Anda di halaman 1dari 11

F.

ANTISIPASI HAMA DAN PENYAKIT

Serangan penyakit, kematian dan tingginya ayam petelur yang harus di keluarkan dari
kandang atau dibuang (di calling) dapat menurunkan keuntungan pada peternakan ayam
petelur. Terdapat hubungan yang sangat tinggi antara kematian dengan produksi dalam
pemeliharaan ayam petelur. Semakin tinggi tingkat kamatian, maka sudah dapat dipastikan
bahwa produksi akan mengalami penurunan secara drastic. Banyaknya ternak yang harus
dikeluarkan dari kandang karena produksinya tidak optimal dapat disebabkan oleh beberapa
hal antara lain kualitas bibit ayam petelur yang kurang baik, kualitas pakan yang diberikan
kurang baik dan manajemen perkandangan yang tidak tepat. Hal lain yang juga sangat
berpengaruh terhadap produksi telur adalah adanya penyakit tertentu. Penyakit dapat
menyerang ayam petelur dikarenakan beberapa penyabab misalnya pengelolaan kandang yang
kurang baik, kondisi ayam yang memang kurang baik atau kualitas pakan yang tidak baik.
Apabila masalah penyakit tidak diperhatikan dapat berakibat lebih fatal misalnya terjadi
kematian yang sangat tinggi. Sebagai langkah pencegahan (preventif) timbulnya berbagai
penyakit, peternak sebaiknya selalu menjaga kesehatan ternak, manajemen kandang yang baik
dan menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan resiko kematian ayam. Kebersihan
kandang memegang peranan penting untuk kesehatan ternak, karena mikroorganisme yang
dapat mengganggu kehidupan ayam petelur atau menyebabkan mortalitas biasanya banyak
terdapat di sekitar alas kandang dan lingkungan sekitarnya. Dalam peternakan ayam petelur
Salmonella merupakan salah satu spesies bakteri yang sering menyebabkan kerugian yang
tinggi pada peternakan ayam petelur. Bakteri ini banyak terdapat di alas kandang/litter (42%),
tempat minum (36%), pakan (28%) dan tampungan air (17%) di lokasi peternakan ayam.
Penyakit-penyakit pada ayam petelur sebagian besar berawal dari infeksi dan
selanjutnya meluas dan bervariasi yang dapat menyebabkan kerugian. Penyakit infeksi
tenggorokan atau Infectious Bronchitis (IB) dan IBD atau gumboro merupakan penyakit yang
umum menyebabkan tingginya kematian (mortalitas) ayam petelur. Penyakit IB dapat
menyebabkan mortalitas sampai 67% sedangkan gumboro dapat menyebabkan mortalitas
sampai 40%. Penyakit lain yang sering menyerang Ayam petelur adalah Tetelo (New castle
Desease/ND), koksidiosis, dan yolk sac infection. Karena infeksinya yang alami, ND
menyebabkan kematian ayam petelur yang lebih tinggi sekitar 50%-60%. Sedangkan
koksidiosis dapat menyebabkan kehilangan sampai 35% dan yolk sac infection sampai 31%.
Ada waktu-waktu tertentu dimana ayam petelur sangat rawan terjangkit penyakit,
yakni ketika masih berumur muda dan masa perubahan iklim. Penularan penyakit lebih cepat
meluas pada ayam petelur muda. Sedangkan saat terjadi perubahan iklim dapat menurunkan
kekebalan /imunitas untuk menangkal penyakit.

Beberapa jenis penyakit yang perlu diwaspadai peternak ayam petelur antara lain:

1. Penyakit Marek (Mareks Desease)


Penyakit Marek merupakan penyakit yang harus diwaspadai pada aam petelur yang biasanya
ditandai dengan kelumpuhan kaki dan infilterasi limfosit pada pembuluh darah. Berpotensi
menyebabkan mortalitas pada ayam petelur sekitar 4,2%-20,8%. Penyakit ini cepat menyebar
pada ayam petelur yang imunitasnya rendah dan resiko lebih lanjut apabila terjadi kekurangan
(defisiensi) kalsium selama fase bertelur. Ayam petelur seharusnya divaksinasi Marek pada
tempat penetasan sebelum ditransportasi ke kandang peternak.
Penyakit Marek dapat dicegah dengan vaksinasi yang efektif dan menghindari
defisiensi/kekurangan kalsium pada fase bertelur. Kalsium merupakan mineral penting untuk
cangkang telur dan apabila terjadi defisiensi kalsium dapat menyebabkan cangkang telur yang
kurang kuat dan mempengaruhi terjadinya penyakit Marek. Selain itu, memelihara ternak
dengan umur yang berbeda-beda dalam satu kandang juga dapat meningkatkan resiko penyakit
Marek. Resiko Marek juga lebih besar pada ayam petelur yang dipelihara pada kandang lantai
dibandingkan pada kandang panggung, kemungkinan berhubungan dengan kondisi lingkungan
tanah kandang.
Gambar 1. Contoh ayam yang terserang Marek (Sumber : Poultry Information and Advice,
2012)
Gumboro/Infectious Bursal Disease (IBD)

