Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hal yang perlu kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan
yang kita pelajari bersifat dinamis. Misalnya, dalam biologi kita mengenal
anatomi tumbuhan yang merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang
mengkaji masalah-masalah tentang tumbuhan berkenaan dengan bagian-
bagian dalam yang tidak tampak kasat mata pada tumbuhan. Ilmu
tumbuhan pada saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat
sehingga dari berbagai ilmu tumbuhan sekarang telah berdiri sendiri
anatomi tumbuhan. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai anatomi
tumbuhan dalam arti sempit, dimana dalam makalah ini hanya membahas
mengenai anatomi buah pada tumbuhan.

Buah berasal dari bakal buah, akan tetapi  buah yang kita makan
tidak selalu berasal bakal buah. Bagian-bagian yang dimakan merupakan
jaringan-jaringan yang berasal dari berisi cadangan makanan berupa
karbohidrat atau gula. Bagian ini bisa berasal dari berbagai macam bagian
bunga. Setelah terjadi penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan, bakal
buah tumbuh menjadi biji. Bagi tumbuhan biji (spermatophyta), biji ini
merupakan alat perkembangbiakan utama karena biji mengandung calon
baru (lembaga).

B. Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu mengetahui struktur anatomi
penyusun buah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan perkembangan Buah

Buah adalah bakal buah yang masak (kumpulan bakal buah)


dengan isinya, bersama-sama dengan setiap bagian lain yang berdekatan
yang dapat luruh membentuk buah. Karena buah hanya berasal dari
bagian-bagian bunga, maka pembentukannya terbatas pada tumbuhan
bunga saja (Tjitrosomo, 1983: 214).

Buah adalah pertumbuhan sempurna dari bakal buah (ovarium).


Setiap bakal buah berisi satu atau lebih bakal biji (ovulum), yang masing-
masing mengandung sel telur. Bakal biji itu dibuahi melalui suatu proses
yang diawali oleh peristiwa penyerbukan, yakni berpindahnya serbuk
sari dari kepala sari ke kepala putik. Setelah serbuk sari melekat di kepala
putik, serbuk sari berkecambah dan isinya tumbuh menjadi buluh serbuk
sari yang berisi sperma. Buluh ini terus tumbuh menembus tangkai putik
menuju bakal biji, di mana terjadi persatuan antara sperma yang berasal
dari serbuk sari dengan sel telur yang berdiam dalam bakal biji,
membentuk zigot yang bersifat diploid. Pembuahan pada tumbuhan
berbunga ini melibatkan baik plasmogami, yakni persatuan protoplasma
sel telur dan sperma, dan kariogami, yakni persatuan inti sel keduanya.

Setelah itu, zigot yang terbentuk mulai bertumbuh menjadi embrio


(lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan dinding bakal buah, yang
disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging (pada buah batu atau drupa)
atau membentuk lapisan pelindung yang kering dan keras (pada buah
geluk atau nux). Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal),
benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan
sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus berlangsung
hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak,
pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal
biji yang terbuahi.

Buah merupakan perkembangan dinding bakal buah dan terkadang


juga bagian-bagian bunga lainnya. Buah terdiri atas kulit buah, daging
buah dan biji. Pembentukan buah setelah peristiwa fertilisasi (pembuahan).
Dinding ovarium akan menjadi dinding buah dan bakal buah akan menjadi
buah. Setelah terjadi pembuahan, bakal buah akan menjadi buah. namun
ada pula peristiwa pembentukan buah yang tidak didahului dengan
pembuahan. Peristiwa itu disebut partenokarpi pada dasarnya jaringan
penyusun buah berasal dari perkembangan jaringan penyusun bakal buah.
seharusnya dinamakan kulit buah (perikarpium) adalah perkembangan dari
dinding ovarium, tetapi pada prakteknya kadang-kadang kulit buah tidak
hanya berasal dari dinding ovarium saja. Buah semu tidak dibentuk dari
bakal buah saja tetapi mungkin dari bunga lain. Secara normal
perkembangan buah terjadi setelah pembuahan. Bakal buah meluas ke arah
plassenta dan ovarium. Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh
adanya dua proses, yaitu pembelahan (sel yang diawali dengan
membesarnya, sebelum pembelahan mitosis) dan pembesaran sel
selanjutnya. Biasanya awal terjadinya pembesaran sel tergantung pada
pembelahan sel, dan dimulai sebelum antesis, kemudian berlanjut sampai
buah nyata. Tingkat ini kemudian secara berangsur diganti dengan
perkembangan sel dan diikuti oleh pertumbuhan memanjang.

