Anda di halaman 1dari 74

ANALISIS KUALITAS KANDUNGAN BAKTERI Escherichia Coli PADA

DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN BARUGA KOTA


KENDARI SEBAGAI BAHAN AJAR MATERI PENCEMARAN
LINGKUNGAN KELAS X SMA NEGERI 09 BOMBANA

PROPOSAL

NAMA : SITTI KAMARIA


NIM : G2J121019

JURUSAN IPA KOSENTERSI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Manfaat Air bagi Kehidupan.......................................................... 7
1. Pengertian Air Minum........................................................ 8
2. Syarat Air Minum............................................................... 8
2.2 Depot Air Minum........................................................................... 10
1. Pengertian Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)............ 10
2. Syarat Pendirian Usaha Depot Air Minum......................... 11
3. Bahan Baku, Mesin/Peralatan dan Mutu Air Minum......... 12
4. Proses Produksi Air Minum di Depot Air Minum.............. 13
5. Pengolahan Air Minum Isi Ulang....................................... 16
2.3 Higiene Sanitasi Depot Air Minum................................................ 17
2.4 Bakteri Esherichia coli................................................................... 20
2.5 Metode Most Probable Number (MPN) ........................................ 23
2.6 Bahan Ajar...................................................................................... 24
2.7 Modul.............................................................................................. 28
2.8 Penelitian yang Relevan................................................................. 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian............................................................................... 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 34
3.3 Data dan Sumber Data.................................................................... 34
3.4 Instrumen Penelitian....................................................................... 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 40
3.6 Teknik Analisis Data...................................................................... 481.
Hygiene Sanitasi DAMIU di Kecamatan Baruga........................... 53

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 112


LAMPIRAN.................................................................................................... 116

iii
DAFTAR TABEL

No Judul Hal
2.1 Parameter Wajib Persyaratan Kualitas Air Minum................................... 9
3.1 Alat yang Digunakan dalam Penelitian Beserta Fungsinya....................... 36
3.2 Bahan yang Digunakan dalam Penelitian Beserta Fungsinya................... 37
3.3 Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi...................................................... 38
3.4 Kisi-kisi Instrumen untuk Siswa................................................................ 39
3.5 Kategori Penilaian Kognitif....................................................................... 48
3.6 Tabel Skala Persentase Menurut Suharsimi Arikunto............................... 50

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Air merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan mahkluk hidup baik itu

hewan, tumbuhan maupun manusia. Untuk memenuhi kebutuhan, sumber air

yang digunakan meliputi air tanah, sungai, air pegunungan dan air laut. Manusia

menggunakan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, minum,

memasak, dan lain sebagainya. Fungsi air untuk mahkluk hidup juga dijelaskan

dalam Al-Qur’an surah Al-Furqaan ayat 49 yang berbunyi :

        


 

Artinya : “Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang

mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk

Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak”. (Q.S. Al-Furqaan:

49).

Air yang layak untuk diminum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan

sehingga dapat diminum secara langsung atau melalui pemasakan terlebih dulu.

Air bersih secara umum yaitu air yang tidak berwarna, berbau dan tidak memiliki

rasa. Pemenuhan kebutuhan air minum yang bersih oleh masyarakat di kota besar

semakin meningkat, sehingga produk air minum dalam kemasan banyak

dikonsumsi. Karena harga air minum kemasan semakin mahal banyak masyarakat

beralih pada air minum isi ulang yang diproduksi oleh depot air minum isi ulang

(DAMIU) dengan harga yang terjangkau.

v
2

DAMIU adalah badan usaha yang mengelola air minum untuk keperluan

masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas. Ditinjau dari harganya air

minum isi ulang (AMIU) lebih murah dari AMDK (air minum dalam kemasan).

Air minum isi ulang terbilang terjangkau tapi untuk kesehatan dan kelayakan

menjadi air minum belum bisa dipastikan kualitasnya. Banyak ditemukan ada

beberapa depot air minum isi ulang yang terdeteksi mengandung bakteriologi air

(Bambang dan Retno, 2008). Penelitian yang dilakukan Yuli Pratiwi di depot air

minum isi ulang di Kec. Gondokusuman Yogyakarta, pada tahun 2014

menemukan ternyata 44,4% (4 depot) masih mengandung bakteri koliform (total

bakteri koliform), sedang yang mengandung E. coli (koli tinja) hanya 11,1 %

(Yuli, 2014). Penelitian tersebut membuktikan beberapa air minum isi ulang yang

beredar dimasyarakat telah tercemar.

Escherichia coli terdapat di usus manusia dan hewan yang akan

dikeluarkan melalui tinja. Mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja

dapat menularkan beragam penyakit bila masuk ke tubuh manusia. Bakteri

Escherichia coli termasuk bakteri petogen yang dapat menyebabkan keluhan

diare. Penyakit ini adalah salah satu dari banyak penyakit lain yang dapat

disebabkan oleh buruknya kualitas air minum secara mikrobiologis. Escherichia

coli menjadi salah satu parameter mikrobiologis kualitas air minum.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

907/Menkes/SK/VII/2002, salah satu parameter mikrobiologi air minum yang

wajib dipenuhi adalah batas minimum kandungan bakteri E. coli sebanyak 0 per

100 ml. Persyaratan kualitas air minum yang dimaksud meliputi persyaratan fisik,
3

kimiawi, bakteriologis dan radioaktif. Persyaratan fisik meliputi parameter warna,

suhu, kekeruhan, rasa dan bau. Persyaratan kimia meliputi parameter bahan kimia

organik, anorganik, pestisida, disinfektan dan hasil sampingannya. Sedangkan

persyaratan bakteriologis meliputi Escherichia coli (E.coli) atau bakteri tinja dan

total bakteri Coliform (Menkes, 2002). Menurut Madigan, jika bakteri E. coli

ditemukan di dalam air, dapat menandakan adanya kontaminasi tinja dan air

tersebut tidak aman untuk dikonsumsi (Muzajjanah, 2016).

Hasil penelusuran beberapa sumber faktor lain penyebab air minum isi

ulang terkontaminasi bakteri yaitu peralatan yang digunakan dan para pekerja di

depot air minum isi ulang. Untuk menjaga kualitas air minum aman dikonsumsi

harus memenuhi standar higiene dan sanitasi depot air minum yang meliputi

tenaga kerja yang sehat, berperilaku bersih, peralatan yang aman, serta air baku

yang berasal dari sumber air bersih dan pengawasan yang berjalan terus menerus

untuk menjamin mutu air produksi depot air minum (Dikri, 2012). Hal tersebut

digambarkan dalam penelitian Dikri Abdilanov dan teman-temannya di Medan

pada tahun 2012. Hasil yang didapatkan dari penelitan tersebut yaitu Pelaksanaan

Penyelenggaraan hygiene sanitasi depot air minum isi ulang di Kota Padang

sebanyak 12 depot air minum isi ulang (50%) tidak memenuhi syarat hygiene

sanitasi sedangkan sebagian lainya yaitu 12 depot air minum isi ulang (50%)

memenuhi syarat hygiene sanitasi. Terdapat 8 depot air minum isi ulang (33,3%)

yang tidak memenuhi syarat mikrobiologis untuk air minum. Perizinan depot air

minum isi ulang di Kota Padang hampir keseluruhan tidak memenuhi syarat

perizinan yaitu 20 depot air minum isi ulang (Dikri, 2012).


4

Analisis kualitas bakteriologis merupakan suatu cara yang digunakan

untuk mendeteksi kualitas air minum isi ulang dengan menggunakan bakteri E.

coli sebagai parameter jika air tersebut tercemar. Bakteri E. coli termasuk kedalam

kingdom monera yang merupakan mahkluk hidup yang bersel prokariotik tunggal.

kingdom monera ini termasuk dalam materi pembelajaran siswa SMA dikelas X

semester 1. Daur hidup E. coli yang mencemari air maupun makanan dijelaskan

dalam materi lingkungan pada pembelajaran sekolah menengah atas (SMA).

Untuk menganalisis kualitas bakteriologis air minum menggunakan metode most

probable number (MPN). MPN merupakan metode perkiraan jumlah individu

bakteri (SNI, 2009).

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mengkaji tentang

bagaimana kualitas air minum isi ulang dengan melihat ada tidaknya bakteri E.

coli dan pengelolahan sanitasi depot berpengaruh terhadap kualitas dari air minum

isi ulang. Berdasarkan hasil penulusuran untuk wilayah Baruga penelitian ini

masih jarang dilakukan. Maka dari itu, penelitian ini penting dilakukan untuk

mengetahui kualitas bakteiologis air minum isi ulang di Kecamatan Baruga.

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat

agar lebih selektif dalam memilih air minum isi ulang.

Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah di dalam air minum isi ulang

yang tersebar di masyarakat terbebas dari bakteri E. coli, perlu adanya kajian

mengenai analisis kualitas kandungan E. coli pada air minum isi ulang. Maka

peneliti ingin meneliti hal tersebut disertai dengan gambaran higienitas sanitasi

depot air minum isi ulang. Hal inilah yang mendasari peneliti untuk melakukan
5

penelitian di Kecamatan Baruga dengan judul “Analisis Kualitas Kandungan

Bakteri Escherichia coli pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan

Baruga Kota Kendari Sebagai Bahan Ajar Materi Pencemaran Lingkungan

di Kelas X SMA Negeri 09 Bombana”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

1. Bagaimana hygiene sanitasi depot air minum isi ulang di Kecamatan

Baruga Kota Kendari?

2. Bagaimana kelayakan kualitas air baku dan air jadi secara bakteriologis

(Escherichia coli) pada depot air minum isi ulang di Kecamatan Baruga

Kota Kendari?

3. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran untuk dipakai sebagai bahan

belajar siswa?

4. Bagaimana keefektifan modul pembelajaran untuk dipakai sebagai bahan

belajar siswa?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dari rumusan masalah penelitian di atas,

maka tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui sanitasi depot air minum isi ulang di Kecamatan Baruga Kota

Kendari
6

2. Mengidentifikasi kelayakan kualitas air baku dan air jadi secara

bakteriologis (Escherichia coli) pada depot air minum isi ulang di

Kecamatan Baruga Kota Kendari

3. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran untuk dipakai sebagai bahan

belajar siswa.

4. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran untuk dipakai sebagai bahan

belajar siswa.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian ini yaitu

sebagai pengayaan referensi pada topik kontaminasi bakteri pada air

minum, bahan pertimbangan peningkatan kualitas produk bagi pemilik

depot air minum isi ulang, dan menjadi motivator dalam berhati-hati

memilih air minuman isi ulang. Selain itu, penelitian ini bermanfaat untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manfaat Air bagi Kehidupan

Air adalah salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang

sangat di butuhkan bagi kehidupan mahkluk hidup. Air merupakan suatu

senyawa kimia H2O yang sangat istimewa, yang dalam kandungannya

terdiri dari senyawa Hidrogen (H2), dan senyawa Oksigen (Endar, 2014).

Kedua senyawa yang membentuk air ini merupakan komponen pokok dan

mendasar dalam memenuhi kebutuhan seluruh makhluk hidup di bumi

selain matahari yang merupakan sumber energi. Bahkan di dalam tubuh

kita terdiri dari 55% sampai 78% air (tergantung pada ukuran badan).

