Anda di halaman 1dari 4

PENYAKIT NGOROK PADA AYAM DAN CARA MENGATASINYA

Oleh : Drh. H. Cahyan Sofyadi, M.Sc.,MM


Berdasarkan data, kasus serangan peyakit unggas terutama ayam di tahun 2003 yaitu penyakit ngorok yang komplek atau sering juga disebut
Chronic Respiratory Desease (CRD) komplek.  Memang saat ini CRD komplek masih susah ditangani,  padahal kerugian yang ditimbulkannya tidaklah
sedikit.  Hal ini dihubungkan dengan rendahnya laju pertumbuhan, tingginya angka kematian dan tingginya konversi ransum.   Kerugian lain akibat CRD
komplek adalah keseragaman bobot badan yang tidak tercapai dan banyaknya ayam yang harus diafkir, sehingga para peternak akan merugi.
CRD komplek merupakan gabungan penyakit dengan 2 (dua) komponen yaitu Mycoplasma galisepticum dan bakteri Escherichia coli.  Faktor penentu
menularnya penyakit ini adalah sistem pemeliharaan dengan suhu lingkungan yang tinggi yaitu panas atau dingin,   kelembaban tinggi, kurangnya
ventilasi, kepadatan ternak terlalu tinggi dan cara pemeliharaan yang berbagai umur.  Biosecurity yang ketat dan pemilihan antibiotik yang spesifik
merupakan langkah yang harus ditempuh untuk menyelamatkan ayam dari penyakit tersebut.
Penyakit ngorok atau CRD pada ayam ini merupakan suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan dimana sifatnya kronis.   Disebut
“kronis karena penyakit ini berlangsung secara terus menerus dalam jangka waktu lama (menahun) dan ayamnya tidak sembuh-sembuh”. Penyebab
utamanya adalah keracunan Mycoplasma galisepticum, salah satu gejala khas CRD adalah ayam tersebut ngorok, sehingga peternak menyebutnya
penyakit ngorok.
Sebagai penyakit tunggal, CRD jarang sampai menimbulkan kematian namun menimbulkan angka kesakitan yang tinggi.  Di lapangan kasus
CRD murni jarang ditemukan, yang sering ditemukan adalah CRD komplek, yaitu penyakit CRD  yang diikuti oleh infeksi penyakit lainnya, terutama sering
diikuti oleh bakteri Escherichia coli.
CRD komplek dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar.  Penyakit ini dapat menyebabkan kematian.  Selain itu, dapat
menyebabkan pertumbuhan terhambat, mutu karkas jelek, produksi telur menurun, keseragaman bobot badan yang tidak tercapai dan banyaknya ayam
yang harus diafkir juga semakin memperbesar biaya pengobatan.
Penyakit ngorok komplek pada ayam ini dapat berkomplikasi dengan mikroba penyakit lain seperti dengan penyakit tetelo atau New Castle
Desease (ND), Infetious Bronhitis (IB) dan E. coli.  CRD dapat menyerang ayam pada semua umur dengan angka penularan yang cepat.
Penyebab penyakit ini, bisa terdapat di ayam yang sehat, dimana ayam tersebut disebut ayam pembawa penyakit (carier).  Ayam yang
terserang CRD saat daya tahan tubuhnya menurun pada waktu stress seperti pindah kandang, kedinginan, vaksinasi, potong paruh, ventilasi jelek, litter
lembab, kadar amonia tinggi atau ayam terserang penyakit lain.
Kerugian akibat CRD komplek diantaranya adalah kegagalan vaksinasi, karena CRD komplek bersifat immunosupressant ( menekan
kekebalan), terhambatnya pertumbuhan, tingginya angka kematian, tingginya biaya pengobatan dan meningkatnya konversi ransum.
Untuk memberantas CRD komplek ini tidak gampang.  Caranya adalah dengan melakukan pengobatan yang tepat, melakukan hal yang dapat
menyebabkan putusnya mata rantai penyebab terjadinya CRD komplek. Misalnya kita harus menjaga masuknya agent penyakit ke dalam tubuh ayam,
selain itu para peternak harus mempertahankan kesehatan ayamnya dengan memberikan multivitamin dan juga para peternak harus memelihara
lingkungan kandang supaya segar dan sehat, tentunya tidak pengap, ventilasi cukup dan tidak lembab. Selain itu kepadatan kandang harus selalu
diperhatikan, sehingga udara bersih selalu terjamin. Suhu kandang yang terlalu panas juga dapat menyebabkan meningkatnya nafsu minum dan
menurunnya nafsu makan. Dengan meningkatnya nafsu minum, maka akan merangsang peningkatan urinasi dan litter menjadi basah, sehingga
konsentrasi ammonia tinggi dan dapat menyebabkan gangguan pernafasan, akhirnya ayam akan rawan terhadap CRD komplek.
Suatu strategi dalam melakukan pengendalian CRD komplek yang efektif adalah dengan melakukan pemeriksaan terhadap anak ayam umur 1
(satu) hari atau sering disebut dengan Day Old Chick (DOC) dari pembibitnya, hasil diagnosa yang tepat bersamaan dengan biosecurity yang efektif dan
pelaksanaan tatalaksana pemeliharaan yang baik. Adapun cara-cara melakukan pengendalian CRD komplek yaitu (1) memperbaiki tatalaksana kandang,
(2) melakukan sanitasi air minum yang baik, (3) melakukan pengobatan yang tepat dan (4) melaksakan biosecurity yang ketat.
Langkah-langkah untuk melakukan biosecurity yang ketat antara lain (1) melakukan pengafkiran pada ayam yang terinfeksi, (2) membersihkan
kandang dengan tekanan air yang tinggi serta melakukan penyemprotan kandang dengan memakai desinfektan, (3) kosongkan kandang minimal 2 (dua)
minggu setelah kandang dibersihkan, (4) pengontrolan lalu-lintas dengan mengontrol kendaraan yang keluar masuk lokasi peternakan.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan apabila peternakan anda terkena CRD komplek, yang perlu diperhatikan adalah (1)
menekan kadar amonia dan debu yang ada di kandang, dengan melakukan perbaikan pada kondisi kandang, mengurangi kepadatan kandang, perhatikan
tatalaksana litter, ventilasi kandang dan pengaruh lingkungan, (2) pemeliharaan ayam harus dilakukan secara all-in all-out, (3) melakukan pemilihan obat
yang tepat dan kita harus memperhatikan faktor resistensi dari kuman.
Harapan penulis, apabila peternakan anda terkena CRD komlpek, jangan panik, lakukanlah penanganannya seperti yang sudah penulis
uraikan.
 http://www.deptan.go.id/pesantren/dispertanak_pandeglang/artikel_10a.htm