Gumboro diketahui dapat menyebabkan kerugian yang besar pada peternakan ayam petelur
sampai 75%. Penyakit ini ditandai dengan kepincangan, ternak tidak sehat (morbidity) dan
mortalitas pada ayam. Penyakit ini mirip dengan AIDS pada ayam, karena dapat menurunkan
sistem imun ayam. Bursa fabricus, salah satu organ yang bertanggung jawab memmproduksi
antibodi pada ayam diinfeksi oleh virus Gumboro dan merusak fungsi organ secara keseluruhan
yang mengakibatkan kematian ayam petelur sampai 40%.
Ayam petelur pada berbagai fase umur rentan terhadap infeksi gumboro, namun demikian
kematian yang tertinggi terjadi pada umur 2-12 minggu. Tingginya kejadian gumboro pada
ayam petelur diduga berhubungan dengan kurangnya vaksinasi, rentannya ayam terhadap
gumboro, lingkungan yang kotor dan adanya infeksi yang bersamaan dengan E.coli, koksidiosis
serta infeksi bakteri lainnya. Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan vaksinasi
gumboro pada umur 14-21 hari. Kehati-hatian sangat diperlukan sehingga vaksinasi dilakukan
tepat pada waktunya untuk mengatasi serangan gumboro. Pencegahan infeksi bakteri lain
seperti E.coli dan koksidiosis serta menjaga kebersihan dapat membantu menurunkan resiko
gumboro pada ayam.

Gambar 2. Contoh ayam terserang gumboro (Sumber : Poultry Information and Advice, 2012)
Tetelo/ Newcastle Disease (ND)

Penyakit ND merupakan penyakit yang merusak organ pada ayam petelur yang ditandai dengan
mortalitas, diare kehijau-hijauan (greenish diarrhea) dan sering kehausan. Ayam cenderung
minum air lebih banyak dan menurunkan konsumsi pakannya. Penyakit ND dapat
menyebabkan kematian sampai 60% pada ayam petelur.
Disamping tingginya mortalitas, penyakit ND juga dapat menurunkan produksi telur 15% dan
secara simultan mengakibatkan penurunaan kekerasan cangakan telur sebesar 5%. Penyakit
ND merata pada semua ayam petelur sepanjang musim.
Tingginya kematian penyakit ND diduga berhubungan dengan infeksi ND yang alami dan
kecepatannya menyebar ke seluruh kandang pada waktu yang singkat. Sebagai penyakit yang
disebabkan oleh virus, ND dapat menyebar luas dari satu kandang ke kandang lainnya melalui
pekerja kandang , burung, pengunjung dan kendaraan yang digunakan untuk transportasi antar
kandang. Strategi yang efektif untuk mencegah penyakit ND adalah menjaga kebersihan dan
vaksinasi yang tepat waktu.

Gambar 3. Ayam terkena tetelo/New Castle Desease (Sumber : Poultry Desease, 2012)

Infeksi Coryza

Infeksi coryza juga merupakan penyakit akibat infeksi bakteri yang penting dan ditandai dengan
komplikasi pernafasan, sindrom kepala bengkak, sengau dan penurunan produksi telur.
Penyebab utamanya adalah Haemophilus gallinarum. Kondisi kandang yan tidak bersih,
lingkungan dingin dan perubahan iklim yang ekstrem merupakan faktor yang mempercepat
serangan penyakit ini. Semua tipe ayam dalam berbagai umur rentan terhadap penyakit ini dan
menyebabkan mortalitas 2%-5% serta penurunan produksi telur sebsar 35%.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melindungi ayam dari lingkungan ekstrem,
menjaga kesehatan kandang dan pakan serta terapi antibiotik. Selain itu pemberian vitamin C
(ascorbic acid) juga sangat membantu pencegahaan kehilangan akibat coryza.