Komposisi air dalam organ tubuh kita yaitu; 83% darah terdiri dari air,

75% otot manusia terdiri dari air, 74% otak manusia terdiri dari air, 22%

bagian tulang pun terdiri atas air/cairan (Ketut, 2015).

Manusia memanfaatkan air untuk mandi, mencuci, kakus, produksi

pangan, papan, dan sandang. Pentingnya air dalam memenuhi kebutuhan

manusia membuat kualitas air menjadi masalah penting terutama saat

digunakan sebagai air minum. Berbagai penyakit dapat dibawa oleh air

kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya. Oleh karena itu,

tujuan utama penyediaan air minum dan air bersih bagi masyarakat adalah

mencegah penyakit bawaan air (Dikri, 2012)

7
8

1. Pengertian Air Minum

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 492 /

MENKES /PER/IV/ 2010 tentang persyaratan kualitas air minum, antara

lain disebutkan bahwa Air minum adalah air yang melalui proses

pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum (Menkes, 2010). Pengertian air

minum dapat dilihat juga dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 651/MPP/Kep/10/2004 yaitu

tentang persyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya. Dalam

keputusan tersebut dinyatakan bahwa air minum adalah air baku yang

telah diproses dan aman untuk diminum (Irno, 2016).

Berdasarkan pengertian di atas bahwa, air minum adalah air yang

bisa langsung diminum tanpa menyebabkan gangguan pada orang yang

meminumnya. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat

kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum supaya tidak

menyebabkan penyakit, harus memenuhi syarat kualitas, yaitu meliputi

persyaratan fisik, kimia dan bakteriologis (Notoadmojo, 2007).

2. Syarat Air Minum

Di Indonesia, syarat standar air minum yang berlaku saat ini adalah

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010. Ada empat faktor parameter yang digunakan

untuk menentukan kualitas air minum, yaitu parameter fisika, kimiawi,


9

mikrobiologi, dan radiologi (Menkes, 2010).s Seperti yang tercantum

dalam Tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Parameter wajib persyaratan kualitas air minum


Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan
1 Parameter yang
berhubungan langsung
dengan kesehatan
a. Parameter
Mikrobiologi
1) E. coli Jumlah per 100 ml 0
sampel
2) Total Bakteri Jumlah per 100 ml 0
Koliform sampel
b. Kimia an-organik
1) Arsen mg/1 0,01
2) Fluorida mg/1 1,5
3) Total Kromium mg/1 0,05
4) Kadmium mg/1 0,003
5) Nitrit (sebagai mg/1 3
NO2-)
6) Nitrat (sebagai mg/1 50
NO3-)
7) Sianida mg/1 0,07
8) Selenium mg/1 0,01
2 Parameter yang tidak
langsung berhubungan
dengan kesehatan
a. Parameter fisik
1) Bau Tidak berbau
2) Warna TCU 15
10

3) Total zat padat mg/1 500


terlarut (TDS)
4) Kekeruhan NTU 5
5) Rasa Tidak berasa
0
6) Suhu C Suhu udara± 3
b. Parameter Kimiawi
1) Aluminium mg/1 0,2
2) Besi mg/1 0,3
3) Kesadahan mg/1 500
4) Khlorida mg/1 250
5) Mangan mg/1 0,4
6) pH 6,5-8,5
7) Seng mg/1 3
8) Sulfat mg/1 250
9) Tembaga mg/1 2
10) Amonia mg/1 1,5

2.2 Depot Air Minum

1. Pengertian Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU)

Depot air minum adalah badan usaha yang mengelola air minum

untuk keperluan masyarakat dalam bentuk curah dan tidak dikemas.

Keberadaan depot air minum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air

minum masyarakat. Depot air minum isi ulang muncul sekitar tahun 1999

(Rido, 2012). Menurut SK Menperindag Nomor. 651/MPP/Kep/10/2004

yang dimaksud dengan depot air minum adalah usaha industri yang

melakukan proses pengelolahan air baku menjadi air minum dan menjual
11

langsung kepada konsumen. Depot air minum di sini menyediakan air

minum isi ulang yang siap dijual (Mepra, 2004).

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI nomor 43 tahun 2014

tentang higiene sanitasi depot air minum, yang dimaksud dengan depot air

minum adalah usaha yang melakukan proses pengelolahan air baku

menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual kepada konsumen

(Menkes, 2014). Depot ini merupakan sebuah tempat di mana pengisian

air minum isi ulang dilakukan dengan menggunakan mesin. Mesin

pengisian ini merupakan mesin yang berfungsi merubah air baku menjadi

air minum setelah beberapa proses penyaringan atau filterisasi sehingga air

baku yang diawal tadi siap untuk diminum (Imam, 2015).

2. Syarat Pendirian Usaha Depot Air Minum

Pengaturan persyaratan usaha depot air minum dapat dilihat pada

bab II persyaratan usaha (pasal 2) keputusan menteri perindustrian dan

perdagangan nomor 651 tahun 2004 tentang persyaratan teknis depot air

minum dan pengawasannya. Pada pasal 2 dijelaskan persyaratan usaha

yang berbunyi sebagai berikut :

a. Depot air minum wajib memiliki Tanda Daftar lndustri (TDI) dan Tanda

Daftar Usaha Perdagangan (TDUP) dengan nilai investasi perusahaan

seluruhnya sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.


12

b. Depot air minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasek Air Baku dari PDAM

(Perusahaan Daerah Air Mium) atau perusahaan yang memiliki izin

pengambilan air dari instansi yang berwenang.

c. Depot air minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan

dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah

Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi (Mepra, 2004).

3. Bahan Baku, Mesin/Peralatan dan Mutu Air Minum

a. Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil

dari sumber yang terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang

harus dilakukan untuk menjamin mutu air baku meliputi :

1) Sumber air baku harus terlindung dari cemaran kimia dan mikrobiologi yang

bersifat merusak atau mengganggu kesehatan

2) Air baku diperiksa secara berkala terhadap pemeriksaan organoleptik (bau,

rasa, warna), fisika, kimia dan mikrobiologi. Bahan wadah yang dapat

digunakan/disediakan depot air minum harus memenuhi syarat bahan tara

pangan (food grade), tidak bereaksi terhadap bahan pencuci, desinfektan

maupun terhadap produknya (Mepra, 2004).

b. Mesin dan Peralatan Produksi

Mesin dan peralatan produksi yang digunakan dalam depot air

minum terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :


13

1) Bahan mesin dan peralatan; seluruh mesin dan peralatan yang kontak

langsung dengan air harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade),

tahan korosi dan tidak bereaksi dengan bahan kimia.

2) Jenis mesin dan peralatan; mesin dan peralatan dalam proses produksi di

depot air minum sekurang-kurangnya terdiri dari : (a) Bak atau tangki

penampung air baku; (b) Unit pengolahan air (water treatment) terdiri dari :

(1) Prefilter (saringan pasir = sand filter); Fungsi prefilter adalah

menyaring partikel-partikel yang kasar, dengan bahan dari pasir atau

jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

(2) Karbon filter; Fungsi karbon filter adalah sebagai penyerap bau, rasa,

warna, sisa khlor dan bahan organik.

(3) Filter lain; Fungsi filter ini adalah sebagai saringan halus

berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron, dimaksudkan untuk

memenuhi persyaratan tertentu.

(4) Alat desinfektan (ozonisasi atau UV dengan panjang gelombang

254 nm atau 2537 ° A). Fungsi desinfektan adalah untuk membunuh

kuman patogen (Mepra, 2004).

4. Proses Produksi Air Minum di Depot Air Minum

Proses produksi air minum di depot air minum diatur dalam Keputusan

Menteri perindustrian dan perdagangan RI Nomor 651/MPP/Kep/10/2004,

tentang pesyaratan teknis depot air minum dan perdagangannya, yang meliputi

penampungan air baku, penyaringan/filterasi, desinfeksi dan pengisian.

a. Penampungan Air Baku dan Syarat Bak Penampung


14

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan

menggunakan tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki

penampung (reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan

(food grade), harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki

pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas:

1) Khusus digunakan untuk air minum

2) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi pengaman

3) Harus mempunyai manhole

4) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran

5) Selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi

penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan

kontaminasi.

Tangki, selang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan

tara pangan (food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat

mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan

desinfeksi bagian luar dan dalam minimal 3 (tiga) bulan sekali. Air baku

harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk

diperiksa terhadap standar mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan (mepra, 2004).

b. Penyaringan bertahap terdiri dari :

1) Saringan berasal dari pasir atau saringan lain yang efektif dengan fungsi

yang sama. Fungsi saringan pasir adalah menyaring partikel-partikel

yang kasar. Bahan yang dipakai adalah butir-butir silica (SiO 2) minimal
15

80%. Ukuran butir-butir yang dipakai ditentukan dari mutu kejemihan air

yang dinyatakan dalam NTU (Nephelometric Turbidity Unit)

2) Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa

berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan

organik. Daya serap terhadap Iodine (12) minimal 75%.

3) Saringan/Filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus

berukuran maksimal 10 (sepuluh) micron (Mepra, 2004).

c. Desinfeksi

Desinfeksi berfumgsi untuk membunuh kuman patogen. Proses

desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki

atau alat pencampur ozon lainnya dengan konsentrasi ozon minimal 0, 1

ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 - 0, 1

ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan

dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang

254 nm atau kekuatan 2537 A dengan intensitas minimum 10.000 mw

detik per cm2 (Mepra, 2004).

1) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah

Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari

bahan tara pangan (food grade) dan bersih. depot air minum wajib

memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang

dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum.

Wadah yang akan diisi harus di sanitasi dengan menggunakan ozon

(Os) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Pencucian dilakukan
16

dengan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan (food grade)

dan air bersih dengan suhu berkisar 60-85 °C, kemudian dibilas dengan

air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisa-sisa deterjen

yang dipergunakan untuk mencuci. Air bekas pencucian maupun bekas

pembilasan tidak boleh digunakan kembali sebagai bahan baku produksi

(Mepra, 2004).

2) Pengisian dan Penutupan

Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin

serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienis. Penutupan wadah

dapat dilakukan dengan tutup yang dibawah konsumen atau yang

disediakan oleh depot air minum.

5. Pengolahan Air Minum Isi Ulang

Proses pengolahan air minum isi ulang oleh depot air minum dapat

digambarkan oleh Skema dibawah ini :

Air Baku Filtrasi Pasir Filtrasi Karbon Aktif

Air Produk Ozonisasi/RadiasiUV/RO Filtrasi Membran

Kemasan Pengisian Pelabelan Konsumen

Gambar 2.1 Skema Proses Pengolahan Air Minum Isi Ulang

Skema di atas menunjukkan proses pengolahan air pada depot air minum

isi ulang, yang mencakup delapan langkah yang dilakukan, meliputi; air baku

disimpan di dalam tangki air baku, dari tangki, air dialirkan menuju filtrasi pasir.
17

Filtrasi pasir digunakan untuk memisahkan partikel berukuran besar (Ni Lu,

2009). Air dialirkan ke filter karbon aktif untuk kembali difiltrasi. Filter karbon

aktif berfungsi menghilangkan semua bahan kimia organik, herbisida, pestisida,

bau, dan rasa. Air kemudian dialirkan melewati filtrat membran. Filtrasi membran

digunakan untuk memisahkan partikel berukuran kecil (0.08 µm) dan

menghilangkan sedimen karat. Setelah melalui tahap penyaringan, air kemudian

memasuki proses disenfeksi. Disenfeksi dilakukan dengan penyinaran sinar UV,

gas ozon, kombinasi penyinaran sinar UV dan gas ozon, atau dengan reverse

osmosis/osmosis balik. Osmosis balik mampu menghilangkan semua mineral

anorganik, bakteri, dan virus (Tegar, 2009).

2.3 Higiene Sanitasi Depot Air Minum

Higiene merupakan kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit yang

fokus kepada “objek” itu sendiri “manusia”, misalnya mencuci tangan,

memasak air/makanan, proses pengolahan produk dan lain-lain.

Sedangkan Sanitasi merupakan kegiatan menjaga kesehatan dari penyakit

yang menitik beratkan kepada “lingkungan” yang ada di sekitar objek

“manusia”, misalnya menjaga kebersihan ruangan, sirkulasi udara

ruangan, pengelolaan sampah, penanganan vektor penyakit dan lain-lain

(dikri, 2012). Menurut peraturan menteri kesehatan RI nomor 43 tahun

2014 tentang higiene sanitasi depot air minum, yang dimaksud dengan

higiene sanitasi merupakan upaya untuk mengendalikan faktor-faktor

risiko terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan

penjamah terhadap air minum agar aman dikomsumsi (Mepra, 2012).


18

Agar masyarakat terhindar dari kemungkinan terkena risiko

penyakit bawaan air akibat mengkonsumsi air minum isi ulang. Maka

DAMIU harus memenuhi standar baku mutu atau persyaratan kualitas air

minum sebagaimana pada ayat (1) dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Higiene Sanitasi

Depot Air Minum, huruf a. DAM wajib melaksanakan tata laksana

pengawasan kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan. Persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum

paling sedikit meliputi aspek tempat, peralatan, dan penjamah (Menkes,

2014).

a. Tempat

Pemilihan tempat untuk produksi DAMIU harus memenuhi beberapa

kriteria yaitu

1) Berada pada lokasi di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan dan

penularan penyakit;

2) Bangunan kuat aman, mudah dibersihkan, dan mudah pemeliharaannya;

3) Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak

menyerap debu dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup landai

untuk memudahkan pembersihan dan tidak terjadi genangan air;

4) Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak, tidak

menyerap debu dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang dan cerah;

5) Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan, tidak

menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta mempunyai


19

ketinggian yang memungkinkan adanya pertukaran udara yang cukup atau

lebih tinggi dari ukuran tandon air;

6) Memiliki pintu dari bahan yang kuat dan tahan lama, berwarna terang,

mudah dibersihkan, dan berfungsi dengan baik;

7) Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan dan tersebar

secara merata;

8) Ventilasi harus dapat memberikan ruang pertukaran/peredaran udara

dengan baik;

9) Kelembapan udara dapat mendukung kenyamanan dalam melakukan

pekerjaan/aktivitas;

10) Memiliki akses fasilitas sanitasi dasar, seperti jamban, saluran pembuangan

air limbah yang alirannya lancar dan tertutup, tempat sampah yang tertutup

serta tempat cuci tangan yang dilengkapi air mengalir dan sabun;

11) Bebas dari vektor dan binatang pembawa penyakit seperti lalat, tikus dan

kecoa (Menkes, 2014).

b. Peralatan

Aspek peralatan dalam sanitasi depot air minum paling sedikit

harus memenuhi :

1) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain pipa pengisian air

baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter, mikrofilter,

wadah/galon air baku atau air minum, kran pengisian air minum, kran

pencucian/pembilasan wadah/galon, kran penghubung, dan peralatan

desinfeksi harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade) atau tidak
20

menimbulkan racun, tidak menyerap bau dan rasa, tahan karat, tahan

pencucian dan tahan disinfeksi ulang;

2) Mikrofilter dan desinfektor tidak kadaluarsa;

3) Tandon air baku harus tertutup dan terlindung;

4) Wadah/galon untuk air baku atau air minum sebelum dilakukan pengisian

harus dibersihkan dengan cara dibilas terlebih dahulu dengan air produksi

paling sedikit selama 10 (sepuluh) detik dan setelah pengisian diberi tutup

yang bersih;

5) Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada

konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1 X 24 jam

(Menkes, 2014).

c. Penjamah

Aspek penjamah dalam sanitasi depot air minum paling sedikit

harus memenuhi :

1) Sehat dan bebas dari penyakit menular serta tidak menjadi pembawa kuman

patogen (carrier);

2) Berperilaku higiene dan saniter setiap melayani konsumen, antara lain

selalu mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir setiap melayani

konsumen, menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi, dan tidak

merokok setiap melayani konsumen (Menkes, 2014).

2.4 Bakteri Escherichia coli

Bakteri E. coli ditemukan pada tahun 1885 oleh Theodor

Escherich dan diberi nama sesuai dengan nama penemunya. E. coli


21

merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2 micrometer

dan diamater 0.5 micrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7 m3.

Bakteri ini dapat hidup pada rentang suhu 20-40 0C dengan suhu

optimumnya pada 37 0C dan tergolong bakteri gram negatif (Lies, 2016).

E. coli memiliki sifat antara lain: termasuk bakteri gram negatif, bersifat

motil, memfermentasi semua jenis gula, positif menghasilkan indol, positif

uji methyl red, negatif uji voges-proskauer, dan negatif uji sitrat. E. coli

dapat tumbuh pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar) dengan

memfermentasi glukosa dan sukrosa/laktosa. E. coli juga positif

menghasilkan katalase (Odonkor, 2013).

E. coli tidak dapat dibunuh dengan pendinginan maupun

pembekuan, bakteri ini hanya bisa dibunuh oleh anti biotik, sinar

Ultraviolet (UV), atau suhu tinggi >1000 0C. Suhu tinggi akan merusak

protein dalam sel dan membuatnya tidak dapat hidup kembali (Rizki,

2012). Escherichia coli terdapat di usus manusia atau hewan yang akan

dikeluarkan melalui tinja. Mikroorganisme patogen yang terkandung

dalam tinja dapat menularkan beragam penyakit bila masuk ke tubuh

manusia, dalam satu gram tinja dapat mengandung satu miliar partikel

virus infektif yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada

suhu dibawah 10 oC. Terdapat empat mikroorganisme patogen yang

terkandung dalam tinja yaitu: virus, protozoa, cacing dan bakteri yang

umumnya banyak ditemukan adalah bakteri jenis Escherichia coli

(Wahyu, 2018).
22

Bakteri E. coli yang berada di dalam usus besar manusia berfungsi untuk

menekan pertumbuhan bakteri jahat, dan berperan sebagai mikrobiota usus yang

membantu proses pencernaan termasuk pembusukan sisa-sisa makanan dalam

usus besar. Selain itu, bakteri ini juga membantu produksi vitamin K. Vitamin K

berfungsi untuk pembekuan darah saat terjadi pendarahan seperti pada

luka/mimisan. Parameter mikrobiologi air minum yang wajib dipenuhi adalah

batas minimum kandungan bakteri koliform dan E. coli sebanyak 0 per 100 ml

(Muzajjanah, 2016). Apabila bakteri E.coli ditemukan di dalam air, dapat

menandakan adanya kontaminasi tinja dan air tersebut tidak aman untuk

dikonsumsi, bakteri E. coli juga berkaitan erat dengan infeksi beberapa penyakit

pada manusia dan hewan (Madigan, 2012).

Bakteri E. coli dalam jumlah yang berlebihan dapat mengakibatkan diare,

jika bakteri ini menjalar kesistem/organ tubuh yang lain, maka akan dapat

menyebabkan infeksi. Jika bakteri E. coli sampai masuk ke saluran kencing maka

dapat mengakibatkan infeksi pada saluran kemih/kencing. Memasak makanan

hingga matang dan menjaga kebersihan merupakan upaya pencegahan dari

dampak buruk dari E.coli (Lies, 2016). Pola interaksi antara manusia dan hewan

yang berhubungan dengan kontaminasi bakteri E. coli pada air minum dijelaskan

dalam Gambar 2.2.

Manusia dan hewan

feses
23

Jemari/bagian tubuh Peralatan (pengolahan


lainnya air)
Vektor lingkungan

Air Minum
Gambar 2.2 Interaksi manusia dan hewan yang berhubungan dengan
kontaminasi bakteri pada air minum
2.5 Metode Most Probable Number (MPN)

Most probable number (MPN) adalah suatu metode perhitungan

mikroorganisme berdasarkan data kualitatif hasil pertumbuhan

mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung untuk

memperoleh kisaran data kuantitatif jumlah mikroorganisme tersebut

(MPN/ml (g)). MPN merupakan suatu metode uji pengenceran bertingkat

(serial dilution) untuk mengukur konsentrasi mikroorganisme target

dengan perkiraan (Indra, 2014). SNI (Standar Nasional Indonesia) 01-

2332.1 mendeskripsikan MPN sebagai metode untuk menghitung jumlah

mikroba dengan menggunakan medium cair pada tabung reaksi yang pada

umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan

perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statistik

(BSN, 2006).

Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai

tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang

sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkaan frekuensi


24

pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin

besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang

dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif yang muncul. Semakin

kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang

dilakukan) maka semakin “jarang” tabung positif yang muncul. Semua

tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel

yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media. Oleh

karena itu, homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini (BSN, 2006).

Perhitungan MPN didasarkan pada tabung reaksi yang positif, yaitu tabung

yang ditumbuhi mikroba. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat

dari timbulnya kekeruhan atau timbulnya gas pada tabung durham yang

diletakkan pada posisi terbalik (Yunan, 2017).

MPN umumnya dilakukan tidak hanya sampai menghasilkan

tabung-tabung positif saja, melainkan dilanjutkan dengan berbagai macam

uji untuk mengkonfirmasi tabung positif. Prosedur konfirmasi tersebut

bertujuan untuk meyakinkan bahwa data positif tersebut memang

ditimbulkan oleh mikroorganisme target. Meskipun media awal yang

dipakai di dalam tabung sudah berfungsi sebagai media selektif. Terdapat

tiga tahap dalam prosedur lengkap metode MPN yaitu uji penduga

(presumptive test), uji penegasan (confirmed test) dan uji pelengkap

(completed test). Uji penduga dilakukan untuk memperoleh kombinasi

tabung positif awal, kemudian uji penegasan digunakan untuk

memastikannya. Nilai akhir yang diambil adalah dari hasil uji penegasan
25

dan pelengkap sehingga dimungkinkan mengubah kombinasi tabung yang

diperoleh pada uji penduga. Umumnya hanya uji E.coli saja yang sampai

tahap uji pelengkap. Uji E.coli yang sesuai standar harus dilakukan sampai

tahap akhir yang memerlukan waktu berhari-hari. Jika analisa tidak

dilakukan sampai akhir maka belum dapat dinyatakan pasti bahwa tabung

positif tersebut mengandung E. coli (Indra, 2012).

2.6 Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak

tertulis. Bahan ajar juga dapat diartikan sebagai informasi, alat maupun

teks yang diperlukan atau digunakan oleh guru untuk merencanakan dan

menelaah implementasi pembelajaran (Ali, 2012). Menurut National

Centre for Competency Based Training, bahan ajar adalah segala bentuk

bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam

melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa

berupa bahan tertulis maupun tak tertulis (andi, 2012).

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials)

secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang

telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri

dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan


26

sikap atau nilai (Ryan, 2012). Bahan ajar memiliki manfaat penting bagi

guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dengan adanya bahan ajar,

efektifitas pembelajaran dapat ditingkatkan serta siswa akan lebih

mudah menyesuaikan diri dalam menerima materi saat belajar. Oleh

karena itu, bahan ajar dianggap sebagai bahan yang dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Unsur-Unsur Bahan Ajar

Bahan ajar merupakan sebuah susunan atas bahan-bahan

yang berhasil dikumpulkan dan berasal dari berbagai sumber belajar yang

dibuat secara sistematis. Maka dari itu, bahan ajar mengandung beberapa

unsur tertentu. Terdapat enam komponen yang berkaitan dengan unsur-

unsur tersebut.

a. Petunjuk belajar, komponen ini meliputi petunjuk bagi pendidik maupun

peserta didik. Didalamnya dijelaskan tentang bagaimana pendidik sebaiknya

mengajarkan materi kepada peserta didik dan bagaimana pula peserta didik

sebaiknya mempelajari materi yang ada dalam bahan ajar tersebut (Andi,

2012).

b. Kompetensi yang akan dicapai, dalam bahan ajar seharusnya dicantumkan

standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator pencapaian hasil

belajar yang harus dikuasai oleh peserta didik.

c. Informasi pendukung, merupakan berbagai informasi tambahan yang dapat

melengkapi suatu bahan ajar. Diharapkan peserta didik akan semakin mudah
27

menguasai pengetahuan yang akan mereka peroleh. Salin itu, pengetahuan

yang diperoleh peserta didik akan semakin komprehensif.

d. Latihan-latihan, merupakan suatu bentuk tugas yang diberikan kepada peserta

didik untuk melatih kemampuan mereka setelah mempelajari bahan ajar.

Dengan demikian, kemampuan yang mereka pelajari akan semakin terasah

dan terkuasai secara matang (Andi, 2012).

e. Petunjuk kerja atau lembar kerja, merupakan lembaran yang berisi sejumlah

langkah prosedural cara pelaksanaan kegiatan tertentu yang dilakukan oleh

peserta didik yang berkaitan dengan praktik ataupun yang lainnya.

f. Evaluasi, merupakan salah satu bagian dari proses penilaian. Sebab, dalam

komponen evaluasi terdapat sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada

peserta didik untuk mengukur seberapa jauh penguasaan kompetensi yang

berhasil mereka kuasai setelah mengikuti proses pembelajaran (Andi, 2012).

3. Jenis-Jenis Bahan Ajar

Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat

macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar,

dan bahan ajar interaktif.

a. Bahan cetak, merupakan sejumlah bahan yang telah disiapkan dalam bentuk

kertas untuk keperluan pembelajaran atau untuk menyampaikan sebuah

informasi. Misalnya buku, modul, handout, lembar kerja siswa, brosur, foto

atau gambar, dan lain-lain.


28

b. Bahan ajar dengar atau program audio, merupakan sistem pembelajaran yang

menggunakan sinyal radio secara langsung, yang mana dapat dimainkan atau

didengarkan oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya kaset, radio,

Compact disk audio .

c. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), merupakan kombinasi sinyal

audio dengan gambar bergerak secara sekuensial. Misalnya film, video

compact disk.

d. Bahan ajar interaktif, yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks,

grafik, gambar, animasi, dan video) yang kemudian dimanipulasi oleh

penggunanya atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah atau

perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya compact disk interactive

(Udin, 2012).

2.7. Modul

1. Pengertian Modul

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis

dan menarik mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat

digunakan secara mandiri. Modul dapat digunakan secara mandiri, sesuai

dengan kecepatan belajar masing-masing individu secara efektif dan

efisien (Ryan, 2012). Berikut Pengertian modul menurut beberapa ahli

yaitu
29

a. Nasution :Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap dan
berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun
untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan
secara khusus dan jelas (Nasution, 2013).
b. Pengertian modul menurut Asyhar adalah: Modul merupakan media
pembelajaran yang dapat berfungsi sama dengan pengajar/pelatih pada
pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu, penulisan modul perlu didasarkan
pada prinsip-prinsip belajar dan bagaimana pengajar/pelatih mengajar dan
peserta didik menerima pelajaran (Arsyad, 2012).

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat

disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah media pembelajaran yang

disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode,

dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai

indikator yang telah ditetapkan. Modul yang dikembangkan harus mampu

meningkatkan motivasi peserta didik dan efektif dalam mencapai tujuan

atau indikator yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

Menurut Asyhar sebuah modul memiliki karakteristik-karakteristik

tertentu yaitu :

a. Self instructional, siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak


tergantung pada pihak lain.
b. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi
yang dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh.
c. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak harus digunakan bersama-
sama dengan media lain.
d. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi.
e. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat atau
akrab dengan pemakainya.
f. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak (Arsyad,

2012)..

2. Prosedur Pengembangan Modul


30

Mengembangkan modul memerlukan persiapan yang matang untuk

mendapatkan modul yang efektif dalam mengkomunikasikan pesan yang

disampaikan. Menurut Chomsin widodo dan Jasmadi langkah-langkah

yang harus diperhatikan dalam penyusunan modul sebagai berikut.

a. Penentuan Standar Kompetensi; Standar kompetensi harus ditetapkan terlebih

dahulu untuk mendapatkan sebuah pijakan dari sebuah proses belajar-

mengajar, dimana kompetensi adalah kemampuan yang harus dicapai oleh

peserta didik. Standar kompetensi harus dinyatakan dalam rencana kegiatan

belajar-mengajar (Asep, 2016).

b. Analisis Kebutuhan Modul; Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan

menganalisis kompetensi untuk menentukan jumlah dan judul modul yang

dibutuh untuk mencapai suatu kompetensi. Penyusunan modul merupakan

proses pembuatan modul yang meliputi pengumpulan referensi, membuat

serta mengembangkan garis-garis besar materi hingga pemeriksaan draft yang

telah dihasilkan.

c. Penyusunan Draft; Penyusunan draft pada dasarnya adalah sebuah kegiatan

untuk menyusun dan mengorganisasikan materi pembelajaran untuk mencapai

sebuah kompetensi tertentu atau bagian dari kompetensi menjadi sebuah

kesatuan yang tertera secara sistematis. Dengan adanya draft modul ini akan

dapat dilakukan sebuah evaluasi terhadap modul yang nantinya akan

diproduksi.

d. Uji Coba; Uji coba merupakan kegiatan penerapan atau penggunaan modul

kepada peserta didik secara terbatas. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
31

melakukan penilaian modul, yaitu untuk mengetahui kemampuan dan

kemudahan peserta didik dalam menggunakan dan memahami modul,

mengetahui efesiensi waktu pembelajaran peserta didik menggunakan modul

untuk mengetahui efektifitas modul dalam mendukung peserta didik agar

menguasai materi pembelajaran.

e. Validasi; Validasi merupakan proses permintaan pengesahan kesesuaian

modul yang telah dibuat terhadap kebutuhan peserta didik. Proses validasi

melibatkan pihak praktisi yang ahli dalam bidang yang terkait dengan

modul.

f. Revisi; Perbaikan dilakukan setelah mendapatkan masukan dari proses uji

coba dan validasi. Perbaikan dilakukan dengan maksud untuk

menyempurnakan modul yang telah dibuat, sehingga modul benar- benar telah

siap untuk dipakai peserta didik (Asep, 2016).

2.8. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian terdahulu, penelitian yang

berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Danti Haryumi dan I Made Djaja pada tahun 2009-2013 dengan judul

“Analisis Kualitas Bakteriologi Air Minum Isi Ulang Di Wilayah Kecamatan

Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2009-2014”, menjelaskan bahwa a); kualitas

air minum isi ulang di wilayah Kecematan Cengkareng memenuhi syarat

bakteriologi air minum yaitu 157 depot yang diteliti terdapat 88 depot yang

tidak mengandung bakteri Coliform atau memenuhi syarat kesehatan. Hal ini

sesuai dengan permenkes Nomor. 492/Menkes/per/IV/2010 tentang


32

persyaratan kualitas air minum. faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas

bakteriologi air minum isi ulang adalah izin operasi, sumber air baku, mesin

dan peralatan, alat sterilisasi, kondisi alat sterilisasi, ruang pengisian galon,

pakaian kerja, kursus penjamah makanan. Sanitasi depot, tempat sampah,

tabung filter dan mikro filter, periksa sampel air dan pengawasan berkala.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas yaitu jenis

penelitiannnya yang menggunakan metode desai studi cros sectional, dan

tempat penelitian yang berbeda. Persamaan dari penelitian ini yaitu meneliti

kualitas air minum isi ulang.

2. Dikri Abdilanov, Wirsal Hasan dan Irnawati Marsaulina pada tahun 2012

dengan judul “Pelaksanaan Penyelenggaraan Higiene Sanitasi Dan

Pemeriksaan Kualitas Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota

Padang Tahun 2012” menjelaskan bahwa pelaksanaan penyelenggaraan

higiene sanitasi depot air minum isi ulang di Kota Padang sebanyak 12 depot

air minum isi ulang (50%) tidak memenuhi syarat higiene sanitasi sedangkan

sebagian lainya yaitu 12 depot air minum isi ulang (50%) memenuhi syarat

higiene sanitasi. Terdapat 8 depot air minum isi ulang (33,3%) yang tidak

memenuhi syarat mikrobiologis untuk air minum.

Perbedaan dari penelitian di atas dengan penelitian ini yaitu jenis

penelitian yang digunakan. Penelitian di atas menggunakan jenis penelitian

survei yang bersifat deskriptif, sedangkan penelitian ini menggunakan

penelitian kualitatif deskriptif. Selain itu perbedaan tempat penelitian,


33

penelitian ini bertempat di Kecamatan Baruga. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian lain yaitu meneliti kualitas air minum isi ulang.

3. Fitrian Pahlevi, pada tahun 2012 dengan judul “Pengembangan Modul Untuk

Meningkatkan Prestasi Siswa Pada Mata Diklat Menginterpretasikan Gambar

Teknik Di Smk Muhammadiyah 01 Paguyangan Brebes”. Hasil penelitian

yang dilakukan menjelaskan pengembangan modul pembelajaran layak

digunakan pada siswa.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan jalan untuk memperoleh kembali

pemecahan terhadap segala permasalahan (Joko, 2004). Sesuai dengan tujuan

penelitian ini, maka jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu kualitatif

deskriptif. Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah penelitian yang

dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh objek

penelitian dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

permasalahan (Lexy, 2002). Metode penelitian yang digunakan yaitu Most

Probable Number (MPN). Pemeriksaan MPN dilakukan untuk pemeriksaan

kualitas air minum, air bersih, air badan, air permandian umum, air kolam renang,

dan pemeriksaan angka kuman pada air PDAM (Riri, 2016).

Penelitian selanjutkan dilanjutkan dengan penelitian pengembangan

(Research and Development). Metode penelitian dan pengembangan menurut

Sugiyono adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk

tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dalam

penelitian ini yaitu modul pembelajaran. Adapun langkah-langkah dalam

pengembangan produk ini melalui beberapa tahapan dapat disimpulkan yaitu,

(1) analisis kebutuhan, (2) desain dan pembuatan produk, (3) validasi, dan (4) uji

coba produk (Sugiyono, 2010).

33
34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Baruga Kota Kendari.

Pemeriksaan kualitas kandungan bakteri Escherichia coli pada depot air minum

isi ulang dilakukan dengan pengujian laboratorium di Laboratorium Kesehatan

Kota Kendari. Pengujian kelayakan modul dilaksanakan di SMA N 09 Bombana.

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Mei sampai Juli

2022.

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Kecamatan Baruga (dapat dilihat pada
lampiran III halaman 137)

3.3 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua sumber, yaitu:

1. Data Primer adalah data yang yang diperoleh langsung dari subyek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengumpulan data langsung

pada subyek sebagai sumber informasi yang di cari (Azwar, 2012).


35

Berdasarkan data dari Puskesmas Lepo-Lepo terdapat 33 depot air minum isi

ulang (DAMIU) di Kecamatan Baruga. Subyek penelitian ini diambil secara

acak (random sampling) yang berjumlah 20 DAMIU dari keseluruhan

populasi yang ada. Data mengenai higiene penjamah dan sanitasi depot

diperoleh dari observasi (tempat, alat, penjamah, air baku dan air jadi dari

DAMIU) dan wawancara langsung kepada responden. Sedangkan data

mengenai keberadaan bakteri E. coli diketahui dengan menggunakan

pemeriksaan uji laboratorium.

Obyek kedua dari penelitian ini yaitu pengembangan modul pembelajaran

yang memuat materi obyek pertama terkait bakteri E. coli sebagai salah satu

pencemaran lingkungan. Data dan kevalidan (modul pembelajaran) diperoleh

melalui instrumen observasi dan kuesioner. Sumber datanya adalah pakar

pendidikan yang terdiri dari dosen yang berpengalaman, dosen ahli media

pembelajaran 1 (satu ) orang, dan ahli materi biologi 1 (satu) yang seluruhnya

berjumlah 2 orang. Data tentang kefektifan produk diukur melalui hasil belajar

siswa setelah menggunakan modul pembelajaran dan data tentang respon

siswa terhadap produk yang dikembangkan, sumber datanya adalah siswa dan

guru.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitian (Azwar, 2012). Pada penelitian

ini data sekunder diperoleh dari kepustakaan seperti jurnal-jurnal, silabus,

buku pelajaran biologi, dan kajian pustaka lain yang mendukung.


36

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Instrumen Penelitian Uji Kandungan Bakteri E. coli pada DAMIU

Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1

yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.1 Alat yang Digunakan dalam Penelitian Beserta Fungsinya


No Nama Alat Fungsi
1 Alat tulis menulis Mencatat kondisi depot yang ada
dilapangan
2 Kamera Mendokumentasikan sampel dan segala
sesuatau yang berhubungan dnegan
penelitian
3 Cek list Pertanyaan untuk kondisi lingkungan
depot dan juga untuk penjamaah
4 Botol Menyimpan sampel air baku dan air
minum isi ulang
5 Aluminium Foil Menutup tutup botol sampel
6 Termos es/colling box Menyimpan sampel sebelum dibawa ke
Laboratorium, fungsinya agar bentuk zat
dari sampel tidak berubah
7 Kertas label Melabeli setiap sampel yang diambil
disetiap depot air minum isi ulang
8 Tabung reaksi Wadah pengujian sampel
9 Tabung durham Menangkap gas hasil fermentasi laktosa
agar dapat diamati
10 Pipet ukur Mengambil sampel dalam ukuran kecil
11 Gelas ukur Mengukur sampel yang akan digunakan
12 Jarum ose Mengambil sampel yang akan
diinokulasikan
13 Rak tabung reaksi Tempat menyandarkan tabung reaksi
14 Erlenmenyer Mengukur sampel yang akan digunakan
37

15 Inkubator Tempat pertumbuhan mikroba


16 Autoclav Mensterilkan peralatan dan bahan
penelitian
17 Laminar air flow Tempat inokulasi
18 Bunsen Mensterilkan jarum ose
19 Masker Menghindari wajah terpapar dan
menghirup zat-zat yang beracun
20 Handscoon Melindungi tangan pada saat bekerja di L
aboratorium

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
berikut:

Tabel 3.2 Bahan yang Digunakan dalam Penelitian Beserta Fungsinya


No Nama Bahan Fungsi
1 Air Baku Sebagai bahan penelitian
2 Air minum isi ulang Sebagai bahan penelitian
3 Media lactose bort (LB) Mendeteksi kehadiran bakteri
4 Media brilliant green Media tumbuh yang mendukung
lactose bile borth (BGLB) pertumbuhan organisme gram negatif
5 Media eosin methelin blue Mengisolasi E. coli (gram negatif) dan
(EMB) mengidentifikasi gram pnegatif
6 Alkohol Mensterilkan alat
7 Kapas Menutup tabung reaksi
8 Aquades Sebagai bahan penelitian

2. Instrumen Penelitian pada Modul Pembelajaran


38

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lembar evaluasi berupa angket atau kuesioner dan tes. Berikut

adalah kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk menilai modul pelajaran

yang dikembangkan.

a. Instrumen Uji Kelayakan untuk Ahli Materi

Instrumen untuk ahli materi berupa angket tanggapan/penilaian

ahli materi terhadap materi yang terdapat di dalam modul pembelajaran.

Instrumen yang digunakan ahli materi berdasarkan karateristik modul

yang meliputi: Self Intruction, Self Contained, Stand Alone, Adaptif dan

User Friendly. Hasil dari uji materi tersebut dijadikan sebagai dasar

untuk melakukan revisi dan penyempurnaan materi modul (Ryan, 2012).

Kisi-kisi instrumen untuk ahli materi disajikan pada Tabel 3.3 di bawah

ini.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen untuk Ahli Materi


No. Aspek Indikator
Isi materi
Judul
1. Karateristik modul Rangkuman
Soal latihan
Instrumen penilaian
Referensi
Petunjuk penggunaan
Bahasa dan istilah

b. Instrumen Uji Kelayakan untuk Siswa

Instrumen untuk siswa berupa angket tanggapan/penilaian siswa

terhadap modul pembelajaran yang sedang dikembangkan. Instrumen untuk


39

siswa meliputi aspek tampilan modul dan kemanfaatan modul (Ryan,

2012). Kisi-kisi instrumen untuk siswa disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen untuk Siswa


No. Aspek Indikator
1. Tampilan Bahasa
Media Huruf
Gambar
2. Kemanfaatan Mempermudah belajar dan memahami
materi
Meningkatkan motivasi dan perhatian
dalam KBM

c. Uji Instrumen untuk Modul pembelajaran

Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak diukur. Pengujian validitas dilakukan bertujuan

untuk menghasilkan instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur apa

yang hendak diukur. Menurut Sugiyono, instrumen yang valid harus

mempunyai validitas internal dan eksternal. Uji instrumen yang dilakukan

dalam penelitian ini menggunakan validitas internal saja. Menurut Sugiyono,

validitas internal berupa test harus memenuhi validitas konstruk dan validitas

isi (Sugiyono, 2010). Untuk menguji validitas konstruk digunakan pendapat

para ahli dan untuk menguji validitas isi dapat dilakukan dengan

membandingkan isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan. Dalam

penelitian ini validitas konstruk dilakukan dengan konsultasi dan pendapat

ahli. Lebih khusus pada instrumen untuk mengukur efiktifitas modul validitas

konstruk dilakukan dengan konsultasi dan pendapat dari ahli materi.

Sementara itu, validitas isi dilakukan dengan cara membandingkan isi


40

instrumen dengan materi dan tujuan pelajaran yang diajarkan yaitu yang

terangkum pada silabus mata pelajaran.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Ada berbagai macam cara yang digunakan seorang peneliti untuk

mengumpulkan data yang diperlukan sehingga penelitian berjalan dengan lancar,

adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Teknik Pengumpulan Data Kandungan Bakteri E. coli pada DAMIU

a. Observasi merupakan teknik pengum/pulan data yang mengharuskan

peneliti turut serta ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan

ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu maupun peristiwa

(Nasution, 2003). Observasi (pengamatan) pada penelitian ini dilakukan

dengan pengamatan secara langsung pada obyek yang diteliti dalam hal

ini depot air minum isi ulang di Kecamatan Baruga kota Kendari,

menggunakan angket Inspeksi Sanitasi Depot Air Minum (DAM) yang

dikeluarkan oleh menteri kesehatan RI Nomor 43 tahun 2014 tentang

higiene sanitasi depot air minum. Terdapat 4 hal pokok dalam angket

Inspeksi Sanitasi Depot Air Minum (DAM) yaitu memuat tempat, alat,

penjamah, air baku dan air jadi (dapat dilihat pada lampiran I).

b. Interview (wawancara), yaitu mengadakan wawancara mendalam dan

terarah kepada pemilik, karyawan depot air minum isi ulang. Isi

wawancara memuat tempat pengambilan air baku, proses

penjualan/distributor air jadi isi ulang, kendaraan pemasok air baku,

karyawan depot, dan pengolahan air jadi isi ulang.


41

c. Dokumentasi yaitu hasil pengamatan yang disajikan sebagai data

pelengkap dalam skripsi. Tekhnik dokumentasi dilakukan dengan cara

mengadakan pencatatan terhadap dokumen-dokumen atau arsip-arsip

penting yang dibutuhkan dalam penelitian (nasution, 2003).

d. Pengumpulan sampel di lapangan; tekhnik yang digunakan dalam

pengumpulan sampel yaitu sebagai berikut :

1) Pengambilan sampel air baku, pertama peneliti menyemprotkan

alkohol 70 % pada tangan agar steril setelah itu memakai handscoon,

kemudian menyiapkan botol pemberat steril yang tutupannya

terbungkus kertas aluminium, membuka kertas dibagian mulut botol

dan menurunkan mulut botol perlahan ke dalam air.

2) Pengambilan sampel air jadi minum isi ulang yaitu dengan cara

membuka penutup mulut botol dan mendekatkan mulut botol dengan

kran saluran air minum isi ulang, kemudian menyalakan tombol

pengisian.

3) Setiap botol baik botol untuk air baku dan air jadi minum isi ulang

diisi air hingga volumenya ± ¾ volume botol, kemudian membakar

mulut botol agar tetap steril, kemudian botol ditutup kembali.

4) Setiap sampel diberi label, yang memuat informasi tentang nama

depot, tanggal dan waktu pengambilan sampel.

5) Sampel dimasukkan dalam termos es/colling box dalam suhu 20 0C

selama satu jam untuk dibawa ke Laboratorium


42

6) Pemeriksaan Laboratorium, setelah semua sampel didapatkan

kemudian akan dibawa ke Laboratorium Kesehatan Kota Kendari

untuk dilakukan pengujian mengenai jumlah kandungan E. coli tiap

sampel air. Adapun langkah pengujiannya yaitu sebagai berikut :

e. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian

1) Sterilisasi alat dan bahan

Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dan dikeringkan. Tabung

reaksi, gelas ukur, dan erlenmeyer ditutup mulutnya dengan kapas. Cawan

petri dibungkus dengan kertas, kemudian semuanya dimasukkan dalam

plastik tahan panas dan sterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama

30 menit. Jarum ose disterilkan dengan cara memijarkan pada api bunsen.

Seluruh media pembenihan disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121°C

selama 15 menit.

2) Pembuatan media

a) Pembuatan Media Lactose Borth (LB)

Sebanyak 1,3 gram Lactose Borth (LB) dilarutkan dalam 100 ml

aquades, kemudian diaduk sampai larut dan dipanaskan hingga

mendidih. Lalu disterilkan selama 15 menit di autoklaf dengan tekanan

udara 1 atm dan suhu 121°C.

b) Pembuatan Media Brilliant Green Lactase Bilebroth (BGLB)

Sebanyak 4 gram Brilliant Green Laktosa Bileborth (BGLB)

dilarutkan dalam 100 ml aquades, kemudian diaduk sampai larut dan


43

dipanaskan hingga mendidih. Lalu disterilkan selama 15 menit di

autoklaf dengan tekanan udara 1 atm dan suhu 121°C.

c) Pembuatan Media Eosin Methelin Blue (EMB)

Sebanyak 3,75 gram Eosin Methelin Blue (EMB) dilarutkan dalam 100

ml aquades, kemudian diaduk sampai larut dan dipanaskan hingga

mendidih. Lalu disterilkan selama 15 menit di autoklaf dengan tekanan

udara 1 atm dan suhu 121°C.

3) Penentuan kualitas bakteriologis dilakukan dengan tiga tahap

pengujian yaitu uji pendugaan, uji penegasan, dan uji penguat.

a) Uji Pendugaan

 Lima tabung reaksi yang telah berisi tabung durham disiapkan

dan masing-masing berisi ± 10 mL LB steril dengan

konsentrasi single strength. Tabung diberi nomor 6-7.

 Dua tabung reaksi yang telah berisi tabung durham disiapkan

dan masing-masing berisi ±10 mL LB steril dengan konsentrasi

Single strength. Tabung diberi nomor 6-7.

 Ke dalam tabung 1 s/d 5 diinokulasikan 10 mL sampel air

bersih.

 Ke dalam tabung 6 diinokulasikan 10 mL sampel air bersih dan

tabung 7 diinokulasikan 3 tetes (0,1 mL) sampel air bersih.

 Tabung dikocok agar sampel merata dalam tabung.

 Sampel diinkubasi selama 1 s/d 2 hari pada suhu 370 C.


44

 Hasil dinyatakan positif jika terdapat gelembung udara

didalamnya. Jika hasil positif maka dilanjutkan dengan

confirmative test (Uji penegasan).

b) Uji Penegasan

 Dua seri tabung reaksi yang telah berisi tabung durham disiapkan

dan masing-masing berisi ± 10 mL BGLB steril. Satu seri tabung

konfirmatif terdiri dari 7 tabung BGLB.

 Satu tabung reaksi disiapkan sebagai pembanding

 Dari masing-masing tabung presumtif dipindahkan masing-masing

1-2 ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10 mL larutan

BGLB 2% steril. Masing-masing tabung presumtif diinokulasi ke

dalam dua seri tabung konfirmatif.

 Tabung dikocok agar sampel merata dalam tabung.

 Satu seri tabung konfirmatif diinkubasi selama 1-2 hari pada suhu

370 C dan satu seri yang lainnya diinkubasi pada suhu 440 C.

 Hasil dinyatakan positif jika terdapat gelembung udara pada

tabung durham.

 Tabung yang diinkubasi pada suhu 370 C untuk melihat adanya

coliform dan tabung yang diinkubasi pada suhu 44 0 C untuk

melihat adanya E. coli dalam sampel.

c) Uji Penguat

Sampel yang positif pada uji penegasan diinokulasi sebanyak satu ose

ke permukaan media Eosin Methylene Blue (EMB) secara zig-zag lalu


45

diinkubasi pada suhu 37˚C selama 1×24 jam. Pertumbuhan koloni

diamati pada media Eosin Methylene Blue (EMB). Koloni yang

menampakkan adanya kilau metalik adalah koloni bakteri Escherichia

coli. Nilai MPN ditentukan berdasarkan jumlah tabung yang positif

dari perlakuan, dan dihitung = MPN Tabel x 1/ pengenceran tengah.

f. Perhitungan bakteri Escherichia coli

Hasil analisa metode MPN didapatkan dari mencocokkan dengan

Tabel MPN, yaitu tabel yang memberikan the most Probable Number atau

jumlah perkiraan terdekat, yang tergantung dari kombinasi tabung positif

(yang mengandung bakteri E. coli) dan negatif (yang tidak mengandung

bakteri E coli) dari kedua tahap tes. Angka MPN tersebut mempunyai arti

statistik dengan derajat kepercayaan 95 %.

1) Apabila hasil tabung yang positif terdapat pada kombinasi tabung

yang positif pada tabel MPN, maka jumlah bakteri E. coli dihitung

menggunakan Tabel MPN.

2) Apabila hasil tabung yang positif tidak terdapat pada kombinasi tabung

yang positif pada tabel MPN maka jumlah bakteri E. coli dihitung

dengan rumus :

A x 100
Jumlah bakteri (JPT/100 ml) =
√B xC
Keterangan :
A = Jumlah tabung yang positif
B = Volume (ml) sampel dalam tabung yang negatif
C = Volume (ml) sampel dalam semua tabung (Maulita, 2011).

2. Teknik Pengumpulan Data untuk Modul Pembelajaran


46

Data valid yaitu data yang diperoleh merupakan gambaran sebenarnya

dari kondisi yang ada, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan

data dengan media yang digunakan adalah angket dan soal test dengan tujuan

untuk menentukan kelayakan dan keefektifan modul. Angket digunakan saat

proses Preliminary Field Testing (uji coba awal) dan Main Product Revision

(revisi produk) serta Main Field Testing (uji coba lapangan), sedangkan

pengumpulan data dengan soal test hanya digunakan saat proses Main Field

Testing (Ryan, 2012). Teknik pengumpulan data ini menggunakan beberapa jenis

data yaitu diantaranya:

a. Data Hasil Uji Coba Awal

Data hasil uji coba awal terdiri dari penilaian oleh ahli materi. Data

dari ahli materi berupa penilaian kelayakan produk dilihat dari segi

karakteristik modul. Data hasil uji coba awal ini dalam bentuk data kuantitatif

sebagai data pokok dan data kualitatif berupa saran serta masukan dari para

ahli. Data-data tersebut diperoleh dengan menggunakan angket yang berisi

pertanyaan-pertanyaan terkait uji kelayakan modul yang sedang

dikembangkan.

b. Data Hasil Uji Coba Lapangan

Data hasil uji coba lapangan dari siswa dibedakan menjadi dua yaitu

1). Data Hasil Uji Coba Lapangan untuk Kelayakan Modul

Data hasil uji coba untuk kelayakan modul ini dilakukan 2 kali,

yang pertama uji kelompok kecil terhadap 5 orang siswa yang ditemui

secara individu. Data hasil uji kelompok kecil ini digunakan untuk
47

mengetahui respon dan daya tarik pengguna terhadap modul yang

dikembangkan. Kemudian uji coba kelayakan yang kedua adalah

terhadap 37 siswa dalam suatu pembelajaran di kelas. Data hasil uji coba

ini dalam bentuk data kuantitatif sebagai data pokok dan data kualitatif

berupa saran serta masukan dari para siswa. Data- data tersebut diperoleh

dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait uji

kelayakan modul yang sedang dikembangkan (Ryan, 2012).

2). Data Hasil Uji Coba Lapangan untuk Keefektifan Modul

Data hasil uji coba lapangan untuk keefektifan modul dilakukan

dengan memberi soal test kepada siswa untuk mengukur seberapa efektif

modul yang sedang dikembangkan dalam meningkatkan prestasi siswa.

Data hasil uji coba ini dalam bentuk data kuantitatif yaitu nilai hasil

belajar kognitif siswa.

Analisis untuk ranah kognitif menggunakan ketuntasan individual

dan klasikal. Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila siswa

memperoleh nilai ≥70, maka siswa dikatakan telah mencapai ketuntasan

hasil belajar secara individu atau perorangan dan ketuntasan secara

klasikal dinyatakan telah berhasil apabila mencapai 85%. Hasil belajar

siswa dapat dikategorikan sangat baik, baik, cukup dan kurang yang telah

disajikan tabel berikut ini.

Tabel 3.5 Kategori Penilaian Kognitif


Nilai Skala 0-100 Predikat
86-100 A
81-85 A-
48

76-80 B+
71-75 B
66-70 B-
61-65 C+
56-60 C-
51-55 C
46-50 D+
Sumber: Kemendikbud(2016)

3.6 Teknik Analisis Data

1. Analisis Bakteri E. coli

Analisis dilakukan dengan cara deskriptif yaitu menampilkan

jumlah bakteri dan identifikasi bakteri E. coli yang terdapat pada sampel

air minum yang diambil dari Depot Air Minum Isi Ulang yang ada di

Kecematan Baruga, kemudian dibandingkan dengan standar yang

ditetapkan oleh peraturan menteri kesehatan republik Indonesia no.

492/MENKES/PER/IV/2010, tentang persyaratan kualitas air minum.

Sedangkan untuk analisis data pada higiene sanitasi Depot Air Minum Isi

Ulang merujuk pada peraturan menteri kesehatan RI dalam peraturan

menteri kesehatan republik indonesia nomor 43 tahun 2014 tentang

higiene sanitasi depot air minum.

2. Analisis Pengembangan Modul Pembelajaran

Analisis data pada pengembangan modul pembelajaran dilakukan

dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu dengan menganalisis

data kuantitatif yang diperoleh dari angket uji ahli dan uji lapangan

kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Suharsimi, 2006).


49

Menurut Suharsimi Arikunto data kuantitatif yang berwujud angka- angka

hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlah,

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh Persentase.

Persentase kelayakan ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

Skor yang diobservasi


Presentasi kelayakan (%) =
Skor yang diharapkan
x 100%

Pencarian persentase dimaksudkan untuk mengetahui status

sesuatu yang dipersentasekan dan disajikan tetap berupa persentase, tetapi

dapat juga persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat

kualitatif, misalnya Sangat Baik (76%-100%), baik (56%-75%), cukup

(40%-55%), kurang baik (0-39%). Adapun keempat skala tersebut dapat

ditulis seperti pada Tabel 3.6 di bawah ini. Tabel skala persentase pada

Tabel 3.6 digunakan untuk menentukan nilai kelayakan produk yang

dihasilkan. Nilai kelayakan untuk produk bahan ajar modul pada materi

pencemaran lingkungan ini ditetapkan kriteria kelayakan minimal “Baik”.

Tabel 3.6 Tabel Skala Persentase Menurut Suharsimi Arikunto


Persentase pencapaian Skala nilai Interpretasi
76 - 100 % 4 Sangat Baik
56 - 75 % 3 Baik
40 - 55 % 2 Cukup
0 - 39 % 1 Kurang baik

Pada tahap uji pemakaian, kriteria keefektifan modul didasarkan atas

peningkatan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Nilai

keefektifan modul pencemaran lingkungan ini dianggap efektif apabila terjadi


50

peningkatan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu terdapat

pencapaian KKM 85%. Adapun dalam analisis uji pemakaian modul digunakan

teknik analisis deskriptif guna untuk menghitung nilai rata-rata, ketuntasan

belajar, dan peningkatan hasil belajar siswa pada setiap pembelajaran. Untuk

menghitung penilaian tersebut digunakan rumus sebagai berikut :

a. Menentukan nilai rata-rata

x́=
∑f
N

Keterangan :
x́ = jumlah nilai rata-rata yang diperoleh siswa
f = jumlah nilai yang diperoleh setiap siswa
N = jumlah siswa secara keseluruhan (Anas, 2006)

b. Menentukan Ketuntasan Belajar

P=
∑ fi x 100 %
N

Keterangan :

P = Presentase ketuntasan
∑ fi = Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar
N= Jumlah siswa secara keseluruhan(Zainal, 2001)

C. Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi materi

pencemaran lingkungan tiap pembelajaran, guna mengetahui hasil

belajar secara maksimal dibutuhkan analisis kuantitatif sebagai alat uji

peningkatan hasil belajar dengan rumus :

posrate−baserate
P= x 100 %
baserate

Keterangan :
51

P = Presentase peningkatan
Posrate = nilai sesudah tindakan
Baserate = nilai sebelum tindakan (Zainal, 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.s. Metode Penelitian, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2012).


Abdilanov, D., Hasan, W., Marsaulina, . Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene
Sanitasi dan Pemeriksaan Kualitas Air Minum pada Depot Air Minum Isi
Ulang di Kota Padang Tahun 2012.
Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. (Jakarta : ECG, 2010).
Baharuddin, Alfina, dkk. Aspek Penilaian Hygiene Sanitasi Depot Pada Air
Minum Isi Ulang. (Sinergitas Multidisiplin Pengetahuan dan Teknologi,
Vol. 2, 2019).
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Perubahan atas Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/Sl/KBPOM tahun
2001 Tentang Orgamisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
Budi Sasongk, Endar, dkk. Kajian Kualitas Air Dan Penggunaan Sumur Gali
Oleh Masyarakat Di Sekitar Sungai Kaliyasa Kabupaten Cilacap. (Jurnal
Ilmu Lingkungan, Vol 12 No 2, 2014).
Chandra. Analisa kualitas. Bakteriologis dan Kimia Air Sumur Gali Serta
Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbang,
Kabupaten Deli Serdang. (Skripsi, Medan, 2013)
Departemen Agama RI, Ar-Rahim Al-Qur’an dan Terjemahannya. (Bandung,
Mikraj Khazanah Ilmu, 2014)
Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, (Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI:
Jakarta, 2010).
Elysah, Elisabeth Susanto, Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang di
Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2019 (Medan:
Politeknik Kesehatan Kemnkes Medan, 2019).
Fakhrurroja H. Membuat Sumur Air di Berbagai Lahan. (Depok: Griya Kreasi,
2010)
Hala.Y, S. Saenab, S. Kasim. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi
Berbasis Pendekatan Saintifik Pada Konsep Ekosistem Bagi Siswa
Sekolah Menengah Atas, (Jurnal of EST Jurusan Biologi Universitas
Negeri Makassar, Volume 1 No.3, 2015).
Hobri. Metodologi Penelitian dan Pengembanan(Developmental Research)
(Aplikasi Pada Penelitain Pendidikan Matematika). Jember: Universitas
Jember (2009).
Indah Sutiknowati, Lies. Bioindikator Pencemar, Bakteri Escherichia coli (Jurnal
Oseana Vol. Xl, No. 4, 2016).
Irianto, Ketut. Diktat Pengelolaan Air. (Denpasar: Universitas Warmadewa Press,
2015), h. 4.
Kemendikbud, Peraturan Menteri dan Kubudayaan Republik Indonesia no 23
tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan. 2016.

109
110

Kristianto, Hans, Katherine Katherine, and Jenny NM Soetedjo. "Penyediaan Air


Bersih Masyarakat Sekitar Masjid Al-Iklas Desa Cukanggenteng
Ciwidey dengan Menggunakan Penyaringan Air Sederhana."Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Community
Engagement), Vol 3, No 1, 2017)
Madigan, M., J. Martinko., D. Stahl & D. Clark. Biology of Microorganisms.
Pearson Education. (United States of America. 2012)
Maulita Cut Nuria, dkk. Uji kandungan Bakteri Escherichia coli pada Air Minum
Isi ulang dari Depot Air Minum Isi Ulang di Kabupaten Rembang.
(Jurnal ilmu Vol. 5 No. 1, 2009).
Marsono. Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali. (Yogyakarta : UGM Press,
2010)
Menteri perindustrian dan Perdagangan. Keputusan Menteri Perindustrian Dan
Perdagangan No. 651/MPP/Kep/10/2004 Tentang Persyaratan Teknis
Depot Air Minum Dan
Perdaganga.http://bbtklppjakarta.pppl.depkes.go.id/assets/files/regulatio
ns/f1377651044_kepmen651mp_204.pdf.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No 43 Tahun 2014 Tentang Higiene Sanitasi Depot Air
Minum.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 492 / MENKES /PER /IV /2010 tentang persyaratan kualitas air
minum. 2010.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Surat keputusan Menteri kesehatan
Republik Indonesia No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas air minum. 2002.
Moleong, Lexy J. “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002).
Muhammad Rananda, Rizki, Aziz Djamal, Julizar. Identifikasi Bakteri
Escherichia coli O157:H7 dalam Daging Sapi yang Berasal dari Rumah
Potong Hewan Lubuk Buaya. (jurnal.fk.unand.ac.id, Universitas Andalas
Padang, 2012).
Muzajjanah, Yoswita Rustam, dkk. Deteksi Bakteri Escherichia Coli Dalam Air
Minum Isi Ulang Yang Disterilisasi Ultraviolet Di Wilayah Kecamatan
Jagakarsa. (Jurnal Bioma, VOL 12, No. 1, 2016).
Nasution. “Metode Penelitian Kualitatif”, (Jakarta, Bumi Aksara, 2003).
Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. (PT. Rineka Cipta: Jakarta,
2007).
Odonkor, S. T., Josep K. & Ampofo. Escherichia Coli As An Indicator Of
Bacteriological Qu ality Of Water. (Microbiology Research Vol. 4, No.2
2013).
Prasetyowati Tri Purnama Sari, Indah. Tingkat Pengetahuan Tentang Pentingnya
Mengkonsumsi Air M Ineral Pada Siswa Kelas Iv Di Sd Negeri Keputran
A Yogyakarta. (Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia 10, No. 2, 2014), h.
55-61.
111

Putu Manik Widiyanti, Ni Luh Dan Ni Putu Ristiati. Analisis Kualitatif Bakteri
Koliform pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali.
(Jurnal Ekologi Kessehatan, Vol. 3, No. 1, 2009).
Ramadhan, Tegar Rezavie. Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pasa Produksi
Depot Air Minum Di kecematan Pancoran Mas, Depok, Tahun 2009.
Skripsi (Jakarta: Universitas Indonesia, 2009).
Radjak. Pengembangan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Health Messenger,
Provinsi Aceh, (2015)
Ryan Fitrian Pahlevi, Pengembangan Modul Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa
Pada Mata Diklat Menginterpretasikan Gambar Teknik Di Smk
Muhammadiyah 01 Paguyangan Brebes, (Skripsi: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2012).
Sampulawa, D. Tumanan, Irno. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Yang
Dijual Di Kecamatan Teluk Ambon. (Arika Vol. 10. No. 1, 2016).
Sapulette, Jan Raymond, Bellytra Talarima, and Gracia Victoria Souisa.
"Gambaran Konstruksi Sumur Gali Dan Jarak Septic Tank Terhadap
Kandungan Bakteri E. Coli Pada Sumur Gali." (2-Trik: Tunas-Tunas
Riset Kesehatan, Vol 8, NO. 1, 2018)
Selomo, Makmur, dkk. Hygiene Dan Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang Di
Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar. (Jurnal Nasional
Ilmu Kesehatan, Vol. 1, No. 2, 2018).
Soemirat. Kesehatan Lingkungan. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,
2010)
Subagyo, P. Joko. “Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek”,( Jakarta: Rineka
Cipta, 2004).
Sudjono, Anas. Pengantar Statistik Pendiidkan, (Jakarta: PT. Rajagrafindo
persada, 2006).
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta:
PT Rineka Cipta, 2006).
Suhendra, Imam dan Wahyu Setyo Pambudi. Aplikasi Load Cell Untuk Otomasi
Pada Depot Air Minum Isi Ulang. (Jurnal Sains Dan Teknologi VOL 1,
No 1 ,2015).
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 55.
Sunarti, Riri Novita. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Sekitar Kampus UIN
Raden Fatah Palembang. (jurnal Bioilmi Vol. 2, No.1, 2016).
Supardi. Penelitan Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
Suprihatin, Bambang dan Retno Adriyan. Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi
Ulang Di Kecamatan Tanjung Redep Kabupaten Berau Kalimantan
Timur. (Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.4, No.2, 2008).
Sustika, Navratinovq, dkk. Hubungan Desinfektan Sinar Ultraviolet (UV) dengan
Kualitas Bakteriologis Air Minum pada Depot Air Minum Isi Ulang
(DAMIU). (Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol, 7 No. 1, 2019).
Suriaman. Jurnal Penelitian Mikrobiologi Pangan “Uji Kualitas Air” Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Malang.
(http://www.scribd.com, diakses 2010)
112

pada tanggal 10 Desember 2015


Syahril, Muhammad, dkk. Pelaksanaan Hygene Dan Sanitasi Pada Depot Air
Minum Isi Ulang. (Jurnal Kesmas Prima Indonesia, Vol. 2, No. 1, 2020)
Wandrivel, Rido, dkk. Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi
Ulang Di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan
Mikrobiolog. ( jurnal.fk.unand.ac.id, Universitas Andalas, 2012).
Waluyo. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. (Malang : UMM Press,
2014).
irawati. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. (Jakarta : Mutiara Sumber
Widya, 2012).
Yuli Pratiwi. Pemeriksaan Bakteriologis Air Minum Dari Depot Air Minum Isi
Ulang Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (Snast),
(T Akprind : Yogyakarta 2014).
Zikra Wahyu, Arni Amir, Andani Eka Putra. Identifikasi Bakteri Escherichia coli
(E. coli) Pada Air Minum Di Rumah Makan Dan Cafe Di Kelurahan Jati
Serta Jati Baru Kota Padang (Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 7, No. 2,
2018).
Zainal Akib, dkk. Penelitian Tindakan Kelas Untuk SMP, SMA dan SMK,
(Bandung: Alam Widya, 2001).
113

N
114

Lampiran I
INSPEKSI SANITASI DEPOT AIR MINUM (DAM)

1. Nama DAM :
2. Nama Pemilik/Penanggung jawab :
3. Alamat DAM :
4 Lokasi/tempat sumber air baku :

Objek Tanda Nilai U R A I AN


I. ()
Tempat

1 Lokasi bebas dari pencemaran dan penularan penyakit


Bangunan kuat, aman, mudah dibersihkan dan mudah
2 2 pemeliharaannya
Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak
3 2 licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah
dibersihkan, serta kemiringan cukup landai
Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak
4 2 licin, tidak retak, tidak menyerap debu, dan mudah
dibersihkan, serta warna yang terang dan cerah
Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus,
5 2 mudah dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata,
dan berwarna terang, serta mempunyai ketinggian cukup
Tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan,
penyimpanan, pembagian/penyediaan, dan
6 2 ruang tunggu pengunjung/konsumen
7 2Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak

Ventilasi menjamin peredaraan/pertukaran


8 2 udara dengan baik
Kelembaban udara dapat memberikan
9 2 mendukung kenyamanan dalam melakukan
pekerjaan/aktivitas
10 2 Memiliki akses kamar mandi dan jamban
Terdapat saluran pembuangan air limbah yang
11 2 alirannya lancar dan tertutup
133

Objek Tanda Nilai U R A I AN


() Terdapat tempat sampah yang tertutup
12 2
Terdapat tempat cuci tangan yang dilengkapi air
13 2 mengalir dan sabun
14 2 Bebas dari tikus, lalat dan kecoa
II. Peralatan
Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan
15 3
tara pangan
Mikrofilter dan peralatan desinfeksi masih dalam
16 3
masa pakai/tidak kadaluarsa
17 2 Tandon air baku harus tertutup dan terlindung
Wadah/botol galon sebelum pengisian dilakukan
18 2
Pembersihan
Wadah/galon yang telah diisi air minum harus
19 2 langsung diberikan kepada konsumen dan tidak
boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam

Melakukan sistem pencucian terbalik (back


20 3 washing) secara berkala mengganti tabung
macro filter.
Terdapat lebih dari satu mikro filter (µ) dengan
21 3
ukuran berjenjang
Terdapat peralatan sterilisasi, berupa ultra violet
dan atau ozonisasi dan atau peralatan disinfeksi
22 5
lainnya yang berfungsi dan digunakan secara benar
Ada fasilitas pencucian dan pembilasan botol
23 2
(galon)
Ada fasilitas pengisian botol (galon) dalam
24 2
ruangan tertutup
25 2 Tersedia tutup botol baru yang bersih
III. Penjamah
26 3 Sehat dan bebas dari penyakit menular
27 3 Tidak menjadi pembawa kuman penyakit
Berperilaku higiene dan sanitasi setiap melayani
28 2
Konsumen
Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air
29 2
mengalir setiap melayani konsumen
Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan
30 2
rapi
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara
31 3
berkala minimal 1 (satu) kali dalam setahun
Operator/penanggung jawab/pemilik memiliki
32 3 sertifikat telah mengikuti kursus higiene sanitasi
IV. Air Baku dan Air Minum
Bahan baku memenuhi persyaratan fisik,
33 5
mikrobiologi dan kimia standar
Pengangkutan air baku memiliki surat jaminan
34 2
pasok air baku
134

Objek Tanda () Nilai U R A I AN


Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang
35 3 tidak dapat melepaskan zat-zat beracun ke
dalam air/harus tara pangan
36 2 Ada bukti tertulis/sertifikat sumber air
Pengangkutan air baku paling lama 12 jam
37 3 sampai ke depot air minum dan selama
perjalanan dilakukan desinfeksi
Kualitas Air minum yang dihasilkan memenuhi
persyaratan fisik, mikrobiologi dan kimia standar
38 10
yang sesuai standar baku mutu atau
persyaratan kualitas air minum
100

Petunjuk Pengisian :
I. CARA PENGISIAN : Obyek yang memenuhi syarat diberikan tanda
() pada kolom ”Tanda” yang tersedia.
Untuk obyek yang tidak memenuhi
persyaratan, kolom tersebut dikosongkan.

II. CARA PENILAIAN : Penilaian adalah merupakan jumlah obyek yang


memenuhi syarat yaitu dengan cara
menjumlahkan nilai yang bertanda ().

1. Jika nilai pemeriksaan mencapai 70 atau lebih, maka dinyatakan


memenuhi persyaratan kelaikan fisik.
2. Jika nilai pemeriksaan di bawah 70 maka dinyatakan belum
memenuhi persyaratan kelaikan fisik, dan kepada pengusaha diminta
segera memperbaiki obyek yang bermasalah.
3. Jika nilai telah mencapai 70 atau lebih, tetapi pada objek nomor
38 tidak memenuhi syarat, berarti DAM yang bersangkutan tidak
memenuhi syarat kesehatan.
135

Lampiran II

Lokasi Pengambilan Sampel Air Jadi dan Air Baku Di Tiap Depot Air
Minum Isi Ulang Dikecamatan Baruga Kota Kendari

Nama Depot : D01


Kelurahan : Baruga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 9.17 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D02


Kelurahan : Baruga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 9.26 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D03


Kelurahan : Baruga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 9.35 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D04


Kelurahan : Baruga
136

Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019


Jam Pengambilan Sampel : 9.46 WITA
Sumber Air Baku : Sumur Bor

Nama Depot : D05


Kelurahan : Baruga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.05 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D06


Kelurahan : Baruga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.15 WITA
Sumber Air Baku : Sumur Bor

Nama Depot : D07


Kelurahan : Baruga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.30 WITA
Sumber Air Baku : Sumur Bor
Nama Depot : D08
Kelurahan : Baruga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.30 WITA
Sumber Air Baku : Sumur Bor

Nama Depot : D09


Kelurahan : Baruga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 11.00 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D10


Kelurahan : Watubangga
Tgl. Pengambilan Sampel : 11/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 11.20 WITA
Sumber Air Baku : Sumur Bor

Nama Depot : D11


Kelurahan : Watubangga
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.02 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D12


137

Kelurahan : Watubangga
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.10 WTA
Sumber Air Baku : Air Gunung

Nama Depot : D13


Kelurahan : Watubangga
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.15 WITA
Sumber Air Baku : Air Sumur Gali

Nama Depot : D14


Kelurahan : Watubangga
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.30 WITA
Sumber Air Baku : Sumur Bor

Nama Depot : D15


Kelurahan : Watubangga
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.41 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D16


Kelurahan : Lepo-Lepo
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 10.50 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D17


Kelurahan : Lepo-Lepo
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 11.00 WITA
Sumber Air Baku : PDAM

Nama Depot : D18


Kelurahan : Lepo-Lepo
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 11.10 WITA
Sumber Air Baku : Sumur Gali

Nama Depot : D19


Kelurahan : Lepo-Lepo
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 11.20 WITA
Sumber Air Baku : Air Gunung
138

Nama Depot : D20


Kelurahan : Wundudopi
Tgl. Pengambilan Sampel : 18/12/2019
Jam Pengambilan Sampel : 11.30 WITA
Sumber Air Baku : Sumur Gali
139

lLampiran III
Tabel MPN 511 Menurut Formula Thomas
Jumlah Tabung (+) Gas Pada Index

Penanaman Mpn Per 100 ML

5x10 ml 1x1 ml 1x 0,1 ml

0 0 0 0

0 0 1 2

0 1 0 2

0 1 1 4

1 0 0 2

1 0 1 4

1 1 0 4

1 1 1 7

2 0 0 5

2 0 1 8

2 1 0 8

2 1 1 10

3 0 0 9

3 0 1 13

3 1 0 12

3 1 1 16

4 0 0 17

4 0 1 21

4 1 0 22

4 1 1 27

5 0 0 67

5 0 1 84

5 1 0 265

5 1 1 ≤ 979
140

Lampiran IV

INSTRUMEN UJI AHLI MATERI PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Biologi


Materi Pokok : Pencemaran Lingkungan
Sasaran Program : Siswa Kelas X Tahun Akademik 2019/2020
Saya memohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar validasi ini.
Lembar validasi ini ditujukan untuk mengetahui pendapat Bapak/Ibu tentang
“Bahan Ajar Biologi Pencemaran Lingkungan”. Penilaian, saran dan koreksi dari
Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
bahan ajar ini. Atas perhatian dan ketersediaannya untuk mengisi lembar validasi
ini, saya ucapkan terimakasih.

Petunjuk Pengisian :
1. Beri tanda check (√), pada kolom 1, 2, 3, atau 4 yang ada pada kolom skor
sesuai dengan rubrik penilaian berikut ini:
2. Kriteria Penilaian:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang Baik

NO PERTAYAAN SKOR
4 3 2 1
1 Kesesuaian materi dengan kompetensi dasar dan standar
kompetensi
2 Kesesuaian materi dengan kebutuhan siswa
3 Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
4 Kelengkapan materi
5 Kebenaran materi
6 Kejelasan materi
141

7 Keruntuttan materi
8 Kemudahan memahami materi
9 Kesesuaian judul dengan materi
10 Kesesuaian gambar dengan materi
11 Kelengkapan rangkuman materi
12 Kelengkapan soal-soal latihan dan tugas
13 Kesesuain materi dengan soal-soal latihan dan tugas yang
diberikan
14 Kelengkapan kunci jawaban soal latihan sebagai umpan balik
dari soal latihan
15 Kelengkapan instrument penilaian untuk soal latihan yang
diberikan
16 Kejelasan petunjuk belajar
17 Ketepatan kata atau istilah yang digunakan
18 Kebenaran kata atau istilah yang digunakan
19 Kelengkapan referensi atau rujukan

Saran dan kritik untuk menyempurnakan modul

1. .......................................................................

2. .......................................................................

3. ........................................................................

Kesimpulan

Pengembangan modul pembelajaran mata diklat menginterpretasikan


gambar teknin dinyatakan:
Dapat digunakan tanpa perbaikan
Dapat digunakan dengan perbaikan
Tidak dapat digunakan
Kendari , ......................2020
142

Validator

(....................................)
143

Lampiran V

INSTRUMEN PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN

Nama Obsever :
Kelas :
Hari/Tanggal :
Materi : Pencemaran Lingkungan

Petunjuk Pengisian :
1. Beri tanda check (√), pada kolom 1, 2, 3, atau 4 yang ada pada kolom skor
sesuai dengan rubrik penilaian berikut ini:
2. Kriteria Penilaian:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Cukup
1 = Kurang Baik

NO PERTAYAAN SKOR
4 3 2 1
1 Kejelasan penggunaan bahasa
2 Kemenarikan penggunaan bahasa
3 Ketepatan pemilihan jenis huruf
4 Ketepatan pemilihan ukuran huruf
5 Kejelasan tampilan gambar dalam modul
6 Kemenarikan gambar dalam modul
7 Ketepatan pemilihan warna
8 Kemudahan dalam penggunaan modul
9 Kemudahan dalam memahami materi
10 Kejelasan isi materi modul
11 Kemudahan pembelajaran menggunakan modul
12 Keberfungsian modul dalam meningkatkan motivasi belajar
144

Saran dan kritik untuk menyempurnakan modul


1. .......................................................................
2. .......................................................................
Kesimpulan

Pengembangan modul pembelajaran mata diklat menginterpretasikan


gambar teknin dinyatakan:
Dapat digunakan tanpa perbaikan
Dapat digunakan dengan perbaikan
Tidak dapat digunakan
Kendari , ......................2020

Validator

(....................................)
145

Anda mungkin juga menyukai