Penyakit CRD (chronic respiratory disease/ penyakit pernafasan kronis) adalah penyakit gangguan pernapasan karena adanya infeksi
pada saluran pernapasan. Penyakit CRD ini bisa disebabkan oleh kompilasi E. coli dan virus sejenis Mycoplasma gallisepticcum. Penyakit CRD merupakan
penyakit yang mudah menular dan tergolong penyakit yang berbahaya. Yang terjadi biasanya lama kelamaan burung yang teninfeksi penyakit ini bisa
mati.
Cara penularan penyakit ini dapat terjadi karena kontak langsung, misalnya  ketika indukan menyuapi anaknya ataupun menurun dari indukan
ke anakan (keturunan). Dan juga penularan secara tidak langsung melalui makanan, minuman, lingkungan kandang yang kurang bersih, dan
makanan/minuman yang tercemar kotoran burung yang terinfeksi penyakit.
Gejala penyakit CRD adalah bersin batuk, susah bernafas, bunyi ngorok karena hidung lembab/basah berlendir, dan yang jelas aktifitas burung
menjadi menurun.
Pencegahan terhadap serangan snot dilakukan dengan cara menjauhkan burung/ayam yang terserang penyakit dari burung/ayam yang lain
agar tidak menular. Selain itu, sangkar, tempat makan, dan minum harus selalu dibersihkan dari segala kotoran.
Pengobatan : gunakan ENRO-B 3 tetes 2x sehari selama 3-5 hari (untuk ayam) dan 1 tetes 2x sehari selama 3-5 hari (untuk burung)
http://obatburung.com/crd/
Monday, June 23, 2008
Berak Kapur atau Pullorum pada unggas
Posted by Wawunx at 10:07 PM
Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD).
Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti
kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung liar.
Etiologi
Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun.
Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang
pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40%
sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.
(Source: vet-klinik)

Cara penularan
Penularan penyakit Pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu:
-Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
-Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak
langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.

