinis, menyerang ayam umur 1–12 hari, dan tidak
memperlihatkan gejala klinis yang nyata. Ayam tampak sehat sehingga peternak sering tidak
mencurigai adanya tanda–tanda penyakit gumboro. Pada bentuk ini terjadi kerusakan
permanen pada sistem kekebalan ayam. Bentuk ini lebih sering merugikan karena kerusakan
sistem kekebalan yang terjadi tidak dapat disembuhkan, sehingga ayam tidak dapat lagi
membentuk kekebalan tubuhnya dan akhirnya ayam menjadi sangat peka terhadap infeksi
penyakit lainnya. Ayam tidak mampu membentuk kekebalan setelah di vaksin. Dengan kata
lain penyakit gumboro menyebabkan kegagalan program vaksinasi untuk jenis–jenis penyakit
lainnya. Tanda–tanda penyakit gumboro tipe sub klinis ini antara lain :
Bursa fabricius membesar 2–3 kali dari kondisi normal
Terjadi pembengkakan dan perdarahan pada bursa fabricius dengan nanah dan agak
berdarah
Ginjal bengkak karena adanya nephrosis
Hati berwarna gelap kehitaman
Gejala sakit :
Ayam penderita penyakit EDS tidak menunjukkan gejala klinis yang nyata, nafsu
makan tetap baik. Gejala yang tampak hanya terjadi kemerosotan produksi telur pada saat
puncak produksi atau ayam mulai produksi, sehingga produksi telur tidak pernah mencapai
puncaknya. Penurunan produksi biasanya terjadi pada minggu ke 26 - 32, pada saat produksi
mencapai 60–70%. Penurunan bisa mencapai 20–40%. Disamping penurunan produksi,
kualitas telur juga menurun. Kulit telur tipis, lunak atau lembek, kulit telur kasar, telur tidak
berwarna, berat telur rata–rata menurun dan ukuran tidak seragam.
Perlu dipisahkan antar kelompok ayam yang sehat dengan kelompk ayam yang pernah
terinfeksi penyakit EDS–76