Penyakit CRD (chronic respiratory disease/ penyakit pernafasan kronis) adalah penyakit gangguan pernapasan karena adanya infeksi
pada saluran pernapasan. Penyakit CRD ini bisa disebabkan oleh kompilasi E. coli dan virus sejenis Mycoplasma gallisepticcum. Penyakit CRD merupakan
penyakit yang mudah menular dan tergolong penyakit yang berbahaya. Yang terjadi biasanya lama kelamaan burung yang teninfeksi penyakit ini bisa
mati.
Cara penularan penyakit ini dapat terjadi karena kontak langsung, misalnya ketika indukan menyuapi anaknya ataupun menurun dari indukan
ke anakan (keturunan). Dan juga penularan secara tidak langsung melalui makanan, minuman, lingkungan kandang yang kurang bersih, dan
makanan/minuman yang tercemar kotoran burung yang terinfeksi penyakit.
Gejala penyakit CRD adalah bersin batuk, susah bernafas, bunyi ngorok karena hidung lembab/basah berlendir, dan yang jelas aktifitas burung
menjadi menurun.
Pencegahan terhadap serangan snot dilakukan dengan cara menjauhkan burung/ayam yang terserang penyakit dari burung/ayam yang lain
agar tidak menular. Selain itu, sangkar, tempat makan, dan minum harus selalu dibersihkan dari segala kotoran.
Pengobatan : gunakan ENRO-B 3 tetes 2x sehari selama 3-5 hari (untuk ayam) dan 1 tetes 2x sehari selama 3-5 hari (untuk burung)
http://obatburung.com/crd/
Monday, June 23, 2008
Berak Kapur atau Pullorum pada unggas
Posted by Wawunx at 10:07 PM
Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD).
Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti
kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung liar.
Etiologi
Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun.
Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang
pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40%
sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.
(Source: vet-klinik)
Cara penularan
Penularan penyakit Pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu:
-Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
-Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak
langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.
Gejala klinis
- napsu makan menurun
- feses (kotoran)kotoran berwarna putih seperti kapur
- Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih
- kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah keringkering
- jengger berwarna keabuan
- mata menutup dan nafsu makan turun
- badan anak ayam menjadi lemas
- sayap menggantung dan kusam
- lumpuh karena artritis
- suka bergerombol
Perubahan patologi
Pada kasus yang akut sering dijumpai pembesaran pada ahati dan limpa dan kadang kadang sering diikuti omfalitis.Pada kasus kronis dijumpai abses
pada organ dalam dan adanya radang pada usus buntu (tiflitis kaseosa) yang ditandai adanya bentuk berwarna abu-abu didalam usus buntu.
Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium.
Ayam karier yang sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid whole blood plate aglutination test).
Pengobatan
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam.
Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut.
Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.
Pencegahan
Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas salmonella pullorum. Melakukan desinfeksi pada kandang
dengan formaldehyde 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
http://komunitas-dokterhewan.blogspot.com/2008/06/berak-kapur-atau-pullorum-pada-unggas.html
KESIMPULAN:
Penyakit pullorum penyebaran nya di sebabkan dari ayam parent (induk) melalui telur yang terinfeksi, dan jika telur tersebut terinfeksi, dan setelah di
tetaskan, maka ayam yang berhasil menetas dari incubator akan terinfeksi oleh penyakit tersebut, dan jika ayam tersebut berhasil hidup sampai tahap
bertelur, maka ayam tersebut akan terus dan terus menghasilkan telur yang terinfeksi..maka sebaiknya ayam tersebut di musnahkan. demikian sekilas
tentang penyakit pullorum tersebut.
http://www.muksin.com/2010/03/penyakit-pullorum.html
Pink eye
Pink eye adalah penyakit mata akut yang menular dan ditandai dengan kemerahan pada selaput mata (konjungtiva) dan kekeruhan pada
kornea. Penyebab pink eye pada kambing dan domba adalah Rickettsia (Colesiota) conjuctivae, Mycoplasma conjuctivae, Branhamella catarrhalis dan
Chlamydia. Rickettsia merupakan mikroorganisme berbentuk pendek, bersifat gram negatif dan hanya tumbuh pada media hidup saja, misalnya telur
ayam. Disamping itu juga, diperoleh isolat Moraxella ovis dan Staphylococcus aureus dari kasus tersebut walaupun keduanya sangat jarang sebagai agen
penyebab pink eye pada kambing.