Gejala klinis
- napsu makan menurun
- feses (kotoran)kotoran berwarna putih seperti kapur
- Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih
- kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah keringkering
- jengger berwarna keabuan
- mata menutup dan nafsu makan turun
- badan anak ayam menjadi lemas
- sayap menggantung dan kusam
- lumpuh karena artritis
- suka bergerombol

Perubahan patologi
Pada kasus yang akut sering dijumpai pembesaran pada ahati dan limpa dan kadang kadang sering diikuti omfalitis.Pada kasus kronis dijumpai abses
pada organ dalam dan adanya radang pada usus buntu (tiflitis kaseosa) yang ditandai adanya bentuk berwarna abu-abu didalam usus buntu.

Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium.
Ayam karier yang sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid whole blood plate aglutination test).

Pengobatan
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam.
Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut.
Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.
Pencegahan
Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas salmonella pullorum. Melakukan desinfeksi pada kandang
dengan formaldehyde 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
http://komunitas-dokterhewan.blogspot.com/2008/06/berak-kapur-atau-pullorum-pada-unggas.html

Sabtu, 06 Maret 2010


penyakit pullorum
Informasi peternakan ayamteknikal peternakan ayamsekilas tentang penyakit pullorum
Penyakit pullorum adalah penyakit yang sudah lama terkenal di seluruh dunia peternakan, penyakit ini biasanya sering dan terjadi banyak
kematian di mesin penetasan (incubator) yang dapat mengakibatkan kerugian yang fatal terhadap sebuah perusahaan yang ayam nya terjangkit pullorum
ini.
Penyakit pullorum di sebabkan oleh organisme nomotile salmonela Peternakan unggas , kalkun, burung puyuh, bebek burung merpati dapat
menderita dari penyakit pullorum juga.  Ayam ras pedaging (atau yang biasa di sebut dengan ayam broiler) lebih rentan terhadap penyakit pullorum
ini, Pullorum adalah penyakit yang menyerang anak ayam baru menetas, bawaan dari induk dan di bawa melalui telur yang terinfeksi penyakit ini.  
Kematian ayam akan kerap terjadi pada usia 2 hari samapi usian 7 hari setelah di tetaskan. jika telur memiliki infeksi selama menetas (umur
terinfeksi) dan jika telur tersebut mendapatkan infeksi setelah menetas, maka penyakit yang timbul akan menunjukkan gejala sekitar 10 hari setelah
infeksi. sampai usia 3 minggu. Anak ayam yang baru menetas dapat mati tanpa menunjukkan gejala apapun. ayam akan mati secara mendadak tanpa
kita sadari penyebabnya..gejala ini seperti menunjukkan gejala gejala mirip dengan penyakit tipus ringan, seperti  berkerumun di dekat sumber panas,
terlihat anak ayam seperti kedinginan yang kuat, padahal suhu pemanas cukup mendukung untuk tahap brooding, sifat tidur , ayam malas dan tidak aktip
seperti layaknya ayam normal, kehilangan nafsu makan  kadang2 terlihat diare putih, untuk tahap ayam dewasa kadang-kadang terlihat seperti penyakit
tifus jenis unggas infeksi untuk anak ayam berasal dari telur yang terinfeksi. Dalam inkubator jika ayam yng sakit menetas, maka akan menyebarkan
penyakit nya kepada ayam yang sehat lainnya.. jika ayam sudah mulai di indukan (brooding) maka infeksi secara tidak langsung akan terjadi melalui air
minum, makanan, atau melalui kotoran (berak ayam) yang terinfeksi. atau menghirup debu yang sudah mengandung bakteri . dan ada juga pembawa
penyakti ini adalah diantaranya burung liar yang secara bebas hijrah dari tempat yang terinfeksi ketempat yang sehat.. maka bisa mengakibatkan
penyebaran melalui burung liar tersebut..
Jika Ayam dewasa (yang sudah menelur) dan ayam tersebut terinfeksi oleh penyakit pullorum ini, maka hasil dari ber-telur akan mencapai  
hingga 34 persen telur yang pasti terinfeksi. Ayam yang tidak normal (terinfeksi)_ akan menyebabkan fektor terhadap ayam yang sehat, ayam yang sakit
ini bisa menularkan penyakit nya..
Untuk perawatan bisa memberikan obat atau antibiotik seperti:Amoxycillin,poteniated sulponamide,tetracylines, fluoroquinolones.  
Untuk mengontrol dan pencegahan dari semakin menyebarnya penyakit ini adalah dengan melakukan pemeriksaan minimal 1 bulan satu kali
di ayam jenis GGP dan GP (secara rutin). atau ayam indukan lainnya.  dan dengan rutin memberantas tikus yang ada di dalam persekitaran kandang ayam
anda, dengan memberikan racun tikus atau dengan cara jalan lain (terserah) dengan tujuan untuk membasmi tikus yang menjadi vektor penyebaran
terinfeksi nya ayam2 yang ada di dalam kandang.
dan jika terlihat adanya gejala ini, maka dengan memusnahkan atau membunuh ayam yang terinfeksi adalah jalan yang paling tepat yang
harus di lakukan.