Peristiwa pembuahan menyebabkan bakal buah berkembang


menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji. Zigot yang terdapat
dalam biji pun berkembang menjadi embrio, zigot yang terbentuk mulai
bertumbuh menjadi embrio (lembaga), bakal biji tumbuh menjadi biji, dan
dinding bakal buah, yang disebut perikarp, tumbuh menjadi berdaging
(pada buah batu atau drupa) atau membentuk lapisan pelindung yang
kering dan keras. Sementara itu, kelopak bunga (sepal), mahkota (petal),
benangsari (stamen) dan putik (pistil) akan gugur atau bisa jadi bertahan
sebagian hingga buah menjadi. Pembentukan buah ini terus berlangsung
hingga biji menjadi masak. Pada sebagian buah berbiji banyak,
pertumbuhan daging buahnya umumnya sebanding dengan jumlah bakal
biji yang terbuahi.

Pada saat yang sama, bunga mengalami perubahan yang


menyebabkan  perkembangan  bakal buah menjadi buah. Perhiasan bunga
dan benang sari biasanya layu, lalu gugur dan kemudian setelah polinasi
tangkai putik (stilus) mengering. Namun, bakal buah bertambah besar  dan
mengalami berbagai modifikasi histology yang menyebabkan  berbagai
jaringan berubah bentuk selnya. Beberapa  atau seluruh  modifikasi dapat
berperan dalam menghasilkan mekanisme untuk penyebaran biji. Jika
diikuti perkembangannya, buah terdiri dari bakal buah yang telah dewasa.

Dinding buah, yang berasal dari perkembangan dinding bakal buah


pada bunga, dikenal sebagai perikarp (pericarpium). Perikarp ini sering
berkembang lebih jauh, sehingga dapat dibedakan atas dua lapisan atau
lebih. Yang di bagian luar disebut dinding luar, eksokarp (exocarpium),
atau epikarp (epicarpium); yang di dalam disebut dinding dalam atau
endokarp (endocarpium); serta lapisan tengah (bisa beberapa lapis) yang
disebut dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium). Pada sebagian buah,
khususnya buah tunggal yang berasal dari bakal buah tenggelam, kadang-
kadang bagian-bagian bunga yang lain (umpamanya tabung perhiasan
bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari) bersatu dengan bakal buah dan
turut berkembang membentuk buah. Jika bagian-bagian itu merupakan
bagian utama dari buah, maka buah itu lalu disebut buah semu.
Bila ditinjau secara teliti, buah adalah bakal buah yang telah
dewasa. Definisi yang lebih luas adalah dengan menganggap buah sebagai
turunan dari genesium dan jaringan diluar karpel yang turut serta  dan
bersatu dalam buah yang akhirnya dibentuk . contoh  jaringan tambahan
seperti itu adalah reseptakulum pada sirsak  (Annona muricata), dan
arbei   (Fragaria). Periant pada nangka (Artocarpus heteporhyllus) dan
murbei (Morus alba). Tangkai bunga pada kacang mede (Anacardium
occidentale). Sisik pada perbungaan seperti pada nanas (Ananas
comocus). Buah  yang berkembang dari bnga epigin (jambu)  atau yang
memilki bakal buah inferus (mentimun) akan menyertakan lapisan
reseptakulum atau perhiasaan bunga dalam buah yang akhrnya dibentuk.
Meskipun demikian buah mentimun maupun ambu tak menunjukan
struktur ganda seperti itu sebab dinding bakal buahnya sejak awal
perkembangan telah melekat pada jaringan-jaringan tambahannya.
Ditinjau dari segi teknis, jaringan itu perlu disebut buah semu, yang berbea
dari buah sejati yang yang terdiri hanya dari jaringan bakal buah. Namun,
perbedaan itu tida sering diperhatiakan dan istilah bah telah dipakai untuk
hasil akhir yang berbentuk buah apapun jaringan asalnya (Hidayat.1995).