Masa inkubasi penyakit ini adalah 2-3 hari, tetapi dapat juga sampai 3 minggu. Gejala klinis yang nyata adalah radang pada selaput mata,
pembendungan pembuluh darah di kornea, kemerahan pada bagian mata yang putih dan diikuti oleh bengkaknya kelopak mata. Ternak mengalami
photophobia, yaitu takut pada sinar matahari. Kelenjar lacrimaris menjadi sangat aktif sehingga mata selalu berair. Gejala ini jelas terlihat pada sudut
mata (canthus medial) dan muka hewan dibawah mata yang selalu basah. Mata yang basah tersebut lebih sering tertutup. Bulu mata sering melekat,
akibatnya kambing akan sulit mengambil pakannya dengan baik. Kondisi ini menyebabkan penurunan bobot badan dengan cepat. Kadang-kadang selaput
mata yang meradang bisa menjadi borok karena infeksi sekunder sehingga dapat menyebabkan kebutaan. Kekeruhan kornea mulai berkurang dan
apabila kondisi hewan cukup baik, maka mata akan sembuh total dalam 3-5 minggu tergantung pada penyebab dan keganasan penyakitnya. Kekebalan
pasca infeksi pada domba dan kambing berlangsung antara 100 sampai 250 hari, setelah itu ternak akan kembali peka.
Penularan pink eye dapat terjadi melalui kontak dengan ternak terinfeksi, serangga (lalat), rumput dan percikan air yang tercemar. Penyakit
ini sering terjadi pada musim panas karena banyaknya debu dan meningkatnya populasi lalat Musca autumnalis sebagai vektor. Pink eye dapat juga
terjadi pada waktu ternak dalam perjalanan (transportasi) sehingga menimbulkan iritasi oleh debu atau sumber-sumber lain yang menyebabkan goresan.
Perubahan cuaca yang mendadak, terlalu padatnya ternak dalam kandang dilaporkan dapat memicu terjadinya penyakit ini.
Pengobatan hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan memberikan antibiotika seperti tetrasiklin atau tylosin. Salep mata atau larutan
yang mengandung antibiotika seperti chloramphenicol, oxytetracycline dan campuran penicilin-streptomycin dilaporkan dapat memberikan hasil yang
baik. Untuk membantu proses penyembuhan sebaiknya ternak diistirahatkan ditempat yang teduh (tidak terkena sinar matahari), kandang harus selalu
bersih serta pemberian pakan dan minum yang cukup. Ternak yang sakit dikarantina sehingga jauh dari ternak lain yang sehat.
http://kote-ka.blogspot.com/2008/05/pink-eye.html
Diagnosis dari penyakit mulut dan kuku berdasarkan pada gejala klinis yang ditimbulkan, Selain itu dilakukan koleksi sampel pada hewan yang menderita
untuk diperiksa di laboratorium. Sampel isolasi dapat diambil melalui cairan lepuh, keropeng bekas lepuh, dan sampel darah.
http://animallovelive.blogspot.com/2010/07/pmk-penyakit-mulut-dan-kuku.html
Diagnosa Banding : Vesicular Stomatis, Exanthema Vesicular pada babi, Swine vesicular disease (SVD), Penyakit sampar pada sapi, Bovine Viral Diarhea
Virus - Mucosal Disease (BVDV - MD), Jembrana, Penyakit Virus Contagious Ecythyma dan Orf pada kambing dan domba.
Pengendalian : Vaksinasi secara teratur.