KESIMPULAN:
Penyakit pullorum penyebaran nya di sebabkan dari ayam parent (induk) melalui telur yang terinfeksi, dan jika telur tersebut terinfeksi, dan setelah di
tetaskan, maka ayam yang berhasil menetas dari incubator akan terinfeksi oleh penyakit tersebut, dan jika ayam tersebut berhasil hidup sampai tahap
bertelur, maka ayam tersebut akan terus dan terus menghasilkan telur yang terinfeksi..maka sebaiknya ayam tersebut di musnahkan. demikian sekilas
tentang penyakit pullorum tersebut.

http://www.muksin.com/2010/03/penyakit-pullorum.html

Pink eye
Pink eye adalah penyakit mata akut yang menular dan ditandai dengan kemerahan pada selaput mata (konjungtiva) dan kekeruhan pada
kornea. Penyebab pink eye pada kambing dan domba adalah Rickettsia (Colesiota) conjuctivae, Mycoplasma conjuctivae, Branhamella catarrhalis dan
Chlamydia. Rickettsia merupakan mikroorganisme berbentuk pendek, bersifat gram negatif dan hanya tumbuh pada media hidup saja, misalnya telur
ayam. Disamping itu juga, diperoleh isolat Moraxella ovis dan Staphylococcus aureus dari kasus tersebut walaupun keduanya sangat jarang sebagai agen
penyebab pink eye pada kambing.
Masa inkubasi penyakit ini adalah 2-3 hari, tetapi dapat juga sampai 3 minggu. Gejala klinis yang nyata adalah radang pada selaput mata,
pembendungan pembuluh darah di kornea, kemerahan pada bagian mata yang putih dan diikuti oleh bengkaknya kelopak mata. Ternak mengalami
photophobia, yaitu takut pada sinar matahari. Kelenjar lacrimaris menjadi sangat aktif sehingga mata selalu berair. Gejala ini jelas terlihat pada sudut
mata (canthus medial) dan muka hewan dibawah mata yang selalu basah. Mata yang basah tersebut lebih sering tertutup. Bulu mata sering melekat,
akibatnya kambing akan sulit mengambil pakannya dengan baik. Kondisi ini menyebabkan penurunan bobot badan dengan cepat. Kadang-kadang selaput
mata yang meradang bisa menjadi borok karena infeksi sekunder sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Kekeruhan kornea mulai berkurang dan
apabila kondisi hewan cukup baik, maka mata akan sembuh total dalam 3-5 minggu tergantung pada penyebab dan keganasan penyakitnya. Kekebalan
pasca infeksi pada domba dan kambing berlangsung antara 100 sampai 250 hari, setelah itu ternak akan kembali peka.
Penularan pink eye dapat terjadi melalui kontak dengan ternak terinfeksi, serangga (lalat), rumput dan percikan air yang tercemar. Penyakit
ini sering terjadi pada musim panas karena banyaknya debu dan meningkatnya populasi lalat Musca autumnalis sebagai vektor. Pink eye dapat juga
terjadi pada waktu ternak dalam perjalanan (transportasi) sehingga menimbulkan iritasi oleh debu atau sumber-sumber lain yang menyebabkan goresan.
Perubahan cuaca yang mendadak, terlalu padatnya ternak dalam kandang dilaporkan dapat memicu terjadinya penyakit ini.
Pengobatan hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan memberikan antibiotika seperti tetrasiklin atau tylosin. Salep mata atau larutan
yang mengandung antibiotika seperti chloramphenicol, oxytetracycline dan campuran penicilin-streptomycin dilaporkan dapat memberikan hasil yang
baik. Untuk membantu proses penyembuhan sebaiknya ternak diistirahatkan ditempat yang teduh (tidak terkena sinar matahari), kandang harus selalu
bersih serta pemberian pakan dan minum yang cukup. Ternak yang sakit dikarantina sehingga jauh dari ternak lain yang sehat.