Kulit buah ada yang dua lapis dan ada yang tiga lapis. Kulit buah
yang terdiri dari 2 lapis meliputi eksokarpium dan endokarpium sedang
yang tiga lapis meliputi eksokarpium, mesokarpium, dan endokarpium.
Endokarpium berbatasan dengan kulit biji. Eksokarpium umumnya satu
lapis sel, mesokarpium terdiri dari beberapa lapis sel, sedang endokarpium
dapat satu lapis atau lebih. Buah tertentu memiliki endokarpium yang
terdiri dari sel batu. Daging buah yang kita makan sehari-hari sebenarnya
mesokarpium. Pada sebagian buah, khususnya buah tunggal yang berasal
dari bakal buah tenggelam, kadang-kadang bagian-bagian bunga yang lain
(umpamanya tabung perhiasan bunga, kelopak, mahkota, atau benangsari)
bersatu dengan bakal buah dan turut berkembang membentuk buah. Jika
bagian-bagian itu merupakan bagian utama dari buah, maka buah itu lalu
disebut buah semu. Baik buah sejati (yang merupakan perkembangan dari
bakal buah) maupun buah semu, dapat dibedakan atas tiga tipe dasar buah,
yakni:

a.      buah tunggal, yakni buah yang terbentuk dari satu bunga dengan satu
bakal buah, yang berisi satu biji atau lebih.
b.      buah ganda, yakni jika buah terbentuk dari satu bunga yang memiliki
banyak bakal buah. Masing-masing bakal buah tumbuh menjadi
buah tersendiri, lepas-lepas, namun akhirnya menjadi kumpulan
buah yang nampak seperti satu buah. Contohnya adalah sirsak.
c.       buah majemuk, yakni jika buah terbentuk dari bunga majemuk.
Dengan demikian buah ini berasal dari banyak bunga (dan banyak
bakal buah), yang pada akhirnya seakan-akan menjadi satu buah
saja.Contohnya adalah nanas, bunga matahari  (Fahn, 1997).

B. Struktur Anatomi Buah

Pada umumnya buah berkembang dari bagian alat kelamin betina


(putik) yang disebut bakal buah yang mengandung bakal biji. Buah yang
lengkap tersusun atas biji, daging buah, dan kulit buah. Kulit buah yang
masih mudah belum mengalami pemisahan jaringan. Setelah masak, kulit
buah ada yang dapat dibedakan menjadi tiga lapisan, yaitu exokarp,
mesokarp, dan endokarp.
 
a.   Exokarp merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air,
misalnya buah kelapa.
b.   Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya
bersabut (kelapa), berdaging (mangga dan pepaya).
c.    Endokarp merupakan lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan
sel yang sangat keras dan tebal, misalnya tempurung (kelapa),
berupa selaput tipis (rambutan). (Hidayat:1995)
Gambar 1 . Struktur Anatomi pada Buah

Periode tingkat perkembangan buah berbeda-beda dan diikuti pula oleh


pertumbuhan komponen buah seperti perikarpium, kulit biji, endosperm dan
embrio. Faktor yang mempengaruhi perkembangan buah adalah faktor dalam dan
faktor luar. Salah satu faktor dalam adalah perkembangan biji.

Apabila bakal buah berkembang menjadi buah, dinding ovarium menjadi


perikarpium. Dinding ovarium terdiri dari sel-sel parenkim, jaringan pembuluh
dari lapisan epidermis dalam dan luar. Selama pemasakan, perikarpium bertambah
jumlah selnya. Jaringan dasar secara relatif tetap homogen dan parenkim
terdiferensiasi menjadi parenkim dan jaringan sklerenkim. Perikarpium mungkin
terdiferensiasi menjadi 3 bagian yang secara morfologi berbeda yaitu eksokarpium
(lapisan terluar), mesokarpium (bagian tengah), dan endokarpium (lapisan
terdalam). Kadang-kadang eksokarpium dan endokarpium merupakan epidermis
luar dan epidermis dalam dinding ovarium. Dinding ovarium menyelubungi
ovarium dimana biji dihasilkan. Struktur jaringan pembuluh bervariasi untuk
setiap jenis buah dan terdapat pada perikarpium. Struktur perikarpium
menunjukkan variasi yang luas untuk setiap jenis atau tipe buah. Ada 2 macam
tipe perikarpium, yaitu parenkimatik, pada buah berdaging dan sklerenkimatik
pada buah kering ( Ningsih, 2016) .
Pada buah polongan, pada waktu buah masak karpel memisah sepanjang
sutur atau kampula yang mengelilingi buah, meninggalkan biji yang melekat pada
rusuk dan membentuk suatu kerangka di sekitar sekat. Buah pisang (Musa
acuminata) mempunyai tipe ovarium inferior, dengan 3 karpel. Ovarium ini
kemudian sebagai buah yang mempunyai biji, atau buah tanpa biji (partenokarpi).
Buah yang berbiji/partenokarpi mempunyai struktur sama pada awal
perkembangan. Akhirnya ovulum pada buah partenokarpi mengalami degenerasi,
dan lokulus ditutupi oleh daging buah yang berasal dari perikarp dan sekat.
Daging buah kaya akan amilum. Pada varietas yang berbiji, biji yang masak
hampir memenuhi lokulus, dan daging buah sangat tipis. Ikatan pembuluh
bersama dengan lateks, terselubung dalam jaringan parenkim dinding buah.
Berbeda dengan buah pisang, buah tomat (Lycopersicon esculentum), mempunyai
jumlah karpel yang banyak, jaringan berdaging terdiri atas perikarpium, sekat dan
plasenta. Jaringan plasenta meluas, memasuki ruang-ruang antara ovulum.
Plasenta menutup lokulus, dan terselubung oleh ovulum. Jaringan antara ovulum
berisi gelatin pada waktu buah masak. Perubahan warna kulit buah selama
pemasakan disebabkan adanya transformasi kloroplas menjadi kromoplas
(Ningsih, 2016)

C. Fungsi Buah

Beberapa fungsi buah, yaitu sebagai berikut:


1. Sebagai cadangan makanan
2. Sebagai alat perkembangbiakan
3. Dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan (dijual)
4. Sebagai pelindung biji
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu buah berkembang dari


bagian alat kelamin betina (putik) yang disebut bakal buah yang
mengandung bakal biji. Buah yang lengkap tersusun atas biji, daging buah,
dan kulit buah. Kulit buah yang masih mudah belum mengalami
pemisahan jaringan. Setelah masak, kulit buah ada yang dapat dibedakan
menjadi tiga lapisan, yaitu exokarp, mesokarp, dan endokarp. Exokarp
merupakan lapisan luar yang keras dan tidak tembus air, misalnya buah
kelapa. Mesokarp merupakan lapisan yang tebal dan berserabut, misalnya
bersabut (kelapa), berdaging (mangga dan pepaya). Endokarp merupakan
lapisan paling dalam yang tersusun atas lapisan sel yang sangat keras dan
tebal, misalnya tempurung (kelapa), berupa selaput tipis (rambutan).
DAFTAR PUSTAKA

Esau, K. 1977.  Anatomy of Seed Plant. New York: John Wiley and Son Inc.

Fahn, A. 1990. Plant Anatomy. New York: Pergamon Press.

Hidayat, Estiti, B. 1995 . Anatomi Tumbuhan. Bandung: ITB

Ningsih, Indah Yulia. 2016. Modul Botani Farmasi Anatomi dan Morfologi Buah
dan Biji. Jember : Universitas Jember

Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum. Bandung: Angkasa

Anda mungkin juga menyukai