Gambar 4. Ayam terinfeksi Coryza (Sumber : Poultry Information and Advice, 2012)

Infectious Bronchitis (IB)

Merupakan penyakit akibat infeksi virus yang ditandai dengan gejala pernafasan, meningkatkan
mortalitas dan menurunkan produksi telur. Penyakit ini dapat terjadi pada semua fase hidup
ayam petelur dan terjadi sepanjang musim. Namun demikian, infeksi ini cepat menyebar pada
ayam usia 7 hari-5 minggu dan semakin tinggi pada cuaca dingin. Tinggi infeksi IB pada ayam
muda terkait dengan masih rendahnya imunitas pada fase awal.
Gambar 5. Ayam terkena IB/infectious bronchitis (Sumber : Poultry Information and Advice,
2012)

Avian Influenza (AI)

Avian influenza atau lebih dikenal dengan flu burung merupakan penyakit pada unggas dengan
tingkat kematian tinggi pada dekade terakhir ini. Penyakit ini menyebabkan penurunan
kesehatan sebesar 90% dan mortalitas 80% pada ayam umur sampai 30 minggu.
Tingkat penyebaran penyakit flu burung lebih tinggi pada ayam petelur dibandingkan broiler.
Hal ini karena kejadian flu burung biasanya pada fase akhir ayam petelur dan tertahan di
kandang dalam waktu lama. Sedangkan ayam brolier fase hidupnya jauh lebih pendek (5-6
minggu).
Gambar 6. Ayam terkena Flu Burung/Avian Influenza (Sumber: The Poultry Site, 2012)

Mikoplasmosis/CRD/Sinusitis

Mikoplasmosis merupakan penyakit infeksi bakteri mycoplasma pada berbagai tipe ayam
petelur. Mikoplasmosis mengakibatkan kerugian secara ekonomi pada ayam petelur karena
adanya penurunan produksi telur dan tingginya mortalitas. Telur dengan bintil-bintil pada
cangkangnya berhubungan dengan infeksi mikoplasma. Kandang yang terinfeksi Mycoplasma
gallisepticum (MG) dan Mycoplasma synoviae (MS) menghasilkan telur yang lebih sedikit
dengan penurunan telur sekitar 20%-30%. Kehilangan ini akan memperkecil margin antara
biaya produksi dan keuntungan bersih pada peternakan ayam petelur.
Upaya pencegahannya dengan menjaga kesehatan kandang dan memperbaiki skill peternak.
Untuk mengontrol MG yang efektif, maka perlu dilakukan vaksinasi melalui air minum pada
umur 12 minggu. Namun demikian, penyakit ini sebagian besar di tularkan melalui telur dari
ayam yang terinfeksi ke ayam kecil yang baru lahir. Seharusnya pembibit (breeder) selalu
melakukan program tes darah secara teratur dan menyeleksi ayam-ayam yang terinfeksi.
Gambar 6. Ayam terserang Mikoplasmosis (Sumber : DNR, 2012)

Salmonellosis

Salmonella, salah satu spesies bakteri yang banyak ditemukan pada area yang mudah
terkontaminasi seperti alas kandang/litter dan gudang pakan. Mikroba ini biasanya mencemari
(mengkontaminasi) pakan dan air minum yang mengakibatkan keuntungan ekonomi menurun
dan mortalitas meningkat. Salmonella dapat menyebabkan pullorum, typhoid dan paratyphoid
yang dapat menyebabkan kehilangan sebesar 50%. Salmonella ditularkan secara vertikal
kepada anak ayam yang baru menetas. Upaya pencegahannya adalah dengan melakukan tes
darah pada induk secara teratur dan mengeliminasi ayam yang terinfeksi. Selain itu, mencegah
masuknya tikus, kutu atau binatang buas dapat menurunkan penularan vertikal serta selalu
menjaga kebersihan dan kesehatan kandang dapat membantu menurunkan kejadian
salmonellosis.

Koksidiosis

Koksidiosis merupakan penyakit akibat infeksi protozoa dan merupakan salah satu masalah
utama pada industri perunggasan. Ayam yang terkena koksidiosis ditandai dengan kotoran
(feses) sedikit berdarah, bulu berkerut, kehilangan nafsu makan, pertumbuhan rendah dan
penurunan produksi telur. Koksidiosis dapat mengakibatkan mortalitas sampai 51% dan
kerugian secara ekonomi. Agen penyebar utama koksidiosis adalah oosit dari Emeria yang
menginvasi usus halus dan sekum dan menstimulasi peradangan serta mengentalkan dinding
usus halus.
Oosit biasanya keluar bersama feses oleh ayam yang terinfeksi, kemudian membentuk spora.
Lingkungan yang tidak bersih, bedding yang basah dan suhu kandang 20-28 oC sangat
mendukung pembentukan spora dari oosit. Koksidia merupakan protozoa yang paling resisten,
dapat bertahan hidup di alas kandang selama beberapa bulan.
Koksidiosis dapat terjadi pada setiap fase hidup ayam petelur dan sepanjang musim, namun
penyebarannya lebih meluas pada musim panas karena suhu yang panas dan bedding yang
basah dapat mempercepat pembentukan spora.
Upaya mengontrol koksidiosis adalah dengan vaksinasi. Menjaga kesehatan kandang dan
mengusahakan kandang yang kering dapat mengurangi kejadian koksidiosis. Penambahan
koksidiostat pada ransum juga dapat mengendalikan koksidiosis. Namun demikian, ayam yang
sedang dalam tahap bertelur harus diberi ransum yang bebas koksidiostat sehingga pada tahap
ini sering terjadi serangan koksidiosis yang menyebabkan kematian masif dan penurunan
produksi telur. Oleh karena itu, pullet (ayam yang siap bertelur) harus mempunyai imunitas
melawan koksidiosis sebelum mulai bertelur. Manajemen kandang menjadi kunci untuk
pencegahan pembentukan spora dari oosit.

Gambar 7. Ayam terserang koksidiosis (Sumber: The Poultry Site, 2012)


Yolk Sac Infection

Merupakan salah satu infeksi bakteri pada ayam pada mingu-minggu awal pertumbuhan.
Ayam yang terinfeksi yolk sac ditandai dengan mengantuk, mobilitas rendah, dan kurang nafsu
makan. Infeksi ini disebabkan oleh kurangnya kebersihan kandang dan stres karena
lingkungan. Bakteri Staphylococci dan E.coli merupakan penyebab utama infeksi yolk sac.
Bakteri akan masuk ke bagian dalam telur selama proses inkubasi dan menyebabkan infeksi
pada daerah pusar ayam.
Yolk/kuning telur merupakan cadangan makanan bagi embrio dan ayam dalam beberapa hari
pertama setelah menetas. Kuning telur mudah sekali terinfeksi dengan adanya bakteri. Kuning
telur menjadi terinfeksi selama 48 jam setelah penetasan. Infeksi Yolk sac dapat menyebabkan
mortalitas hingga 31% pada anak ayam dalam beberapa hari pertama setelah menetas.
Sebagian besar infeksi ditransmisikan melalui cangkang telur yang kotor, frekuensi koleksi telur
dan kondisi pemeliharaan ternak yang tidak baik. Selain itu, manajemen yang baik,
menghindari lingkungan ramai dan berisik serta mengurangi stres lingkungan dapat
menurunkan resiko terinfeksi yolk sac.

Escherichia coli (E. coli)

Infeksi E.coli merupakan masalah utama dalam produksi ayam yang menyebabkan kerugian
besar serta penurunan produksi telur. Infeksi E.coli dapat menyebabkan mortalitas 5,5% dan
penurunan produksi telur sebesar 10%-20%. Infeksi E.coli tidak menimbukkan gejala yang khas
yang menunjukkan bahwa infkesi bisa saja sudah terjadi namun tidak mudah dideteksi kecuali
dengan uji dan diagnosis yang tepat. Kondisi ini memicu mortalitas tanpa menunjukkan gejala
klinis sehingga yang muncul adalah adanya penurunan produksi telur dan kerugian ekonomi.
E.coli tidak hanya mengakibatkan penurunan produksi telur dan mortalitas, tetapi juga dapat
menjadi fakor pemicu komplikasi lainnya seperti gumboro. Oleh karenaitu sangat penting
untuk mengontrol adanya infeksi E. coli pada ayam petelur sehingga dapat mencegah infeksi
penyakit lainnya dan kerugian akibat penyakit.

Aflatoxicosis

Akhir-akhir ini, kasus aflatoxicosis merupakan issu utama pada produksi unggas. Aflatoxicosis
umumnya disebabkan oleh kontaminasi aflatoksin pada pakan yang mengakibatkan tingginya
mortalitas dan penurunan produksi telur. Aflatoksin merupakan senyawa berbahaya yang
diproduksi oleh jamur yang menempel pada pakan. Adanya aflatoksin dalam pakan dapat
menyebabkan mortalitas sampai 10% dan penurunan produksi telur hingga 55% seiring dengan
meningkatnya level aflatoksin.
Untuk menghindari aflatoksin, maka penting untuk selalu mengontrol kualitas pakan. Apabila
terjadi kasus aflatoxicosis maka mengganti pakan merupakan alternatif yang terbaik. Hal ini
dapat menurunkan mortalitas dan secara bertahap dapat meningkatkan produksi telur apabila
pakan dicurigai terkontaminasi aflatoxicosis.
Upaya pencegahan kontaminasi aflatoksin dapat dilakukan dengan menyimpan bahan pakan
atau ransum pada tempat yang tepat. Selain itu, memberi pakan yang fresh (baru diproduksi)
lebih dianjurkan dibandingkan pakan yang sudah disimpan lama.

Daftar Pustaka

[DNR] Departement of Natural Resources. 2012. Mycoplasmosis. Michigan’s Official Website.

Poultry Desease. 2012. Rani Khait (New Castle Disease) Outbreak in Punjab. Urdu News.

Poultry Information and Advice. 2012. The Poultry Guide. Ruleworks, UK.

The Poultry Site. 2012. Avian Influenza in Poultry. 5m Publishing.

The Poultry Site. 2012. Coccidiosis. 5m Publishing.

Anda mungkin juga menyukai