http://kote-ka.blogspot.com/2008/05/pink-eye.html

Rabu, 14 Juli 2010


PMK ( Penyakit Mulut Dan Kuku )
Manajemen Kesehatan Ternak dan hewan sangat penting dilakukan dalam usaha peternakan,Karena kesehatan ternak/hewan sangat
berperan dalam menekan biaya produksi akibat pengobatan yang dilakukan untuk menyembuhkan penyeakit. Sehingga prinsip lebih baik mencegah dari
pada mengobati itu paling tepat digunakan.
Penyakit mulut dan kuku terutama menyerang ternak besar bangsa Ruminansi. Penyakit ini cukup berbahasa bagi ternak dan termasuk
penyembuhan terhadap penyakit ini membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh. Penyakit Mulut dan Kuku pertama kali ditemukan di Italia pada
tahun 1514 dan secara berangsur-angsur menyerang beberapa Negara seperti Asia, Amerika Utara dan Selatan dan Afrika Selatan.
Nama Lain : Apthae Epizooticae, Foot and Mouth Disease (FMD)

Penyebab : Virus Jenis Pixorna.


Patogenesis :
Cara penularan penyakit mulut dan  kuku adalah melalui udara secara Aerosol /melalui udara. Sehingga dapat menyerang sapi/Ruminansia pada saluran
pernapasan dan menular melalui kontak langsung dengan hewan penderita melalui ekskresi dan sekresi dari hewan yang menderita PMK.

Penyakit ini dapat di bagi menjadi 3 (tiga) macam :


1. Bentuk dermostomatitis yang tenang (Benigna)
2. Bentuk Intermediate Toxic dengan penyakit yang lebih berat.
3. Bentuk Ganas /malignant dengan perubahan pada otot jantung dan skelet.
Gejala Klinis :
1. Gejala yang ditimbulkan bervariasi tergantung pada kondisi dan factor virulensi dari penyakit mulut dan kuku
2. Suhu tubuh meningkat dan tanpak jelas pada sapi berumur masih remaja. Kenaikan temperatur tubuh ini akibat fase viremia dari virus  
picorna dan biasanya suhu tubuh akan turun setelah terbentuknya lepuh-lepuh pada kuku dan mulut, bila lepuh sudah timbul pada mulut
akan menyebabkan saliva/liur sampai berbusa disekitar bibir.
3. Lepuh juga bisa ditemukan pada ambing yang menyebabkan produksi susu turun dan bisa menyebabkan keguguran.
4. Apabila lepuh sudah mencapai tracak akan menyebakan rasa sakit/nyeri dan menyebabkan ternak menjadi malas untuk bangun/bergerak.
5. Proses penyembuhan lesi yang tidak mengalami komplikasi akan berlangsung antara 1 - 2 minggu, namun apabila ada infeksi skunder maka
proses penyembuhan akan menjadi sulit/skunder.
Diagnosis :

Diagnosis dari penyakit mulut dan kuku berdasarkan pada gejala klinis yang ditimbulkan, Selain itu dilakukan koleksi sampel pada hewan yang menderita
untuk diperiksa di laboratorium. Sampel isolasi dapat diambil melalui cairan lepuh, keropeng bekas lepuh, dan sampel darah.
http://animallovelive.blogspot.com/2010/07/pmk-penyakit-mulut-dan-kuku.html
Diagnosa Banding : Vesicular Stomatis, Exanthema Vesicular pada babi, Swine vesicular disease (SVD), Penyakit sampar pada sapi, Bovine Viral Diarhea
Virus - Mucosal Disease (BVDV - MD), Jembrana, Penyakit Virus Contagious Ecythyma dan Orf pada kambing dan domba.
Pengendalian : Vaksinasi secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai